Anda di halaman 1dari 57

EVALUASI HYDRAULIC FRACTURING

PADA SUMUR “SKO” LAPANGAN “LASTIKA”

PROPOSAL SKRIPSI

Disusun Oleh:
SKOLASTIKA MARGANING PRADIPTA PUTRI
113160113/TM

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020
EVALUASI HYDRAULIC FRACTURING
PADA SUMUR “SKO” LAPANGAN “LASTIKA”

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi syarat penulisan Skripsi


untuk meraih gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta

Oleh:
SKOLASTIKA MARGANING PRADIPTA PUTRI
113160113

JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2020

ii
LEMBAR PENGESAHAN

EVALUASI HYDRAULIC FRACTURING


PADA SUMUR “SKO” LAPANGAN “LASTIKA”

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan guna memenuhi syarat penulisan Skripsi


untuk meraih gelar Sarjana Teknik di Jurusan Teknik Perminyakan
Fakultas Teknologi Mineral Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta

Oleh:
SKOLASTIKA MARGANING PRADIPTA PUTRI
113160113

Disetujui untuk Jurusan Teknik Perminyakan,


Fakultas Teknologi Mineral, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran”
Yogyakarta,
Oleh Dosen Pembimbing:

Pembimbing I Pembimbing II

Hariyadi, S.T., M.T. Ir. Joko Pamungkas, M.T.

Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Perminyakan

Dr. Boni Swadesi, S.T., M.T.


NIP. 2 7112 98 0198 1

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah
memberikan kekuatan kepada Penulis untuk dapat menyelesaikan Proposal Skripsi
yang berjudul “EVALUASI HYDRAULIC FRACTURING PADA SUMUR
SKO LAPANGAN LASTIKA”.
Proposal ini disusun untuk memenuhi kurikulum di Jurusan Teknik
Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta.
Perkenankan Penulis untuk memberikan rasa hormat dan terima kasih
kepada:
1. Dr. Mohamad Irhas Effendi, M.S., selaku Rektor Universitas Pembangunan
Nasional “Veteran” Yogyakarta.
2. Dr. Ir. Sutarto, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknologi Mineral Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
3. Dr. Boni Swadesi, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Perminyakan
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta.
4. Hariyadi, S.T., M.T., selaku Dosen Pembimbing I.
5. Ir. Joko Pamungkas, M.T., selaku Dosen Pembimbing II.
6. Kedua orang tua serta kakak dan adik saya tercinta.
Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penyusunan
Proposal Skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun akan sangat
berarti bagi Penulis. Akhir kata, semoga Proposal Skripsi ini dapat bermanfaat bagi
kita semua. Amin.

Yogyakarta, Januari 2020

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i
HALAMAN PERUNTUKAN ....................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii
KATA PENGANTAR .................................................................................... iv
DAFTAR ISI ................................................................................................... v
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... vi
DAFTAR TABEL........................................................................................... vii
BAB I. JUDUL.......................................................................................... 1
BAB II. LATAR BELAKANG MASALAH............................................ 1
BAB III. MAKSUD DAN TUJUAN .......................................................... 2
BAB IV. RUMUSAN MASALAH ............................................................. 3
BAB V. HASIL YANG DIHARAPKAN ................................................. 3
BAB VI. METODOLOGI .......................................................................... 3
BAB VII. LANDASAN TEORI ................................................................... 5
7.1. Mekanika Batuan........................................................................... 6
7.2. Fluida Perekah dan Additif ........................................................... 11
7.3. Material Pengganjal (Proppant) .................................................... 18
7.4. Model Geometri Rekahan ............................................................. 20
7.5. Persiapan/Perencanaan Stimulasi Hydraulic Fracturing .............. 30
7.6. Analisa Tekanan Rekah Hydraulic Fracturing ............................. 31
7.7. Evaluasi Hasil Pelaksanaan Hydraulic Fracturing ....................... 32
BAB VIII. TIME SHEET ............................................................................... 41
BAB IX. DATA MAHASISWA PEMOHON ........................................... 41
BAB X. RENCANA DAFTAR ISI ........................................................... 42
BAB XI. RENCANA DAFTAR PUSTAKA ............................................. 45
BAB XII. FLOWCHART .............................................................................. 47

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 7.1. Hubungan Stress-Strain untuk Material Elastis ......................... 7
Gambar 7.2. Deformasi Batuan Akibat Stress ................................................ 8
Gambar 7.3. Harga Shear Rate vs Shear Stress pada Fluida Newtonian dan
Non Newtonian .......................................................................... 14
Gambar 7.4. Petunjuk Penggunaan Fluida Perekah untuk Sumur Minyak .... 18
Gambar 7.5. Skematis Model PAN America Howard-Fast ........................... 22
Gambar 7.6. Skematik dari Pengembangan Linier Perekahan Model PKN ... 24
Gambar 7.7. Skematik dari Pengembangan Linier Perekahan Model KGD .. 25
Gambar 7.8. Ilustrasi Model Tinggi Rekahan ................................................ 30
Gambar 7.9. Grafik Pola Tekanan pada Hydraulic Fracturing...................... 31
Gambar 7.10. Profil Konsentrasi Proppant pada Tip Screen Out .................. 34
Gambar 7.11. Grafik Mc-Guire-Sikora untuk Menunjukkan Kenaikan
Produktivitas ............................................................................ 37
Gambar 7.12. Grafik Hubungan rw‘ dan Fcd ................................................. 39
Gambar 12.1. Flowchart Evaluasi Stimulasi Hydraulic Fracturing .............. 48

vi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel VII-1. Persamaan untuk Mencari Panjang Rekahan (L), Lebar Rekah-
an Maksimum (w), dan Tekanan Injeksi (P) jika Dianggap Laju
Injeksi Konstan .......................................................................... 26
Tabel VII-2. Harga C1 sampai C6 .................................................................. 27
Tabel VII-3. Harga Fungsi untuk Persamaan Mark-Langenheim untuk Term
Term Fluid Loss ......................................................................... 28

vii
I. JUDUL
EVALUASI HYDRAULIC FRACTURING PADA SUMUR “SKO”
LAPANGAN “LASTIKA”.

II. LATAR BELAKANG MASALAH


Kerusakan formasi bisa saja terjadi selama proses produksi sudah
berlangsung. Kerusakan formasi ini dapat mempengaruhi laju produksi. Besarnya
laju produksi minyak dari suatu sumur merupakan hal penting yang harus
diperhatikan bagi perusahaan. Laju produksi yang rendah dapat disebabkan oleh
beberapa hal, seperti rendahnya permeabilitas (k) alami batuan reservoir, tingginya
viskositas (µ) minyak, rendahnya tekanan reservoir (Pr), dan adanya faktor skin (s)
atau yang sering dikenal dengan kerusakan formasi di sekitar lubang sumur.
Dengan adanya beberapa masalah tersebut, maka diperlukan suatu usaha untuk
meningkatkan laju produksi dari suatu sumur. Salah satu upaya yang bisa dilakukan
adalah dengan memberikan stimulasi (perangsangan) berupa hydraulic fracturing
(perekahan hidrolik).
Hydraulic fracturing merupakan salah satu metode stimulasi sumur yang
umum dilakukan pada lapangan minyak maupun gas. Hydraulic fracturing
dilakukan dengan cara menginjeksikan fluida bertekanan ke dalam sumur untuk
merekahkan batuan reservoir. Setelah terjadi rekahan pada batuan, selanjutnya
ditempatkan proppant (material pengganjal) ke dalam rekahan tersebur untuk
mengganjal rekahan agar tidak menutup kembali. Pemilihan proppant harus
disesuaikan dengan tekanan rekah formasi, keseragaman butir, kehalusan
permukaan serta sesuai dengan ukuran lubang perforasi. Konsep dari stimulasi
perekahan hidrolik bertujuan untuk meningkatkan produktivitas sumur dengan
memperbesar jari-jari efektif sumur (rw) dan memperbaiki kapasitas alir fluida di
sekitar lubang sumur atau memperoleh permeabilitas yang lebih besar.
Evaluasi stimulasi perekahan hidraulik (hydraulic fracturing) penting
dilakukan setelah dilakukannya stimulasi perekahan hidraulik (hydraulic
fracturing). Hal ini dilakukan untuk melihat keberhasilan dari pelaksanaannya serta
memastikan bahwa stimulasi perekahan hidraulik (hydraulic fracturing) yang telah
dilakukan sudah benar-benar optimal. Oleh sebab itu perlu dilakukan evaluasi
stimulasi perekahan hidraulik (hydraulic fracturing) yang bersifat komprehensif
dan bersifat integrated dari segi engineering dimana evaluasi stimulasi perekahan
hidraulik (hydraulic fracturing) yang dilakukan meliputi evaluasi
desain/perencanaan, evaluasi operasi, dan evaluasi hasil pelaksanaan stimulasi
perekahan hidraulik (hydraulic fracturing).
Evaluasi hasil pelaksanaan stimulasi perekahan hidraulik (hydraulic
fracturing) meliputi evaluasi geometri rekahan dan evaluasi konduktivitas rekahan;
yakni perbandingan geometri rekahan (panjang (Xf), lebar (Wo), dan tinggi (hf)
rekahan) serta konduktivitas rekahannya antara perhitungan manual dengan hasil
aktual di lapangan yang dilakukan oleh service company.
Selain itu juga dilakukan evaluasi produksi yang meliputi permeabilitas rata-
rata formasi (kavg) dan potensial produksi, productivity index ratio, dan peningkatan
laju produksi minyak (Qo) dengan pembuatan kurva inflow performance
relationship (IPR), dan analisis production performance; yakni perbandingan
kenaikan nilai parameter-parameter produktivitas (yang telah disebutkan di atas)
sesudah dilakukan hydraulic fracturing hasil perhitungan manual yang dicocokan
dengan data produksi aktual dengan hasil software yang dilakukan oleh service
company.

III. MAKSUD DAN TUJUAN


Maksud dari penulisan skripsi ini adalah untuk mengevaluasi stimulasi
perekahan hidraulik (hydraulic fracturing) pada Sumur “SKO” Lapangan
“LASTIKA” berdasarkan aspek engineering yang ditinjau dari perencanaan/desain,
operasi, dan hasil pelaksanaan stimulasi perekahan hidraulik (hydraulic fracturing).
Tujuannya adalah untuk mengetahui keberhasilan/ketidakberhasilan proses
stimulasi perekahan hidraulik (hydraulic fracturing) pada Sumur “SKO” Lapangan
“LASTIKA” yang dilihat dari peningkatan nilai permeabilitas rata-rata formasi
(kavg), potensial produksi, laju produksi minyak (Qo), productivity index (PI), dan
inflow performance relationship (IPR).

2
IV. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang terjadi pada Sumur “SKO” Lapangan “LASTIKA” ini
adalah telah dilakukan stimulasi hydraulic fracturing namun belum dilakukan
evaluasi stimulasi hydraulic fracturing sehingga perlu dilakukan evaluasi stimulasi
hydraulic fracturing untuk mengetahui keberhasilan atau ketidakberhasilan dari
stimulasi hydraulic fracturing yang telah dilakukan.

V. HASIL YANG DIHARAPKAN


Dengan dilakukannya evaluasi terhadap penerapan hydraulic fracturing pada
Sumur “SKO” Lapangan “LASTIKA”, diharapkan dapat diketahui keberhasilan
dari pelaksanaan hydraulic fracturing melalui evaluasi desain, evaluasi operasi, dan
evaluasi hasil pelaksanaan hydraulic fracturing pada Sumur “SKO” Lapangan
“LASTIKA”. Selain itu dapat diketahui juga desain operasi yang mampu
menghasilkan rekahan dengan konduktivitas yang optimal serta metode yang sesuai
dalam menentukan fracture properties, sehingga dapat meningkatkan produksi
pada Sumur “SKO” Lapangan “LASTIKA”.

VI. METODOLOGI
Selama melaksanakan tugas akhir, metode yang dipergunakan untuk
mengevaluasi stimulasi perekahan hidraulik pada Sumur “SKO” Lapangan
“LASTIKA” yaitu:
1. Justifikasi dilakukannya stimulasi hydraulic fracturing pada Sumur “SKO”
Lapangan “LASTIKA”.
2. Pengumpulan, pengolahan, dan analisa data Sumur “SKO” Lapangan
“LASTIKA” yang akan dievaluasi, yaitu:
a. Data reservoir
b. Data sumur
c. Data mekanika batuan
d. Data produksi
e. Proposal dan post job report

3
3. Melakukan evaluasi perencanaan/desain stimulasi hydraulic fracturing Sumur
“SKO” Lapangan “LASTIKA” secara manual:
a. Pemilihan fluida perekah.
b. Pemilihan proppant.
c. Perhitungan geometri rekahan (2D KGD) dan konduktivitas rekahan.
d. Perhitungan desain operasi: perhitungan tekanan injeksi permukaan dan
horse power pompa, perhitungan fluida perekah dan massa proppant, dan
perhitungan pumping schedule.
4. Melakukan evaluasi pelaksanaan/operasi stimulasi hydraulic fracturing Sumur
“SKO” Lapangan “LASTIKA” yang meliputi:
a. Breakdown test.
b. Step rate test.
c. Minifrac.
d. Mainfrac.
5. Mengevaluasi hasil pelaksanaan stimulasi hydraulic fracturing pada Sumur
“SKO” Lapangan “LASTIKA” yang meliputi:
a. Perbandingan data geometri rekahan antara perhitungan manual hasil
software yang dilakukan oleh service company.
b. Perbandingan data konduktivitas rekahan (wkf) antara perhitungan manual
dengan hasil software yang dilakukan oleh service company.
c. Perhitungan kenaikan nilai parameter-parameter produktivitas sumur sesudah
dilakukan hydraulic fracturing hasil perhitungan manual yang dicocokan
dengan data produksi aktual dengan hasil software yang dilakukan oleh
service company, yang meliputi:
• Permeabilitas rata-rata formasi (kavg) sebelum dan sesudah hydraulic
fracturing dengan Metode Howard & Fast & potensial produksinya.
• Productivity index ratio dengan Metode Cinco-Ley, Samaniego &
Dominique.
• Analisis nodal: laju produksi minyak (Qo) dan kurva inflow performance
relationship (IPR).
• Analisis production performance aktual.

4
6. Kesimpulan
Di samping itu, penulis juga memperoleh informasi dari diskusi yang
dilakukan dengan pembimbing serta engineer-engineer yang pernah menangani
sumur-sumur tersebut sehingga didapatkan pengetahuan yang aplikatif tentang
materi yang didapatkan di bangku kuliah. Studi literatur juga dilakukan untuk
mendapatkan dasar teori yang dibutuhkan untuk evaluasi stimulasi hydraulic
fracturing.
Untuk diagram alir (flowchart) mengenai tahapan yang dilakukan,
ditampilkan pada Lampiran.

VII. LANDASAN TEORI


Hydraulic fracturing merupakan salah satu metoda stimulasi sumur dengan
cara menginjeksikan fluida peretak ke dalam formasi dengan tekanan injeksi yang
lebih besar dari tekanan rekahnya sehingga diharapkan terbentuk rekahan. Fluida
perekah yang diinjeksikan harus disertai dengan material pengganjal (proppant)
yang berfungsi sebagai penyangga rekahan agar rekahan yang terbentuk tidak
menutup kembali. Selanjutnya, aliran fluida yang melalui proppant yang
berpermeabilitas besar dapat memperkecil kehilangan tekanan terhadap aliran
tersebut. Metoda hydraulic fracturing dapat digunakan hingga radius > 10 ft dari
lubang sumur, pada formasi dengan permeabilitas rendah, atau sedang hingga tinggi
dengan kerusakan formasi yang signifikan.
Hydraulic fracturing dilakukan dengan tujuan untuk menaikan produktivitas,
terutama pada formasi dengan permeabilitas kecil dan untuk menghilangkan
formation damage, untuk permeabilitas kecil dan besar.
Dalam pengerjaannya, hydraulic fracturing biasanya dimulai dengan pre-
pad, pad, kemudian slurry dengan proppant, dan flush.
1. Pre-pad adalah cairan yang biasa seperti air, minyak atau foam dengan
ditambah gel sedikit, friction reducer, fluid loss, surfactant atau KCl untuk
memperkecil kemungkinan damage (menyebabkan kerusakan formasi).
Prepad digunakan untuk mempermudah membuka rekahan dan

5
mendinginkan formasi. Pre-pad tidak perlu dipakai untuk temperatur tidak
tinggi atau gradien rekah biasa.
2. Pad adalah fluida kental tanpa proppant yang dipoppakan untuk
melebarkan dan mempertinggi rekahan, dan mempersiapkan jalannya
slurry dengan proppant. Volume pad juga akan mengurangi leak off
(kebocoran) pada slurry nanti karena telah mulai terbentuk filter cake pada
pad.
3. Slurry dengan proppant akan mengembangkan rekahan menjauhi sumur
menambah lebar panjang rekahan serta membawa proppant untuk mengisi
rekahan.
4. Flush yaitu dipompakan cairan dibelakang slurry dengan propant agar
mendorong slurry tersebut masuk ke formasi.
7.1. Mekanika Batuan
Untuk meretakkan batuan formasi, batuan harus diberi tekanan hidraulik
hingga melebihi kekuatan dan gaya-gaya yang mempertahankan keutuhan batuan.
Terdapat dua gaya utama yang mempertahankan keutuhan batuan agar tidak pecah,
yaitu gaya vertikal dan gaya horisontal. Apabila gaya horisontal lebih kecil
dibandingkan dengan gaya vertikal maka formasi dapat direkahkan secara vertikal.
Oleh karena itu, mengetahui mekanika batuan akan sangat berguna pada perekahan
hidraulik.
Mekanika batuan merupakan ilmu pengetahuan yang secara teori maupun
pada prakteknya membahas tentang perilaku mekanis batuan. Sifat batuan yang
cukup penting adalah hubungan kerapuhan relatif batuan terhadap tegangan
(tension). Dalam kenyataannya, kuat tekan (compressive strength) batuan dapat
menjadi dua kali lipat dari kuat tarik (tensile strength) batuan tersebut. Sifat batuan
seperti ini akan sangat berguna untuk pelaksanaan perekahan hidrolik. Pada
dasarnya hydraulic fracturing meliputi kekuatan penghancuran dinding lubang bor
yakni kemampuan menghancurkan dinding batuan reservoir.
Manfaat dari memahami tentang ilmu mekanika batuan pada perekahan
hidrolik antara lain:

6
• Untuk penentuan distribusi tegangan di tempat (in-situ stress) di sekitar
lubang bor.
• Untuk memperkirakan tekanan awal rekahan dan orientasi rekahan.
• Untuk menentukan geometri rekahan termasuk hubungan antara tekanan
dalam rekahan, in-situ stress, keadaan batuan, dan dimensi rekahan.
• Untuk mengevaluasi ketahanan rekahan melalui studi tentang tegangan
pada lapisan-lapisan yang berbatasan, variasi batuan, dan kondisi
permukaan.
Pada projek perekahan (hydraulic fracturing) perlu diketahui besaranbesaran
yang berlaku pada batuan agar dapat diramalkan rekahannya.
1. Stress dan Strain
Setiap material apabila dikenai beban maka akan mengalami perubahan
bentuk (deformasi). Gaya atau tekanan per satuan luas disebut stress (σ). Selain
stress, perubahan bentuk dalam hal ini perubahan dalam Panjang (δ) dibanding
dengan panjang semula (l) disebut strain (ε). Untuk tingkat tegangan yang lemah
plot antara stress vs strain akan membentuk suatu garis lurus seperti yang terjadi
pada material logam yang merupakan jenis material linear elastis. Gambar 7.1.
menunjukkan keadaan tersebut.

Gambar 7.1.
Hubungan Stress-Strain untuk Material Elastis
(Allen, T.O. and Robert, A.P., 1982)

Net pressure adalah suatu harga tekanan di depan rekahan di atas minimum
pressure untuk menyebabkan rekahan tetap terbuka. Closure pressure (stress)
adalah harga rata-rata minimum dimana rekahan dapat terjadi. Harga ini dapat

7
meningkat jika tekanan pori-pori naik (poro-elastic-effect). Di bawah ini akan
dibicarakan mengenai mekanika batuan untuk meramalkan dimensi rekahan.
Stress didefinisikan sebagai perbandingan antara gaya yang bekerja dengan
bidang kontak gaya tersebut (gaya persatuan luas).
 = F / A ............................................................................................... (7-1)
Keterangan:
 = Stress, Psi
F = Gaya yang bekerja, lb
A = Luas bidang kontak, inch2.
Strain didefinisikan sebagai besarnya deformasi suatu material ketika sebuah
stress diterapkan pada material tersebut strain dibagi menjadi 2 berdasarkan efek
perubahannya yaitu axial strain dan lateral strain. Persamaan untuk strain:
x1 − x2
= ............................................................................................. (7-2)
x1
Keterangan:
ε = Strain
x1= panjang sebelum mengalami deformasi, ft.
x2= panjang setelah mengalami deformasi, ft.

Gambar 7.2.
Deformasi Batuan Akibat Stress
(Economides J. Michael, 1994)

8
2. Poisson Ratio
Perbandingan harga strain yang berada tegak lurus terhadap beban stress pada
bidang lateral dengan harga strain yang tegak lurus terhadap beban stress
padabidang aksis disebut sebagai poisson ratio (v).
lateral strain 
V =− = − 2 .................................................................. (7-4)
axial strain  1
Keterangan:
v = poisson ratio.
 1 = axial strain
 2 = lateral strain
3. Modulus Young
Modulus young merupakan modulus elastisitas, yang didefinisikan sebagai
ukuran seberapa besar suatu material akan mengalami deformasi elastik ketika
suatu gaya diterapkan padanya, hal ini merupakan kata lain dari kekerasan.
Modulus young (E) merupakan perbandingan antara stress dan strain :

E= ................................................................................................. (7-5)

Karena strain merupakan parameter yang tak berdimensi, maka modulis
young memiliki satuan yang sama dengan stress.
4. Modulus Shear
Tegangan geser (shear stress) pada permukaan suatu bidang material akan
mengakibatkan bidang permukaan tersebut berpindah atau bergeser membentuk
suatu bidang baru yang letaknya paralel dengan bidang semula. Perbandingan
antara besar harga shear stress yang diberikan terhadap sudut yang dibentuk akibat
deformasi yang terjadi (kekakuan suatu material) dikenal sebagai Modulus Shear
(G). Secara matematis dapat dituliskan :

F/A Shear Stress  lb / in 2 


G= = =   ............................. (7-6)
 Besar Sudut Deformasi  radian 

Untuk fluida, besar harga G sama dengan nol sedangkan untuk padatan, G
merupakan suatu bilangan terbatas.

9
5. Modulus Bulk
Beban compressive yang diberikan terhadap semua bagian suatu balok material
pada kondisi hidrostatis, akan mengakibatkan pengurangan volume bulk total.
Perbandingan antara tegangan yang diberikan (gaya per unit luas permukaan suatu
bidang) terhadap perubahan volume untuk setiap satu unit volume awal suatu
material dinamakan Modulus Bulk (K). Secara matematis :

F
A = Gaya / Luas Permukaan  lb / in 2 
K= =   ...... (7-7)
v Perubahan Volume / Volume Awal  3 3

v0  in / in

6. Tekanan Overburden
Tekanan overburden merupakan tekanan yang terjadi sebagai akibat tekanan
dari lapisan batuan di atasnya dan tekanan fluida dalam pori yang mendesak.
Tekanan overburden tidak tergantung pada tektonik dan harganya sama dengan
berat batuan formasi di atasnya. Dengan integrasi pada density log, Tekanan
overburden bisa diperkirakan harganya, yaitu:
H
 v = g   (z )dz
0 ........................................................................................ (7-8)
Gradien overburden rata-rata akan berkisar 0,95 – 1,1 psi/ft. Harga 1,1 psi/ft
didapat jika semua formasi rata memiliki densitas sekitar 165 lb/ft 3 maka gradient
stress = 165/144 = 1,1 psi/ft.
Karena formasi ada yang tidak rapat atau berpori, maka harganya bisa saja
sampai 0,95. Jika overburden adalah harga absolut, yang dialami oleh batuan dan
fluida di pori-pori adalah effective stress (σ'v), yang didefinisikan sebagai:
σ'v = σv – αp ............................................................................................ (7-9)
di mana α adalah Konstanta Poroclastic Biot (1956), maka kebanyakan reservoir
akan mempunyai nilai Biot sekitar 0,7.
7.2. Fluida Perekah dan Additif
Fluida yang dipakai dalam operasi hydraulic fracturing dibedakan menjadi
tiga jenis yaitu :
1. Water base fluid (Fluida Perekah dengan bahan dasar air)
2. Oil base fluid (Fluida perekah dengan bahan dasar minyak)

10
3. Emulsion base Fluid (Fluida perekah dengan bahan dasar asam)
Adapun sifat-sifat yang harus dimiliki oleh setiap fluida perekah adalah :
1. Stabil
2. Tidak menyebabkan kerusakan formasi
3. Mempunyai friction loss pemompaan yang rendah
4. Mampu membawa bahan pengganjal kedalam rekahan yang dibuat
Dalam operasi hydraulic fracturing suatu fluida perekah harus menghasilkan
friction yang kecil tetapi mempunyai viskositas yang tinggi untuk dapat menahan
proppant, dan dapat diturunkan kembali setelah operasi dengan mudah. Dalam hal
ini additive atau zat tambahan diperlukan untuk mengkondisikan fluida perekah
sesuai dengan kebutuhan. Adapun additive yang perlu ditambahkan dalam fluida
dasar adalah sebagai berikut :
1. Thickener, berupa polimer yang ditambahkan sebagai pengental fluida dasar.
Contohnya adalah guar, HPG (Hydroxypropyl Guar Gum), CMHPG
(Carboxymethyl Hydroxypropyl Guar), HEC (Hydroxyethylcellulose) dan
Xantan gum.
2. Crosslinker, (pengikat molekul agar rantai menjadi panjang) diperlukan untuk
meningkatkan viskositas dengan jalan mengikat satu molekul atau lebih
sehingga proppant yang dibawa tidak mengalami settling (pengendapan) serta
memperkecil leak-off fluida ke formasi. Biasanya organometalic atau transition
metal compounds yang biasanya borate, titan dan zircon.
3. Buffer, (pengontrol pH) dimana pada pencampuran setempat, polimer dalam
bentuk powder ditambahkan dalam fluida dasar. Untuk dapat terpisah dengan
baik, pH harus berkisar 9, yang didapat dari pencampuran dengan basa seperti
NaOH, NH4OH, asam asetat dan asam sulfamic (HSO3NH3).
4. Bactericides/biocides, (anti bakteri) dimana bakteri penyerang polimer merusak
ikatan polimer dan mengurangi viskositasnya, sehingga perlu ditambahkan anti
bakteri seperti glutaraldehyde, chlorophenate squaternaryamines dan
isothiazoline. Zat ini perlu ditambah ditanki sebelum air ditambahkan, karena
enzim yang terlanjur dihasilkan bisa memecah polimer. Bactericides tidak
dipergunakan apabila fluida dasarnya minyak.

11
5. Gelling agent, (pencampur gel) untuk menghindari mengumpulnya gel,
seringkali gel dicampur terlebih dahulu dengan 5% methanol atau isopropanol.
Penggunaan zat ini bisa diperbesar kadarnya untuk formasi yang sensitive.
6. Fluid Loss additive, fluid loss harus diperkecil. Untuk formasi homogen,
biasanya sudah cukup dengan filter cake yang terbentuk di dinding
formasi.Material yang umum dipakai antara lain : pasir 100-mesh, silica fluor
(325-mesh), baik untuk rekahan kecil alamiah (silica flour 200 mesh untuk
rekahan kecil < 50 micron dan 100 mesh untuk yang lebih besar >50 micron),
Oil Soluble Resins, Adomite Regain (Con Starch), Diesel 2-5 % (diemulsikan),
Unrefined Guar dan Karaya gums.
7. Breakers, untuk memecahkan rantai polimer sehingga menjadi encer
(viskositasnya kecil) setelah penempatan proppant agar produksi aliran minyak
kembali mudah dilakukan. Breakers harus bekerja cepat, konsentrasinya harus
cukup untuk mengencerkan polimer yang ada.
Untuk pemilihan fluida perekah yang sesuai, harus dipenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Memiliki harga viskositas cukup besar, yaitu 100 – 1000 cp pada temperatur
normal.
2. Filtrasi yang terjadi jangan sampai menutup pori-pori batuan.
3. Stabil pada tekanan tinggi.
4. Tidak bereaksi dengan fluida reservoir, karena dapat menimbulkan endapan
yang menyebabkan terjadinya kerusakan formasi.
5. Tidak membentuk emulsi di dalam lapisan reservoir.
6. Viskositas cairan dapat berubah menjadi kecil setelah terjadinya perekahan,
sehingga mudah disirkulasikan keluar dari sumur.
7. Dari segi ekonomi harus memiliki harga yang relative murah.
Pada operasi hydraulic fracturing proses pemompaan fluida adalah sebagai
berikut:
1. Prepad, yaitu fluida dengan viskositas rendah dan tanpa proppant, biasanya
minyak, air, dan atau foam dengan gel berkadar rendah atau friction reducer
agent, fluid loss additive dan surfactant atau KCl untuk mencegah damage, dan

12
ini dipompakan didepan untuk membantu memulai membuat rekahan.
Viscositas yang rendah dapat masuk ke matrix lebih mudah dan mendinginkan
formasi untuk mencegah degradasi gel.
2. Pad, yaitu fluida dengan viskositas lebih tinggi, juga tanpa proppant
dipompakan untuk membuka rekahan dan membuat persiapan agar lubang
dapat dimasuki slurry dengan proppant. Viskositas yang lebih tinggi
mengurangi leak-off (kebocoran fluida meresap masuk ke formasi). Pad
diperlukan dalam jumlah cukup agar tidak terjadi terjadi 100 % leak-off
sebelum rekahan terjadi dan proppant ditempatkan.
3. Slurry dengan proppant, yaitu proppant dicampur dengan fluida kental,
proppant ditambahkan sedikit demi sedikit selama pemompaan, dan
penambahan proppant ini dilakukan sampai harga tertentu pada alirannya
(tergantung pada karakteristik formasi, sistem fluida, dan gelling agent).
4. Flushing, yaitu fluida untuk mendesak slurry sampai dekat dengan perforasi,
viskositasnya tidak terlalu tinggi dengan friksi yang rendah.
Mekanika Fluida Hydraulic Fracturing
Fluida perekah digunakan untuk membuat rekahan yang cukup besar,
sehingga proppant dapat masuk ke dalam rekahan tanpa mengalami bridging
(mampat) atau settling (pengendapan). Oleh karena itu, fluida perekah harus
mempunyai viskositas yang tinggi dan faktor kehilangan fluida harus diperkecil
dengan sifat wall building dengan penggunaan polimer.
1. Rheology.
Sifat dari fluida perekah bergantung dari flow regime. Pada perekahan,
fluida mengalir pada beberapa bentuk geometri dengan kondisi shear dan
temperatur yang bermacam-macam, misalnya kalau di frac tank, statik dengan
temperatur sekeliling. Kalau dipompa shearnya tinggi, waktunya singkat saja.
Kalau di tubing, biasanya turbulent dan sering berhenti dari waktu ke waktu sekitar
1 – 10 menit dengan terkena panas dari sekelilingnya, shear rate-nya berkisar 500
– 3000 sec-1. Bila di perforasi, shear akan tinggi dan waktu pemompaan pendek. Di
rekahannya, aliran akan laminer yang terjadi dalam waktu cukup lama yakni sampai
3 – 4 jam lebih.

13
Sifat rheologi digunakan untuk mendapatkan harga viskositas yang cukup
berdasarkan besarnya harga shear rate dan shear stressnya. Di dalam rheologi
dikenal jenis fluida sebagai berikut : Newtonian, Bingham Plastic dan Power Law.
Untuk fluida Newtonian berlaku hubungan berikut :
τ = μ(du/dy) = μ γ ............................................................................. (7-10)
Keterangan:
τ = shear stress
γ = shear rate
μ = viskositas (air = 1), cp
Sedangkan untuk fluida Bingham Plastic berlaku :
τ = μ γ + τy ...................................................................................... (7-11)
Keterangan:
τy = yield point (fluida Newtonian = 1)
Dan untuk kebanyakan fluida perekah yang berlaku adalah Power Law untuk itu :
τ = K γn ........................................................................................... (7-12)
Keterangan:
K = consistency index, lbf-secn /ft2
n = power law index

Gambar 7.3.
Harga Shear Rate vs. Shear stress pada Fluida Newtonian
dan Non-Newtonian

14
Power law merupakan fluida non-newtonian yaitu fluida yang mempunyai
viskositas yang tidak konstan, tergantung pada besarnya geseran (shear rate) yang
terjadi. Fluida perekah yang bersifat power law sangat sensitif terhadap temperatur
tinggi, sehingga dapat mengalami degradasi yang cepat dan viscositas turun karena
temperatur. Apabila dinjeksikan kebawah permukaan maka viskositasnya akan
berubah menjadi lebih besar daripada saat dipermukaan yang disebabkan karena
adanya perubahan temperatur.
2. Leak-off Fluid
Kehilangan fluida (leak-off) adalah terjadinya aliran fluida perekah masuk ke
dalam formasi. Hal ini disebabkan karena tingginya tekanan fluida yang
dipompakan ke formasi, sehingga menyebabkan volume rekahan yang terjadi
berkurang serta proppant akan mengalami pemampatan dan mengendap. Leak-off
merupakan faktor penting dalam penentuan geometri rekahan.
Cooper et al. mendiskripsikan harga koefisien leak-off total (Ctot) yang terdiri
dari tiga mekanisme yang terpisah sebagai berikut :
1. Viscosity controlled (Ct), adalah suatu kehilangan fluida yang dipengaruhi oleh
viskositas. Penentuan besarnya harga Ct (ft/menit1/2) didapat dengan persamaan:
k φ ΔP
Ct = 0.0469 ................................................................. (7-13)
μ1

Keterangan:
k = permeabilitas relatif formasi terhadap material yang leak off, md
φ = porositas batuan, fraksi
μ1 = viskositas filtrat fluida perekah pada kondisi formasi, cp
ΔP = beda tekanan antara fluida didepan dinding dengan tekanan di pori-
pori batuan, psia
2. Compressibility controlled (CH), adalah suatu kehilangan fluida yang
dipengaruhi oleh kompresibilitas. Penentuan besarnya harga C H (ft/menit1/2)
dapat dilakukan dengan persamaan :
k  Ct
CH = 0.0374 ΔP ............................................................ (7-14)

15
Keterangan:
Ct = kompresibilitas total formasi, psi-1
μ = viskositas fluida formasi yang bisa bergerak pada kondisi reservoir,
cp
3. Wall building mechanism (CHt), yang terbentuk dari residu polimer di dinding
formasi yang menghalangi aliran ke formasi. Hal ini penting untuk membatasi
fluida yang hilang ke formasi. Harga CHt dihitung berdasarkan percobaan di
laboratorium, dimana harga CHt merupakan kemiringan pada daerah linier.
Dari ketiga mekanisme diatas, maka besarnya koefisien leak-off total adalah
sebagai berikut :
2 C t C H C Ht
 ( )
Ctot = 1/2
.......................... (7-15)
C t C Ht + C Ht 2 C t + 4C H C t + C Ht
2 2 2 2

Pemilihan Fluida Perekah


Pemilihan jenis fluida perekah terutama dipilih karena sifat formasi,
kandungan clay, jenis reservoir (minyak atau gas), ada parafin (asphaltene), tekanan
dan temperatur reservoir, dan pengalaman masa lalu sukses atau tidak, serta
harganya.
a. Sifat formasi
Hal pertama yang perlu dipertimbangkan adalah sifat kimia dan sifat fisik dari
batuan sebelum dilakukan perekahan dan bagaimana hal tersebut mempengaruhi
pemilihan fluida perekah. Pada batuan limestone, dolomite atau jenis yang lain
dengan sifat kelarutan yang tinggi, acid base fluids menjadi pilihan yang efektif.
Pada batupasir water atau oil base fluids lebih umum digunakan. Jika permeabilitas
formasi tinggi dan tidak rusak, maka hanya perlu sedikit treatment perekahan
namun bagaimanna juga komplesi sumur sedikitnya akan menyebabkan kerusakan
formasi, jadi fluida perekah haruslah diseleksi agar treatment yang dilakukan tidak
menurunkan permeabilitas dari matrik batuan. Dalam beberapa kasus, tujuan awal
dari perekahan adalah untuk menanggulangi kerusakan yang disebabkan pada
proses pemboran, proses penyemenan dan lain sebagainya.
Faktor penting lainnya adalah kandungan clay pada batuan. Oil base fluid
direkomendasikan untuk menanggulangi penurunan permeabilitas dari pengaruh

16
clay yang sifatnya sensitif terhadap air. Jika formasi yang akan direkahkan adalah
formasi karbonat, sebaiknya digunakan acid base fluid.
b. Bottom Hole Temperatur dan Tekanan
Bottom Hole Temperatur harus dipertimbangkan dalam pemilihan fluida
perekah yang akan digunakan dan pada seleksi jenis dan konsentrasi aditif. Dengan
semakin meningkatnya temperatur pada umumnya akan meningkatkan jumlah dari
cairan maka friction loss control aditif ditambahkan pada bahan dasar minyak, dan
dengan menurunnya temperatur akan menurunkan viskositas.
Bottom hole pressure adalah hal lain yang perlu dipertimbangkan, jika bottom
hole pressure akan berpengaruh pada viskositas dan densitas fluida perekah hal
tersebut dipertimbangkan untuk membantu tekanan pompa pada proses perekahan.
Pada sumur dengan tekanan formasi rendah, yang perlu diperhatikan adalah fluida
perekah yang mudah dikeluarkan kembali setelah operasi perekahan selesai.
c. Fluida Formasi
Jika formasi mengandung minyak berat dan asphalt atau parafinic, maka
jangan digunakan cairan perekah dengan bahan dasar minyak yang mempunyai API
Gravity tinggi, karena dapat menyebabkan pengendapan asphalt dan paraffin.
Dalam hal ini akan lebih aman jika menggunakan fluida peretak bahan dasar air.
Selain hal diatas pemilihan fluida perekah perlu dipertimbangkan untuk jenis
reservoinya, reservoir gas atau reservoir minyak.
Economides memberikan arahan mengenai pemilihan fluida perekah
berdasarkan temperatur formasi, sensitifitas terhadap air, permeabilitas, tekanan
reservoir, dan tinggi rekahan. Gambar 7.4. memberikan arahan pemilihan fluida
perekah untuk sumur minyak.

17
Gambar 7.4.
Petunjuk Penggunaan Fluida Perekah Untuk Sumur Minyak
(Economides, M. J., 1994)
7.3. Material Pengganjal (Proppant)
Proppant merupakan material untuk mengganjal agar rekahan yang terbentuk
tidak menutup kembali akibat closure pressure ketika pemompaan dihentikan dan
diharapkan mampu berfungsi sebagai media alir yang lebih baik bagi fluida yang
diproduksikan pada kondisi tekanan dan temperatur reservoir yang bersangkutan.
Jenis Proppant
Beberapa jenis proppant yang umum digunakan sampai saat ini adalah pasir
alami, pasir berlapis resin (Resin Coated Sand), dan proppant keramik (Ceramic
Proppant).
1. Pasir Alami
Berdasarkan sifat-sifat fisik yang terukur, pasir dapat dibagi ke dalam
kondisi baik sekali, baik, dan dibawah standart. Golongan yang paling baik menurut
standart API adalah premium sands yang berasal dari Illinois, Minnesota, dan
Wisconsin. Biasanya disebut ‘Northern Sand”, “White Sand”, “Ottawa Sand”, atau
jenis lainnya misalnya “Jordan Sand”.Golongan yang baik berasal dari Hickory

18
Sandstone di daerah Brady, Texas, yang memiliki warna lebih gelap dari pada pasir
Ottawa. Umumnya disebut “Brown Sand”, “Braddy Sand”, atau “Hickory Sand”.
Berat jenisnya mendekati 2,65. Salah satu kelebihan pasir golongan ini dibanding
pasir Ottawa adalah harganya yang lebih murah.
2. Pasir Berlapis Resin (Resin Coated Sand)
Lapisan resin akan membuat pasir memiliki permukaan yang lebih rata (tidak
tajam), sehingga beban yang diterima akan terdistribusi lebih merata di setiap
bagiannya. Ketika butiran proppant ini hancur karena tidak mampu menahan beban
yang diterimanya, maka butiran yang hancur tersebut akan tetap melekat dan tidak
tersapu oleh aliran fluida karena adanya lapisan resin. Hal ini tentu saja merupakan
kondisi yang diharapkan, dimana migrasi pecahan butiran (fine migration)
penyebab penyumbatan pori batuan bisa tereliminasi. Proppant ini sendiri terbagi
menjadi dua jenis, yaitu :
a. Pre-cured Resins
Berat jenisnya sebesar 2,55 dan jenis ini dibuat dengan cara pembakaran alam
proses pengkapsulan.
b. Curable Resins
Penggunaan jenis ini lebih diutamakan untuk menyempurnakan kestabilam efek
pengganjalan. Maksudnya adalah, proppant ini dinjeksikan dibagian belakang
(membuntuti slurry proppant) untuk mencegah proppant mengalir balik ke
sumur (proppant flow back). Setelah membeku, proppant ini akan membentuk
massa yang terkonsolidasi dengan daya tahan yang lebih besar.
3. Proppant Keramik (Ceramic Proppant)
Proppant jenis ini dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu :
a. Keramik berdensitas rendah (Low Density Ceramic)
Jenis ini memiliki berat jenis hampir sama dengan pasir (SG = 2,7), memiliki
kemampuan untuk menahan tekanan penutupan (Clossure pressure) sampai 6000
psi, serta banyak digunakan di Alaska.
b. Keramik berdensitas sedang (Inter mediate Ceramic)
Jenis ini lebih ringan dan lebih murah dibandingkan Sintered Bauxite, memiliki
specific gravity 3,65. Karena harganya yang mahal maka proppant ini hanya

19
digunakan untuk mengatasi tekanan yang benar-benar tinggi. Proppant jenis ini
mampu menahan tekanan sebesar 12000 psi, biasa digunakan untuk temperature
tinggi dan sumur yang sour (mengandung H2S).
c. Resin Coated Ceramic
Suatu jenis baru yang merupakan kombinasi perlapisan resin dan butiran
keramik. Jenis ini terbukti memberikan kinerja yang lebih baik. Khusus untuk
resin coated proppant, variasi yang dimunculkan semakin banyak. Resin Coated
Ceramic memiliki ketahanan terhadap closure pressure sebesar 15000 psi dan
temperature hingga 450 oF.
Pengaruh proppant terhadap konduktivitas rekahan.
Sifat fisik proppant yang mempengaruhi besarnya konduktivitas rekahan
antara lain:
1. Kekuatan proppant, apabila rekahan telah terbentuk, maka tekanan formasi akan
cenderung untuk menutup kembali rekahan tersebut yang dinotasikan sebagai
closure stress (stress yang diteruskan formasi kepada proppant pada waktu
rekahan menutup). Sehingga proppant harus dapat menahan closure stress
tersebut.
2. Ukuran proppant, dimana semakin besar ukuran proppant, biasanya memberikan
permeabilitas yang semakin baik.
3. Kualitas proppant, dimana prosentase kandungan impurities yang besar dapat
memberikan pengaruh pada proppant pack.
4. Bentuk butiran proppant, Semakin bulat dan halus permukaannya, semakin
tahan terhadap tekanan.
5. Konsentrasi (densitas proppant), yang akan berpengaruh dalam transportasi
proppant dan penempatannya dalam rekahan, dimana proppant dengan densitas
yang tinggi akan membutuhkan fluida berviskositas tinggi untuk mentransport
ke dalam rekahan.

7.4. Model Geometri Rekahan


Model geometri rekahan yang terjadi diperkirakan berdasarkan mekanika
batuan, sifat-sifat fluida perekah dan kondisi injeksi fluida (viskositas, laju injeksi

20
dan tekanan injeksi) dan stress-stress di batuan. Geometri rekahan yang terbentuk
meliputi bentuk dan ukuran rekahan. Dalam hydraulic fracturing, model geometri
rekahan yang dapat terbentuk umumnya adalah:
1. Model dua dimensi (PAN American, PKN, dan KGD).
➔ Tinggi tetap, aliran fluidanya satu dimensi (1D).
2. Model horizontal.
➔ Perkembangan rekahan dalam arah horizontal atau arah inklinasinya,
aliran fluidanya secara radial.
3. Model pseudo tiga dimensi.
➔ Tinggi rekahannya bertambah, aliran fluidanya 1D atau 2D.
4. Model tiga dimensi.
➔ Perkembangan rekahan dalam arah 3D, aliran fluidanya 2D.
Dari keempat model geometri rekahan tersebut, yang akan dibicarakan
berikut ini hanyalah model geometri rekahan dua dimensi saja karena perhitungan
matematis dan grafisnya tidak serumit ketiga model lainnya yang harus memakai
bantuan komputer canggih beserta software-nya.
Model Rekahan Dua Dimensi (Vertikal)
Model rekahan dua dimensi merupakan model perekahan vertikal. Model
rekahan vertikal ini mengasumsikan bahwa tinggi rekahan dianggap konstan.
Dalam model rekahan ini terdapat tiga jenis geometri rekahan berdasarkan
penemunya, yaitu:
• Model Pan American oleh Howard dan Fast yang diolah secara metematika
oleh Carter.
• Model PKN oleh Perkins, Kern (ARCO) & Nordgren.
• Model KGD oleh Kristianovich, Zheltov (Russian Model) lalu diperbaharui
oleh Geertsma dan De Klerk (Shell).

1. Model PAN American


Howard dan Fast memperkenalkan model PAN American seperti tampak
pada Gambar 7.5. yang kemudian dipecahkan secara matematis oleh Carter. Untuk
menurunkan pesamaannya maka dibuat beberapa asumsi, yaitu :

21
a. Lebar rekahan tetap.
b. Aliran ke rekahannya linier dan arahnya tegak lurus pada muka rekahan.
c. Kecepatan aliran leak-off ke formasi pada titik rekahan tergantung dari lama
waktu di mana titik permukaan tersebut mulai mendapat aliran.
d. Fungsi kecepatan v = f(t) sama untuk setiap titik di formasi, tetapi nol pada waktu
pertama kali cairan mulai mencapai titik tersebut.
e. Tekanan di rekahan adalah sama dengan tekanan di titik injeksi di formasi, dan
dianggap konstan.

Gambar 7.5.
Skematis Model PAN American Howard-Fast
(Bambang Tjondro 1997)
Dengan asumsi tersebut Carter menurunkan persamaan untuk luas bidang
rekah satu sayap:

qiW  (2 c t W )2 erfc 2c  t  + 4C t − 1
A(t ) = e  W   ................................ (7-16)
4C 2    W 

atau
qiW  x 2 2x 
A(t ) = e erfc ( x ) + − 1 ........................................................ (7-17)
4C 2   
Keterangan:

x = 2C t w ,
A(t) = Luas, ft2 untuk satu sisi pada waktu t
q = Laju injeksi, cuft/men,
W = Lebar rekahan, ft,
t = Waktu injeksi, menit dan
C = Total leak off coeffisient = Ct , ft/mminute1/2

22
erfc = Complementary error function
Persamaan tersebut di atas digunakan untuk memperkirakan harga luas
rekahan, setelah luas rekahan diketahui, maka volume rekahan dapat dihitung
dengan persamaan:
V f = WxA(t ) ........................................................................................ (7-18)

Keterangan :
Vf = Volume rekahan, ft3
W = Lebar rekahan, ft
A(t) = Luas rekahan, ft2.
2. Model PKN (PERKIRNS, KERN DAN NORDGEN)
PKN adalah model pertama dari model rekahan dua dimensi yang banyak
dipakai dalam analisa setelah tahun 1960-1970. Metode ini digunakan bila panjang
(atau dalam) rekahan jauh lebih besar dari tinggi rekahan (x fhf). Model ini
mengasumsikan bahwa tinggi rekahan konstan dan terbatas, setiap ujung rekahan
berbentuk runcing, lebar rekahan maksimum terjadi di tengah penampang rekahan
sedangkan lebar minimum terjadi pada ujung penampang rekahan sehingga akan
terdapat variasi lebar rekahan dari lubang bor menuju ujung lateral. Model ini juga
mengasumsikan bahwa tekanan merata diseluruh bagian vertikal. Gambar 7.6.
menunjukkan skematik dari geometri model PKN. Model tersebut berdasarkan
anggapan bahwa:
1. Panjang rekahan / Penetrasi rekahan jauh lebih besar daripada tinggi rekahannya
(Xf >>Hf).
2. Tinggi rekahannya sama dengan tebal reservoir.
3. Tekanan dianggap konstan pada arah irisan vertikal, stiffness batuan bereaksi
vertikal.
Berdasarkan anggapan diatas, metoda ini cocok diterapkan pada formasi
dengan permeabilitas kecil. Model ini memiliki bentuk eliptikal pada lubang bor,
lebar maksimum pada pusat elips, dengan lebar nol pada bagian puncak dan dasar.

23
Gambar 7.6.
Skematik dari Pengembangan Linier Perekahan Model PKN
(Economides, M. J., 1996)

1 n' n'
(2n'+2) (2n'+2) 1+ 2.14n'  (2n'+2)
w = 9.15  3.98  
(0)  n' 
1 1
 n' (1− n').x  (2n'+2)
(2n'+2)  qi .h f f 
 K' ............................................... (7-19)
 E' 
 
Dengan asumsi bahwa shape factornya w = ( 5) w(0) ........................ (7-20)

2C L t
= ......................................................................................... (7-21)

w+ 2S p

− 
 w+ 2S q
 p i
 2 
  2
x
f (iterasi+1)
= exp( )erfc(  )+  −1 ....................... (7-22)
2
4h f CL  

Pnet = Pf = E  ( w(0)) (2h f ) .............................................................. (7-23)

Keterangan:
E‘ = Plane Strain Modulus, Pa
Sp = Spurt loss, m (meter)
Qi = Laju injeksi dalam m3/det
CL = Koefisien fluid loss, m/det1/2

24
hf = Tinggi rekahan, m
t = Waktu, detik
w(0) = Lebar rekahan di sumur
w = Lebar rekahan rata-rata, m
xf = L = Panjang rekahan satu sayap, m.
3. Model KGD (KRISTIANOVICH, GEERTSMA DAN DE KLERK)
Model KGD merupakan hasil rotasi sebesar 90o dari model PKN. Model
KGD mempunyai lebar yang sama (seperti segi empat) di sepanjang rekahannya
dan berbentuk setengah elips di ujungnya. Model KGD mempunyai rekahan yang
relatif lebih pendek, lebih lebar dengan konduktivitas yang lebih besar dari model
PKN. Model KGD ditunjukan oleh Gambar 7.7. Asumsi-asumsi yang digunakan
pada model KGD yaitu:
1. Tinggi rekahan lebih panjang daripada panjang rekahan (h f >> xf)
2. Tinggi rekahan sama dengan tebal reservoir.
3. Stiffness batuan bekerja pada arah horizontal.

Gambar 7.7.
Skematik dari Pengembangan Linier Perekahan Model KGD
(Economides, M. J., 1996)

25
1 n' n'
w = 11.1
(2n'+2)  3.24
(2n'+2 ) 1 + 2n'   2n'+2 
(0)  n' 
 

1 1


  2 
2n'+2  qi .x f (2n'+2)
n'
 K'    .................................................................. (7-24)
 h n'.E ' 
 f 

Harga xf didapat seperti pada PKN di atas dan w = ( 4)w(0) .................... (7-25)
Pnet = Pf = E( w(0) / 4 x f ) ................................................................... (7-26)

Persamaan-persamaan di atas, baik untuk PKN ataupun KGD harus


dipecahkan sekaligus serta untuk menentukan variabel w dan x f. Metode diatas
dinamakan PKN-C dan KGD-C dengan power law.
Tabel VII-1. berikut menunjukkan persamaan-persamaan yang dibuat
berdasarkan metode PKN dan KGD.
Tabel VII-1.
Persamaan untuk Mencari Panjang Rekahan (L), Lebar Rekahan
Maksimum (w), dan Tekanan Injeksi (P) jika Dianggap Laju Injeksi Konstan
Model
L(t) W(0,t) (0,t) - H
Geometri
1/ 5
 Gq 3  1/ 5 1/ 4
Model C1  o
 t4/5  (1 − v) q o 2   C3  Gq 3 L 
 (1 − v)h f 4  C2   t 1/ 5
 o 
PKN  (1 − v) 3 
 Gh f  Hf
1/ 6
 G qo 3  1/ 6
Model C4   t 2/3  (1 − v) q o 3   C6  Gqo h f 3 
1/ 4

 (1 − v) h f 
3
C5   t 1/ 3
 
 (1 − v) L 
3 2
KGD  Gh f
3
 2H f

Tabel VII-2. menunjukkan harga dari koefisien-koefisien pada persamaan


tersebut apabila dilakukan perhitungan dengan metode metrik, misalnya panjang h,
L, w dalam meter, sedangkan bila dalam satuan ft, maka harus dibagi dengan 3,28.
Viskositas dalam kPa.men dan kalau di cp harus dikali terlebih dahulu dengan 1,67
 10-8 . K dalam kPa.cm1/2 maka kalau dalam unit disini maka psi in1/2 harus dikali
dengan 10,99. G dan  dalam kPa, sedangkan kalau dalam psi maka harus dikali
dengan 6,896.

26
Tabel VII-2.
Harga C1 sampai C6
Model Satu Dua
C
Geometri Sayap Sayap
C1 0,60 0,395
PK
C2 2,64 2,00
(Perkin&Kern)
C3 3,00 2,52
C1 0,68 0,45
PKN C2 2,50 1,89
C3 2,75 2,31
C4 0,68 0,48
KGD C5 1,87 1,32
C6 2,27 1,19

Kombinasi Efek Non-Newtonian dan Fluid Loss


Peter Valko dan Economides memberikan solusi untuk PKN maupun KGD
dengan kombinasi efek baik untuk non Newtonian maupun adanya fluid loss
(laminer). Penurunannya menggunakan viskositas apparent pada fluida non
Newtonian baik untuk PKN maupun KGD. Sementara nilai beta (β) dipakai untuk
mengetahui nilai exponent sehingga dapat digunakan untuk persamaan Mark
Langenheim utnuk Term Fluid Loss yang dapat dilihat pada Tabel VII-3. Hasilnya
adalah sebagai berikut:

27
Tabel VII-3.
Harga Fungsi untuk Persamaan Mark-Langenheim untuk Term Fluid Loss
(Economides J. Michael, 1994)

28
Prediksi Tinggi Rekahan
Selama operasi perekahan, fluida perekah membuat tekanan di ujung rekahan.
Pada rekahan vertical, tekanan fluida melawan tekanan kompresi horizontal dari
bumi. Rekahan akan berkembang secara vertical jika intensitas tekanan di atas atau
dibawah rekahan melebihi tekanan yang ada di formasi. Newberry et al. (1985) dan
Ahmad et al. (1985) menggunakan persamaan di bawah ini dengan ilustrasi model
seperti Gambar 7.8.
0,0217 ℎ𝑢 ℎ
∆p𝑢 = = [𝐾𝑙𝑐 (1 − √ ) + 0,515 (σ𝑏 - σ𝑎 ) √ℎ𝑢 𝑐𝑜𝑠 −1( ℎ𝑢 )] +0,0069ρ𝑓𝑙
√ℎ𝑢 ℎ
(ℎ𝑢 - 0,5 ℎ)
.…………....…………………………………………………………(7-27)

0,0217 ℎ𝑑 ℎ
∆p𝑑 = = [𝐾𝑙𝑐 (1 − √ ) + 0,515 (σ𝑐 - σ𝑎 ) √ℎ𝑑 𝑐𝑜𝑠 −1(ℎ )] +0,0069ρ𝑓𝑙
√ℎ𝑑 ℎ 𝑑

(ℎ𝑑 - 0,5 ℎ)
…………....…………………………………………………………(7-28)

Keterangan:
∆𝑝𝑢 = Perbedaan tekanan rekahan berkembang keatas, psi
∆𝑝𝑑 = Perbedaan tekanan rekahan berkembang kebawah, psi
ℎ𝑢 = Tinggi rekahan yang bermigrasi keatas, ft
ℎ𝑑 = Tinggi rekahan yang bermigrasi keatas, ft
ℎ = Tinggi gross pay zone, ft

𝐾𝑙𝑐 = Critical stress intensity factor, psi.in0,5


𝜎𝑎 = In-situ stress lapisan atas, psi
𝜎𝑏 = In-situ stress lapisan pay zone, psi
𝜎𝑐 = In-situ stress lapisan bawah, psi

𝜌𝑓𝑙 = Densitas fluida perekah, lb/ft3

29
σa

σb

Gambar 7.8.
Ilustrasi Model Tinggi Rekahan
7.5. Persiapan/Perencanaan Stimulasi Hydraulic Fracturing
Untuk merencanakan hydraulic fracturing diperlukan serangkaian test aktual
di lapangan untuk memperoleh parameter-parameter yang dibutuhkan dalam
perekahan hidraulik, atau disebut data frac.
Data frac adalah data-data yang perlu diketahui untuk suatu rencana
perekahan hidraulik. Misalnya tekanan menutup rekahan (closure pressure) yang
sangat penting dalam perencanaan perekahan, pengukuran leak-off dan efisiensi
fluida.
Closure pressure dicari dari minimum stress karena stress bervariasi
sepanjang formasi antara barrier. Jadi stress adalah lokal tetapi net pressure adalah
global, yang mendefinisikan tekanan fluida yang mana rekahan dapat menutup
tanpa proppant. Jadi closure pressure adalah rata-rata dari ketidakhomogennya
formasi dan merupakan sifat keseluruhan dari formasi yang direkahkan.
Pengukuran di lapangan dengan menggunakan local stress (microfractures)
dan global stress berbeda dalam dua hal. Pertama, untuk local stress, rekahannya
sangat kecil, jadi mungkin hanya terjadi mewakili di satu tempat dan bukan untuk
perekahan yang lebih besar nantinya dengan ketidakragaman batuan. Yang kedua,
karena lokal dan bisa “memilih yang terlemah” maka harga (pw-σmin) pada saat
shut-in adalah sangat kecil. Jadi pada persamaan (pw-pc), harga pc tidak akan sama
dengan harga σmin. Pada perekahan sebenarnya seharusnya lebih besar dari harga
tersebut.
Prosedur dari datafrac adalah sebagai berikut:
1. Formation break down
2. Data lapangan yang lalu
3. Step rate test (test laju bertingkat)

30
4. Shut-in Decline test (tes penutupan)
5. Backflow test(tes aliran balik)
6. Minifrac (rekahan mini)
7. Leakoff test (tes “bocor”)
7.6. Analisa Tekanan Rekah Hydraulic Fracturing
Dalam pekerjaan Hydraulic Fracturing, analisis tekanan rekah yang
dihasilkan dari pumping schedule memegang peranan amat penting. Gambar 7.9.
memperlihatkan pola umum dari plot tekanan vs waktu pada suatu proses Hydraulic
Fracturing. Pada Gambar 7.9. tersebut, tekanan bertambah sejalan dengan injeksi
dan dilanjutkan dengan penghentian pemompaan (ISIP = Instantenous Shut In
Pressure) dimana dimulai fase penurunan sampai rekahan mulai menutup
bersamaan dengan fluid loss sampai rekahan sudah tertutup. Pada fase ini fluid loss
masih berlanjut dengan pola yang berbeda sejalan dengan penurunan laju fluid loss
dan menuju ke tekanan reservoirnya. Baik kenaikan tekanan pada waktu injeksi
maupun grafik penurunan selama penutupan rekahan dan penurunan tekanan akan
dapat dianalisa secara kuantitatif maupun kualitatif.

Gambar 7.9.
Grafik Pola Tekanan pada Hydraulic Fracturing
(Thomas O Allen, 1989)

31
Dalam grafik tersebut kenaikan tekanan sesaat pada waktu rekahan mulai
pecah dapat terlihat ketika grafik mengalami kenaikan yang cukup signifikan.
Harga closure pressure adalah sedikit dibawah titik defleksi (fracture close on
proppant) karena proppant masih mengalami pemampatan sampai berhenti dan
harga ini sedikit lebih besar dari tekanan tersebut.
7.7. Evaluasi Hasil Pelaksanaan Hydraulic Fracturing
Evaluasi perekahan hidrolik bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan
perekahan hidrolik tersebut berhasil untuk menaikkan produktivitas formasi atau
tidak. Naik/tidaknya produktivitas formasi dapat dilihat dari parameter indeks
produktivitas (PI) sebagai indikatornya. Baik untuk sumur gas ataupun sumur
minyak, pengaruh perekahan dapat dinyatakan sebagai harga perbandingan antara
indeks produktivitas sesudah dan sebelum perekahan.
Terdapat banyak metode untuk mengevaluasi/memperkirakan kenaikan
produktivitas formasi setelah perekahan hidraulik. Aspek evaluasi pertama adalah
mengevaluasi hasil geometri rekahan dengan melakukan perhitungan iterasi trial
error metode PKN 2D, tekanan injeksi di permukaan, horse power pompa dan
massa proppant.. Aspek evaluasi kedua adalah penerapan metode Tip Screen Out
pada final design dan actual treatment. Aspek evaluasi ketiga adalah menghitung
kenaikan harga permeabilitas sesudah pelaksanaan stimulasi Hydraulic Fracturing.
Aspek evaluasi keempat adalah menghtung kenaikan harga PI (productivity index)
sebelum dan sesudah perekahan menggunakan Metode Darcy, Metode McGuire
dan Sikora, Metode Cinco-Ley, Samaniego dan Dominique serta Metode Tinsley-
Soliman. Aspek evaluasi kelima adalah membandingkan faktor skin sebelum dan
sesudah Hydraulic Fracturing dengan analisa sensitivitas menggunakan Software
Pipesim. Aspek evaluasi keenam adalah membuat performance IPR (Inflow
Performance Relationship) sebelum dan sesudah dilakukannya perekahan dengan
menggunakan Metode Konvensional.
1. Geometri Rekahan
Evaluasi geometri perekahan bertujuan untuk melakukan perhitungan
terhadap geometri rekahan secara manual secara trial error dan iterasi dengan

32
metode PKN 2D atau KGD 2D. Selain itu dilakukan juga perhitungan terhadap
tekanan injeksi di permukaan, horse power pompa dan massa proppant.
2. Penerapan Metode Tip Screen Out
Penerapan metode Tip Screen Out (TSO) bertujuan untuk menempatkan
proppant hingga ke ujung rekahan. Dengan terisinya proppant hingga ke ujung
rekahan, diharapkan konduktivitas rekahan akan lebih besar apabila dibandingkan
dengan metode perekahan hidraulik konvensional.
Pada penerapan metode TSO, lebar rekahan merupakan faktor penting.
Perbedaan antara penerapan Hydraulic Fracturing normal dan TSO terletak pada
proppant pumping schedule. Pada perekahan normal, peningkatan kadar proppant
dari kecil ke besar dilakukan cukup cepat. Pada TSO, peningkatan kadar proppant
dari kecil ke besar dilakukan dengan lebih lambat sehingga pad dan slurry dapat
bergerak ke ujung rekahan terlebih dahulu dan menghentikan perkembangan
rekahan pada waktu yang diinginkan. Setelah itu, dilanjutkan dengan pelebaran
rekahan dan injeksi slurry lanjutan yang akan menyebabkan dimulainya
pemampatan dari ujung (tip) rekahan yang sudah terbentuk. Apabila konsentrasi
proppant dinaikkan terlalu cepat, maka akan terjadi banyak bagian yang
termampatkan sebelum tekanan dinaikkan sehingga lebar rekahan yang diinginkan
tidak akan tercapai. Untuk menghindari hal tersebut, perekahan harus dimulai
dengan konsentrasi proppant rendah untuk menghentikan perkembangan rekahan
lebih lanjut tanpa menyebabkan pemampatan proppant tetapi masih ada ruang di
rekahan. Selanjutnya, konsentrasi proppant dinaikkan seperti pada perekahan
normal.
Pada TSO diusahakan agar pemampatan dari rekahan terjadi di tepian rekahan
dengan tengah-tengah rekahan tetap berupa slurry. Secara ideal, mula-mula suatu
screen out akan terjadi dari ujung rekahan untuk menghentikan perkembangan
rekahan lebih lanjut (tidak memanjang namun melebar). Dengan demikian maka
dimulai fase kedua dengan pengembangan rekahan ke arah pelebaran dan hal ini
dapat dicapai dengan menaikkan kadar proppant. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 7.10.

33
Gambar 7.10.
Profil Konsentrasi Proppant pada Tip Screen Out
(J.P. Martin et al, 1992)

3. Kenaikan Permeabilitas Formasi Rata-Rata


Evaluasi ketiga yang dilakukan adalah melihat besarnya harga distribusi
permeabilitas yang dihasilkan setelah rekahan. Asumsi yang digunakan
menganggap bahwa stimulasi rekahan hidraulik yang dilakukan menyebabkan
harga permeabilitas di sekitar lubang sumur berbeda dengan besarnya harga
permeabilitas pada zona yang berada jauh dari lubang sumur (discontinous radial
permeability). Besarnya harga permeabilitas setelah rekahan (k f) dan harga
distribusi permeabilitas rata – rata (kavg) dengan persamaan berikut:
(ki xh) + Wk f
kf = ...................................................................................(7-29)
h
 re 
log  
kavg =  rw  ...................................................(7-30)
1  Xf   1  re



 kf log   +
 k log
  rw   L 
 f 
Keterangan :
kavg = Permeabilitas formasi rata – rata setelah perekahan, md
re = Radius pengurasan, ft
rw = Radius sumur, ft

34
kf = Permeabilitas efektif formasi yang terkena efek perekahan, md
Lf = Panjang rekahan 1 sayap, ft
k = Permeabilitas formasi, md
kfwf = Konduktivitas rekahan, md-ft
h = Tinggi / tebal formasi di sumur, ft
4. Evaluasi Indeks Produktivitas (PI)
Evaluasi keempat adalah menghtung kenaikan harga PI (productivity index)
sebelum dan sesudah perekahan. Berikut adalah metode evaluasi kenaikan PI
menggunakan Metode Darcy, Metode Prats, Metode McGuire-Sikora, Metode
Cinco-Ley, Samaniego dan Dominique dan Metode Tinsley-Soliman.
Metode Darcy
Indeks produktivitas merupakan suatu bilangan yang menunjukan
kemampuan suatu formasi produktif untuk dapat berproduksi dalam keadaan
tertentu (harga drawdown pressure tertentu), yaitu kemampuan suatu formasi
produktif untuk dapat mengalirkan fluida ke dalam lubang sumur. Indeks
produktivitas untuk aliran radial diperkenalkan oleh Darcy, yaitu sebagai berikut
703 x10 −6 .k .h
PI = J = ................................................................. (7-31)
 r 
 g .B g TZ ln  e 
  rw 
Keterangan :
k = Permeabilitas formasi, mD
h = Tebal Reservoir, ft
µg = Viskositas gas, cp
Bg = Faktor volume formasi gas, cuft/scf
re = Jari-jari pengurasan, ft
rw = Jari-jari sumur, ft
T = Temperatur rata-rata, oR
Z = Faktor Kompresibilitas Gas
Secara teoritis, dengan dilakukannya perekahan hidraulik pada suatu formasi,
maka kemampuan formasi untuk berproduksi/menyuplai fluida ke dalam lubang

35
sumur akan meningkat, dengan demikian harga indeks produktivitas akan
meningkat pula.
Metode Prats
Metode Prats adalah metode yang pertama kali digunakan dan sangat
sederhana. Metode Prats dijabarkan lewat persamaan:
r 
ln  e 
J
=  rw  ......................................................................................(7-32)
Jo  re 
ln  
 0.5 L 
 f 
Keterangan :
Lf = Setengah panjang rekahan dua sayap (Xf), ft
Anggapan dalam persamaan Prats adalah:
• Aliran steady state
• Sumur berproduksi dari layer dengan tebal yang konstan dan memiliki nilai
porositas dan permeabilitas yang konstan.
• Layer tersebut dibatasi oleh lapisan impermeabel di atas dan di bawahnya.
• Fluida incompressible
• Rekahan yang tercipta berbentuk single, plane, dan vertical fracture dan
terbatas ke arah radial.
• Tinggi rekahan sama dengan tinggi formasi
Metode McGuire-Sikore
Dengan menggunakan studi analog elektrik, maka McGuire dan Sikora
membuat analogi perekahan di lapangan. Grafik ini adalah yang paling umum
digunakan. Anggapannya adalah:
• Aliran pseudo-steady state.
• Reservoir merupakan reservoir yang homogen dengan fluida reservoir yang
juga homogen.
• Laju aliran konstan tanpa aliran dari luar batas re
• Daerah pengurasan berbentuk segiempat sama sisi.
• Aliran fluida incompressible.
• Rekahan terbentuk dari atas ke bawa dari reservoir.

36
Perbandingan produktivitas untuk aliran stabil, p wf konstan, adalah seperti
pada keadaan pseudo-steady state. Pada Gambar 7.11. absis dari grafik McGuire-
Sikora adalah konduktivitas relatif dan ordinatnya adalah skala tingkat kenaikan
produktivitas.

Gambar 7.11.
Grafik McGuire-Sikora untuk Menunjukkan Kenaikan Produktivitas
(McGuire W.J., 1960)
Berikut adalah langkah-langkah perhitungan perbandingan indeks
produktivitas metode McGuire-Sikora:
1. Menghitung absis (koordinat sumbu X pada grafik McGuire-Sikora):
X = (WKf / k) x (40 / S) 0,5 ......................................................... (7-33)
_
WKf = w x Kf ................................................................................. (7-34)
Keterangan:
Wkf = Konduktivitas rekahan, mD-ft
K = Permeabilitas formasi, mD
S = Spasi sumur, acre
2. Menghitung perbandingan panjang rekahan yang dapat memberikan kontribusi
pada peningkatan produktivitas formasi / panjang rekahan terisi proppant (L)
dengan jari-jari pengurasan sumur (re).
3. Membaca harga Y (ordinat pada grafik McGuire-Sikora) dengan cara
memotongkan harga X dengan kurva (L/re).

37
4. Peningkatan indeks produktivitas dihitung dengan :
j/jo = Y / (7.13 / (0.472 x ln (re/rw))) ............................................... (7-35)
Metode Cinco-Ley, Samaniego dan Dominique
Metode ini adalah metode yang dipakai dalam penentuan konduktivitas
rekahan (fracture conductivity) serta untuk evaluasi dengan cepat mengenai berapa
perkiraan kelipatan kenaikan produktivitas (K2P) pada perekahan hidraulik.
Metode ini mengasumsikan:
• Area pengurasan silindris
• Komplesi sumur cased hole
• Reservoir merupakan reservoir homogen, dibatasi oleh lapisan impermeabel di
atas dan di bawah lapisan produktif.
• Memiliki tebal lapisan produktif, permeabilitas, dan porositas yang konstan.
• Fluida yang diproduksikan memiliki nilai kompresibilitas dan viskositas yang
konstan.
• Fluida terproduksi melalui vertical fracture, fully penetrating dan finite
conductivity fracture.
• Efek gravitasi diabaikan dan aliran bertipe laminar.
Dengan terbentuknya rekahan di dalam formasi yang terisi oleh material
pengganjal (proppant), maka akan terbentuk media aliran fluida baru di formasi.
Besar kecilnya kemampuan aliran fluida di dalam rekahan atau yang disebut
sebagai konduktivitas rekahan (fracture conductivity), tergantung dari harga
permeabilitas dan lebar rekahan yang terjadi. Jari-jari sumur efektif, rw’ akan
digunakan dalam evaluasi disini. Untuk itu didefinisikan konduktivitas rekahan
tanpa dimensi (dimensionless fracture conductivity), Fcd adalah sebagai berikut:
w Kf
Fcd = ........................................................................................... (7-36)
kXf
Keterangan:
w = Lebar rekahan rata-rata, ft
kf = Permeabilitas propant, md
k = Permeabilitas formasi, md
xf = Panjang rekahan satu sayap, ft

38
Persamaan (7-32) menunjukkan bahwa harga Fcd berbanding lurus dengan
harga konduktivitas rekahan, sehingga harga konduktivitas rekahan sangat
menentukan keberhasilan dari pelaksanaan perekahan.
Grafik pada Gambar 7.12. digunakan untuk mengevaluasi tingkat
keberhasilan perekahan berdasarkan harga skin semu (pseudo skin), yang
ditunjukkan dalam persamaan sebagai berikut :
 rw' 
S = − ln   ......................................................................................... (7-37)
 rw 
rw' = rw − rwe s ....................................................................................... (7-38)
Keterangan:
S = Faktor skin
rw = Jari-jari sumur, ft
rw’ = Jari-jari sumur efektif, ft

Gambar 7.12.
Grafik Hubungan rw’ dan Fcd
(Cinco Ley Heber, 1978)
Sedangkan kenaikan kelipatan produktivitas (K2P) dapat dinyatakan dalam
persamaan sebagai berikut :
 re 
ln  
K 2 P =   ..................................................................................... (7-39)
rw
 re 
ln 
 rw' 

39
Metode Tinsley dan Soliman
Tinsley dan Soliman memperkenalkan perhitungan perbandingan indeks
produktivitas sebelum dan sesudah perekahan hidraulik dengan menggunakan
grafik. Adapun asumsi-asumsi yang dipergunakan dalam perhitungan dengan
grafik ini adalah:
• Komplesi sumur cased hole
• Aliran fluida pseudo-steady state
• Laju aliran konstan dengan tanpa aliran dari luar batas re
• Lebar rekahan tetap
• Tinggi dan lebar rekahan tetap serta mempunyai ukuran yang sama di kedua sisi
geometri yang terbentuk.
• Efek gravitasi pada fluida diabaikan.
• Reservoir merupakan reservoir yang homogen
5. Evaluasi Kenaikan Produksi dan Analisa Kelakuan Aliran dengan Kurva
Inflow Performance Relationship (IPR)
Dalam hal ini, analisa terhadap kenaikan harga productivity index sumur
ditinjau berdasarkan kinerja aliran fluida formasi ke lubang sumur atau kelakuan
formasi produktif yang digambarkan dalam bentuk kurva IPR. Adapun pada tugas
akhir ini, metode yang digunakan dalam pembuatan kurva IPR adalah metode
Standing-Harrison dengan anggapan aliran dua fasa, harga flow efficiency dan skin
disekitar lubang bor tidak sama dengan nol. Dengan persamaan sebagai berikut:
ln( 0,472  (re / rw))
FE = ............................................................... (7-40)
ln( 0,472  (re / rw)) + S
Pwf’ = Ps-((Ps-Pwf) x FE)) .................................................................. (7-41)
Qo/Qmax FE=1 = 1-0,2 ( Pwf ' ) -0.8 ( Pwf ' ) 2............................................... (7-42)
Ps Ps

Keterangan:
FE = Flow efficiency, fraksi
re = Radius pengurasan, ft
rw = Jari-Jari Sumur, ft
S = Skin Factor

40
Pwf’ = Tekanan Alir dasar sumur akibat pengaruh skin, psig
Pwf = Tekanan Alir dasar sumur, psig
Ps = Tekanan statik, psig
Qo = Laju produksi minyak, bopd
q = Laju produksi, bbl/hari
qmax = Laju produksi max, bbl/hari.
Prosedur Perhitungan metode Standing adalah sebagai berikut:
a. Menghitung nilai FE akibat pengaruh skin factor
b. Menghitung nilai Pwf’, yaitu nilai Pwf yang terpengaruh factor skin
c. Menghitung nilai Qmax FE=1
d. Menghitung nilai Qomax FE = tertentu
e. Menghitung nilai Qomax FE = tertentu pada harga Pwf asumsi
f. Plot kurva IPR antara Pwf vs Qomax FE = tertentu.
Apabila nilai FE positive besar dan nilai Pwf’ negative, maka persamaan
Standing harus dimodifikasi menggunakan persamaan Harrison.

BAB VIII. TIME SHEET


MINGGU
NO KEGIATAN
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Pengumpulan Data
2. Analisa dan Pengolahan Data
Analisa Hasil Evaluasi Stimulasi
3. Hydarulic Fracturing Sumur “SKO”
Lapangan “LASTIKA”
4. Laporan dan Presentasi

BAB IX. DATA MAHASISWA PEMOHON


Nama : Skolastika Marganing Pradipta Putri
NIM : 113160113
Jurusan : Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Mineral,
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Email : skolastikapradipta@gmail.com
No. Handphone : (+62)85802186308

41
BAB X. RENCANA DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ......................................................................................
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................
KATA PENGANTAR ....................................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN.....................................................................
RINGKASAN .................................................................................................
DAFTAR ISI ...................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................
DAFTAR TABEL...........................................................................................
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................
1.1. Latar Belakang Masalah ..........................................................................
1.2. Maksud dan Tujuan Penulisan ................................................................
1.3. Ruang Lingkup ........................................................................................
1.4. Tempat Pelaksanaan ................................................................................
1.5. Metodologi Penelitian .............................................................................
1.6. Sistematika Penulisan..............................................................................

BAB II. TINJAUAN UMUM LAPANGAN ................................................


2.1. Letak Geografis dan Sejarah Lapangan “LASTIKA” .............................
2.2. Kondisi Geologi Lapangan “LASTIKA” ................................................
2.2.1. Stratigrafi Lapangan “LASTIKA” ..............................................
2.2.2. Batuan Pra-Tersier ......................................................................
2.2.3. Batuan Tersier .............................................................................
2.3. Struktur Geologi ......................................................................................
2.3.1. Struktur Geologi Regional ..........................................................
2.2.2. Struktur Geologi Cekungan.........................................................
BAB III. DASAR TEORI PEREKAHAN HIDRAULIK .........................
3.1. Analisa Kerusakan Formasi ....................................................................
3.2. Mekanisme Perekahan Batuan ................................................................
3.2.1. Mekanika Batuan untuk Operasi Perekahan Hidraulik ...............
3.2.1.1. Stress dan Strain...........................................................
3.2.1.2. Poisson Ratio ...............................................................
3.2.1.3. Modulus Young.............................................................
3.2.1.4. Plane-Strain Modulus ..................................................
3.2.1.5. Tekanan Overburden....................................................
3.3. Fluida Perekah.........................................................................................
3.3.1. Mekanika Fluida Perekahan Hidraulik.........................

42
RENCANA DAFTAR ISI
(Lanjutan)

Halaman
3.3.1.1. Rheologi Fluida Perekah ..............................................
3.3.1.2. Fluid Loss (Leak Off) ...................................................
3.3.2. Fluida Dasar dan Aditif ...............................................................
3.3.2.1. Fluida Dasar .................................................................
3.3.2.2. Additive ........................................................................
3.4. Material Pengganjal (Proppant)..............................................................
3.4.1. Jenis Proppant .............................................................................
3.4.2. Spesifikasi Ukuran Proppant ......................................................
3.4.3. Sifat Fisik Proppant ....................................................................
3.4.4. Transportasi Proppant.................................................................
3.4.5. Konduktivitas Rekahan ...............................................................
3.5. Model Geometri Rekahan Dua Dimensi .................................................
3.5.1. Model PAN American .................................................................
3.5.2. Model PKN (Perkins, Kern, dan Nordgen).................................
3.5.3. Model KGD (Kristianovich, Geertsma, dan de Klerk) ...............
3.6. Persiapan Stimulasi Hydraulic Fracturing .............................................
3.6.1. DataFRAC ...................................................................................
3.6.2. Formation BreakDown................................................................
3.6.3. Data Lapangan yang Lalu ...........................................................
3.6.4. Step Rate Test ..............................................................................
3.6.5. Shut-in Decline Test ....................................................................
3.6.6. Backflow Test ..............................................................................
3.6.7. Minifrac ......................................................................................
3.6.8. Leak-off Test ................................................................................
3.7. Analisa Tekanan Rekah Hydraulic Fracturing .........................................
3.8. Evaluasi Hasil Pelaksanaan Hydraulic Fracturing ...................................
3.8.1. Geometri Rekahan.......................................................................
3.8.1.1. Perhitungan Tekanan Injeksi ........................................
3.8.1.2. Perhitungan Horse Power Pompa ................................
3.8.1.3. Perhitungan Frac Fluid dan Proppant Properties .......
3.8.2. Penerapan Metode Tip Screen Out..............................................
3.8.3. Kenaikan Permeabilitas Formasi Rata-rata .................................
3.8.4. Evaluasi Indeks Produktivitas .....................................................
3.8.4.1. Metode Darcy ...............................................................
3.8.4.2. Metode Prats.................................................................
3.8.4.3. Metode McGuire-Sikora ..............................................
3.8.4.4. Metode Cinco-Ley, Samaniego dan Dominique ..........
3.8.4.5. Metode Tinsley dan Soliman .......................................
3.8.5. Evaluasi Kenaikan Produksi dan Analisa Kelakuan Aliran
dengan Kurva Inflow Performance Relationship (IPR) ..............

43
RENCANA DAFTAR ISI
(Lanjutan)

Halaman
BAB IV. EVALUASI PENERAPAN HYDRAULIC FRACTURING
SUMUR “SKO” LAPANGAN “LASTIKA” .....................................
4.1. Alasan Dilakukan Perekahan Hidraulik ..................................................
4.2. Pengumpulan Data ..................................................................................
4.3. Perencanaan Fluida Perekah ...................................................................
4.4. Pemilihan Proppant ................................................................................
4.5. Pelaksanaan Perekahan Hidraulik ...........................................................
4.5.1. Breakdown Test ...........................................................................
4.5.2. Step Rate Test ..............................................................................
4.5.3. Mini Frac ....................................................................................
4.5.4. Main Frac....................................................................................
4.6. Evaluasi Perekahan Hidraulik .................................................................
4.6.1. Evaluasi Geometri Rekahan ........................................................
4.6.1.1. Perhitungan Geometri Rekahan Manual dan FracCade
4.6.1.2. Perhitungan Tekanan Injeksi di Permukaan .................
4.6.1.3. Perhitungan Horse Power Pompa ................................
4.6.1.4. Perhitungan Fluida Perekah .........................................
4.6.2. Evaluasi Produksi ........................................................................
4.6.2.1. Peningkatan Permeabilitas Konduktivitas....................
4.6.2.2. Perkiraan Peningkatan Indeks Produktivitas (PI) ........
4.6.2.2.1. Metode Darcy .............................................
4.6.2.2.2. Metode Prats...............................................
4.6.2.2.3. Metode McGuire dan Sikora ......................
4.6.2.2.4. Metode Cinco-Ley, Samaniego dan
Dominique ....................................................................
4.6.2.2.5. Metode Tinsley dan Soliman .....................
4.6.2.3. Analisa Kurva IPR .......................................................
4.6.3. Post Job Well Testing Sumur SKO .............................................
4.6.4. Perbandingan Hasil Sebelum dan Sesudah Hydraulic
Fracturing ...................................................................................
4.7. Rekomendasi Hydraulic Fracturing Sumur SKO ....................................
BAB V. PEMBAHASAN ..............................................................................
BAB VI. KESIMPULAN .............................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

44
BAB XI. RENCANA DAFTAR PUSTAKA
Allen, Thomas., Roberts, Allan P., 1989, “Production Operations Volume 2”, Oil
and Gas International Consultants, Oklahoma.

Adams, Joel dan Clem Rowe. 2013. “Differentiating Applications of hydraulic


fracturing”. International Conference for Effective and Sustainable Hydraulic
Fracturing. ISRM Specialized Conference. Brisbane, Australia.

Cinco Ley Heber., Samaniego V.F., Dominiquez A.N., 1978, “Transient Pressure
Behavior for a Well with a Finite-Conducitivity Vertical Pressure” Society
of Petroleum Engineers, Mexico.

Beggs, Dale H. 1999. “Production Optimization Using Nodal Analysis-Standing


IPR Method”, Tulsa Oklahoma.

Dontsov. E.V and A.P. Pierce. 2014. “Proppant Transport in Hydraulic


Fracturing”. International Journal of Solids and Structures. University of
British Colombia, Canada.

Economides, J. Michael., Hill, Daniel A.,1994, “Petroleum Production System”,


Prentice Hall PTR, New Jersey.

Economides, J. Michael., Nolte., K.G.,1989, “Reservoir Stimulation 2nd Edition”,


Schlumberger Educational Services, Houston, Texas.

Economides, J. Michael., Nolte., K.G.,1994, “Reservoir Stimulation 3rd Edition”,


Schlumberger Educational Services, Houston, Texas.

Economides, J. Michael., Oligney, Ronald., Valco, Peter.,2002, “Unified Fracture


Design”, Orsa Press, Texas.

Economides, J. Michael, Kenneth G. Nolte. 2000. “Reservoir Stimulation”. John


Wiley & Sons, Ltd. England.

McGuire W.J., Sikora V.J., 1960, “The Effect of Vertical Fractures on Well
Productivity”, Society of Petroleum Engineers of AIME, Dallas, Texas.

NSI Technologies Issue 1 Volume 3, 2001. “Frac Tips”. Houston, USA.

Soliman, M.Y., 1983. “Modifications to Production Increase Calculations for a


Hydraulically Fractured Well”. Society of Petroleum Engineers. USA.

Tjondro, Bambang., Kamiso, Dave Rich & Suryaman., “Acidizing and Hydraulic
Fracturing Intermediate”, Jakarta, 1997.

45
Wang, Yongli., 2004. “The Study of Hydraulic Fracturing Expert System in Low
Permeable and Complex Reservoir”. Presented at the 2004 SPE International
Petroleum Conference in Mexico held in Puebla, Mexico 8-9 November
2004.

Warembourg, P.A., 1985. “Fracture Stimulation Design and Evaluation”.


Presented at the 60th Annual Techincal Conference and Exhibition of the
Society of Petroleum Engineers in Las Vegas, NV, September 22-25, 1985.

Yew, Ching H. ,1997, “Mechanics of Hydraulic Fracturing”, Gulf Publishing


Company, Houston, Texas.

Apriani, Shinta Dewi. “Evaluasi Perekehan Hidraulik Pada Sumur SIN#1 dan
SIN#2 Lapangan Tanjung”, UPNVYK, Yogyakarta, 2005.

Gidley, John., Stephen., Dale E. Raplh. “Recent Advances in Hydraulic


Fracturing”, SPE, Texas, 1989.

Schechter R. S., “Oil Well Stimulation, Prentice Hall Englewood Cliffs, New
Jersey”, 1992.

46
FLOWCHART
FLOWCHART EVALUASI HYDRAULIC
FRACTURING SUMUR SKO-1 & SKO-2
LAPANGAN LASTIKA

47
Input Data

Data Data
Mekanika Produksi Proposal &
Data Reservoir Data Sumur Batuan Post Job Report

Lithologi reservoir Jenis sumur rw Stress Qmax Desain HF


Porositas (ϕ) Jenis artificial lift re Fracture gradient Rate minyak (Qoil) a. Fluida perekah
Permeabilitas rata-rata (kaverage) Modulus young (E) Rate air (Qw) b.Proppant
Tekanan reservoir (Pres) Data Komplesi Data Perforasi Poisson ratio (v) Water cut (WC) c. Geometri rekahan
Temperatur reservoir (Tres) a. ID-OD tubing a. Diameter perforasi Koefisien leak-off d.Laju dan tekanan
Kedalaman reservoir (depth) b. Panjang tubing b. Perforation Fracture toughness
Operasi HF
Ketebalan reservoir (h) number
Gradien tekanan rekah c. ID-OD casing c. Shoot density
Viskositas minya (µo) d. Interval perforasi
ºAPI minyak e. Packer set depth
Faktor volume formasi (Bo)

Evaluasi Hydraulic Fracturing

Gambar 12.1. Flowchart Evaluasi Hydraulic Fracturing


Evaluasi Perencanaan/Desain Evaluasi Operasi

1.Evaluasi perencanaan fluida perekah 2. Evaluasi pemilihan proppant 1.Evaluasi DataFrac 2. Evaluasi MainFrac
a. Fluida dasar a. Jenis a. Breakdown test a. Treatment pumping schedule
b.Jenis b. Ukuran b. Step rate test b. Fluida perekah (jenis, volume)
c. Additive c. Sifat fisik a. Minifrac c. Proppant (jenis,jumlah, konsentrasi)
3.Evaluasi desain operasi 4. Evaluasi pumping schedule d.Laju injeksi dan tekanan injeksi
a. Tekanan injeksi a. Pre-pad e.Treatment time
b.HP pompa b. Pad
c. Volume fluida perekah dan massa proppant c. Slurry
d. Flush

Evaluasi Hasil Pelaksanaan Hydraulic Fracturing

Evaluasi geometri rekahan Evaluasi produktivitas setelah dilakukan HF

Panjang rekahan (Xf) Lebar rekahan (w(0)) Tinggi rekahan (Hf) Permeabilitas rata-rata (Kaverage) Potensial produksi
Laju produksi minyak aktual (Qo) Indeks produktivitas (PI)
Kurva IPR

Gagal Terbentuk
tidak rekahan? ya

Gambar 12.1. Flowchart Evaluasi Hydraulic Fracturing (Lanjutan)

2
SafterHF > SbeforeHF
Kavgafter > Kavgbefore
Gagal Potensial produksiafter > Potensial produksibefore
tidak

ya

Qoafter > Qobefore


PIafter > PIbefore
Tidak
Qmaxafter > Qmaxbefore
optimal
tidak

ya

Berhasil

Gambar 12.1. Flowchart Evaluasi Hydraulic Fracturing (Lanjutan)

Anda mungkin juga menyukai