Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada kira-kira tahun 150 Masehi pengaruh agama Hindu-Budha yang masuk dalam
wilayah nusantara membawa pengaruh besar di Indonesia, namun hanya terbatas
pada kebudayaannya saja, terutama dalam bidang agama dan kesenian. Demikian
pengaruh kebudayaan Hindu yang sangat besar mengakibatkan berita-berita
tentang Indonesia, juga pernah ditulis dalam bahasa Sanskerta. Pada umumnya
para ahli cenderung kepada pendapat yang menyatakan bahwa masuknya budaya
Hindu ke Indonesia itu dibawa dan disebarluaskan oleh orang-orang Indonesia
sendiri. Bukti tertua pengaruh budaya India di Indonesia adalah penemuan arca
perunggu Buddha di daerah Sempaga (Sulawesi Selatan). Dilihat dari bentuknya,
arca ini mempunyai langgam yang sama dengan arca yang dibuat di Amarawati
(India). Arca Buddha tersebut merupakan barang dagangan atau barang
persembahan untuk bangunan suci agama Buddha. Bersamaan dengan ini mulai
muncullah kerajaan-kerajaan beraliran hindu-budha di Indonesia. Setiap kerajaan
mempunyai sejarah asal mula berdirinya kerajaan tersebut sampai pada masa
keruntuhannya. Salah satunya Kerajaan Singhasari yang sangat terkenal dan
menjadi salah satu kerajaan yang besar di Nusantara.
B. Rumusan masalah
1. Menjelaskan raja yang dipimpin di kerajaan singhasari
2. Menjelaskan kehidupan kerajaan singhasri
3. Menjelaskan peninggalan kerajaan singhasari

BAB II
PEMBAHASAN
Kerajaan singasari adalah sebuah Kerajaan di Jawa Timur yang didirikan oleh Ken
Arok pada tahun 1222. Lokasi Kerajaan ini sekarang diperkirakan berada di daerah
Singosari, Kabupaten Malang. Dan merupakan cikal bakal berdirinya Kerajaan
Majapahit (1293 M awal abad ke 6 M). Nama resmi Kerajaan Singosari sendiri
sesungguhnya ialah Kerajaan Tumapel. Menurut Kitab Nagarakretagama, ketika
pertama kali didirikan tahun 1222, ibu kota Kerajaan Tumapel bernama Kutaraja.
Seperti yang tertulis pula pada Prasasti Kudadu.Menurut Kitab Pararaton, Tumapel
semula hanya sebuah daerah bawahanKerajaan Kadiri/Kediri. Yang menjabat
sebagai akuwu (setara jabatan Camat jaman sekarang) Tumapel saat itu adalah
Tunggul Ametung. Ia mati dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh pengawalnya
sendiri yang bernama Ken Arok, yang kemudian menjadi akuwu baru. Ken Arok juga
yang mengawini istri Tunggul Ametung yang bernama Ken Dedes. Ken Arok
kemudian berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kerajaan Kediri.Pada tahun
1222 terjadi perseteruan antara Kertajaya (Raja Kediri) melawan kaum brahmana.
Para brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok yang mengangkat dirinya
menjadi Raja pertama Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. Perang
melawan Kerajaan Kediri meletus di desa Ganter yang dimenangkan oleh pihak
Tumapel di bawah pimpinan Ken Arok.
Keberadaan Kerajaan Singosari dibuktikan melalui candi-candi yang banyak
ditemukan di Jawa Timur yaitu daerah Singosari sampai Malang, juga melalui kitab
sastra peninggalan zaman Majapahit yang berjudul Negarakertagama karangan
Mpu Prapanca yang menjelaskan tentang raja-raja yang memerintah di Singosari
serta kitab Pararaton yang juga menceritakan riwayat Ken Arok yang penuh
keajaiban. Kitab Pararaton isinya sebagian besar adalah mitos atau dongeng tetapi
dari kitab Pararatonlah asal usul Ken Arok menjadi raja dapat diketahui. Sebelum
menjadi raja, Ken Arok berkedudukan sebagai Akuwu (Bupati) di Tumapel
menggantikan Tunggul Ametung yang dibunuhnya, karena tertarik pada Ken Dedes
istri Tunggul Ametung. Selanjutnya ia berkeinginan melepaskan Tumapel dari
kekuasaan kerajaan Kadiri yang diperintah oleh Kertajaya. Keinginannya terpenuhi
setelah kaum Brahmana Kadiri meminta perlindungannya. Dengan alasan tersebut,
maka tahun 1222 M /1144 C Ken Arok menyerang Kediri, sehingga Kertajaya
mengalami kekalahan pada pertempuran di desa Ganter. Ken Arok yang
mengangkat dirinya sebagai raja Tumapel bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi.

Sistem Pemerintahan Kerajaan Kediri


Ada dua versi yang menyebutkan silsilah kerajaan Singhasari alias Tumapel ini. Versi
pertama adalah versi Pararaton yang informasinya didapat dari Prasasti Kudadu.
Pararaton menyebutkan Ken Arok adalah pendiri Kerajaan Singhasari yang
digantikan oleh Anusapati (12471249 M). Anusapati diganti oleh Tohjaya (1249
1250 M), yang diteruskan oleh Ranggawuni alias Wisnuwardhana (12501272 M).
Terakhir adalah Kertanegara yang memerintah sejak 1272 hingga 1292 M.
Sementara pada versi Negarakretagama, raja pertama Kerajaan Singhasari adalah
Rangga Rajasa Sang Girinathapura (12221227 M). Selanjutnya adalah Anusapati,
yang dilanjutkan Wisnuwardhana (12481254 M). Terakhir adalah Kertanagara
(12541292 M). Data ini didapat dari prasasti Mula Malurung.

Prasasti Mula Malurung

Kejayaan Kerajaan Singhasari


Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari
(1268 1292). Ia adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke
luarJawa.Pada
tahun 1275 ia
mengirim
pasukan Ekspedisi
Pamalayu untuk
menjadikan Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi
bangsa Mongol.
Saat
itu
penguasa
Sumatra
adalah Kerajaan
Dharmasraya(kelanjutan dari Kerajaan Malayu). Kerajaan ini akhirnya dianggap
telah ditundukkan, dengan dikirimkannya bukti arca Amoghapasa yang
dariKertanagara, sebagai tanda persahabatan kedua negara.
Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali. Pada
tahun 1289 Kaisar Kubilai
Khan mengirim
utusan
ke
Singhasari
meminta
agar Jawa mengakui kedaulatan Mongol.Namun permintaan itu ditolak tegas
olehKertanagara. Nagarakretagama menyebutkan
daerah-daerah
bawahan
Singhasari
di
luar Jawa pada
masa Kertanagara antara
lain, Melayu, Bali,Pahang, Gurun, dan Bakulapura.
Sumber sejarah :
Adapun sumber sejarah dalam mempelajari kerajaan Singhasari dapat diperoleh
dari berbagai prasasti, karyasastra, catatan, maupun bangunan candi. Sumber
tersebut meliputi :
A. Kitab Pararaton
Kitab ini berisi cerita mitos daririwayat Ken Arok yang penuh keajaiban hingga
riwayat raja-raja Singhasari.
B. Kitab Negarakertagama
Kitab ini merupakan karya Mpu Prapanca (1365) yang berisi perkembangan
kehidupan kerajaan Majapahit dan memuat pula raja yang berkuasa di Singhasari.
C. Kidung Harsawijaya
Kidung ini menyebutkan raja Jayakatwang sebagai samantharaja (raja bawahan)
yang patuh kepada Kertanegara. Namun dalam perkembangannya, Jayakatwang
pada akhirnya menyerang kedudukan Kertanegara.

Perkembangan kerajaan Singhasari banyak diwarnai dengan pembunuhan. Hal ini


dapat dilihat dari raja yang memerintah :
1. Ken Arok (12221227 M)
Pendiri Kerajaan Singasari adalah Ken Arok yang sekaligus juga menjadi Raja
Singasari yang pertama dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Sang Amurwabumi.
Munculnya Ken Arok sebagai raja pertama Singasari menandai munculnya suatu
dinasti baru, yakni Dinasti Rajasa (Rajasawangsa) atau Girindra (Girindrawangsa).
Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun (12221227 M). Pada tahun 1227 M,

Ken Arok dibunuh oleh seorang suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok). Ken Arok
dimakamkan di Kegenengan dalam bangunan SiwaBuddha.
2. Anusapati (12271248 M)
Dengan meninggalnya Ken Arok maka takhta Kerajaan Singasari jatuh ke tangan
Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahaannya yang lama, Anusapati tidak
banyak
melakukan
pembaharuan-pembaharuan
karena
larut
dengan
kesenangannya menyabung ayam. Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya
terbongkar dan sampai juga ke Tohjoyo (putra Ken Arok dengan Ken Umang).
Tohjoyo mengetahui bahwa Anusapati gemar menyabung ayam sehingga
diundangnya Anusapati ke Gedong Jiwa (tempat kediamanan Tohjoyo) untuk
mengadakan pesta sabung ayam. Pada saat Anusapati asyik menyaksikan aduan
ayamnya, secara tiba-tiba Tohjoyo menyabut keris buatan Empu Gandring yang
dibawanya dan langsung menusuk Anusapati. Dengan demikian, meninggallah
Anusapati yang didharmakan di Candi Kidal.

Candi Kidal

3. Tohjoyo (1248 M)
Dengan meninggalnya Anusapati maka tahta Kerajaan Singasari dipegang oleh
Tohjoyo. Namun, Tohjoyo memerintah Kerajaan Singasari tidak lama sebab anak
Anusapati yang bernama Ranggawuni berusaha membalas kematian ayahnya.
Dengan bantuan Mahesa Cempaka dan para pengikutnya, Ranggawuni berhasil
menggulingkan Tohjoyo dan kemudian menduduki singgasana.
4. Ranggawuni (12481268 M)
Ranggawuni naik takhta Kerajaan Singasari pada tahun 1248 M dengan gelar Sri
Jaya Wisnuwardana oleh Mahesa Cempaka (anak dari Mahesa Wongateleng) yang
diberi kedudukan sebagai ratu angabhaya dengan gelar Narasinghamurti.
Ppemerintahan Ranggawuni membawa ketenteraman dan kesejahteran rakyat
Singasari. Pada tahun 1254 M Wisnuwardana mengangkat putranya yang bernama
Kertanegara sebagai yuwaraja (raja muda) dengan maksud mempersiapkannya
menjadi raja besar di Kerajaan Singasari. Pada tahun 1268 Wisnuwardanameninggal
dunia dan didharmakan di Jajaghu atau Candi Jago sebagai Buddha Amogapasa dan
di Candi Waleri sebagai Siwa.

Candi Jago
5. Kertanegara (1268-1292 M)
Kertanegara adalah Raja Singasari terakhir dan terbesar karena mempunyai citacita untuk menyatukan seluruh Nusantara. Ia naik takhta pada tahun 1268 dengan
gelar Sri Maharajadiraja Sri Kertanegara. Dalam pemerintahannya, ia dibantu oleh
tiga orang mahamentri, yaitu mahamentri i hino, mahamentri i halu, dan
mahamenteri i sirikan. Untuk dapat mewujudkan gagasan penyatuan Nusantara, ia
mengganti pejabat-pejabat yang kolot dengan yang baru, seperti Patih Raganata
digantikan oleh Patih Aragani. Banyak Wide dijadikan Bupati di Sumenep (Madura)
dengan gelar Aria Wiaraja. Setelah Jawa dapat diselesaikan, kemudian perhatian
ditujukan ke daerah lain. Kertanegara mengirimkan utusan ke Melayu yang dikenal
dengan nama Ekspedisi Pamalayu 1275 yang berhasil menguasai Kerajaan Melayu.
Hal ini ditandai dengan pengirimkan Arca Amoghapasa ke Dharmasraya atas
perintah Raja Kertanegara.

Arca Amoghapasa
Selain menguasai Melayu, Singasari juga menaklukan Pahang, Sunda, Bali,
Bakulapura (Kalimantan Barat), dan Gurun (Maluku). Kertanegara juga menjalin
hubungan persahabatan dengan raja Champa,dengan tujuan untuk menahan
perluasaan kekuasaan Kubilai Khan dari Dinasti Mongol. Kubilai Khan menuntut rajaraja di daerah selatan termasuk Indonesia mengakuinya sebagai yang dipertuan.
Kertanegara menolak dengan melukai muka utusannya yang bernama Mengki.
Tindakan Kertanegara ini membuat Kubilai Khan marah besar dan bermaksud
menghukumnya dengan mengirimkan pasukannya ke Jawa. Mengetahui sebagian
besar pasukan Singasari dikirim untuk menghadapi serangan Mongol maka
Jayakatwang (Kediri) menggunakan kesempatan untuk menyerangnya. Serangan
dilancarakan dari dua arah, yakni dari arah utara merupakan pasukan pancingan
dan dari arah selatan merupakan pasukan inti.

Pasukan Kediri dari arah selatan dipimpin langsung oleh Jayakatwang dan berhasil
masuk istana dan menemukan Kertanagera berpesta pora dengan para pembesar
istana. Kertanaga beserta pembesar-pembesar istana tewas dalam serangan
tersebut. Ardharaja berbalik memihak kepada ayahnya (Jayakatwang), sedangkan
Raden Wijaya berhasil menyelamatkan diri dan menuju Madura dengan maksud
minta perlindungan dan bantuan kepada Aria Wiraraja. Atas bantuan Aria Wiraraja,
Raden Wijaya mendapat pengampunan dan mengabdi kepada Jayakatwang. Raden
Wijaya diberi sebidang tanah yang bernama Tanah Tarik oleh Jayakatwang untuk
ditempati. Dengan gugurnya Kertanegara maka Kerajaan Singasari dikuasai oleh
Jayakatwang. Ini berarti berakhirnya kekuasan Kerajaan Singasari. Sesuai dengan
agama yang dianutnya, Kertanegara kemudian didharmakan sebagai SiwaBuddha
(Bairawa) di Candi Singasari. Arca perwujudannya dikenal dengan nama Joko Dolog
yang sekarang berada di Taman Simpang, Surabaya.
KEHIDUPAN KERAJAAN
Dari segi sosial, kehidupan masyarakat Singasari mengalami masa naik turun.
Ketika Ken Arok menjadi Akuwu di Tumapel, dia berusaha meningkatkan kehidupan
masyarakatnya. Banyak daerah-daerah yang bergabung dengan Tumapel. Namun
pada pemerintahan Anusapati, kehidupan sosial masyarakat kurang mendapat
perhatian karena ia larut dalam kegemarannya menyabung ayam. Pada masa
Wisnuwardhana kehidupan sosial masyarakatnya mulai diatur rapi. Dan pada masa
Kertanegara, ia meningkatkan taraf kehidupan masyarakatnya. Upaya yang
ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam negeri dan
luar negeri.
Politik Dalam Negeri :
Mengadakan

pergeseran
pembantu-pembantunya seperti Mahapatih
Raganata digantikan oleh Aragani, dll.
Berbuat baik terhadap lawan-lawan politiknya seperti mengangkat putra
Jayakatwang (Raja Kediri) yang bernama Ardharaja menjadi menantunya.
Memperkuat angkatan perang.
Politik Luar Negeri :
Melaksanakan Ekspedisi Pamalayu untuk menguasai Kerajaan melayu serta

melemahkan posisi Kerajaan Sriwijaya di Selat Malaka.


Menguasai Bali.
Menguasai Jawa Barat.
Menguasai Malaka dan Kalimantan.

Berdasarkan segi budaya, ditemukan candi-candi dan patung-patung diantaranya


candi Kidal, candi Jago, dan candi Singasari. Sedangkan patung-patung yang
ditemukan adalah patung Ken Dedes sebagai Dewa Prajnaparamita lambing
kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara dalam wujud patung Joko Dolog, dan
patung Amoghapasa juga merupakan perwujudan Kertanegara (kedua patung
kertanegara baik patung Joko Dolog maupun Amoghapasa menyatakan bahwa
Kertanegara menganut agama Buddha beraliran Tantrayana).
Kehidupan Politik
Kerajaan Singosari yang pemah mengalami kejayaan dalam perkembangan sejarah
Hindu di Indonesia pernah diperintah oleh raja-raja sebagai berikut.
Raja Ken Arok Setelah kemenangannya dalam pertempuran melawan Kerajaan
Kediri, Ken Arok memutuskan untuk membuat dinasti Bhattara serta membangun
kerajaan baru dengan nama Kerajaan Singasari.
Ken Arok sebagai raja pertama Kerajaan Singasari bergelar Sri Ranggah Rajasa
Bhatara Sang Amurwabhumi dan dinastinya bernama Dinasti Girindrawangsa
(Dinasti Keturunan Siwa). Pendirian dinasti ini bertujuan menghilangkan jejak
tentang siapa sebenarnya Ken Arok dan mengapa ia berhasil mendirikan kerajaan.
Di samping itu, agar keturunan-keturunan Ken Arok (bila suatu saat menjadi raja
besar) tidak ternoda oleh perilaku dan tindakan kejahatan yang pemah dilakukan
oleh Ken Arok. Raja Ken Arok memerintah pada tahun 1222-1227 M. Masa
pemerintahan Ken Arok diakhiri secara tragis, saat ia dibunuh oleh kaki tangan
Anusapati, yang merupakan anak tirinya (anak Ken Dedes dengan suami
pertamanya Tunggul Ametung).
Raja Anusapati Dengan meninggalnya Ken Arok, tahta Kerajaan Singasari langsung
dipegang oleh Anusapati. Dalam jangka waktu pemerintahan yang cukup lama itu
(1227-1248 M), Anusapati tidak melakukan pembaruan-pembaruan, karena
Anusapati larut dengan kegemarannya sendiri, yaitu menyabung ayam.
Peristiwa kematian Ken Arok akhirnya terbongkar dan sampai kepada putra Ken
Arok dengan Ken Umang yang bernama Tohjaya. Tohjaya mengetahui bahwa
Anusapati suka menyabung ayam, karena itu Anusapati diundang untuk menyabung
ayam di Gedong Jiwa (tempat kediaman Tohjaya). Saat Anusapati sedang asyik
melihat aduan ayamnya, secara tiba-tiba Tohjaya mencabut keris Empu Gandring

yang dibawa Anusapati dan langsung menusukkan ke punggung Anusapati hingga


ia meninggal.
Raja Tohjaya Dengan meninggalnya Anusapati, tahta kerajaan dipegang oleh
Tohjaya. Tohjaya memerintah Kerajaan Singasari hanya beberapa bulan saja (1248
M), karena putra Anusapati yang bernama Ranggawuni mengetahui perihal
kematian Anusapati. Ranggawuni yang dibantu oleh Mahesa Cempaka menuntut
hak atas tahta kerajaan kepada Tohjaya. Tetapi Tohjaya mengirim pasukannya untuk
menangkap Ranggawuni dan Mahesa Cempaka. Rencana Tohjaya telah diketahui
oleh Ranggawuni dan Mahesa Cempaka, sehingga keduanya melarikan diri sebelum
pasukan Tohjaya menangkap mereka.
Untuk menyelidiki persembunyian Ranggawuni dan Mahesa Cempaka, Tohjaya
mengirim pasukan di bawah pimpinan Lembu Ampal. Namun, Lembu Ampal
akhirnya menyadari bahwa yang berhak atas tahta kerajaan ternyata Ranggawuni,
maka ia berbalik memihak Ranggawuni dan Mahesa Cempaka. Ranggawuni yang
dibantu Mahesa Cempaka dan Lembu Ampal berhasil merebut tahta kerajaan dari
tangan Tohjaya. Selanjutnya Ranggawuni menduduki tahta Kerajaan Singasari.
Raja Wisnuwardhana Ranggawuni naik tahta atas Kerajaan Singasari dengan gelar
Sri JayaWisnuwardhana dibantu oleh Mahesa Cempaka dengan gelar
Narasinghamurti. Mereka memerintah bersama Kerajaan Singasari (1248-1268 M).
Wisnuwardhana sebagai raja, Narasinghamurti sebagai Ratu Angabhaya.
Pemerintahan kedua penguasa tersebut membawa keamanan dan kesejahteraan.
Pada tahun 1254 M, Wisnuwardhana mengangkat putranya sebagai Yuvaraja (raja
muda) dengan maksud untuk mempersiapkan putranya yang bernama Kertanegara
menjadi seorang raja besar di Kerajaan Singasari. Setelah Wisnuwardhana
meninggal dunia (dialah satu-satunya raja yang meninggal tidak terbunuh di
Kerajaan Singasari), tahta KerajaaSingasari beralih kepada Kertanegara.
Raja Kertanegara Raja Kertanegara (1268-1292 M) merupakan raja terkemuka dan
raja terakhir dari Kerajaan Singasari. Di bawah pemerintahannya, Kerajaan Singasari
mencapai masa kejayaannya. Stabilitas kerajaan yang diwujudkan pada masa
pemerintahan Raja Wisnuwardhana disempurnakan lagi dengan tindakan-tindakan
yang tegas dan berani. Setelah keadaaan Jawa Timur dianggap baik, Raja
Kertanegara melangkah ke luar Jawa Timur untuk mewujudkan cita-cita persatuan
seluruh Nusantara di bawah panji Kerajaan Singasari.

Upaya yang ditempuh Raja Kertanegara dapat dilihat dari pelaksanaan politik dalam
dan luar negeri. Dalam rangka mewujudkan Stabilitas politik Kerajaan Singasari,
Raja Kertanegara menempuh jalan sebagai berikut.
a.Kebijakan dalam negeri
Pergantian pejabat kerajaan, bertujuan menggalang pemerintahan yang

kompak.
Memelihara keamanan dan melakukan politik
menciptakan kerukunan dan politik yang stabil.
b.Kebijakan Luar Negeri

perkawinan.

Tujuannya

Menggalang persatuan Nusantara dengan mengutus ekspedisi tentara

Pamalayu ke Kerajaan Melayu (Jambi). Mengutus pasukan ke Sunda, Bali,


Pahang.
Menggalang kerjasama dengan kerajaan lain. Contohnya menjalin
persekutuan dengan kerajaan Campa.
Dari tindakan-tindakan politik Kertanegara tersebut, di satu sisi Kertanegara
berhasil mencapai cita-citanya memperluas dan memperkuat Singasari, tetapi dari
sisi yang lain muncul beberapa ancaman yang justru berakibat hancurnya Singasari.
Ancaman yang muncul dari luar yaitu dari tentara Kubilai-Khan dari Cina Mongol
karena Kertanegara tidak mau mengakui kekuasaannya bahkan menghina utusan
Kubilai-khan yaitu Meng-chi. Dari dalam adanya serangan dari Jayakatwang (Kadiri)
tahun 1292 yang bekerja sama dengan Arya Wiraraja Bupati Sumenep yang tidak
diduga sebelumnya. Kertanegara terbunuh, maka jatuhlah Singasari di bawah
kekuasaan Jayakatwang dari Kediri. Setelah Kertanegara meninggal maka
didharmakan/diberi penghargaan di candi Jawi sebagai Syiwa Budha, di candi
Singasari sebagai Bhairawa. Di Sagala sebagai Jina (Wairocana) bersama
permaisurinya Bajradewi. Untuk memperjelas pemahaman Anda, tentang candi
Singosari tempat Kertanegari di muliakan,
Kehidupan Ekonomi
Dalam kehidupan ekonomi, walaupun tidak ditemukan sumber secara jelas. Ada
kemungkinan perekonomian ditekankan pada pertanian dan perdagangan karena
Singosari merupakan daerah yang subur dan dapat memanfaatkan sungai Brantas
dan Bengawan Solo sebagai sarana lalu lintas perdagangan dan pelayaran.
Kehidupan Budaya

Gambaran perkembangan kebudayaan sejak berdirinya kerajaan Singosari terlihat


dari di temukannya peninggalan berupa candi candi dan patung yang di bangun
dari zaman kekuasaan Singosari. Diantaranya seperti candi Kidal, Jago, dan candi
Singosari. Sedangkan patung yang di temukan adalah patung Ken Dedes sebagai
dewi Prajnaparamita lambing kesempurnaan ilmu, patung Kertanegara dalam
bentuk Joko Dolok yang di temuksn dekat Surabaya dan patung Amoghapasa juga
perwujudan dari raja Kertanegara yang dikirim ke Dharmacraya ibu kota kerajaan
Melayu. Kedua perwujudan patung tersebut dapat di ketahui bahwa raja
Kertanegara beragama Budha beraliran Tantrayana (Tantriisme).
Peniggalan peninggalan Kerajaan Singasari
1. Candi Singosari

Candi ini berlokasi di Kecamatan Singosari,Kabupaten Malang dan terletak pada


lembah di antara Pegunungan Tengger dan Gunung Arjuna. Berdasarkan
penyebutannya pada Kitab Negarakertagama serta Prasasti Gajah Mada yang
bertanggal 1351 M di halaman komplek candi, candi ini merupakan tempat
pendharmaan bagi raja Singasari terakhir, Sang Kertanegara, yang
mangkat(meninggal) pada tahun 1292 akibat istana diserang tentara Gelang-gelang
yang dipimpin oleh Jayakatwang. Kuat dugaan, candi ini tidak pernah selesai
dibangun.
2. Candi Jago

Arsitektur Candi Jago disusun seperti teras punden berundak. Candi ini cukup unik,
karena bagian atasnya hanya tersisa sebagian dan menurut cerita setempat karena
tersambar petir. Relief-relief Kunjarakarna dan Pancatantra dapat ditemui di candi
ini. Sengan keseluruhan bangunan candi ini tersusun atas bahan batu andesit.
3. Candi Sumberawan

Candi Sumberawan merupakan satu-satunya stupa yang ditemukan di Jawa Timur.


Dengan jarak sekitar 6 km dari Candi Singosari, Candi ini merupakan peninggalan
Kerajaan Singasari dan digunakan oleh umat Buddha pada masa itu. Pemandangan

di sekitar candi ini sangat indah karena terletak di dekat sebuah telaga yang sangat
bening airnya. Keadaan inilah yang memberi nama Candi Rawan.
4. Arca Dwarapala

Arca ini berbentuk Monster dengan ukuran yang sangat besar. Menurut penjaga
situs sejarah ini, arca Dwarapala merupakan pertanda masuk ke wilayah kotaraja,
namun hingga saat ini tidak ditemukan secara pasti dimanan letak kotaraja
Singhasari.
5. Prasasti Manjusri
Prasasti Manjusri merupakan manuskrip yang dipahatkan pada bagian belakang
Arca Manjusri, bertarikh 1343, pada awalnya ditempatkan di Candi Jago dan
sekarang tersimpan di Museum Nasional Jakarta.
6. Prasasti Mula Malurung
Prasasti Mula Malurung adalah piagam pengesahan penganugrahan desa Mula dan
desa Malurung untuk tokoh bernama Pranaraja. Prasasti ini berupa lempenganlempengan tembaga yang diterbitkan Kertanagara pada tahun 1255 sebagai raja
muda di Kadiri, atas perintah ayahnya Wisnuwardhana raja Singhasari.

Kumpulan lempengan Prasasti Mula Malurung ditemukan pada dua waktu yang
berbeda. Sebanyak sepuluh lempeng ditemukan pada tahun 1975 di dekat kota
Kediri, Jawa Timur. Sedangkan pada bulan Mei 2001, kembali ditemukan tiga
lempeng di lapak penjual barang loak, tak jauh dari lokasi penemuan sebelumnya.
Keseluruhan lempeng prasasti saat ini disimpan di Museum Nasional Indonesia,
Jakarta.
7. Prasasti Singosari

Prasasti Singosari, yang bertarikh tahun 1351 M, ditemukan di Singosari, Kabupaten


Malang, Jawa Timur dan sekarang disimpan di Museum Gajah dan ditulis dengan
Aksara Jawa.
Prasasti ini ditulis untuk mengenang pembangunan sebuah caitya atau candi
pemakaman yang dilaksanakan oleh Mahapatih Gajah Mada. Paruh pertama
prasasti ini merupakan pentarikhan tanggal yang sangat terperinci, termasuk
pemaparan letak benda-benda angkasa. Paruh kedua mengemukakan maksud
prasasti ini, yaitu sebagai pariwara pembangunan sebuah caitya.
8. Candi Jawi

Candi ini terletak di pertengahan jalan raya antara Kecamatan Pandaan


Kecamatan Prigen dan Pringebukan. Candi Jawi banyak dikira sebagai tempat
pemujaan atau tempat peribadatan Buddha, namun sebenarnya merupakan tempat
pedharmaan atau penyimpanan abu dari raja terakhir Singhasari, Kertanegara.
Sebagian dari abu tersebut juga disimpan pada Candi Singhasari. Kedua candi ini
ada hubungannya dengan Candi Jago yang merupakan tempat peribadatan Raja
Kertanegara.
9. Prasasti Wurare

Prasasti Wurare adalah sebuah prasasti yang isinya memperingati penobatan arca
Mahaksobhya di sebuah tempat bernama Wurare (sehingga prasastinya disebut
Prasasti Wurare). Prasasti ditulis dalam bahasa Sansekerta, dan bertarikh 1211 Saka
atau 21 November 1289. Arca tersebut sebagai penghormatan dan perlambang
bagi Raja Kertanegara dari kerajaan Singhasari, yang dianggap oleh keturunannya
telah mencapai derajat Jina (Buddha Agung). Sedangkan tulisan prasastinya ditulis
melingkar pada bagian bawahnya.
10. Candi Kidal

Candi Kidal adalah salah satu candi warisan dari kerajaan Singasari. Candi ini
dibangun sebagai bentuk penghormatan atas jasa besar Anusapati, Raja kedua dari
Singhasari, yang memerintah selama 20 tahun (1227 1248). Kematian Anusapati

dibunuh oleh Panji Tohjaya sebagai bagian dari perebutan kekuasaan Singhasari,
juga diyakini sebagai bagian dari kutukan Mpu Gandring.
RUNTUHNYA KERAJAAN SINGASARI
Sebagai sebuah kerajaan, perjalanan kerajaan Singasari bisa dikatakan berlangsung
singkat. Hal ini terkait dengan adanya sengketa yang terjadi dilingkup istana
kerajaan yang kental dengan nuansa perebutan kekuasaan. Pada saat itu Kerajaan
Singasari sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa. Akhirnya Kerajaan
Singasari mengalami keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi
pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang merupakan sepupu,
sekaligus ipar, sekaligus besan dari Kertanegara sendiri. Dalam serangan itu
Kertanegara mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singasari, Jayakatwang menjadi raja
dan membangun ibu kota baru di Kediri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singasari pun
berakhir.
BAB 3. PENUTUP
Kesimpulan

1. Kerajaan Singasari itu terletak di daerah Tumapel, yang di kuasai oleh seorang
akuwu (bupati). Letaknya di daerah pegunungan yang subur di wilayah Malang
dengan pelabuhan bernama Pasuruan. Dari daerah inilah Kerajaan Singasari
berkembang dan bahkan menjadi sebuah kerajaa besar di Jawa Timur.

2. Kerajaan Sigasari dipimpin oleh raja-raja termasyur seperti : Ken arok, Anusapati,
Tohjoyo, Ranggawuni dan Kertanegara.

3.Dari segi sosial, kehidupan masyarakat Singasari mengalami masa naik turun dan
seringkali mengalami berbagai masalah, namun hal itu selalu bisa di atasi.

4. Runtuhnya Singasari diawali dengan adanya sengketa yang terjadi dilingkup


istana kerajaan yang kental dengan nuansa perebutan kekuasaan.

5. Hubungan antara Singasari dan Majapahit adalah setelah Singasari runtuh maka
di bangunlah kerajaan Majapahit sebagai kelanjutannya.

Anda mungkin juga menyukai