Seiring berjalannya waktu, Singasari, yang sejatinya merupakan nama ibu kota,
justru lebih dikenal daripada nama 'Kerajaan Tumapel'. Dari sini, banyak orang mulai
menyebutnya sebagai Kerajaan Singasari.
Tunggul Ametung diketahui memiliki seorang istri bernama Ken Dedes, yang begitu
memikat hati Ken Arok. Keinginan untuk memperistri Ken Dedes itu membuat Ken
Arok membunuh Tunggul Ametung dengan sebilah keris buatan Mpu Gandring.
Dari sana, Ken Arok pun menjadi penguasa baru Tumapel. Di masa Ken Arok-lah,
Tumapel ingin melepaskan diri dari kekuasaan Kerajaan Kediri.
Gayung bersambut, keinginan para Brahmana yang tak menyukai Raja Kertajaya-
raja Kediri kala itu--membuat Ken Arok maju untuk perang melawan Kediri.
Pada peperangan tersebut, Tumapel menang dan berhasil menjatuhkan Kediri. Saat
itu pula, Ken Arok mendeklarasikan dirinya sebagai raja Tumapel dengan gelar Sri
Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.
Ken Arok hanya memerintah selama lima tahun atau selama 1222-1227 M. Pada
tahun 1227 M, Ken Arok dibunuh oleh orang suruhan Anusapati (anak tiri Ken Arok).
Namun, kisah yang sama tak tercatat dalam naskah kitab Nagarakretagama.
Naskah itu justru menyebut bahwa Kerajaan Tumapel atau Singasari didirikan oleh
Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra, yang berhasil mengalahkan Kerajaan Kediri.
Sementara Prasasti Mula Malurung pada tahun 1255 menyebut bahwa Kerajaan
Tumapel didirikan oleh Bhatara Siwa. Diprediksi, nama ini merupakan gelar
anumerta dari Ranggah Rajasa.
Selain itu, Pararaton juga menyebut bahwa sebelum berperang melawan Kediri, Ken
Arok lebih dulu menggunakan julukan Bhatara Siwa.