Anda di halaman 1dari 41

PROPOSAL SKRIPSI

ANALISIS PRODUKSI DAN MATCH FACTOR EXCAVATOR KOMATSU


PC-400 DENGAN DUMP TRUCK SCANIA P410 XT PADA PENGUPASAN
OVERBURDEN DI TAMBANG BATUBARA PT. PUTRA PERKASA
ABADI SITE PT. SURYA KALIMANTAN SEJATI KABUPATEN
GUNUNG MAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Oleh
MEIDIANSYAH PRATAMA
710016006

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN S1


FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL
INSTITUT TEKNOLOGI NASIONAL YOGYAKARTA
2021
LEMBAR PERSETUJUAN

ANALISIS PRODUKSI DAN MATCH FACTOR EXCAVATOR KOMATSU


PC-400 DENGAN DUMP TRUCK SCANIA P410 XT PADA PENGUPASAN
OVERBURDEN DI TAMBANG BATUBARA PT. PUTRA PERKASA
ABADI SITE PT. SURYA KALIMANTAN SEJATI KABUPATEN
GUNUNG MAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mengambil Skripsi Pada Program
Studi Teknik Pertambangan S1 Fakultas Teknologi Mineral
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Oleh :
MEIDIANSYAH PRATAMA
710016006

Telah Diperiksa dan Disetujui oleh :

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

Hidayatullah Sidiq, S.T.,M.T Laura Puspita Sari, S.T.,M.T


NIK : 19730294 NIK : 19730354

ii
LEMBAR PENGESAHAN

ANALISIS PRODUKSI DAN MATCH FACTOR EXCAVATOR KOMATSU


PC-400 DENGAN DUMP TRUCK SCANIA P410 XT PADA PENGUPASAN
OVERBURDEN DI TAMBANG BATUBARA PT. PUTRA PERKASA
ABADI SITE PT. SURYA KALIMANTAN SEJATI KABUPATEN
GUNUNG MAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

Dipertahankan didepan Dewan Penguji Proposal Skripsi


Program Studi Teknik Pertambangan S1 Fakultas Teknologi Mineral
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta

Pada Tanggal 30 November 2020


Oleh :
MEIDIANSYAH PRATAMA
710016006
Diterima untuk memenuhi persyaratan untuk mengambil Skripsi

Dewan Penguji :

1. Hidayatullah Sidiq, S.T.,M.T 1 ………………


Ketua tim penguji
2. Laura Puspita Sari, S.T.,M.T 2 ………………
.........
Anggota tim penguji
3. Faisol Mukarrom, S.T.,M.M 3 ………………
Anggota tim penguji

Mengetahui, 0 Mengetahui, 05

Dewan Fakultas Teknologi Mineral Ketua Program Studi Teknik Pertambangan

Institut Teknologi Nasional Yogyakarta Institut Teknologi Nasional Yogyakarta


S1 8

Dr.Ir. Setyo Pambudi, M.T. Bayurohman Pangacella P,S.T.,M.T.


NIK : 19730058 NIK : 19730296

iii
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis persembahkan kepada Allah


SWT, atas segala kasih-Nya sehingga penulis dapat menyeleisaikan Proposal
Skripsi ini dengan lancar. Tujuan Penyusunan Proposal Skripsi ini adalah
sebagai salah satu syarat untuk melanjutkan ke Skripsi di Jurusan Teknik
Pertambangan Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih
yang sebesar - besarnya, Kepada :
1. Bapak Dr. Ir. H. Ircham, M.T., selaku Rektor Institut Teknologi
Nasional Yogyakarta.
2. Bapak Dr. Ir. Setyo Pambudi, M.T., selaku Dekan Fakultas Teknologi
Mineral Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
3. Bapak Bayurohman Pangacella P,S.T.,M.T., selaku Ketua Program
Studi Teknik Pertambangan Institut Teknologi Nasional Yogyakarta.
4. Bapak Hidayatullah Sidiq, S.T.,M.T., selaku Dosen Pembimbing I.
5. Ibu Laura Puspita Sari, S.T.,M.T., selaku Dosen Pembimbing II.
6. Semua pihak yang telah memberikan bantuan dan arahan kepada penulis
sehingga Tugas Akhir ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa Proposal Skripsi ini masih jauh
dari ke sempurnaan, maka kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
diharapkan guna perbaikan di masa yang akan datang.

Yogyakarta, Februari 2021

Penulis

iv
DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ........................................................................................I

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................II

LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................III

KATA PENGANTAR ......................................................................................IV

DAFTAR ISI ....................................................................................................V

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... VII

DAFTAR TABEL ......................................................................................... VIII

I JUDUL ......................................................................................................1

II LATAR BELAKANG MASALAH .........................................................1

III RUMUSAN MASALAH..........................................................................5

IV BATASAN MASALAH ...........................................................................5

V TUJUAN PENELITIAN............................................................................5

VI METODE PENELITIAN ........................................................................6

VII MANFAAT PENELITIAN .....................................................................10

VIII DASAR TEORI .......................................................................................10

8.1 Analisa Tempat Kerja ...........................................................................10


8.2 Faktor Pengisian Mangkuk (Bucket Fill Factor) ...................................13
8.3 Waktu Edar (Cycle Time) .....................................................................14
8.4 Geometri dan Kondisi Jalan Angkut .....................................................17
8.5 Effisiensi Kerja.....................................................................................23
8.6 Keserasian Kerja Alat Muat dan Alat Angkut .......................................25
8.7 Produktivitas Alat Mekanis ..................................................................28

v
8.7.1 Alat Gali Muat ................................................................................28
8.7.2 Alat Angkut ....................................................................................29
8.8 Ketersediaan Alat .................................................................................29
IX PELAKSANAAN SKRIPSI .....................................................................32

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................33

vi
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

6.1 Bagan Alir Penelitian ................................................................................ 9

8.1 Swell factor ............................................................................................... 11

8.2 Pola Pemuatan Top loading ....................................................................... 16

8.3 Pola Pemuatan Bottom loading.................................................................. 16

8.4 Pola Gali Muat Single Back Up dan Double Back Up ................................ 17

8.5 Pola Gali Muat Triple Back Up ................................................................. 17

8.6 Lebar Jalan Angkut Lurus untuk Dua Jalur ................................................ 19

8.7 Lebar Jalan Angkut Lurus pada Tikungan ................................................. 19

8.8 Kemiringan Jalan Angkut .......................................................................... 20

8.9 Kurva CBR ............................................................................................... 22

8.10 Grafik Match Faktor dan Faktor Kerja ..................................................... 28

vii
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

8.1 Klasifikasi Material Menurut Bobot Isi dan Faktor Pengembangan............ 12

8.2 Nilai Daya Dukung Material ..................................................................... 21

8.3 Efisiensi Kerja........................................................................................... 24

8.4 Hambatan-hambatan Waktu Kerja Efektif ................................................. 25

8.5 Contoh Tabel Match Factor dan Faktor Kerja ........................................... 27

9.1 Rencana Pelaksanaan Penelitian Skripsi .................................................... 32

viii
I. JUDUL

ANALISIS PRODUKSI DAN MATCH FACTOR EXCAVATOR


KOMATSU PC-400 DENGAN DUMP TRUCK SCANIA P410 XT PADA
PENGUPASAN OVERBURDEN DI TAMBANG BATUBARA PT.
PUTRA PERKASA ABADI SITE PT. SURYA KALIMANTAN SEJATI
KABUPATEN GUNUNG MAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH

II. LATAR BELAKANG MASALAH

Batubara adalah salah satu sumber energi di dunia. Batubara adalah


campuran yang sangat kompleks dari zat kimia organik yang mengandung karbon,
oksigen, dan hidrogen dalam sebuah rantai karbon. Menurut Undang-Undang
nomor 4 tahun 2009 tentang mineral dan batubara, batubara merupakan endapan
senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tummbuh-
tumbuhan dan bisa terbakar. Dalam pengertian lain, batubara adalah batuan
sedimen (padatan) yang dapat terbakar, berasal dari tumbuhan, serta berwarna
coklat sampai hitam, yang sejak pengendapannya terkena proses fisika dan kimia
yang menjadikan kandungan karbonnya kaya ( Sukandarrumidi, 1995).
Sebagian besar batubara Indonesia cocok digunakan untuk pembangkit
listrik. Batubara Indonesia mempunyai pasar tersendiri di dunia. Di pasar dunia,
sebagian batubara Indonesia diekspor ke China, India, dan Jepang, serta sebagian
lagi ke Afrika, Eropa, sampai Amerika. Untuk penetapan harga batubara, pasar
dalam negeri menggunakan Indonesia Coal Index atau Harga Batubara Acuan,
sedangkan untuk pasar luar negeri Indonesia menggunakan sistem yang berlaku
secara internasional.
Saat ini hampir 70% produksi batubara Indonesia untuk dalam negeri
dimanfaatkan oleh Perusahaan Listrik Negara sebagai bahan bakar pembangkit
listrik. Sekitar 10% digunakan untuk pembuatan semen. Sisanya digunakan untuk
bahan bakar indutri atau proses metalurgi. Melalui kebijakan energi nasional,
pemerinah Indonesia mencanangkan peningkatan pemakaian batubara untuk

1
kepentingan dalam negeri dan mengurangi ekspor batubara. Batubara Indonesia
akan dijadikan sekitar 33% dari total energi Indonesia pada tahun 2025.
Hampir semua metode penambangan batubara Indonesia adalah tambang
terbuka. Hal ini dilakukan karena biaya tambang terbuka lebih murah
dibandingkan tambang bawah tanah. Pemerintah mempunyai regulasi yang ketat
terhadap tambang batubara seperti ini. Diantaranya kewajiban mereklamasi dan
pengajuan rencana penutupan tambang. Kebijakan ini ada karena ketakutan
masyarakat terhadap efek negative yang terimbas secara langsung. Pemerintah
mewajibkan perusahaan tambang melakukan corporate social responsibility
(CSR) terhadap masyarakat sekitar. Intinya, saat tambang batubara itu berdiri dan
nantinya ditutup, masyarakat akan menerima manfaat langsung dari kehadirannya
serta tidak merasa lingkungannya dirusak saat tambang itu selesai beroperasi.
Dengan kata lain, tambang ikut membangun daerah itu secara berkelanjutan.
Pertambangan tidak hanya mengambil barang tambang, tapi memajukan daerah
itu.
Kegiatan pertambangan adalah industri yang penuh risiko. Di usaha
pertambangan dikenal berbagai macam risiko, seperti risiko alami, risiko geologi,
risiko ekonomi, risiko teknologi, risiko hukum, risiko politik, risiko keamanan,
dan risiko lingkungan. Eksplorasi menjadi ‘akar’ yang digunakan untuk menekan
risiko dalam usaha pertambangan itu. Eksplorasi adalah kegiatan untuk
mengetahui potensi sumber daya mineral atau bahan galian lain yang ada, serta
mengidentifikasi kendala alami maupun lingkungan yang mungkin ada di
kemudian hari. Memiliki informasi dari eksplorasi yang dilakukan dapat
memberikan gambaran kondisi endapan atau cebakan dengan tingkat keyakinan
tertentu.
Dalam memenuhi tujuan memperkecil risiko, eksplorasi dilakukan secara
bertahap. Kesukseskan eksplorasi tergantung pada ketiga komponen, yaitu
explorer, money, dan luck. Eksplorasi berbeda dengan menambang. Kegiatan ini
dapat dilakukan dengan banyak metode, tapi berbeda target eksplorasi dan
tujuannya, jadi desain metode pun bisa berbeda. Oleh jarean itu, dibutuhkan
manajemen ekplorasi yang sistematis dalam pelaksanaannya.

2
Menurut UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara, Pasal 1 ayat 15, eksplorasi adalah tahapa kegiatan usaha pertambangan
untuk memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi, bentuk,
dimensi, sebaran, kualitas, serta sumber daya terukur dari bahan galian, dan
informasi mengenai lingkungan hidup.
Kegatan penambangan batubara merupakan rangkaian proses pemindahan
material batubara dari permukaan ataupun bawah permukaan. Kegiatan
penambangan dapat mulai dilakukan bila studi kelayakan dari sumber daya
batubara hasil penyelidikan dan eksplorasi yng telah dilakukan memberikan
gambaran yang cukp menarik bagi investor, baik dari segiteknis, ekonomis,
maupun pemasaran, serta tidak bermasalah dengan aspek lingkungan hidup. Studi
komprehensif secara keekonomian, teknis, dan pengolahan perlu dilakukan
sebelum sampai proses penambangan.
Studi kelayakan penambangan umumnya menggambarkan data dan
informasi factual mengenai sumber daya dan kualitas batubara yang akan
ditambang seperti jenis, kondisi, tebal, dan karakteristik massa batuan overburden,
interburden, serta lapisan batubara, jurus dan kemiringan, kekontinuitasan lapsan
dan identifikasi struktur geologi sekitar, jumlah lapisan batubara yang terdapat di
daerah rencana penambangan, serta batasan cadangan yang masih bisa ditambang
secara ekonomis. Selain itu, konsep penting lainnya adalah desain penambangan
yang meliputi target produksi,metode penambangan, peralatan yang digunakan
beserta jumlahnya, infrastuktur, serta perhitungan biaya.
Dalam pelaksanaannya, usaha pertambangan sebaiknya menjadi suatu usaha
yang berkelajutan. Pada praktiknya, good mining practice adalah seluruh proses
penambangan yang dilakukan dari awal hingga kahir penambangan yang harus
dilakukan dengan baik dengan mengikuti standar yang telah ditetapkan, mengikuti
norma dan peraturan yang berlaku sehingga dapat dicapai tujuan pertambangan
yang efisien.
Kriteria yang umum digunakan sebagai acuan dalam pemilihan metode
penambangan antara tambang terbuka dan tambang bawah tanah adalah
perbandingan stripping ratio. Stripping ratio adalah perbandingan antara volume

3
tanah (bank cubic meter – bcm) yang harus dibongkar untuk mendapatkan satu
ton batubara yang dapat ditambang. Selama stripping ratio masih memberikan
margin keuntungan yang dapat diterima, maka metode tambang terbuka dianggap
masih ekonomis untuk diterapkan. Namun, bila stripping ratio sudah memberikan
nilai yang tidak ekonomis untuk ditambang karena biaya pengupasan tanah
penutup yang sangat besar, tambang bawah tanah menjadi metode alternatif yang
dapat diterapkan.
PT. Putra Perkasa Abadi merupakan salah satu perusahaan swasta yang
bergerak dibidang jasa kontraktor pertambangan batubara. PT. Putra Perkasa
Abadi memiliki delapan wilayah pertambangan salah satunya yaitu site Surya
Kalimantan Sejati yang terletak di Desa Tumbang Kajuei, Kecamatan Rungan,
Kabupaten Gunung Mas, Provinsi Kalimantan Tengah. Kegiatan produksi tersebut
dilakukan dalam rangka eksploitasi bahan galian batubara. Sebelum dilakukan
penambangan batubara, terlebih dahulu dilakuakan pengupasan lapisan tanah dan
batuan yang berada diatas lapisan batubara. Lapisan tanah dan batuan yang
terletak diatas lapisan batubara disebut overburden.
Kegiatan pengupasan material penutup merupakan suatu proses yang
bertujuan untuk mengambil bahan galian yang berada dibawahnya, dan juga
merupakan suatu aktifitas tahapan awal dari penambangan, dimana pada suatu
perusahaan yang hendak melakukan pertambangan maka harus dilakukan dahulu
kegiatan tersebut. Penting dan perlunya kegiatan tersebut diikuti adalah untuk
mengetahui bagaimana cara dan proses kegiatannya dan juga sebagai bahan
pembelajaran dan pengetahuan untuk kedepannya.
Adapun hal yang menurunkan produksi dari alat gali muat (Excavator) dan
alat angkut (hauler) disebabkan oleh beberapa faktor salah satunya karena
efektifitas kinerja (Efective Utilization) alat mekanis yang rendah, dikarenakan
kondisi alat, lingkungan, dan kemampuan dari operatornya sendiri (man power),
yang mengakibatkan menurunkan produksi dari alat mekanis tersebut.
Match Factor (MF) tidak bisa untuk meningkatkan produksi tetapi untuk
menyelaraskan antara Excavator dengan Hauler berdasarkan target produksi yang
ditetapkan.

4
III. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini meliputi :
1. Bagaimana produktivitas dari alat gali muat dan alat angkut yang
digunakan pada kegiatan pemindahan dan pengangkutan overburden ?
2. Apa saja faktor hambatan pada waktu kerja alat gali muat dan alat
angkut?
3. Bagaimana upaya peningkatan produksi pengupasan lapisan overburden
agar target yang telah ditentukan dapat dicapai ?
4. Bagaimana faktor keserasian alat gali muat dan alat angkut pada kegiatan
pemindahan dan pengangkutan overburden?

IV. BATASAN MASALAH


Batasan masalah pada penelitian ini adalah :
1. Hanya membahas alat gali muat (Excavator) berupa Excavator Komatsu
PC-400 dan alat angkut (hauler) berupa Dump Truck Scania P410 XT.
2. Menganalisis kinerja Excavator dan Dump Truck untuk material
overburden dan faktor-faktor yang penghambatnya.
3. Perhitungan produksi dan Matching Factor (MF) dan faktor kerja antara
Excavator PC-400 dan DT Scania P410 XT.
4. Penelitian menitikberatkan pada kondisi kerja, waktu kerja efektif, dan
keserasian kerja tanpa menganalisa segi ekonomisnya.

V. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Mengetahui produktivitas alat gali muat dan alat angkut yang digunakan
pada kegiatan pemindahan dan pengangkutan overburden.
2. Mengetahui faktor-faktor yang menghambat waktu kerja alat gali muat
dan alat angkut dalam upaya memenuhi target produksi.
3. Melakukan upaya perbaikan untuk mencapai target produksi pengupasan
overburden agar target produksi yang telah ditentukan dapat tercapai.

5
4. Mengetahui faktor keserasian antara alat gali muat dan alat angkut pada
kegiatan pengupasan overburden.

VI. METODE PENELITIAN


Metodologi yang akan diterapkan pada penelitian ini meliputi :
1. Studi literatur
Studi literatur dilakukan dengan mencari bahan-bahan pustaka yang
menunjang, baik yang bersifat sebagai dasar penelitian maupun yang
bersifat sebagai pendukung dan referensi yang berkaitan dengan penelitian.
Bahan bahan pustaka ini diperoleh dari:
1) Laporan-laporan dari PT. Putra Perkasa Abadi Site PT. Surya
Kalimantan Sejati
2) Perpustakaan
3) Media cetak
4) Media elektronik
5) Karya-karya ilmiah
6) Jurnal
7) Penelitian dengan judul yang sejenis
8) Data historical permasalahan di perusahaan
2. Orientasi lapangan
Orientasi lapangan yaitu dengan melakukan kegiatan pengenalan
lapangan seperti mengetahui potensi masalah yang akan terjadi, lokasi
kegiatan penambangan, disposal area.
3. Pengamatan lapangan
Pengamatan langsung di lapangan bertujuan untuk mengetahui masalah
apa yang terjadi pada kegiatan penambangan yang dilakukan, serta kendala
yang dihadapi baik dalam proses pemuatan maupun pengangkutan,
beberapa contoh pengamatan di lapangan yaitu seperti peninjauan langsung
di lokasi pengambilan data untuk mendapatkan faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat produksi pada lokasi penelitian, selain itu dari
pengamatan lapangan yang dilakukan juga didapatkan gambaran data apa

6
saja yang diambil dari lokasi penelitian untuk keperluan penelitian
selanjutnya.
4. Pengumpulan data yang meliputi:
a. Data primer, yaitu data yang diambil atau didapat secara langsung dari
hasil pengamatan di lapangan. Data primer antara lain :
1) Pola pemuatan
2) Bucket fill factor
3) Jumlah alat yang beroperasi
4) Cycle time alat muat excavator Komatsu PC-400
5) Cycle time alat angkut dump truck Scania P410 XT
6) Jumlah curah pengisian
7) Waktu hambatan aktual alat
8) Dokumentasi lapangan
b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh secara tidak langsung,
yaitu dapat menyalin atau mengutip dari data yang sudah ada. Data
sekunder antara lain meliputi :
1) Spesifiksi alat
2) Target pengupasan overburden
3) Waktu kerja tersedia alat
4) Ketersediaan alat mekanis
5) Kondisi jalan angkut dan daya dukung tanah
6) Jarak jalan angkut
7) Peta geologi regional
8) Peta kesampaian daerah
9) Data curah hujan daerah penelitian
10) Swell factor
5. Pengolahan dan analisis data
Data yang diperoleh dari lapangan kemudian dikelompokkan sesuai
dengan kegunaannya. Spesifikasi alat muat dan alat angkut, data cycle time
alat muat dan alat angkut, data bucket fill factor, swell factor, data waktu
hambatan kerja diolah menggunakan Microsoft Excel, lalu hasil pengolahan

7
data digunakan untuk mengetahui kemampuan produksi alat muat dan alat
angkut. Spesifikasi alat angkut digunakan untuk mengetahui kapasitas
bucket alat muat, kapasitas vessel alat angkut, mengetahui luas beban kontak
dan distribusi beban pada ban, nilai daya dukung tanah digunakan untuk
menetahui kemampuan jalan untuk menahan beban yang ada di atasnya,
kemudian menentukan faktor - faktor penyebab tidak tercapainya target
produksi. Setelah diketahui penyebabnya, kegiatan selanjutnya menentukan
upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi dengan cara
melakukan penambahan jumlah curah bucket alat muat pada pengisian
vessel untuk mengoptimalkan kapasitas vessel, namun dengan cara tersebut
diperlukan adanya rekayasa pemadatan jalan angkut agar tidak terjadi
amblasan pada jalan yang belum memenuhi standar minimal yang
ditentukan.
6. Kesimpulan dan saran
Dari hasil pengolahan data akan diketahui bahwa terdapat faktor-faktor
yang mempengaruhi jumlah produksi pada perusahaan. Penelitian ini
diharapkan dapat memberikan perbaikan untuk meningkatkan produksi pada
perusahaan dan dapat dijadikan sebagai saran serta salah satu acuan dalam
pengambilan keputusan yang dilakukan oleh perusahaan.

8
Studi Literatur

Orientasi Lapangan

Pengambilan Data di Lapangan

Data Primer Data Sekunder


 Pola pemuatan  Spesifikasi alat
 Bucket fill factor  Target pengupasan
 Jumlah alat yang beroperasi overburden
 Cycle time alat muat excavator  Waktu kerja tersedia alat
Komatsu PC-400  Ketersediaan alat mekanis
 Cycle time alat angkut dump  Kondisi jalan angkut dan
truck Scania P410 XT daya dukung tanah
 Jumlah curah pengisian  Jarak jalan angkut
 Waktu hambatan aktual pada  Peta Lokasi Penelitian
alat  Peta geologi regional
 Dokumentasi lapangan  Peta kesampaian daerah
 Data curah hujan daerah
penelitian
 Swell factor

Pengolahan dan
Analisis Data

Kesimpulan dan Saran

Gambar 6.1
Bagan Alir Penelitian

9
VII. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dan kegunaan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
a. Sebagai dasar untuk menyelesaikan masalah tentang kinerja alat gali
muat dan alat angkut dalam mencapai target produksi.
b. Sebagai dasar untuk mengurangi terjadinya hambatan kerja alat gali muat
dan alat angkut.
c. Sebagai dasar untuk perbaikan penentuan kombinasi alat gali muat dan
alat angkut agar terbentuknya keserasian kerja alat sehingga target
produksi dapat tercapai.

VIII. DASAR TEORI


8.1. Analisa Tempat Kerja
Medan kerja sangat berpengaruh sekali, karena apabila medan kerja buruk
akan mengakibatkan peralatan mekanis sulit untuk dioperasikan secara optimal.
Kondisi suatu medan kerja tercipta oleh keadaan alam dan jenis material yang ada
didalamnya seperti ketinggian tempat kerja serta sifat fisik dari material itu
sendiri. Sifat fisik material berpengaruh besar terhadap pengoperasian alat-alat,
terutama dalam menentukan jenis alat yang akan digunakan dan taksiran kapasitas
produksinya serta perhitungan volume pekerjaan. Beberapa sifat fisik material
yang perlu untuk diperhatikan dalam pemilihan peralatan penambangan adalah:
a. Faktor Pengembangan Material
Pengembangan dan penyusutan material adalah suatu perubahan yang
berupa penambahan atau pengurangan volume material, apabila material
tersebut diganggu atau dirubah dari bentuk aslinya seperti dibongkar, diangkut
atau dipadatkan (Lihat Gambar 8.1). Di alam material didapati dalam keadaan
yang padat sehingga hanya sedikit bagian-bagian yang kosong yang terisi udara
diantara butir - butirnya. Apabila material tersebut digali atau dibongkar dari
tempat aslinya, maka akan terjadi pengembangan volume. Untuk menyatakan
nilai besarnya pengembangan volume tersebut terdapat dua hal yang bisa
dihitung yaitu antara lain, faktor pengembangan material (Swell Factor) dan
persen pengembangan material (Percent Swell).

10
Faktor pengembangan material perlu untuk diketahui karena yang
diperhitungkan dalam penggalian atau pembongkaran selalu didasarkan pada
kondisi material sebelum digali, yang dinyatakan dalam volume insitu (bank
volume). Sedangkan material yang ditangani pada kegiatan pemuatan dan
pengangkutan adalah material pada kondisi loose (loose volume) Angka -
angka swell factor dan percent swell untuk setiap klasifikasi material berbeda
sesuai dengan jenis material itu sendiri, seperti yang ditunjukkan pada rumus
dibawah ini.
Rumus untuk menghitung swell factor dan percent swell ada dua, yaitu
(Nichols, 1999) :
1. Berdasarkan volume pada berat yang sama :
bank volume
Swell Factor = ..................................................(8.1)
loose volume

Percent swell =  loose volume  bank volume  x 100 .................(8.2)
 bank volume 

2. Berdasarkan densitas (kerapatan) pada volume yang sama :

loose weight
Swell Factor = .........................................................(8.3)
weight in bank
 
Percent swell =  weight in bank  loose weight  x 100 % ....................(8.4)
 loose weight 

Sumber : (Nichols, 1999)


Gambar 8.1
Swell Factor

b. Berat Material
Berat material adalah suatu sifat yang dimiliki oleh setiap material.
Kemampuan alat mekanis untuk melakukan pekerjaan seperti mendorong,

11
mengangkat, menarik, mengangkut dan lainnya sangat dipengaruhi oleh berat
material tersebut. Pada umumnya setiap alat berat mempunyai batasan
kapasitas dan volume tertentu. Berat material akan berpengaruh terhadap
volume yang diangkat atau didorong dan biasanya dihitung dalam keadaan asli
atau lepas.
c. Densitas
Densitas adalah perbandingan antara berat material seluruhnya dengan
volume material seluruhnya. Material mempunyai densitas yang berbeda
karena dipengaruhi sifat-sifat fisiknya, antara lain : ukuran partikel, kandungan
air, pori-pori dan kondisi sifat-sifat fisik lainnya (Tabel 8.1). Densitas material
tentunya akan berubah akibat adanya penggalian dari kondisi bank ke loose.
Densitas material dihitung menggunakan rumus (Nichols, 1999) :
Berat Material
= (Ton/m3) ....................................................(8.5)
Volume Material
d. Jenis Material
Jenis material akan menentukan nilai besarnya produksi alat dan cara
pengoperasiannya, karena hal ini berhubungan dengan faktor pengembangan
material dan faktor pengisian bucket. Berikut ini merupakan jenis material
dapat dilihat pada tabel 8.1 berdasarkan bobot isi dan faktor
pengembangannya.
Tabel 8.1
Klasifikasi Material Menurut Bobot Isi dan Faktor Pengembangan
Macam Material Density (Lb/Cuyd) Swell Factor
Bauksit 2700 – 4325 0,75
Tanah Liat, Kering 2300 0,85
Tanah Liat, Basah 2800 – 8000 0,82 – 0,80
Antrasit 2200 0,74
Bituminous 1900 0,74
Bijih Tembaga 3800 0,74
Tanah Biasa, Kering 2800 0,85
Tanah Biasa, basah 3370 0,85

12
Macam Material Density (Lb/Cuyd) Swell Factor
Tanah Biasa Bercampur Pasir
3100 0,90
dan Kerikil
Kerikil (Gravel), Kering 3250 0,89
Kerikil (Gravel), Basah 3600 0,88
Granit, pecah-pecah 4500 0,67 – 0,56
Hematit, pecah-pecah 6500 – 8700 0,45
Bijih Besi, pecah-pecah 3600 – 5500 0,45
Batu Kapur, pecah-pecah 2500 – 4200 0,60 – 0,57
Lumpur 2160 – 2970 0,83
Lumpur, sudah ditekan 2970 – 3510 0,83
Pasir, kering 2200 – 3250 0.89
Pasir, basah 3300 – 3600 0,88
Shale 3000 0,75
Slate 4590 – 4860 0,77
(Sumber : Prodjosumarto, P., 1995)

8.2. Faktor Pengisian Mangkuk (Bucket Fill Factor)


Faktor pengisian mangkuk (bucket) adalah perbandingan antara volume
material yang dapat ditampung oleh mangkuk terhadap volume mangkuk secara
teoritis (Prodjosumarto, 1995). Semakin besar faktor pengisian maka semakin
besar pula kemampuan nyata dari alat tersebut. Faktor pengisian mangkuk disebut
juga sebagai bucket fill factor.
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengisian bucket adalah :
a. Kandungan air
Makin besar kandungan air dari suatu material, maka faktor pengisian makin
kecil. Sebab dengan adanya air mengakibatkan ruang yang seharusnya terisi
material diisi oleh air.
b. Ukuran material
Ukuran material yang umumnya lebih besar, menyebabkan banyak ruangan
didalam bucket yang tidak terisi material, sehingga faktor pengisiannya
menjadi lebih kecil.

13
c. Kelengketan material
Jika material yang lengket banyak menempel pada bucket baik disisi dalam
maupun luarnya maka akan mengurangi faktor pengisian alat karena volume
bucket menjadi kecil.
d. Ketrampilan dan kemampuan operator, dimana operator yang berpengalaman
dan terampil dapat memperbesar faktor pengisian bucket.

e. Cara pemuatan juga mempengaruhi pengisian.


Untuk menghitung faktor pengisian digunakan persamaan sebagai berikut :
V n
Fp = x100% .......................................................................................(8.6)
Vd
Keterangan :
Ff = Faktor pengisian %
Vn = Volume nyata alat muat, m3
Vd = Volume teoritis alat muat, m3

8.3. Waktu Edar (Cycle Time)


Waktu edar adalah jumlah waktu yang diperlukan oleh alat mekanis baik
alat muat maupun alat angkut untuk melakukan satu siklus kegiatan produksi dari
awal sampai akhir dan siap untuk memulai lagi. Besarnya waktu edar dari alat-alat
mekanis akan berbeda antara material yang satu dengan yang lainnya.
a. Waktu Edar Alat Muat
Waktu edar alat muat merupakan penjumlahan dari waktu menggali, waktu
ayunan bermuatan, waktu menumpahkan material dan waktu ayunan kosong.
Dapat dinyatakan dalam persamaan (Pfleider, 1972) :
CTm = Tm1 + Tm2 + Tm3 + Tm4 .................................................................(8.7)
Keterangan :
CTm = Total waktu edar alat muat (menit)
Tm1 = Waktu untuk mengisi muatan (menit)
Tm2 = Waktu ayunan bermuatan (menit)
Tm3 = Waktu untuk menumpahkan muatan (menit)

14
Tm4 = Waktu ayunan kosong (menit)
b. Waktu Edar Alat Angkut
Waktu edar alat angkut merupakan penjumlahan dari waktu mengatur posisi,
waktu isi muatan, waktu angkut muatan, waktu mengatur posisi untuk
menumpahkan muatan, waktu tumpah, waktu kembali kosong. Dapat dinyatakan
dalam persamaan (Pfleider, 1972) :
Cta = Ta1 + Ta2 + Ta3 + Ta4 + Ta5 + Ta6 ........................................................(8.8)
Keterangan :
Cta = Total waktu edar alat angkut (menit)
Ta1 = Waktu mengatur posisi untuk diisi muatan (menit)
Ta2 = Waktu diisi muatan (menit)
Ta3 = Waktu mengangkut muatan (menit)
Ta4 = Waktu mengatur posisi untuk menumpahkan muatan (menit)
Ta5 = Waktu menumpahan muatan (menit)
Ta6 = Waktu kembali kosong (menit)
Waktu edar yang diperoleh setiap unit alat mekanis berbeda, hal ini dapat
disebabkan oleh beberapa faktor yaitu :
1. Kekompakan Material
Material yang kompak akan lebih sukar untuk digali atau dikupas oleh alat
mekanis. Hal ini akan berpengaruh pada lamanya waktu edar alat mekanis,
sehingga dapat menurunkan produktivitas alat mekanis.
2. Pola Pemuatan
Untuk memperoleh hasil yang sesuai dengan sasaran produksi maka pola
pemuatan juga merupakan faktor yang mempengaruhi waktu edar alat. Pola
pemuatan berdasarkan posisi antara alat muat dan alat angkut dapat
dibedakan menjadi dua yaitu :
a) Top loading
Alat muat Backhoe melakukan penggalian dengan menempatkan
dirinya diatas jenjang (Nichols Helbert L, 1955). Cara ini hanya dipakai
pada alat muat yaitu excavator backhoe. Selain itu keuntungan yang bisa

15
diperoleh yaitu operator lebih leluasa untuk melihat bak dan menempatkan
material kedalam dumptruck yang akan dimuatkan.
b) Bottom loading
Posisi truk untuk dimuati hasil galian backhoe dapat berada satu level
atau sama-sama di atas jenjang (Nichols Helbert L, 1955). Posisi alat muat
sama tingginya dengan alat angkut. Apabila alat muat yang digunakan
backhoe maka alat tersebut akan bekerja keras karena bucket akan
terangkat lebih tinggi sehingga menyebabkan cycle time dari backhoe
menjadi lebih besar dibandingkan dengan dengan posisi top loading.

Sumber : Hustrulid. W.A, 1995


Gambar 8.2
Pola Pemuatan Top loading

Sumber : Hustrulid. W.A, 1995


Gambar 8.3
Pola Pemuatan Bottom loading
Berdasarkan dari jumlah penempatan posisi dump truck untuk dimuati
tehadap posisi backhoe (biasa disebut pola gali muat), yaitu :

16
a) Single Back Up yaitu truck memposisikan diri untuk dimuati pada satu
tempat (Gambar 8.4).
b) Double Back Up yaitu truck memposisikan diri untuk dimuati pada dua
tempat (Gambar 8.4).
c) Triple Back Up yaitu truck memposisikan diri untuk dimuati pada tiga
tempat (Gambar 8.5).

Sumber :Nichols Helbert L, 1955


Gambar 8.4
Pola Gali Muat Single Back Up dan Double Back Up

Sumber :Nichols Helbert L, 1955


Gambar 8.5
Pola Gali Muat Triple Back Up

8.4. Geometri dan Kondisi Jalan Angkut


Geometri jalan yang memenuhi syarat adalah bentuk dan ukuran dari jalan
tambang itu sesuai dengan tipe (bentuk, ukuran dan spesifikasi) alat angkut yang
dipergunakan dan kondisi medan yang ada, sehingga dapat menjamin serta
menunjang segi keamanan dan keselamatan operasi pengangkutan. Geometri jalan

17
tersebut merupakan hal yang mutlak harus dipenuhi. Beberapa faktor penunjang
dalam pengoperasian peralatan mekanis, khususnya untuk alat angkut adalah
kondisi dan dimensi jalan, yang meliputi lebar, besarnya tikungan maupun
kemiringan dari jalan angkut, serta konstruksi jalan yang digunakan.

Fungsi jalan adalah untuk menunjang operasi tambang terutama dalam


kegiatan pengangkutan. Geometri jalan yang memenuhi syarat adalah bentuk dan
ukuran dari jalan tambang itu sesuai dengan tipe (bentuk, ukuran dan spesifikasi)
alat angkut yang dipergunakan dan kodisi medan yang ada, sehingga dapat
menjamin serta menunjang segi keamanan dan keselamatan operasi
pengangkutan. Geometri jalan tersebut merupakan hal yang mutlak harus
dipenuhi.

Adapun lebar jalan yang harus diperhatikan untuk jalan angkut yaitu:
a. Lebar pada jalan lurus
Penentuan lebar jalan angkut minimum untuk jalan lurus didasarkan pada
rule of thumb yang dikemukakan oleh AASHTO (American Association of State
Highway and Transportation Officials) Manual Rural Highway Design, dengan
persamaan sebagai berikut :

L = (n  Wt )  (n  1)(0,5  Wt ) ; meter ........................................................ ..(8.9)


Keterangan:
L = Lebar minimum jalan angkut lurus, meter
n = Jumlah jalur
Wt = Lebar alat angkut total, meter
Perumusan diatas hanya digunakan untuk perhitungan lebar jalan angkut
dua jalur. Nilai 0,5 pada rumus diatas menunjukkan bahwa ukuran aman kedua
kendaraan berpapasan adalah sebesar 0,5 Wt, yaitu setengah lebar terbesar dari
alat angkut yang bersimpangan. Ukuran 0,5 Wt juga digunakan untuk jarak dari
tepi kanan atau kiri jalan ke alat angkut yang melintasi secara berlawanan
(Gambar 8.6).

18
Sumber : Suwandhi A, 2004
Gambar 8.6
Lebar Jalan Angkut Lurus untuk Dua Jalur
b. Lebar pada jalan tikungan
Lebar jalan angkut pada tikungan selalu lebih besar daripada lebar pada
jalan lurus (Gambar 8.7). Untuk jalur ganda, lebar minimum pada tikungan
dihitung berdasarkan pada :
1. Lebar jejak ban
2. Lebar juntai atau tonjolan (overhang) alat angkut bagian depan dan
belakang roda saat membelok
3. Jarak antara alat angkut yang bersimpangan
4. Jarak (spasi) alat angkut terhadap tepi jalan.

Sumber : Suwandhi A, 2004


Gambar 8.7
Lebar Jalan Angkut Dua Jalur pada Tikungan
Perhitungan terhadap lebar jalan angkut pada tikungan atau belokan dapat
menggunakan persamaan :
W= n (U + Fa + Fb + Z) +C ............................................................................(8.10)
C = Z = ½ (U + Fa + Fb) .................................................................................(8.11)
Keterangan :
W = Lebar jalan angkut minimum pada tikungan, (meter)

19
n = Jumlah jalur
U = Jarak jejak roda kendaraan, (meter)
Fa = Lebar juntai depan (meter) = Ad x sin α
Fb = Lebar Juntai belakang (meter) Fb = Ab x sin α
Ad = Jarak as roda depan dengan bagian depan truk (meter)
Ab = Jarak as roda belakang dengan bagian belakang truk (meter)
C = Z = Jarak antara dua truk yang akan bersimpangan (meter)
α = Sudut penyimpangan (belok) roda depan

c. Kemiringan Jalan Angkut


Kemiringan atau grade jalan angkut merupakan satu faktor penting yang
harus diamati secara detail dalam kegiatan kajian terhadap kondisi jalan tambang
tersebut. Hal ini dikarenakan kemiringan jalan angkut berhubungan langsung
dengan kemampuan alat angkut, baik dari pengereman maupun dalam mengatasi
tanjakan. Kemiringan jalan umumnya dinyatakan dalam persen (%). Dalam
pengertiannya, kemiringan 1 % berarti jalan tersebut naik atau turun 1 meter atau
1 ft untuk jarak mendatar 100 m atau 100 ft. Kemiringan jalan angkut dapat
dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Kaufman & Ault, 1977):
h
Grade ( %)  x 100% ......................................................................(8.12)
x
h
Grade ( o )  arc tan ......................................................................(8.13)
x
Keterangan :
Δh = beda tinggi antara 2 titik yang diukur (m)
Δx = jarak datar antara 2 titik yang diukur (m)
Gambar 8.8 berikut ini dapat digunakan untuk mempermudah dalam
memahami keterangan pada perhitungan kemiringan (grade) jalan angkut.

Gambar 8.8
Kemiringan Jalan Angkut

20
Secara umum kemiringan jalan maksimum yang dapat dilalui dengan baik
oleh alat angkut besarnya berkisar antara (10%-18%). Akan tetapi untuk jalan
menanjak maupun jalan menurun pada daerah perbukitan lebih aman kemiringan
jalan maksimum dibawah 10 % (Couzens,1979). Besar kemiringan jalan pada
tanjakan dapat mempengaruhi hal-hal seperti berikut:
a. Kecepatan kendaraan menurun sehingga produktivitas juga mengalami
penurunan.
b. Beban pada transmisi akan meningkat.
c. Kendaraan sulit dikontrol pada kondisi basah.

d. Daya Dukung Material


Nilai daya dukung tanah dapat diketahui dengan cara pengukuran langsung
di lapangan. Alat yang biasa dipergunakan untuk menentukan atau pengukuran
daya dukung material disebut “cone penetrometer” (Prodjosumarto, 1995). Besar
daya dukung dari macam-macam material dapat dilihat pada Tabel 8.2.
Tabel 8.2
Nilai Daya Dukung Material
MATERIAL 1,000 psf
Hard, sound rock 120
Medium hard rock 80
Hard pan Overlying rock 24
Compact gravel and boulder-gravel formation;very compact
sandy gravel 20
Soft rock 16
Loose gravel and sandy gravel; compact sand and gravelly
sand;very compact-inorganic silt soil 12
Hard dry consolidated clay 10
Loose coarse to medium sand;medium compact fine sand 8
Compact sand-clay soils 6
Loose find sand; medium compact sand- inorganic silt soils 4
Firm or siff clay 3
Loose saturated sand cly soils, medium soft clay 2
Sumber : Prodjosumarto, 1995
Suatu alat yang ditempatkan diatas material akan memberikan ground
pressure. Perlawanan yang diberikan material itulah yang disebut dengan daya
dukung material. Untuk mengetahui kemampuan dan kekuatan jalan angkut
terhadap beban kendaraan dan muatan yang melaluinya perlu diketahui daya

21
dukung material dan beban kendaraan. Beban pada roda untuk setiap kendaraan
dapat diketahui berdasarkan spesifikasi dari pabrik pembuatnya, sedang untuk
menghitung luas bidang kontak (contact area) dapat dihitung dengan
menggunakan rumus sebagai berikut (Walter W. Kaufman and James C. Ault
1977) :
0,9 x Berat pembebanan pada roda (lb)
Contact area (in2) = ......................(8.14)
Tekanan pada ban ( psi )
Setelah luas bidang kontak (contact area) antara roda kendaraan dengan
permukaan jalan diketahui, maka besarnya beban kendaraan yang diterima oleh
permukaan jalan dapat dihitung dengan persamaan sebagai berikut :

Beban pada tiap roda (lb)


Beban yang diterima permukaan jalan (psi) = ....(8.15)
contact area (in2 )

Sumber : Walter W. Kaufman and James C. Ault 1977


Gambar 8.9
Kurva CBR

22
8.5. Effisiensi Kerja
Effisiensi kerja merupakan suatu penilaian terhadap pelaksanaan suatu
pekerjaan atau merupakan perbandingan antara waktu yang dipakai untuk bekerja
dengan waktu yang tersedia. Dalam perhitungannya maka digunakan
pengertian persentase waktu kerja efektif (%). Beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi effisiensi kerja adalah :
a. Kondisi Tempat Kerja
Kondisi tempat kerja dalam hal ini adalah lokasi daerah
penambangan dan kondisi jalan angkut sangat berpengaruh pada efisiensi kerja
peralatan mekanis dalam kegiatan penambangan. Dengan kondisi tempat kerja
yang baik maka alat mekanis dapat bekerja dengan optimal, begitu juga
sebaliknya dengan kondisi tempat kerja yang buruk akan mengakibatkan alat tidak
dapat bekerja secara optimal.
b. Kondisi Cuaca
Dalam keadaan cuaca yang panas dan banyak debu sangat mengganggu
kerja dari operator, sehingga dapat mempengaruhi kelincahan gerak peralatannya.
Pada waktu musim hujan, kondisi tempat kerja dan jalan angkut yang tidak
diperkeras akan menjadi berlumpur, sehingga peralatan mekanis yang
dioperasikan tidak dapat bekerja secara optimal.
c. Faktor Manusia
Effisiensi kerja penambangan juga dipengaruhi oleh faktor manusia seperti
kedisiplinan dalam kegiatan pekerjaan. Dengan bekerja pada waktu dan jadwal
yang ditentukan dan diharapkan maka effisiensi akan semakin meningkat
sehingga sasaran produksi produksi dapat tercapai dan sebaliknya. Peralatan
mekanis akan menghasilkan persen pengisian yang tinggi apabila alat tersebut
dioperasikan oleh operator yang terampil dan berpengalaman.
d. Waktu Tunda
Waktu tunda dapat meliputi hambatan yang terjadi selama dilakukan
kegiatan penambangan. Hal tersebut dapat mempengaruhi waktu kerja efektif.
Waktu kerja efektif adalah waktu kerja yang digunakan untuk melakukan kerja
atau waktu kerja yang tersedia yang sudah dikurangai dengan hambatan kerja.

23
Sedangkan waktu kerja tersedia adalah waktu yang di berikan dalam satu shift
kerja secara keseluruhan tanpa memperhitungkan hambatan yang terjadi.
Hambatan yang terjadi dibedakan menjadi 2 yaitu (Peurifoy, 2006):
1. Hambatan yang dapat ditekan, seperti keterlambatan beroperasi, istirahat
terlalu awal, dan lain-lain.
2. Hambatan yang tidak dapat ditekan, seperti hambatan cuaca, kerusakan
alat, dan lain-lain.
Adanya hambatan yang terjadi selama jam kerja akan mengakibatkan
waktu kerja efektif semakin kecil. Adapun rumus persamaannya adalah sebagai
berikut:
Wke = Wkt – Wht........................................................................................ (8.16)
Wke
Ek = x100% .......................................................................................(8.17)
Wkt
Keterangan:
Wke = Waktu Kerja Effektif, menit
Wkt = Waktu Kerja Tersedia, menit
Wht = Waktu Hambatan, menit
Ek = Efisiensi Kerja, menit
Waktu kerja tersedia adalah waktu yang di berikan dalam dua shift kerja
secara keseluruhan tanpa memperhitungkan hambatan yang terjadi. Untuk
keterangan efisiensi kerja dapat dilihat pada tabel 8.3.

Tabel 8.3
Efisiensi Kerja
Pemeliharaan Mesin
Kondisi
Operasi Alat Baik Sekali Baik Sedang Buruk Buruk Sekali
Baik Sekali 0,83 0,81 0,76 0,70 0,63
Baik 0,76 0,75 0,71 0,65 0,60
Sedang 0,72 0,69 0,65 0,60 0,54
Buruk 0,63 0,61 0,57 0,52 0,45
Buruk Sekali 0,52 0,50 0,47 0,42 0,32
Sumber: (Peurifoy, 2006)

24
Tabel 8.4
Hambatan - Hambatan Waktu Kerja Efektif
Hambatan Yang Dapat Hambatan Yang Tidak Dapat
Dihindari Dihindari

Pemeriksaan peralatan Curah hujan

Pengisian bahan bakar Kerusakan alat mekanis (break


down)

Berangkat ke permukaan kerja Pemanasan mesin alat mekanis

Pindah lokasi Breafing

Istirahat terlalu awal

Pulang terlalu awal

Keperluan operator

Operator dan driver istirahat


pada jam kerja

Perawatan tempat kerja

Slippery time

(Sumber : Prodjosumarto, P., 1993)

8.6. Keserasian Kerja Alat Muat dan Alat Angkut


Untuk menilai keserasian kerja alat muat dan alat angkut digunakan
penilaian meliputi :
a. Penyesuaian berdasarkan spesifikasi teknik alat, yaitu syarat tinggi bucket
alat muat pada saat penumpahan harus lebih tinggi dari tinggi bak alat
angkut dan perbandingan volume ideal alat muat sekitar 1/4 sampai 1/5 dari
volume alat angkut.
b. Penyesuaian berdasarkan nilai faktor keserasian (Macth Factor), faktor
keserasian merupakan persamaan matematis yang dguanakan untuk
menghitung tingkat keselarasan kerja antara alat gali, alat muat dan alat
angkut.

25
Kombinasi alat gali muat dalam ilmu Pemindahan Tanah Mekanis (PTM)
dikenal dengan istilah nama Match factor atau Faktor Keserasian. Apabila
kombinasi alat gali muat dan alat angkut tidak seimbang maka biaya yang
dikeluarkan untuk pengupasan material lebih tinggi dibandingkan jika
kombinasinya seimbang.

nL × kL
Produksi alat gali muat = ........................................................... (8.18)
cL

nT × kT
Produksi alat angkut = ............................................................. (8.19)
cT

Prod. alat angkut


Dengan penjabaran 1 = , karena dibuat ”1” sebagai Match.
Prod. alat muat

nT × kT × cL
Match = nL × kL × cT .............................................................................. (8.20)

kT × cL
Jika, CL = .................................................................................. (8.21)
kL

Maka, Match Factor-nya:

nT × CL
MF = nL × cT ................................................................................ (8.22)

Keterangan :

nL = Jumlah alat muat.

kL = Kapasitas bucket.

cL = Waktu edar satu kali swing.

nT = Jumlah truk.

kT = Kapasitas bak truk.

cT = Waktu edar truk.

CL = waktu edar alat muat mengisi 1 (satu) bak truk.

Adapun cara menilainya adalah :


a. MF < 1 , artinya alat muat bekerja kurang dari 100%, sedangkan alat angkut

26
bekerja 100% sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat muat karena
menunggu alat angkut yang belum datang.
b. MF = 1 , artinya alat muat dan angkut bekerja 100%, sehigga tidak terjadi
waktu tunggu dari kedua jenis alat tersebut.
c. MF > 1 , artinya alat muat bekerja 100%, sedangkan alat angkut bekerja
kurang dari 100%, sehingga terdapat waktu tunggu bagi alat angkut karena
menunggu alat angkut lainnya yang sedang dimuati.
Dengan keserasian kerja alat bongkar, muat dan angkut maka dapat
menekan waktu tunggu daripada alat angkut yang berpangaruh langsung terhadap
pencapaian produksi.

Contoh permasalahan untuk pembuatan grafik match factor dan faktor kerja,
dapat dilihat pada Tabel 8.5 dan Gambar 8.10.

Tabel 8.5
Contoh Tabel Match Factor dan Faktor Kerja
A B C D E F

1 2,8 6,0 0,318 100,0 31,8

2 5,6 3,2 0,363 100,0 63,6

3 8,4 0,4 0,955 100,0 95,5

4 11,2 -2,4 1,270 78,7 100,0

5 14,0 -5,2 1,590 62,9 100,0

6 16,8 -8,0 1,990 50,2 100,0

7 22,4 -13,6 2,550 39,2 100,0

(Sumber : Indonesianto, Y., 2016)

Keterangan :
A = Jumlah truck
B = Waktu muat n truck (menit)

27
C = Waktu tunggu truck atau back hoe (menit)
Tanda (+) artinya back hoe menunggu
Tanda (-) artinya truck yang menunggu
D = Match Factor
minumum 𝑟𝑜𝑢𝑛𝑑 𝑡𝑟𝑖𝑝 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑡𝑟𝑢𝑐𝑘
E = Faktor kerja truck = x 100% ................. (8.23)
waktu untuk mengisi 𝑠𝑒𝑙𝑢𝑟𝑢ℎ 𝑡𝑟𝑢𝑐𝑘

waktu mengisi seluruh 𝑡𝑟𝑢𝑐𝑘


F = Faktor kerja back hoe = waktu minimum 𝑟𝑜𝑢𝑛𝑑 𝑡𝑟𝑖𝑝 𝑐𝑦𝑐𝑙𝑒 𝑡𝑟𝑢𝑐𝑘 x 100% ...... (8.24)

Truck

Back Hoe

(Sumber : Indonesianto, Y., 2016)


Gambar 8.10
Grafik Match Factor dan Faktor Kerja

8.7. Produktivitas Alat Mekanis


Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), produksi (kata benda)
bersifat atau mampu menghasilkan (dalam jumlah besar). Produksi pada alat
mekanis untuk kegiatan penambangan lebih mengarah kepada kemampuan
suatu alat dalam memindahkan material galian, dipengaruhi waktu edar,
efisiensi kerja alat, dan sifat material galian yang digali.
8.7.1. Alat Gali Muat
Perhitungan untuk produktivitas alat muat adalah sebagai
berikut: (Rochmanhadi, 1982)

3600
Pm = ( CTm ) x Kb x Ff x Sf x Ef ............................................................ (8.25)

Keterangan : Pm = Produksi unit alat gali muat (BCM/jam)

28
CTm = Waktu edar unit alat gali muat (detik)
Kb = Kapasitas bucket unit alat gali muat (m3)
Ff = Fill factor (%)
Sf = Swell factor (%)
Ef = Efisiensi kerja (%)
8.7.2. Alat Angkut
Perhitungan produksi untuk alat angkut adalah : (Rochmanhadi, 1982)
3600
Pa = ( CTa ) x n x Kb x Ff x Sf x Ef ........................................................ (8.26)

Keterangan : Pa = Produksi unit alat angkut (BCM/jam)


Cta = Waktu edar unit alat angkut (detik)
n = Jumlah curah pengisian
Kb = Kapasitas bucket unit alat gali muat (m3)
Ff = Fill factor (%)
Sf = Swell factor (%)
Ef = Efisiensi kerja (%)

8.8. Ketersediaan Alat

Ketersediaan alat (Equipment availability) merupakan faktor yang sangat


penting dalam melakukan penjadwalan suatu alat. Secara umum ada 4 cara untuk
menghitung equipment availability, yaitu:

1. Mechanical Availability (MA)


Mechanical availability ialah faktor availability yang menunjukan
kesiapan (available) suatu alat dari waktu yang hilang dikarenakan kerusakan
atau ganguan alat (mechanical reason). Persamaan untuk mechanical
availability:
W
MA (%) = W + R x 100 % ............................................................. (8.27)

29
2. Physical Availability (PA)
Physical availability ialah faktor avalability yang menunjukan berapa
waktu suatu alat dipakai selama jam total kerjanya (scheduled hours).
Physical availability penting untuk menyatakan kerja mechanical alat dan
juga sebagai petunjuk efisiensi mesin dalam program penjadwalan.
Persamaan untuk physical availability:
W+S
PA (%) = x 100 % .............................................................. (8.28)
T

3. Used of Availability (UA)


Used of availability digunakan untuk mengetahui suatu pekerjaan
(operation) berjalan dengan efisien atau tidak, dan untuk mengetahui
pengelolaan alat (tools of management) berjalan dengan baik atau tidak.
Persamaan untuk used of availability:
W
UA (%) = W + S x 100 % .............................................................. (8.29)

4. Effective Utilization (EU)


Effective utilization / kondisi penggunaan efektif menggambarkan kondisi
sebenarnya yang dilakukan operator dan truk untuk beroperasi produksi
dengan seluruh waktu yang tersedia. Persamaan untuk effective utilization:
W
EU (%) = x 100 %................................................................... (8.30)
T

Keterangan:

W = Hours worked atau operation hours (jam kerja atau jam operasi)
dimulai dari operator/crew berada di satu alat atau alat tersebut berada
dalam kondisi operable. Delay time termasuk dalam hours worked.
R = Repair hours (jam perbaikan) adalah waktu yang digunakan untuk
perbaikan alat, waktu menunggi alat diperbaiki, waktu menunggu part
alat, dan waktu yang hilang akibat maintenance / perawatan alat.
S = Stand by hours adalah waktu dimana alat siap pakai (tidak rusak),
tetapi karena satu dan lain hal tidak dipergunakan ketika operasi
penambangan sedang berlangsung. Off shift tidak diperhitungkan
dalam stand-by hours.

30
T = Total hours (jam total) adalah waktu di mana tambang dikerjakan (the
pit is worked). Dan hal ini meliputi T = W + R + S (hours worked +
repair hours + stand by hours).

31
IX. PELAKSANAAN PENELTIAN SKRIPSI

Waktu pelaksanaan penelitian skripsi ini dilaksanakan pada tanggal 7


Maret 2020 sampai dengan 7 Mei 2020. Mahasiswa akan melakukan
pengambilan data primer mulai dari pengamatan langsung, interview kepada
pihak expert di perusahaan, pengambilan data sekunder seperti sejarah dan
profil perusahaan, struktur organisasi dan kepegawaian, kegiatan operasional
perusahaan, dan lain-lain.

Tabel 9.1
Rencana Pelaksanaan Pernelitian Skripsi

32
DAFTAR PUSTAKA

Arif, Irwandy. 2014. Batubara Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama .

Awang, Suwandhi. 2014. Perencanaan Jalan Tambang. Diktat Perencanaan


Tambang Terbuka, UNISBA. Bandung

Darmansyah, N, 1998, “Pemindahan Tanah Mekanis Dan Alat Berat”.


Universitas Sriwijaya.

Hartman, Howard L, tahun 1992, “SME Mining Enginering Handbook”, Edition


2nd Volume 1, Society for Mining, metallugy, and Exploration.

Hustrulid, W, 1995, “Open Pit Mine Planning And Design”. Colorado School Of
Mine, Golden, Colorado, USA.

Indonesia, Y, 2006, “Pemindahan Tanah Mekanis”. Teknik Pertambangan


UPN Veteran. Yogyakarta.

Indonesia, Y, 2016, “Pemindahan Tanah Mekanis”. Teknik Pertambangan


STTNAS. Yogyakarta.

Nicols, H.L., and Day D.A, 1999, Moving the Earth – The Workbook of
Excavation 4th ed, McGraw-Hill, New York

Peurifoy. RL, 1979, Construction Planning Equipment and Methods, Three


Edition, Mc Graw Hill Internasional Book Company, London, Sydney,
Tokyo, p38.

Pfleider, E.P., 1972. Surface Mining 1st Edition, America Institute of Minin,
Metallurgical, and Petroleum Engineers, New York.

Prodjosumarto, P, (1995), “Pemindahan Tanah Mekanis”, Jurusan Teknik


Pertambangan, Institut Teknologi Bandung.

33

Anda mungkin juga menyukai