Anda di halaman 1dari 17

KERAJAAN SINGOSARI/SINGHASARI

February 9, 2014blingshine90 EDUCATION Leave a comment

Kerajaan Singosari / Singhasari (1222 M – 1293 M)

Adalah sebuah Kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi
Kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Kabupaten Malang. Dan
merupakan cikal bakal berdirinya Kerajaan Majapahit (1293 M – awal abad ke 6 M). Nama
resmi Kerajaan Singosari sendiri sesungguhnya ialah Kerajaan Tumapel. Menurut Kitab
Nagarakretagama, ketika pertama kali didirikan tahun 1222, ibu kota Kerajaan Tumapel bernama
Kutaraja. Seperti yang tertulis pula pada Prasasti Kudadu.Menurut Kitab Pararaton, Tumapel
semula hanya sebuah daerah bawahanKerajaan Kadiri/Kediri. Yang menjabat sebagai akuwu
(setara jabatan Camat jaman sekarang) Tumapel saat itu adalah Tunggul Ametung. Ia mati
dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok, yang
kemudian menjadi akuwu baru. Ken Arok juga yang mengawini istri Tunggul Ametung yang
bernama Ken Dedes. Ken Arok kemudian berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kerajaan
Kediri.Pada tahun 1222 terjadi perseteruan antara Kertajaya (Raja Kediri) melawan kaum
brahmana. Para brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok yang mengangkat dirinya
menjadi Raja pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. Perang melawan
Kerajaan Kediri meletus di desa Ganter yang dimenangkan oleh pihak Tumapel di bawah
pimpinan Ken Arok.
Keberadaan Kerajaan Singosari dibuktikan melalui candi-candi yang banyak ditemukan di
Jawa Timur yaitu daerah Singosari sampai Malang, juga melalui kitab sastra peninggalan zaman
Majapahit yang berjudul Negarakertagama karangan Mpu Prapanca yang menjelaskan tentang
raja-raja yang memerintah di Singosari serta kitab Pararaton yang juga menceritakan riwayat
Ken Arok yang penuh keajaiban. Kitab Pararaton isinya sebagian besar adalah mitos atau
dongeng tetapi dari kitab Pararatonlah asal usul Ken Arok menjadi raja dapat diketahui. Sebelum
menjadi raja, Ken Arok berkedudukan sebagai Akuwu (Bupati) di Tumapel menggantikan
Tunggul Ametung yang dibunuhnya, karena tertarik pada Ken Dedes istri Tunggul Ametung.
Selanjutnya ia berkeinginan melepaskan Tumapel dari kekuasaan kerajaan Kadiri yang
diperintah oleh Kertajaya. Keinginannya terpenuhi setelah kaum Brahmana Kadiri meminta
perlindungannya. Dengan alasan tersebut, maka tahun 1222 M /1144 C Ken Arok menyerang
Kediri, sehingga Kertajaya mengalami kekalahan pada pertempuran di desa Ganter. Ken Arok
yang mengangkat dirinya sebagai raja Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi.

Sistem Pemerintahan Kerajaan Kediri

Ada dua versi yang menyebutkan silsilah kerajaan Singasari alias Tumapel ini. Versi pertama
adalah versi Pararaton yang informasinya didapat dari Prasasti Kudadu. Pararaton menyebutkan
Ken Arok adalah pendiri Kerajaan Singasari yang digantikan oleh Anusapati (1247–1249 M).
Anusapati diganti oleh Tohjaya (1249–1250 M), yang diteruskan oleh Ranggawuni alias
Wisnuwardhana (1250–1272 M). Terakhir adalah Kertanegara yang memerintah sejak 1272
hingga 1292 M. Sementara pada versi Negarakretagama, raja pertama Kerajaan Singasari adalah
Rangga Rajasa Sang Girinathapura (1222–1227 M). Selanjutnya adalah Anusapati, yang
dilanjutkan Wisnuwardhana (1248–1254 M). Terakhir adalah Kertanagara (1254–1292 M). Data
ini didapat dari prasasti Mula Malurung.
Prasasti Mula Malurung

Kejayaan Kerajaan Singasari

Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1268 – 1292). Ia
adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luarJawa.Pada tahun 1275 ia mengirim
pasukan Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam
menghadapi ekspansi bangsa Mongol. Saat itu penguasa Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya
(kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya dianggap telah ditundukkan, dengan
dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yang dari Kertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua
negara.

Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada
tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui
kedaulatan Mongol.Namun permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara. Nagarakretagama
menyebutkan daerah-daerah bawahan Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagara antara
lain, Melayu, Bali,Pahang, Gurun, dan Bakulapura.

Sumber sejarah :
Adapun sumber sejarah dalam mempelajari kerajaan Singasari dapat diperoleh dari berbagai
prasasti, karyasastra, catatan, maupun bangunan candi. Sumber tersebut meliputi :

A. Kitab Pararaton

Kitab ini berisi cerita mitos daririwayat Ken Arok yang penuh keajaiban hingga riwayat raja-raja
Singasari.

B. Kitab Negarakertagama

Kitab ini merupakan karya Mpu Prapanca (1365) yang berisi perkembangan kehidupan kerajaan
Majapahit dan memuat pula raja yang berkuasa di Singasari.

C. Kidung Harsawijaya

Kidung ini menyebutkan raja Jayakatwang sebagai samantharaja (raja bawahan) yang patuh
kepada Kertanegara. Namun dalam perkembangannya, Jayakatwang pada akhirnya menyerang
kedudukan Kertanegara.

Perkembangan kerajaan Singasari banyak diwarnai dengan pembunuhan. Hal ini dapat dilihat
dari raja yang memerintah :

1. Ken Arok (1222–1227 M)

Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok yang sekaligus juga menjadi Raja Singasari yang
pertama dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Munculnya Ken Arok sebagai
raja pertama Singasari menandai munculnya suatu dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa
(Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa). Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun
(1222–1227 M). Pada tahun 1227 M, Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan Anusapati (anak
tiri Ken Arok). Ken Arok dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan Siwa–Buddha.

2. Anusapati (1227–1248 M)

Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan Anusapati.
Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama, Anusapati tidak banyak melakukan
pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan kesenangannya menyabung ayam. Peristiwa
kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken Arok dengan
Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati gemar menyabung ayam sehingga
diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa (tempat kediamanan Tohjoyo) untuk mengadakan pesta
sabung ayam. Pada saat Anusapati asyik menyaksikan aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo
menyabut keris buatan Empu Gandring yang dibawanya dan langsung menusuk Anusapati.
Dengan demikian, meninggallah Anusapati yang didharmakan di Candi Kidal.

Candi Kidal

3. Tohjoyo (1248 M)

Dengan meninggalnya Anusapati maka tahta Kerajaan Singasari dipegang oleh Tohjoyo. Namun,
Tohjoyo memerintah Kerajaan Singasari tidak lama sebab anak Anusapati yang bernama
Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya. Dengan bantuan Mahesa Cempaka dan para
pengikutnya, Ranggawuni berhasil menggulingkan Tohjoyo dan kemudian menduduki
singgasana.

4. Ranggawuni (1248–1268 M)
Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 M dengan gelar Sri Jaya
Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang diberi kedudukan
sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti. Ppemerintahan Ranggawuni membawa
ketenteraman dan kesejahteran rakyat Singasari. Pada tahun 1254 M Wisnuwardana mengangkat
putranya yang bernama Kertanegara sebagai yuwaraja (raja muda) dengan maksud
mempersiapkannya menjadi raja besar di Kerajaan Singasari. Pada tahun 1268
Wisnuwardanameninggal dunia dan didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago sebagai Buddha
Amogapasa dan di Candi Waleri sebagai Siwa.

Candi Jago

5. Kertanegara (1268-1292 M)

Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai cita-cita untuk
menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan gelar Sri Maharajadiraja
Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga orang mahamentri, yaitu
mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan mahamenteri i sirikan. Untuk dapat mewujudkan
gagasan penyatuan Nusantara, ia mengganti pejabat-pejabat yang kolot dengan yang baru, seperti
Patih Raganata digantikan oleh Patih Aragani. Banyak Wide dijadikan Bupati di Sumenep
(Madura) dengan gelar Aria Wiaraja. Setelah Jawa dapat diselesaikan, kemudian perhatian
ditujukan ke daerah lain. Kertanegara mengirimkan utusan ke Melayu yang dikenal dengan nama
Ekspedisi Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai Kerajaan Melayu. Hal ini ditandai dengan
pengirimkan Arca Amoghapasa ke Dharmasraya atas perintah Raja Kertanegara.

Arca Amoghapasa

Selain menguasai Melayu, Singasari juga menaklukan Pahang, Sunda, Bali, Bakulapura
(Kalimantan Barat), dan Gurun (Maluku). Kertanegara juga menjalin hubungan persahabatan
dengan raja Champa,dengan tujuan untuk menahan perluasaan kekuasaan Kubilai Khan dari
Dinasti Mongol. Kubilai Khan menuntut raja-raja di daerah selatan termasuk Indonesia
mengakuinya sebagai yang dipertuan. Kertanegara menolak dengan melukai muka utusannya
yang bernama Mengki. Tindakan Kertanegara ini membuat Kubilai Khan marah besar dan
bermaksud menghukumnya dengan mengirimkan pasukannya ke Jawa. Mengetahui sebagian
besar pasukan Singasari dikirim untuk menghadapi serangan Mongol maka Jayakatwang (Kediri)
menggunakan kesempatan untuk menyerangnya. Serangan dilancarakan dari dua arah, yakni dari
arah utara merupakan pasukan pancingan dan dari arah selatan merupakan pasukan inti.

Pasukan Kediri dari arah selatan dipimpin langsung oleh Jayakatwang dan berhasil masuk istana
dan menemukan Kertanagera berpesta pora dengan para pembesar istana. Kertanaga beserta
pembesar-pembesar istana tewas dalam serangan tersebut. Ardharaja berbalik memihak kepada
ayahnya (Jayakatwang), sedangkan Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri dan menuju
Madura dengan maksud minta perlindungan dan bantuan kepada Aria Wiraraja. Atas bantuan
Aria Wiraraja, Raden Wijaya mendapat pengampunan dan mengabdi kepada Jayakatwang.
Raden Wijaya diberi sebidang tanah yang bernama Tanah Tarik oleh Jayakatwang untuk
ditempati. Dengan gugurnya Kertanegara maka Kerajaan Singasari dikuasai oleh Jayakatwang.
Ini berarti berakhirnya kekuasan Kerajaan Singasari. Sesuai dengan agama yang dianutnya,
Kertanegara kemudian didharmakan sebagai Siwa––Buddha (Bairawa) di Candi Singasari. Arca
perwujudannya dikenal dengan nama Joko Dolog yang sekarang berada di Taman Simpang,
Surabaya.

KEHIDUPAN KERAJAAN

Dari segi sosial, kehidupan masyarakat Singasari mengalami masa naik turun. Ketika Ken Arok
menjadi Akuwu di Tumapel, dia berusaha meningkatkan kehidupan masyarakatnya. Banyak
daerah-daerah yang bergabung dengan Tumapel. Namun pada pemerintahan Anusapati,
kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat perhatian karena ia larut dalam kegemarannya
menyabung ayam. Pada masa Wisnuwardhana kehidupan sosial masyarakatnya mulai diatur rapi.
Dan pada masa Kertanegara, ia meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya. Upaya yang
ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam negeri dan luar negeri.

Politik Dalam Negeri :

 Mengadakan pergeseran pembantu-pembantunya seperti Mahapatih Raganata digantikan


oleh Aragani, dll.
 Berbuat baik terhadap lawan-lawan politiknya seperti mengangkat putra Jayakatwang
(Raja Kediri) yang bernama Ardharaja menjadi menantunya.
 Memperkuat angkatan perang.

Politik Luar Negeri :

 Melaksanakan Ekspedisi Pamalayu untuk menguasai Kerajaan melayu serta melemahkan


posisi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka.
 Menguasai Bali.
 Menguasai Jawa Barat.
 Menguasai Malaka dan Kalimantan.

Berdasarkan segi budaya, ditemukan candi-candi dan patung-patung diantaranya candi Kidal,
candi Jago, dan candi Singasari. Sedangkan patung-patung yang ditemukan adalah patung Ken
Dedes sebagai Dewa Prajnaparamita lambing kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara dalam
wujud patung Joko Dolog, dan patung Amoghapasa juga merupakan perwujudan Kertanegara
(kedua patung kertanegara baik patung Joko Dolog maupun Amoghapasa menyatakan bahwa
Kertanegara menganut agama Buddha beraliran Tantrayana).

Kehidupan Politik
Kerajaan Singosari yang pemah mengalami kejayaan dalam perkembangan sejarah Hindu di
Indonesia pernah diperintah oleh raja-raja sebagai berikut.

Raja Ken Arok Setelah kemenangannya dalam pertempuran melawan Kerajaan Kediri, Ken Arok
memutuskan untuk membuat dinasti Bhattara serta membangun kerajaan baru dengan nama
Kerajaan Singasari.

Ken Arok sebagai raja pertama Kerajaan Singasari bergelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang
Amurwabhumi dan dinastinya bernama Dinasti Girindrawangsa (Dinasti Keturunan Siwa).
Pendirian dinasti ini bertujuan menghilangkan jejak tentang siapa sebenarnya Ken Arok dan
mengapa ia berhasil mendirikan kerajaan. Di samping itu, agar keturunan-keturunan Ken Arok
(bila suatu saat menjadi raja besar) tidak ternoda oleh perilaku dan tindakan kejahatan yang
pemah dilakukan oleh Ken Arok. Raja Ken Arok memerintah pada tahun 1222-1227 M. Masa
pemerintahan Ken Arok diakhiri secara tragis, saat ia dibunuh oleh kaki tangan Anusapati, yang
merupakan anak tirinya (anak Ken Dedes dengan suami pertamanya Tunggul Ametung).

Raja Anusapati Dengan meninggalnya Ken Arok, tahta Kerajaan Singasari langsung dipegang
oleh Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahan yang cukup lama itu (1227-1248 M),
Anusapati tidak melakukan pembaruan-pembaruan, karena Anusapati larut dengan
kegemarannya sendiri, yaitu menyabung ayam.

Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai kepada putra Ken Arok dengan
Ken Umang yang bernama Tohjaya. Tohjaya mengetahui bahwa Anusapati suka menyabung
ayam, karena itu Anusapati diundang untuk menyabung ayam di Gedong Jiwa (tempat kediaman
Tohjaya). Saat Anusapati sedang asyik melihat aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjaya
mencabut keris Empu Gandring yang dibawa Anusapati dan langsung menusukkan ke punggung
Anusapati hingga ia meninggal.

Raja Tohjaya Dengan meninggalnya Anusapati, tahta kerajaan dipegang oleh Tohjaya. Tohjaya
memerintah Kerajaan Singasari hanya beberapa bulan saja (1248 M), karena putra Anusapati
yang bernama Ranggawuni mengetahui perihal kematian Anusapati. Ranggawuni yang dibantu
oleh Mahesa Cempaka menuntut hak atas tahta kerajaan kepada Tohjaya. Tetapi Tohjaya
mengirim pasukannya untuk menangkap Ranggawuni dan Mahesa Cempaka. Rencana Tohjaya
telah diketahui oleh Ranggawuni dan Mahesa Cempaka, sehingga keduanya melarikan diri
sebelum pasukan Tohjaya menangkap mereka.

Untuk menyelidiki persembunyian Ranggawuni dan Mahesa Cempaka, Tohjaya mengirim


pasukan di bawah pimpinan Lembu Ampal. Namun, Lembu Ampal akhirnya menyadari bahwa
yang berhak atas tahta kerajaan ternyata Ranggawuni, maka ia berbalik memihak Ranggawuni
dan Mahesa Cempaka. Ranggawuni yang dibantu Mahesa Cempaka dan Lembu Ampal berhasil
merebut tahta kerajaan dari tangan Tohjaya. Selanjutnya Ranggawuni menduduki tahta Kerajaan
Singasari.

Raja Wisnuwardhana Ranggawuni naik tahta atas Kerajaan Singasari dengan gelar Sri
JayaWisnuwardhana dibantu oleh Mahesa Cempaka dengan gelar Narasinghamurti. Mereka
memerintah bersama Kerajaan Singasari (1248-1268 M). Wisnuwardhana sebagai raja,
Narasinghamurti sebagai Ratu Angabhaya. Pemerintahan kedua penguasa tersebut membawa
keamanan dan kesejahteraan. Pada tahun 1254 M, Wisnuwardhana mengangkat putranya sebagai
Yuvaraja (raja muda) dengan maksud untuk mempersiapkan putranya yang bernama Kertanegara
menjadi seorang raja besar di Kerajaan Singasari. Setelah Wisnuwardhana meninggal dunia
(dialah satu-satunya raja yang meninggal tidak terbunuh di Kerajaan Singasari), tahta
KerajaaSingasari beralih kepada Kertanegara.

Raja Kertanegara Raja Kertanegara (1268-1292 M) merupakan raja terkemuka dan raja terakhir
dari Kerajaan Singasari. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Singasari mencapai masa
kejayaannya. Stabilitas kerajaan yang diwujudkan pada masa pemerintahan Raja Wisnuwardhana
disempurnakan lagi dengan tindakan-tindakan yang tegas dan berani. Setelah keadaaan Jawa
Timur dianggap baik, Raja Kertanegara melangkah ke luar Jawa Timur untuk mewujudkan cita-
cita persatuan seluruh Nusantara di bawah panji Kerajaan Singasari.

Upaya yang ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam dan luar
negeri. Dalam rangka mewujudkan Stabilitas politik Kerajaan Singasari, Raja Kertanegara
menempuh jalan sebagai berikut.

a.Kebijakan dalam negeri

 Pergantian pejabat kerajaan, bertujuan menggalang pemerintahan yang kompak.


 Memelihara keamanan dan melakukan politik perkawinan. Tujuannya menciptakan
kerukunan dan politik yang stabil.

b.Kebijakan Luar Negeri

 Menggalang persatuan ‘Nusantara’ dengan mengutus ekspedisi tentara Pamalayu ke


Kerajaan Melayu (Jambi). Mengutus pasukan ke Sunda, Bali, Pahang.
 Menggalang kerjasama dengan kerajaan lain. Contohnya menjalin persekutuan dengan
kerajaan Campa.

Dari tindakan-tindakan politik Kertanegara tersebut, di satu sisi Kertanegara berhasil mencapai
cita-citanya memperluas dan memperkuat Singasari, tetapi dari sisi yang lain muncul beberapa
ancaman yang justru berakibat hancurnya Singasari. Ancaman yang muncul dari luar yaitu dari
tentara Kubilai-Khan dari Cina Mongol karena Kertanegara tidak mau mengakui kekuasaannya
bahkan menghina utusan Kubilai-khan yaitu Meng-chi. Dari dalam adanya serangan dari
Jayakatwang (Kadiri) tahun 1292 yang bekerja sama dengan Arya Wiraraja Bupati Sumenep
yang tidak diduga sebelumnya. Kertanegara terbunuh, maka jatuhlah Singasari di bawah
kekuasaan Jayakatwang dari Kediri. Setelah Kertanegara meninggal maka didharmakan/diberi
penghargaan di candi Jawi sebagai Syiwa Budha, di candi Singasari sebagai Bhairawa. Di Sagala
sebagai Jina (Wairocana) bersama permaisurinya Bajradewi. Untuk memperjelas pemahaman
Anda, tentang candi Singosari tempat Kertanegari di muliakan,

Kehidupan Ekonomi
Dalam kehidupan ekonomi, walaupun tidak ditemukan sumber secara jelas. Ada kemungkinan
perekonomian ditekankan pada pertanian dan perdagangan karena Singosari merupakan daerah
yang subur dan dapat memanfaatkan sungai Brantas dan Bengawan Solo sebagai sarana lalu
lintas perdagangan dan pelayaran.

Kehidupan Budaya

Gambaran perkembangan kebudayaan sejak berdirinya kerajaan Singosari terlihat dari di


temukannya peninggalan berupa candi – candi dan patung yang di bangun dari zaman kekuasaan
Singosari. Diantaranya seperti candi Kidal, Jago, dan candi Singosari. Sedangkan patung yang di
temukan adalah patung Ken Dedes sebagai dewi Prajnaparamita lambing kesempurnaan ilmu,
patung Kertanegara dalam bentuk Joko Dolok yang di temuksn dekat Surabaya dan patung
Amoghapasa juga perwujudan dari raja Kertanegara yang dikirim ke Dharmacraya ibu kota
kerajaan Melayu. Kedua perwujudan patung tersebut dapat di ketahui bahwa raja Kertanegara
beragama Budha beraliran Tantrayana (Tantriisme).

Peniggalan – peninggalan Kerajaan Singasari

1. Candi Singosari

Candi ini berlokasi di Kecamatan Singosari,Kabupaten Malang dan terletak pada lembah di
antara Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuna. Berdasarkan penyebutannya pada Kitab
Negarakertagama serta Prasasti Gajah Mada yang bertanggal 1351 M di halaman komplek candi,
candi ini merupakan tempat “pendharmaan” bagi raja Singasari terakhir, Sang Kertanegara, yang
mangkat(meninggal) pada tahun 1292 akibat istana diserang tentara Gelang-gelang yang
dipimpin oleh Jayakatwang. Kuat dugaan, candi ini tidak pernah selesai dibangun.

2. Candi Jago
Arsitektur Candi Jago disusun seperti teras punden berundak. Candi ini cukup unik, karena
bagian atasnya hanya tersisa sebagian dan menurut cerita setempat karena tersambar petir.
Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra dapat ditemui di candi ini. Sengan keseluruhan
bangunan candi ini tersusun atas bahan batu andesit.

3. Candi Sumberawan

Candi Sumberawan merupakan satu-satunya stupa yang ditemukan di Jawa Timur. Dengan jarak
sekitar 6 km dari Candi Singosari, Candi ini merupakan peninggalan Kerajaan Singasari dan
digunakan oleh umat Buddha pada masa itu. Pemandangan di sekitar candi ini sangat indah
karena terletak di dekat sebuah telaga yang sangat bening airnya. Keadaan inilah yang memberi
nama Candi Rawan.

4. Arca Dwarapala

Arca ini berbentuk Monster dengan ukuran yang sangat besar. Menurut penjaga situs sejarah ini,
arca Dwarapala merupakan pertanda masuk ke wilayah kotaraja, namun hingga saat ini tidak
ditemukan secara pasti dimanan letak kotaraja Singhasari.

5. Prasasti Manjusri

Prasasti Manjusri merupakan manuskrip yang dipahatkan pada bagian belakang Arca Manjusri,
bertarikh 1343, pada awalnya ditempatkan di Candi Jago dan sekarang tersimpan di Museum
Nasional Jakarta.

6. Prasasti Mula Malurung

Prasasti Mula Malurung adalah piagam pengesahan penganugrahan desa Mula dan desa
Malurung untuk tokoh bernama Pranaraja. Prasasti ini berupa lempengan-lempengan tembaga
yang diterbitkan Kertanagara pada tahun 1255 sebagai raja muda di Kadiri, atas perintah ayahnya
Wisnuwardhana raja Singhasari.

Kumpulan lempengan Prasasti Mula Malurung ditemukan pada dua waktu yang berbeda.
Sebanyak sepuluh lempeng ditemukan pada tahun 1975 di dekat kota Kediri, Jawa Timur.
Sedangkan pada bulan Mei 2001, kembali ditemukan tiga lempeng di lapak penjual barang loak,
tak jauh dari lokasi penemuan sebelumnya. Keseluruhan lempeng prasasti saat ini disimpan di
Museum Nasional Indonesia, Jakarta.
7. Prasasti Singosari

Prasasti Singosari, yang bertarikh tahun 1351 M, ditemukan di Singosari, Kabupaten Malang,
Jawa Timur dan sekarang disimpan di Museum Gajah dan ditulis dengan Aksara Jawa.

Prasasti ini ditulis untuk mengenang pembangunan sebuah caitya atau candi pemakaman yang
dilaksanakan oleh Mahapatih Gajah Mada. Paruh pertama prasasti ini merupakan pentarikhan
tanggal yang sangat terperinci, termasuk pemaparan letak benda-benda angkasa. Paruh kedua
mengemukakan maksud prasasti ini, yaitu sebagai pariwara pembangunan sebuah caitya.

8. Candi Jawi
Candi ini terletak di pertengahan jalan raya antara Kecamatan Pandaan – Kecamatan Prigen dan
Pringebukan. Candi Jawi banyak dikira sebagai tempat pemujaan atau tempat peribadatan
Buddha, namun sebenarnya merupakan tempat pedharmaan atau penyimpanan abu dari raja
terakhir Singhasari, Kertanegara. Sebagian dari abu tersebut juga disimpan pada Candi
Singhasari. Kedua candi ini ada hubungannya dengan Candi Jago yang merupakan tempat
peribadatan Raja Kertanegara.

9. Prasasti Wurare
Prasasti Wurare adalah sebuah prasasti yang isinya memperingati penobatan arca Mahaksobhya
di sebuah tempat bernama Wurare (sehingga prasastinya disebut Prasasti Wurare). Prasasti
ditulis dalam bahasa Sansekerta, dan bertarikh 1211 Saka atau 21 November 1289. Arca tersebut
sebagai penghormatan dan perlambang bagi Raja Kertanegara dari kerajaan Singhasari, yang
dianggap oleh keturunannya telah mencapai derajat Jina (Buddha Agung). Sedangkan tulisan
prasastinya ditulis melingkar pada bagian bawahnya.

10. Candi Kidal

Candi Kidal adalah salah satu candi warisan dari kerajaan Singasari. Candi ini dibangun sebagai
bentuk penghormatan atas jasa besar Anusapati, Raja kedua dari Singhasari, yang memerintah
selama 20 tahun (1227 – 1248). Kematian Anusapati dibunuh oleh Panji Tohjaya sebagai bagian
dari perebutan kekuasaan Singhasari, juga diyakini sebagai bagian dari kutukan Mpu Gandring.

RUNTUHNYA KERAJAAN SINGASARI

Sebagai sebuah kerajaan, perjalanan kerajaan Singasari bisa dikatakan berlangsung singkat. Hal
ini terkait dengan adanya sengketa yang terjadi dilingkup istana kerajaan yang kental dengan
nuansa perebutan kekuasaan. Pada saat itu Kerajaan Singasari sibuk mengirimkan angkatan
perangnya ke luar Jawa. Akhirnya Kerajaan Singasari mengalami keropos di bagian dalam. Pada
tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang merupakan sepupu,
sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanegara sendiri. Dalam serangan itu Kertanegara mati
terbunuh. Setelah runtuhnya Singasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru
di Kediri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singasari pun berakhir.
ditulis oleh Dwi Julyastari, Nova Sarastini.

Anda mungkin juga menyukai