Oleh:
NI MADE AYU TRISNAYANTI
NIM. 1915124061
Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan Proposal Skripsi
dengan judul “Analisis Risiko Manajemen Material Dominan yang Menyebabkan
Penyimpangan Biaya dan Keterlambatan Waktu pada Proyek Gedung Bertingkat”.
Penyusunan Proposal Skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi salah satu persyaratan
menyelesaikan Program Studi D4 Manajemen Proyek Konstruksi, Jurusan Teknik
Sipil, Politeknik Negeri Bali. Penyusunan Proposal Skripsi ini dapat terlaksana dengan
baik berkat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada
kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada ss:
1. Bapak I Nyoman Abdi, SE, M.eCom, selaku Direktur Politeknik Negeri Bali.
2. Bapak Ir. I Wayan Sudiasa, MT., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil, Politeknik
Negeri Bali.
3. Bapak Made Sudiarsa, ST., MT., selaku Ketua Prodi D4 Manajemen Proyek
Konstruksi, Jurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Bali.
4. Bapak I Made Anom Santiana, S.Si, M.Erg., selaku Dosen Pembimbing.
5. Serta semua pihak yang telah membantu penulis dan memberikan dukungan sampai
tersusunnya proposal skripsi ini.
Penulis menyadari proposal skripsi ini masih jauh dari kata sempurna,
mengingat masih terbatasnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan proposal skripsi
ini. Akhir kata, semoga proposal skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Penulis
i
DAFTAR ISI
ii
2.9 Mitigasi ......................................................................................................... 51
BAB III METODOLOGI ............................................................................................ 52
3.1 Rancangan Penelitian ................................................................................... 52
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................................ 53
3.2.1 Lokasi Penelitian ................................................................................... 53
3.2.2 Waktu Penelitian ................................................................................... 54
3.3 Variabel Penelitian ....................................................................................... 55
3.3.1 Identifikasi Variabel .............................................................................. 55
3.3.2 Definisi Variabel ................................................................................... 56
3.4 Populasi dan Sampel .................................................................................... 60
3.5 Penentuan Sumber Data ............................................................................... 60
3.6 Pengumpulan Data ....................................................................................... 61
3.7 Instrumen Penelitian ..................................................................................... 62
3.8 Analisis Data ................................................................................................ 65
3.8.1 Analisis Deskriptif ................................................................................ 67
3.8.2 Analisis Metode AHP (Analytical Hierarchy Process) ......................... 67
3.9 Tahapan Penelitian ....................................................................................... 69
3.9.1 Bagan Alir Penelitian ............................................................................ 72
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 74
iii
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Proses Manajemen Risiko ....................................................................... 30
Gambar 2.2 Struktur Hierarki AHP ............................................................................ 48
iv
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
peralatan merupakan bagian terbesar dari proyek, yang nilainya bisa mencapai 50-60%
dari total biaya proyek. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kerridege didapatkan
bahwa biaya material umumnya dapat menghabiskan 60% dari biaya proyek
konstruksi, tetapi dalam penanganannya tidak mendapat perhatian yang semestinya.
Sebagai perbandingan, pada bidang manufaktur biaya manajemen material pada saat
itu dianggarkan 1% dari biaya proyek sedangkan pada bidang konstruksi hanya 0,15%.
Sehingga dari beberapa kasus pembangunan gedung perkantoran, akibat tidak
efektifnya manajemen material pada saat itu mengakibatkan peningkatan waktu atau
keterlambatan pekerjaan sebesar 18% dari waktu yang ditentukan dan menyebabkan
terjadinya cost overrun [4].
Atas dasar hasil penelitian tersebut maka sebagai penelitian lanjutan akan
dilakukan analisis risiko manajemen material dominan yang menyebabkan
penyimpangan biaya dan keterlambatkan waktu proyek pada proyek gedung
3
bertingkat sehingga dapat diketahui tindakan mitigasi yang harus dilakukan untuk
mengurangi risiko dominan yang telah teridentifikasi.
Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui risiko manajemen material yang menyebabkan penyimpangan
biaya proyek pada proyek gedung bertingkat.
2. Untuk mengetahui risiko manajemen material yang menyebabkan keterlambatan
waktu pelaksanaan proyek pada proyek gedung bertingkat.
3. Untuk mengetahui tindakan mitigasi risiko yang dapat dilakukan terhadap risiko
manajemen material dominan yang menyebabkan penyimpangan biaya proyek
dan keterlambatan waktu pelaksanaan proyek pada proyek gedung bertingkat.
4
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Proyek
A. Unik secara alami. Proyek tidak melibatkan proses pengulangan. Setiap proyek
yang dilakukan berbeda dengan proyek yang telah dilakukan, dimana kegiatan
operasinya sering melibatkan proses pengulangan yang sama.
B. Mempunyai batasan waktu. Proyek mempunyai permulaan dan akhir tanggal yang
jelas dimana pengiriman harus dihasilkan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan.
6
7
C. Mempunyai anggaran yang telah disetujui. Proyek adalah tingkatan yang telah
dialokasikan terhadap pengeluaran keuangan dimana pengiriman telah dihasilkan,
untuk memenuhi kebutuhan pelanggan tertentu.
D. Mempunyai sumber yang terbatas. Pada permulaan proyek pekerjaan yang telah
disetujui, peralatan dan bahan telah dialokasikan dalam proyek.
E. Meliputi elemen resiko. Proyek mengakibatkan ketidakpastian dan mendatangkan
resiko bisnis.
F. Mendapatkan perubahan keuntungan. Tujuan dari proyek secara umum adalah
untuk mengembangkan suatu perusahaan melalui penerapan perubahan bisnis.
krusial bila proyek berskala besar dengan tingkat kompleksitas yang rumit,
yang membutuhkan analisis keuangan yang cepat dan terencana.
2. Aspek Anggaran Biaya : Masalah ini berkaitan dengan perencanaan dan
pengendalian biaya selama proyek berlangsung. Perencanaan yang matang dan
terperinci akan memudahkan proses pengendalian biaya, sehingga biaya yang
dikeluarkan sesuai dengan anggaran yang direncanakan. Jika sebaliknya, akan
terjadi peningkatan biaya yang besar dan merugikan bila proses
perencanaannya salah.
3. Aspek Manajemen Sumber Daya Manusia : Masalah ini berkaitan dengan
kebutuhan dan alokasi SDM selama proyek berlangsung yang berfluktuatif.
Agar tidak menimbulkan masalah yang kompleks, perencanaan SDM
didasarkan atas organisasi proyek yang dibentuk sebelumnya dengan
melakukan langkah-langkah, proses staffing SDM, deskripsi kerja, perhitungan
beban kerja, deskripsi wewenang dan tanggung jawab SDM serta penjelasan
tentang sasaran dan tujuan proyek.
4. Aspek Manajemen Produksi : Masalah ini berkaitan dengan hasil akhir dari
proyek; hasil akhir proyek negatif bila proses perencanaan dan
pengendaliannya tidak baik. Agar hal ini tidak terjadi, maka dilakukan berbagai
usaha untuk meningkatkan produktivitas SDM, meningkatkan efisiensi proses
produksi dan kerja, meningkatkan kualitas produksi melalui jaminan mutu dan
pengendalian mutu.
5. Aspek Harga : Masalah ini timbul karena kondisi eksternal dalam hal
persaingan harga, yang dapat merugikan perusahaan karena produk yang
dihasilkan membutuhkan biaya produksi yang tinggi dan kalah bersaing dengan
produk lain.
6. Aspek Efektifitas dan Efisiensi : Masalah ini dapat merugikan bila fungsi
produk yang dihasilkan tidak terpenuhi/tidak efektif atau dapat juga terjadi bila
faktor efisiensi tidak terpenuhi, sehinga usaha produksi membutuhkan biaya
yang besar.
9
Material adalah salah satu unsur penting dalam pelaksanaan sebuah proyek
konstruksi, sehingga diperlukan suatu proses manajemen dalam pengelolaan material
agar tercapai tujuan dari pelaksanaan proyek konstruksi tersebut. Menurut prosesnya,
material pada proyek konstruksi dibagi menjadi 4 (empat kategori), [10] :
a. Raw Materials
Raw Materials (bahan baku) adalah material yang didatangkan ke lokasi proyek,
masih berupa bahan baku untuk diproses. Yang termasuk dalam raw materials antara
lain : batu, pasir, semen, besi beton, dan kayu.
b. Material Jadi
Material jadi adalah material yang didatangkan ke lokasi proyek untuk langsung
dipasang. Yang termasuk dalam material jadi antara lain: tegel, genteng, kaca, keramik,
dan lampu.
10
c. Material Campuran
Material campuran adalah material yang didatangkan ke lokasi proyek sudah dalam
bentuk tercampur. Yang termasuk dalam material campuran antara lain: beton ready
mix dan asphalt hot mix.
d. Material Prefabricated
Material prefabricated adalah material yang dicetak atau dirangkai di luar lokasi
proyek oleh pihak lain, pada saat datang di lokasi proyek kegiatan hanya memasang
material tersebut. yang termasuk dalam material prefabricated antara lain: beton
precast, rangka baja, kusen beserta daun pintu dan jendelanya.
yang berperan penting dalam manajemen material dalam proyek adalah pelaksana
logistik [12].
A. Pemilihan Material
Pemilihan material dalam suatu proyek harus berdasarkan ketentuan yang ada
dalam perencana proyek yang terdapat pada spesifikasi dan gambar proyek yang sesuai
dengan kontrak. Namun ada beberapa material pada suatu proyek yang memiliki
spesifikasi yang tidak sesuai dengan kontrak, sehingga pemilihan material harus
ditentukan berdasarkan kinerja yang dihasilkan. Sedangkan pemilihan materialnya
dilakukan oleh pihak pelaksana.
C. Pembelian Material
D. Pengiriman Material
E. Penerimaan Material
F. Penyimpanan Material
Apabila material yang telah diserahkan sudah sesuai dengan surat permintaan
material dan dapat diterima. Maka material harus disimpan dengan baik sesuai dengan
kondisi material yang ada oleh petugas gudang. Petugas gudang ini bertanggung jawab
dalam menjaga dan menyimpan material-material yang telah diterima dan disimpan
mulai dari penyerahan material hingga waktu material tersebut dikeluarkan dari gudang
dan didistribusikan pada pelaksanaan proyek konstruksi. Aspek utama manajemen
material adalah aspek keamanan fisik dan selalu siap (availibility). Pemeriksaan secara
periodik terhadap material-material yang disimpan harus diadakan untuk memperkuat
catatan petugas gudang agar tidak terjadi perbedaan jumlah material yang disimpan
dengan catatan yang ada.
13
G. Pengeluaran Material
Manajemen material berfungsi untuk mencapai suatu arus material yang efisien
dan tepat waktu ke proyek dalam jumlah yang diperlukan, waktu yang ditetapkan, dan
dengan harga dan kauntitas yang dapat diterima.
Lingkup fungsi manajemen material dapat dilihat pada tabel sebagai berikut
[11]:
Manajemen material berujuan membeli material dengan harga yang baik. Dimana
harga yang baik itu tidak selalu harga yang murah di pasaran. Harga tersebut adalah
harga yang sudah termasuk diskon dan tranport.
b. Persediaan material
Material datang pada saat yang tepat dengan jumlah dan kualitas yang sesuai
dengan rencana biaya yang sekecil-kecilnya.
e. Penyimpanan material
Pada dasarnya pemakaian material yang dibutuhkan dapat dipenuhi sesuai dengan
waktu yang dibutuhkan.
Banyak hal yang bisa terjadi pada saat pengiriman material oleh pemasok antara
lain tidak sesuai dengan spesifikasi yang telah ditentukan oleh banyak terjadi kerusakan
16
material. Maka tugas manajemen material adalah untuk dapat menentukan kualitas
pemasok.
h. Sistem administrasi
• Perencanaan lingkungan
Kegiatan ini meliputi komunikasi dengan pihak owner dalam hal persetujuan
material, mengetahui Peraturan Pemerintah tentang konstruksi umumnya dan
material khususnya serta mengikuti perubahan-perubahannya, memperhatikan
faktor-faktor transportasi dan traffic seperti: waktu pengiriman, kapasitas
pengiriman, rute pengiriman dan perijinan, memperhatikan kondisi kultur daerah
setempat dengan mengadakan survey dan wawancara dengan masyarakat setempat,
memperhatikan kondisi cuaca daerah setempat dan dapat memprediksikan
kemungkinan-kemungkinannya.
17
• Perencanaan alat-alat
• Komunikasi
dengan pihak engineering dan pelaksana di lapangan. Jalan ini dimaksudkan untuk
menghindari kesalahpahaman dari masing-masing pihak.
b. Procurement
c. Purchasing
e. Expediting
f. Inventory
Penyebab terjadinya penyimpangan biaya material, antara lain karena inflasi dan
perubahan dalam situasi pembelian mulai estimasi yang telah disiapkan, material
curah, diskon, kekurangan dan perubahan jumlah permintaan dengan jumlah material
yang ada.
a. Dari aspek aktivitas, hal-hal yang dapat menyebabkan material tidak tersedia
saat dibutuhkan antara lain:
• Aktivitas yang dimajukan waktu pelaksanaannya.
• Aktivitas yang terlalu cepat selesai, hal ini disebabkan oleh produktivitas
pekerja yang tinggi atau karena kesalahan estimasi.
b. Dari aspek engineer
Penundaan persetujuan terhadap gambar kerja contoh material yang terlalu lama
dapat mengurangi waktu pengadaan sehingga material tidak dapat dikirim pada
waktunya.
c. Dari aspek penyalur
• Material dikembalikan karena kualitasnya tidak memenuhi spesifikasi yang
telah ditentukan.
• Terjadi penundaan pada pengiriman karena kesulitan transportasi.
• Ada unsur kesengajaan dari penyalur untuk menahan material sampai
kontraktor melunasi pembayaran pemesanan terdahulu.
d. Dari aspek teknis kontraktor, yaitu:
• Kekurangan koordinasi dan komunikasi antara divisi-divisi yang terkait.
• Dengan proses pengadaan material.
• Jumlah staff yang kurang sehingga kontrol terhadap penyalur kurang
diperhatikan.
24
Pengaruh dari tidak tersedianya material pada saat dibutuhkan akan jelas terlihat
karena langsung berkaitan dengan peningkatan biaya proyek dan mundurnya jadwal
aktivitas proyek, terutama jika terjasi pada aktivitas-aktivitas yang berada pada jalur
kritis. Sebagian pekerja tidak dapat meneruskan pekerjaannya sedangkan upah kerja
selama masa menganggur harus tetap dibayar. Kontraktor dapat saja mengadakan
pembelian mendadak (panic buying) untuk mengatasi masalah tersebut, tetapi tentunya
hal ini dapat menyebabkan pengeluaran yang lebih besar. Akibat lebih lanjut dari tidak
tersedianya material adalah resiko terkena pinalti yang disebabkan oleh tidak
terpenuhinya target rencana penyelesaian aktivitas-aktivitas proyek.
Kelompok kedua, masalah material yang terlalu dini, masalah ini dapat
disebabkan oleh beberapa hal antara lain:
Untuk masalah kedatangan material yang terlalu dini, secara sepintas memang
membawa dampak langsung yang nyata pada proyek akan tetapi sebenarnya hal
tersebut menimbulkan beberapa konsekuensi yang perlu dipertimbangkan lebih lanjut.
C. Waste Material
1. Desain;
2. Pengadaan material;
3. Penanganan material;
4. Pelaksanaan; dan
26
5. Residual.
2.4.1 Risiko
Risiko merupakan variasi dalam hal-hal yang mungkin terjadi secara alami di
dalam suatu situasi. Risiko adalah ancaman terhadap kehidupan, properti atau
keuntungan finansial akibat bahaya yang terjadi. Secara umum risiko dikaitkan dengan
kemungkinan (probabilitas) terjadinya peristiwa di luar yang diharapkan.
Risiko-risiko yang terdapat pada proyek konstruksi sangat banyak, namun tidak
semua risiko tersebut perlu diprediksi dan diperhatikan untuk memulai suatu proyek
karena hal itu akan memakan waktu yang lama. Oleh karena itu pihak-pihak di dalam
proyek konstruksi perlu untuk memberi prioritas pada risiko-risiko yang penting yang
akan memberikan pengaruh terhadap keuntungan proyek.
28
1. Timbulnya inflasi;
2. Kondisi tanah yang tidak terduga;
3. Keterlambatan material;
4. Detail desain yang salah, seperti ukuran yang salah dari gambar yang dibuat
oleh arsitek;
5. Kontraktor utama tidak mampu membayar/bangkrut; dan
6. Tidak ada koordinasi.
mutu, serta sekaligus merupakan kendala dalam pelaksanaan proyek. Risiko proyek
yang terkait dengan anggaran sering mengakibatkan terjadinya pembengkakan
anggaran (cost overrun), sehingga mengakibatkan kerugian bagi kontraktor.
Sedangkan risiko proyek yang terkait dengan jadwal, mengakibatkan keterlambatan
penyelesaian proyek konstruksi, tentu ini berakibat kerugian bagi kontraktor maupun
pemilik proyek. Pada sisi lain risiko proyek yang terkait dengan mutu sering
mengkibatkan kegagalan konstruksi, yang berakibat pada kerugian bagi kontraktor
[16].
Tujuan dari manajemen risiko adalah untuk mengenali risiko dalam sebuah
proyek dan mengembangkan startegi untuk mengurangi atau bahkan menghindarinya,
di lain sisi juga harus dicari cara untuk memaksimalkan peluang yang ada [2].
30
Ada empat tahap yang harus dilakukan dalam manajemen risiko, yaitu [10]:
a. Identifikasi risiko, yaitu mengamati kondisi, mengidentifikasi dn mengklarifikasi
kejadian yang berpotensi risiko.
b. Analisa risiko, yaitu menentukan kemungkinan terjadinya suatu risiko dan
konsekuensinya (tingkat pengaruh).
c. Penanganan risiko, yaitu teknik dan metode untuk menangani masing-masing faktor
risiko yang ada dengan melihat faktor risiko yang tingkatannya tinggi.
d. Lesson-learned, tahap ini menyimpulkan setiap analisa, temuan dan pelajaran-
pelajaran yang didapat dalam mengelola risiko untuk kepentingan di waktu yang
akan datang.
Identifikasi risiko atau identifikasi bahaya adalah suatu proyek yang sifatnya
berulang, sebab risiko-risiko baru kemungkinan baru diketahui ketika proyek sedang
berlangsung selama siklus proyek. Frekuensi pengulangan dan siapa personel yang
terlibat dalam setiap siklus akan sangat bervariasi dari satu kasus ke kasus yang lain.
Tim proyek harus selalu terlibat dalam setiap proses sehingga mereka bisa
mengembangkan dan memelihara tanggung jawab terhadap risiko dan rencana
tindakan terhadap risiko yang timbul [18].
1. Data kejadian
Teknik ini bersifat semi proaktif karena berdasarkan sesuatu yang telah terjadi.
dari suatu kecelakaan atau kejadian akan diperoleh informasi penting mengenai adanya
suatu risiko.
2. Daftar periksa
Identifikasi risiko dapat dilakukan dengan membuat suatu daftar periksa (check
list). Melalui daftar periksa dapat dilakukan pemeriksaan terhadap seluruh kondisi di
lingkungan kerja seperti mesin, penerangan, kebersihan, penyimpanan material dan
lain sebagainya.
3. Brainstorming
Hasil dari proses identifikasi risiko adalah dokumen tentang daftar risiko [16].
Daftar risiko ini umumnya memuat beberapa hal yaitu:
1. Daftar identifikasi risiko yaitu suatu daftar yang memuat akar penyebab risiko
dan asumsi-asumsi proyek yang tidak pasti.
34
Tenaga kerja yang ada, jika tidak diseleksi dengan baik, apalagi jika perusahaan
tidak memiliki sistem seleksi, maka dalam kegiatan pelaksanaan dapat memicu
munculnya personel yang tidak mendukung pelaksanaan proyek secara maksimal.
Sumber daya alat yang ada di proyek bisa saja memiliki produktivitas yang
rendah sehingga tidak mampu bersaing. Produktivitas yang rendah tersebut bisa saja
disebabkan oleh usia alat yang sudah tidak layak. Bahkan menimbulkan kerugian
karena depresinya saja tidak dapat dikembalikan yang disebabkan alat yang
bersangkutan tidak memberikan konstribusi manfaat yang semestinya.
Penggunaan metode yang tepat, praktis, cepat dan aman sangat membantu
dalam penyelesaian pekerjaan pada suatu proyek konstruksi. Sehingga target, biaya,
35
e. Kondisi Lingkungan
Misalnya risiko A bernilai 2 dan risiko bernilai 4. Dalam hal ini, bukan
berarti risiko B secara absolut dua kali lipat dari risiko A.
3. Teknik Kuantitatif
Analisis risiko kuantitatif [16], dilakukan terhadap risiko yang telah
diprioritaskan dalam proses analisis risiko kualitatif, yang sangat
berdampak paada tujuan proyek. Analisis risiko kuantitatif merupakan
proses menganalisis dampak risiko dan membuat penilaian/rating numerik
terhadap risiko-risiko yang ada.
Metode kuantitatif menggunakan perhitungan propabilitas kejadian atau
konsekuensinya dengan data numerik di mana besarnya risiko tidak dapat
berupa peringkat seperti metode semi kuantitatif. Besarnya risiko lebih
dinyatakan dalam angka seperti 1,2,3 atau 4 yang mana 2 mengandung arti
risikonya dua kali lipat dari 1. Oleh karena itu, hasil perhitungan kuantitatif
akan memberikan data yang lebih akurat mengenai suatu risiko.
B. Peringkat Risiko
∑𝑛
1 𝑃𝑒𝑙𝑢𝑎𝑛𝑔
Rata-rata peluang =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 (𝑛)
∑𝑛
1 𝐷𝑎𝑚𝑝𝑎𝑘
Rata-rata dampak =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 (𝑛)
∑𝑛
1 𝑃𝑒𝑙𝑢𝑎𝑛𝑔 × 𝐷𝑎𝑚𝑝𝑎𝑘
Risiko =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑅𝑒𝑠𝑝𝑜𝑛𝑑𝑒𝑛 (𝑛)
1. Unacceptable, yaitu risiko tersebut tidak dapat diterima, harus dihilangkan atau
ditransfer.
2. Undesireable, yaitu risiko yang tidak diharapkan dan harus dihindari atau terus
di monitor.
3. Acceptable, yaitu risiko yang dapat diterima.
4. Negligible, yaitu risiko yang dapat diabaikan (tidak perlu mendapat perhatian
khusus).
Kategori Skala
Unacceptable x ≥ 15
Undesireable 5 ≤ x ≤ 15
Acceptable 3≤x<5
Negligible x<3
Sumber: Vaughan, 1978
terjadi strategi untuk respon risiko yang dapat dilakukan dengan bantuan teknik dan
alat.
1. Menghindari risiko
Retensi risiko telah menjadi aspek penting dari manajemen risiko ketika
perusahaan menghadapi risiko proyek. Retensi risiko adalah perkiraan secara
internal, baik secara utuh maupun sebagian, dari dampak finansial suatu risiko
yang akan dialami oleh perusahaan.
39
4. Mentransfer risiko
5. Asuransi
tahap awal (estimasi biaya), sehingga menimbulkan kerugian yang signifikan bagi
pihak kontraktor. Cost overrun yang terjadi pada suatu proyek konstruksi dapat
disebabkan oleh faktor intern maupun faktor ekstern dari proyek konstruksi itu sendiri
[15].
Dalam proses pengendalian biaya [4], kegiatan pertama yang dilakukan adalah
melakukan pengamatan atau monitoring terhadap laporan biaya proyek dan selanjutnya
menganalisis penyimpangan yang terjadi (varians). Penyimpangan (varians) tersebut
ditinjau dari waktu mengidentifikasinya terdiri dari 3 (tiga) lapis (layers) yaitu:
Uji validitas merupakan uji yang berfungsi untuk melihat apakah suatu alat ukur
tersebut valid (sahih) atau tidak valid. Alat ukur yang dimaksud disini merupakan
pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika
pertanyaan tersebut pada kuesioner dapat mengungkapkan sesuatu yang diukur oleh
kuesioner. Dalam uji pengukuran validitas terdapat dua macam, yaitu pertama,
mengkorelasikan antar skor butir pertanyaan (item) dengan total item. Kedua,
42
mengkorelasikan antar masing-masing skor indikator item dengan total skor konstruk
[23].
𝑁(∑𝑋𝑌) − (∑𝑋)(∑𝑌)
𝑟𝑥𝑦 =
√{𝑁∑𝑋 2 − (∑𝑌)2 }{𝑁∑𝑌 2 − (∑𝑌)2 }
Keterangan :
N = Jumlah responden
Realibilitas [23] adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Sehingga uji reliabilitas dapat digunakan
untuk mengetahui konsistensi alat ukur, apakah alat ukur tetap konsisten jika
43
pengukuran tersebut diulang. Alat ukur dikatakan reliable jika menghasilkan hasil yang
sama meskipun dilakukan pengukuran berkali-kali. Biasanya sebelum dilakukan uji
reliabilitas data, dilakukan uji validitas data. Hal ini dikarenakan data yang akan diukur
harus valid, dan baru dilanjutkan dengan uji reliabilitas data. Namun, apabila data yang
diukur tidak valid, maka tidak perlu dilakukan uji reliabilitas data.
𝑘 ∑𝛿𝑏2
𝑟𝑡𝑡 = [ ] [1 − [ 2 ]]
𝑘−1 ∑𝛿𝑡
Keterangan :
Prinsip dasar pemakaian analisis reliabilitas yaitu dengan melihat nilai Alpha
yang tertinggi, > 0,5. Hal tersebut menandakan bahwa pertanyaan berstruktur sebagai
44
indikator penelitian memiliki konsistensi internal yang baik atau dengan kata lain
jawaban seseorang terhadap pertanyaan konsisten atau stabil dari waktu ke waktu.
1. Kesatuan (Unity)
AHP membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu
model yang fleksibel dan mudah dipahami.
45
2. Kompleksitas (Complexity)
AHP dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak
memerlukan hubungan linier.
5. Pengukuran (Measurement)
6. Konsistensi (Consistency)
7. Sintesis (Synthesis)
8. Trade Off
AHP mampu membuat peneliti menyaring definisi dari suatu permasalahan dan
mengembangkkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses
pengulangan.
Input utama AHP berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini
melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti
jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru.
Metode AHP ini hanya metode sistematis tanpa ada pengujian secara statistik
sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentu.
Prinsip dasar dari metode AHP (Analytical Hierarchy Process) adalah [24]:
1. Dekomposisi
Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-
bagian secara hierarki. Tujuan didefinisikan dari yang umuk sampai khusus. Dalam
bentuk yang paling sederhana struktur akan terdiri dari tujuan, kriteria dan level
alternatif.
47
Tiap himpunan alternatif mungkin akan dibagi lebih jauh menjadi tingkatan
yang lebih detail, mencakup lebih banyak kriteria yang lain. Level paling atas dari
hierarki merupakan tujuan yang terdiri atas satu elemen. Level berikutnya mungkin
mengandung beberapa elemen, dimana elemen-elemen tersebut bisa dibandingkan,
memiliki kepentingan hampir sama dan tidak memiliki perbedaan yang terlalu
mencolok. Jika perbedaan terlalu besar harus dibuatkan level yang baru.
3. Sintesa prioritas
Intensitas Keterangan
Kepentingan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen
yang lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen
lainnya
9 Satu elemen mutlak penting dari elemen lainnya
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan
yang berdekatan
Proses perbandingan berpasangan dimulai dari level hierarki paling atas yang
ditujukan untuk memilih kriteria, misalnya A, kemudian diambil elemen yang
akan dibandingkan, misal A1, A2, dan A3. Maka susunan elemen-elemen yang
dibandingkan tersebut akan tampak seperti di bawah ini.
A1 A2 A3
A1 1
A2 1
A3 1
3. Penentuan Prioritas.
N 1,2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
RI 0 0.52 0.89 1.11 1.25 1.35 1.40 1.45 1.49 1.52 1.54 1.56 1.58 1.59
5. Analisis Sensitivitas.
2.9 Mitigasi
METODOLOGI
Deskriptif adalah sebuah metode penelitian yang dilakukan pada suatu objek,
ide atau pemikiran pada saat ini. Tujuan penelitian deskriptif adalah menghasilkan
deskripsi suatu perlakukan yang diteliti. Metode penelitian kuantitatif yaitu suatu
metode penilaian yang bersifat induktif, objektif dan ilmiah dengan data yang
diperoleh berupa angka-angka atau pernyataan-pernyataan yang dinilai dan dianalisis
dengan analisis statistik. Penelitian deskriptif kuantitatif secara umum merupakan
penelitian yang dilakukan dengan mengumpulkan data dengan jumlah yang banyak
sesuai dengan yang dibutuhkan, lalu data tersebut akan diinterpretasikan, dianalisis,
dan digunakan untuk menarik kesimpulan mengenai keadaan objek yang diteliti
berdasarkan data yang diperoleh.
52
53
Penelitian ini dilakukan sesuai jadwal magang industri pada kalender akademik
jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Bali, yaitu dimulai dari bulan Agustus 2022 –
Januari 2023. Lama waktu dari penelitian ini yakni selama 6 bulan.
TAHUN 2022
NO KEGIATAN Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Rumusan Masalah
2 Ide Penelitian
3 Studi Literatur
4 Proposal Penelitian
5 Penentuan Lokasi Penelitian
6 Pengumpulan Data
7 Wawancara
8 Pengumpulan Hasil Wawancara
9 Pengolahan Data
10 Analisis Data
11 Kesimpulan
12 Laporan Selesai
55
TAHUN 2023
NO KEGIATAN Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Rumusan Masalah
2 Ide Penelitian
3 Studi Literatur
4 Proposal Penelitian
5 Penentuan Lokasi Penelitian
6 Pengumpulan Data
7 Wawancara
8 Pengumpulan Hasil Wawancara
9 Pengolahan Data
10 Analisis Data
11 Kesimpulan
12 Laporan Selesai
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab
perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel bebas sering disebut sebagai
variabel stimulus, prediktor, antecedent.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Risiko Manajemen Material Dominan
yang teridentifikasi di proyek gedung bertingkat.
56
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,
karena adanya variabel bebas. Variabel terikat sering disebut sebagai variabel output,
kriteria, konsekuen.
Sumber Risiko
No Simbol Sub Risiko Penyebab
Penyebab
Variabel Keterlambatan
Keterlambatan
1 X1 Scope pekerjaan tidak terdefinisi jelas
2 X2 Keakuratan jumlah material
Material tidak didefinisikan dengan
3 X3 jelas
Tahap Perencanaan Perubahan pada jumlah peralatan dan
4 X4 material oleh engineering
Perubahan spesifikasi yang
5 X5 mempengaruhi pembuatan
6 X6 Persyaratan spesifikasi dari owner
57
Sumber Risiko
No Simbol Sub Risiko Penyebab
Penyebab
Variabel Penyimpangan Biaya
Penyimpangan Biaya
1 X1 Scope pekerjaan tidak terdefinisi jelas
2 X2 Keakuratan jumlah material
Material tidak didefinisikan dengan
3 X3 jelas
Perubahan pada jumlah peralatan dan
4 X4 material oleh engineering
Perubahan spesifikasi yang
5 X5 Tahap Perencanaan mempengaruhi pembuatan
6 X6 Persyaratan spesifikasi dari owner
7 X7 Klausal kontrak tidak lengkap
8 X8 Kesalahan estimasi biaya
9 X9 Mata uang dan nilai tukar
Keterbatasan anggaran untuk
10 X10 pembelian material
11 X11 Kualitas material
Kurangnya informasi mengenai
12 X12 vendor
13 X13 Peningkatan harga material
14 X14 Klausul kontrak tidak lengkap
15 X15 Pengalaman bekerja sama
Tahap Pelaksanaan
Proses pengendalian dokumen
16 X16 pengadaan
17 X17 Proses tender dan tipe kontrak
Nilai tender vendor lebih besar dari
18 X18 anggaran
19 X19 Material yang harus diimport
20 X20 Ketersediaan material
21 X21 Kesalahan supplier
59
2. Penyimpangan Biaya
3. Keterlambatan Waktu
yang terjadi dalam suatu proyek konstruksi akan memperpanjang durasi proyek atau
meningkatnya biaya maupun keduanya.
1. Populasi
2. Sampel
Sampel adalah sebagian objek yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mampu mewakili atau representative dari jumlah seluruh populasi.
Sampel merupakan sebagian atau wakil populasi yang diteliti yang ditetapkan dengan
benar dan valid. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
sampling jenuh yang merupakan teknik penentuan sampel yang semua anggota
populasi digunakan sebagai sampel.
Penentuan data pada penelitian ini adalah pengumpulan data yang dilakukan
penulis untuk memperoleh hasil dari penelitian ini yang berkaitan dengan topik
pembahasan. Adapun data-data tersebut adalah:
61
1. Data Primer
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang tidak langsung memberikan data kepada
pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen. Data sekunder yang
digunakan sebagai landasan teori dari penelitian diperoleh dari buku-buku, jurnal,
makalah, dan lain-lain. Data sekunder berupa data untuk variabel-variabel penelitian
diambil dari penelitian yang berkaitan sebelumnya.
1. Tahap pertama
2. Tahap kedua
Pada tahap ini dilakukan penyempurnaan variabel. Pada tahap ini juga
kuesioner mulai disebarkan kepada responden, yang dalam hal ini adalah pihak-pihak
yang terlibat dalam rantai pengadaan material di proyek yang dilakukan penelitian.
Dengan begitu diharapkan jawaban kuesioner dari responden tersebut benar-benar
mencerminkan keadaan di lapangan sehingga memperoleh data yang valid untuk
kemudian dilakukan analisis.
3. Tahap ketiga
Pada tahap ketiga penelitian, dilakukan analisis terhadap data hasil survey yang
diperoleh. Dengan menganalisis data, akan terlihat pengaruh risiko manajemen
material terhadap kinerja biaya dan kinerja waktu dalam proyek. Hasil akhir yang
diperoleh berupa risiko manajemen material dominan yang menyebabkan
penyimpangan biaya dan keterlambatan waktu pada proyek gedung bertingkat.
Setelah diketahui risiko-risiko yang dominan, maka selanjutnya dilakukan tindakan
mitigasi agar meskipun terjadi kesalahan, penyimpangan biaya dan keterlambatan
waktu proyek tetap dapat dikendalikan.
Penelitian ini menggunakan data primer yaitu data yang diperoleh melalui
survey langsung di lapangan dengan menggunakan metode kuesioner dan wawancara.
Kuesioner yang akan disebarkan ke lapangan merupakan instrumen penelitian yang
63
1. Kuesioner
Keterangan frekuensi:
SJ = Sangat Jarang (Jika keadaan tersebut kadang terjadi selama proyek berjalan)
SD = Sedang (Jika keadaan tersebut tidak jarang terjadi dan tidak sering juga
terjadi)
SS = Sangat Sering (Jika keadaan tersebut selalu terjadi selama proyek berjalan)
Keterangan konsekuensi:
Pada penelitian ini penulis menggunakan aplikasi SPSS untuk menguji validitas
dan realibilitas alat ukur kuesioner penilaian risiko manajemen material.
4. Data responden
5. Kamera
Kamera merupakan alat dokumentasi sebagai alat bukti bahwa telah melakukan
penelitian. Kamera digunakan untuk mendokumentasikan kegiatan selama penulis
melakukan penelitian.
Analisis data merupakan suatu proses untuk merubah data menjadi informasi
yang ringkas dan jelas dalam menerangkan atau menginterpretasi suatu data atau
angka.
66
Intensitas Keterangan
Kepentingan
1 Kedua elemen sama pentingnya
3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen
yang lainnya
5 Elemen yang satu lebih penting daripada yang lainnya
7 Satu elemen jelas lebih mutlak penting daripada elemen
lainnya
9 Satu elemen mutlak penting dari elemen lainnya
2,4,6,8 Nilai-nilai antara dua nilai pertimbangan-pertimbangan
yang berdekatan
A1 A2 A3
A1 1
A2 1
A3 1
dilakukan berdasarkan studi literatur buku, jurnal, dan hasil penelitian lain yang
relevan. Studi literatur ini digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat
menyebabkan keterlambatan waktu dan penyimpangan biaya proyek.
2. Tahap selanjutnya dilakukan perumusan masalah dari latar belakang yang telah
didapatkan dari survei awal dan studi literatur, selanjutnya ditentukan rumusan
masalah dari topik penelitian yang akan dibahas yang sekaligus merumuskan
tujuan, manfaat serta ruang lingkup dan batasan masalah penelitian.
3. Penetapan metode penelitian, antara lain :
a. Penetapan rancangan penelitian, dalam penelitian ini menggunakan rancangan
penelitian deskriptif kuantitatif.
b. Penelitian akan dilakukan di beberapa proyek konstruksi gedung bertingkat
yang berlokasi di Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, Bali.
c. Variabel penelitian ada 2 yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel
bebas pada penelitian ini adalah risiko manajemen material dominan yang
teridentifikasi di proyek gedung bertingkat. Variabel terikat pada penelitian ini
adalah penyimpangan biaya dan keterlambatan waktu.
d. Populasi pada penelitian ini adalah stakeholder yang berperanan dalam sistem
manajemen material yang ada pada proyek konstruksi yang berada di wilayah
Kabupaten Badung dan Kota Denpasar, Bali. Adapun sampel yang digunakan
pada penelitian ini adalah seluruh anggota populasi (teknik sampling jenuh).
e. Sumber data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah hasil dari
penelitian dan narasumber. Pengumpulan data dalam penelitian ini akan
dilakukan melalui kuesioner, wawancara, dan observasi/survey lapangan.
f. Instrumen penelitian digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner,
checklist daftar pertanyaan wawancara, software SPSS, data responden, dan
kamera.
71
4. Pengumpulan Data
a. Data primer pada penelitian ini diperoleh dengan metode wawancara/survey
dan dengan menyebarkan kuesioner kepada pihak-pihak yang terlibat pada
rantai pengadaan material.
b. Data sekunder yang digunakan sebagai landasan teori dari penelitian diperoleh
dari buku-buku, jurnal, makalah, dan lain-lain.
5. Pengujian validitas dan reliabilitas alat ukur yang disebar, jika alat ukur belum
valid maka harus dilakukan perbaikan dan disebar ulang.
6. Metode analisis data :
a. Analisis terhadap data hasil survey yang diperoleh dengan metode AHP
(Analytic Hierarchy Process) dengan mendapatkan nilai bobot dari kriteria
kelompok risiko.
b. Menghitung risk acceptability dengan cara mengalikan rata-rata dari frekuensi
dan konsekuensi tiap risiko yang teridentifikasi.
c. Menghitung risk index dengan cara mengalikan risk acceptability dan bobot
kriteria kelompok risiko tiap risiko yang teridentifikasi.
7. Hasil dan pembahasan didapatkan berupa faktor-faktor risiko manajemen material
yang dominan pengaruhnya terhadap kinerja biaya dan waktu pada proyek gedung
bertingkat, kemudian dilakukan pembahasan.
8. Keputusan diambil dari hasil dan pembahasan, selanjutnya dilakukan validasi
hasil temuan dengan penyusunan literatur. Setelah itu, akan dapat disimpulkan
faktor-faktor risiko manajemen material yang dominan pengaruhnya terhadap
kinerja biaya dan waktu proyek gedung bertingkat yang kemudian dilakukan
tindakan mitigasi.
72
Mulai
Identifikasi Masalah :
1. Survey awal menentukan das sein.
2. Studi literatur menentukan das
sollen.
Pengumpulan Data
A
73
Data Primer :
Data Sekunder :
1. Hasil wawancara
2. Hasil observasi/survey Jurnal-jurnal penelitian
lapangan terdahulu
3. Hasil kuesioner
Ya
Pengolahan Data
• Metode AHP
• Analisis Deskriptif
Selesai
[3] Petroceany, J., Latief, Y., Karunia, A. 2014. “Identifikasi Faktor Risiko Pada
Proses Pengadaan Material Pada Proyek EPC yang Berpengaruh Terhadap
Kinerja Waktu dan Biaya”. Fakultas Teknik, Universitas Indonesia.
[4] Abidin, I., Latief, Y., Trigunarsyah, B., Veronika, A. 2005. “Rekomendasi
Tindakan Koreksi Terhadap Penyimpangan Biaya Pembelian Material
Konstruksi”. Jurnal Teknik Sipil, Vol. 12, No. 3 Juli, Depok.
74
75
[12] Yuma, A. R., Satwarnirat., Lusyana., Natalia, M., Mukhlis. 2019. “Analisa
Faktor-Faktor Mempengaruhi Penyimpangan Biaya Material Terhadap Kinerja
Biaya Akhir Proyek Gedung di Kota Padang”. JIRS, Volume XVI, Nomor 1:
39-47. Politeknik Negeri Padang.
[14] Norken, I N., I G. N., Purbawijaya, I G. N. O., Suputra. 2015. “Pengantar Analisa
Manajemen Risiko Peta Proyek Konstruksi. Udayana University Press. Bali.
[20] Godfrey, P. S., Sir William Halcrow and Partners Ltd. “Control of Risk A Guide
to Systematic Management Of Risk from Construction”. Wesminster London:
Construction Industry Research and Information Association (CIRIA), 1996.
[23] Janna, N. M. 2021. “Konsep Uji Validitas dan Reliabilitas dengan Menggunakan
SPSS”. Makassar.
[25] Susanti, N., Latifah, N., Darmanto, E. 2014. “Penerapan Metode AHP
(Analytical Hierarchy Process) Untuk Menentukan Kualitas Gula Tumbu”.
Jurnal SIMETRIS, Vol. 5, No. 1:75-82. Universitas Muria Kudus.
[26] Mufty, F. 2018. “Mitigasi Risiko Pada Penjadwalan Proyek Pekerjaan Network
Improvement Quality Equipment (NIQE) Fiber Optic (Studi Kasus: PT. Indo
Com Nusantara)”. Tugas Akhir. Tidak Diterbitkan. Fakultas Teknologi Industri.
Universitas Islam Indonesia.
77