PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan Oleh:
Andi Abdilah
NIM.C1731201001
Penyusun,
Andi Abdilah
NIM.C1731201001
Mengetahui
Ketua Program Studi Teknik Pertambangan
ii
KATA PENGANTAR
الر ِحي ِْم
َّ ان
ِ الرحْ َم
َّ ِِبس ِْم هللا
Puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena telah
memberikan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayah-Nya. Sholawat serta salam
semoga tetap tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, sehingga penulis dapat
menyelesaikan proposal skripsi ini dengan baik. Proposal skripsi ini dibuat sebagai
salah satu upaya penulis untuk mendapatkan persetujuan judul skripsi dari
pembimbing.
Dalam proposal skripsi, penulis berencana mengajukan judul “Analisis
Produktivitas Mesin Bor Dalam Pembuatan Lubang Ledak Pada Kegiatan
Penambangan Batu Andesit Di CV. Limus Gede, Desa Limus Gede,
Kecamatan Cimerak, Kabupaten Pangandaran”
Penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini masih sangat banyak terdapat
kekurangan dan sangat jauh sekali dari kata sempurna, baik judul maupun isinya.
Semoga proposal skripsi ini menjadi bahan pertimbangan ibu da bapak dosen
pembimbing, sehingga penulis dapat mencapai maksud dan tujuan untuk
melaksanakan penelitian ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih pada semua
pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal skripsi ini sehingga dapat
terselesaikan dengan baik.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN ................................................................................ ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI ..................................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR. ........................................................................................ vi
DAFTAR RUMUS. .......................................................................................... vii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah. ............................................................................... 2
1.3 Batasan Masalah .................................................................................. 2
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 2
1.5 Manfaat Penelitian. .............................................................................. 3
BAB II LANDASAN TEORI. ............................................................................ 4
2.1 Andesit ................................................................................................ 4
2.1.1 Pengertian Batu Andesit. ............................................................. 4
2.1.2 Kandungan dan Morfologi Batu Andesit...................................... 4
2.1.3 Proses Pembentukan Batu Andesit. .............................................. 5
2.2 Pengerian Pemboran. ........................................................................... 6
2.3 Sistem Pemboran Mekanik ................................................................... 6
2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Pemboran ........................ 8
2.5 Geometri Pemboran ............................................................................. 9
2.5.1 Pola Pemboran .......................................................................... 11
2.5.2 Diameter Lubang Bor ................................................................ 13
2.6 Baik Buruknya Hasil Peledakan ......................................................... 14
2.7 Umur Dan Kondisi Mesin Bor............................................................ 16
2.8 Keterampilan Operator ....................................................................... 16
2.9 Geometri Peledakan ........................................................................... 17
2.10 Efisiensi Kinerja Alat ........................................................................ 19
iv
2.11Estimasi Produksi Mesin Bor ............................................................. 20
2.12Waktu Hambatan Pada Kegiatan Pengeboran ..................................... 23
BAB III METODELOGI PENELITIAN. ....................................................... 24
3.1 Studi Pustaka........................................................................................ 24
3.2 Observasi Lapangan. ............................................................................ 24
3.3 Pengumpulan Data. .............................................................................. 24
3.3.1 Jenis Pengumpulan Data. ............................................................. 25
3.3.2 Waktu dan Tempat Penelitian. ..................................................... 25
3.4 Pengolahan dan Analisis Data. ............................................................. 25
3.5 Kesimpulan dan Saran. ......................................................................... 25
3.6 Diagram Alir Penelitian. ....................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA. ...................................................................................... 27
v
DAFTAR GAMBAR
vi
DAFTAR RUMUS
vii
BAB I PENDAHULUAN
1
2
diskontinuitas dan sebagainya pada batuan. Kondisi geologi semacam itu akan
mempengaruhi kemampuan ledak (blastability). Tentunya pada batuan yang relatif
kompak dan tanpa adanya struktur geologi seperti di atas, dimana jumlah bahan
peledak yang diperlukan akan lebih banyak untuk jumlah produksi tertentu,
dibanding batuan yang sudah ada rekahannya. Jumlah bahan peledak tersebut
dinamakan specific charge atau Powder Factor (PF) yaitu jumlah bahan peledak
yang dipakai untuk setiap hasil peledakan (kg/m3 atau kg/ton).
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dalam penelitan ini sebagai berikut:
1. Faktor apa saja yang menjadi penghambat pada kegiatan pemboran?
2. Bagaimana upaya yang dilkukan untuk meningkatkan volume hasil
peledakan yang dapat dihasilkan?
3. Berapa produktivitas mesin bor yang aktual pada pemboran andesit di CV.
Limus Gede?
1.3 Batasan Masalah
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Penelitian ini hanya menganalisis produktivitas kinerja mesin bor pada
pemboran lubang ledak di CV. Limus Gede.
2. Penelitian ini hanya untuk megetahui geometri pemboran yang digunakan di
CV. Limus Gede, tidak mengubah geometri pemboran yang sudah ada.
3. Penggunaan bahan peledak dan powder factor tidak dibahas dalam
penelitian ini.
1.4 Tujuan Peneliatan
Adapun tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penghambat pada kegiatan
pemboran.
2. Untuk mengetahui produktivitas dan effesiensi kinerja mesin bor yang
digunakan di CV. Limus Gede.
3. Hasil dari penelitian yang dilakukan ini diharapkan dapat digunakan untuk
kepentingan perusahaan, sehingga dapat menjadi acuan perusahaan untuk
3
2.1 Andesit
2.1.1 Pengertian Batu Andesit
Nama andesit disadur dari pegunungan Andes. Ini dikarenakan batu andesit
banyak ditemukan di sekitar pegunungan Andes. Batu andesit di pegunungan Andes
terbentuk sebagai lava interbeded bersamaan dengan deposit abu vulkanik (ash) dan
tuff di sisi-sisi stratovulcano yang curam. Batu andesit atau disebut juga dengan
lavastone adalah batuan beku yang tersusun atas mineral yang halus (fine-grained),
serta memiliki kandungan silica yang lebih tinggi dari batu basal dan lebih rendah
dari batuan rhylolite dan felsite. Meskipun pembentukan batu andesit juga terjadi
di bawah permukaan bumi, umumnya batu andesit terbentuk di permukaan bumi
sebagai akibat letusan gunung merapi. Karena itu para ahli mengklasifikasikannya
ke dalam bagian batuan beku ekstrusif.
2.1.2 Kandungan dan Morfologi Batu Andesit
Batu andesit terbentuk dari magma dengan temperatur antara 900 sampai
1.100 derajat celcius. Mineral-mineral yang dikandung batu andesit bersifat
mikroskopis, sehingga tak bisa dilihat tanpa batuan mikroskop. Materialmaterial itu
antara lain adalah : Silika (SiO2) dengan jumlah antara 52-63%, Kuarsa dengan
jumlah sekitar 20%, biotite, Basalt, Feltise, Plagiocase feldspar, pyroxene
(clinopyroxene dan orthopyroxene), hornblende dengan persentase sangat kecil.
Di lapangan, morfologi batu andesit dapat dikenali dari warna abu-abu yang
dominan sampai merah. Warna ini menandakan kandungan silicanya yang cukup
besar. Ciri morfologi lainnya adalah memiliki pori-pori yang cukup padat dan
struktur yang sangat pejal. Tapi struktur kepadatan batu andesit masih dibawah
batuan granit.
Batu andesit berbentuk kristalin, terdapat beberapa macam kristal mineral
pada batu andesit. Kristal-kristal ini sudah terbentuk jauh sebelum proses
pembekuan magma terjadi. Karena itu, para ahli geologi bisa mengidentifikasi
sejarah perjalanan magma dari kristalin yang terdapat pada batu andesit. Kristal-
4
5
kristal penyusun batu andesit memiliki dua ukuran. Perbedaan ukuran ini terjadi
karena magma yang keluar ke permukaan bumi belum sempat terkristal akan
terkristal dengan cepat karena suhu permukaan yang rendah.
Hasilnya adalah dua kristal dengan ukuran yang berbeda. Yaitu: fenokris
adalah kristal besar yang sudah terbentuk perlahan-lahan sejak di bawah permukaan
bumi groundmass, adalah kristal berukuran kecil yang terbentuk dengan cepat di
permukaan. Pada umumnya, jenis kristal-kristal dalam batu andesit seragam
(Fenokris saja atau Groundmass saja). Namun ada kejadian dimana, batu andesit
mengandung keduanya, baik fenokris maupun groundmass. Batu andesit dengan
ciri-ciri seperti ini disebut Andesit Porfiri.Walaupun pada umumnya berwarna abu-
abu, namun pada kondisi cuaca tertentu, batu andesit bisa saja memiliki warna
coklat tua. Karena itu untuk mengidentifikasinya perlu dilakukan pemeriksaan lebih
detail. Jika ditemukan ada batuan yang memiliki ciri morfologi sama dengan batu
andesit tapi belum pasti akan kandungan kimianya, maka untuk sementara batuan
tersebut disebut andesitoid.
2.1.3 Proses Pembentukan Batu Andesit
Proses pembentukan batu andesit secara letusan(vulkanologi) agak mirip
dengan proses pembentukan batuan diorit. Batu andesit biasanya ditemukan dalam
aliran lava yang dihasilkan stratovulkano. Lava yang naik ke permukaan bumi akan
mengalami proses pendinginan dengan sangat cepat, karena itu tekstur batu andesit
sangat halus.Ada banyak situasi yang mendorong terbentuknya batu andesit. Salah
satunya adalah terbentuk setelah proses melting (pelelehan/pencairan) lempeng
samudra akibat subduksi. Subduksi yang menyebabkan pelelehan itu merupakan
sumber magma yang naik dan membeku menjadi batu andesit. Karena itu biasanya
batu andesit terletak diatas zona subdiksi yang jadi batuan umum penyusun kerak
benua.
Selain karena subdiksi, batu andesit juga bisa terbentuk jauh dari zona
subdiksi. Misalnya, batu andesit juga bisa terbentuk pada ocean ridges dan oceanic
hotspot yang dihasilkan dari pelelehan sebagian (partial melting) batuan basalt.
Batu andesit juga bisa terbentuk saat terjadi letusan pada struktur dalam lempeng
6
benua yang menyebabkan magma yang meleleh keluar menuju kerak benua (lava)
bercampur dengan magma benua.
2.2 Pengertian Pemboran
Pemboran adalah salah satu kegiatan penting dalam sebuah industri
pertambangan. Pemboran merupakan kegiatan yang pertama kali dilakukan dalam
suatu operasi peledakan batuan. Kegiatan ini bertujuan untuk membuat sejumlah
lubang ledak yang nantinya akan diisi dengan sejumlah bahan peledak untuk
diledakkan. Bukan hanya untuk pembuatan lubang ledak tetapi pemboran memiliki
fungsi lain seperti pengumpulan data sebaran cadangan. Karena pentingnya
kegiatan pemboran maka perlu adanya materi yang menjelaskan tentang pemboran
serta segala sesuatu yang ada di dalam kegiatan pemboran secara terperinci sebagai
bahan pembantu atau penuntun dalam melakukan kegiatan pemboran.
Secara istilah, pemboran peledakan merupakan suatu rangkaian preparasi
(persiapan) sebelum melakukan kegiatan peledakan berupa kegiatan pemboran atau
melubangi suatu material (yang ingin diledakkan) denganmemperhatikan geometri
lubang pemboran guna sebagai wadah dalam pengisian bahan peledak untuk
diledakkan.
Kegiatan pemboran untuk penyediaan lubang ledak pada saat ini umumnya
dilakukan dengan mesin sstem mekanik (prekuasf, rotari, dan rotari-perkuasif)
dengan berbagai ukuran dan kemampuan, tergantung kapasitas produksi yang
diinginkan serta didasarkan pada pertimbangan teknik dan ekonomi, sistem
pemborn secara mekank lebih applicable dari pada sistem pemboran yang lainnya.
2.3 Sistem Pemboran Mekanik
Komnen utama dari pemboran mekanik adalah sumber energi mekanik,
batang bor penerus (transmilter) energi tersebut, mata bor sebagai aplikator energi
terhadap batuan, dan peniupan udara (flushing) sebagai pembersih dari serbuk
pemboran (cuttings) dan memindahkannya keluar lubag bor. Berdasarkan sumber
energi mekaniknya, sistem pemboran mekanik terbagi menjadi tiga, yaitu rotari,
perkuasif, dan rotari-perkuasif.
7
6. Tekstur
Tekstur batuan dipengaruhi oleh struktur butiran mineral yang menyusun
batuan tersebut. Ukuran butir mempunyai pengaruh yang sama dengan bentuk
batuan, porositas batuan, dan sifat-sifat batuan lainnya. Semua aspek ini
berpengaruh dalam keberhasilan operasi pemboran.
7. Struktur
Sifat struktur masa batuan seperti schistocity, bidang perlapisan, kekar,
diabases, dan sesar mempunyai pengaruh yang sama pentingnya dengan jurus
dan kemiringan dalam pengaturan lubang ledak, kegiatan pemboran, dan
kestabilan dinding lubang ledak.
8. Karakteristik Pecahan
Karakteristik pecahan adalah sifat batuan ketika dipukul dengan palu.
Pecahan batuan akan mempunyai bentuk yang khas dan tingkat pecahannya
dipengaruhi oleh tekstur, komposisi mineral, dan struktur batuannya.
2.5 Geometri Pemboran
Geometri pemboran dan pola pemboran dirancang secara terpadu dalam
rancangan kegiatan peledakan. Geometri pemboran meliputi diameter lubang bor,
kedalaman lubang tembak, kemiringan lubang tembak, dan pola pemboran.
1. Diameter Lubang Tembak
Di dalam menentukan diameter lubang tembak tergantung dari volume
massa batuan yang akan dibongkar, tinggi jenjang, tingkat fragmentasi yang
diinginkan, mesin bor yang dipergunakan, dan kapasitas alat muat yang akan
dipergunakan untuk kegiatan pemuatan material hasil pembongkaran.
Untuk diameter lubang tembak yang terlalu kecil, maka faktor energi
yang dihasilkan akan berkurang sehingga tidak cukup besar untuk
membongkar batuan yang akan diledakkan, sedang jika lubang tembak terlalu
besar maka lubang tembak tidak cukup untuk menghasilkan fragmentasi yang
baik, terutama pada batuan yang banyak terdapat kekar dengan jarak
kerapatan yang tinggi. Ketika kekar membagi burden dalam blok-blok yang
besar, maka fragmentasi yang akan terjadi bila masing-masing terjangkau
10
oleh suatu lubang tembak. Hal seperti ini menghendaki diameter lubang
tembak yang kecil.
Diameter lubang tembak yang kecil juga memberikan patahan atau
hancuran yang lebih baik pada bagian atap jenjang. Hal ini berhubungan
dengan stemming, di mana lubang tembak yang besar maka panjang
stemming juga akan semakin besar dikarenakan untuk menghindari getaran
dan batuan terbang, sedangkan jika menggunakan lubang tembak yang kecil
maka panjang stemming dapat dikurangi.
2. Kedalaman Lubang Tembak
Kedalaman lubang tembak biasanya disesuaikan dengan tinggi jenjang
yang diterapkan. Dan untuk mendapatkan lantai jenjang yang rata maka
hendaknya kedalaman lubang tembak harus lebih besar dari tinggi jenjang,
yang mana kelebihan daripada kedalaman ini disebut dengan sub drilling.
3. Kemiringan Lubang Tembak
Arah pemboran yang kita pelajari ada dua, yaitu arah pemboran tegak
dan arah pemboran miring. Arah penjajaran lubang bor pada jenjang harus
sejajar untuk menjamin keseragaman burden yang ingin didapatkan dan spasi
dalam geometri peledakan. Lubang tembak yang dibuat tegak, maka pada
bagian lantai jenjang akan menerima gelombang tekan yang besar, sehingga
menimbulkan tonjolan pada lantai jenjang, hal ini dikarenakan gelombang
tekan sebagian akan dipantulkan pada bidang bebas dan sebagian lagi akan
diteruskan pada bagian bawah lantai jenjang.
Sedangkan dalam pemakaian lubang tembak miring akan membentuk
bidang bebas yang lebih luas, sehingga akan mempermudah proses pecahnya
batuan karena gelombang tekan yang dipantulkan lebih besar dan gelombang
tekan yang diteruskan pada lantai jenjang lebih kecil.
Adapun keuntungan dan kerugian dari masing-masing lubang yaitu,
untuk lubang tembak tegak (vertikal) adalah:
Keuntungannya:
a. Untuk tinggi jenjang yang sama panjang lubang ledak lebih pendek jika
dibandingkan dengan lubang ledak miring.
11
dengan hanya satu bidang bebas disebut cater blasting akan menghailkan kawan
degan leparan fragmentasi keatas dan tidak terkontrol. Dengan mempertimbangkan
hal terseut, dibuat dua bidang bebas, yaitu:
1. Dinding bidang bebas, dan
2. Puncak jenjang (top bench)
Pola pemboran merupakan suatu pola pada kegiatan pemboran dengan
mendapatkan lubang-lubang tembak secara sistematis. Pola pemboran yang bisa
diterapkan pada tambang terbuka bisanya ada tiga macam pola pemboran yaitu:
1. Pola Pemboran Bujur Sangkar (Square Drill Pattern)
Pola pemboran ini adalah dimana jarak antara burden dan spasi sama panjang
yang membentuk bujur sangkar. Keuntungan pola ini dalam penerapannya
dilapangan adalah lebih mudah melakukan pemboran dan untuk
pengaturanlebih lanjut. Akan tetapi kerugiannya adalah volume batuan yang
tidak terkena didaerah pengaruh peledakan cukup besar sehingga fragmentasi
batuan hasil peledakan kurang seragam. Biasanya pola peledakan ini
dikombinasikan dengan pola peledakan V Delay Pattern.
Sumber: slideplayer.info.
Gambar 2.1 Pola Pemboran Bujur Sangkar.
2. Pola Pemboran Persegi Panjang (Rectangular Drill Pattern)
Pola pemboran persegi panjang dimana ukuran spasi dalam satu baris lebih
besar dari jarak burden yang membentuk pola persegi panjang.Untuk
mendapatkan fragmentasi yang baik, pola ini kurang tepat karena daerah yang
tidak terkena pengaruh peledakan cukup besar.
13
Sumber: slideplayer.info.
Gambar 2.2 Pola Pemboran Persegi Panjang.
3. Pola Pemboran Zig-Zag (Staggered Drill Pattern)
Dalam pemboran ini lubang tembak dibuat seperti zig zag sehingga
membentuk pola segi tiga. Dimana jarak spacing besarnya sama atau lebih
besar dari pada jarak burden. Pada pola ini daerah yang tidak terkena
pengaruh peledakan cukup kecil dibandingkan dengan pola yang lainya.
Namun pada penerapan di lapangan pola ini cukup sulit dalam melakukan
pemboran dan pengaturan lebih lanjut. Tetapi untuk menperbaiki fragmentasi
batuan hasil peledakan maka pola ini lebih cocok untuk digunakan.
Sumber: slideplayer.info.
Gambar 2.1 Pola Pemboran Zig-Zag.
2.5.2 Diameter Lubang Bor
Diameter lubang tembak merupakan faktor yang penting dalam merancang
suatu peledakan, karena akan mempengaruhi dalam penentuan jarak burden dan
jumlah bahan peledak yang digunakan pada setiap lubangnya. Pemilihan
diameterlubang tembak tergantung pada tingkat produksi yang diinginkan.
14
Sumber: https://123dok.com.
Gambar 2.4 Pengaruh Energi Ledakan Pada Pola Pemboran.
Pada gambar 2.4 menunjukan bahwa hasil produktivitas dan fragmentasi
peledakan dengan menggunakan pola pemboran selang-seling lebih baik dari pada
pola pemboran sejajar, hal ini disebabkan energi yang dihasilkan pada pemboran
selang-seling lebih optimal dalam mendistribusikan energi peledakan yang bekerja
dalam batuan.
2.6 Baik Buruknya Hasil Peledakan
Baik buruknya hasil peledakan akan sangat ditentukan oleh mutu lubang bor:
1. Keteraturan Tata Letak Lubang Bor.
Tujuan pemboran adalah untuk meletakkan bahan peledak pada posisi yang
sudah direncanakan. Untuk itu, lubang-lubang bor dirancang dengan pola
15
yang teratur, sehingga bahan peledak dapat terdistribusi secara merata dan
dengan demikian setiap kolom bahan peledak akan mempunyai beban yang
sama.
Sumber: https://123dok.com.
Gambar 2.5 Ketidakteraturan Tata Letak.
2. Penyimpangan Arah dan Sudut Pemboran
Hal ini perlu dicermati terutama dalam pemboran miring, pada pemboran
miring maka posisi alat borakan sangat menentukan. Walaupun tata letak
lubang bor dipermukaan sudah sempurna, namun bila posisi alat bor tidak
benar-benar sejajar dengan posisi alat bor pada lubang sebelumnya maka
dasar lubang bor akan menjadi tidak teratur. Hal yang sama akan dihasilkan
bila sudut kemiringan batang bor juga tidak sama. Penyimpangan arah dan
sudut pemboran dipengaruhi oleh :Struktur batuan, Keteguhan batang bor,
Kesalahan collaring, Kesalahan posisi alat bor.
Sumber: https://docplayer.info.
Gambar 2.6 Penyimpangan Arah dan Sudut Pemboran.
16
Sumber: https://123dok.com.
Gambar 2.7 Kedalaman Dan Kebersihan Lubang Bor.
2.7 Umur Dan Kondisi Mesin Bor
Prestasi kerja suatu alat sangat ditentukan oleh manajemen peralatan, kondisi
kerja dan kondisi alat itu sendiri. Alat yang baru tidak akan produktif apabila
managemen dan skedullingnya tidak tepat, lebih-lebih untuk alat yang umur
pakainnya sudah cukup lama (5 tahun). Alat yang sudah lama digunakan untuk
pemboran, kemampuannya akan semakin menurun seiring berjalannya waktu.
Sehingga penurunan kemampuan alat bor akan berpengaruh terhadap kecepatan
pemboran. Umur mata bor dan batang bor ditentukan oleh meter kedalaman yang
dicapai dalam melakukan pemboran.
2.8 Keterampilan Operator
Keterampilan seorang operator dalam mengoperasikan mesin bor sangat
berpengaruh terhadap produktivitas mesin bor. Semakin terampil seorang operator,
maka akan semakin tinggi produktivitasnya dalam pengoperasian mesin bor, begitu
juga sebaliknya.
17
Jika panjang subdrilling terlalu kecil maka batuan pada batas lantai
jenjang tidak lengkap terbongkar sehingga akan menyisakan tonjolan pada
lantai jenjangnya. Sebaliknya bila panjang subdrilling terlalu besar akan
menghasilkan ground vibration dan secara langsung akan menambah biaya
pemboran dan peledakan.
5. Kedalaman Lubang Ledak (H)
Kedalaman lubang tembak adalah penjumlahan dari dimensi tinggi
isian bahan peledak, stemming dan subdrilling. Jika arah lubang tembak
vertikal maka kedalaman lubang tembak merupakan penjumlahan dari tinggi
jenjang dan subdrilling.
6. Tinggi Jenjang (L)
Secara spesifik tinggi jenjang maksimum ditentukan oleh peralatan
lubang bor dan alat muat yang tersedia. Tinggi jenjang berpengaruh terhadap
hasil peledakan seperti fragmentasi batuan, ledakan udara, batu terbang, dan
getaran tanah. Penentuan ukuran tinggi jenjang berdasarkan pada stiffness
ratio.
7. Kolom Isian (PC)
Panjang kolom isian merupakan hasil pengurangan dari kedalaman
lubang ledak dengan panjang stemming.
Keterangan:
S = Jumlah jam siap yaitu jumlah jam alat yang tidak dipergunakan
padahal alat tersebut siap beroperasi.
(W+R+S) = Jumlah jam tersedia, yaitu jumlah seluruh jam jalan atau jumlah
jam kerja yang tersedia dimana alat dijadwalkan untuk
beroperasi.
3. Penggunaan Yang Efektif (Effective Utilization, EU)
Penggunaan efektif menunjukan berapa persen waktu yang dipergunakan
oleh alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat digunakan.
20
Keterangan:
W = Jumlah jam kerja alat, yaitu waktu yang dipergunakan oleh
operator untuk melakukan kegiatan pemboran.
(W+R+S) = Jumlah jam tersedia, yaitu jumlah seluruh jam jalan atau jumlah
jam kerja yang tersedia dimana alat dijadwalkan untuk
beroperasi.
4. Pemakaian Ketersediaan (Use of Availability, UA)
Ketersediaan penggunaan menunjukan berapa persen waktu yang
dipergunakan oleh alat untuk beroperasi pada saat alat tersebut dapat
digunakan. penggunaan. Efektif EU sebenarnya sama dengan pengertian
efesiensi kerja. Persamaan dari Use of Availability sebagai berikut:
W
UA= W+Sx100% (2.4)
Keterangan:
W= Jumlah jam kerja alat, yaitu waktu yang dipergunakan oleh operator
untuk melakukan kegiatan pemboran.
S= Jumlah jam siap yaitu jumlah jam alat yang tidak dipergunakan padahal
alat tersebut siap beroperasi.
2.11 Estimasi Produksi Mesin Bor
Produktivitas suatu mesin bor untuk penyediaan lubang ledak menyatakan
berapa volume atau berat batuan yang dapat dicangkup oleh lubang ledak dalam
waktu tertentu, sehingga produktivitas mesin bor dinyatakan dalam volume atau
berat persatuan waktu (m3/jam, ton/jam). Produktivitas mesin bor ini sangat
dipengaruhi oleh:
1. Waktu Edar Pemboran (Cycle Time) Waktu edar adalah waktu yang
diperlukan oleh mesin bor untuk menyelesaikan satu lubang bor dengan
kedalaman, termasuk adanya hambatanhambatan yang terjadi selama
21
24
25
27
28