2. Kerajaan kediri
Kerajaan Kediri terletak di tepi sungai Brantas, Jawa Timur, beribu kota di
Daha. Raja yang pernah memerintah Kerajaan Kediri adalah Bameswara, Jayabaya,
Sarweswara, Aryyeswara, Gandra, Kameswara, dan Kertajaya. Raja Bameswara
memerintah tahun 1115-1130. Ia dikenal sebagai Raden Panji Asmarabangun dan
permaisurinya Sri Kiranavatu atau Dewi Candra Kirana. Ia menetapkan lambang
kerajaan berupa Candrakapala (tengkorak bertaring). Kisah perjalanan hidup tersebut
ditulis oleh Mpu Darmaja dalam kitab Smaradahana. Kediri mencapai puncak kejayaan
pada masa Jayabaya yang terkenal dengan ramalannya. Karya sastra dan pujangga yang
terkenal adalah Mpu Sedah dan Mpu Panuluh dengan Kitab Bharatayuda, Kitab
Hariwangsa, dan Kitab Gatutkacasraya.
Peninggalan sejarah Kerajaan Kediri:
Prasasti Pandeglang
Prasasti Penumbangan
Prasasti Hantang
Prasasti Talan
Prasasti Jepun
Prasasti Kahyunan
Prasasti Weleri
Prasasti Angin
Prasasti Semanding.
Selain itu juga ada Kitab Smaradahana, Bharatayudha, Hariwangsa,
Gatotkacasraya, dan Sumanasantaka. Raja Kediri yang terakhir adalah Kertajaya yang
memerintah sampai tahun 1222 Masehi. Kertajaya dikalahkan oleh Raja Ken Arok,
yang menandai berakhirnya kekuasaan Kediri.
3. Kerajaan Singosari
Kerajaan bercorak Hindu berikutnya adalah Kerajaan Singasari. Kerajaan ini
didirikan oleh Ken Arok. Pada mulanya, Ken arok adalah Akuwu Tumapel, ia
membantu para brahmana Kediri melawan Raja Kertajaya. Setelah menang perang,
Kerajaan Kediri dan Tumapel akhirnya bergabung. Maka muncul kerajaan baru,
Kerajaan Singasari. Raja yang memerintahantara lain:
Ken Arok (1222–1227)
Kemenangan Ken Arok atas Kertajaya membuat dirinya terkenal dan harum.
Raja pertama Kerajaan Singasari adalah Ken Arok. Ia diberi gelar Sri Rajasa Batara
Sang Amurwabhumi. Ken Arok membuat sebuah dinasti baru bernama Girindrawangsa.
Ken Arok menganggap bahwa dirinya adalah keturunan Dewa Syiwa. Sebagai raja,
masa lalu Ken Arok sangatlah buruk. Ia membunuh Mpu Gandring dan Tunggul
Ametung. Bahkan, ia juga memperistri Ken Dedes (istri Tunggul Ametung). Pada masa
itu, Ken Dedes sedang mengandung anak dari Tunggul Ametung. Janin tersebut setelah
lahir bernama Anusapati.
Perkawinan Ken Arok dengan Ken Dedes memiliki tiga anak. Ada Mahisa
Wong Ateleng, Panji Saprang, Panji Agnibaya, dan Dewi Rimbu. Perkawinan Ken Arok
dengan Ken Umang memiliki empat anak. Masing-masing bernama Panji Tohjaya,
Panji Sudhatu, Panji Wrengola, dan Dewi Rambi. Perlakuan Ken Arok terhadap
Anusapati berbeda dengan anak yang lain. Anusapati menjadi curiga. Anusapati
bertanya kepada orang di sekitarnya. Anusapati mengetahui bahwa Ken Arok yang
membunuh ayah kandungnya. Lalu Anusapati membunuh Ken Arok dengan
menggunakan keris Mpu Gandring. Dengan tewasnya Ken Arok, berakhirlah
kekuasaannya di Singsari.
Beberapa peninggalan masa kebesaran Singasari antara lain:
Candi Jago/Jajaghu, sebagai ma-kam Wisnuwardhana,
Candi Singasari dan Candi Jawi, sebagai makam Kertanegara,
Candi Kidal, sebagai makam Anusapati,
Patung Prajnaparamita, sebagai perwujudan Ken Dedes.
Kertanegara (1268–1292)
Kertanegara menduduki tahta kerajaan dengan bergelar Sri Maharajadiraja Sri
Kertanegara. Pada masa pemerintahannya, Singasari mencapai puncak keemasan.
Kertanegara seorang raja arif dan bijaksana. Kertanegara bercita-cita mempersatukan
seluruh Nusantara dan menjadikan Singasari sebagai sebuah kerajaan besar. Cita-cita
Kertanegara tersebut dikenal Cakrawala Mandala. Untuk mewujudkan cita-citanya,
Kertanegara melakukan usahausaha sebagai berikut.
Mengganti sejumlah pejabat pemerintahan yang kurang mendukung cita-cita
besarnya.
Mempembarui sistem pemerintahan. Ia membentuk penasihat raja yang terdiri atas
Rakyan I Hino, Rakyan I Sirikan, dan Rakyan I Halu. Ia juga membentuk pejabat
tinggi yang terdiri Rakyan Mahapatih, Rakyan Demang, dan Rakyan Kanjuruhan.
Menaklukkan beberapa wilayah, antara lain Bali, Sunda, Pahang, Kalimantan Barat,
dan Maluku, serta melakukan ekspedisi Pamalayu ke Sriwijaya.
Mempererat hubungan dengan luar negeri, seperti dengan negara Campa.
Semasa Kertanegara berkuasa, kekaisaran Cina giat memperluas wilayah
kekuasaan. Singasari termasuk wilayah yang ingin ditaklukkan. Kaisar Kubilai Khan
mengirim seorang utusan kepada Kertanegara. Tujuannya agar Singasari mau mengakui
kekuasaan Kubilai Khan. Kertanegara dengan tegas menolak permintaan itu. Akibatnya,
Kubilai Khan sangat marah dan mendatangkan pasukan dari Cina. T1292 M, pasukan
Singasari dikerahkan menghadapi kekuatan bangsa Cina.
Secara bersamaan, datang serangan oleh Jayakatwang. Kertanegara membagi
pasukannya. Pasukan dipimpin oleh menantunya, yaitu Raden Wijaya dan Ardaraja
(anak Jayakatwang). Namun, pasukan Ardaraja justru berbalik membantu Jayakatwang
(ayahnya) dan menyerang Singasari, dan Singasari mengalami kekalahan. Jayakatwang
berhasil membunuh Kertanegara. Kertanegara dikubur di Candi Singasari. Raden
Wijaya memanfaatkan kedatangan bangsa Cina dalam menyerang Jayakatwang. Raden
Wijaya menghasut para pasukan Cina. Ia mengatakan bahwa Jayakatwang adalah
Kertanegara yang mereka cari. Pasukan Cina menyerang Jayakatwang. Terbunuhnya
Jayakatwang mengakhiri riwayat Kerajaan Singasari.
4. Kerajaan Majapahit
Kerajaan Majapahit terletak di selatan Sungai Brantas yang berpusat di
Trowulan, Mojokerto. Didirikan oleh Raden Wijaya tahun 1294, yang bergelar
Kertarajasa Jayawardhana. Raden Wijaya adalah keturunan dari Kertanegara yang
dibunuh oleh Jayakatwang. Atas bantuan Wiraraja dari Madura, ia dipercaya
Jayakatwang dan dihadiahi tanah di Hutan Tarik, kemudian diberi nama Majapahit.
Kertarajasa memerintah dengan bijaksana sampai wafatnya tahun 1309 M, kemudian
digantikan oleh Jayanegara.
Semasa pemerintahan Jayanegara, keadaan menjadi kacau dan sering terjadi
pemberontakan, seperti pemberontakan Ranggalawe (1309), pemberontakan Sora
(1311), pemberontakan Nambi (1316), dan pemberontakan Kuti (1319). Pada tahun
1328, Jayanegara wafat dan digantikan oleh adiknya yaitu Bhre Kahuripan atau dikenal
dengan gelar Tribhuwana Tunggadewi Jayawisnuwardhani. Pada tahun 1350, beliau
turun tahta dan digantikan oleh putranya yaitu Hayam Wuruk. Puncak kejayaan
Kerajaan Majapahit adalah semasa Raja Hayam Wuruk dan patihnya Gajah Mada.
Hayam Wuruk artinya ayam muda, karena naik tahta pada waktu usianya masih muda
(umur 16 tahun) dan bergelar Rajasanegara.
Cita-cita Gajah Mada ingin mempersatukan wilayah Nusantara diucapkan dalam
Sumpah Amukti Palapa. Gajahmada seorang ahli hukum, dia menyusun Kitab Kutara
Manawa, yang berisi tentang tata pemerintahan dan perang. Gajah Mada wafat tahun
1364 M dan Hayam Wuruk wafat pada tahun 1389 M. Kerajaan Majapahit mendapat
sebutan sebagai kerajaan maritim dan agraris. Selain itu, disebut sebagai Kerajaan
Nusantara. Wilayah Kerajaan Majapahit meliputi Nusantara ditambah Tumasik
(Singapura) dan Semenanjung Melayu. Kehancuran Kerajaan Majapahit disebabkan
oleh adanya perang Paregreg (perang saudara).
Peninggalan sejarah Majapahit berupa karya sastra dan candi:
Karya sastra Peninggalan sejarah Majapahit
Kitab Negarakertagama (Mpu Prapanca)
Kitab Arjunawiwaha (Mpu Kanwa)
Kitab Sutasoma (Mpu Tantular)
Candi Peninggalan sejarah Majapahit
Candi Panataran (Blitar),
Candi Sumberjati
Candi Sawentar
Candi Tikus di Trowulan
Candi Jabung
Candi Tigawangi
Candi Surawana (Kediri).
5. Kerajaan Pajajaran
Kerajaan Pajajaran berdiri pada tahun 1333 Masehi. Pertama kalinya, kerajaan
ini terletak di daerah Pakuan Bogor kemudian dipindahkan ke daerah Kawali Ciamis.
Raja yang berkuasa dan berpengaruh, antara lain Sri Jaya Bhupati. Pusat
pemerintahannya di Kawali (Ciamis). Sri Baduga Maharaja dikenal dengan sebutan
Ratu Naji Pemerintahannya di Pakuan Pajajaran, dipindahkan ke Bogor. Selanjutnya,
Sri Ratu Jaya Dewata atau Prabu Siliwangi (tahun 1482 M – 1521 M).
Peninggalan sejarah Kerajaan Pajajaran:
Prasasti Rakyan Juru Panghambat (923 M)
Prasasti Horren,
Prasasti Citati Cibadak (1030 M),
Prasasti Astana Gede,
Prasasti Batutulis Bogor (1333 M)
4) Kerajaan Medang
Kerajaan Medang Kamulan pada hakekatnya merupakan Lanjutan dari kerajaan
Mataram Kuno. Meskipun sebenarnya penguasa di kerajaan ini bukan wangsa atau
dinasit yang memerintah di Mataram Kuno. Kerajaan Medang Kamulan adalah kerajaan
di Jawa Timur, pada abad ke 10. Kerajaan ini merupakan kelanjutan Dinasti Sanjaya
(Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah), yang memindahkan pusat kerajaannya dari
Jawa Tengah ke Jawa Timur. Mpu Sindok adalah pendiri kerajaan ini, sekaligus pendiri
Dinasti Isyana, yang menurunkan raja-raja Medang. Dinasti Isana memerintah selama 1
abad sejak tahun 929 M.
Pemindahan pusat kerajaan tersebut diduga dilatar belakangi karena letusan
Gunung Merapi, kemudian Raja Mataram Kuno Mpu Sindok pada tahun 929
memindahkan pusat kerajaan Mataram dari Jawa Tengah ke Jawa Timur. Menurut
catatan sejarah (beberapa prasasti), dapat diketahui bahwa Kerajaan Medang Kamulan
terletak di Jawa Timur, yaitu di Watu Galuh, tepi sungai Brantas. Ibu kotanya bernama
Watan Mas. Sekarang kira-kira adalah wilayah Kabupaten Jombang (Jawa Timur).
Peninggalan Kerajaan Medang
Prasasti Tangeran (933 m) dari Desa Tangeran ( daerah Jombang ), isinya Mpu
Sindok memerintah bersama permaisurinya Sri Wardhani;
Prasasti Bangil, isinya Mpu Sindok memerintahkan pembangunan candi untuk
tempat peristirahatan mertuanya yang bernama Rakyan Bawang
Prasasti Lor (939 M) dari Lor (dekat Ngajuk), isinya Mpu Sindok memerintahkan
membangun Candi Jayamrata dan Jayamstambho (tugu kemenangan) di Desa
Anyok Lodang.
Prasasti Kalkuta, isinya tentang peristiwa hancurnya istana milik Dharmawangsa
juga memuat silsilah raja-raja Medang Kamulan.
Soal:
1. Kerajaan Kutai merupakan kerajaan bercorak Hindu pertama di Indonesia, dimana
kerajaan Kutai ini berada?
2. Pada masa kerajaan Singasari, siapakah raja yang membawa Singasari menuju
puncak kejayaan?
3. Sebutkan peninggalan pada masa kerajaan Sriwijaya!
4. Prasasti Kalasan merupakan peninggalan kerajaan….. yang isinya tentang….