Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN PERENCANAAN TAMBANG

“Studi Kelayakan Tambang Batubara PT. Bukit Basa”


Laporan disusun sebagai Tugas Akhir Semester

Dosen Pembimbing: Defri Kurniawan, S.T.

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 2

Wanda Febrian 1202054


Syafril Maidi 1202056
Jantri Dio Pratama 1202064
Nursyamsu 1202084
Asrar Halim 1203138
Dwi Rahmi Elvionita 1203148
Byma Bryanco 1206350

JURUSAN TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2015
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur tim penulis ucapkan kepada Allah atas segala nikmat yang
telah diberikan sehingga lapoan Perencanaan Tambang mengenai “Studi Kelayakan
Tambang Batubara PT. Bukit Basa” dapat terselesaikan tepat pada waktunya.

Laporan ini disusun untuk memenuhi syarat kelulusan matakuliah


Perencanaan Tambang pada Program Studi Sarjana Teknik Pertambangan
Universitas Negeri Padang.

Dalam penyusunan laporan ini penulis tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak,
untuk itu penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak Dedi Yulhendra,
ST, MT dan Defri Kurniawan, ST sebagai dosen pembimbing matakuliah
Perencanaan Tambang.

Sebagai manusia biasa yang tidak lepas dari berbagai kekurangan penulis
menyadari bahwa didalam laporan ini masih terdapat banyak kekurangan untuk itu
kritik dan saran sangat saya harapkan guna penyempurnaan laporan ini. Akhir kata
semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Sekian dan terima kasih.

Padang, 28 Desember 2015

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................. ii

DAFTAR GAMBAR .................................................................................... v

DAFTAR TABEL ......................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. vii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ............................................................................. 1

B. Maksud dan Tujuan ...................................................................... 2

C. Ruang Lingkup dan Metode Studi ................................................ 3

D. Pelaksana Studi ............................................................................ 5

E. Jadwal Waktu Studi ...................................................................... 6

BAB II KEADAAN UMUM

A. Lokasi dan Luas Wilayah Kuasa Pertambangan .......................... 7

B. Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat ............. 7

C. Keadaan Lingkungan Daerah ....................................................... 8

D. Topografi dan Morfologi .............................................................. 8

BAB III GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

A. Geologi ......................................................................................... 10

B. Keadaan Endapan ......................................................................... 14

BAB IV RENCANA PENAMBANGAN

A. Sistem dan Tata Cara Penambangan ............................................ 21

B. Tahapan Kegiatan Penambangan ................................................. 23

C. Rencana Produksi ......................................................................... 26

ii
D. Peralatan ....................................................................................... 27

E. Jadwal Rencana Produksi dan Umur Tambang ............................ 27

F. Rencana Penanganan Bahan Galian yang Belum Terpasarkan .... 27

BAB V RENCANA PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN/PENCUCIAN

A. Studi Pengolahan/Pemurnian ....................................................... 28

B. Tata Cara Pengolahan dan Pemurnian .......................................... 29

C. Peralatan Pengolahan.................................................................... 32

D. Hasil Pengolahan dan Rencana Pemanfaatan Mineral Ikutan ...... 33

BAB VI PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN

A. Tata Cara ...................................................................................... 34

B. Peralatan ....................................................................................... 36

BAB VII LINGKUNGAN, KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA

A. Lingkungan .................................................................................. 37

B. Keselamatan dan Kesehatan Kerja ............................................... 42

BAB VIII KETENAGAKERJAAN

A. Bagan Organisasi.......................................................................... 45

B. Jumlah dan Kriteria Tenaga Kerja ................................................ 46

BAB IX PEMASARAN

A. Bagan Organisasi.......................................................................... 52

B. Prospek Pemasaran ....................................................................... 53

BAB X INVESTASI DAN ANALISIS KELAYAKAN

A. Investasi ........................................................................................ 55

B. Analisis Kelayakan ....................................................................... 56

BAB XI KESIMPULAN .............................................................................. 61

LAMPIRAN

iii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Peta Lokasi PT. Bukit Basa .......................................................... 7

Gambar 2 Lokasi Kesampaian Daerah .......................................................... 8

Gambar 3 Peta Topografi Lokasi Tambang PT. Bukit Basa ......................... 10

Gambar 4 Tahapan Kegiatan Penambangan ................................................. 25

Gambar 5 Diagram Alir Pengolahan Batubara ............................................. 32

Gambar 6 Struktur Organisasi PT. Bukit Basa ............................................ 45

Gambar 7 Bagan Organisasi Pemasaran ....................................................... 52

iv
DAFTAR TABEL

Tabel 1 Spesifikasi Alat Crusher di PT. Bukit Basa..................................... 35

Tabel 2 Total Investasi .................................................................................. 53

Tabel 3 Aliran Cash Flow ............................................................................. 55

Tabel 4 Internal Rate of Return ..................................................................... 57

Tabel 5 Payback Periode ............................................................................... 58

Tabel 6 Net Present Value............................................................................. 59

v
DAFTAR LAMPIRAN

1. Spesifikasi Alat

2. Kebutuhan Alat

3. Perkiraan Teknis

4. Asumsi Waktu Kerja

5. Target Produksi

6. Produktivitas Alat

7. Kontribusi Alat

8. Working Hours Alat

9. Owning and Operating Cost

10. Upah Tenaga Tetap

11. Kebutuhan Operator

12. Gaji Operator

13. Total Upah Pekerja

14. Biaya Tambahan

15. Rencana Reklamasi

16. Cash Flow

17. NPV, IRR dan PayBack Period

18. Break Even Stripping Ratio (BESR)

vi
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam setiap melakukan kegiatan perlu melakukan perencanaan, termasuk

juga proses penambangan, diperlukan proses perencanaan agar hasil

penambangan dapat sesuai dengan target yang di inginkan oleh perusahaan.

Perencanaan adalah penentuan persyaratan dalam mencapai sasaran, kegiatan

serta urutan teknik pelaksanaan berbagai macam kegiatan untuk mencapai suatu

tujuan dan sasaran yang diinginkan. Perencanaan tambang merupakan suatu tahap

penting dalam studi kelayakan dan rencana operasi penambangan. Perencanaan

suatu tambang terbuka yang modern memerlukan model komputer dari

sumberdaya yang akan ditambang, baik berupa block model, maupun gradded

seam model untuk endapan tabular seperti batubara. Dua aspek penting dalam

pekerjaan perencanaan tambang adalah perancangan pit atau penentuan batas

akhir penambangan, serta pentahapan dan penjadwalan produksi. Saat ini

tambang bawah tanah menghasilkan sekitar 60% dari produksi batubara dunia,

walaupun beberapa negara penghasil batubara yang besar lebih menggunakan

tambang permukaan. Pada dasarnya perencanaan dibagi atas 2 bagian utama,

yaitu:

1. Perencanaan strategis yang mengacu kepada sasaran secara menyeluruh,

strategi pencapaiannya serta penentuan cara, waktu, dan biaya.

1
2. Perencanaan operasional, menyangkut teknik pengerjaan dan penggunaan

sumberdaya untuk mencapai sasaran.

Dari dasar perencanaan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa suatu

perencanaan akan berjalan dengan menggunakan dua pertimbangan yaitu

pertimbangan ekonomis dan pertimbangan teknis. Untuk merealisasikan

perencanaan tersebut dibutuhkan suatu program kegiatan yang sistematis berupa

rancangan kegiatan yang dalam perencanaan penambangan disebut rancangan

teknis penambangan. Rancangan teknis ini sangat dibutuhkan karena merupakan

landasan dasar atau konsep dasar dalam pembukaan suatu tambang. Sebagai

mahasiswa Teknik Pertambangan harus mampu merencanakan suatu tambang

baru.

B. Maksud dan Tujuan

Adapun maksud dan tujuan penyusunan laporan ini adalah sebagai berikut.

1. Sebagai tugas akhir untuk Ujian Akhir Semester (UAS) pada mata kuliah

Perencanaan Tambang.

2. Untuk mengetahui proses penambangan batubara dari awal penambangan

hingga akhir penambangan batubara.

3. Untuk mengetahui rencana umum penambangan batubara.

4. Untuk mengetahui investasi dan analisis kelayakan pertambangan.

2
C. Ruang Lingkup dan Metode Studi

Metode studi yang digunakan adalah pengumpulan data yang diperoleh

dari buku-buku dan bahan yang relevan serta pengambilan bahan dari internet.

Agar perencanaan tambang dapat dilakukan dengan lebih mudah, masalah

ini biasanya dibatasi oleh ruang lingkup berikut ini.

1. Penentuan batas dari pit

Menentukan batas akhir dari kegiatan penambangan (ultimate pit limit) untuk

suatu cebakan batubara. Ini berarti menentukan berapa besar cadangan

batubara yang akan ditambang (tonase dan kadarnya) yang akan

memaksimalkan nilai bersih total dari cebakan batubara tersebut. Dalam

penentuan batas akhir dari pit, nilai waktu dari uang belum diperhitungkan.

2. Perancangan pushback

Merancang bentuk-bentuk penambangan (minable geometries) untuk

menambang habis cadangan batubara tersebut mulai dari titik masuk awal

hingga kebatas akhir dari pit. Perancangan pushback atau tahap-tahap

penambangan ini membagi ultimatepit menjadi unit-unit perencanaan yang

lebih kecil dan lebih mudah dikelola. Hal ini akan membuat masalah

perancangan tambang tiga dimensi yang kompleks menjadi lebih sederhana.

Pada tahap ini elemen waktu sudah mulai dimasukkan kedalam rancangan

penambangan karena urut-urutan penambangan pushback telah mulai

dipertimbangkan.

3
3. Penjadwalan produksi

Menambang bijih dan lapisan penutupnya (waste) di atas kertas, jenjang demi

jenjang mengikuti urutan pushback, dengan menggunakan tabulasi tonase dan

kadar untuk tiap pushback yang diperoleh. Pengaruh dari berbagai kadar

batas (cut off grade) dan berbagai tingkat produksi bijih dan waste dievaluasi

dengan menggunakan kriteria nilai waktu dari uang, misalnya net present

value. Hasilnya akan dipakai untuk menentukan sasaran jadwal produksi

yang akan memberikan tingkat produksi dan strategi kadar batas yang terbaik.

4. Perencanaan tambang berdasarkan urutan waktu

Dengan menggunakan sasaran jadwal produksi yang dihasilkan gambar atau

peta-peta rencana penambangan dibuat untuk setiap periode waktu (biasanya

per tahun). Peta-peta ini menunjukkan dari bagian mana di dalam tambang

datangnya bijih dan waste untuk tahun tersebut. Rencana penambangan

tahunan ini sudah cukup rinci, di dalamnya sudah termasuk pula jalan angkut

dan ruang kerja alat, sedemikian rupa sehingga merupakan bentuk yang dapat

ditambang. Peta rencana pembuangan lapisan penutup (waste dump) dibuat

pula untuk periode waktu yang sama sehingga gambaran keseluruhan dari

kegiatan penambangan dapat terlihat.

5. Pemilihan alat

Berdasarkan peta-peta rencana penambangan dan penimbunan lapisan

penutup dapat dibuat profil jalan angkut untuk setiap periode waktu. Dengan

mengukur profil jalan angkut ini, kebutuhan armada alat angkut dan alat

4
muatnya dapat dihitung untuk setiap periode (setiap tahun). Jumlah alat bor

untuk peledakan serta alat-alat bantu lainnya (dozer, grader, dan lain-lain)

dihitung pula.

6. Perhitungan ongkos-ongkos operasi dan capital

Dengan menggunakan tingkat produksi untuk peralatan yang dipilih, dapat

dihitung jumlah gilir kerja (operating shift) yang diperlukan untuk mencapai

sasaran produksi. Jumlah dan jadwal kerja dari personil yang dibutuhkan

untuk operasi, perawatan dan pengawasan dapat ditentukan. Akhirnya,

ongkos-ongkos operasi, kapital dan penggantian alat dapat dihitung.

D. Pelaksana Studi

Pelaksana studi dalam penyusunan laporan ini adalah semua anggota

kelompok dua. Berikut nama-namanya.

1. Wanda Febrian 1202054/2012

2. Syafril Maidi 1202056/2012

3. Jantri Dio Pratama 1202064/2012

4. Nursyamsu 1202084/2012

5. Asrar Halim 1203138/2012

6. Dwi Rahmi Elvionita 1203148/2012

7. Byma Bryanco 1206350/2012

5
E. Jadwal Waktu Studi

Dalam penyelesaian penyusunan laporan ini membutuhkan waktu 34 hari,

terhitung mulai tanggal 25 November 2015 sampai dengan 28 Desember 2015.

6
BAB II
KEADAAN UMUM

A. Lokasi dan Luas Wilayah Kuasa Penambangan

Secara administratif PT. Bukit Basa terletak di daerah Lumpo

Kecamatan IV Jurai, Kabupaten Pesisir Selatan Provinsi Sumatera Barat.

Luas wilayah IUP PT. Bukit Basa seluas 3.477.813,22 m2 dan luas Pit

2.460.670,47 m2.

Lokasi PT. Bukit Basa

Gambar 1. Peta Lokasi PT. Bukit Basa

B. Kesampaian Daerah dan Sarana Perhubungan Setempat

Sesuai dengan ketersediaan aksesibilitas, kesampaian daerah atau

wilayah penyelidikan batubara PT. Bukit Basa jika ditempuh dari Kota

Padang menuju daerah Lumpo Kecamatan IV Jurai 70 km, dengan

permukaan jalan aspal. Untuk dapat mencapai daerah Lumpo Kecamatan IV

7
Jurai kita dapat menggunakan kendaraan umum atau kendaraan pribadi

dengan waktu tempuh 2 jam.

Gambar 2. Lokasi Kesampaian Daerah

C. Keadaan Lingkungan Daerah

Keadaan lingkungan daerah sekitar wilayah kuasa penambangan PT.

Bukit Basa cukup baik dengan mata pencarian penduduk setempat. Sumber

mata pencarian penduduk adalah sebagai petani sawah maupun sebagai petani

dengan persentase 60 %, pedagang 25 %, pegawai pemerintahan 10% dan

lainnya 5 % dari jumlah penduduk yang usianya produktif.

D. Topografi dan Morfologi

Topografi Kecamatan IV Jurai bervariasi antara datar, bergelombang

dan berbukit-bukit dengan ketinggian dari permukaan laut terendah di daerah

pantai (0 m dpl) dan tertinggi puncak ( 560 m dpl). Kecamatan ini

mempunyai bukit-bukit, diantaranya adalah Bukit Langkisau. Daratannya

dialiri dengan banyak sungai besar dan kecil, pencarian ikan dan sumber

8
Galian C pasir dan kerekel. Nama–nama sungai tersebut adalah Batang

Lumpo, Batang Salido dan Batang Painan.

9
BAB III

GEOLOGI DAN KEADAAN ENDAPAN

A. Geologi

Keadaan geologi atau struktur batuan yang ada di Kecamatan IV

Jurai sangat mempengaruhi kondisi fisik daerah ini. Batuan yang tersebar di

kawasan IV Jurai Kenagarian Lumpo adalah batuan adalah Qal yaitu

endapan permukaan, Tomp yaitu batuan gunung api, dan Qou yaitu batuan

gunung api asam yang terpisahkan.

Topografi merupakan relief dari tinggi rendahnya permukaan bumi.

Topografi daerah Lumpo pada umumnya merupakan wilayah yang

mempunyai topografi variasi mulai datar, landai, miring dan curam yang

terletak pada ketinggian 400 m -800 m di atas permukaan laut (dpl).

Gambar 3. Peta Topografi Lokasi Tambang PT. Bukit Basa

10
1. Litologi

a. Stratigrafi

Tataan stratigrafi yang terdapat di daerah penyelidikan terdiri

atas batuab yang mempunyai kisaran umur dari Tersier – Kuarter,

dengan mengacu pada Peta Geologi Lembar Ketaun dan Sungai penuh,

Sumatera maka di daerah penyelidikan terdapat 9 formasi batuan

dimana urutannya dari tua ke muda adalah

1) Formasi Hulusimpang

Formasi Hulusimpang berumur Oligosen Akhir Miosen Tengah,

pada umumnya litologi formasi Hulusimpang terdiri atas lava, breksi

gunungapi dan tufa.Batuan pada formasi ini sering didapatkan

sudah mengalami ubahan, urat-urat kuarsa sering dijumpai. Didaerah

penyelidikan formasi ini tersebar dibagian paling timurlaut dengan

luas hanya sekitar 3% dari luas daerah penyelidikan. Pada

beberapa tempat formasi Hulusimpang diterobos oleh batuan

plutonok berkomposisi Diorit - granodiorit.

2) Formasi Lemau

Litologi formasi Lemau bagian atas terutama terdiri atas breksi

dengan sisipan tufa, batupasir tufaan, lempung lanauan dan pada

beberapa tempat menyerpih dan mengandung lapisan

batubara..Breksi umumnya terdiri dari komponen dasitan dengan

ukuran antara 0.5 – 5 cm, menyudut sampai menyudut

tanggung. Sisipan batupasir kuarsa tufaan berwarna abu-abu

11
sampai kekuningan dengan ukuran butir halus, klastik dan

berkomposisi dasitan. Lapisan batubara pada umumnya terdapat

sebagai sisipan pada lapisan Bagian bawah formasi Lemau lebih

didominasi oleh batulempung dan batupasir gampingan,

batulempung pada beberapa tempat bermoluska dan mengandung

glaukonit, memperlihatkan perlapisan dan mempunyai struktur

sedimen parallel laminasi. Dari adanya kandungan glaukonit formasi

ini diperkirakan diendapkan dalam lingkungan laut dangkal. Pada

rentang waktu antara Miosen Tengah – Awal Pliosen

3) Formasi Bintunan

Formasi Bintunan berumur Plistosen. Batuannya secara umum

terdiri atas konglomerat polimik berwarna abu-abu kehijauan,

fragmen batuan aneka jenis dengan ukuran antara 2->10 cm

bersisipan dengan Batupasir batulempung dan batugamping.

Batupasir putih- abuabu, halus–sedang,batuapungan, kurang padu..

Batulempung abu-abu, sisipan batugamping klastik dijumpai

dengan tebal antara 2 cm-8 cm.

4) Batuan gunung api kuarter

Batuan gunungapi berumur kuarter terdiri atas Batuan Gunungapi

berkomposisi andesit- basal dan batuan Gunungapi kuarter

formasi Bintunan terdiri atas konglomerat, batulempung dan batuan

gunungapi riodasit- andesit. Posisi batuan gunungapi kuarter ini

12
berada tidak selaras diatas formasi Simpangaur dan mempunyai

kisaran umur antara Pliosen sampai Plistosen.

5) Batuan Terobosan

Batuan terobosan didaerah penyelidikan terdiri atas Diorit, Dasit

dan granit. Batuan terobosan didaerah penyelidikan pada beberapa

tempat dijumpai menerobos batuan formasi Lemau dan

sebaran volkanik kuarter sebagai neck

6) Endapan Permukaan

Endapan permukaan terdiri atas Aluvium dan endapan rawa,

terdiri atas material-material lepas tak terkonsolidasi, berupa

bongkah, kerakal, pasir dan Lumpur mengandung sisa-sisa

tumbuhan. Di daerah penyelidikan endapan permukaan terdapat

hanya sekitar 10 % yaitu dibagian baratdaya lembar peta.

2. Struktur

Struktur geologi yang dapat diamati didaerah penyelidikan

cukup komplek dan menunjukan bahwa sumbu lipatan pada

umumnya berarah baratlaut-tenggara. Lipatan tersebut terutama

antiklin dapat teramati dibagian Timur laut lembar peta. Terdapat 4 buah

sesar utama yang cukup berperan di daerah ini, yaitu sesar yang berarah

Baratlaut-Tengara, sesar Timurlaut-Baratdaya, sesar Utara-Selatan dan

sesar Timur-Barat. Struktur sesar yang terjadi memotong hampir semua

formasi yang ada dan diperkirakan berumur paska diendapkannya

batuan volkanik kuarter. Ke 4 sesar ini berkaitan dengan sistim sesar

13
Sumatera terutama dengan sesar mendatar yang berarah baratlaut-

tenggara.Pengaruh sesar sangat nampak pada ketidak teraturan pengukuran

lapisan batubara didaerah tersebut

B. Keadaan Endapan

1. Penyebaran Endapan

Keterdapatan endapan batubara di daerah Lumpo dan

sekitarnya telah diketahui sebelumnya, bahkan pada jaman penjajahan

Belanda yaitu pada tahun 1909, konon batubara didaerah tersebut

digunakan sebagai bahan bakar kapal laut dan kereta api. Batubara

didaerah tersebut pernah ditambang dengan cara membuat beberapa

terowongan-terowongan.

Dideaerah Selatan Painan, khususnya yang dijumpai disekitar

daerah Kayuaro, Bukit Pulai dan Lumpo terdapat informasi yang

menyebutkan bahwa batubara terdapat dalam formasi Painan dengan

ketebalan antara 0.30 – 2.00 m dengan kalori yang cukup tinggi yakni

antara 7000 – 7700 kal/gr. Batubara pada formasi painan ini terdapat

sebagai sisipan pada anggota serpih.

Di bagian selatan yakni sekitar Kecamatan Inderapura sampai ke

kecamatan Tapan secara setempat-setempat atau melensa muncul formasi

Lemau diantara batuan volkanik Kuarter Andesit- basalt. Di Bengkulu

Formasi Lemau telah banyak diketahui sebagai formasi pembawa

batuibara dengan kalori yang lebih rendah yaitu antara 6000 – 7200

kal/gr. Dilapangan indikasi adanya endapan batubara dapat diamati pada

14
beberapa tempat disepanjang sungai yang dilalui, batubara pada formasi

Lemau umumnya didapatkan sebagai sisipan diantara lapisan

batulempung. Selain itu terdapatnya endapan batubara didaerah tersebut

didapatkan berdasarkan informasi dari penduduk setempat.

2. Sifat dan Kualitas Batubara

Gambaran agak lengkap yang menunjukan lingkungan

pengendapan batubara diperoleh dari lokasi AP 18 yang memperlihatkan

bahwa batubara diendapkan pada lingkungan dengan arus yang kurang

tenang dan koondisi cekungan yang tidak stabil.Tipisnya lapisan batubara

yang dihasilkan dapat mengindikasikan beberapa kemungkinan

diantaranya.

Kemungkinan batubara diendapkan pada pinggiran suatu

cekungan, dimana bagian pinggir cekungan mengalami proses

penurunan cekungan tidak sebesar bagian tengahnya.ƒ Karena

kurangnya suplai material organic pada cekungan pengendapan batubara,

Karena adanya arus yang agak kuat hal ini ditunjukan oleh endapan

batupasir yang agak kotor (wacky). Cekungan berada dalam kondisi tidak

stabil.

Dari litologi pengapit batubara yang dapat diamati yakni adanya

batulempung lanauan, tufaan, batupasir gampingan serta adanya

kandungan pirit yang agak tinggi. Menunjukan adanya batuan volkanik

dan diperkirakan bahwa batubara diendapkan pada formasi batuan yang

berasal dari lingkungan pengendapan Darat. Sementara itu adanya gamping

15
serta kandungan pirit yang cukup tinggi pada batubara menunjukan

bahwa pengaruh air laut sangat besar. Kecenderungan ini

memperlihatkan bahwa batubara diendapkan pada lingkungan transisi

atau antara Darat-Laut Dangkal.

Batubara didaerah penyelidikan berwarna hitam, terang (brigtht),

berlapis, keras-agak rapuh, bentuk belahan Sub konkoidal, mengandung

sulfur/pirit dan kandungan resin,kandungan abu umumnya rendah

karena batubara tidak mengotori tangan, pada beberapa lapisan batubara

terdapat sisipan batulempung karbonan atau lempung batubaraan, tidak

terlihat jejak strutur kayu. Dari ciri fisik ini memperlihatkan bahwa

batubara mempunyai rank yang cukup tinggi dengan tingkat pematangan

batubara yang tinggi pula.

C. Cadangan

1. Perhitungan Cadangan

Batubara merupakan endapan dengan tingkat homogenitas yang

tinggi, maka untuk perhitungan cadangan dapat diterapkan metoda

konvensional (klasik) dengan tingkat ketelitian yang cukup baik. Untuk

tujuan praktis, metoda penampang dapat diterapkan untuk perhitungan

jumlah cadangan tertambang.

a. Perhitungan Cadangan Dengan Metode Penampang

Pada prinsipnya, perhitungan cadangan dengan menggunakan

metoda penampang ini adalah mengkuantifikasikan cadangan pada

suatu areal dengan membuat penampang-penampang yang representatif

16
dan dapat mewakili model endapan pada daerah tersebut. Pada masing-

masing penampang akan diperoleh (diketahui) luas batubara dan luas

overburden. Volume batubara & overburden dapat diketahui dengan

mengalikan luas terhadap jarak pengaruh penampang tersebut.

Perhitungan volume tersebut dapat dilakukan dengan menggunakan 1

(satu) penampang, atau 2 (dua) penampang, atau 3 (tiga) penampang,

atau juga dengan rangkaian banyak penampang:

(a) Dengan menggunakan 1 (satu) penampang

Cara ini digunakan jika diasumsikan bahwa 1 penampang

mempunyai daerah pengaruh hanya terhadap penampang yang

dihitung saja.

Volume = (A x d1) + (A x d2)

dimana : A = luas overburden

d1 = jarak pengaruh penampang ke arah 1

d2 = jarak pengaruh penampang ke arah 2

Volume yang dihitung merupakan volume pada areal pengaruh

penampang tersebut. Jika penampang tunggal tersebut merupakan

penampang korelasi lubang bor, maka akan merefleksikan suatu

bentuk poligon dengan jarak pengaruh penampang sesuai dengan

daerah pengaruh titik bor (poligon) tersebut.

(b) Dengan menggunakan 2 (dua) penampang

Cara ini digunakan jika diasumsikan bahwa volume dihitung pada

areal di antara 2 penampang tersebut. Yang perlu diperhatikan

17
adalah variasi (perbedaan) dimensi antara kedua penampang

tersebut. Jika tidak terlalu berbeda, maka dapat digunakan rumus

mean area & rumus kerucut terpancung, tetapi jika perbedaannya

terlalu besar maka digunakan rumus obelisk.

dimana A1 dan A2 adalah luasan penampang 1 & 2, dan d adalah

jarak antar penampang

(c) Dengan menggunakan 3 (tiga) penampang

Metoda 3 (tiga) penampang ini digunakan jika diketahui adanya

variasi (kontras) pada areal di antara 2 (dua) penampang, maka

perlu ditambahkan penampang antara untuk mereduksi kesalahan.

Untuk menghitungnya digunakan rumus prismoida:

dimana A1 & A3 adalah luas penampang 1 & 3, A2 adalah luas

penampang antara.

b. Metode Krigging

Kriging yaitu suatu teknik perhitungan untuk estimasi atau

simulasi dari suatu variabel terregional (regionalized variable) yang

memakai pendekatan bahwa data yang dianalisis dianggap sebagai

suatu realisasi dari suatu variabel acak (random variable), dan

keseluruhan variable acak dalam daerah yang dianalisis tersebut akan

membentuk suatu fungsi acak dengan menggunakan model struktural

variogram atau kovariogram (Dr. Ir. Rukmana Nugraha Adhi, 1998).

Kriging adalah penaksiran geostatistik linier tak bias yang paling

bagus untuk mengestimasi kadar blok karena menghasilkan varians

18
estimasi minimum ’ BLUE (Best Linier Unbiased Estimator). (Dr. Ir.

Totok Darijanto, 2003). Kriging diambil dari nama seorang pakar

geostatistik dari Afrika Selatan yaitu D.G Krige yang telah banyak

memikirkan hal tersebut sejak tahun 50an.

Secara sederhana, kriging menghasilkan bobot sesuai dengan

geometri dan sifat mineralisasi yang dinyatakan dalam variogram.

Bobot yang diperoleh dari persamaan kriging tidak ada hubungannya

secara langsung dengan kadar conto yang digunakan dalam

penaksiran. Bobot ini hanya tergantung pada konfigurasi conto di

sekitar blok serta model variogramnya.

Perhitungan dengan metoda kriging ini kadang-kadang terlalu

kompleks untuk suatu komoditi tertentu. Hal ini sangat bermanfaat

jika dilakukan pada penentuan cadangan-cadangan yang mineable

dengan kadar-kadar di atas cut off grade.

Secara sederhana, kriging menghasilkan bobot sesuai dengan

geometri dan sifat mineralisasi yang dinyatakan dalam variogram.

Bobot yang diperoleh dari persamaan kriging tidak ada hubungannya

secara langsung dengan kadar conto yang digunakan dalam

penaksiran. Bobot ini hanya tergantung pada konfigurasi conto di

sekitar blok serta model variogramnya.

2. Klasifikasi Cadangan

Di dalam dunia pertambangan banyak istilah istilah yang harus

dimengerti dan dipahami secara gamblang, agar apa yang di ucpkan

19
seorang mining enginer dapat di mengerti secara tepat dan jelas. Dalam

konteks ini suberdaya (Resource) baik itu mineral dan batubara, menurut

Standar Nasional Indonesia (SNI) sumberdaya adalah endapan mineral

yang diharapkan dapat dimanfaatkan secara nyata. Sumber daya mineral

dengan keyakinan geologi tertentu dapat berubah menjadi cadangan

setelah dilakukan pengkajian kelayakan tambang dan memenuhi kriteria

layak tambang.

20
BAB IV

RENCANA PENAMBANGAN

A. Sistem/Metode dan Tata Cara Penambangan

1. Sistem Penambangan

Faktor-faktor dalam pemilihan sistem penambangan.

a. Sifat keruangan dari endapan bijih

1) Ukuran (dimensi : tinggi atau tebalkhususnya)

2) Bentuk (tanular, lentikular, massif, irregular)

3) Posisi (miring, mendatar atau tegak)

4) Kedalaman (nilai rata-rata, nisbah pengupasan)

b. Kondisi Geologi dan Hidrologi

1) Mineralogy dan petrologi (sulfida atau oksida)

2) Komposisi kimia (utama, hasil samping)

3) Struktur endapan (lipatan, patahan, intrusi, diskontinuitas)

4) Bidang lemah (kekar, fracture, cleavage dalam mineral, cleat dalam

Batubara)

5) Keseragaman, alterasi, erosi

6) Air tanah dan hidrologi

c. Sifat geomekanik

1) Sifat elastic (kekuatan, modulus elastic, koefesien poison)

2) Perilaku plastis atau viscoelastis (flow, creep)

3) Keadaan tegangan (tegangan awal, induksi)

21
4) Konsolidasi, kompaksi dan kompeten

5) Sifat-sifat fisik yang lain (bobot isi, voids, porositas, permeabilitas,

lengas bebas, lengas bawaan)

d. Konsiderasi ekonomi

1) Cadangan (tonnage dankadar)

2) Produksi

3) Umurtambang

4) Produktifitas

5) Perbandingan ongkos penambangan untuk metode penambangan yang

cocok

e. Faktor teknologi

1) Dilusi (jumlah waste yang dihasilkandenganbijih)

2) Fleksibilitas metode dengan perubahan kondisi-kondisi

3) Selektifitas metode untuk bijih dan waste

4) Konsentrasi/penyebara pekerjaan.

Sistem penambangan yang diterapkan adalah sitem Open Pit, karena endapan

yang akan ditambang terletak disuatu daerah yang datar dengan penggalian

menuju ke arah bawah di mana endapan bijih tersebut berada

22
B. Tahapan Kegiatan Penambangan

Dalam proses penambangan batubara ada banyak proses yang perlu

dilakukan. Dalam penambangan batubara juga tidak boleh ditinggalkan aspek

lingkungan, agar setelah penambangan selesai dilakukan, lingkungan dapat

dikembalikan kekeadaan yang baik.

1. Persiapan

Kegiatan ini merupakan kegiatan tambahan dalam tahap

penambangan. Kegiatan ini bertujuan mendukung kelancaran kegiatan

penambangan. Pada tahap ini akan dibangun jalan tambang (acces road),

stockpile, infrastruktur, bengkel, kantor dan sarana prasarana penunjang

lainnya.

2. Land Clearing

Kegiatan yang dilakukan adalah membersihkan daerah yang akan

ditambang mulai dari semak belukar hingga pepohonan yang berukuran besar.

Alat yang digunakan adalah buldozer saja, karena pohon yang akan

dibersihkan berdiameter tak lebih dari 30 cm.

3. Pengupasan Top Soil (Tanah Pucuk)

Maksud pemindahan top soil atau tanah pucuk adalah untuk

menyelamatkan tanah tersebut agar tidak rusak sehingga masih mempunyai

unsur hara tanah yang masih asli, sehingga tanah pucuk ini dapat digunakan

dan ditanami kembali pada kegiatan reklamasi. Pengupasan top soil

23
menggunakan excavator komatsu PC 400 untuk loading dan untuk hauling

menggunakan dumptruck dengan merek komatsu HD-465 dan HM-400.

4. Pengupasan Overburden (Tanah Penutup)

Pengupasan overburden dilakukan dengan cara peledakan, dimana

pertama kali dilakukan pemboran untuk membuat lubang ledak dengan

menggunakan drill tech dengan diameter lubang bor 5,5 inchi.setelah kegiatan

peledakan, dilakukan loading dengan menggunakan excavator PC-1250 dan

PC-800dan untuk membawa overburden menggunakan dumptruck HD-

785,HD-465 dan HD-400.

5. Penambangan Batubara (Coal Getting)

Untuk melakukan penambangan batubara itu sendiri, terlebih dahulu

dilakukan kegiatan coal cleaning. Maksud dari kegiatan coal cleaning ini

adalah untuk membersihkan pengotor yang berasal dari permukaan batubara

(face batubara) yang berupa material sisa tanah penutup yang masih tertinggal

sedikit, serta pengotor lain yang berupa agen pengendapan (air permukaan, air

hujan, longsoran). Selanjutnya dilakukan kegiatan coal getting hingga

pemuatan ke alat angkutnya.

6. Pengangkutan Batubara (Coal Hauling)

Setelahdilakukankegiatan coal getting, kegiatan lanjutan adalah

pengangkutan batubara (coal hauling) dari lokasi tambang (pit)

menuju stockpile atau langsung ke unit pengolahan. untuk pemuatan dari pit

ke stockpile menggunakan excavator PC-800 dan PC-400 dan diangkut

24
dengan dumptruck HM-400. sedangkan dari stockpile ke pelabuhan

menggunakan alat muat wheelloaders dan diangkut menggunakan HM-400.

7. Pengolahan

Pengolahan batubara bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah.

Peningkatan nilai tambah batubara yang paling sederhana adalah melalui

operasi peremukan atau crushing dari bongkahan besar menjadi ukuran yang

masuk dalam persyaratan spesifikasi teknis pembeli.Peningkatan nilai tambah

yang lebih tinggi dapat dilakukan dengan pencucian atau washing dengan

tujuam untuk menurunkan kadar abu. Pencucian dapat menghilangkan

mineral-mineral yang mengandung abu dan sulfur.

Sumber : Google Images


Gambar 4 Tahapan Kegiatan Penambangan

25
C. Rencana Produksi

Adanya kegiatan rencana produksi sangat menentukan kelancaran dan

anggaran target produksi batubara yang harus diperoleh baik itu perbulan

ataupun pertahun. PT. BUKIT BASA merencanakan penambangan dalam

beberapa periode dimana berjangka waktu 5 tahun yang tersusun seperti berikut:

1. Tahun ke 1:

a. Target produksi batubara direncanakan 1.304.425 ton/tahun

b. Stripping ratio 1:5

c. Overburden di timbun di lokasi penimbunan

2. Tahun ke 2:

a. Target produksi batubara direncanakan 940.107 ton/tahun

b. Stripping Ratio 1:5

3. Tahun ke 3:

a. Target produksi batubara direncanakan 1.688.760 ton/tahun

b. Stripping Ratio 1:5

4. Tahun ke 4:

a. Target produksi batubara direncanakan 1.845.552 ton/tahun

b. Stripping Ratio 1:5

5. Tahun ke 5:

a. Target produksi batubara direncanakan 1.531.590 ton/tahun

b. Stripping Ratio 1:5

Untuk umur tambang PT. BUKIT BASA direncanakan berumur 5 tahun.

26
D. Rencana Penanganan/Perlakuan Bahan Galian yang Belum Terpasarkan

Untuk penanganan ataupun bahan galian yang belum terpasarkan akan di

tumpuk pada stockpile terlebih dahulu sampai menunggu adanya permintaan

pasar kembali.

E. Rencana Pemanfaatan Bahan Galian dan Mineral Ikutan

Masalah pemanfatan bahan galian dan mineral ikutan akan dilakukan

pengoptimalisasian terhadap bahan galian dan mineral ikutan sesuai dengan

fungsi ekonomis bahan galian.

F. Rencana Penanganan/Perlakuan Sisa Cadangan Pada Pasca Tambang

Untuk perlakuan sisa cadangan pasca tambang akan dilakukan sesuai

dengan kebijakan konservasi dari bahan galian sendiri untuk tercapainya

pemanfaatan bahan galian baik dalam jangka panjang ataupun pendek.

27
BAB V

RENCANA PENGOLAHAN DAN PEMURNIAN ATAU PENCUCIAN

A. Studi/Percobaan Pengolahan/Pemurnian

Proses pengolahan batubara bertujuan mengolah batubara menjadi

produk batubara yang sesuai dengan permintaan pasar. Dengan

mempertimbangan beberapa hal, misalnya kualitas atau mutu cadangan

batubara, metode penambangan yang terpilih, serta kualitas permintaan pasar,

maka proses pengolahan batubara.

a. Melakukan reduksi ukuran (Size Reduction) melalui penggerusan.

b. Melakukan pemisahan (classification) melalui Pengayakan (Screening)

c. Melakukan pencampuran (Blending) batubara

d. Melakukan penimbunan/ penumpukan batubara (Stockpilling)

e. Melakukan penanganan limbah air (Water Pollution Treatment)

1. Desain Pengolahan Batubara

Rancang (design) bangun unit pengolahan didasarkan pada factor- factor

antara lain:

a. Target atau permintaan pasar rata- rata.

b. Kualitas batubara dari tambang (Raw Coal).

c. Spesifikasi produk akhir yang diminta. ketersedian lahan untuk area

pengolahan termasuk tempat penimbunan (Stockpile) Dan ketersedian

air di sekitar area pengolahan.

d. Semua factor tersebut di atas akan menentukan jenis, dimensi dan

kapasitas peralatan atau mesin pengolahan yang dibutuhkan serta

30
Flowsheet pengolahan yang sesuai dengan memperhatikan unsur

keselamatan kerja.

2. Kualitas Produksi

Kualitas produksi hasil proses pengolahan batubara harus dapat memenuhi

persyaratan yang diinginkan pasar. Berdasarkan survey pasar dapat

disimpulkan bahwa kualitas batubara sangat diutamakan.

3. Prosedur Pengolahan Batubara

Prosedur pengolahan memperlihatkan tahapan proses pengolahan batubara

mulai dari penimbunan Raw Coal di lokasi pabrik pengolahan sampai

produk akhir.

4. Lokasi pengolahan

Sesuai dengan layout rencana usaha pertambangan, ruang lahan bagi

rencana penempatan peralatan unit pengolahan adalah bagian areal

penumpukan Run of Mine (ROM) dan stockpile area.

B. Tata Cara Pengolahan dan Pemurnian

Operasi crushing system yang dilakukan di Coal Processing Plant

merupakan proses pengecilan ukuran batubara hasil penambangan sehingga

akan diperoleh ukuran batubara sesuai permintaan konsumen yaitu 50 mm

yang mana dalam proses ini terjadi pula proses pencampuran batubara ( coal

blending ) pada ROM stockpile. Perusahaan PT. Bukit Basa memiliki Crusher

dimana alat ini begitu penting dalam pengolahan material yang akan diproses,

alat ini dipergunaka nuntuk pemecahan material yang berukuran besar

menjadi kecil dan sesuai dengan ukuran yang diminta oleh konsumen.

31
1. Tahapan Pengolahan

Tahapan Pengolahan batubara di perusahaan PT. Bukit Basa adalah

sebagai berikut :

a. Stockpile Of Raw Coal

Stockpile Of Raw Coal adalah: Suatu tempat untuk penumpukan

batubara hasil tambang (ROM) dimana batubara yang ditumpukan di

stockpile ini menandakan belum siapnya batubara tersebut untuk

diproses oleh Crusher Machine.

b. Peralatan Pada Unit Peremuk (Crusher Machine)

Crusher Machine adalah alat untuk pengolahan batubara, dimana

batubara yang berukuran besar dapat diremukkan menjadi ukuran

kecil dan ukuran juga dapat ditentukan sesuai dengan permintaan

konsumen. Dalam alat ini terdapat bagian pendukung, dimana bagian-

bagian itu memiliki kegunaan yang berbeda-beda. Berikut adalah

bagian-bagian dan fungsi dari masing-masing alat:

1) Hopper

Hopper adalah alat pelengkap pada rangkaian unit peremuk yang

berfungsi sebagai tempat penerima material umpan yang berasal

dari lokasi penambangan sebelum material tersebut masuk ke

dalam alat peremuk. Pada perhitungan kapasitas dari hopper

digunakan pendekatan perhitungan dengan rumus prisma,

32
l

t
P
L

V = La x P

V = (jumlah sisi sejajar x ½ t) x P

V =[(L + l) x ½ t] x P

Sehingga didapatkan kapasitas hopper dengan mengalikan

volume hopper dengan densitas dari material.

2) Grizzly feeder/Pit Spider

Merupakan susunan batang-batang baja yang membentuk ukuran

lubang bukaan tertentu. Vibrating Grizzly berfungsi sebagai

pengumpan mesin peremuk, juga untuk memisahkan material

umpan yang sudah memenuhi ukuran yang diharapkan. Dengan

adanya alat ini maka material umpan yang telah memenuhi

ukuran produk tidak perlu dilakukan pengecilan ukuran lagi.

Produksi teoritis vibrating grizzly didasarkan pada rumus :

K = T x L x V x Bi

33
dimana :

K = Produksi nyata vibrating grizzly (ton/jam)

T = Tebal material pada vibrating grizzly (m)

L = Lebar grizzly (m)

V = Kecepatan vibrating grizzly (m/jam)

Bi= Bobot isi material (ton/m3)

3) Vibrating Screen / Penyaring

Merupakan susunan batang-batang baja yang membentuk ukuran

lubang bukaan tertentu. Vibrating Grizzly berfungsi sebagai

pengumpan mesin peremuk, juga untuk memisahkan material

umpan yang sudah memenuhi ukuran yang diharapkan. Dengan

adanya alat ini maka material umpan yang telah memenuhi ukuran

produk tidak perlu dilakukan pengecilan ukuran lagi. Produksi

teoritis vibrating grizzly didasarkan pada rumus :

K = T x L x V x Bi

dimana :

K = Produksi nyata vibrating grizzly (ton/jam)

T = Tebal material pada vibrating grizzly (m)

L = Lebar grizzly (m)

V = Kecepatan vibrating grizzly (m/jam)

34
Bi= Bobot isi material (ton/m3)

c. Stockpile Of Coal Product

Stockpile Of Coal Product adalah tempat yang disediakan khusus

untuk batubara yang telah diproses dimana setelah itu batubara akan

dilakukan proses blending dan apabila kalori batubara masih terlalu

tinnggi maka akan dilakukan kembali blending dengan batubara yang

berkalori rendah.

C. Peralatan Pengolahan

Pada kegiatan pengolahan batubara dibutuhkan alat Jaw Crusher untuk

mengolah dan menyetarakan/penyeragaman ukuran batubara.

D. Hasil Pengolahan

Setelah mengurai dan menjelaskan tentang tahap pengolahan diatas,

didapat kualitas batubara dengan kalori 6600 kkal/kg, dan batubara tersebut

sudah siap untuk dijual.

35
BAB VI

PENGANGKUTAN DAN PENIMBUNAN

A. Tata Cara

1. Sistem Pengangkutan (Hauling)

Material dalam jumlah besar dalam industri pertambangan di

transport dengan haulage dan hoisting. Kegiatan dari pengangkutan ini

meliputi pengangkutan batubara dari daerah penambangan ke tempat

penumpukan (ROM Stockpile) dan pengangkutan waste/overburden ke

lokasi waste dump/dump area.

2. Pemuatan, Pengangkutan dan penimbunan

Pola pemuatan pada operasi pengangkutan ditambang terbuka

dikelompokkan beradasarkan posisi backhoe terhadap front penggalian

dan posisi dumptruck terhadap backhoe proses pemuatan dan

pengangkutan pada operasi penambangan dibagi tiga:

a. Frontal cut

b. Paralel cut with drive-by

c. Parallel cut with turn and back

Paralell cut with turn and back terdiri dari dua metode berdasarkan cara

pemuatannya, yaitu:

1) Single stopping, dumptruck kedua menunggu selagi backhoe

memuat ke dump truck pertama. Setelah dump truck pertama

berangkat, dump truck kedua berputar dan mundur. Saat dump

36
truck kedua diisi, dump truck ketiga datang dan menunggu untuk

bermanuver dan seterusnya.

2) Double stopping, dump truck memutar dan mundur ke salah satu

sisi back hoe selagi back hoe memuati dump truck pertama. Begitu

dump truck pertama berangkat, back hoe mengisi dump truck

kedua. Ketika dump truck kedua diisi dump truck ketiga datang dan

seterusnya.

Pola pemuatan dapat dilihat dari beberapa keadaan yang ditunjukkan alat

gali-muat dan alat angkut, yaitu :

a. Pola pemuatan berdasarkan jumlah penempatan posisi alat angkut

untuk dimuati terhadap posisi alat gali muat. Single back up, yaitu alat

angkut memposisikan diri untuk dimuat pada satu tempat sedangkan

alat angkut berikutnya menunggu alat angkut pertama dimuati sampai

penuh, setelah alat angkut pertama berangkat maka alat angkut kedua

memposisikan diri untuk dimuati sedangkan truk ketiga menunggu,

dan begitu seterusnya.

b. Double back up, yaitu alat angkut memposisikan diri untuk dimuati

pada dua tempat, kemudian alat gali muat mengisi salah satu alat

angkut sampai penuh setelah itu mengisi alat angkut kedua yang sudah

memposisikan diri di sisi lain sementara alat angkut kedua diisi, alat

angkut ketiga memposisikan diri di tempat yang sama dengan alat

angkut pertama dan seterusnya.

37
B. Peralatan

Peralatan yang digunakan selama proses pengangkutan batubara adalah

dumptruck dan wheelloader. untuk pengangkutan lapisan tanah penutup

(overburden) menggunakan dumptuck HD-785,HD-465 dan HM-400 untuk

alat gali nya menggunakan excavaotor PC-1250 SP-7 dan PC 800. dan untuk

pengangkutan batubara dari pit ke stockpile menggunakan dumptruck HM-

400 untuk alat galinya menggunakan PC-800 dan PC-800, sedangkan dari

stockpile ke pelabuhan menggunakan dumptruck HM-400 dan mengguanakan

alat galinya whelloader.

38
BAB VII

LINGKUNGAN DAN K3 PERTAMBANGAN

A. Lingkungan

Dalam pekerjaan tambang baik secara langsung maupun tidak

langsung sangat membahayakan sehingga dapat mengakibatkan berbagai

dampak negatif salah satunya kerusakan terhadap lingkungan karena telah

merubah rona lingkungan awal, apabila hal tersebut tidak diantisipasi maka

akan mengakibatkan gangguan terhadap keseimbangan dari ekosistem yang

ada di daerah penambangan Berdasarkan keputusan menteri lingkungan

Nomor 17 tahun 2001 tentang AMDAL Pasal 3, tentang jenis usaha dan atau

kegiatan yang wajib dilengkapi dengan Analisis Mengenai Dampak

Lingkungan dan Kepmen ESDM No.1457K/28/MEM/2000 tentang Pedoman

Teknis Pengelolaan Lingkungan dibidang pertambangan dan Energi Pasal 4,

dan 5.

1. Dampak Kegiatan

a. Dampak terhadap lingkungan

1) Pencemaran air

2) Pencemaran udara

3) Pencemaran tanah

b. Dampak terhadap manusia

Limbah pencucian batubara zat-zat yang sangat berbahaya bagi

kesehatan manusia jika airnya dikonsumsi dapat menyebabkan

penyakit kulit pada manusia seperti kanker kulit. Kaarena limbah

38
tersebut mengandung belerang (b), Merkuri (Hg), Mangan (Mn),

Asam sulfat (H2sO4), di samping itu debu batubar amenyebabkan

polusi udara di sepanjang jalan yang dijadikan aktivitas

pengangkutan batubara.

c. Dampak Sosial dan kemasyarakatan

1) Terganggunya Arus Jalan Umum

2) Konflik Lahan Hingga Pergeseran Sosial-Budaya Masyarakat

2. Pengelolaan lingkungan

a. Pengelolaan limbah

Perusahaan harus mengidentifikasi & mendaftar semua

limbah (padat & B3) yang ada di area kerja (ex: oli bekas & aki

bekas), setelah itu dilakukan evaluasi resiko setiap jenis limbah B3

dan dibuat SOP ( yang memenuhi semua syarat hukum, peraturan

perundangan yang berlaku & peraturan perusahaan) untuk

mengendalikan limbah B3 yang ada Pestisida, Asbes, Limbah karet

tidak termasuk B3 dan tidak boleh dibakar. Contoh limbah padat

b. Rencana reklamsi dan pemanfaatan lahan pasca tambang

Pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup diikuti

tindakan berupa pelestarian sumber daya alam dalam rangka

memajukan kesejahteraan umum seperti tercantum dalam UUD 1945.

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan

Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup sebagaimana telah diubah dan

diperbarui oleh Undang- Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang

39
Pengelolaan Lingkungan Hidup adalah payung dibidang pengelolaan

lingkungan hidup serta sebagai dasar penyesuaian terhadap perubahan

atas peraturan yang telah ada sebelumnya, serta menjadikannya

sebagai satu kesatuan yang bulat dan utuh didalam suatu sistem

(Rensi, 2012).

c. Penanganan air asam tambang

Sumber Air Asam Tambang adalah dari pertambangan terbuka,

terutama pada tambang batubara, yang memilki resiko terpapar oleh

air hujan sehingga berpotensi sangat besar untuk menjadi tempat

terbentuknya Air Asam Tambang.

1) Pencegahan terbentuknya air asam tambang

Salah satu upaya pencegahan pembentukan air asam tambang

(AAT) adalah dengan pembangunan lapisan penutup material

reaktif, umumnya dikenal sebagai Potentially Acid Forming

(PAF) material, dengan material yang tidak reaktif, Non Acid

Forming (NAF) material, tanah, atau material alternative seperti

Geosyntetic Clay Liner (GCL). Lapisan ini dikenal juga dengan

sebutan dry cover Tujuan dari pembangunan lapisan ini adalah

untuk mengurangi difusi oksigen dan infiltrasi air, sebagai faktor

penting dalam proses oksidasi mineral sulphida. Selain itu, sistem

pelapisan ini juga diharapkan dapat tahan terhadap erosi dan

mendukung upaya revegetasi lahan penimbunan material.

2) Penanganan air asam tambang

40
Pengolahan air asam harus dilakukan sebelum air tersebut

dibuang ke badan air, sehingga nantinya tidak mencemari

perairan di sekitar lokasi tambang. Pengolahan air asam dapat

dilakukan dengan cara penetralan. Penetralan air asam dapat

menggunakan bahan kimia diantaranya seperti Limestone

(Calcium Carbonat), Hydrate Lime (Calcium Hydroxide), Caustic

Soda (Sodium Hydroxide), Soda Ash Briquettes (Sodium

Carbonate), Anhydrous Ammon.

3. Pemantauan Lingkungan

Pemantauan lingkungan dilakukan terhadap komponen lingkungan

penerima dampak dan kegiatan sebagai sumber dampak. Sesuai tahapan

rencana kegiatan, pemantauan lingkungan diantaranya telah dilakukan

pada tahap persiapan lalu menerus selama tahap operasi dan tahap pasca

operasi.

a. Pemantauan Komponen Fisik-Kimia

1) Kualitas udara di lingkungan kerja meliputi kandungan debu,

konsentrasi gas SO2,NO2,CO dan kebisingan

2) Pemantauan kualitas air anak sungai ataupun hulu sungai utama

dibagian hulu dan hilir lokasi kegiatan untuk mengetahui

efektifitas penyimpanan tanah pucuk, upaya penanganan oli

bekas dan efektifitas kolam penjernih (setling ponds)

41
3) Pemantauan kualitas tanah terkait dengan efektifitas

penyimpanan tanah pucuk pada topsoil storage dan keberhasilan

penghijauan

4) Pemantauan fisiografi-bentang alam dan stabilitas lereng (pit

area dan disposal area)

b. Pemantauan Komponen Biologi

1) Intensitas perpindahan (migrasi) berbagai jenis fauna darat atau

satwa liar ke lingkungan di sekitar areal kerja usaha

pertambangan

2) Struktur komunitas biota aquatic (ikan,plankton, dan benthos)

pada lingkungan perairan-parit alam atau hulu anak sungai

dibagian hulu dan hilir lokasi kegiatan

c. Pemantauan Komponen Sosial

1) Perubahan pola perekonomian masyarakat

2) Kesempatan kerja dan peluang berusaha di lingkungan sosial

setempa

3) Kontribusi sosial atau program community development yang

dilaksanakan secara terencana dan berkelanjutan.

42
B. Keselamatan dan Kesehatan Kerja

1. Organisasi

Untuk mewujudkan pelaksanaan program Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K–3), perusahaan membentuk organisasi dan menunjuk

personil yang bertanggung jawab atas keberhasilan pelaksanaan program

K3 tersebut. Wadah organisasi tersebut adalah:

a. Kepala Teknik Tambang (KTT).

b. Pengawas operasional.

c. Pengawas teknik.

d. Petugas K3 (safety officer).

e. Komite K3 (safety committee).

2. Peralatan

Untuk menjamin Keselamatan dan Kesehatan Kerja dapat

berlangsung dengan baik perlu diperhatikan fasilitas-fasilitas standar yang

mendukung kegiatan dapat berjalan dengan aman. Sesuai muatan dari

keputusan menteri pertambangan dan energi No.555.K/26/M.PE/1995,

tentang keselamatan dan Kesehatan Kerja Pertambangan Umum Alat

perlindungan diri (APD) standar seperti topi proyek, sepatu pelindung,

pelindung mata, masker dan pelindung telinga. Selain pakaian pelindung

tersebut, pemasangan papan-papan peringatan, rambu lalu lintas,

ketentuan atau peraturan pengunaan peralatan yang sesuai dengan

fungsinya dan ketentuan-ketentuan yang membuat lokasi kegiatan aman

dan di dukung oleh personil yang menangani setiap kegiatan menguasai

43
operasional akan menjamin keselamatan dan kesehatan kerja dapat

berlangsung baik.

3. Langkah-langkah Pelaksanaan K3 Pertambangan

Langkah-langkah pelaksanaan keselamatan dan kesehatan kerja

yang akan dilaksanakan oleh PT. Batu Basa adalah.

a. Membuat peraturan perusahaan

b. Program pendidikan dan latihan dasar K3

c. Kesehatan kerja

d. Pengawasan

e. Evaluasi program

4. Rencana Penggunaan dan Pengamanan Bahan Peledak dan Bahan

Berbahaya Lainnya

Berdasarkan peraturan kepala kepolisian negara Republik

Indonesia Nomor 2 tahun 2008 Tentang Pengawasan, Pengendalian dan

Pengamanan Bahan Peledak dalam BAB 1 Ketentuan Umum Pasal 1 yang

dijelaskan pada point 1, yaitu tentang pengertian dari bahan peledak,

bahwa Bahan peledak adalah bahan yang berbentuk padat, cair, atau gas

yang apabila dikenai atau terkena suatu aksi berupa panas, benturan atau

gesekan akan berubah sebagian atau seluruhnya menjadi gas dan

perubahan berlangsung dalam waktu yang amat singkat disertai dengan

efek panas dan tekanan yang sangat tinggi. Maka dari itu pengamanan

tingkat tinggi sangat perlu dilakukan untuka menjaga dan menciptakan

situasi yang aman dari kondisi buruk terjadinya suatu ledakan. Untuk

44
penempatan bahan peledak yang belum digunakan di tempatkan di

gudang khusus dengan tingkat keamanan yang tinggi.

45
BAB VIII

KETENAGAKERJAAN

A. Bagan Organisasi

Gambar 6. Struktur Organisasi PT. Bukit Basa

46
B. Kriteria Tenaga Kerja

1. Direktur Utama

a Mengkoordinasikan dan mengendalikan kegiatan-kegiatan dibidang

administrasi keuangan, kepegawaian dan kesekretariatan.

b Merencanakan dan mengembangkan sumber-sumber pendapatan serta

pembelanjaan dan kekayaan perusahaan.

c Mengendalikan uang pendapatan, hasil penagihan rekening penggunaan

air dari langganan.

2. General manager

a. Menentukan garis kebijakan umum dari program kerja perusahaan

b. Bertanggung jawab kedalam dan keluar perusahaan, menyebarkan dan

menerapkan kebijaksanaan serta mengawasi pelaksanaan

3. Sekretaris perusahaan

a. Mempermudah dan memperlancar kerja pimpinan melalui pengaturan

waktu dan distribusi informasi yang efisien

b. Mengelola sumber daya kantor termasuk keuangan

4. Departemen tambang

Mengontrol dan mengelola mengkoordinasi semua yang berkaitan dengan

roda perusahaan.

5. Drilling, Blasting & Mining Service:

a. Drilling

Orang bertanggung jawab langsung dalam pengendalian alat bor,

mengawasi dan menghendle driling operation secara langsung

47
b. Blasting

Mengontrol kegiatan pemecahan suatu material (batuan) dengan

menggunakan bahan peledak atau proses terjadinya ledakan.

6. Bid. Loading & Hauling:

a. Loading

Memantau kegiatan pemuatan material yang masih berada di tempat

dan dalam kondisi aslinya.

b. Hauling

Mengontrol proses pengangkutan material dari suatu tempat ke tempat

yang lain

7. Bid. Crushing

Mengontrol proses liberasi mineral yang diinginkan dari mineral

pengotornya.

8. Bid. Laboratorium tambang

Suatu tempat dimana menentukan nilai kadar dan kalori batubara

9. Dept. pemeliharaan alat tambang & alat berat tambang

Bertanggung jawab atau berfungsi merawat kendaraan ringan dan alat

berat

10. Bid. Pemel Crusher & Alat Transport

Melaksanakan pemeliharaan harian mesin crusher dan alat transport

11. Bid. Pemeliharaan Alat Berat tambang

Orang yang memelihara dan merawat semua alat berat tambang (exavator,

dumptruck, motorgrader, dll)

48
12. Bid. Bengkel Tambang

Orang yang bertanggung merawat alat berat dan alat tambang lainnya

13. Dept. Perenc. Pengembangan &Evaluasi Tambang

Mmembantu sekretaris dalam melaksanakan perencanaan, pengendalian

data, pembinaan dan evaluasi program / kegiatan dinas.

14. Staf perencanaan pengembangan & evaluasi tambang

Merencanakan kegiatan dan program kerja Sub Bagian Perencanaan

berdasarkan ketentuan peraturan perundang – undangan yang berlaku

sebagai pedoman kerja. Menghimpundan mempelajari peraturan

perundang – undangan, kebijakan teknis, pedoman serta bahan – bahan

lainnya yang berhubungan dengan tugas Sub Bagian Perencanaan.

15. Perkantoran & administrasi

a. Marketing staf: membantu dan melaksanakan tugas-tugas yang

diberikan oleh koordinator marketing.menyusun dan memberian

laporan kegiatan pada koordinator marketing secara berkala

b. Sekretaris : membangun jaringan kerjasama yang saling

menguntungkan dengan pihak stakeholder.mengelola dan

mengembangkan sistem informasi perusahaan

16. Safety, environment,comunity,development division

Bertanggung jawab kepada karyawan,lingkungan dan masyarakat disekitar

area operasi tambang dan pelabuhan.

49
17. HRD

Bertanggung jawab mengelola dan mengembangkan sumber daya

manusia. Dalam hal ini termasuk perencanaan, pelaksanaan dan

pengawasan sumber daya manusia dan pengembangan kualitas sumber

daya manusia.

18. Accountant

a. Melakukan pengaturan administrasi keuangan perusahaan

b. Menyusun dan membuat laporan keuangan perusahaan

c. Menyusun dan membuat laporan perpajakan perusahaan

d. Menyusun dan membuat anggaran pengeluaran perusahaan secara

periodik (bulanan atau tahunan )

19. K3

Tanggung jawab seluruh individual yang terlibat di dalam perusahaan,

namun secara struktural perlu dibentuk Bagian K3 dan Lingkungan,

dimana Kepala Bagian-nya diposisikan sebagai Wakil Kepala Teknik

Tambang yang langsung bertanggung jawab kepada General Manager

sebagai Kepala Teknik Tambang.

a. Mengumpulkan data dan mencatat rincian dari setiap kejadian

kecelakaan dan menganalisanya.

b. Mengkoordinir pertemuan-pertemuan Keselamatan dan Kesehatan

Kerja.

50
20. Staf lingkungan

Orang yang mengontrol keadaan lingkungan di wilayah tambang yang

meliputi reklamasi tambang

21. Staf com development

a. Melihat peluang pengembangan bisnis yang memungkinkan dengan

mengacu pada core business yang sudah ada.

b. Melihat potensi SDM yang ada untuk memungkinkan pengembangan

perusahaan dari potensi manusianya

22. Secretary

Mengalokasikan sumber daya yang diperlukan,seperti waktu dan

uang.mengatur personil dalam pekerjaan sehari-hari

23. Security

Melaksanakan pengamanan secara menyeluruh dilokasi kerja.menahan

KTP/SIM setiap tamu yang akan masuk ke area kerja

Tabel Klasifikasi dan Jumlah Tenaga Kerja

No Pekerjaan Pendidikan Pengalaman Total Status


1 Direktur Utama S1 Tambang 4 tahun 1 T
2 Sekretaris S1 Ekonomi 2 tahun 1 T
Perusahaan
3 Kepala Divisi S1 Tambang 2 tahun 1 T
Pertambangan
4 Kepala Divisi S1 Teknik 3 tahun 1 T
Maintanance dan
Logistik
5 Kepala Divisi S1 Ekonomi 3 tahun 1 T
Finance dan Adm
6 Kepala divisi Safety S1 Tambang 3 tahun 1 T
dan Environment
Comdev
7 Kepala Bagian CPP S1 Tambang 3 tahun 1 T

51
8 Staff Quality S1 Kimia 1 tahun 4 T
Control
9 Staff Analisis dan S1 Tambang 1 tahun 2 T
Engineer
10 Staff Adm S1/D3 3 tahun 3 T
Ekonomi
11 Staff Teknik S1 Teknik 2 tahun 2 TT
12 General Foreman S1 Tambang 2 tahun 2 T
13 Equipment Operator S1 tambang 2 tahun 2 T
14 Light Equipment D3/SMU 1 tahun 4 T
15 Mine Engineer S1 Tambang 0 3 T
16 Staff K3 dan Safety S1 Tambang 2 tahun 3 T
17 Project Engineer S1 Tambang 1 tahun 5 T
18 Geologist S1 Geologi 1 tahun 2 T
19 Surveyor S1 Tambang 1 tahun 3 T
20 Engineer S1 Teknik 1 tahun 2 T
21 Mekanik S1 Mesin 1 tahun 5 TT
22 Elektrician S1 Elektro 1 tahun 4 T
23 Welder STM 1 tahun 3 T
24 Marketing S1 Markerting 1 tahun 2 T
25 HRD S1 Manajemen 1 tahun 3 T
26 Akuntan S1 Akuntansi 1 tahun 2 T
27 Staff Lingkungan S1 1 tahun 2 T
Lingkungan
28 Staff Comdev S1 Public 1 tahun 2 T
Relation
29 Security SMA 0 3 TT
30 Office Boy SMA 0 5 TT
31 Dokter S1 Pendok 2 tahun 4 T
32 Juru Masak D3 tata Boga 2 tahun 4 T

52
BAB IX
PEMASARAN

A. Bagan Organisasi

Untuk pemasaran produk batubara PT. Bukit Basa menyerahkan pada

bagian pemasaran yang dibagi dalam beberapa divisi yang berperan dalam

pemasaran produk.

Kepala Divisi
Pemasaran

Manager Manager
Keuangan Tambang

Kabag Kabag
Keuangan Pemasaran

Staff Staff
Pemasaran Pemasaran

Gambar 6 Bagan Orgnisasi Pemasaran

1. Manajemen Pemasaran

Pemasaran adalah proses pelaksanaan konsep, pemberian harga,

promosi, serta menjual batubara untuk menciptakan pertukaran yang

memuaskan konsumen dan tujuan organisasi. Agar pemasaran dapat

50
berjalan dengan baik, maka kebijakan pemasaran harus disesuaikan

dengan visi, misi dan tujuan perusahaan.

2. Desain Strategis Pemasaran (Marketing Strategy Design)

Dalam mendesain strategi pemasaran terdiri dari tiga langkah yang

harus dilakukan secara sistematis, yaitu:

a. Strategi Pasar (Market Segmentation Strategy)

Strategi pasar pada dasarnya adalah suatu strategi untuk memahami

struktur pasar dengan cara mengelompokkan pembeli aktual maupun

potensial yang berbeda yang mungkin meminta produk dan atau bauran

pemasaran tersendiri.

b. Strategi Penentuan Pasar Sasaran (Market Targetting Strategy)

Penentuan pasar sasaran dilakukan untuk memilih satu atau lebih

segmen pasar yang akan dilayani untuk mendapatkan keuntungan yang

maksimal dan tentunya disesuaikan dengan kemampuan produksi

perusahaan.

c. Strategi Penentuan Posisi Pasar (Market Positioning Strategy)

Setelah dilakukan penentuan pasar sasaran, langkah selanjutnya adalah

penentuan posisi pasar, yaitu suatu proses untuk membentuk dan

mengkomunikasikan manfaat utama yang membedakan produk dalam

pasar.

B. Prospek Pemasaran
Batubara yang akan dipasarkan adalah batubara kalori 6.600 kkal

setelah di crushing terlebih dahulu. Dalam hal ini, batubara yang akan

dipasarkan melalui proses pencucian terlebih dahulu untuk meningkatkan nilai

51
tambah atau nilai jual serta untuk mengurangi kadar abunya. Permintaan pasar

baik dalam negeri maupun luar negeri terhadap batubara semakin meningkat

dewasa ini.

Tujuan pemasaran batubara PT. Bukit Basa adalah pasar dalam negeri.

Semua hasil produk batubara PT. Bukit Basa akan dijual keberbagai macam

perusahaan di seluruh Indonesia. Diantaranya yaitu kepada perusahaan PLTU,

perusahaan pengolahan semen, PT. Kereta Api Indonesia, industri kertas,

tekstil, kimia, maupun industri makanan sampai industri rumah tangga yang

menggunakan batubara sebagai bahan bakarnya.

52
BAB X

INVESTASI

A. Investasi

Investasi terdiri dari dua bagian yaitu modal tetap (kapital) dan modal

kerja, untuk jelasnya dapat dilihat dibawah berikut ini :

1. Modal Tetap

Modal tetap adalah merupakan perbelanjaan dikeluarkan oleh

perusahaan baik sebelum maupun pada masa operasi berlangsung.

Total modal tetap yang telah dan akan dikeluarkan oleh perusahaan

sebagai berikut:

Tabel 3. Total Investasi

Komponen Biaya

Biaya Penambangan 500.000,00

Pembangunan Infrastruktur 10.000.000,00

Pengadaan Alat Safety 20.000,00

Pengadaan Alat Medis 16.000,00

Investasi Alat 71.632.584,87

Total Investasi 82.168.584,87

55
2. Modal Kerja

Modal kerja adalah modal yang digunakan untuk membiayai

operasional perusahaan pada saat sedang beroperasi.Modal

kerja digunakan untuk jangka pendek dan beberapa kali pakai

dalam satu proses produksi. Modal kerja tersebut terdiri dari sewa

alat, pembelian bahan bakar minyak, biaya operasional, fee lahan,

portal jalan, jasa crushing plant, Jasa pelabuhan, gaji karyawan dan

ongkos administrasi dan umum.

3. Sumber Dana

Sumber Dana dibedakan menjadi modal sendiri (Modal badan

usaha)dan Modal Asing (modal kreditur/hutang), perimbangan

keduanya akan menentukan struktur finansial. Modal

sendiri,modal yang berasal dari pemilik perusahaan/pemegang

saham,dan modal dari perusahaan, modal inilah yang menjadi

tanggungan terhadap keseluruhan resiko perusahaan. Modal Asing

adalah modal yang diperoleh dari kreditur atau hutang

perusahaan.

Total kebutuhan dana yang diperlukan sebesar USSD

82.168.584,87 sedangkan sumber dana yang dibutuhkan untuk

memenuhi kebutuhan pendanaannya terbagi dua bagian, yaitu

untuk membiayai aktivas tetap dan membiayai modal kerja.

56
B. Analisis Kelayakan

1. Biaya Produksi

Biaya produksi adalah semua pengeluaran ekonomis yang harus di

keluarkan untuk memproduksi suatu barang. Biaya produksi juga

merupakan pengeluaran yang di lakukan perusahaan untuk mendapatkan

faktor – faktor produksi dan bahan baku yang akan di gunakan untuk

menghasilkan suatu produk.

Biaya produksi dapat meliputi unsur – unsur sebagai berikut :

1. bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi

2. bahan-bahan pembantu atau penolong

3. upah tenaga kerja dari tenaga kerja kuli hingga direktur.

4. penyusutan peralatan produksi

5. uang modal, sewa

6. biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi,

pemeliharaan, biaya listrik, biaya keamanan dan asuransi

7. biaya pemasaran seperti biaya iklan

8. pajak

2. Pendapatan Penjualan

Pendapatan penjualan (revenue) adalah penghasilan yang diperoleh PT.

Bukit Basa dari hasil penjualan batubara. Batubara PT. Bukit Basa

57
yang ditambang adalah kalori 6600 (Antracite) dengan revenue 7%.

Hasil penjualan batubara, jasa jalan dan pelabuhan dengan produksi sekitar

1000.000 MT/tahun dengan harga batubara 59.14 USSD.

3. Cash Flow

Cash flow (aliran kas) merupakan “sejumlah uang kas yang keluar dan

yang masuk sebagai akibat dari aktivitas perusahaan dengan kata lain

adalah aliran kas yang terdiri dari aliran masuk dalam perusahaan dan aliran

kas keluar perusahaan serta berapa saldonya setiap periode.

Berikut adalah data cash flow dari PT. Bukit Basa, yang dapat dilihat

pada tabel.

Tabel 4. Aliran Cash Flow

4. IRR ( Internal Rate Of Return)

IRR adalah tingkat bunga yang akan menjadikan jumlah nilai sekarang

dari proceeds yang diharapkan akan diterima (PV of future proceeds) sama

58
dengan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal (PV of capital

outlays). Pada dasarnya “internal rate of return” harus dicari dengan cara

“Trial and error” dengan serba coba-coba.

Menghitung nilai bersih saat ini dari sebuah investasi dengan

menggunakan tingkat diskon dan serangkaian pembayaran yang akan

datang (nilai negatif) dan pendapatan (nilai positif). Penentuan tarif

kembalian dilakukan dengan metode trial and error dengan cara sebagai

berikut :

a) Mencari nilai tunai aliran kas masuk bersih pada tarif kembalian yang

dipilih secara sembarang di atas atau dbawah tarif kembalian investasi yang

diharapkan.

b) Mengiterpolasikan kedua tarif kembalian tersebut untuk

mendapatkan tarif kembalian sesungguhnya.

Rumus untuk IRR:

di mana: IRR = tingkat keuntungan disyaratkan, CF = Cash Flow, I0 =


Investasi Awal/Cash Outflow, n = Periode Investasi

Interpolasi:

atau:

59
Satuan IRR adalah %

Berikut adalah tingkat IRR yang diterapkan oleh PT. Bukit Basa.

Tabel 5. Internal Rate of Return

5. Break Even Point

Dalam ilmu ekonomi, terutama akuntansi biaya, titik impas (break even

point) adalah sebuah titik dimana biaya atau pengeluaran dan pendapatan

adalah seimbang sehingga tidak terdapat kerugian atau keuntungan.

6. Payback Periode

Payback period dapat diartikan sebagai jangka waktu kembalinya

investasi yang telah dikeluarkan, melalui keuntungan yang diperoleh dari

suatu proyek yang telah direncanakan. Sedangkan menurut Bambang

Riyanto (2004) payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk

dapat menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan

proceeds atau aliran kas netto (net cash flows).

Rumus untuk Payback Period (PP)

Untuk Cash Flow yang sama tiap tahunnya:

60
Untuk Cash Flow yang tidak sama tiap tahunnya:

di mana: CF = Cash Flow, I0 = Investasi Awal/Cash Outflow, n = Periode


Investasi

Satuan PP adalah waktu (bisa tahun, bulan dan lainnya)

Berikut adalah payback period pada PT. Bukit Basa.

Tabel 6. Payback Period

Dapat dilihat bahwa pengenbalian investasi terjadi pada sekitar waktu

awal pada tahun kedua.

61
BAB XI
KESIMPULAN
Berdasarkan kajian dan analisis yang telah dibahas sebelumnya, dapat

diambil kesimpulan dari studi kelayakan PT. Bukit Basa, adalah:

1. Operasional kegiatan pertambangan PT. Bukit Basa dilakukan pada areal IUP

seluas 3.477.813,32 m2 dengan luas Pit 2.460.670,47 m2.

2. Cadangan batubara 7.310.433 ton dan overburden sebesar 43.396.581 bcm

dengan stripping ratio 1:5.

3. Sistem penambangan yang diterapkan adalah open pit.

4. Rencana pengolahan yang dilakukan pada batubara ialah dengan penyemprotan

air dan penyeragaman ukuran dengan crusher.

5. Umur tambang yang ditargetkan adalah selama 5 tahun dengan dengan target

produksi tahun pertama 1.304.425 ton, tahun kedua 940.107 ton, tahun ketiga

1.688.760 ton, tahun keempat 1.845.552 ton dan tahun kelima sebesar 1.531.590

ton.

6. Untuk rencana pemasaran dengan menargetkann pasar dalam negeri dengan

harga jual USD 59,04 per ton dengan kalori batubara 6600 kkal.

7. Total investasi yang dibutuhkan sebesar USD 82.168.584,87

8. Setalah dilakukan analisis kelayakan bahwa tambang batubara di PT. Bukit Basa

layak untuk ditambang.

9. Jumlah kebutuhan tenaga kerja tetap sebanyak 53 orang dan tenaga kerja tidak

tetap pada tahun pertama sebanyak 86 orang, tahun kedua 108 orang, tahun
ketiga 160 orang, tahun keempat 184 orang dan tahun kelima sebanyak 206

orang.

10. Kegiatan pengelolaan lingkungan dengan cara menanam pohon pada reklamasi

dan kegiatan pemantauan lingkungan yaitu memantau kualitas udara, kualitas

air permukaan, air tanah dan komponen sosial masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai