Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Kerajaan Singhasari atau sering pula ditulis Singasari atau Singosari, adalah sebuah
kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken Arok pada tahun 1222. Lokasi kerajaan ini
sekarang diperkirakan berada di daerah Singosari, Malang
Kerajaan Singasari (1222-1293) adalah salah satu kerajaan besar di Nusantara yang didirikan
oleh Ken Arok. Sejarah Kerajaan Singasari berawal dari daerah Tumapel, yang di kuasai oleh
seorang akuwu (bupati). Letaknya di daerah pegunungan yang subur di wilayah Malang
dengan pelabuhan bernama Pasuruan. Dari daerah inilah Kerajaan Singasari berkembang dan
bahkan menjadi sebuah kerajaa besar di Jawa Timur. Perkembangan pesat yang di alami oleh
kerajaan Singasari ini setelah berhasil mengalahan Kerajaan Kendiri dalam pertempuran di
dekat Ganter tahun 1222 M. Kerajaan Singasari mencapai puncak kejayaan ketika dipimpin
oleh Raja Kertanegara (1268-1292) yang bergelar Maharajadhiraja Kertanegara Wikrama
Dharmottunggadewa.
Ken Arok merebut daerah Tumapel, salah satu wilayah Kerajaan Kediri yang dipimpin oleh
Tunggul Ametung, pada 1222. Ken Arok pada mulanya adalah anak buah Tunggul Ametung,
namun ia membunuh Tunggul Ametung karena jatuh cinta pada istrinya, Ken Dedes. Ken
Arok kemudian mengawini Ken Dedes. Pada saat dikawini Ken Arok, Ken Dedes telah
mempunyai anak bernama Anusapati yang kemudian menjadi raja Singasari (1227-1248).
Raja terakhir Kerajaan Singasari adalah Kertanegara.
1. Rumusan Masalah
Berdasarkan materi yang kami miliki maka kami akan mebahas mengenai beberapa hal yang
terangkum dalam rumusan masalah berikut:
1. Dimanakah letak kerajaan Singasari?
2. Siapa saja raja-raja yag pernah memimpin di kerajaan Singasari?
3. Bagaimana kehidupan di kerajaan Singasari?
4. Apa hubungan kerajaan Singasari dengan Kerajaan Majapahit?
5. Mengapa kerajaan Singasari bisa runtuh?
1. Tujuan
Makalah ini kami buat dengan tujuan untuk:
1. Untuk mengetahui letak Kerajaan Singasari
2. Untuk mengetahui siapa saja yang pernah memimpin Kerajaan Singasari
3. Untuk mengetahui kehidupan di Kerajaan Singasari
4. Untuk mengetahui hubungan Kerajaan Singasari dengan Majapahit
5. Untuk mengetahui penyebab runtuhnya Kerajaan Singasari
1. Manfaat
Makalah ini kami buat dengan beberapa harapan diantaranya:
1. Untuk memberikan pengetahuan baru bagi para pembaca tentang Kerajaan Singasari
2. Untuk memberikan pengetahuan baru tentang Kehidupan pada waktu Kerajaan
Singasari berkuasa
BAB II
PEMBAHASAN
1. Letak Kerajaan Singasari
Berdasarkan  prasasti Kudadu, nama resmi Kerajaan Singhasari yang sesungguhnya
ialah Kerajaan Tumapel. Menurut Nagarakretagama, ketika pertama kali didirikan
tahun 1222, ibu kota Kerajaan Tumapel bernama Kutaraja.
pada tahun 1253, Raja Wisnuwardhana mengangkat putranya yang
bernama Kertanagara sebagai yuwaraja dan mengganti nama ibu kota menjadi Singhasari.
Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal daripada
nama Tumapel. Maka, Kerajaan Tumapel pun terkenal pula dengan nama Kerajaan
Singhasari.
Nama Tumapel juga muncul dalam kronik Cina dari Dinasti Yuan dengan ejaan Tu-ma-pan.
Menurut Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Yang
menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu adalah Tunggul Ametung. Ia mati
dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok, yang
kemudian menjadi akuwu baru. Ken Arok juga yang mengawini istri Tunggul Ametung yang
bernama Ken Dedes. Ken Arok kemudian berniat melepaskan Tumapel dari
kekuasaan Kadiri.
Pada tahun 1254 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kadiri melawan kaum brahmana.
Para brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok yang mengangkat dirinya menjadi
raja pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. Perang
melawan Kadiri meletus di desa Ganter yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.
Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama untuk pendirian Kerajaan Tumapel,
namun tidak menyebutkan adanya nama Ken Arok. Dalam naskah itu, pendiri kerajaan
Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra yang berhasil
mengalahkan Kertajaya raja Kadiri.
Prasasti Mula Malurung atas nama Kertanagara tahun 1255, menyebutkan kalau pendiri
Kerajaan Tumapel adalah Bhatara Siwa. Mungkin nama ini adalah gelar anumerta dari
Ranggah Rajasa, karena dalam Nagarakretagama arwah pendiri kerajaan Tumapel tersebut
dipuja sebagai Siwa. Selain itu, Pararaton juga menyebutkan bahwa, sebelum maju perang
melawan Kadiri, Ken Arok lebih dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa.
1. SISTEM PEMERINTAHAN KERAJAAN SINGASARI 
Ada dua versi yang menyebutkan silsilah kerajaan Singasari alias Tumapel ini. Versi pertama
adalah versi Pararaton yang informasinya didapat dari Prasasti Kudadu. Pararaton
menyebutkan Ken Arok adalah pendiri Kerajaan Singasari yang digantikan oleh Anusapati
(1247–1249 M). Anusapati diganti oleh Tohjaya (1249–1250 M), yang diteruskan oleh
Ranggawuni alias Wisnuwardhana (1250–1272 M). Terakhir adalah Kertanegara yang
memerintah sejak 1272 hingga 1292 M. Sementara pada versi Negarakretagama, raja pertama
Kerajaan Singasari adalah Rangga Rajasa Sang Girinathapura (1222–1227 M). Selanjutnya
adalah Anusapati, yang dilanjutkan Wisnuwardhana (1248–1254 M). Terakhir adalah
Kertanagara (1254–1292 M). Data ini didapat dari prasasti Mula Malurung.
1. Ken Arok (1222–1227 M)
Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok yang sekaligus juga menjadi Raja Singasari
yang pertama dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi. Munculnya Ken Arok
sebagai raja pertama Singasari menandai munculnya suatu dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa
(Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa). Ken Arok hanya memerintah selama lima
tahun (1222–1227 M). Pada tahun 1227 M, Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan
Anusapati (anak tiri Ken Arok). Ken Arok dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan
Siwa–Buddha.
1. . Anusapati (1227–1248 M)
Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan Anusapati.
Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama, Anusapati tidak banyak melakukan
pembaharuan-pembaharuan karena larut dengan kesenangannya menyabung ayam. Peristiwa
kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken Arok
dengan Ken Umang). Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati gemar menyabung ayam
sehingga diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa (tempat kediamanan Tohjoyo) untuk
mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat Anusapati asyik menyaksikan aduan ayamnya,
secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut keris buatan Empu Gandring yang dibawanya dan
langsung menusuk Anusapati. Dengan demikian, meninggallah Anusapati yang didharmakan
di Candi Kidal.
1. Tohjoyo (1248 M)
Dengan meninggalnya Anusapati maka tahta Kerajaan Singasari dipegang oleh Tohjoyo.
Namun, Tohjoyo memerintah Kerajaan Singasari tidak lama sebab anak Anusapati yang
bernama Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya. Dengan bantuan Mahesa
Cempaka dan para pengikutnya, Ranggawuni berhasil menggulingkan Tohjoyo dan kemudian
menduduki singgasana.
1. Ranggawuni (1248–1268 M)
Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 M dengan gelar Sri Jaya
Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang diberi
kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti. Ppemerintahan
Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat Singasari. Pada tahun 1254 M
Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama Kertanegara sebagai yuwaraja (raja
muda) dengan maksud mempersiapkannya menjadi raja besar di Kerajaan Singasari. Pada
tahun 1268 Wisnuwardanameninggal dunia dan didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago
sebagai Buddha Amogapasa dan di Candi Waleri sebagai Siwa.
1. Kertanegara (1268-1292 M)
Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai cita-cita untuk
menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan gelar Sri
Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh tiga orang
mahamentri, yaitu mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan mahamenteri i sirikan. Untuk
dapat mewujudkan gagasan penyatuan Nusantara, ia mengganti pejabat-pejabat yang kolot
dengan yang baru, seperti Patih Raganata digantikan oleh Patih Aragani. Banyak Wide
dijadikan Bupati di Sumenep (Madura) dengan gelar Aria Wiaraja. Setelah Jawa dapat
diselesaikan, kemudian perhatian ditujukan ke daerah lain. Kertanegara mengirimkan utusan
ke Melayu yang dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai
Kerajaan Melayu. Hal ini ditandai dengan pengirimkan Arca Amoghapasa ke Dharmasraya
atas perintah Raja Kertanegara. Selain menguasai Melayu, Singasari juga menaklukan
Pahang, Sunda, Bali, Bakulapura (Kalimantan Barat), dan Gurun (Maluku). Kertanegara juga
menjalin hubungan persahabatan dengan raja Champa,dengan tujuan untuk menahan
perluasaan kekuasaan Kubilai Khan dari Dinasti Mongol. Kubilai Khan menuntut raja-raja di
daerah selatan termasuk Indonesia mengakuinya sebagai yang dipertuan. Kertanegara
menolak dengan melukai muka utusannya yang bernama Mengki. Tindakan Kertanegara ini
membuat Kubilai Khan marah besar dan bermaksud menghukumnya dengan mengirimkan
pasukannya ke Jawa. Mengetahui sebagian besar pasukan Singasari dikirim untuk
menghadapi serangan Mongol maka Jayakatwang (Kediri) menggunakan kesempatan untuk
menyerangnya. Serangan dilancarakan dari dua arah, yakni dari arah utara merupakan
pasukan pancingan dan dari arah selatan merupakan pasukan inti.
Pasukan Kediri dari arah selatan dipimpin langsung oleh Jayakatwang dan berhasil masuk
istana dan menemukan Kertanagera berpesta pora dengan para pembesar istana. Kertanaga
beserta pembesar-pembesar istana tewas dalam serangan tersebut. Ardharaja berbalik
memihak kepada ayahnya (Jayakatwang), sedangkan Raden Wijaya berhasil menyelamatkan
diri dan menuju Madura dengan maksud minta perlindungan dan bantuan kepada Aria
Wiraraja. Atas bantuan Aria Wiraraja, Raden Wijaya mendapat pengampunan dan mengabdi
kepada Jayakatwang. Raden Wijaya diberi sebidang tanah yang bernama Tanah Tarik oleh
Jayakatwang untuk ditempati. Dengan gugurnya Kertanegara maka Kerajaan Singasari
dikuasai oleh Jayakatwang. Ini berarti berakhirnya kekuasan Kerajaan Singasari. Sesuai
dengan agama yang dianutnya, Kertanegara kemudian didharmakan sebagai Siwa––Buddha
(Bairawa) di Candi Singasari. Arca perwujudannya dikenal dengan nama Joko Dolog yang
sekarang berada di Taman Simpang, Surabaya.
1. KEHIDUPAN DI KERAJAAN SINGASARI
Dari segi sosial, kehidupan masyarakat Singasari mengalami masa naik turun. Ketika Ken
Arok menjadi Akuwu di Tumapel, dia berusaha meningkatkan kehidupan masyarakatnya.
Banyak daerah-daerah yang bergabung dengan Tumapel. Namun pada pemerintahan
Anusapati, kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat perhatian karena ia larut dalam
kegemarannya menyabung ayam. Pada masa Wisnuwardhana kehidupan sosial
masyarakatnya mulai diatur rapi. Dan pada masa Kertanegara, ia meningkatkan taraf
kehidupan masyarakatnya. Upaya yang ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari
pelaksanaan politik dalam negeri dan luar negeri.
Politik Dalam Negeri:
1. Mengadakan pergeseran pembantu-pembantunya seperti Mahapatih Raganata
digantikan oleh Aragani, dll.
2.   Berbuat baik terhadap lawan-lawan politiknya seperti mengangkat putra
Jayakatwang (Raja Kediri) yang bernama Ardharaja menjadi menantunya.
3. Memperkuat angkatan perang.
Politik Luar Negeri:
1. Melaksanakan Ekspedisi Pamalayu untuk menguasai Kerajaan melayu serta
melemahkan posisi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka.
2. Menguasai Bali.
3. Menguasai Jawa Barat.
4. Menguasai Malaka dan Kalimantan.
Berdasarkan segi budaya, ditemukan candi-candi dan patung-patung diantaranya candi Kidal,
candi Jago, dan candi Singasari. Sedangkan patung-patung yang ditemukan adalah patung
Ken Dedes sebagai Dewa Prajnaparamita lambing kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara
dalam wujud patung Joko Dolog, dan patung Amoghapasa juga merupakan perwujudan
Kertanegara (kedua patung kertanegara baik patung Joko Dolog maupun Amoghapasa
menyatakan bahwa Kertanegara menganut agama Buddha beraliran Tantrayana).
1. RUNTUHNYA KERAJAAN SINGASARI
Sebagai sebuah kerajaan, perjalanan kerajaan Singasari bisa dikatakan berlangsung singkat.
Hal ini terkait dengan adanya sengketa yang terjadi dilingkup istana kerajaan yang kental
dengan nuansa perebutan kekuasaan. Pada saat itu Kerajaan Singasari sibuk mengirimkan
angkatan perangnya ke luar Jawa. Akhirnya Kerajaan Singasari mengalami keropos di bagian
dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang
merupakan sepupu, sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanegara sendiri. Dalam serangan
itu Kertanegara mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singasari, Jayakatwang menjadi raja dan
membangun ibu kota baru di Kediri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singasari pun berakhir.
1. HUBUNGAN KERAJAAN SINGASARI DENGAN MAJAPAHIT
Pararaton, Nagarakretagama dan prasasti Kudadu mengisahkan Raden Wijaya, cucu
Narasingamurti yang menjadi menantu Kertanegara lolos dari maut. Berkat bantuan Aria
Wiararaja (penentang politik Kertanagara), ia kemudian diampuni oleh Jayakatwang dan
diberi hak mendirikan desa Majapahit. Pada tahun 1293 datang pasukan Mongol yang
dipimpin Ike Mese untuk menaklukkan Jawa. Mereka dimanfaatkan Raden Wijaya untuk
mengalahkan Jayakatwang di Kadiri. Setelah Kadiri runtuh, Raden Wijaya dengan siasat
cerdik ganti mengusir tentara Mongol keluar dari tanah Jawa. Raden Wijaya kemudian
mendirikan Kerajaan Majapahit sebagai kelanjutan Singasari, dan menyatakan dirinya
sebagai anggota Wangsa Rajasa, yaitu dinasti yang didirikan oleh Ken Arok.
Peninggalan Kerajaan Singasari
1. Candi Singosari

Candi Singasari ada di sebuah Desa bernama


Desa Candi Renggi, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang yang juga dikenal dengan
nama Candi Menara dan Candi Cungkup yang mengartikan Candi ini merupakan candi
tertinggi pada masanya. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada tahun 1300 M sebagai
cara untuk menghormati Raja Kertanegara. Candi Singasari adalah Candi Syiwa yang
dibangun pada bagian tengah halaman dengan beberapa arca Syiwa di sekeliling taman
tersebut. Candi ini dibangun di atas batur kaki dengan tinggi 1.5 M tanpa dilengkapi dengan
relief di sekitar kakinya.  Sementara pintu masuk menuju candi menghadap ke arah selatan
yang ada di depan bilik kecil.
Pintu masuk candi tersebut nampak sederhana dan pada bagian atas pintu dilengkapi dengan
pahatan  Kepala Kala sederhana yang membuat timbulnya dugaan jika candi tersebut belum
selesai dibangun. Pada bagian kiri, kanan bilik pintu dan juga bagian belakang ada relung
sebagai tempat arca yang juga terlihat sederhana. Ukuran dari relung tersebut lebih besar dan
ditambahkan dengan bilik penampil serta hiasan kepala kala pada bagian atasnya. Pada ruang
utama candi ini juga terdapat Yoni yang pada bagian atasnya sudah terlihat sedikit rusak dan
pada kaki Yoni juga tidak dilengkapi dengan hiasan. Candi ini terlihat seperti susun dua
sebab di bagian bawah atap candi memiliki bentuk persegi seperti sebuah ruang kecil dengan
relung di setiap sisi.
Relung itu pada awalnya diisi oleh arca, akan tetapi sekarang sudah kosong dan di setiap
pintu relung juga terdapat kepala kala lengkap dengan pahatan berbeda dengan pintu lainnya.
Puncak atap candi memiliki bentuk meru bersusun yang semakin kecil keatasnya dan pada
puncak atap sudah sedikit runtuh. Candi Singasari ini sudah mengalami pemugaran oleh
pemerintah Belanda tahun 1930 yang bisa terlihat dari pahat catatan di kaki candi tersebut.
Pemugaran ini belum dilakukan secara menyeluruh, sebab di sekeliling candi masih ada
tumpukan batu yang tidak dikembalikan ke tempat awal. Di halaman candi ada beberapa arca
yang sudah rusak sebagian dan belum selesai dibangun seperti arca Syiwa dengan banyak
posisi serta ukuran, Durga dan juga lembu Nandini.
2. Candi Jago

Nama candi Jago berasal dari kata Jajaghu yang diambil dari Kitab Negarakertagama da juga
Pararaton. Candi ini dibangun saat jaman Kerajaan Singhasari abad ke-13. Jajaghu yang
mengartikan keagungan ini adalah istilah yang dipakai untuk mengatakan sebuah tempat
yang suci. Candi Jago ini ada di Dusun Jago, Desa Tumpang, Kecamatan Tumpang,
Kabupaten Malang, Jawa Timur. Candi ini hanya tersisa sebagian saja dan menurut cerita ini
dikarenakan candi tersambar petir. Pada candi ini terlihat relief Kunjarakarna dan juga
Pancatantra yang keseluruhan bangunan candi dibangun dengan material batu andhesit.
Adityawarman menempatkan Arca Manjusri di Candi Jago ini yang kini disimpan di Museum
Nasional.
Candi Jagi disusun dengan teras punden berundak dengan total panjang 23.71 M, lebar 14 M
dan ketinggian 9.97 M. Yang tertinggal dari candi ini hanya bagian kaki dan sebagian badan.
Badan candi ini disangga dengan 3 teras yang pada bagian teras pertama agak menjorok dan
badan candi ada di teras ketiga. Atap dan sebagian candi sudah terlihat terbuka dan bentuk
atap aslinya sendiri belum diketahui, akan tetapi banyak yang menduga bentuk atap adalah
Pagoda atau seperti Meru.
Ada pahatan relief pada bagian dinding luar kaki candi yang merupakan cerita Khresnayana,
Arjunawiwaha, Parthayana, Kunjarakharna, Anglingdharma dan juga Fabel. Dibagian sudut
kiri arah barat laut terlukis cerita binatang seperti tantri yang terdiri dari beberapa buah panel.
Untuk bagian dinding depan candi terdapat fabel 2 kura-kura menggigit tangkai kayu yang
diterbangkan dengan seekor angsa. Saat di tengah perjalanan, kura-kura ditertawakan
segerombol serigala dan mereka mendengar kura-kura membalas dengan kata-kata sehingga
mulutnya terlihat terbuka. Kura-kura jatuh karena melepas gigitan kayu dan menjadi
makanan serigala dan ini bermakna agar jangan mundur saat sedang berusaha hanya karena
dihina oleh orang lain.
Pada bagian timur laut terdapat rangkaian cerita Buddha yang menceritakan Yaksa
Kunjarakarna yang pergi menuju dewa tertinggi yakni Sang Wairocana untuk belajar ajaran
Buddha. Sementara salah satu patung yang dulunya ada di candi Jago ini merupakan lambang
dari Dewi Bhrkuti dan di teras ketiga terdapat cerita Arjunawaiwaha dengan riwayat
pernikahan Arjuna dengan Dewi Suprabha sebagai hadiah dari Bhatara Guru sesudah Arjuna
berhasil mengalahkan raksasa Niwatakawaca. Candi Jago ini sudah mengalami pemugaran
dari perintah Raja Kertangeara di tahun 1268 M sampai 1280 M yang dilakukan untuk
menghormati Raja Singasari ke-4 ayahnya yakni Sri Jaya Wisnuwardhana yang wafat di
tahun 1268. Setelah itu, candi Jago juga dipugar kembali pada tahun 1343 M dengan perintah
dari Raja Adityawarman dari Melayu yang masih berhubungan darah dengan Raja Hayam
Wuruk dan Adityawarman juga mendirikan candi tambahan dan membangunnya di Arca
Manjusri.

3. Candi Sumberawan

Peninggalan Kerajaan Singasari selanjutnya adalah candi sumberawan. Candi Sumberawan


ini berbentuk stupa yang ada di Desa Toyomarto, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang,
Jawa Timur. Candi Sumberawan terbuat dari material batu andhesit dengan panjang 6.25 M,
lebar 6.25 M serta tingi 5.23 M yang dibangun pada ketinggian 650 M dari permukaan laut di
kaki bukit Gunung Arjuna. Candi ini ditemukan pada tahun 1904 dan diteliti pada tahun 1935
oleh peneliti Dinas Purbakala. Candi ini mengalami pemugaran tahun 1937 jaman Hindia
Belanda di bagian kaki candi, sementara sisanya di rekonstruksi dengan seadanya. Candi
Sumberawan menjadi satu-satunya stupa yang ada di daerah Jawa Timur dengan bentuk bujur
sangkar dan tidak dilengkapi dengan tangga serta tidak ada relief. Candi ini memiliki kaki
dan juga badan dengan bentuk stupa. Di batur candi yang tinggi ada selasar dan kaki candi
terlihat dari keempat buah sisinya. Pada bagian atas kaki terdapat stupa yang terdiri dari lapik
bujur sangkar serta lapik segi delapan dan bantalan Padma, sementara untuk bagian atas
memiliki bentuk stupa atau genta yang pada bagian puncaknya sudah hilang.
Karena candi ini tidak dilengkapi dengan tangga seperti pada candi lain yang dibagian
dalamnya biasanya digunakan sebagai tempat menyimpan berbagai benda, maka candi ini
hanya berbentuk stupa namun tidak berfungsi seperti stupa pada umumnya yang menurut
perkiraan memang dibangun hanya sebagai tempat pemujaan saja. Ahli purbakala menduga
jika Candi Sumberawan dulu memiliki nama Kasurangganan yang merupakan nama terkenal
di dalam Kitab Negarakertagama. Candi ini sudah dikunjungi oleh Hayam Wuruk di tahun
1359 M saat ia melakukan perjalanan
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari uraian materi diatas dapat ditarik sebuah kesimpulan jika:
1. Kerajaan Singasari itu terletak di daerah Tumapel, yang di kuasai oleh seorang akuwu
(bupati). Letaknya di daerah pegunungan yang subur di wilayah Malang dengan
pelabuhan bernama Pasuruan. Dari daerah inilah Kerajaan Singasari berkembang dan
bahkan menjadi sebuah kerajaa besar di Jawa Timur.
2. Kerajaan Sigasari dipimpin oleh raja-raja termasyur seperti : Ken arok, Anusapati,
Tohjoyo, Ranggawuni dan Kertanegara.
3. .Dari segi sosial, kehidupan masyarakat Singasari mengalami masa naik turun dan
seringkali mengalami berbagai masalah, namun hal itu selalu bisa di atasi.
4. Runtuhnya Singasari diawali dengan  adanya sengketa yang terjadi dilingkup istana
kerajaan yang kental dengan nuansa perebutan kekuasaan.
5. Hubungan antara Singasari dan Majapahit adalah setelah Singasari runtuh maka di
bangunlah kerajaan Majapahit sebagai kelanjutannya.
DAFTAR PUSTAKA

http://fithryahidayati.blogspot.com/2011/08/makalah-kerajaan-singasari.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Kerajaan_Singhasari
http://nandawidyaningrum.blogspot.com/2012/11/kerajaan-singasari.html
Erwin, Tuti nuriah. 1990.  Asia Selatan dalam Sejarah. Jakarta: Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia. 
T. S. G, Mulya.  India Sedjarah Politik dan Pergerakan Kebangsaan. (tjetakan kedua).
Jakarta: Balai Pustaka. 1952

Anda mungkin juga menyukai