Pembimbing :
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LANCANG
KUNING
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur diucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat- Nya,
penulis dapat menyelesaikan Seminar Arsitektur yang berjudul “Kantor Sewa Ramah
Lingkungan Dengan Pendekatan Arsitektur Pasif Di Kota Pekanbaru” Penulis
menyadari bahwa terlaksananya seminar dan selesainya laporan ini berkat bantuan
dari berbagai pihak baik dari pihak Universitas Lancang Kuning. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Imbardi S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Arsitektur Universitas
Lancang Kuning Pekanbaru.
2. Bapak Dr.Yose Rizal,S.t.,M.T. selaku Dosen Pembimbing I yang memberikan
kritik dan masukan untuk penyempurnaan Seminar ini..
3. Bapak Imbardi S.T,.M.T selaku Dosen Pembimbing II dalam Seminar ini
4. Kedua Orang Tua yang telah memberikan do’a serta semangat dan teman-teman
seperjuangan.
5. Serta teman teman seperjuangan.
Akhir kata, penulis berharap Allah SWT membalas segala kebaikan kepada semua
pihak yang telah membantu. Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam
penyusunan laporan ini. Semoga laporan ini berguna untuk para pembanca dan
khususnya bagi penulis.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................vi
DAFTAR TABEL...................................................................................................xiv
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................1
ii
2.2.1.1 Tinjauan Teoritis Fungsi....................................................................8
iii
3.1.7. Analisis Besaran ruang.........................................................................110
3.3.4. Utilitas..................................................................................................146
iv
3.3.4.2 Sistem Pembuangan.......................................................................147
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................158
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2-6 analisis dan konsep dalam arsitektur pasif (Altan et al., 2016)...........19
Gambar 2-8 data kenyamanan kamar tidur utama (Azmi et al., 2013)....................21
Gambar 2-9 Respon kondisi iklim pada tapak (Azmi et al., 2013)..........................22
Gambar 2-10 kenyamanan ruang dengan pendekatan pasif (Azmi et al., 2013).....22
Gambar 2-11 kenyamanan kamar dengan pendekatan pasif (Azmi et al., 2013)....23
Gambar 2-12 bentuk, peletakan, dan orientasi masa (Altan et al., 2016)................24
Gambar 2-14 lansecape untuk iklim panas dan lembab (Seçkİn, 2018).................27
Gambar 2-15 Vegetation and water bodies (The & Environment, n.d.)..................28
vi
Gambar 2-17 ventilasi alami pada Queens Bulding (Joo-Hwa, Bay Boon, 2006)..30
Gambar 2-18 manusia, iklim dan ruang terbuka (Joo-Hwa, Bay Boon, 2006).......32
Gambar 2-20 Potongan bangunan Sahid Sudirman Center (Rent Office, n.d.)........36
Gambar 2-21 Layout lantai Sahid Sudirman Center (Rent Office, n.d.)..................37
Gambar 2-22 Unit kantor sewa pada Sahid Sudirman Center (Carro, n.d.)............37
Gambar 2-23 The energy building Jakarta (The Energy Bulding, n.d.)...................39
Gambar 2-24 Zoning The energy building (The Energy Bulding, n.d.)..................42
Gambar 2-25 Low zone The energy building layout (The Energy Bulding, n.d.)...42
Gambar 2-26 Mid zone The energy building layout (The Energy Bulding, n.d.)....43
Gambar 2-27 high zone The energy building layout (The Energy Bulding, n.d.)...43
Gambar 2-32 data wind rose diagram (Sing & Liang, n.d.)....................................52
Gambar 2-34 data orientasi matahari dan pembayangan (Sing & Liang, n.d.).......53
vii
Gambar 2-36 Light Shelves dan tanpa Light Shelves (Sing & Liang, n.d.)..............55
Gambar 2-39 Themal Chimney concept menjadi atrum (Sing & Liang, n.d.).........58
Gambar 2-51 Penampang jalan pada lokasi sekitar tapak (Dokumentasi pribadi). 67
viii
Gambar 2-55 Penampang memanjang tapak (Dokumentasi pribadi)......................69
Gambar 2-63 Posisi vegetasi pada tapak dan jenisnya (Dokumentasi pribadi).......74
ix
Gambar 2-74 Simulasi matahari pada bulan Januari (Data pribadi).......................84
x
Gambar 2-93 Simulasi matahari pada jam 14 – 00 WIB (Data pribadi).................93
Gambar 3-5 Pencapaian lokasi dari halte terdekat (Google Maps, n.d.)...............120
Gambar 3-6 Pencapaian lokasi dari bandara SSQ II (Google Maps, n.d.)............121
xi
Gambar 3-15 Kondisi eksisting ukuran dan dimensi tapak (Dokumen pribadi) ...
Gambar 3-18 Analisis regulasi GSJ dan GSS (Bappeda Kota Pekanbaru, n.d.)...127
Gambar 3-29 Simulasi paparan sinar matahari pada masa (Dokumen pribadi)....136
xii
Gambar 3-38 Pemanfaatan penghawaan alami (Daya pribadi).............................146
xiii
DAFTAR TABEL
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
Kebutuhan akan permintaan kantor sebagai tempat beraktifitas para tenaga kerja,
khususnya bidang administrasi selalu mengalami peningkatan (Frendi et al., 2016).
Akan tetapi keterbatasan lahan didaerah perkotaan, serta mahalnya harga lahan dan
bangunan pada daerah strategis diperkotaan polemik sehingga beberapa badan usaha
sulit untuk memenuhi kebutuhan akan kantor sebagai wadah beraktifitas dalam
berbisnis tersebut (Fauzan & Dyah, 2019). Oleh karena itu kantor sewa merupakan
alternatif terbaik yang dapat menyelesaikan permasalahan akan kebutuhan
perkantoran di Kota Pekanbaru.
1
tidak digunakannya analisis khusus terhadap pemilihan material dengan nilai
konduktivitas yang rendah agar tidak menghasilkan pelepasan energi berlebih dari
material yang digunakan (Altan et al., 2016). Jika hal tersebut terus dibiarkan maka
kelak Kota Pekanbaru akan mengalami krisis energi dan tidak lagi nyaman untuk
ditempati. Oleh karena rancangan pasif merupakan solusi yang tepat dalam
perencanaan pembangunan di Kota Pekanbaru, dikarenakan berdasarkan penelitian
(Soflaei et al., 2016). dalam jurnalnya “Investigation of Iranian traditional courtyard
as passive cooling” dan (Altan et al., 2016). Dalam bukunya “ZEMCH: Toward the
Delivery of Zero Energi Mass Custom Homes” berpendapat bahwa konsep rancangan
pasif merupakan konsep dengan nilai pengunaan energi paling sedikit dan memiliki
nilai UHI (Urban Heat Island) yang rendah.
Berdasarkan judul, tema dan topik yang diangkat maka didapatkan pernyataan
permsalahan arsitektur sebagai berikut :
2
a. Merancang bangunan kantor sewa yang mempertimbangkan fasilitas
berdasarkan fungsi.
b. Merancang bangunan kantor sewa dengan kebutuhan ruang yang efisien
berdasarkan kajian terhadap kenyamanan ruang gerak manusia.
c. Merancang bangunan kantor sewa ramah lingkungan dengan menggunakan
metode pasif desain dalam penyelesaian permasalahan pencahayaan dan
penghawaan pada bangunan.
a. Maksud
Maksud dari perancangan ini adalah dihasilkannya sebuah kantor sewa yang
ramah lingkungan dengan pendekatan arsitektur pasif serta dapat berfungsi
sebagaimana mestinya.
b. Tujuan
Untuk dapat merancang kantor sewa ramah lingkungan maka dilakukan
metode pendekatan arsitektur pasif dalam penyelesaian permasalahan
penghawaan dan pencahayaan pada bangunan.
Berdasarkan latar belakang, maksud dan tujuan dari perencanaan ini maka
didapatkan sasaran Arsitektural sebagai berikut :
3
1.5. Lingkup Permasalahan
Berdasarkan judul, tema dan topik yang diangkat berikut lingkup permasaahan
arsitektural yang akan diselesaikan pada tahapan seminar ini :
4
BAB 2
TINJAUAN UMUM DAN TINJAUAN KHUSUS
Tinjauan ini merupakan tinjauan terkait faktor yang mempengaruhi jenis dan
spesifikasi kantor sewa yang akan direncanakan. Adapun data yang dikumpulkan
pada tahapan ini yaitu data terkait kondisi, orientasi dan perkembangan perekonomian
Provinsi Riau
5
Gambar 2-1 Distribusi produk domestik regional bruto regional Sumatra triwilan I-
2021 (Misfaruddin, 2021).
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa Provinsi Riau merupakan provinsi
diperingkat 2 dalam distribusi produk domestik regional bruto regional Sumatra
triwilan I-2021 dan peringkat 2 dalam pertumbuhan produk domestik regional bruto
regional Sumatra triwulan I-2021 hal ini dapat mengindikasikan bahwa Provinsi Riau
merupakan salah satu Provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di pulau
Sumatera.
6
Gambar 2-3 Jenis lapangan usaha di Provinsi Riau (Misfaruddin, 2021).
7
Berdasarkan data diatas didapatkan informasi bahwa lebih dari 70% lapangan
usaha yang ada di Provinsi Riau merupakan usaha yang umumnya memiliki bagian
khusus administrasi. Hal ini merupakan sebuah potensi yang dapat direspon oleh
perancangan kantor sewa khususnya di Ibu Kota Provinsi Riau yaitu Kota Pekanbaru.
Tinjauan ini merupakan tinjauan spesifik terhadap informasi terkait objek yang
akan direncanakan. Informasi yang diambil didalam tinjauan ini merupakan data yang
akan diolah dalam proses analisis.
Pada pembahasan ini tinjauan teori diklasifikasikan menjadi dua yaitu tinjauan
teoritis fungsi dan tinjauan teoritis tema.
Kantor sewa adalah bangunan yang di dalamnya terjadi kegiatan interaksi bisnis
dengan pelayanan secara professional, kantor sewa terdiri dari ruang- ruang tipikal
dengan status pemakai sebagai penyewa atas ruang yang digunakan. Berdasarkan
tipenya kantor sewa dapat dibai menjadi 3 jenis yang berbeda yaitu small space,
medium space, dan large space(Danang & Rahmat, 2018).
8
Pertumbuhan kebutuhan kantor sewa dilatar belakangi oleh tingginya kebutuhan
ruang usaha pada daerah perkotaan (Fauzan & Dyah, 2019). Menurut (Frendi et
al., 2016). pada umumnya kantor sewa merupakan bangunan dengan tipologi
vertikal untuk memaksimalkan penggunaan lahan pada lokasi strategis untuk
merespon pesatnya pertumbuhan ekonomi khususnya di daerah kota besar.
Sedangkan menurut (Azmi et al., 2013). kantor sewa adalah bangunan atau ruang
yang disewakan dengan fungsi sebagai tempat bekerja, artinya segala bentuk
bangunan yang disewakan sebagai kantor dapat diartikan sebagai kantor sewa.
Menurut (Marliana, 2007). ada secara prinsip ada 3 faktor yang mempengaruhi
efisiensi perencanaan sebuah kantor sewa, yaitu.
a. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan faktor yang dapat mempengaruhi untung ruginya
sebuah rancangan kantor sewa, oleh karena itu faktor ini harus diperhatikan agar
kantor sewa yang direncanakan sesuai dengan kebutuhan pasar. Ada tiga hal
yang harus diperhatikan dalam prinsip ini yaitu
1. Merencanakan kebutuhan kantor
Untuk dapat merencanakan sebuah kantor sewa yang sesuai dengan
kebutuhan pasar maka dibutuhkan informasi sebagai berikut :
a) Kebutuhan dan potensi ruang usaha pada suatu wilayah. Informasi ini
dibutuhkan untuk mengetahui jenis kantor sewa yang akan direncanakan
b) Jumlah penduduk pada suatu wilayah. Informasi ini dibutuhkan untuk
merencanakan skala kantor sewa yang akan direncakanan
c) Kapasitas tenaga kerja pada suatu wilayah. Informasi ini dibutuhkan untuk
mengetahui kapasitas ruang pada kantor sewa yang akan direncanakan.
2. Pemodalan dan pengembalian modal
9
Hal ini berkaitan dengan perencanaan modal dan waktu pengembalian
modal sebuah rancangan kantor sewa. Secara garis besar proses perencanaan
ini dibagi menjadi 3 yaitu.
a) Perencanaan modal pembangunan
b) Perencanaan modal operasional dan pemeliharaan
c) Perencanaan modal pemasaran dan pengembangan.
3. Penyewaan kantor
Hal ini membahas tentang sistem penyewaan kantor yang akan dilakukan
pada rancangan. Secara umum berikut istilah- istilah yang digunakan dalam
sistem penyewaan kantor sewa:
a) Gross area system, merupakan sistem sewa dengan menghitung seluruh
bagian dari bangunan. Dalam sistem ini bangunan kantor sewa dibagi
menjadi 2 jenis yaitu
Usable floor area ( Area kerja yang disewakan )
Common floor area ( Area servis yang disewakan )
b) Net area system, merupakan sistem sewa yang hanya menyewakan area
kerja tertentu saja. Dalam sistem ini bangunan dibagi menjadi 2 area
yaitu
Servis floor area (Area servis yang tidak disewakan)
Rentable floor area (Area kerja yang disewakan)
c) Semi gross system, Merupakan sistem yang menyewakan area kerja
ditambah fasilitas pendukung. Dalam sistem ini bangunan dibagi
menjadi 3 area yaitu
Servis floor area (Area servis yang tidak disewakan)
Rentable use floor area (Area kerja yang disewakan)
Rentable common floor area (Area pendukung yang disewakan)
b. Faktor Konstruksi
10
Merupakan faktor yang membahas prinsip- prinsip yang mempengaruhi
tipologi bangunan. Berikut hal- hal yang harus diperhatikan pada prinsip ini.
1. Modul ruang sewa, merupakan pola modul layout ruang sewa tipikal.
Dalam hal ini secara umum modul dalam bangunan kantor sewa biasa
dibagi menjadi 3 yaitu.
a) Small space.
b) Medium space.
c) Large space.
2. Efisiensi dan efektifitas penataan ruang, efisiensi ruang pada fungsi ini
mengutamakan luasan ruang yang bisa disewakan.
3. Tipe lantai yang disewakan, tipe lantai yang digunakan dapat dipilih
berdasarkan sistem penyewaan yang diterapkan pada kantor sewa.
4. Jenis kegiatan, jenis kegiatan direncanakan berdasarkan informasi
kebutuhan dan potensi usaha pada sekitar lokasi yang direncanakan.
5. Faktor ekonomi, faktor ini berhubungan dengan daya beli masyarakat pada
wilayah yang direncanakan. Sehingga mempengaruhi standar kualitas
ruang yang akan disewakan.
c. Faktor Lingkungan
Pada faktor ini prinsip yang digunakan yaitu prinsip perancangan ramah
lingkungan dengan pendekatan arsitektur pasif. Detail prinsip- prinsip yang
digunakan akan dibahas pada pembahasan khusus teori terkait tema yang
digunakan pada perencanaan kantor sewa ini.
11
Berdasarkan modulnya ruangan dalam kantor sewa dapat diklasifikasikan
menjadi 3 jenis modul yaitu.
1. Small space, memiliki spesifikasi sebagai berikut
a) Memiliki kapsitas 1-3 orang
b) Luas area minimal 8m2 dan maksimal 40m2
2. Medium space, memiliki spesifikasi sebagai berikut
a) Kapasitas memadai untuk grup kerja
b) Luas area minimal 40m2 dan maksimal 150m2
3. Large space, memiliki spesifikasi sebagai berikut
a) Kapasitas memadai untuk banyak grup kerja
b) Luas area diatas 150m2
b. Klasifikasi berdasarkan beruntukannya
Berdasarkan peruntukannya kantor sewa dapat diklasifikasikan menjadi 2
yaitu
1. Kantor sewa dengan fungsi tunggal
Kantor sewa jenis ini merupakan kantor sewa dengan kegiatan yang
sifatnya cenderung sama.
2. Kantor sewa dengan fungsi majemuk
Merupakan kantor sewa yang di dalamnya memiliki beberapa fungsi
dengan analisis dan kebutuhan yang berbeda. Jenis kantor sewa ini pada
umumnya memiliki analisis yang lebih kompleks dibandingkan kantor sewa
fungsi tunggal.
c. Klasifikasi berdasarkan jumlah penyewa
Berdasarkan Jenis penyewaanya kantor sewa dapat diklasifikasikan menjadi
3 yaitu.
1. Penyewaan tunggal, yaitu yaitu kantor sewa yang disewakan untuk satu
penyewa saja
2. Penyewaan lantai tunggal, yaitu kantor sewa yang disewakan perlantai
untuk satu penyewa.
12
3. Penyewaan lantai majemuk, yaitu kantor yang memiliki beberapa unit pada
setiap lantainya dan dapat disewa oleh beberapa penyewa.
d. Klasifikasi berdasarkan pengelolaannya
Berdasarkan pengelolaan dan peruntukannnya kantor sewa dapat
diklasifikasikan sebagai berikut.
1. Tenant owned office building, adalah kantor sewa yang dibangun dan
dominan digunakan oleh owner.
2. Speculative office building, adalah kantor sewa yang dibangun dan seluruh
bangunannya disewakan secara umum untuk memenuhi kebutuhan pasar.
3. Invesment type office building, merupakan kantor sewa yang disewakan
kepada satu perusahaan, atau sebagian besar dari kantor disewakan pada satu
perusahaan tertentu.
4. Tailor mode building, merupakan kantor sewa yang dirancang khusus untuk
satu penyewa tertentu.
e. Klasifikasi berdasarkan pembagian layout denah
Berdasarkan pembagian ruang dan layoutingnya kantor sewa dapat dibagi
menjadi 3 jenis yaitu
1. Cellular system, system ini merukapan system layout bangunan yang
disusun memanjang dengan sekat- sekat khusus dan memiliki tingkat privasi
yang tinggi pada setiap ruangnya.
2. Group space system, system ini merupakan system pengelompokan ruang
yang dapat menampung 5-15 karyawan pada setiap ruangnya. Bangunan yang
menerapkan system ini pada umumnya memili kedalaman ruang 15-20 meter
dari koridor ke dinding terluar bangunan.
3. Landscape/ Open plan system, system ini memiliki susunan ruang yang
cenderung lebih fleksibel dengan pembatas antar ruang dan zona
menggunakan furniture atau partisi yang mudah untuk dirubah.
f. Klasifikasi berdasarkan kedalaman ruang.
13
Berdassarkan kedalaman ruangnya kantor sewa dapat diklasifikasikan
menjadi 3 jenis yaitu
1. Sallow space, bangunan kantor sewa dengan kedalaman ruang 6-7 meter.
Bangunan dengan type ini biasanya untuk bangunan dengan pola layout
celluar system
2. Medium depth space, bangunan kantor sewa dengan kedalaman 8-10 meter.
tipe ini biasanya digunakan oleh bangunan yang menerapkan group space
system pada pola layout ruangnya.
3. Deep space, bangunan dengan kedalaman ruang 11-19 meter. Bangunan
type ini bisa digunakan untuk bangunan kantor sewa yang menggunakan pola
layout kombinasi celluar system dan group space system.
4. Very deep space, merupakan bangunan dengan kedalaman ruang lebih dari
20 meter. Bangunan ini dapat menerapkan pola layoting cellular system,
medium depth space, dan landscape/ open plan system secara kombinasi atau
bersamaan.
g. Klasifikasi berdasarkan jalur pencapaian
Berdasarkan jalur pencapaiannya bangunan kantor sewa dapat
diklasifikasikan menjadi 2 jenis yaitu.
1. Tipe koridor terbuka, merukapan bangunan kantor dengan jalur sirkulasi
linear sebagai akses pencapaiannya.
2. Tipe menara, merupakan bangunan kantor yang relatif kecil dan cenderung
menggunakan sirkulasi vertikal sebagai akses pencapaiannya.
Tinjauan terkait tema dilakukan dengan studi pustaka terhadap jurnal- jurnal
bereputasi nasional dan internasional, adapun jenis data yang didapatkan berupa data
primer dan sekunder yang dapat dipertanggungjawabkan.
14
A. Arsitektur Berkelanjutan
b. Arsitektur industri
Priode ini dimulai dari abad 18 sampai dengan abad 19. Karakteristik
priode ini adalah sumberdaya berlimpah, inovasi teknologi dan material serta
explorasi energi dilakukan secara besar- besaran. Pada priode ini sistem
pengkondisian bangunan diselesaikan dengan menggunakan inovasi teknologi
seperi lampu dan AC.
Selain itu perkembangan teknologi pada priode ini menjadikan material
mudah diproduksi secara masal dan dapat digunakan dimana saja. Hal ini
mengakibatkan karakteristik iklim dan budaya lokal tidak lagi menjadi suatu
pertimbangan khusus dalam karya arsitektur.
15
c. Arsitektur pasca industri
Priode ini dimulai setelah abad 19 sampai dengan saat ini. Karakteristik
priode ini yaitu keterbatasan sumberdaya dan pengembangan teknologi
lanjutan. Pada priode ini sistem pengkondisian bangunan dilakukan
menggunakan teknologi hybrid yang terukur dengan mempertimbangkan
keberlanjutan energi dan lingkungan, hal tersebut dilatarbelakangi oleh isu- isu
lingkungan yang disebabkan explorasi energi secara besar- besaran yang
dilakukan dari abad 18 sampai abad 19.
Berdasarkan tren perkembangan arsitektur di atas maka dapat di simpulkan
bahwa konsep arsitektur berkelanjutan merupakan konsep yang paling relavan
untuk digunakan pada masa ini, dikarenakan konsep ini dibuat dengan tujuan
untuk menyempurnakan dan memperbaiki dampak dari tren arsitektur masa
sebelumnya.
B. Pasif Desain
1. Sistem pasif.
Merupakan sistem operasional bangunan dengan konsumsi energi
terkecil karena pada prinsipnya pengaplikasian sistem ini sama sekali tidak
menggunakan bantuan sistem mekanis.
16
2. Sistem aktif.
Merupakan sistem operasional bangunan dengan konsumsi energi
terbesar dikarenakan sistem ini sepenuhnya menggunakan bantuan mekanis.
Keunggulan dari sistem ini yaitu target kenyamanan bangunan lebih mudah
untuk dicapai.
3. Sistem hybrid
Merupakan sistem operasional campuran antara sistem aktif dan sistem
pasif. Sistem ini bertujuan untuk meminimalkan konsumsi energi dengan
sistem pasif kemudian mencapai kenyamanan maksimal dengan
mengaplikasikan sistem aktif. Konsumsi energi pada sistem ini relatif
tergantung pada rasio sistem yang digunakan.
4. Sistem produktif
Sistem produktif merupakan pengembangan dari sistem hybrid, sistem
ini lebih kompleks dikarenakan selain menekan kebutuhan energi sistem ini
juga harus dapat menghasilkan energi bagi dirinya dan lingkungan sekitar.
17
Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa sistem pasif memiliki
pencapaian kenyaman terendah jika dibandingkan dengan sistem- sistem
operasional bangunan lainnya. Sedangkan sistem aktif atau full mode
merupakan sistem dengan tingkat kenyamanan paling stabil.
Gambar 2-5 Diagram konsumsi energi yang digunakan oleh masing- masing
sistem pengoperasian bangunan (Yeang, 1999)
18
konsep pemikiran arsitektur tersendiri yang pada saat ini dikenal dengan
konsep arsitektur pasif.
Gambar 2-6 analisis dan konsep dalam arsitektur pasif (Altan et al., 2016)
pasif desain merupakan konsep yang digunakan untuk meminimalkan tren
global terhadap penggunaan desain aktif yang dianggap memiliki dampak
19
negatif terhadap lingkungan (Soflaei et al., 2016). Berdasarkan
perkembangannya pasif desain merupakan konsep dan norma rancangan masa
lalu “membangun dengan alam” akan tetapi ditafsirkan kembali agar sesuai
dengan kebutuhan saat ini dan masa depan. Salah satu hal terpenting yang harus
diperhatikan untuk mendapatkan kenyaman termal yang baik pada bangunan
penting bagi perancang mempertimbangkan suhu dan kelembapan pada iklim
lokal. (Bansal, 2019).
20
Gambar 2-7 data kenyamanan ruang keluarga dan ruang makan pada konsep
rumah deret konvensional (Azmi et al., 2013).
Gambar 2-8 data kenyamanan kamar tidur utama pada konsep rumah deret
konvensional (Azmi et al., 2013)
21
Gambar 2-9 Reorientasi bangunan agar dapat merespon kondisi iklim pada
tapak (Azmi et al., 2013)
Gambar 2-10 data kenyamanan ruang keluarga dan ruang makan pada
konsep rumah deret dengan pendekatan arsitektur pasif (Azmi et al.,
2013).
22
Gambar 2-11 data kenyamanan kamar tidur utama pada konsep rumah deret
dengan pendekatan arsitektur pasif (Azmi et al., 2013).
23
Gambar 2-12 alternatif bentuk masa, peletakan masa, dan orientasi masa
(Altan et al., 2016).
c) Choice of materials
Kondisi dan iklim lingkungan menjadi faktor utama yang perlu
diperhatikan dalam proses pemilihan material, selain itu sifat material juga
harus dipertimbangkan dalam pemilihannya seperti warna, sifat insulasi dan
tipe perakitannya. Hal ini dibutuhkan karena material memiliki peran
penting untuk mengurangi proses pertikaran panas antara ruang luar dan
ruang dalam pada bangunan.
24
Gambar 2-13 beberapa bangunan dengan fasad yang menggnakan
material yang berbeda (Sandak et al., 2019).
25
maka semakin besar pula energi yang dihasilkan pada suatu bangunan
sehingga dapat mempengaruhi kenyamanan termal pada bangunan tersebut.
26
Gambar 2-14 Teknik lansecape untuk iklim panas dan lembab (Seçkİn,
2018).
27
Gambar 2-15 Vegetation and water bodies (Kinetic membrane of the
Brisbane Domestic Terminal Airport Carpark by Ned Kahn.) (The &
Environment, n.d.)
Selain vegetasi water bodies atau perairan juga menjadi salah satu
mekanisme pendingin yang saat ini sedang diperhatikan. Mekanisme ini
memiliki keuntungan dapat memodifikasi kondisi termal dengan
memanfaatkan sistem penguapan yang terjadi pada permukaan air.
f) Daylighting
Sinar matahari merupakan salah satu potensi yang dapat dimanfaatkan
oleh desain pasif. Untuk dapat memanfaatkannya secara maksimal
dibutuhkan strategi agar sinar yang diperoleh tidak mempengaruhi
kenyamanan termal dan cahaya pada bangunan. Menurut (Lentz & Lentz,
2010) cahaya matahari dianggap dapat masuk kedalam bangunan sejauh 2,5
kali dari tinggi ruang dalam bangunan.
28
Gambar 2-16 Tiga komponen Daylight Factor (Rizal et al., 2016)
Secara umum ada dua komponen utama yang menjadi strategi yang
dapat digunakan untuk manfaatkan potensi sinar matahari siang yaitu,
jendela dan shading. Jendela berfungsi sebagai jalur masuknya sinar dan
shading berfungsi sebagai reflektor serta penyesuai intensitas cahaya yang
masuk pada bangunan.
Menurut (Intyanto et al., 2020). dalam “Estimated Optimum Internal
Illuminance Distribution based on Standard Deviation and Mean of
Variation of Window Opening Position in a Room” ukuran dan posisi suatu
jendela menjadi variable utama yang menentukan seberapa efisien bukaan
tersebut dapat mendistribusikan cahaya pada suatu ruang.
g) Space conditioning
Pengkondisian ruang merupakan salah satu hal yang membutuhkan
banyak energi, karena untuk mencapai kenyamanan termal pada ruang
dibutuhkan usaha tertentu agar di dapatkan kenyamanan yang sesuai. Berikut
7 teknik pengkondisian ruang menurut (Altan et al., 2016).
29
1. Passive cooling
Teknik ini berfokus pada pembatasan panas masuk dan pengalihan
panas yang dihasilkan dengan tanpa menggunakan energi mekanis.
2. Preventive techniques
Teknik ini merupakan teknik pencegahan bangunan dari
kemungkinan bangunan tidak dapat merespon kondisi iklim dengan
maksimal. Beberapa teknik pencegahan yang dapat dilakukan pada tahap
perencanaan yaitu perencanaan orientasi, perencanaan peletakan masa,
perencanaan bentuk masa serta perilaku manusia yang berdasarkan
fungsinya.
3. Natural ventilation
Teknik ini merupakan teknik mengalirkan angin pada bangunan.
Berdasarkan sifatnya teknik ini terbagi dua yaitu teknik pasif (alami)
dengan tanpa menggunakan bantuan mekanik serta teknik aktif dan
campuran yang menggunakan bantuan energi mekanik.
30
Secara pinsip teknik ventilasi pasif dirancang dengan merespon sifat dari
angin yaitu angin bergerak dari udara bertekanan rendah ke udara
bertekanan tinggi.
4. Radiative
Teknik ini merupakan teknik yang bertujuan untuk untuk menyerap
dan menyimpan panas melalui elemen atap dan dinding. Hal ini bertujuan
untuk menjauhkan ruang dalam dari panas bangunan serta menyimpan
panas untuk kemudian dilepaskan pada saat malam hari sebagai alternatif
penghangat ruang. Teknik ini bergantung pada material yang digunakan
serta pemahaman karakteristik iklim pada lingkungan.
5. Evaporative
Teknik ini merupakan teknik pendingin alami yang memanfaatkan
kondisi alami proses evaporasi, untuk kemudian menjadi sistem
pendingin dan pengkondisi kelembapan alami pada lingkungan.
6. Earth coupling
Teknik ini merupakan teknik pendingin udara alami dengan
memanfaatkan suhu konstan tanah bumi. Secara teknis strategi ini
dilakukan dengan mengalirkan udara dari luar ruangan kedalam
terowongan dalam tanah kemudian memanfaatkan tanah bumi sebagai
alat untuk menyerap panas dalam udara lalu disalurkan kedalam ruangan.
7. Passive Heating
Strategi ini merupakan strategi pemanas pasif dengan menafaatkan
panas matahari.
31
Ventilasi alami merupakan instrumen utama untuk dapat mencapai
kenyamanan termal pada bangunan. Hal ini dikarenakan fungsi ventilasi
sebagai akses keluar masuknya udara kedalam bangunan serta dapat
mempengaruhi pergerakan udara dalam bangunan.
Pada dasarnya ventilasi sebagai strategi berbasis pasif ini sudah
diterapkan jauh sebelum penggunaan HVAC ada. Para perancang zaman
dulu telah memanfaatkan strategi ini untuk menghilangkan udara kotor dari
bangunan serta mempertahankan kenyamanan.
b. Courtyard design
Desain halaman dalam bangunan merupakan teknik yang bertujuan
untuk memasukkan ruang terbuka kedalam bangunan yang berfungsi sebagai
sumber pencahayaan alami, pemanas alami serta pendingin alami ke bagian
ruang dalam bangunan.
32
Menurut (Abass et al., 2016). dalam jurnalnya “A Review Of Courtyard
House: History Evolution Forms, And Functions” teknik ini dapat
meningkatkan manfaat termal dengan cara mengoptimalisasikan iklim
mikro.
c. Orientation
Orientasi merupakan strategi yang mempelajari jalur edar matahari dan
gerakan angin lalu kemudian direspon dalam bentuk gubahan masa, arah
bangunan serta blok peletakan masa bangunan. Strategi ini juga berfungsi
untuk menentukan pembagian ruang menurut kebutuhan serta tataletaknya
berdasarkan jumlah kebutuhan cahaya. Menurut (Morrissey et al., 2011).
perencanaan orientasi merupakan tahapan pertama dan utama dalam konsep
perencanaan pasif khususnya yang berhubungan terhadap solar energi.
d. Material consideration
pemilihan material menajadi hal yang penting untuk diperhatikan
dikarenakan kesalahan dalam pemilihan material akan berdampak terhadap
lingkungan. Ada 5 kriteria material yang harus diperhatikan dalam
pemilihannya :
1. tersedia secara lokal.
2. energi yang terkandung harus rendah.
3. memiliki efek minimumterhadap lingkungan.
4. dapat merespon kondisi iklim lokal.
5. dapat diperbaharui.
33
2.2.2. Tinjauan Empiris
34
Gambar 2-19 Sahid Sudirman Center (Sahid Sudirman Center, n.d.)
35
Gambar 2-20 Potongan bangunan Sahid Sudirman Center (Rent Office, n.d.)
36
Gambar 2-21 Layout lantai Sahid Sudirman Center (Rent Office, n.d.)
Gambar 2-22 Unit kantor sewa pada Sahid Sudirman Center (Carro, n.d.)
37
Tabel 2-1 Deskripsi bangunan Sahid Sudirman Center
Bangunan ini merupakan salah satu bangunan tinggi di Jakarta. The energy
building dirancang oleh salah seorang arsitek ternama dunia yaitu Kohn Pederson
Fox dan mulai dibuka pada tahun 2018.
38
Gambar 2-23 The energy building Jakarta (The Energy Bulding, n.d.)
39
Bangunan ini mengklaim memiliki sertifikat ramah lingkungan dengan
menerapkan teknologi- teknologi canggih ramah lingkungan dalam penyelesaian
permasalahan kenyamannya seperti penggunaan teknologi VRV pada sistem
pendinginnya dan penggunaan lampu LED hemat energi sebagai alternatif
pencahayaan pada bangunan, selain itu bangunan ini juga memiliki sistem
pengolahan air bersih sehingga sebagian air yang telah digunakan dapat dipakai
kembali.
40
41
Gambar 2-24 Zoning pada banguan The energy building (The Energy Bulding,
n.d.)
Gambar 2-25 Low zone The energy building layout (The Energy Bulding, n.d.)
42
Gambar 2-26 Mid zone The energy building layout (The Energy Bulding, n.d.)
Gambar 2-27 high zone The energy building layout (The Energy Bulding, n.d.)
Berikut deskripsi bangunan The energy bulding beserta beberapa fasilitas
yang disediakan.
Spesifikasi Umum
43
Tinggi plafond 2,75m
Dinding exterior
2 Service elevators
44
C. Alamanda Tower (Jakarta)
45
Gambar 2-28 Alamanda Tower (Alamanda Tower, n.d.)
Berdsasarkan kajian (Marliana, 2007). dalam bukunya “Panduan Perancangan
Bangunan Komersil” bangunan Alamanda Tower merupakan rancangan kantor
dengan tipe menara dengan sistem layouting Group space system, serta modul
ruang kantor medium space dan large space.
46
Gambar 2-29 Low Zone tipikal layout (Alamanda Tower, n.d.)
47
Berikut deskripsi dan beberapa informasi mengenai fitur ramah lingkungan
Alamanda Tower.
Alamanda Tower
Spesifikasi Umum
1 lift servis
1 eskalator
48
- Menggunakan air daur ulang.
- Menggunakan fitur pencahayaan hemat
energi.
- Memiliki taman yang luas
- Beban pendingin yang rendah sehingga
lebih hemat energi
49
Gambar 2-31 National Library, Singapore (Mutuli, n.d.)
Perpustakaan ini dilengkapi juga dengan fasilitas seperti pusat drama yang
terletak di tingkat 2 sampai 5 yang dikelola langsung oleh dewan kesenian
Nasional Singapura. Selain itu terdapat juga closed viewing point “The pod” yang
terletak di lantai 16, area ini dirancang khusus dengan fungsi aktifitas kegiatan
berbagai acara. Selain itu bangunan ini juga memiliki beberapa area hijau di
beberapa titik strategis salah satunya SKY-park yang memberikan pemandangan
kota yang indah. Ada juga ruangan yang dinamakan “Plaza” terletak di samping
lobi yang berfungsi sebagai ruang pameran.
50
Berdasarkan riset tentang “Identifying Innovative Passive Design Strategies”
pada bangunan National Library of Singapore yang dilakukan oleh (Sing & Liang,
n.d.). didapatkan informasi terkait proses dan konsep rancangan bangunan
National Library of Singapore tersebut seperti berikut.
a. Proses pengambilan data dan analisis
Pada tahap ini dilakukan riset terkait informasi iklim pada tapak, ada 3 data
utama yang dibutuhkan dalam perwujudan konsep pasif pada rancangan yaitu.
1. Data termal
Data ini merupaka data termal dan kelembapan pada lokasi sekitar
tapak, serta data hubungan antara termal dan kelembapan. Data ini akan
mempengaruhi proses rancangan dan perencanaan pertukaran panas antara
ruang luar dan ruang dalam serta menjadi pertimbangan dalam strategi
pendingin yang digunakan.
2. Data angin.
Data angin merupakan data kecepatan dan arah angin pada lokasi sekitar
tapak. Data ini kemudian diolah dalam bentuk wind rose diagram untuk
untuk kemudian direspon dalam proses perancangan bangunan.
51
Gambar 2-32 data wind rose diagram (Sing & Liang, n.d.)
3. Data matahari
Data ini meliputi data intensitas cahaya matahari serta jalur edar
matahari. Data ini sangat mempengaruhi rencana orientasi bangunan, bentuk
bangunan serta material yang digunakan, serta mempengaruhi juga detail-
detail kecil yang dapat memberikan kenyaman pencahayaan dan
penghawaan pada bangunan.
52
Gambar 2-34 data orientasi matahari dan pembayangan dengan bantuan
aplikasi Ecotect (Sing & Liang, n.d.)
53
b. Desain dan konsep rancangan
Tahap ini merupakan lanjutan dari tahapan sebelumnya, pada tahapan ini
dilakukan pengambilan kesimpulan dari proses penyelsaian masalah yang telah
dilakukan. Kesimpulan penyelesaian permasalahan dapat dibagi menjadi 2
yaitu.
1. Konsep umum
Konsep umum yang dihasilkan meliputi konsep sebagai berikut
- Orientasi bangunan
- Konfigurasi bangunan (geometrid an layout)
- Ventilasi bangunan
- Lantai dan plafon
- Lokasi core
- Fasad bangunan
- Ruang dalam
- Kedalaman bangunan
- Landscape dan shading
2. Konsep khusus
Konsep ini merupakan konsep yang dihasilkan dari proses analisis
dengan menggunakan pendekatan khusus terhadap konsep yang diangkat.
Dalam konteks ini konsep dan pendekatan khusus yang digunakan yaitu
pasif desain sehingga menjadi suatu fitur khusus pada rancangan.
- Light shelves concept
Light shelves adalah strategi pencahayaan pasif di mana permukaan
horizontal atau miring atau bahkan sedikit melengkung ditempatkan pada
bukaan bangunan di atas garis pandang untuk memantulkan sinar
matahari ke langit-langit, sehingga memasukkan cahaya lebih jauh ke
dalam bangunan.
54
Gambar 2-36 Perbandingan jalur masuk cahaya menggunakan Light
shelves dan tanpa Light shelves (Sing & Liang, n.d.)
55
Gambar 2-37 Light Shelves design (Sing & Liang, n.d.).
56
- Themal chimney concept
Themal chimney merupakan sebuah strategi pengkondisian udara
pasif yang dipadukan dengan system ventilasi silang (cross ventilation).
Prinsip utama pada sistem ini yaitu memberikan ruang aliran udara
melalui sebuah cerobong untuk kemudian dilakukan pertukaran udara
hangat dan dingin melalui ventilasi silang.
Gambar 2-38 Asumsi pola aliran udara pada Themal Chimney Concept
(Sing & Liang, n.d.).
57
Gambar 2-39 Themal Chimney concept merupakan sebuah cerobong
udara yang telah di transformasikan menjadi sebuah atrum (Sing &
Liang, n.d.)
58
2.2.3. Tinjauan Kontekstual
Data ini berisikan informasi dan gambaran tapak yang akan dijadikan lokasi
perencanaan.
a. Lokasi tapak secara geografis
Secara geografis tapak berada di Negara Indonesia, Provinsi Riau, Kota
Pekanbaru, Kecamatan Tenayan Raya (terletak pada Wilayah Pengembangan
IV).
59
Gambar 2-40 Peta provinsi Riau (Google, n.d.)
60
Gambar 2-41 Peta Kota Pekanbaru (Google, n.d.)
Gambar 2-42 Posisi tapak pada kawasan sekitar lapangan MTQ Kota
Pekanbaru (Google Earth, n.d.)
61
Batasan dan dimensi tapak merupakan informasi terkait gambaran batas
tapak, ukuran tapak, serta luasan tapak.
A B
C D
62
A B
A B
63
A B
C D
c. Aksesibilitas tapak
Aksasbilitas tapak merupakan informasi pencapaian pada tapak, dan akses
sirkulasi sekitar tapak serta penampang jalan pada lokasi sekitar tapak.
Berdasarkan data yang didapat tapak dapat diakses langsung dari 3 sisi yaitu
Jl.Jendral Sudirman, Jl.Parit Indah, Jl.Ok.M.Jamil,
64
Gambar 2-48 Jl. Jedral sudirman (Google Earth, n.d.)
65
Gambar 2-50 Jalan Ok.M.Jamil (Google Earth, n.d.)
66
D
67
Gambar 2-52 Kondisi permukaan tanah pada tapak (Dokumentasi pribadi.
Gambar 2-53 Tanaman yang tumbuh didalam area tanah timbunan pada tapak
(Dokumentasi pribadi).
68
Gambar 2-54 Penampang memanjang tapak (Dokumentasi pribadi).
e. Orientasi tapak
Merupakan pembahasan yang berisikan informasi terkait orientasi edar
matahari pada tapak, serta orientasi pandangan dari dalam keluar dan dari luar
kedalam tapak.
69
Gambar 2-56 Orientasi matahari pada tapak (Dokumentasi pribadi).
70
Gambar 2-58 Orientasi pandangan dari dalam keluar tapak (Dokumentasi
probadi).
71
Gambar 2-60 Karakter aktifitas sekitar tapak (Dokumentasi pribadi).
72
Tinjauan vegetasi pada tapak merupakan pencarian informasi terkait titik-
titik vegetasi pada tapak dan jenisnya.
73
Gambar 2-63 Posisi vegetasi pada tapak dan jenisnya (Dokumentasi pribadi).
74
Berdasarkan grafik diatas didapatkan kesimpulan bahwa suhu tertinggi pada
masing- masing bulan yaitu Januari 33.2oC, Februari 36.0oC, Maret 34.3oC, April
34.8 oC, Mei 34.3, Juni 33.3 oC. Juli 34.0 oC, Agustus 33.2 oC, September 35.7 oC,
Oktober 35.8, November 32.7, dan desember 33.3 oC. Sedangkan suhu terendah
pada masing- masing bulan yaitu Januari 21.6 oC, Februari 21.4oC, Maret 21.1oC,
April 21.9oC, Mei 22.2oC, Juni 20.8oC, Juli 21.5oC, Agustus 21.2oC, September
20.6oC, Oktober 21.0oC, November 20.6oC, dan desember 20.8oC. Temperatur
udara tertinggi terjadi pada bulan Februari dengan suhu maksimal 36.0oC dan
temperatur udara terendah terjadi pada bulan September dan November yaitu
20.6oC.
Gambar 2-65 Grafik data temperatur dan kelemapan udara 14 Februari 2020
dengan suhu tertinggi 36.0 oC yang terjadi pada jam 14.00 WIB (Dokumen
pribadi).
75
Gambar 2-66 Grafik data temperatur dan kelemapan udara 13 November 2020
dengan suhu udara terendah 20.6 oC yang terjadi pada jam 08.00 WIB (Dokumen
pribadi).
b. Data angin
Data ini merupakan informasi yang berisikan kecepatan angin, orientasi angin,
serta durasi hembusan angin pada tahun 2020 yang terbagi kedalam data all day
(00 - 24), morning (06.00 – 10.00), mid-day (10.00 – 14.00), afternoon (14.00 –
18.00), evening (18.00 – 22.00), night (22.00 – 06.00) . Data disajikan dalam
bentuk Wind rose diagram.
76
Prevailing Winds
Gambar 2-67 data angin (all day) pada tahun 2020 dalam bentuk Wind rose
diagram (Dokumen pribadi).
Berdasarkan data angin (all day) di atas didapatkan informasi bahwa orientasi
angin dipekanbaru cenderung merata. Sedangkan kecepatan angin tertinggi yaitu
50km/h berasal dari arah 0o, 225 o, 300 o. dan kecepatan angin terendah yaitu
35km/h berasal dari arah 67 o, 180 o, 337 o.
77
Prevailing Winds
Gambar 2-68 data angin (morning) pada tahun 2020 dalam bentuk Wind rose
diagram (Dokumen pribadi).
Berdasarkan data angin (morning) di atas didapatkan informasi bahwa
kecepatan angin pada jam 06.00 – 10.00 cenderung rendah dengan kecepatan
maksimal 30km/h dan kecepatan angin minimal 15km/h.
78
Prevailing Winds
Gambar 2-69 data angin (mid day) pada tahun 2020 dalam bentuk Wind rose
diagram (Dokumen pribadi).
Berdasarkan data angin (mid day) di atas didapatkan informasi bahwa
kecepatan angin pada jam 10.00 – 14.00 cenderung kencang dengan kecepatan
maksimal 45km/h dan kecepatan angin minimal 25km/h.
79
Prevailing Winds
Gambar 2-70 data angin (afternoon) pada tahun 2020 dalam bentuk Wind rose
diagram (Dokumen pribadi).
Berdasarkan data angin (afternoon) di atas didapatkan informasi bahwa
kecepatan angin pada jam 14.00 – 18.00 cenderung sedang dengan kecepatan
maksimal 40km/h dan kecepatan angin minimal 25km/h.
80
Prevailing Winds
Gambar 2-71 data angin (everning) pada tahun 2020 dalam bentuk Wind rose
diagram (Dokumen pribadi).
Berdasarkan data angin (everning) di atas didapatkan informasi bahwa
kecepatan angin pada jam 18.00 – 22.00 cenderung tidak stabil dengan kecepatan
maksimal 50km/h dan kecepatan angin minimal 15km/h.
81
Prevailing Winds
Gambar 2-72 data angin (night) pada tahun 2020 dalam bentuk Wind rose diagram
(Dokumen pribadi).
Berdasarkan data angin (night) di atas didapatkan informasi bahwa kecepatan
angin pada jam 22.00 – 06.00 cenderung tidak stabil dengan kecepatan maksimal
50km/h dan kecepatan angin minimal 15km/h.
c. Data matahari
Data ini merupakan informasi orientasi matahari di Kota Pekanbaru. Data ini
diperoleh dengan melakukan simulasi jalur lintasan matahari dan posisinya
terhadap tapak. Data yang didapat berupa data jalur lintas matahari perbulan dan
data posisi matahari perjam.
82
Gambar 2-73 Simulasi jalur lintas matahari menggunakan Ecotect (Data pribadi).
83
U>
Gambar 2-74 Simulasi matahari pada bulan Januari (Data pribadi).
U>
Gambar 2-75 Simulasi matahari pada bulan Februari (Data pribadi).
84
U>
Gambar 2-76 Simulasi matahari pada bulan Maret (Data pribadi).
U>
Gambar 2-77 Simulasi matahari pada bulan April (Data pribadi).
85
U>
Gambar 2-78 Simulasi matahari pada bulan Mei (Data pribadi).
U>
Gambar 2-79 Simulasi matahari pada bulan Juni (Data pribadi).
86
U>
Gambar 2-80 Simulasi matahari pada bulan Juli (Data pribadi).
U>
Gambar 2-81 Simulasi matahari pada bulan Agustus (Data pribadi).
87
U>
Gambar 2-82 Simulasi matahari pada bulan September (Data pribadi).
U>
Gambar 2-83 Simulasi matahari pada bulan Oktober (Data pribadi).
88
U>
Gambar 2-84 Simulasi matahari pada bulan November (Data pribadi).
U>
89
<B
Gambar 2-86 Simulasi matahari pada jam 07 – 00 WIB (Data pribadi).
<B
Gambar 2-87 Simulasi matahari pada jam 08 – 00 WIB (Data pribadi).
90
<B
Gambar 2-88 Simulasi matahari pada jam 09 – 00 WIB (Data pribadi).
<B
Gambar 2-89 Simulasi matahari pada jam 10 – 00 WIB (Data pribadi).
91
<B
Gambar 2-90 Simulasi matahari pada jam 11 – 00 WIB (Data pribadi).
<B
Gambar 2-91 Simulasi matahari pada jam 12 – 00 WIB (Data pribadi).
92
<B
Gambar 2-92 Simulasi matahari pada jam 13 – 00 WIB (Data pribadi).
<B
Gambar 2-93 Simulasi matahari pada jam 14 – 00 WIB (Data pribadi).
93
<B
Gambar 2-94 Simulasi matahari pada jam 15 – 00 WIB (Data pribadi).
<B
94
<B
Gambar 2-96 Simulasi matahari pada jam 17 – 00 WIB (Data pribadi).
Tinjauan ini merupakan data yang berisi informasi terkait regulasi pemerintah
kota pekanbaru. Regulasi tersebut akan dipilih sesuai dengan fungsi yang
direncanakan yaitu “Perkantoran” dan lokasi tapak yang terletak pada wilayah
pengembangan IV Kota Pekanbaru.
95
- Garis sempadan belakang 3 – 4 meter
Tinjauan ini merupakan tinjauan data terhadap faktor- faktor pendukung penting
dalam proses perencanaan dan perancangan bangunan. Metode pengambilan data
dalam proses ini dilakukan dengan studi pustaka terhadap beberapa sumber seperti
buku, jurnal, website, dll.
Efisiensi dan kenyamanan ruang gerak suatu bangunan sangat bergantung pada
besaran ruang yang digunakan, jika ruangan terlalu besar maka akan banyak ruang
tak terpakai dalam bangunan sedangkan jika besaran ruang terlalu kecil maka akan
mempengaruhi kenyaman ruang gerak pengguna ruangan. Oleh karena itu dibutuhkan
data khusus untuk mengkaji besaran ruang yang efisien, berikut beberapa data
pendukung terkait kajian besaran ruang yang akan digunakan.
Selain itu dilakukan juga analisis khusus pada beberapa ruang berdasarkan data
Antropometri manusia Indonesia (SNI 03-1979-1990 Spesifikasi Matra Ruang, n.d.).
dan kajian ergonomis.
96
2.2.4.2 Literatur Struktur.
Tinjauan ini merupakan tinjauan terhadap literatur prinsip bangunan tinggi dan
bentang lebar. Tinjauan ini berfungsi sebagai dasar pengambilan keputusan struktur
yang akan digunakan dalam rancangan.
97
Gambar 2-97 beberapa alternatif sistem core (Zuhri, 2011).
98
Struktur bentang lebar meruapakan salah satu hal yang harus dipertimbangkan
dalam pemilihannnya berikut beberapa alternatif struktur bangunan bentang lebar
menurut (Struktur & Arch, n.d.).
99
BAB 3
ANALISIS PASIF DESAIN TERHADAP BANGUNAN KANTOR SEWA
Merupakan analisis yang dilakukan terhadap sifat dan dan perilaku manusia
sebagai pelaku kegiatan pada bangunan yang direncanakan . Analisis ini dilakukan
untuk mengetahui kebutuhan, bsaran, serta hubungan ruang untuk dapat
mengakomodir aktifitas pelaku kegiadan dalam bangunan yang direncanakan.
Jenis kegiatan pada setiap kantor sewa umumnya berbeda- beda hal ini
bergantung kepada jenis dan fungsi kantor sewa yang dibangun. Berdasarkan data
tinjauan umum dan data tinjauan empiris maka dilakukan analisis jenis kantor yang
akan direncanakan. Analisis ini dilakukan dengan mengacu kepada prinsip kantor
sewa menurut (Marliana, 2007) dalam bukunya “Panduan perancan gan bangunan
komersil”.
100
Jenis pengelolaan kantor sewa Speculative office building
(Marliana, 2007).
Dari hasil analisis yang dilakukan maka didapatkan kesimpulan fungsi kantor
sewa yang akan direncanakan yaitu sebuah bangunan tinggi dengan masa tunggal
yang disewakan dan dengan jenis kegiatan didalamnya sebagai “Pusat perkantoran
administrasi kegiatan usaha Provinsi Riau”.
Berdasarkan jenis kantor sewa yang akan direncanakan yaitu kantor sewa fungsi
tunggal dengan fungsi spesifik “Pusat perkantoran administrasi kegiatan usaha
Provinsi Riau” maka didapatkan hasil analisis sebagai berikut.
101
No Pelaku Aktivitas
Rapat
Negosiasi
Transaksi
Penyimpanan dokumen
Transportasi vertikal
Makan/ minum
Ibadah
Memarkir kendaraan
Mencari informasi
Rapat
Negosiasi
Transaksi
102
Interaksi sosial
Transportasi vertikal
Makan minum
Ibadah
Memarkir kendaraan
Administrasi
Layanan kebersihan
Layanan keamanan
Makan minum
Ibadah
Memarkir kendaraan
Istirahat
103
3.1.5. Kebutuhan Ruang
Berdasarkan hasil pelaku dan analisis aktifitas kegiatan maka dilakukan analisis
lanjutan terkait kebutuhan ruang untuk dapat mengakomodir seluruh aktifitas pelaku
pada bangunan.
sewa
104
Transportasi vertikal Lift Semi Ruang
publik servis
105
Transaksi Ruang Semi Ruang sewa
transaksi privat
106
Promosi ruang sewa Ruang Semi Loby
display publik
(Analisis pribadi).
107
Ruangan Sifat ruang Pelaku
Area pengelola
108
Ruang kontrol Privat Pengelola
Area parkir
109
3.1.7. Analisis Besaran ruang
Analisis besaran ruang dilakukan dengan menganalisis jumlah pelaku kegiatan pada suatu ruang kemudian
dilakukan pencarian informasi berdasarkan literatur kebutuhan ruang, jika data standar tidak ditemukan dalam literatur
yang ada maka dilakukan analisis kajian ruang gerak.
110
Ruang kantor sewa tipe Medium
1 space 10 Org 5 m² 20 1000.00 DA 2 (Hal.13)
111
(A) SUB JUMLAH 300.00
(B) SIRKULASI
30% 90.00
JUMLAH (A)+(B) 390.00
Area pengelola
No Jenis Ruang Asumsi Jumlah Standar Jumlah Unit Luas Ruang Keterangan
(1) (2) (3) (4) (2)x(3)x(4)
1 Ruang kerja pengelola 7 Unit 5 m² 1 35.00 DA 2 (Hal.13)
2 Front office 3 Org 5 m² 1 15.00 DA 2 (Hal.13)
3 Ruang kontrol 1 Unit 12 m² 3 36.00 Asumsi
4 Ruang keamanan 1 Unit 6 m² 1 6.00 Asumsi
Area pendukung
No Jenis Ruang Asumsi Jumlah Standar Jumlah Unit Luas Ruang Keterangan
(1) (2) (3) (4) (2)x(3)x(4)
DA 2 (Hal.13) +
1 Bank 1 Unit 25.6 m² 4 102.40
TSS (Hal.754)
2 Komunal space 1 Org 1.5 m² 30 45.00 Asumsi
112
3 Foodcourt 45 Unit 5.5 m² 4 990.00 Asumsi
4 Masjid 200 Org 0.96 m² 1 192.00 DA 2 (Hal.249)
Zona Parkir
No Jenis Ruang Asumsi Jumlah Standar Jumlah Unit Luas Ruang Keterangan
(1) (2) (3) (4) (2)x(3)x(4)
1 Pos jaga 1 Unit 6 m² 2 12 Asumsi
2 Drop off 1 Unit 26 m² 1 26 Asumsi
3 Parkir Mobil 30 Mobil 12.5 m² 1 375 DA 2 (Hal.100)
4 Parkir Motor 90 Motor 1.69 m² 1 152.1 DA 3 (Hal.432)
113
No Nama Area Luas
1 Servis floor area 3098.37
2 Usable floor area (Rentable / unit) 2600.00
3 Common floor area (Rentable / m2) 1170.00
4 Facility floor area (Rentable) 390.00
5 Area pengelola 119.60
6 Area pendukung 1728.22
7 Zona Parkir 734.63
Total Luas Bangunan 9840.82
(Dokumen pribadi).
114
3.1.8. Analisis Hubungan Ruang
Berdasarkan kebutuhan ruang dan zonasi yang dilakukan berdasarkan fungsi area
pada bangunan maka dilakukan analisis lanjutan terkait hubungan antar ruang.
115
Gambar 3-1 Analisis organisasi ruang (Dokumen pribadi).
Merupakan analisis yang dilakukan terhadap faktor lingkungan dan tapak yang
akan direncanakan. Analisis ini bertujuan untuk mendapatkan pola zoning pada tapak
berdasarkan hal- hal kontekstual yang mempngaruhinya.
116
Gambar 3-2 Peta provinsi Riau (Google, n.d.)
Kota pekanbaru merupakan lokasi yang dipilih karena pada umumnya pusat
kegiatan perkantoran pada suatu Provinsi berada pada Ibu Kota Provinsi.
117
Gambar 3-3 lokasi perencanaan pusat perkantoran administrasi kegiatan usaha
Provinsi Riau berada pada WP-IV (Google, n.d.)
Gambar 3-4 Posisi tapak berada pada sisi selatan gedung guru Kota Pekanbaru
(Google Earth, n.d.)
118
Berdasarkan analisis yang dilakukan tanah kosong yang terletak di sebelah
selatan gedung guru Kota Pekanbaru menjadi pilihan tunggal dengan
mempertimbangkan aksesibilitasnya yang dapat diakses langsung dari jalan protokol
sudirman, serta memiliki fasilitas pendunkung kegiatan kantor yang cukup lengkap
dan mudah diakses dari lokasi tapak seperti bandara, apartemen, hotel dan halte bus.
119
3.2.3. Analisis Pencapaian ke Lokasi
Gambar 3-6 Pencapaian lokasi dari halte terdekat (Google Maps, n.d.)
120
Gambar 3-7 Pencapaian lokasi dari bandara SSQ II (Google Maps, n.d.)
Gambar 3-8 Pencapaian lokasi dari terminal AKAP Kota Pekanbaru (Google Maps,
n.d.)
121
Gambar 3-9 Pencapaian lokasi dari gerbang utara Kota Pekanbaru (Google Maps,
n.d.)
122
Gambar 3-10 Pencapaian Lokasi dari gerbang barat Kota Pekanbaru 1 (Google Maps,
n.d.)
Gambar 3-11 Pencapaian lokasi dari gerbang barat kota pekanbaru 2 (Google Maps,
n.d.)
Gambar 3-12 Pencapaian lokasi dari gerbang timur Kota Pekanbaru Gambar 3-13
123
Gambar 3-14 Pencapaian lokasi dari gerbang selatan Kota Pekanbaru (Google Maps,
n.d.)
124
Gambar 3-15 Akses pencapaian ke lokasi tapak (Dokumen pribadi).
Proses ini merupakan proses analisis terhadap tinjauan eksisting tapak dan
tinjauan regulasi pada tapak.
125
Gambar 3-16 Kondisi eksisting ukuran dan dimensi tapak (Dokumen pribadi)
126
Gambar 3-18 Kondisi eksisting penampang memanjang tapak (Dokumentasi pribadi).
Gambar 3-19 Analisis regulasi GSJ dan GSS (Bappeda Kota Pekanbaru, n.d.)
127
Berdasarkan analisis terhadap regulasi garis sempadan jalan dan garis sempadan
sungai yang dilakukan dapat dilihat daerah yang dapat di bangun dan tidak dapat
dibangun pada tapak.
Selanjutnya dilakukan proses analisis lanjutan terhadap besaran tapak maksimal dan
luasan lantai maksimal pada bangunan yang akan direncanakan.
128
Gambar 3-20 Analisis keramaian dan potensi kemacetan (Dokume pribadi).
129
Gambar 3-21 Analisis pencapaian tapak (Dokumen pribadi).
130
dilakukan respon peletakan dan orientasi masa bangunan berdasarkan hasil analisis
yang dilakukan.
131
Gambar 3-23 Intensitas kebisingan (Dokumen pribadi).
132
Gambar 3-24 Orientasi muka bangunan dan peletakan masa (Dokumen pribadi).
Berdasarkan hasil analisis terhadap potensi pandangan dari dalam keluar tapak
maka orientasi bangunan dibuat mengarah ke barat daya untuk merespon potensi
pandangan dari jalan sudirman yang mengarah ke pusat kota, hal ini dimaksudkan
agar bangunan dapat menjadi pusat perhatian pendatang dari arah bandara.
Sedangkan posisi peletakan masa bangunan dibuat menjauh dari sisi utara dan barat
tapak yang memiliki intensitas kebisingan yang tinggi.
Berdasarkan data tinjauan kontekstual eksisting tapak dan beberapa hasil analisis
yang telah didapatkan maka dilakukan analisis lanjutan terhadap pola penzoningan
pada tapak.
133
Gambar 3-25 Konsep zoning tapak (Dokumen pribadi).
Dari analisis yang telah dilakukan didapat kesimpulkan bahwa zona bangunan
berada pada bagian barat tapak diantara zona sirkulasi, zona parkir dan zona hijau.
Sedangkan zona sirkulasi berada pada sisi selatan tapak dan zona parkir berada pada
sisi timur bangunan kemudian pada bagian timur tapak merupakan zona hijau yang
berfungsi juga sebagai zona pengembangan bangunan pada tapak.
134
Gambar 3-26 Jenis masa tunggal (Dokumen pribadi).
Zona terbangun tersebut kemudian dijadikan masa tunggal pertama pada bangunan
yaitu podium. Berikut pengembangan analisis yang dilakukan terkait kajian terhadap
aspek bangunan.
Pola masa bagian bawah terbentuk berdasarkan analisa regulasi, kebisingan dan
orientasi muka bangunan. Sedangkan masa pada bagian atas harus diatur berdasarkan
potensi angin dan orientasi matahari. hal ini dikarenakan masa pada bagian atas tidak
mendapatkan perlindungan dari landscape tapak.
135
Gambar 3-27 Simulasi paparan sinar matahari pada masa (Dokumen pribadi).
Tabel 3-6 Analisis simulasi luas paparan sinar matahari terhadap bentuk dasar masa
berdasarkan data jalur lintas matahari Pekanbaru.
136
Area 10m2 Area 10m2 Area 10m2 Area 10m2
Januari &
desember
7m 7m 6.3m 5.6m
April &
September
(Dokumen pribadi).
Setelah didapatkan hasil analisis bentuk dasar masa yaitu lingkaran berdasarkan
potensi matahari maka dilakukan analisis lanjutan terhadap bentuk dasar tersebut
berdasarkan kondisi angin yang ada di Pekanbaru.
137
138
Gambar 3-28 Proses transformasi bentuk masa berdasarkan respon masa terhadap
potensi angin di Pekanbaru (Dokumen Pribadi).
Berdasarkan analisis diatas didapatkan kesimpulan bahwa pola dasar masa yaitu
berbentuk lingkarang dengan lubang pada bagian tengah masa dan jalur angin yang
membelah masa, kemudian masa dibentuk spiral agar dapat merespon kondisi angin
dipekanbaru yang penyebaran orientasinya cenderung merata. Berdasarkan analisis
yang telah dilakukan maka didapatkan 2 bentuk dasar masa yaitu bentuk dasar masa
bagian bawah dan bentuk dasar masa bagian atas (Tower).
139
Gambar 3-29Bentuk dasar bangunan (Dokumen pribadi).
Bentuk dasar bangunan tersusun dari 2 jenis masa yang berbeda masa bagian
bawah (Podium) memiliki bentuk dasar trapezium siku- siku sedangkan masa pada
bagian atas memiliki bentuk dasar lingkaran.
140
3.3.2. Analisis Struktur
Struktur bentang lebar dibutuhkan pada bangunan kantor sewa ini untuk
mengatapi atrium sebagai fungsi Skyligt. System struktur yang digunakan pada
perancangan ini yaitu system struktur Space frame karena system struktur tersebut
merupakan salah satu system struktur yang paling fleksibel dari segi bentuk dan
pengaplikasiannya.
Pondasi
141
Bersdasarkan pengamatan langsung terhadap kondisi tanah pada tapak dan
bangunan sekitar tapak serta jenis bangunan yang direncanakan yaitu bangunan
tinggi maka tipe pondsi dalam merukapan satu- satunya pilihan yang dapat
digunakan dalam perancangan ini.
Tipe pondasi dalam yang dipilih dalam perancangan bangunan ini yaitu tipe
pondasi tiang pancang dengan mempertimbangkan waktu pengerjaan yang lebih
cepat serta memungkinkannya akses mobilisasi pondasi dan alat pengerjaan
pondasi kedalam tapak.
Basement
Keterbatasan lahan pada tapak serta pertimbangan kebutuhan landscape
merupakan latar belakang dari pemilihan basement sebagai ruang untuk memenuhi
kegiatan menyimpan kendaraan pelaku kegiatan pada bangunan. Oleh karena itu
struktur basement juga harus menjadi hal yang diperhatikan dalam perencanannya.
142
Gambar 3-32 Sistem struktur pada basement (Zuhri, 2011)
Core bangunan
Berdasarkan pertimbangan terhadap bentuk dan pola masa bangunan yang
akan direncanakan Cantilever floors core merupakan sistem core yang tepak untuk
diaplikasikan dalam sistem perancangan kantor sewa ini.
143
Gambar 3-33 Sistem core Cantilever floors (Zuhri, 2011).
Sistem pengoperasian bangunan kantor sewa ini yaitu sistem pasif dengan
memanfaatkan potensi cahaya dan angin alami pada tapak.
Masa spiral
Konsep ini yaitu teknik memasukkan cahaya pagi kedalam bangunan dengan
memberi bukaan pada daerah timur tapak dengan batasan tertentu agar pada saat
kondisi udara mulai panas cahaya matahari tidaklagi langsung masuk kedalam
bangunan.
Chimney Concept.
Konsep ini yaitu teknik memasukkan cahaya ke tengah- tengah masa
bangunan dengan menggunakan cerobong. Pada pengaplikasiaannya, dalam
perencanaan kantor sewa ini konsep cerobong ditransformasikan menjadi atrium
pada tengah- tengah bangunan.
Light Shelves Concept
Konsep ini merupakan konsep mesaukkan cahaya dengan memantulkannya
terlebih dahulu diatas pandangan mata manusia menuju langit- langit ruang.
144
Gambar 3-34 Konsep sistem pemanfaatan cahaya matahari secara pasif (Dokumen
pribadi).
Sistem tata udara yang digunakan pada bangunan ini yaitu sistem pasif dengan
menafaatkan potensi angin pada lingkungan tapak. Berikut bebrapa prinsip sistem
udara yang digunakan pada bangunan kantor sewa ini.
145
Yaitu konsep cerobong udara yang dikombinasikan dengan ventilasi silang.
prinsip utama teknik ini yaitu memberi ruang gerak pergantian udara, pada
bangunan ini cerobong udara ditransformasikan menjadi atrium yang terletak di
tengah- tengah bangunan.
Gambar 3-35 Konsep pemanfaatan penghawaan alami pada tapak (Daya pribadi).
3.3.4. Utilitas
Air bersih pada bangunan berasal dari sumur dan PDAM, sedangkan air hujan
dimanfaatkan untuk air kolam dan menyiram tanaman. Adapun sistem air kotor pada
bangunan dibagi 2 yaitu air yg bias digunakan kembali dan tidak bias digunakan
kembali. Air yang bias digunakan kembali disalurkan kedalam kolam dan tanah pada
146
landscape sebagai penyiram tanaman, sedangkan air kotor akan langsung dibuang ke
parit samping kiri tapak.
Sumber listrik pada bangunan disuplai langsung oleh PLN, adapun alternatif
listrik pada bangunan berasal dari generator.
147
BAB 4
KONSEP PERANCANGAN BANGUNAN KANTOR SEWA
Dari hasil analisis yang telah dilakukan maka didapatkan beberapa konsep yang dapat
diterapkan pada bangunan yang akan direncanakan. Berikut beberapa konsep
tersebut.
Berikut konsep zoning tapak berdasarkan hasil analisis tapak yang telah
dilakukan.
148
4.1.2. Konsep Sirkulasi dalam tapak
Konsep sirkulasi dalam tapak menggunakan pola sirkulasi linear pada bagian sisi
selatan tapak.
149
Gambar 4-3 Konsep landscap (Dokumentasi pribadi).
150
.
151
Gambar 4-5 Zoning ruang vertical (Dokumen pribadi).
152
Dari konsep zoning ruang diatas didapatkan informasi bahwa lantai basement
difungsikan sebagai area parkir. Kemudian lantai dasar difungsikan sebagai Servis
floor areaUsable floor area, Common floor area, facility floor area, Area pengelola,
area pendukung, serta area parkir dropoff. Sedangkan lantai atas difungsikan sebagai
Usable floor area..selain itu Servis floor area juga berfungsi sebagai akses sirkulasi
vertical pada bangunan.
153
Gambar 4-6 Konsep bentukan masa bangunan (Dokumen pribadi).
154
Gambar 4-7 Konsep tampilan bangunan pada tapak (Dokumen pribadi).
155
4.3.3. Konsep sistem bangunan.
156
Gambar 4-9 Konsep sistem penghawaan pasif (Dokumen pribadi).
157
DAFTAR PUSTAKA
Abass, F., Ismail, L. H., & Solla, M. (2016). A review of courtyard house: History
evolution forms, and functions. ARPN Journal of Engineering and Applied
Sciences, 11(4), 2557–2563.
Alamanda Tower. (n.d.). Alamandatower.Com.
http://www.alamandatower.com/index.php?p=jakarta
Altan, H., Hajibandeh, M., Tabet Aoul, K. A., & Deep, A. (2016). Passive design.
Springer Tracts in Civil Engineering, November 2017, 209–236.
https://doi.org/10.1007/978-3-319-31967-4_8
Asih, D. S., Teknik, F., & Arsitektur, D. (2012). Universitas Indonesia Pengaruh
Material Pelapis Pada Fasade Universitas Indonesia.
Azmi, R. D., C, T. W., & Lubis, M. S. (2013). Studi tentang perancangan kantor sewa
di kota pontianak. JURNAL TEKNIK SIPIL UNTAN, 13(2).
Bansal, A. (2019). Studies into the usage of passive design strategies to inform early
design decision making in an Indian context with hot-arid climate for residential
buildings. January. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.14397.10722
Bappeda Kota Pekanbaru. (n.d.). Bappeda Kota Pekanbaru.
http://bappeda.pekanbaru.go.id/
Brown, R. D. (2011). Ameliorating the effects of climate change: Modifying
microclimates through design. Landscape and Urban Planning, 100(4).
https://doi.org/10.1016/j.landurbplan.2011.01.010
Carro. (n.d.). kantor sewa. Jualo.Com. https://www.jualo.com/office-space-
dijual/iklan-office-sahid-sudirman-center-jakarta-selatan-892-2-m-lt-20-hgb
Danang, S., & Rahmat, K. (2018). RENT OFFICE WITH GREEN
ARCHITECTURE CONCEPT. Sigma Teknika, 1(1), 17–31.
Ernst Neufert. (2002). Data Arsitek 2 (S. Tjahjadi (Ed.); 33rd ed.). Erlangga.
Ernst, P. N. (n.d.). Data Arsitek 3.
Fauzan, M., & Dyah, A. (2019). Perancangan Rental Office Di Jakarta Dengan
Penerapan Arsitektur Futuristik. Jurnal Maestro, 2(1), 109–115.
Festiani, S. (2015). Ramai Peminat, Sewa Ruangan Sahid Sudirman Center Sisa
158
Sedikit. Republika.
https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/korporasi/15/03/14/nl6y4u-ramai-
peminat-sewa-ruangan-sahid-sudirman-center-sisa-sedikit
Frendi, D. W., Wahyu, P. H., & Muhammad, R. (2016). KANTOR SEWA DI
PEKANBARU DENGAN PENDEKATAN ARSITEKTUR POSTMODERN.
Jom FTEKNIK, 03(2), 1–11.
Google. (n.d.). Google.Com. Google.com
Google earth. (n.d.). Google.Com. https://earth.google.com/web/
Google Maps. (n.d.). Google Maps. Google.Com. https://www.google.com/maps
Intyanto, G. W., Rizal, Y., Yuniarno, E. M., & Suprapto, Y. K. (2020). Estimated
Optimum Internal Illuminance Distribution based on Standard Deviation and
Mean of Variation of Window Opening Position in a Room. January, 5–10.
https://doi.org/10.5220/0008903900050010
Jimmy Priatman. (2002). “Energy-Efficient Architecture” Paradigma Dan Manifestasi
Arsitektur Hijau. DIMENSI (Jurnal Teknik Arsitektur), 30(2), 167–175.
http://puslit2.petra.ac.id/ejournal/index.php/ars/article/view/15778
Joo-Hwa, Bay Boon, L. O. (2006). Tropical Sustainable Architecture.
Joshep de chiara, john callender. (1973). Time Saver Standars For Bulding Types
(2nd ed.). McGRAW-HILL.
Ladybug. (2020). EPW map Data.
http://climate.onebuilding.org/WMO_Region_5_Southwest_Pacific/IDN_Indone
sia/SM_Sumatera/IDN_SM_Pekanbaru-
Sultan.Syarif.Kasim.II.Intl.AP.961090_TMYx.zip
Lentz, T. R., & Lentz, T. R. (2010). Analysis of the passive design and solar
collection techniques of the houses in the 2009 U . S . Department of Energy ’ s
Solar Decathlon competition by.
Marliana, E. (2007). Panduan Perancangan Bangunan Komersial. ANDY.
Misfaruddin, U. widiantoro. (2021). Pertumbuhan Ekonomi Riau Triwulan I-2021.
https://pekanbarukota.bps.go.id/pressrelease/2021/05/05/664/pertumbuhan-
ekonomi-riau-triwulan-i-2021.html
Morrissey, J., Moore, T., & Horne, R. E. (2011). Affordable passive solar design in a
temperate climate: An experiment in residential building orientation. Renewable
Energy, 36(2), 568–577. https://doi.org/10.1016/j.renene.2010.08.013
159
Mutuli, I. (n.d.). National Library In Singapore By Ken Yeang, An Effort Towards
Sustainability In The Tropics. Archute. https://www.archute.com/national-
library-in-singapore-by-ken-yeang-an-effort-towards-sustainability-in-the-
tropics/
Neufert, E. (1996). Data Arsitek 1 (S. Tjahyadi (Ed.); 33rd ed.). Erlangga.
Rent Office. (n.d.). Halloproperty.Com. https://www.halloproperty.com/property-
999/sudirman-jakarta-selatan-disewakan-ruang-kantor--luas-445-sqm--sahid-
sudirman-center
Rizal, Y., Robandi, I., & Yuniarno, E. M. (2016). Daylight Factor Estimation Based
on Data Sampling Using Distance Weighting. Energy Procedia,
100(September), 54–64. https://doi.org/10.1016/j.egypro.2016.10.153
Sahid Sudirman Center. (n.d.). Concil on Tall Building and Urban Habitat.
https://www.skyscrapercenter.com/building/sahid-sudirman-center/14101
Sandak, A., Coe, I., Sandak, J., Coe, I., & Marcin, B. (2019). State of the Art in
Building Façades Chapter 1 State of the Art in Building Fa ç ades. March.
https://doi.org/10.1007/978-981-13-3747-5
Seçkİn, N. P. (2018). Environmental control in architecture by landscape design.
15(2), 197–211.
Sing, L. I. M. F. O. U., & Liang, C. C. (n.d.). BUILDING SCIENCE 1 ( BLD60803 )
PROJECT 1 : Case Study : Identifying Innovative Passive Design Strategies. 1.
SNI 03-1979-1990 Spesifikasi Matra Ruang. (n.d.).
Soflaei, F., Shokouhian, M., Majid, S., & Shemirani, M. (2016). Investigation of
Iranian traditional courtyard as passive cooling strategy ( a field study on BS
climate ). International Journal of Sustainable Built Environment, 5(1), 99–113.
https://doi.org/10.1016/j.ijsbe.2015.12.001
Struktur, S., & Arch, B. (n.d.). Struktur bentang lebar. 1–20.
Thani, S. K. S. O., Mohamad, N. H. N., & Idilfitri, S. (2012). Modification of Urban
Temperatur in Hot-Humid Climate Through Landscape Design Approach: A
Review. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 68, 439–450.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.12.240
The Energy Bulding. (n.d.). Theenergy.Co.Id. http://www.theenergy.co.id/
The, W. I. N., & Environment, B. (n.d.). 14 PATTERNS OF BIOPHILIC DESIGN.
160
Xiaoma, L., Yuyu, Z., Sha, Y., Gensuo, J., Huidong, L., & Wenliang, L. (2019).
Urban heat island impacts on building energy consumption: A review of
approaches and findings. Energy, Volume 174, Pages 407-419.
https://doi.org/https://doi.org/10.1016/j.energy.2019.02.183.
Yeang, K. (1999). “The Green Skyscraper”. The Basis for Designing Sustainable
Intensive Buildings. Prestel Verlag.
Zaki, W. R. M., Nawawi, A. H., & Sh.Ahmad, S. (2012). Environmental Prospective
of Passive Architecture Design Strategies in Terrace Houses. Procedia - Social
and Behavioral Sciences, 42(July 2010), 300–310.
https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2012.04.194
Zuhri, S. (2011). Sistem struktur pada bangunan bertingkat. Yayasan humaniora.
161