K.G.P.A.A.
Mangkunegara IV
Mangkunegara IV
Adipati Mangkunegaran
Masa jabatan
1853–1881
Informasi pribadi
B.R.M. Sudira
Lahir
Surakarta
Meninggal Surakarta
Agama Islam
Pada usia 10 tahun, oleh KGPAA Mangkunagara II, ia diserahkan kepada Kanjeng Pangeran
Riya yang sebenarnya masih saudara sepupunya untuk diambil sebagai putera sulungnya.Selain
itu Kanjeng Pangeran Riya juga ditugasi untuk melanjutkan pendidikan dan pengajaran R.M.
Sudira.
Sudah menjadi tradisi para putera bangsawan tinggi Mangkunagaran, apabila telah cukup umur
harus mengikuti pendidikan militer. Pada umur 15 tahun menjadi kadet di Legiun
Mangkunagaran.Seperti yang ditulis oleh Letnan Kolonel H.F. Aukes bahwa ada perbedaan
pendidikan kadet antara kesatuan tentara Hindia Belanda dengan kesatuan Legioen
Mangkoenegaran. Para perwira pelatih di Legioen bukan instruktur, mereka hanya ditugasi
membantu memberikan pendidikan pelajaran, selebihnya dilatih sendiri oleh perwira senior
Legioen. Begitu lulus pendidikan selama setahun, ia ditempatkan sebagai perwira baru di kompi
5.
Baru beberapa bulan bertugas di kancah pertempuran, ia menerima kabar bahwa KPA Adiwijaya
I, ayahandanya mangkat. Dengan berat hati terpaksa ia meminta izin kepada kakeknya, KGPAA
Mangkunagara II yang menjadi panglimanya agar diijinkan pulang untuk memberikan
penghormatan terakhir kepada ayahandanya. Setelah pemakaman, ia kembali ke kancah
pertempuran.Pasukan Legioen berhasil mengalahkan pasukan Pangeran Dipanegara dan
menangkap pimpinan pasukan yang dikenal bernama Panembahan Sungki.
Setelah mendapat gelar Pangeran namanya diubah menjadi KPH Gandakusuma. Ia menikah
dengan R.Ay. Semi, dan dikaruniai 14 anak. Tidak lama setelah KGPAA Mangkunagara III
meninggal tahun 1853, KPH Gandakusuma diangkat menjadi KGPAA Mangkunagara IV.
Setelah kurang lebih setahun bertahta kemudian menikah dengan R.Ay. Dunuk, putri dalem
Mangkunagara III.
Pada masa pemerintahannya, pihak istana Mangkunegaran menulis kurang lebih 42 buku, di
antaranya Serat Wedhatama, dan beberapa komposisi gamelan. Salah satu karya komposisinya
yang terkenal adalah Ketawang Puspawarna, yang turut dikirim ke luar angkasa melalui
Piringan Emas Voyager di dalam pesawat antariksa nirawak Voyager I tahun 1977. Atas jasa
kepujanggaannya, khususnya dalam penulisan Serat Wedhatama, MN IV mendapat penghargaan
Bintang Mahaputra Adipradana dari Pemerintah RI melalui Keppres RI nr. 33/TK/Tahun 2010
secara anumerta, yang diberikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada perwakilan
kerabatnya pada tanggal 3 November 2010.
MN IV wafat tahun 1881 dan dikebumikan di Astana Girilayu. Dapat dikatakan bahwa pada
masa pemerintahannya, Mangkunagaran berada pada puncak kebesarannya.