Anda di halaman 1dari 34

KAJIAN TEKNIS DESAIN REKLAMASI LAHAN BEKAS

TAMBANG PT ANUGRAH STARINDO SAKTI DESA


PAMOTAN KECAMATAN KALIPUCANG KABUPATEN
PANGANDARAN

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan Oleh:
FAUZAN FADILAH TOSIN
NIM. C1531201007

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH TASIKMALAYA
2021

1
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI

KAJIAN TEKNIS DESAIN REKLAMASI LAHAN BEKAS


TAMBANG PT ANUGRAH STARINDO SAKTI DESA
PAMOTAN KECAMATAN KALIPUCANG KABUPATEN
PANGANDARAN

Penyusun,

FAUZAN FADILAH TOSIN


NIM. C1531201007

Mengetahui,
Ketua Program Studi Teknik Pertambangan

Aditya Budi Nugraha, S.Si. M.T.


NIDN.130915006

ii
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Yang telah
melipahkan rahmatnya dan hidayah-nya kepada kita semua, khususnya pada
penulis dapat menyelesaikan proposal ini yang ditunjukan untuk memenuhi salah
satu syarat kelulusan yaitu skripsi. Sholawat dan salam semoga terlimpahkan
curahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarganya, sahabatnya serta
kepada seluruh umatnya sampai akhir jaman.
Dalam proposal skripsi ini, penulis berencana mengajukan judul “KAJIAN
TEKNIS DESAIN REKLAMASI LAHAN BEKAS TAMBANG PT
ANUGRAH STARINDO SAKTI DESA PAMOTAN KECAMATAN
KALIPUCANG KABUPATEN PANGANDARAN”. Di Prodi Teknik
Pertambangan terdapat mata Kuliah Seminar dan Skripsi, Skripsi ini dilaksanakan
di perusahaan yang bergerak di bidang Pertambangan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal skripsi ini masih
banyak terdapat kekurangan dan kesalahan. Untuk itu penulis sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun guna menyempurnakan
isi dari proposal skripsi ini agar dapat bermanfaat dalam bidang pertambangan
bagi penulis khususnya dan juga untuk pembaca pada umumnya.

Tasikmalaya, Juni 2021

FAUZAN FADILAH TOSIN

iii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI ........................................... ii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... iii
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. v
DAFTAR TABEL ................................................................................................ vi
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah ........................................................................... 2
1.3. Batasan Masalah................................................................................. 2
1.4. Maksud dan Tujuan ............................................................................ 2
1.4.1. Maksud ................................................................................... 2
1.4.2. Tujuan .................................................................................... 3
1.5. Manfaat Penelitian ............................................................................. 3
1.6. Sistematika Penulisan......................................................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 5
2.1. Pengertian Reklamasi…...................................................................... 5
2.2. Langkah Pelaksanaan Kegiatan Reklamasi......................................... 5
2.2.1. Penataan Lahan ( Recounturing ) …….............................. 5
2.2.2. Penyebaran Tanah Pucuk…………….............................. 6
2.2.3. Pengaturan Sistem Drainage...……….............................. 7
2.2.4. Pengendalian Erosi dan Sedimentasi................................ 8
2.2.5. Penanaman tanaman Penutup ( Cover Crop )................. 13
2.3. Penentuan Alat Mekanis…………...................................................... 14
2.3.1. Kemampuan Produksi Alat……. …….............................. 16
2.3.2. Sweel Factor…………………... …….............................. 17
2.4. Revegetasi………………………. ...................................................... 19

iv
2.4.1. Pengapuran...........................................….............................. 20
2.4.2. Penyusunan Rancangan Teknis Tanaman..................... 21
2.4.3. Pengadaan Bibit............................................................ 21
2.4.4. Penanaman Tanaman Pokok/Utama............................. 22
2.4.5. Pemeliharaan........................................….............................. 20
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 24
3.1. Studi Pustaka .................................................................................... 24
3.2. Observasi Lapangan ......................................................................... 24
3.3. Pengumpulan Data ........................................................................... 24
3.3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ............................................... 24
3.4. Pengolahan dan Analisis Data .......................................................... 25
3.5. Kesimpulan ...................................................................................... 25
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 26

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman
Gambar 2.1. Penataan Lahan Bekas Tambang.................................................................. 6
Gambar 2.2. Penyebaran Tanah Pucuk.............................................................................7
Gambar 2.3. Pembuatan drainage......................................................................................8
Gambar 2.4. Teras Datar...................................................................................................10
Gambar 2.5. Teras Kredit..................................................................................................10
Gambar 2.6. Teras Gludugan.............................................................................................11
Gambar 2.7. Teras Bangku................................................................................................12
Gambar 2.8. Teras Kebun..................................................................................................12
Gambar 2.9. Teras Individu...............................................................................................13

vi
DAFTAR TABEL

Halaman
Tabel 2.1. Tinggi Lereng dan Kemiringan Lereng yang Dianggap Aman.........................9
Tabel 2.2. Angka penyusutan atau Pemuaian ( SF )..........................................................9

vii
BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki potensi pertambangan
yang sangat besar, bukan hanya untuk kebutuhan dalam negeri sendiri tetapi
juga dimanfaatkan dunia internasional. Indonesia dikenal negara yang kaya
akan kandungan mineral, sumber daya pertambangan merupakan sumber daya
yang tidak dapat diperbaharui maka dari itu kegiatan pertambangan harus
berwawasan lingkungan dan berkelanjutan.

Usaha Pertambangan merupakan kegiatan dalam rangka pengusahaan


Mineral atau Batubara yang meliputi tahapan kegiatan Penyelidikan Umum,
Eksplorasi, Studi Kelayakan, Konstruksi, Penambangan, Pengolahan dan
Pemurnian, Pengangkutan dan Penjualan, serta pascatambang.

PT. Anugerah Starindo Sakti merupakan perusahaan yang bergerak


dibidang usaha pertambangan komoditas Andesit, dimana dalam kegiatan usaha
pertambangannya, PT. Anugerah Starindo Sakti sedang melakukan peningkatan
produksi serta izin usaha pertambangan dari IUP Eksplorasi menjadi IUP Operasi
Produksi. Dalam peningkatan Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi PT.
Anugerah Starindo Sakti mengajukan luas IUP yaitu 2,45 Ha yang berlokasi di
Blok Ciawitali Desa Pamotan Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran,
Provinsi Jawa Barat.

Reklamasi merupakan kegiatan yang wajib dilaksanakan sesuai dengan


Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1827 Tahun 2018
bahwa pemegang IUP dan IUPK Operasi Produki wajib menyediakan jaminan
reklamasi sesuai dengan penetapan besaran oleh Direktur Jendral atas nama
menteri atau gubernur sesuai dengan kewenangannya. Reklamasi menjadi salah
satu udaha penerapan pertambangan yang baik dan benar sehingga keberhasilan
suatu kegiatan reklamasi merupakan bentuk tanggung jawab perusahaan.

1
2

PT. Anugerah Starindo Sakti melakukan kegiatan penambangan sesuai


dengan bidang usahanya. Dampak negatif yang timbul akibat penambangan yang
dilakukan oleh PT. Anugerah Starindo Sakti yaitu perubahan bentuk permukaan
tanah pada lahan bekas tambang. Mengingat kegiatan reklamasi wajib dilakukan
oleh PT. Anugerah Starindo Sakti sebagai pemilik IUP lahan dan pentingnya
keberhasilan reklamasi agar lahan tersebut dapat dimanfaatkan kembali sesuai
dengan peruntukkannya.

1.2 Identifikasi Masalah

Adapun identifikasi masalah yang diajukan sesuai judul di atas adalah


sebagai berikut:

1. Bagaimana desain reklamasi yang sesuai pada lahan bekas tambang PT


Anugrah Starindo Sakti ?
2. Bagaimana kesesuaian desain reklamasi yang dilakukan pada lahan bekas
tambang PT Anugrah Starindo Sakti?

3. Bagaimana Keberhasilan penatagunaan lahan, revegetasi dan pemeliharaan


berdasarkan Keputusan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor
1827 Tahun 2018 di lahan bekas tambang PT Anugrah Starindo Sakti ?

1.3. Batasan Masalah

Ruang lingkup penelitian Skripsi ini berfokus kepada data kuantitatif


beberapa parameter dari data-data reklamasi yang dilakukan oleh perusahaan.
Selain itu parameter kriteria keberhasilan juga disesuaikan dengan Keputusan
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1827 Tahun 2018 untuk
mengetahui persentase keberhasilan reklamasi. Adapun pembahasan pada
penelitian ini tidak membahas berkaitan dengan aspek ekonomi, sosial dan budaya
dari kegiatan reklamasi yang dilakukan di PT Anugrah Starindo Sakti ,
Kecamatan Kalipucang, Kabupaten Pangandaran, Provinsi Jawa Barat.
3

1.4. Maksud dan Tujuan


1.4.1. Maksud

Kegiatan penelitian untuk Skripsi ini dilakukan untuk memenuhi


salah satu persyaratan penulisan skripsi untuk mencapai gelar sarjana pada
akhir perkuliahan di Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas
Teknik, Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya yang bermaksud untuk
meneliti, mengamati, mempelajari dan memahami secara langsung
bagaimana keadaan dilapangan.
1.4.2. Tujuan

Adapun tujuan dari penelitian skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui Bagaimana desain reklamasi yang dilakukan di lahan


bekas tambang PT Anugrah Starindo Sakti.
2. Mengevaluasi kesesuaian desain reklamasi lahan bekas tambang PT
ASS.

3. Menganalisis keberhasilan penatagunaan lahan , revegetasi dan


pemeliharaan lahan yang direklamasi PT Anugrah Starindo Sakti.

1.5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Peneliti

a. Dapat mengaplikasikan ilmu dan keterampilan yang telah diperoleh


pada masa kuliah dan juga menambah wawasan serta pengalaman.

b. Dapat mengetahui desain reklamasi pada tambang andesit secara


langsung dilapangan.

c. Dapat memberi masukan kepada perusahaan.


4

2. Bagi Universitas

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi penambahan ilmu


pengetahuan, khususnya bagi pembaca serta menjadi bahan bacaan di
perpustakaan Universitas dan dapat memberikan referensi bagi mahasiswa
lain.

3. Bagi Perusahaan

Diharapkan dengan penelitian ini dapat memberikan masukan yang berarti


bagi perusahaan dan dapat digunakan sebagai bahan evaluasi, khususnya
mengenai perencanaan reklamasi di PT. Anugrah Starindo Sakti.

1.6. Sistematika Penulisan

Adapun sistematika penulisan pembuatan skripsi adalah sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN
Bab ini memuat tentang latar belakang, Identifikasi masalah, batasan
masalah, maksud dan tujuan, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan
skripsi.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab ini berisi tentang teori-teori atau literatur-literatur dasar yang
mendukung data penelitian dan erat kaitannya dengan hal yang menjadi
objek penelitian.
BAB III METODELOGI PENELITIAN
Bab ini menjelaskan mengenai jenis penelitian, lokasi dan waktu
perencanaan penelitian, metode penelitian, serta diagram alirnya.
BAB IV PEMBAHASAN

Bab ini berisi tentang pembahasan seluruh hasil rangkaian kegiatan


pengamatan dan pengambilan data secara langsung pada kegiatan Kajian
5

Teknis Perencanaan Reklamasi Lahan Bekas Tambang PT Anugrah Starindo Sakti


Desa Pamotan Kecamatan Kalipucang Kabupaten Pangandaran dan seluruh data
akan di analisis serta ditarik kesimpulannya.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN


Bab ini berisi tentang kesimpulan dari penelitian skripsi, dan saran yang
berisikan tentang pendapat dan rekomendasi penulis yang bersifat
mengevaluasi.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Reklamasi


Kegiatan pertambangan dengan teknik pertambangan terbuka (Surface
mining) telah menyebabkan perubahan bentang alam yang meliputi topografi,
vegetasi penutup, pola hidrologi, dan kerusakan tubuh tana. Untuk
mengembalikan fungsi ekologis, ekonomi dan sosial dari laan tersebut, maka
lahan bekas tambang perlu segera direklamasi. Kewaiban untuk melakukan
reklamasi pada lahan-lahan bekas tambag tertuang dalam UU No. 4/2009 tentang
Pertambangan Mineral dab Batubara. Selain itu juga tertera pada Peraturan
Pemerintah No 78/2010 tentang Reklamasi dan Pasca Tambang.

Reklamasi Adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha


pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas lingkungan
dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai peruntukannya. Dalam
reklamasi itu sendiri terdapat beberapa tahap yang harus dilaksanakan secara
konsisten dan berkelanjutan.

Pada Peraturan Pemerintah No 78 tahun 2010 telah disinggung sebelumnya


bahwa sebelum reklamasi ini dilakukan perlu adanya perencanaan reklamasi agar
segala kegiatan reklamasi yang dilakukan terencana dan sesuai dengan aturan
yang berlaku. Perencanaan yang dilakukan dibuat dalam jangka waktu 5 tahun
dan jiaka umur tambang dibawa 5 tahun maka disesuaikan dengan umur tambang.
Selain itu rencana reklamasi ini dibuat setiap 1 tahun agar kegiatan reklamasi
dapat terpantau dan sesuai rencana reklamasi yang tela dibuat di awal.

2.2 Langkah Pelaksanaan Kagiatan Reklamasi


2.2.1 Penataan lahan (recounturing)

Lahan yang akan direklamasi ditata sedemikian rupa agar leren-lereng


tidak menyebabkan erosi dan sedimentasi yang mengakibatkan pencemaran
lingkungan. Selain itu penataan lahan juga berfungsi untuk mengurangi resiko

5
6

tanah longsor yang mungkin terjadi. Hal yang harus diperhatikan dalam
penataan lahan adalah daya tahan tanah dan penataan saluran drainase.

Gambar 2.1
Penataan Lahan Bekas Tambang

2.2.2 Penyebaran Tanah Pucuk


Kegiatan penyebaran tana pucuk dilakukan merata diseluruh areal yang
akan direklamasi. Pelaksanaan kegiatan ini mengacu kepada dokumen
rencana reklamasi yang telah disepakati dan dilakukan paralel dengan
penataan laan. Untuk mendapatkan tanah pucuk tersebut diambil dari
penyimpanan tanah pucuk yang telah diamankan dari asil pengupasan
bahan galian.
Pemindahan tanah yang dihitung untuk pekerjaan reklamasi hanya
pemindahan tanah pucuk (topsoil) saja, sedangkan pemindahan tanah
penutup(overburden) tidak karena penggalian dan penimbunan overburden
(OB) pada blok penambangan.
7

Gambar 2.2
Penyebaran Tanah Pucuk

2.2.3 Pengaturan Sistem Drainage


Pengaturan drainase pada lingkungan reklamasi dan penutupan tambang
dikelola secara seksama untuk menghindari efek pelarutan sulfida logam,
erosi dan bencana banjir yang sangat berbahaya. Kapasitas drainase arus
memperitungkan iklim dalam janga panjang, curah hujan maksimum, serta
banjir besar yang biasa terjadi dalam kurun waktu tertentu baik periode
waktu jangka panjang maupun pendek. Arah alian yang tidak terindar arus
melewati zona mengandung sulfida logam, perlu perlapisan pada badan
alur drainase menggunakan bahan impermeable. Al ini untuk
menghindarkan pelarutan sulfida logam yang potensial menghasilkan air
asam tambang atau bahan berbahaya lainnya.

Gambar 2.3
Pembuatan Drainage
8

2.2.4 Pengendalian Erosi dan Sedimentasi


Untuk pengendalian erosi dan sedimentasi, penganturan bentuk
lahan harus disesuaikan terlebi dahhulu dengan kondisi atau keadaan
topografi dan keadaan hidrologi daera tersebut. Kegiatan ini meliputi :
a. Pengaturan Bentuk Lereng
 Pengaturan bentuk lereng bertujuan untuk mengurangi kecepatan
air limpasan (run off), erosi, sedimentasi dan longsor.
 Kekuatan batuan untuk menahan tekanan atau gaya tergantung dari
sifat fisik dan sifat mekanik batuan tersebut,sehingga pada saat kita
akan menentukan suatu kemiringan atau jenjang dan ketinggian
suatu lereng, ada baiknya kita sesuai kan dengan sifat fisik dan sifat
mekanik dari batuan itu sendiri.
 Suatu lersng jangan dibuat terlalu tinggi atau terjal dan dibentuk
berteras teras. Tinggi jenjang dan kemiringan lereng yang dianggap
aman dapat dilihat pada tabel 2.1

Tabel 2.1
Tinggi Jenjang dan Kemiringan Lereng yang Dianggap Aman
Material Tinggi Jenjang Kemiringan Lereng
(Meter) (0)
Batuan Beku Tak Terbatas 70 - 80
Batuan Sedimen Tak Terbatas 50 - 60
Lempung Berpasir 25-30 40 - 50
Batu Pasir 26 - 30 30 - 35
Batu Lempung 20 - 25 34 – 40
Material Lempung 8 - 10 35 - 40
Lempung 20 - 30 38 – 40
Sumber : Karthodahrmo, “Pedoman Teknik Peledakan”

Teras adalah bangunan konservasi tanah dan air yang dibuat


dengan penggalian dan pengurugan tanah, membentuk bangunan utama
berupa bidang olah, guludugan dan saluran air yang mengikuti kontur serta
dapat pula dilengkapi dengan bangunan pelengkapnya seperti Saluran
Pembunagan Air (SPA) dan terjunan air yang tegak lurus kontur.
9

Teras adalah bangunan konservasi tana dan air secara mekanis


yang dibuat untuk memperpendek panjang lereng dan atau memperkecil
kemiringan lereng dengan jalan penggalian dan pengurugan tanah
melintang lereng. Tujuan pembuatan teras adalah untuk mengurangi
kecepatan aliran permukaan (run off) dan pepmperbesar peresapan air.
Bentuk dari teras terdiri dari
 Teras Datar
Dalam Sukartaatmadja (2004) Dijelaskan bahwa tujuan pembuatan
teras datar adalah untuk memperbaiki pengaliran air dan pembasahan
tanah, yaitu dengan pembuatan selokan menurut garis kontur. Tanah
galian ditimbun di tepi luar sehingga air dapat tertahan dan terkumpul.
Diatas pematang sebaiknya ditanami tanaman penguat teras berupa
rumput. Sesuai dengan namanya teras ini digunakan pada lahan yang
relatif datar dengan kemiringan 0 – 3 %. (Liat Gambar 2.4)

Sumber : Priyono,2002
Gambar 2.4
Teras Datar

 Teras Kredit
Jenis teras ini untuk lahan yang landai dan berombaj dengan tingkat
kemiringan antara 3 – 10 %. Pada teras kredit jarak antara dua
gulungan biasanya 5 – 12 meter, punggung gulungan yang mengarah
je bawah biasanya diperkuat dengan rumput, sisanya tanaman dan
batu. ( Lihat Gambar2.5)
10

Sumber : Priyono,2002
Gambar 2.5
Teras Kredit

 Teras Guludugan dan Pematang


Teras guludugan dibuat bertujuan untuk mengurangi kecepatan air yang
mengalir jika hujan turun. Teras jenis ini cocok digunakan pada lahan
yang mempunyai kemiringan 10-15%. Untuk kedalaman dan lebar saluran
tergantung pada kemiringan dan jarak antara dua guludan. Pada teras ini
guludugan dibuat lebih tinggi dari teras terdahulu dengan bentuk agak
miring ke arah saluran air. (Lihat gambar 2.6)

Gambar 2.6
Teras Guludugan
11

 Teras Bangku
Teras bangku adalah bangunan teras yang dibuat sedemikian rupa
sehingga bidang olah miring ke belakang (reverse back slope) dan
dilengkapi dengan bangunan pelengkap lainnya untuk menampung dan
mengalirkan air permukaan secara aman dan terkendali.
Teras ini cocok digunakan untuk tanah yang mempunyai kemiringan
antara 10 – 30 %. Teras sangat baik untuk mempertahankan tanah dari
bahaya erosi. (Lihat Gambar 2.7)

Gambar 2.7
Teras Bangku

 Teras Kebun
Teras kebun digunakan untuk lahan yang memiliki kemiringan sekitar 30-
50 %. Cara pembuatan teras ini cukup dilakukan dengan jalur tanaman
saja. Teras ini cocok untuk area perkebunan. ( Lihat Gambar 2.8)
12

Gambar 2.8
Teras Kebun

 Teras Individu
Teras Individu dibuat pada lahan dengan kemiringan lereng antara 30- 50
% yang direncanakan untuk areal penanaman tanaman perkebunan di
daerah yang curahh hujannya terbatas dan penutupan tanahnya cukup baik
sehingga memnungkinkan pembuatan teras individu. (Lihat Gambar 2.9)
Teras dibuat berdiri sendiri untuk setiap tanaman sebagai tempat
pembuatan lobang tanaman. Ukuran teras individu disesuaikan dengan
kebutuhan masing – masing jenis komoditas. Cara dan teknik pembuatan
teras individu cukup sederhana yaitu dengan menggali tanah pada tempat
rencana lubang tanaman dan menimpunnya ke lereng sebela bawah sampai
datar sehingga bentuknys deperti teras bangku yang terpisah. Tanah
sekeliling teras individu tidak dioalahh atau ditanami dengan rumput atau
tanaman penutup tanah.
13

Gambar 2.9
Teras Individu

2. Pengaturan Saluran Pembuangan Air (SPA)


Pengaturan Saluran pembuangan Air dimaksudkan untuk mengatur air
agar mengalir pada tempat tertentu dan dapat mengurangi kerusakan lahan
akibat erosi. Jumlah atau bentuk SPA tergantung dari bentuk lahan
(topografi) dan luas areal yang akan direklamasi.
2.2.5 Penanaman tanaman penutup (cover crop)
Fungsi dari tanaman penutup (cover crop) adalah untuk mengurangi
terjadinya erosi dan meningkatkan kesuburan tanah di lokasi bekas
penambangan, yang mana nantinya akan terlihat hijau dengan tumbuhnya
cover crop atau tanaman polongan dan juga untuk menjaga kelembapan
tanah tersebut. Untuk penanaman tanaman penutup tana dapat memilih
untuk campuran jenis tanaman polongan seperti Cantrasema Pubescens
(CP), Colopogonium Mucoides (CM) dan jumlah penyebaran per Hektar
berkisar 100-200 kg dan sistem yang dapat direncanakan seperti spot atau
membuat jalur paritan. Unutk mengevaluasi keberhasilan pertumbuhan
tanaman dapat ditentukan dari presentasi penutupan tajuk
pertumbuhannya, perkembangan akarnya, peningkatan humus dan
berfungsi sebagai filter alam, dengan cara ini dapat diketahui sejauh mana
tingkat keberhahsilan penanaman cover crop merestorasi lahan bekas
14

tambang dan selanjutnya dapat dilakukan penanaman tanaman cepat


tumbuh 1-2 minggu setelah penanaman cover crop.
2.3 Penentuan Alat Mekanis

Penentuan alat mekanis dilakukan guna untuk menentukan hasil produksi


top soil ( tanah penutup ) untuk menutupi lubang bukaan yang akan di
tutup ( direklamasi ). Agar dapat menentukan atau merencanakan yang
realistis dan teratur maka harus dipelajari dan diamati dengan keadaan
lapangan pekerjaaan, sehingga dalam produksi kita dapat menentukan alat
yang cocok dan dapat memenuhi target produksi.

Komponen-komponen lapangan kerja perlu diperhatikan ialah :

1. Jalan-jalan dan Sarana pengangkut yang ada


Yang harus diamati dan dicatat adalah cara pengangkutan yang dapat
dipakai untuk mengangkut alat-alat bisnis dan logistic ke tempat kerja.
Beberapa kemungkinan :
 Dilalui atau dekat jalan umum
 Dilalui atau dekat jalur kereta api
 Dekat dengan lapangan terbang atau Pelabuhan
 Belum ada jalan umum ataupun jalur kereta api
2. Tumbuh-tumbuhan ( Vegetasi )
Keadaan tanaman atau pepohonan yang tumbuh di tempat kerja perlu
diteliti apakah terdiri dari hutan belukar,semak-semak, rawa, pohon
besar, dsb. Sehingga dapat ditetapkan alat-alat yang perlu dipakai.
3. Macam Material dan Perubahan Volumenya
Setiap macam tumbuhan atau batuan pada dasarnya memiliki sifat-
sifat fisik yang berbeda-beda. Sehingga kondisi material yang terdapat
di lokasi kerja harus dicatat dan dianalisis dengan tepat macam-
macamnya.
4. Daya Dukung Material
15

Daya dukung material ini adalah kemampuan material untuk


menopang atau mendukung alat-alat berat yang terletak diatasnya.
5. Iklim
Di Indonesia hanya dikenal Dua Musim, yaitu musim hujan dan
musim kemarau ( Kering ). Yang sering menghambat pekerjaan
adalah pada waktu musim hujan, sehingga hari-hari kerja menjadi
pendek. Jika hujan sangat lebat, sehingga tanah menjadai becek dan
lengket dan akan mengganggu kegiatan produksi karena alat-alat berat
tidak akan bekerja dengan baik.
6. Ketinggian dari permukaan air laut
Yang berpengaruh dari ketinggian lokasi dari permukaan air laut ini
adalah mesin dari alat berat yang dipergunakan, karena kerapatan
udara akan rendah pada ketinggian yang tinggi. Contohnya mesin
deasel yang akan kehilangan tenaganya akibat semakin tinggi
tempatnya dari permukaan air laut.
7. Kemiringan, Jarak, dan Keadaan Jalan
Keadaaan Jalan yang akan dilalui sangat berpengaruh pada daya
angkut alat-alat yang dipakai. Bila jalur jalan baik, kapasitas angkut
dapat besar karena alat-alat angkut dapat bergerak dengan cepat.
Kemiringan dan jarak jalan harus diukur dengan teliti, karena akan
menentukan waktu yang diperlukan untuk pengangkutan material
tersebut.

8. Efisiensi Kerja
Pekerja atau mesin tidak mungkin selamanya bekerja 60 menit dalam
sejam, karena hambatan-hambatan kecil akan selalu terjadi seperti
menunggu alat, pemeliharaan dan pelumasan mesin-mesin, dll.
9. Syarat-syarat penimbunan
Timbunan mungkin perlu dirapatkan dan dipindahkan pada
kelembaban tertentu agar tidak mudah terjadi amblasan serta
kemantapan lereng terjamin.
16

10. Waktu
Keefektifan waktu harus selalu diperhatikan dalam proses produksi
karena untuk memenuhi target produksi dalam jangka waktu yang
ditetapkan. Sehingga diperlukan pengetahaun dan data yang cukup
lengkap untuk menentukan atau memperkirakan kemampuan alat-alat
yang akan dipakai sehingga jumlahnya cukup untuk memenuhi
kapasitas perhari.
11. Ongkos-ongkos Produksi
Ongkos-ongkos Produksi yang harus diperhitungkan adalah:
 Ongkos Tetap, misalnya asuransi, deprisiasi, pajak, dan bunga
pinjaman.
 Ongkos Operasi, misalnya upah pengemudi, ongkos perawatan dan
pemeliharaan alat-alat, pemebelian suku cadang, bahan bakar dan
minyak pelumas.
2.3.1. Kemampuan Produksi alat

Kemampuan produksi alat muat dan alat angkut sangat berpengaruh


terhadap target produksi yang telah ditargetkan oleh perusahaan.Oleh
karenanya dilakukan pemilihan pola gali muat untuk mengoptimalkan
kinerja dari alat muat tersebut.

a. Kemampuan Produksi Alat Gali Muat

Kemampuan produksi alat gali-muat dapat dihitung dengan


mengguanakan rumus sebagai berikut:

60
P= Ct x Cb x Ff x Ek x Sf
m

Keterangan :
P = Produksi alat muat, (BCM/jam)
Ctm = Waktu edar alat muat, (menit)
Cb = Kapasitas bucket, (m3)
Ff = Bucket Fill Factor, (%)
17

Ek = Efisiensi kerja, (%)


Sf = Swell factor

b. Kemampuan Produksi Alat Angkut

Kemampuan produksi alat angkut dapat dihitung dengan


mengguanakan rumus sebagai berikut:

60
P= x n x Cb x Fb x N x Ek x Sf
CTa
Keterangan :
P = Produksi alat angkut, (BCM/jam)
CTa = Waktu edar alat angkut, (menit)
Cb = Kapasitas bucket, (m3)
n = Banyaknya curah
Fb = Bucket Fill Factor, (%)
Ek = Efisiensi kerja, (%)
N = Jumlah alat angkut, (unit)
SF = Swell Factor

2.3.2 Faktor Pengembangan dan Pemuaian ( Sweel Factor )

Tanah maupun massa batuan yang ada di alam ini telah dalam


kondisi terkonsolidasi dengan baik, artinya bagian-bagian yang kosong
atau ruangan yang terisi udara diantara butirannya sangat sedikit namun
demikian jika material tersebut digali dari tempat aslinya, maka terjadilah
pengembangan atau pemuaian volume. Tanah asli yang di alam
volumenya 1 m3, jika digali volumenya bisa menjadi 1,25%, ini terjadi
karena tanah yang digali mengalami pengembangan dan pemuaian dari
volume semula akibat ruang antar butiranya yang membesar.
Faktor pengembangan dan pemuaian volume material perlu
diketahui, sebab pada waktu penggalian material volume yang
18

diperhitungkan adalah volume dalam kondisi Bank Yard , yaitu volume


aslinya seperti di alam. Akan tetapi pada waktu perhitungan penangkutan
material, volume yang dipakai adalah volume material setelah digali, jadi
material telah mengembang sehingga volumenya bertambah besar.
Kemampuan alat angkut maksimal biasanya dihitung dari
kemampuan alat itu mengangkut material pada kapasitas munjung, jadi
bila kapasitas munjung dikalikan dengan faktor pengembangan material
yang diangkut, akan diperoleh Bank Yard Capacity-nya. Tetapi
sebaliknya, bila Bank Yard itu dipindahkan lalu dipadatkan ditempat lain
dengan alat pemadat mekanis, maka volume material tersebut
menjadi berkurang. Hal ini disebabkan karena material menjadi benar-
benar padat, jika 1 m3 tanah dalam kondisi Bank Yard dipadatkan, maka
volumenya menjadi sekitar 0,9 m3,tanah mengalami penyusutan sekitar 10
%. Beberapa angka pemuaian dan penyusutan jenis material galian
disajikan pada Tabel 2.2.

Tabel 2.2
Angka Penyusutan/Pemuaian Tanah ( SF )
Jenis Tanah Kondisi Perubahan Kondisi
Tanah Berikutnya
Semula Tanah Tanah Kondisi
Asli Lepas Padat
Sand Tanah Berpasir (A) 1.00 1.11 0.99
(B) 0.90 1.00 0.80
(C) 1.05 1.17 1.00
Sand Clay/Tanah Biasa (A) 1.00 1.25 0.90
(B) 0.80 1.00 0.72
(C) 1.11 1.39 1.00
Clay / Tanah Liat (A) 1.00 1.25 0.90
(B) 0.70 1.00 0.63
(C) 1.11 1.59 1.00
Gravely Soil / Tanah Berkerikil (A) 1.00 1.18 1.08
(B) 0.85 1.00 0.91
(C) 0.93 1.09 1.00
Grovels / Kerikil (A) 1.00 1.13 1.29
(B) 0.88 1.00 0.91
(C) 0.97 1.10 1.00
Kerikil Besar dan Padat (A) 1.00 1.42 1.03
19

(B) 0.70 1.00 0.91


(C) 0.77 1.10 1.00
Pecahan Batu kapur, Batu Pasir, ( A ) 1.00 1.65 1.22
Cadas Lunak, Sirtu (B) 0.61 1.00 0.74
(C) 0.82 1.35 1.00
Pecahan Granit, Basalt, Cadas ( A ) 1.00 1.70 1.31
Keras, dan Lainya (B) 0.59 1.00 0.77
(C) 1.76 1.30 1.00
Pecahan Cadas, Broken Rock (A) 1.00 1.75 1.40
(B) 0.57 1.00 0.80
(C) 0.71 1.24 1.00
Ledakan Batu Cadas, Kapur ( A ) 1.00 1.80 1.30
Keras (B) 0.56 1.00 0.72
(C) 0.77 1.38 1.00
Keterangan : ( A ) = Tanah Asli ( B ) Tanah Lepas ( C ) Tanah Padat
Sumber : Perhitungan Biaya Pelaksanaan Pekerjaan dengan Menggunakan Alat-
alat Berat. ( Rochmanhadi, 1985 )

2.4. Revegetasi
Revegetasi adalah usaha untuk menanam atau kegiatan penanaman
kembali pada lahan bekas penambangan. Tujuan dari revegetasi adalah
memulihkan daya dukung lahan terhadap tanaman yang bernilai guna
sehingga pada saatnya dapat dimanfaatkan oleh masyarakat. Revegetasi
merupakan usaha untuk memulihkan dan memperbaiki vegetasi yang
rusak melalui kegiatan penanaman dan pemeliharaan pada lahan bekas
penggunaan kawasan hutan.
Tujuan dari revegetasi adalah memulihkan daya dukung lahan
terhadap tanaman yang bernilai guna sehingga pada saatnya dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat. Revegetasi akan dilakukan pada
disposal/area yang selesai di reklamasi dengan menanam cover crop jenis
Centrosema Pubescens, Mucuna sp dan Colopogonium Mucolde sebagai
penutup tanah mencegah terjadinya erosi.
Selain untuk mencegah erosi pada lahan miring ( Slope )
dilakukan juga penanaman jenis gamal, uraso, rumput-rumputan,
korobenguk, dan tanaman penutup jenis kacang-kacangan, selain untuk
menghidari erosi permukaan pada Slope tersebut sekaligus menahan
aliran air permukaan agar dapat meresap kedalam tanah sehingga lokasi
20

reklamasi tersebut tidak menjadi gersang akibat kekurangan air oleh akar
tanaman. Berdasarkan Permen kehutanan RI Nomor : P.4 / Menhut-II /
2011 tentang “Pedoman Reklamasi Hutan “ bahwa penanaman pohon
tanaman jadi ( tanaman akhir ) dilakukan dengan jarak tanam 4x4 meter.
Setelah tanaman berusia 3-5 tahun dilakukan penanaman sisipan
dengan jenis tanaman yang bernilai komersial seperti jenis-jenis tanaman
kehutanan, perkebunan, buah-buahan dan lain-lain.

2.4.1 Pengapuran

Kapur digunakan khsusunya untuk mengatur pH, akan tetapi dapat juga
memperbaiki struktur tanah.Pengaturan pH dapat merangsang tersedianya
zat hara untuk tanaman dan mengatur zat-zat racun. Kapur biasanya
digunakan dalam bentuk tepung batu gamping, kapur dolomit. Kapur tohor
(“hydrated lime”) jarang digunakan. Kapur atau batu kapur giling kasar
(“coarsely crushed”) dan kapur dolomit mempunyai daya kerja yang lebih
lambat, akan tetapi pengaruhnya dalam menetralisir pH lebih lama
dibandingkan dengan kapur tohor.
Penggunaan gamping secara bertahap mungkin diperlukan jika
kesinambungan kenaikan pH dibutuhkan. Kapur tohor akan berpengaruh
menrurunkan kemampuan jenis pupuk yang mengandung nitrogen. Karena
itu penggunaanya harus terpisah. Tingkat penyesuaian pH akan
bergantung dari tingkat keasaman, jenis tanah dan kualitas batu gamping.
Sebagai contoh, penggunaan kapur sebanyak 2,5 – 3,5 ton/ha pada tahun
yang memiliki pH > 5,0 akan menaikan pH kurang lebih 0,5.

2.4.2 Penyusunan Rancangan Teknis Tanaman

Rancangan teknis tanaman adalah rencana detail kegiatan


revegetasi yang menggambarkan kondisi lokasi, jenis tanaman yang akan
ditanam, uraian jenis pekerjaan, kebutuhan bahan dan alat, kebutuhan
tenaga kerja, kebutuhan biaya dan tata waktu pelaksanaan kegiatan.
21

Rancangan tersebut disusun berdasarkan hasil analisis kondisi


biofisik dan sosial ekonomi setempat. Kondisi geofisik meliputi topografi
atau bentuk lahan, iklim, hidrologi, kondisi vegetasi awal dan vegetasu
asli. Sedangkan data sosial ekonomi yang perlu mendapat perhatian antara
lain demografi, sarana, prasaran, dan eksesbilitas yang ada.
Jenis tanaman yang dipilih kalau dapat diarahkan pada penanaman
jenis tumbuhan asli. Sebaiknya dipilih jenis tumbuhan lokal yang sesuai
dengan iklim dan kondisi tanah setempat saat ini. Sehingga, perlu selalu
mengikuti perkembangan pengetahuan mengenai jenis-jenis tanaman yang
cocok untuk keperluan revegetasi lokasi bekas tambang. Perlu konsultasi
dengan instansi yang berwenang di dalam pemilihan jenis tanaman yang
cocok.

2.4.3 Pengadaan Bibit


Bibit yang dibutuhkan untuk melakukan revegetasi dapat dipenuhi
melalui pembelian bibit siap tanam ataupun melalui pengadaan bibit yang
dapat kita dapatkan dengan membeli dari perusahaan yang mengadakan
atau menjual bibit tanaman yang sesuai dengan kebutuhan.
 Pelaksanaan Penanaman
Tahapan pelaksanaan penanaman meliputi pengaturan arah larikan
tanaman, pemasangan ajir, distribusi bibit, pembuatan lubang tanaman
dan penanaman.
 Pemeliharaan
Tingkat keberhasilan dari semua metode penanaman akan
berkurang bila tidak dilakukan pemeliharaan yang baik. Pemeliharaan
tanaman dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tanaman sedemikian
rupa sehingga dapat diwujudkan keadaan optimum bagi pertumbuhan
tanaman.

2.4.4 Penanaman Tanaman Pokok/Utama


22

Tanama utama yang biasanya ditanam menurut peruntukanya adalah


karet,sawit,pohon jenis buah-buahan ( rambutan, manga,durian, dan lain-
lain ), dan pohon jenis kayu untuk dimanfaatkan menjadi kebun kayu
( mahoni, albasiah, bengkirai, ulin dan lain – lain )
2.4.5 Pemeliharaan

Tingkat keberhasilan dari semua metode penanaman akan berkurang bila


tidak dilakukan pemeliharaan yang baik. Pemeliharaan tanaman
dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tanaman sedemikian rupa
sehingga dapat diwujudkan keadaan optimum bagi pertumbuhan tanaman.
Pemeliharaan tanaman pada tahun pertama yang dilakukan yaitu kegiatan :
Penyulaman, pengendalian gulma, penyiangan, pendangiran, dan
pemupukan. Sedangkan pada tahun kedua dilakukan pberupa penyiangan,
pengendalian gulma, pendangiran dan pemupukan.

 Penyulaman
Penyulaman dilakukan pada tanaman yang mati atau rusak, tidak
sehat/merana untuk memperoleh prosentase tumbuh tanaman > 95% dan
harus dilakukan 15 – 30 hari sesudah penanaman.
 Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma, bertujuan untuk mengurangi atau ememperkecil
persaingan akar antara tanaman pokok dengan tanaman pengganggu.
Pengendalian gulma dapat dilakukan secara manual berupa penyiangan
dan pendangiran atau kimiawi berupa penyemprotan bahan
kimia/herbisida, tergantung pada kondisi lapangan, keadaan tanah, jenis
gulma dan jenis tanaman.

 Pemupukan
Dimaksudkan untuk memacu pertumbuhan tanaman dan peningkatan riap.
Dalam menentukan jenis, dosis dan waktu pemupukan perlu pertimbangan
23

jenis tanaman dan kesuburan tanahnya serta terlebih dahulu dilakukan


analisa tanah.
BAB III METODE PENELITIAN

3.1. Studi Pustaka


Studi pustaka adalah mengumpulkan dan mempelajari data-data yang
didapatkan dari beberapa literatur seperti buku-buku, penelitian terdahulu,
literatur dari internet, ataupun jurnal dan tulisan yang berkaitan dengan
topik penelitian.

3.2. Observasi Lapangan


Merupakan tinjauan langsung ke lokasi penelitian yang bertujuan untuk
mengetahui secara pasti kondisi dilapangan, sehingga dapat diambil data
yang dibutuhkan seperti rencana, pelaksanaan dan kriteria keberhasilan
rerklamasi.

3.3. Pengumpulan Data


Pada tahapan ini akan dilakukan pengumpulan data dengan teknik
pengumpulan data yang paling sesuai, yaitu dengan menggunakan dua
metode pada saat pengumpulan data berlangsung, diantaranya ialah:
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dari pengamatan langsung di
lapangan dan melalui bimbingan dengan pembimbing lapangan pada saat
pengambilan data berlangsung.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari data-data yang menunjang
dalam penelitian seperti literatur-literatur/buku-buku referensi, jurnal
penelitian terdahulu, atau laporan perusahaan yang sebelumnya.
3.3.1 Waktu dan Tempat Penelitian
Kegiatan penelitian ini dilakukan di PT. Anugrah Starindo Sakti
dengan kurun waktu selama 1 bulan yang dimulai dari pertengahan bulan

24
25

Juli sampai dengan pertengahan Bulan Agustus 2021, jadwal tersebut bisa
berubah sesuai permintaan dan ketentuan dari pihak PT. Anugrah Starindo
Sakti.

3.4. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan beberapa perhitungan, analisa dan


penggambaran, selanjutnya di sajikan dalam bentuk grafik atau rangkaian
perhitungan dalam menyelasaikan masalah yang ada. Dan analisis data dapat
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif guna memperloleh kesimpulan
sementara, selanjutnya kesimpulan sementara ini akan dilanjutkan di bagian
pembahasan.

3.5. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil pengamatan, pengolahan data dan pembahasan


terdahulu yang didapat maka akan diambil kesimpulan, yaitu dapat
mengetahui Rencana, Pelaksanaan, dan Tingkat keberhasilaan reklamasi di
PT. Anugrah Starindo Sakti.
DAFTAR PUSTAKA

A.J. Pannekoek.(1949). Garis Besar Geomorfologi Pulau Jawa. Diterjemahkan


Budi Busri Jakarta : tanpa penerbit
Devi Risky P.M, (2015). Petrogonesis andesit basasltik di daerah kali wader dan
sekitarnya, kecamatan bener, kabupaten purworejo, provinsi Jawa
Tengah, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Iryan Haryanto. (2018). Vulkanisme Dan Karbonat Umur Miosen Di Daerah
Banjar-Pangandaran, Universitas Padjajaran, Bandung.

Indonesianto, Y. (2016). Pemindahan Tanah Mekanis. Yogyakarta: Sekolah


Tinggi Teknologi Nasional.

Simanjutak dan Surono. (1992). Peta Geologi Lembar Pangandaran, Pusat


Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.
Subagio. (2018). Struktur Geologi Bawah Permukaan Pegunungan Selatan Jawa
Barat Ditafsir Dari Anomali Bouger, Pusat Survei Geologi, Kota
Bandung.

Tenriajeng. Andi Tenrisukki. (2003). Pemindahan Tanah Mekanis. Jakarta:

Gunada .
Ambodo, A.P. 2008. Rehabilitasi Pasca Tambang Sebagai Inti dari Rencana
Penutupan tambang. Makalah Seminar dan Workshop Reklamasi dan
Pengelolaan Kawasan Pascapenutupan Tambang. Pusdi Reklatam,
Bogor. 22 Mei 2008.

Djunaidi, D.A., Sahminan, S., Rosyid, A., Rustam, A., Nugroho, N., Murdani, N.
1997. Perencanaan Reklamasi Pasca Tambang. Pusat Penelitian dan
Pengembangan Teknologi Mineral. Bandung

Lorenzo, J.S., Griffith, J.J., de Souza, A.L., Reis,M.G.F. and de Vale,A.B. 1996.
Ecology of a Brazilian Bauxite Mine Abandoned for Fifty years.
Proceedings The International Land Reclamation and Mine Drainage
Conference and Third International Conference on The Abatement of
Acidic Drainage l (3) :73-82. Pittsburgh

26

Anda mungkin juga menyukai