Disusun Oleh :
TUGAS BESAR
STRUKTUR BETON BERTULANG II
PERENCANAAN STRUKTUR BETON GUDANG 2 LANTAI
Mengetahui,
Dosen Pengampu
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Rahmat dan Karunia-Nya,
penulis diberikan kesehatan jasmani maupun rohani serta kemampuan berpikir
sehingga dapat menyelesaikan Tugas Besar Perencanaan Strukur Beton Bertulang
II yang berjudul “PERENCANAAN STRUKTUR BETON GUDANG 2 LANTAI”
tepat pada waktunya. Penyusunan ini tidak dapat diselesaikan tepat waktu tanpa
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak yang telah mendorong penulis untuk
tetap semangat menyelesaikan tugas besar ini. Oleh karena itu, penulis ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada :
1. Tuhan Yang Maha Esa karena berkat Kuasa-Nya, penulis diberikan
kesehatan serta kemudahan dalam menyelesaikan tugas besar ini tepat pada
waktunya.
2. Pak Ir. Fachriza Abdi Noor, S.T., M.T selaku dosen mata kuliah Struktur
Beton Bertulang II yang telah memberikan materi-materi terkait
kestrukturan beton bertulang.
3. Tan Dicky selaku asisten tugas besar ini yang telah memberikan bimbingan
arahan agar tugas ini bisa selesai dengan baik.
4. Teman-teman angkatan 2019 Teknik Sipil yang sudah memberikan
semangat dan motivasi dalam mengerjakan tugas besar ini.
Dalam penyusunan Tugas ini, penulis sangat menyadari bahwa masih banyak
kekurangan sehingga kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan untuk kelengkapan dan perbaikan dalam penyusunan. Penulis berharap
para pembaca bisa mendapatkan ilmu yang penulis tulis didalam penyusunan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
2.3.3 Kolom................................................................................................ 6
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR TABEL
BAB 1
PENDAHULUAN
Maka, seorang engineer perlu paham dasar dari pembangunan suatu bangunan yang
kokoh. Tugas besar ini adalah salah satu cara penulis untuk belajar lebih jauh
mengenai perencanaan struktur yang aman sesuai kaidah SNI.
1.3. Tujuan
Dalam pengerjaan tugas besar ini penulis menetapkan beberapa tujuan sebagai
berikut ini :
1. Untuk mengetahui hasil preliminary design bangunan tersebut.
2. Untuk mengetahui hasil perhitungan pembebanana dengan metode
amplop.
3. Untuk mengetahui hasil analisa struktur berdasarkan SAP2000.
4. Untuk mengetahui hasil perencanaan desain struktur pada gedung tersebut.
TUGAS BESAR STRUKTUR BETON BERTULANG II
PROGRAM STUDI S1 - TEKNIK SIPIL
UNIVERSITAS MULAWARMAN
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem struktur yang dibagunan dengan beton bertulang, seperti bangunan Gedung,
jembatan, dinding penahan tanah, terowongan, tanki, saluran air dan lainnya,
dirancang dari prinsip dasar desain dan penelitian elemen beton bertulang yang
menerima gaya kasial, momen lentur, gaya geser, momen punter, atau kombinasi
dari jenis gaya-gaya dalam tersebut. Prinsip dasar desain ini berlaku umum bagi
setiap tipe sistem struktur selama diketahui variasi gaya aksial, momen lentur, gaya
geser dan unsur gaya dalam lainnya, serta bentang dan dimensi setiap elemen.
Secara umum pembahasan analisis dan desain dilakukan secara terpisah, tetapi
untuk struktur beton bertulang, kedua bahasan ini dalam prosedur perencanaannya
merupakan satu siklus; sebab umunya sistem struktur beton bertulang merupakan
sistem struktur statis tak tentu; di mana dimensi penampang elemen harus
ditetapkan terlebih dahulu bagi analisis sebelum dilakukan desain akhir.
Pada beton bertulang, unsur beton mempunyai kekuatan tekan yang besar, tetapi
tidak mampu menerima tegangan tarik, sehingga tulangan baja yang ditanam dalam
beton menjadi unsur kekuatan yang memikul tegangan tarik.
Perilaku struktur komposit sangat diharapkan untuk dapat bekerja dengan baik
sebab momen lentur (bending moment) yang bekerja menyebabkan timbulnya
tegangan tekan dan tegangan tarik pada serat yang berlawanan (tegangan tekan pada
serat atas sedangkan tegangan tarik pada serat bawah atau sebaliknya) dalam suatu
penampang struktur yang dibebani lentur. Sifat material beton yang sangat baik
dalam menahan tegangan tekan namun buruk dalam menahan tegangan tarik
dibantu dengan pembesian yang menunjukkan performance yang sangat baik dalam
menahan tegangan tarik. Perilaku komposit yang baik yang tercapai dengan
perencanaan yang baik akan menjamin kekuatan strutur terhadap lentur. Dari sini
dapat terlihat bahwa pembesian diperlukan pada serta penampang yang mengalami
tegangan tarik.
2.2.2 Geser
Kekuatan Tarik beton jauh lebih kecil dibandingkan dengan kekuatan tekannya,
maka desain terhadap geser merupakan hal yang sangat penting dalam struktur
beton. Perilaku balok beton bertulang pada keadaan runtuh karena geser sangat
berbeda dengan keruntuhan karena lentur. Perilaku kegagalan getas (brittle) ini,
perencana harus merancang penampang yang cukup kuat untuk memikul beban
geser luar rencana tanpa mencapai kapasitas gesernya.
Balok selain menerima beban seperti tersebut di atas juga menerima beban torsi
yang di dalam sistem struktur dapat digolongkan atas da type, yaitu, torsi statis
tertentu dan torsi statis tak tentu. Dikatakan statis tertentu jika jumlah dari torsi yang
harus dipikul bisa memenuhi persyaratan statika dan beban dari kekakuan unsur
lihat gambar 2.1 Sedangkan torsi statis tak tentu terjadi dalam keadaan dimana tidak
akan ada torsi kalau ketidaktentuan statika dihilangkan.
Pelat beton bertulang banyak digunakan pada bangunan sipil, baik sebagai lantai
bangunan, lantai atap dari suatu gedungm lantai jembatan maupun lantai pada
dermaga. Beban yang bekerja pada pelat umumnya diperhitungkan terhadap beban
gravitasi (beban mati dan/atau beban hidup). Beban tersebut mengakibatkan terjadi
momen lentur. Oleh karena itu, pelat juga direncanakan terhadap beban lentur.
2.3.2 Balok
Balok beton bertulang merupakan gabungan logis dari dua jenis bahan/material
yaitu beton polos dan tulangan baja. Beton Polos merupakan bahan yang memiliki
kekuatan tekan yang tinggi akan tetapi memiliki kekuatan tarik yang rendah,
sedangkan tulangan baja akan memberikan kekuatan tarik yang diperlukan.
Kelebihan masing-masing elemen tersebut, maka konfigurasi antara beton dan
tulangan baja diharapkan dapat saling bekerja sama dalam menahan gaya-gaya
yang bekerja dalam struktur tersebut, dimana gaya tekan ditahan oleh beton
sedangkan gaya tarik oleh tulangan baja. Fungsi balok pada struktur itu sendiri yaitu
salah satu elemen struktur yang menyalurkan beban-beban dari pelat ke kolom
penyangga yang vertikal. Dalam kontruksi gedung, balok dibagi menjadi tiga
penampang yaitu balok L, T dan persegi.
2.3.3 Kolom
Kolom adalah batang tekan vertikal dari rangka struktur yang memikul beban dari
balok. Kolom merupakan suatu elemen struktur tekan yang memegang peranan
penting dari suatu bangunan sehingga keruntuhan pada suatu kolom merupakan
lokasi kritis yang dapat menyebabkan runtuhnya (collapse) lantai yang
bersangkutan dan juga runtuh total (total collapse) seluruh struktur.
Fungsi kolom adalah sebagai penerus beban seluruh bangunan ke pondasi. Kolom
termasuk struktur utama untuk meneruskan berat bangunan dan beban lain seperti
beban hidup (manusia dan barang-barang) serta beban hembusan angin. Kolom
berfungsi sangat penting agar bangunan tidak mudah roboh. Beban sebuah
bangunan dimulai dari atap. Beban atap akan meneruskan beban yang diterimanya
ke kolom. Seluruh beban yang diterima kolom didistribusikan ke permukaan tanah
di bawahnya.
Struktur dalam kolom dibuat dari besi dan beton. Keduanya merupakan gabungan
antara material yang tahan tarikan dan tekanan. Besi atau tulangan adalah material
yang tahan tarikan, sedangkan beton adalah material yang tahan tekanan.
Gabungan kedua material ini dalam struktur beton memungkinkan kolom atau
bagian struktural lain, seperti sloof dan balok bisa menahan gaya tekan dan gaya
tarik pada bangunan
2.4.2 Mati
Beban mati adalah berat dari semua bagian dari suatu gedung yang bersifat tetap,
termasuk segala unsur tambahan, penyelesaian- penyelesaian, mesin-mesin serta
peralatan tetap yang merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gedung itu.
2.4.3 Angin
Energi kinetik angin diubah menjadi energu potensial ketika ditahan oleh
penghalang. Tekanan angin berhubungan dengan kecepatan angin, ketinggian
bangunan, permukaan bangunan, kontur sekitar, lokasi dan ukuran bangunan
sekitar. Respon struktur untuk lingkungan angin turbulen Sebagian besar pada
moda getaran pertama.
Pendekatan kuasi-statis secara umum sudah terbukti cukup untuk desain beban
angin, namum, untuk bangunan yang sangat tinggi, terutama untuk kenyamanan
penghuni dan pergerakan horizontal izin, atau drift, yang dapat menyebabkan
tekanan pada partisi dan kaca, prosedur tes terowongan angin dilakukan untuk
menentukan beban angin desain.
2.5 Pondasi
Fondasi umumnya berlaku sebagai komponen struktur pendukung bangunan yang
terbawah, dan telapak fondasi berfungsi sebagai elemen terakhir yang meneruskan
beban ke tanah. Sebagaimana yang menjadi tugasnya, telapak fondasi harus
memenuhi persyaratan untuk mempu denga naman menebar beban yang
diteruskannya sedemikian rupa sehingga kapasitas atau daya dukung tanah tidak
dilampaui. Sehingga perlu diperhatikan bahwa dalam merencanakan fondasi harus
memperhitungkan keadaan yang berhubungan dengan sifat-sifat dan mekanika
tanah. Dasar fondasi harus diletakkan di atas tanah kuat pada kedalaman cukup
tertentu, bebas dari lumpur, humus, dan pengaruh perubahan cuaca. Fondasi beton
bertulang pada umumnya berupa fondasi telapak (spread footing).
BAB 3
METODE DESAIN PERENCANAAN
BAB 4
PEMBAHASAN
4. Parameter tanah
Penentuan tinggi balok minimum (hmin) dihitung berdasarkan SNI 2847:2019 Tabel
9.3.1.1.
Tabel 4.1 Ketentuan Tinggi Balok Minimum
a. Balok induk
Dikarenakan balok induk mempunyai perlekatan sederhana pada kolom
maka dipakai koefisien 1/16.
• Bentang 6 m
𝑙 600
hmin = = = 37,5cm ~ 40 cm
16 16
b. Balok anak
Berdasarkan SNI, Balok anak mempunyai perletakan menerus 2 sisi
sehingga dipakai koefisien 1/21
• Bentang 4 m
𝑙 400
hmin = = = 19,04 ~ 20 cm
21 21
b = 1/2h = 1/2 ( 20 ) = 10 cm
• Bentang 2 m
𝑙 200
hmin = = = 9,52 ~ 10 cm
21 21
Bentang H b
Elemen Kode H rencana B rencana
(cm) (cm) (cm)
B1 600 40 30
B2 400 25 20
50 40
Balok Induk B3 300 20 15
B4 200 15 10
B5 150 20 15 25 20
BA1 400 20 10
Balok Anak BA2 200 10 5 25 20
BA3 150 10 5
A. Pelat Tipe A, L = 3 m x 4 m
Data Pelat Tipe A
be2 = bw + 6t
1
be3 = bw + L
12 n
1
be3 = 300 + ∙ 2700
12
be3 = 525 mm
1
Ip = × Ly × t3
12
1
Ip = × 3000 × 1503
12
Ip = 843750000 mm4
• Mencari nilai αf
Ibalok
𝛼=
Ipelat
2468579102
𝛼=
843750000
𝛼 = 2,926
• Mencari nilai αfm
be
Kode Ln Sn be1 be2 be3 Ib hmin hpakai
β pakai k Ip αfm
Pelat
mm mm mm mm mm mm mm4 mm4 mm mm
A 2700 3850 0,701 550 1200 525 525 1,543 2468579102 843750000 2,926 70,193
B 2700 1850 1,459 550 1200 525 525 1,543 2468579102 843750000 2,926 60,446 150
C 2700 1350 2 550 1200 525 525 1,543 2468579102 843750000 2,926 55
Beban hidup
Lebar Tinggi Panjang Berat Jenis Beban Total
Keterangan
(m) (m) (m) (kg/m3) (kg/m2) (kg)
Lantai
6 - 4 - 400 9600
Bangunan
Atap
6 - 4 - 96 2304
Bangunan
Total 11.904
b = √491,48 = 23,70 ~ 35 cm
• Lantai 2
Plat = 360 kg/m2
Beban ubin = 24 kg/m2
Plafon = 0,81 kg/m2
Spesi 1cm = 21 kg/m2
Penggantung = 7 kg/m2
Total = 412,81 kg/m2
• Beban Dinding
Setengah Batu Bata = 250 kg/m2
Dinding Balok B1 = 15 kg/cm
Dinding Balok B2 = 10 Kg/cm
Dinding Balok B3 = 6,1 kg/cm
Dinding Balok B4 = 5 kg/cm
• Lantai atap
Beban hidup = 96 kg/m2
• Lantai 2
Beban hidup = 400 kg/m2
𝑄𝑒𝑞 = 1,6296𝑞
𝑄𝑒𝑞 = 0,5 𝑞 𝑙𝑥
𝑄𝑒𝑞 = 0,5 𝑞 300
𝑄𝑒𝑞 = 150 𝑞
𝑄𝑒𝑞 = 1,7038 𝑞
𝑄𝑒𝑞 = 1,375 𝑞
B5-2 8,26 8
B5-3 8,26 8
B5-4 4,13 4
Gambar 4.9 Moment 3-3 yang terjadi dengan kombinasi pembebanan 1.2DL + 1.6 LL
Gambar 4.10 Shear 2-2 yang terjadi dengan kombinasi pembebanan 1.2DL + 1.6 LL
Elemen Kombinasi V2 T M3 Mu Vu T
MAX 204.732 14.2171 157.6285 -381,4235 394,728 26,5499
B1 1.4DL
MIN -204.732 -14.2171 -215.149
Penggantung = 7 kg/m2
qD = 412,81 kg/m2
• Beban Hidup (qL)
qL = 400 kg/m2
• Kombinasi Beban (qU)
Beban ultimate berdasarkan kombinasi adalah sebagai berkut
= 1,2qD + 1,6qL = 1135,372 kg/m2
D tulangan = 12 mm
Cover = 20 mm
𝑓 ′ 𝑐−28
β1 = 0,85 − (0,05 )
7
29,42 − 28
= 0,85 − (0,05 ) = 0,84
7
√𝑓 ′ 𝑐
Ρmin1 = 0,25 × 420
√29,42
= 0,25 × = 0,0032
420
Ρmin2 = 1,4 𝑓𝑦
= 1,4 × 420 = 0,0033
𝑓𝑦
m =
0,85 𝑓′ 𝑐
420
= = 16,80
0,85 × 29,42
d = t pelat – cover - 0,50 Dtulangan
= 150 – 20 - 0,50(12) = 124 mm
• Tulangan Lapangan X
Mu = 490,481 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
490,481 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,35 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,35
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0009
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp =
𝑠
× 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai lx, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
• Tulangan Lapangan Y
Mu = 275,895 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
275,895 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,20 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,20
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0005
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp = ×
𝑠 4
1000 𝜋×122
=
250
× = 452,39 mm2
4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai ly, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= 0,84 = 8,27 mm
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
• Tulangan Tumpuan X
Mu = 1052,52 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
1052,49 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,76 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,76
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0018
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp =
𝑠
× 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai tx, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
D tulangan = 12 mm
Cover = 20 mm
𝑓 ′ 𝑐−28
β1 = 0,85 − (0,05 )
7
29,42 − 28
= 0,85 − (0,05 ) = 0,84
7
√𝑓 ′ 𝑐
Ρmin1 = 0,25 × 420
√29,42
= 0,25 × = 0,0032
420
Ρmin2 = 1,4 𝑓𝑦
= 1,4 × 420 = 0,0033
𝑓𝑦
m =
0,85 𝑓′ 𝑐
420
= = 16,80
0,85 × 29,42
d = t pelat – cover - 0,50 Dtulangan
= 150 – 20 - 0,50(12) = 124 mm
• Tulangan Lapangan X
Mu = 357,65 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
357,67 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,26 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,26
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0006
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp = ×
𝑠 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai lx, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= 0,84 = 8,27 mm
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
• Tulangan Lapangan Y
Mu = 183,39 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
183,39 𝑥 104
=
0,90×1000×1242
= 0,13 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,13
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0003
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp = ×
𝑠 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai ly, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
• Tulangan Tumpuan X
Mu = 756,17 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
756,17 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,55 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,55
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0013
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp = ×
𝑠 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
• Tulangan Tumpuan Y
Mu = 582,45 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
582,45 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,42 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,42
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0010
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp =
𝑠
× 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
= 3h = 450 mm
𝐴𝑠 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 ×𝑏
S = = 273,62 mm
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai lx, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
D tulangan = 12 mm
Cover = 20 mm
𝑓 ′ 𝑐−28
β1 = 0,85 − (0,05 )
7
29,42 − 28
= 0,85 − (0,05 ) = 0,84
7
√𝑓 ′ 𝑐
Ρmin1 = 0,25 × 420
√29,42
= 0,25 × = 0,0032
420
Ρmin2 = 1,4 𝑓𝑦
= 1,4 × 420 = 0,0033
𝑓𝑦
m =
0,85 𝑓′ 𝑐
420
= = 16,80
0,85 × 29,42
d = t pelat – cover - 0,50 Dtulangan
= 150 – 20 - 0,50(12) = 124 mm
• Tulangan Lapangan X
Mu = 367,87 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
367,87 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,27 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,27
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0006
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp = ×
𝑠 4
1000 𝜋×122
=
250
× = 452,39 mm2
4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai lx, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
• Tulangan Lapangan Y
Mu = 286,11 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
286,11 𝑥 104
` = 0,90×1000×1242 = 0,21 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,21
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0005
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp =
𝑠
× 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai ly, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
• Tulangan Tumpuan X
Mu = 837,93 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
837,93 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,61 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,61
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0015
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp = ×
𝑠 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai tx, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= 0,84 = 8,27 mm
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
• Tulangan Tumpuan Y
Mu = 735,74 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
735,74 𝑥 104
=
0,90×1000×1242
= 0,53 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,53
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0013
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp = ×
𝑠 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai lx, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
D tulangan = 12 mm
Cover = 20 mm
𝑓 ′ 𝑐−28
β1 = 0,85 − (0,05 )
7
29,42 − 28
= 0,85 − (0,05 ) = 0,84
7
√𝑓 ′ 𝑐
Ρmin1 = 0,25 × 420
√29,42
= 0,25 × = 0,0032
420
Ρmin2 = 1,4 𝑓𝑦
= 1,4 × 420 = 0,0033
𝑓𝑦
m =
0,85 𝑓′ 𝑐
420
= = 16,80
0,85 × 29,42
d = t pelat – cover - 0,50 Dtulangan
= 150 – 20 - 0,50(12) = 124 mm
• Tulangan Lapangan X
Mu = 316,77 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
316,77 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,23 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,23
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0005
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp = ×
𝑠 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai lx, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
• Tulangan Lapangan Y
Mu = 316,77 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
316,77 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,23 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,05
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0005
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp = ×
𝑠 4
1000 𝜋×122
=
250
× = 452,39 mm2
4
s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai ly, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= 0,84 = 8,27 mm
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
• Tulangan Tumpuan X
Mu = 705,08 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
705,08 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,51 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,51
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0012
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp =
𝑠
× 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai tx, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
• Tulangan Tumpuan Y
Mu = 582,45 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
582,45 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,42 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,42
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0010
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp =
𝑠
× 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai lx, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
D tulangan = 12 mm
Cover = 20 mm
𝑓 ′ 𝑐−28
β1 = 0,85 − (0,05 )
7
29,42 − 28
= 0,85 − (0,05 ) = 0,84
7
√𝑓 ′ 𝑐
Ρmin1 = 0,25 × 420
√29,42
= 0,25 × = 0,0032
420
Ρmin2 = 1,4 𝑓𝑦
= 1,4 × 420 = 0,0033
𝑓𝑦
m =
0,85 𝑓′ 𝑐
420
= = 16,80
0,85 × 29,42
d = t pelat – cover - 0,50 Dtulangan
= 150 – 20 - 0,50(12) = 124 mm
• Tulangan Lapangan X
Mu = 265,68 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
265,68 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,19 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,19
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0005
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp =
𝑠
× 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai lx, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
• Tulangan Lapangan Y
Mu = 214,59 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
214,59 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,16 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,16
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0004
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp = ×
𝑠 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
• Tulangan Tumpuan X
Mu = 613,10 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
613,10 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,44 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,44
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0011
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp =
𝑠
× 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
= 3h = 450 mm
𝐴𝑠 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 ×𝑏
S = = 273,62 mm
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai tx, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
• Tulangan Tumpuan Y
Mu = 562,01 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
562,01 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,41 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,41
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0010
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp = ×
𝑠 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai lx, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
D tulangan = 12 mm
Cover = 20 mm
𝑓 ′ 𝑐−28
β1 = 0,85 − (0,05 )
7
29,42 − 28
= 0,85 − (0,05 ) = 0,84
7
√𝑓 ′ 𝑐
Ρmin1 = 0,25 × 420
√29,42
= 0,25 × = 0,0032
420
Ρmin2 = 1,4 𝑓𝑦
= 1,4 × 420 = 0,0033
𝑓𝑦
m =
0,85 𝑓′ 𝑐
420
= = 16,80
0,85 × 29,42
d = t pelat – cover - 0,50 Dtulangan
= 150 – 20 - 0,50(12) = 124 mm
• Tulangan Lapangan X
Mu = 214,59 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
214,59 𝑥 104
=
0,90×1000×1242
= 0,16 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,16
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0004
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp =
𝑠
× 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai lx, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
• Tulangan Lapangan Y
Mu = 214,59 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
214,59 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,16 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,16
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0004
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp =
𝑠
× 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai ly, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
• Tulangan Tumpuan X
Mu = 531,37 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
531,37 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,38 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,38
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0009
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp = ×
𝑠 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai tx, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= 0,84 = 8,27 mm
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
• Tulangan Tumpuan Y
Mu = 531,37 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
531,37 𝑥 104
=
0,90×1000×1242
= 0,38 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,38
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0009
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp = ×
𝑠 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai lx, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
G. Faktor momen pelat untuk Pelat C1 (2 sisi terjepit).
o Perhitungan Momen
qU pakai = 1135,372 kg/m2
Lx =3m
Ly = 1,5 m
β = 0,5
D tulangan = 12 mm
Cover = 20 mm
𝑓 ′ 𝑐−28
β1 = 0,85 − (0,05 )
7
29,42 − 28
= 0,85 − (0,05 ) = 0,84
7
√𝑓 ′ 𝑐
Ρmin1 = 0,25 × 420
√29,42
= 0,25 × = 0,0032
420
Ρmin2 = 1,4 𝑓𝑦
= 1,4 × 420 = 0,0033
𝑓𝑦
m =
0,85 𝑓′ 𝑐
420
= = 16,80
0,85 × 29,42
d = t pelat – cover - 0,50 Dtulangan
= 150 – 20 - 0,50(12) = 124 mm
• Tulangan Lapangan X
Mu = 286,12 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
286,12 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,20 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,20
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0005
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp = ×
𝑠 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai lx, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
• Tulangan Lapangan Y
Mu = 286,12 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
286,12 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,20 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,20
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0005
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp = ×
𝑠 4
1000 𝜋×122
=
250
× = 452,39 mm2
4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai ly, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= 0,84 = 8,27 mm
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
• Tulangan Tumpuan X
Mu = 694,87 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
694,87 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,50 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,50
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0012
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp =
𝑠
× 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai tx, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
• Tulangan Tumpuan Y
Mu = 694,87 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
694,87 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,50 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,50
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0012
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp =
𝑠
× 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai lx, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
D tulangan = 12 mm
Cover = 20 mm
𝑓 ′ 𝑐−28
β1 = 0,85 − (0,05 )
7
29,42 − 28
= 0,85 − (0,05 ) = 0,84
7
√𝑓 ′ 𝑐
Ρmin1 = 0,25 × 420
√29,42
= 0,25 × = 0,0032
420
Ρmin2 = 1,4 𝑓𝑦
= 1,4 × 420 = 0,0033
𝑓𝑦
m =
0,85 𝑓′ 𝑐
420
= = 16,80
0,85 × 29,42
d = t pelat – cover - 0,50 Dtulangan
= 150 – 20 - 0,50(12) = 124 mm
• Tulangan Lapangan X
Mu = 214,59 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
214,59 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,16 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,16
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0004
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp =
𝑠
× 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai lx, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
• Tulangan Lapangan Y
Mu = 265,68 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
265,68 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,19 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,19
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0005
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp = ×
𝑠 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
• Tulangan Tumpuan X
Mu = 562,01 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
562,01 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,41 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,41
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0010
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp =
𝑠
× 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
= 3h = 450 mm
𝐴𝑠 𝑇𝑢𝑙𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 ×𝑏
S = = 273,62 mm
𝐴𝑠 𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai tx, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
• Tulangan Tumpuan Y
Mu = 613,10 kgm
= 0,9
𝑀𝑢
Rn =
∅𝑏𝑑2
613,10 𝑥 104
= 0,90×1000×1242 = 0,44 N/mm2
1 2×𝑚×𝑅𝑛
ρperlu = (1 − √1 − )
𝑚 𝑓𝑦
1 2 × 16,80 × 0,44
= (1 − √1 − )
16,80 420
= 0,0011
ρpakai = ρmin = 0,0033
As perlu = ρpakai x b x d = 0,0033 x 1000 x 124
= 413,33 mm2
1000 𝜋×𝐷 2
Asp = ×
𝑠 4
1000 𝜋×122
= × = 452,39 mm2
250 4
digunakan s = 250 mm
Spasi tulangan yang digunakan pada perencanaan
pelat lantai lx, yaitu 250 mm – D12.
Kontrol Regangan
𝐴𝑠 × 𝑓𝑦
α =
0,85 × 𝑓 ′ 𝑐 ×𝑏
413,33 × 420
= = 6,94 mm
0,85 × 29,42 × 1000
𝛼
c =
𝛽1
6,94
= = 8,27 mm
0,84
𝑑−𝑐
𝜀𝑡 = 0,003
𝑐
124 − 8,27
= 0,003 = 0,042 > 0,005 (OK)
8,27
Mu = 381,4235 kNm
Mu terfaktor = 381.423.500/0,9
= 423,803,888.89 kN.m=
423.803.888,89 kN.m
𝑐
• Step – 1 : Asumsikan nilai rasio ≤ 0,375
𝑑𝑡
d1 = dt = ( h – ts – Ds – 0,5Dl)
= 500 – 40 – 12 – 0,5(25) = 435,5 mm
c = 425. 0,125 = 130,65
(Diasumsikan tulangan tarik satu lapis, sehingga nilai dt sama dengan d)
• Step – 3 : Hitung nilai tinggi blok (a) tengangan whitney
𝛽1 = 0,839
a = 𝛽1 . 𝑐
= 0,839 . 126,75 = 109,72 mm
• Step – 4 : Hitung nilai gaya tekan Cc
Cc = 0,85 . f’c . b . a
= 0,839. 29,4 . 400 . 109,72 = 1.097.580,594 N
• Step – 5 : Hitung nilai As1
Cc1 = T1
As1 = Cc1 / fy
= 1097580.594 / 420 = 2.613,29 mm2= 1.097.580,594 / 420 =
2.613,29 mm2
• Step – 6 : Hitung nilai Mn1
𝑎
Mn1 = 𝐴𝑠1 . 𝑓𝑦 ( 𝑑 − )
2
106,4
= 2.535,28 . 420 . ( 424 − )
2
= 417.779.051,41 Nmm = 417.77 kNm
= 417.779.051,41 Nmm = 417,77 kNm
Dikarenakan Mn1 < Mu / 0,9 maka perlu balok B1 perlu tulangan longitudinal
rangkap.
• Step – 7 : Hitung nilai Mn2
Mn2 = ɸMn – Mn1
= 423.803.888,89/0,9 - 417,779,051.41 = 6,024,837.48 Nmm
= 423.803.888,89/0,9 – 417.779.051,41 = 6.024.837,48 Nmm
• Step – 8 : Hitung tegangan pada tulangan tekan, f’s
d’ = (ts + ɸs + 0,5Dl)
= ( 40 + 12 + 11 ) = 64.5 mm= ( 40 + 12 + 11 ) = 64,5 mm
nilai regangan εs
0,003(𝑐 − 𝑑′ )
𝜀′𝑠 =
𝑐
130,65 – 64.5
= 0,003 = 0,00151894
130,65
𝑓 ′𝑠 = 𝐸𝑠 . 𝜀 ′ 𝑠
= 200.000 . 0,00151894 = 303,78Mpa
𝑓 ′ 𝑠 ≤ 𝑓𝑦 , maka tulangan tekan tidak leleh sehingga tegangan leleh pada
tulangan tekan tetap f’s. Sedangkan bila tulangan tekan leleh, maka
tegangan leleh tulangan tekan diambil
• Step – 9 : Hitung nilai, A’s
𝑀𝑛2 6.024.837,48
As =
𝑓 ′ 𝑠(𝑑−𝑑′ )
= = 53,45 mm2
303,78(435,5−64,5)
Ds = 15 mm
fyt = 240 Mpa (mutu tulangan geser)
d = 438 mm
Vu = 394,728 kN = 394728 N
1
𝑉𝑢2 = 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 ×
4
1
𝑉𝑢2 = 6000 ×
4
𝑉𝑢2 1500
Maka, Vu2 = × 𝐵1 = × 337097,7 = 197364 𝑁
𝑉𝑢 3000
Cek kategori-4:
1
∅(𝑉𝑐 + 𝑉𝑠,𝑚𝑖𝑛 ) ≤ 𝑉𝑢 ≤ (𝑉𝑐 + √𝑓′𝑐𝑏𝑤 𝑑 )
3
1
165350,1847 𝑁 ≤ 337097,7 ≤ 0,75 × (161549,031 + √29,42 ×
3
400 × 438)
165350,1847 𝑁 ≤ 337097,7 ≤ 358733,8777 𝑁 (Memenuhi syarat)
Jadi untuk daerah tumpuan, Analisa geser masuk kategori 4.
b. Analisa lapangan
Berdasarkan perhitungan penulis, balok ini masuk dalam kategori 4.
Cek kategori-4:
1
∅(𝑉𝑐 + 𝑉𝑠,𝑚𝑖𝑛 ) ≤ 𝑉𝑢 ≤ (𝑉𝑐 + √𝑓′𝑐𝑏𝑤 𝑑 )
3
1
160820,04 𝑁 ≤ 172730,5 ≤ 0,75 × (157123,03 + √29,42 × 400 ×
3
426)
160820,04 𝑁 ≤ 296405,5 𝑁 ≤ 348905,55 𝑁 (Memenuhi syarat)
Jadi untuk daerah lapangan, Analisa geser masuk kategori 4.
Pada daerah lapangan, gaya geser lebih kecil dibandingkan pada daerah
tumpuan sehingga jarak Sengkang harus lebih besar dibandingkan tumpuan.
Sehingga ditentukan (“Trial and error”) jarak s = 200 mm.
• Step-7:Menghitung nilai 𝐴𝑣
a. Analisa daerah tumpuan
Luasan tulangan geser
𝑉𝑠 . 𝑠 287914,585 × 150
𝐴𝑣 = = = 410,8 𝑚𝑚2
𝑓𝑦𝑡 . 𝑑 240 × 438
Spesifikasi perencanaan :
f’c = 29.42 Mpa
fyt = 240 Mpa (mutu tulangan geser)
d = 426 mm
Tu = 26,549.9 kN = 26,549,900.00 N.mm
Tulangan Tekan = 6D25
Tulangan Tarik = 6D25
Tulangan S. Tumpuan = 4D12 – 150
Tulangan S. Lapangan = 4D12 - 200
Ph = 2 (𝑏0 + ℎ0 )
= 2 𝑥 ((𝑏 − 2𝑡𝑢 ) + (ℎ − 2𝑡𝑢 ))
= 2 𝑥 ((400 − (2 𝑥 40)) + (500 − (2 𝑥 40)))
= 1,480 𝑚𝑚
Vu = Diambil nilai yang terbesar, yaitu pada muka tumpuan (296.529,7 N)
Sehingga
𝑢 𝑉 𝑢 ℎ 𝑇 𝑃 𝑐 𝑉
√(𝑏 𝑑)2 + (1,7 𝐴 2)2 ≤ ∅ (𝑏 𝑑 + 0,66 √𝑓 ′ 𝑐)
𝑤 𝑜ℎ 𝑤
𝐴𝑡 = 97.26 𝑚𝑚2
Syarat-1
(𝐴𝑣 + 2𝐴𝑡 )𝑚𝑖𝑛 𝑏𝑤
≥ 0,062√𝑓′𝑐
𝑠 𝑓𝑦𝑡
(452.3 + 2𝑥97.62𝑚𝑖𝑛 400
≥ 0,062√29,42
150 240
4.31 ≥ 0.318 (memenuhi syarat)
Syarat-2
(𝐴𝑣 + 2𝐴𝑡 )𝑚𝑖𝑛 𝑏𝑤
≥ 0,35
𝑠 𝑓𝑦𝑡
(307,876 + 2𝑥136,1655773)𝑚𝑖𝑛 400
≥ 0,35
100 240
3.23 ≥ 0.33 (memenuhi syarat)
Dari perhitungan diatas disimpulkan bahwa besaran luas At telah memenuhi
syarat, sehingga nilai total dari tulangan sengkang yang dibutuhkan untuk
memikul torsi pada daerah tumpuan dan lapangan adalah :
Tumpuan
𝐴𝑡𝑜𝑡 = (𝐴𝑣 + 2𝐴𝑡 ) = (452.38 + ((2𝑥97.26)) = 580,207 𝑚𝑚2
Penulis pilih opsi kedua, Jarak sengkang yang berubah namun diameter dan
jumlah kaki tetap. Maka Jarak sengkang ditambah 50mm pada bagian
tumpuan.
Lapangan
𝐴𝑡𝑜𝑡 = (𝐴𝑣 + 2𝐴𝑡 ) = (452.38 + ((2𝑥97.26)) = 580,207 𝑚𝑚2
Jadi diperoleh luas tulangan transversal akibat pengaruh torsi yaitu
580,207 𝑚𝑚2. Dikarenakan nilai luasan bertambah dibanding dengan
perhitungan analisa geser, sama seperti sebelumnya maka diambil opsi
kedua dengan menambah jarak sengkang pada lapangan sebesar 50mm .
Syarat-2
2𝐴0 𝐴𝑡 𝑓𝑦
𝑇𝑛 = tan 𝜃
𝑝ℎ
2𝑥 114,240.00 𝑥 97.26 𝑥 420
𝑇𝑛 = tan 45
1480
𝑇𝑛 = 107,097,072.27 𝑁. 𝑚𝑚
Cek
∅𝑇𝑛 ≥ 𝑇𝑢
0,05(𝑓 ′ 𝑐−28)
𝛽1 = 0,85 − 7
= 0,839 (SNI 2847-2019, Ps.22.2.2.4.3)
Mu = 158.629 kNm
Mu terfaktor = 158,629,500.00/0,9 = 176,255,000.00 N.mm
𝑐
• Step – 1 : Asumsikan nilai rasio ≤ 0,375
𝑑𝑡
= 150.893.852,07 Nmm
= 150,89 kNm
Dikarenakan Mn1 < Mu / 0,9 maka perlu balok B1 perlu tulangan longitudinal
rangkap.
• Step – 7 : Hitung nilai Mn2
Mn2 = ɸMn – Mn1
= 176,255,000.00/0,9 - 150,893,852.07
= 25,361,147.93Nmm
• Step – 8 : Hitung tegangan pada tulangan tekan, f’s
d’ = (ts + ɸs + 0,5Dl) = ( 40 + 12 + 11 ) = 67 mm
nilai regangan εs
0,003(𝑐 − 𝑑 ′ ) 130,65 – 64.5
𝜀′𝑠 = = 0,003 = 0.001061194
𝑐 130,65
𝑓 ′ 𝑠 = 𝐸𝑠 . 𝜀 ′ 𝑠 = 200.000 . 0.001061194 = 212.23Mpa
𝑓 ′ 𝑠 ≤ 𝑓𝑦 , maka tulangan tekan tidak leleh sehingga tegangan leleh pada
tulangan tekan tetap f’s. Sedangkan bila tulangan tekan leleh, maka
tegangan leleh tulangan tekan diambil
• Step – 9 : Hitung nilai, A’s
𝑀𝑛2 6,024,837.48
As =
𝑓 ′ 𝑠(𝑑−𝑑′ )
= = 326.48 mm2
212.23(437−67)
𝐴𝑠𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 2945.243
𝑛= = = 4 buah
0,25𝜋𝐷 2 0,25 π 22
Vu = 149.62 kN = 149620 N
𝑉𝑢2 1000
Maka, Vu2 = × 𝐵1 = × 149620 = 74810 𝑁
𝑉𝑢 2000
Cek kategori-4:
1
∅(𝑉𝑐 + 𝑉𝑠,𝑚𝑖𝑛 ) ≤ 𝑉𝑢 ≤ (𝑉𝑐 + √𝑓′𝑐𝑏𝑤 𝑑 )
3
1
156016.5299 𝑁 ≤ 337097.7 ≤ 0.75 × (156016.5299 + √29.42 ×
3
400 × 423)
159687.5071 𝑁 ≤ 117975.4 ≤ 346448.4709 𝑁 (Memenuhi syarat)
Jadi untuk daerah tumpuan, Analisa geser masuk kategori 4.
d. Analisa lapangan
Berdasarkan perhitungan penulis, balok ini masuk dalam kategori 2.
Cek kategori-2:
1
∅(𝑉𝑐 + 𝑉𝑠,𝑚𝑖𝑛 ) ≤ 𝑉𝑢 ≤ (𝑉𝑐 + √𝑓′𝑐𝑏𝑤 𝑑 )
3
1
58506.19873 𝑁 ≤ 74810 ≤ 0.75 × (157123.03 + √29.42 × 400 ×
3
423)
58506.19873 𝑁 ≤ 74810 𝑁 ≤ 117012.3975 𝑁 (Memenuhi syarat)
Jadi untuk daerah lapangan, Analisa geser masuk kategori 2.
• Step-7:Menghitung nilai 𝐴𝑣
a. Analisa daerah tumpuan
Luasan tulangan geser
𝑉𝑠 . 𝑠 1283.96 × 150
𝐴𝑣 = = = 1.897109 𝑚𝑚2
𝑓𝑦𝑡 . 𝑑 240 × 423
Sehingga
𝑢 𝑉 𝑢 ℎ 𝑇 𝑃 𝑐 𝑉
√(𝑏 𝑑)2 + (1,7 𝐴 2)2 ≤ ∅ (𝑏 𝑑 + 0,66 √𝑓 ′ 𝑐)
𝑤 𝑜ℎ 𝑤
𝐴𝑡 = 97,26 𝑚𝑚2
Setelah diperoleh nilai At , selanjutnya melakukan pemeriksaan syarat
sesuai SNI 2847-2019. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi adalah :
Syarat-1
Syarat-2
(𝐴𝑣 + 2𝐴𝑡 )𝑚𝑖𝑛 𝑏𝑤
≥ 0,35
𝑠 𝑓𝑦𝑡
(452,3 + 2𝑥97,62)𝑚𝑖𝑛 400
≥ 0,35
150 240
6,46 ≥ 0,33 (memenuhi syarat)
Dari perhitungan diatas disimpulkan bahwa besaran luas At telah memenuhi
syarat, sehingga nilai total dari tulangan sengkang yang dibutuhkan untuk
memikul torsi pada daerah tumpuan dan lapangan adalah :
Tumpuan
𝐴𝑡𝑜𝑡 = (𝐴𝑣 + 2𝐴𝑡 ) = (452,38 + ((2𝑥97,26)) = 646,91𝑚𝑚2
Penulis pilih kedua, Jarak sengkang yang berubah namun diameter dan
jumlah kaki tetap. Maka Jarak sengkang ditambah 50 mm pada bagian
tumpuan.
Lapangan
𝐴𝑡𝑜𝑡 = (𝐴𝑣 + 2𝐴𝑡 ) = (452,38 + ((2𝑥97,26)) = 580,207 𝑚𝑚2
𝐴𝑙 ≥ 𝐴𝑙,𝑚𝑖𝑛
1075,855 𝑚𝑚2 ≤ 1.651,7 𝑚𝑚2 (tidak memenuhi syarat)
Dikarenakan hasil perhitungan 𝐴𝑙 ≤ 𝐴𝑙,𝑚𝑖𝑛 , maka yang diambil nilai yang
terbesar untuk mewakili 𝐴𝑙,𝑚𝑖𝑛 , maka yang diambil sebagai tulangan
longitudinal adalah 𝐴𝑙 = 1.651,7 𝑚𝑚2 . selanjutnya dilakukan
perhitungan tulangan yang akan dipasang.
1.651,7 𝑚𝑚2
𝐴𝑙 = = 550,58 𝑚𝑚2
3
Dari penampang balok (tumpuan) penulis bisa bahwa tulangan lentur yang
terpasang adalah :
Tulangan tarik = 6𝐷22 = 1520,53 𝑚𝑚2 > 555,025 𝑚𝑚2
Tulangan tekan = 6𝐷22 = 1520,53 𝑚𝑚2 > 555,025 𝑚𝑚2
Syarat-2
2𝐴0 𝐴𝑡 𝑓𝑦
𝑇𝑛 = tan 𝜃
𝑝ℎ
2𝑥 114.240 𝑥 97,26 𝑥 420
𝑇𝑛 = tan 45
1480
𝑇𝑛 = 80.322.804,21 𝑁. 𝑚𝑚
Cek
∅𝑇𝑛 ≥ 𝑇𝑢
0,75 𝑥 107.097.072,27 ≥ 13.785.000,00 𝑁. 𝑚𝑚
80.322.804,21 𝑁. 𝑚𝑚 ≥ 13.785.000,00 𝑁. 𝑚𝑚 (memenuhi syarat)
Sehingga tulangan pada B2 dipakai:
Tulangan Longitudinal : Tekan - 4D22
Tarik - 4D22
Tulangan Torsi : 2D22
Mu = 184,670 kNm
Mu = 184.670.100,00/0,9
= 205.189.000,00N.mm
𝑐
• Step – 1 : Asumsikan nilai rasio ≤ 0,375
𝑑𝑡
d = dt = ( h – ts – Ds – 0,5Dl)
= 500 – 40 – 12 – 0,5(22) = 437 mm
c = 437. 0,05 = 21,85
(Diasumsikan tulangan tarik satu lapis, sehingga nilai dt sama dengan d)
• Step – 3 : Hitung nilai tinggi blok (a) tengangan whitney
𝛽1 = 0,839
a = 𝛽1 . 𝑐 = 0,839 . 21,85= 18,35mm
• Step – 4 : Hitung nilai gaya tekan Cc
Cc = 0,839 . f’c . b . a = 0,839. 29,4 . 400 . 18,35 = 183.560,17 N
= 78.531.548,31 Nmm
= 78,53 kNm
Dikarenakan Mn1 < Mu / 0,9 maka perlu balok B1 perlu tulangan longitudinal
rangkap.
• Step – 7 : Hitung nilai Mn2
Mn2 = ɸMn – Mn1
= 205.189.000,00/0,9 - 78.531.548,31
= 126.657.451,69 Nmm
• Step – 8 : Hitung tegangan pada tulangan tekan, f’s
d’ = (ts + ɸs + 0,5Dl) = ( 40 + 12 + 11 ) = 63 mm
nilai regangan εs
0,003(𝑐 − 𝑑 ′ ) 63 – 21,85
𝜀′𝑠 = = 0,003 = 0,001959524
𝑐 21,85
𝑓 ′ 𝑠 = 𝐸𝑠 . 𝜀 ′ 𝑠 = 200.000 . 0.001061194 = 391,9 Mpa
𝑓 ′ 𝑠 ≤ 𝑓𝑦 , maka tulangan tekan tidak leleh sehingga tegangan leleh pada
tulangan tekan tetap f’s. Sedangkan bila tulangan tekan leleh, maka
tegangan leleh tulangan tekan diambil
• Step – 9 : Hitung nilai, A’s
𝑀𝑛2 126.657.451,69
As = = = 864,12 mm2
𝑓 ′ 𝑠(𝑑−𝑑′ ) 212,23(437−63)
Analisa geser pada balok akan dibagi menjadi 2 daerah, yaitu daerah
tumpuan dan lapangan. Sehingga perlu mencari nilai Vu masing-masing
daerah. Berdasarkan SNI 2847-2019.
Hal ini berarti ukuran penampang balok pada tumpuan sudah memenuhi
persyaratan.
Cek kategori-2:
1
∅(𝑉𝑐 + 𝑉𝑠,𝑚𝑖𝑛 ) ≤ 𝑉𝑢 ≤ (𝑉𝑐 + √𝑓′𝑐𝑏𝑤 𝑑 )
3
1
59059,44 𝑁 ≤ 67699,1 ≤ 0,75 × (157491,8 + √29,42 × 400 × 437)
3
b. Analisa lapangan
Berdasarkan perhitungan penulis, balok ini masuk dalam kategori 1.
Cek kategori-1:
𝑉𝑢 ≤ 0,5 ∅ 𝑉𝑐
47320 𝑁 ≤ 0,5 × 0,75 × 157491,8
47320 𝑁 ≤ 59059,44884 𝑁 (Tidak memenuhi syarat)
• Step-7:Menghitung nilai 𝑨𝒗
a. Analisa daerah tumpuan
Luasan tulangan geser
𝑉𝑠 . 𝑠 57438,2 × 150
𝐴𝑣 = = = 84,07 𝑚𝑚2
𝑓𝑦𝑡 . 𝑑 240 × 437
Mu = 58 kNm
Mu terfaktor = 58.000.000,00/0,9
= 64.444.444,44 N.mm
𝑐
• Step – 1 : Asumsikan nilai rasio ≤ 0,375
𝑑𝑡
d = dt = ( h – ts – Ds – 0,5Dl)
= 500 – 40 – 12 – 0,5(22) = 437 mm
c = 437. 0,01 = 4,37
(Diasumsikan tulangan tarik satu lapis, sehingga nilai dt sama dengan d)
• Step – 3 : Hitung nilai tinggi blok (a) tengangan whitney
𝛽1 = 0,839
a = 𝛽1 . 𝑐 = 0,839 . 4,37 = 3,67 mm
• Step – 4 : Hitung nilai gaya tekan Cc
Cc = 0,839 . f’c . b . a = 0,839. 29,4 . 400 . 3,67 = 36712,03 N
• Step – 5 : Hitung nilai As1
Cc1 = T1
As1 = Cc1 / fy = 183.560,17 / 420 = 87,41 mm2
• Step – 6 : Hitung nilai Mn1
𝑎 3,67
Mn1 = 𝐴𝑠1 . 𝑓𝑦 ( 𝑑 − ) = 87,41 . 420 . ( 437 − )
2 2
= 15.975.788,89 Nmm
= 15,97 kNm
Dikarenakan Mn1 < Mu / 0,9 maka perlu balok B1 perlu tulangan longitudinal
rangkap.
• Step – 7 : Hitung nilai Mn2
Mn2 = ɸMn – Mn1
= 64.444.444,44/0,9 - 15.975.788,89 = 48.468.655,55 Nmm
• Step – 8 : Hitung tegangan pada tulangan tekan, f’s
d’ = (ts + ɸs + 0,5Dl) = ( 40 + 12 + 11 ) = 63 mm
nilai regangan εs
0,003(𝑐 − 𝑑 ′ ) 63 – 4,37
𝜀′𝑠 = = 0,003 = 0,002791905
𝑐 63
𝑓 ′ 𝑠 = 𝐸𝑠 . 𝜀 ′ 𝑠 = 200.000 . 0,002791905 = 558,38 Mpa
𝑓 ′ 𝑠 ≥ 𝑓𝑦 , maka tulangan tekan leleh sehingga tegangan leleh sama dengan
nilai 𝑓𝑦. Sedangkan bila tulangan tekan leleh, maka tegangan leleh tulangan
tekan diambil.
• Step – 9 : Hitung nilai, A’s
𝑀𝑛2 48.468.655,55
As =
𝑓 ′ 𝑠(𝑑−𝑑′ )
= = 308,56 mm2
420(437−63)
𝑎 3,67
𝑐= = = 4,37 mm
𝛽1 0,839
𝑐 4,37
= = 0,05
𝑑𝑡 437
Dengan nilai c/dt < 0,01 berarti penampang balok termasuk kategori
terkontrol tarik, sehingga nilai ɸ = 0,9 .
• Step – 14 : Hitung kuat nominal dan cek kapasitas balok
𝑎
Mn = Cc (𝑑 − ) + Cs (d – d’)
2
𝑎
Mn = (As.fy – A’s . fs’)( 𝑑 − ) + A’s . fs’ (d – d’)
2
67
Mn = (760,26. 420 - 760,26. 420 )( 437 − ) + 760,26 (420) ( 437 −
2
63)
= 119.422.492,51 Nmm
ɸ Mn = 107,48 kNm > Mu ( Desain aman )
Hal ini berarti ukuran penampang balok pada tumpuan sudah memenuhi
persyaratan.
Cek kategori-1:
𝑉𝑢 ≤ 0.5 ∅ 𝑉𝑐
29024,9 𝑁 ≤ 0,5 × 0,75 × 161.180,20
29024,9 𝑁 ≤ 60442,57 𝑁 (memenuhi syarat)
Jadi untuk daerah tumpuan, Analisa geser masuk kategori 1. Secara teori
balok B4 sudah mampu menahan gaya geser, akan tetapi demi alasan
keamanan penulis akan tetap memasang dengan 2∅12 – 150mm pada tumpuan
balok.
b. Analisa lapangan
Berdasarkan perhitungan penulis, balok ini masuk dalam kategori 1.
𝑉𝑢 ≤ 0.5 ∅ 𝑉𝑐
25777 𝑁 ≤ 0,5 × 0,75 × 161.180,20
29024,9 𝑁 ≤ 60442,57 𝑁 (memenuhi syarat)
Jadi untuk daerah lapangan, Analisa geser masuk kategori 1. Secara teori
balok B4 sudah mampu menahan gaya geser, akan tetapi demi alasan
keamanan penulis akan tetap memasang dengan 2∅12 – 200mm pada lapangan
balok.
𝐴𝑡 = 97,26 𝑚𝑚2
Setelah diperoleh nilai At , selanjutnya melakukan pemeriksaan syarat
sesuai SNI 2847-2019. Adapun persyaratan yang harus dipenuhi adalah :
Syarat-1
(𝐴𝑣 + 2𝐴𝑡 )𝑚𝑖𝑛 𝑏𝑤
≥ 0,062√𝑓′𝑐
𝑠 𝑓𝑦𝑡
(226,19 + 2𝑥97,62)𝑚𝑖𝑛 400
≥ 0,062√29,42
150 240
2,80 ≥ 0,318 (memenuhi syarat)
Syarat-2
(𝐴𝑣 + 2𝐴𝑡 )𝑚𝑖𝑛 𝑏𝑤
≥ 0,35
𝑠 𝑓𝑦𝑡
(226,19 + 2𝑥97,62)𝑚𝑖𝑛 400
≥ 0,35
200 240
2,1 ≥ 0,33 (memenuhi syarat)
Dari perhitungan diatas disimpulkan bahwa besaran luas At telah memenuhi
syarat, sehingga nilai total dari tulangan sengkang yang dibutuhkan untuk
memikul torsi pada daerah tumpuan dan lapangan adalah :
Tumpuan
𝐴𝑡𝑜𝑡 = (𝐴𝑣 + 2𝐴𝑡 ) = (226,19 + ((2𝑥97,26)) = 420,71 𝑚𝑚2
Penulis pilih kedua, Jarak sengkang yang berubah namun diameter dan
jumlah kaki tetap. Maka Jarak diperkecil menjadi 75mm.
Lapangan
𝐴𝑡𝑜𝑡 = (𝐴𝑣 + 2𝐴𝑡 ) = (226,19 + ((2𝑥97,26)) = 420,71 𝑚𝑚2
Jadi diperoleh luas tulangan transversal akibat pengaruh torsi yaitu
420,71 𝑚𝑚2 . Dikarenakan nilai luasan bertambah dibanding dengan
perhitungan analisa geser, sama seperti sebelumnya maka diambil opsi
kedua dengan mengubah jarak menjadi 150mm.
Syarat-2
2𝐴0 𝐴𝑡 𝑓𝑦
𝑇𝑛 = tan 𝜃
𝑝ℎ
2𝑥 114.240 𝑥 97,26 𝑥 420
𝑇𝑛 = tan 45
1480
𝑇𝑛 = 107.097.072,27 𝑁. 𝑚𝑚
Cek
∅𝑇𝑛 ≥ 𝑇𝑢
0,75 𝑥 107.097.072,27 ≥ 45.080.000,00 𝑁. 𝑚𝑚
Mu = 12,567 kNm
Mu terfaktor = 12.566.900,00/0,9
= 13.963.222,22N.mm
𝑐
• Step – 1 : Asumsikan nilai rasio ≤ 0,375
𝑑𝑡
d = dt = ( h – ts – Ds – 0,5Dl)
= 250 – 40 – 10 – 0,5(19) = 190,5 mm
c = 190,5. 0,009 = 1,683
(Diasumsikan tulangan tarik satu lapis, sehingga nilai dt sama dengan d)
• Step – 3 : Hitung nilai tinggi blok (a) tengangan whitney
𝛽1 = 0,839
a = 𝛽1 . 𝑐 = 0,839 . 1,683 = 1,41mm
• Step – 4 : Hitung nilai gaya tekan Cc
Cc = 0,839 . f’c . b . a = 0,839. 29,4 . 250 . 1,41 = 7069,37 N
• Step – 5 : Hitung nilai As1
Cc1 = T1
As1 = Cc1 / fy = 7069,37 / 420 = 16,83 mm2
• Step – 6 : Hitung nilai Mn1
𝑎 1,41
Mn1 = 𝐴𝑠1 . 𝑓𝑦 ( 𝑑 − ) = 16,83 . 420 . ( 190,5 − )
2 2
= 1.316.977,24 Nmm
= 1,31 kNm
Dikarenakan Mn1 < Mu / 0,9 maka perlu balok B1 perlu tulangan longitudinal
rangkap.
• Step – 7 : Hitung nilai Mn2
Mn2 = ɸMn – Mn1
= 12.566.900,00/0,9 - 1.316.977,24 = 12.646.244,98 Nmm
• Step – 8 : Hitung tegangan pada tulangan tekan, f’s
d’ = (ts + ɸs + 0,5Dl) = ( 40 + 12 + 11 ) = 63 mm
nilai regangan εs
0,003(𝑑′ − 𝑐) 63 – 1,683
𝜀′𝑠 = = 0,003 = 0,002919857
𝑑′ 63
𝑓 ′ 𝑠 = 𝐸𝑠 . 𝜀 ′ 𝑠 = 200.000 . 0,002791905 = 583,97 Mpa
𝑓 ′ 𝑠 ≥ 𝑓𝑦 , maka tulangan tekan leleh sehingga tegangan leleh sama dengan
nilai 𝑓𝑦. Sedangkan bila tulangan tekan leleh, maka tegangan leleh tulangan
tekan diambil.
• Step – 9 : Hitung nilai, A’s
𝑀𝑛2 12.646.244,98
As = = = 242,82 mm2
𝑓 ′ 𝑠(𝑑−𝑑′ ) 420(190,5−63)
𝐴𝑠𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 259,66
𝑛= = = 1 buah ~ diambil 2 buah
0,25𝜋𝐷 2 0,25 π 222
1
𝑉𝑢2 = 𝑃𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑛𝑡𝑎𝑛𝑔 ×
4
1
𝑉𝑢2 = 1500 × = 375
4
𝑉𝑢2 375
Maka, Vu2 = × 𝐵1 = × 27538 = 13769 𝑁
𝑉𝑢 750
Hal ini berarti ukuran penampang balok pada tumpuan sudah memenuhi
persyaratan.
Cek kategori-2:
0.5 ∅ 𝑉𝑐 ≤ 𝑉𝑢 ≤ ∅𝑉𝑐
12932,22123 𝑁 ≤ 20671,9 𝑁 ≤ 0.75 × 34485,9 𝑁
12932,22123 𝑁 ≤ 20671,9 𝑁 ≤ 25864,44 𝑁
b. Analisa lapangan
Berdasarkan perhitungan penulis, balok ini masuk dalam kategori 2.
Cek kategori-2:
0.5 ∅ 𝑉𝑐 ≤ 𝑉𝑢 ≤ ∅𝑉𝑐
12932,22123 𝑁 ≤ 13769 𝑁 ≤ 0.75 × 34485,9 𝑁
12932,22123 𝑁 ≤ 13769 𝑁 ≤ 25864,44 𝑁
• Step-5: Hitung Vs rencana berdasarkan kategori yang telah ditentukan.
a. Analisa daerah tumpuan
Pada kategori-2, nilai gaya geser dari tulangan:
𝑉𝑠 = 0,062. √29,42 200.187 = 12577,21 𝑁
• Step-7:Menghitung nilai 𝐴𝑣
a. Analisa daerah tumpuan
Luasan tulangan geser
𝑉𝑠 . 𝑠 12577,21 × 150
𝐴𝑣 = = = 28,024 𝑚𝑚2
𝑓𝑦𝑡 . 𝑑 240 × 423
Mu = 46,53 kNm
Mu terfaktor = 46.537.000,00/0,9
= 51.707.777,78 N.mm
𝑐
• Step – 1 : Asumsikan nilai rasio ≤ 0,375
𝑑𝑡
d = dt = ( h – ts – Ds – 0,5Dl)
= 250 – 40 – 10 – 0,5(19) = 190,5 mm
c = 190,5. 0,374 = 71,2
(Diasumsikan tulangan tarik satu lapis, sehingga nilai dt sama dengan d)
• Step – 3 : Hitung nilai tinggi blok (a) tengangan whitney
𝛽1 = 0,839
a = 𝛽1 . 𝑐 = 0,839 . 71,2 = 59,83 mm
• Step – 4 : Hitung nilai gaya tekan Cc
Cc = 0,839 . f’c . b . a = 0,839. 29,4 . 200 . 59,83 = 299270,28 N
• Step – 5 : Hitung nilai As1
Cc1 = T1
As1 = Cc1 / fy = 299270,28 / 420 = 712,55 mm2
• Step – 6 : Hitung nilai Mn1
𝑎 59,83
Mn1 = 𝐴𝑠1 . 𝑓𝑦 ( 𝑑 − ) = 712,55 . 420 . ( 190,5 − )
2 2
= 48.057.225,54 Nmm
= 48,05 kNm
Dikarenakan Mn1 < Mu / 0,9 maka perlu balok B1 perlu tulangan longitudinal
rangkap.
• Step – 7 : Hitung nilai Mn2
Mn2 = ɸMn – Mn1
= 51.707.777,78 - 48.057.225,54 = 3.650.552,24 Nmm
• Step – 8 : Hitung tegangan pada tulangan tekan, f’s
d’ = (ts + ɸs + 0,5Dl) = ( 40 + 10 + 9,5 ) = 59,5 mm
nilai regangan εs
0,003(𝑑′ − 𝑐) 59,5 – 71,2
𝜀′𝑠 = ′
= 0,003 = 0,000494631
𝑑 59,5
𝑓 ′ 𝑠 = 𝐸𝑠 . 𝜀 ′ 𝑠 = 200.000 . 0,000494631 = 98,92 Mpa
𝑓 ′ 𝑠 ≤ 𝑓𝑦 , maka tulangan tidak tekan leleh. Sedangkan bila tulangan tekan
leleh, maka tegangan leleh tulangan tekan diambil.
Hal ini berarti ukuran penampang balok pada tumpuan sudah memenuhi
persyaratan.
Cek kategori-4:
1
∅(𝑉𝑐 + 𝑉𝑠,𝑚𝑖𝑛 ) ≤ 𝑉𝑢 ≤ (𝑉𝑐 + √𝑓′𝑐𝑏𝑤 𝑑 )
3
1
19182,32 𝑁 ≤ 26457,3 𝑁 ≤ 0.75 × (33287,21 + 3 √29.42 × 200 × 190,5)
• Step-7:Menghitung nilai 𝐴𝑣
a. Analisa daerah tumpuan
Luasan tulangan geser
𝑉𝑠 . 𝑠 16534,99 × 150
𝐴𝑣 = = = 30,51 𝑚𝑚2
𝑓𝑦𝑡 . 𝑑 240 × 423
𝐴𝑡𝑒𝑜𝑟𝑖𝑡𝑖𝑠 6,31
𝑛= = = 0,05 ≈ 2
𝐴𝑎𝑘𝑡𝑢𝑎𝑙 113,09
Sehingga luasan aktual tulangan geser pada daerah tumpuan:
𝐴𝑣 = 2 × 113,09 𝑚𝑚2 = 226,19 𝑚𝑚2
Mu = 27,4 kNm
Mu terfaktor = 27.403.800,00/0,9
= 30.448.666,67 N.mm
𝑐
• Step – 1 : Asumsikan nilai rasio ≤ 0,375
𝑑𝑡
d = dt = ( h – ts – Ds – 0,5Dl)
= 250 – 40 – 10 – 0,5(19) = 190,5mm
c = 190,5. 0,2 = 38,1
(Diasumsikan tulangan tarik satu lapis, sehingga nilai dt sama dengan d)
• Step – 3 : Hitung nilai tinggi blok (a) tengangan whitney
𝛽1 = 0,839
a = 𝛽1 . 𝑐 = 0,839 . 38,1 = 16,12 mm
• Step – 4 : Hitung nilai gaya tekan Cc
Cc = 0,839 . f’c . b . a = 0,839. 29,4 . 200 . 16,12 = 80648,8 N
• Step – 5 : Hitung nilai As1
Cc1 = T1
As1 = Cc1 / fy = 80648,8 / 420 = 192,02 mm2
• Step – 6 : Hitung nilai Mn1
𝑎 16,12
Mn1 = 𝐴𝑠1 . 𝑓𝑦 ( 𝑑 − ) = 192,02 . 420 . ( 137 − )
2 2
= 10.832.573,64 Nmm
= 10,83kNm
Dikarenakan Mn1 < Mu / 0,9 maka perlu balok B1 perlu tulangan longitudinal
rangkap.
• Step – 7 : Hitung nilai Mn2
Mn2 = ɸMn – Mn1
= 30.448.666,67 /0,9 - 10.832.573,64= 19.616.093,03 Nmm
• Step – 8 : Hitung tegangan pada tulangan tekan, f’s
d’ = (ts + ɸs + 0,5Dl) = ( 40 + 12 + 12,5 ) = 63 mm
nilai regangan εs
0,003(𝑑′ − 𝑐) 63 – 38,1
𝜀′𝑠 = = 0,003 = 0,001695238
𝑑′ 63
𝑓 ′ 𝑠 = 𝐸𝑠 . 𝜀 ′ 𝑠 = 200.000 . 0,002943279 = 339,04 Mpa
𝑓 ′ 𝑠 < 𝑓𝑦 , maka tulangan tekan tidak leleh. Sedangkan bila tulangan tekan
leleh, maka tegangan leleh tulangan tekan diambil.
• Step – 9 : Hitung nilai, A’s
𝑀𝑛2 19.616.093,03
As = = = 781,84 mm2
𝑓 ′ 𝑠(𝑑−𝑑′ ) 339,04(137−63)
𝑏−(2.𝑡𝑠−2.𝐷𝑠−𝑛.𝐷𝑙) 250−(2.40−2.12−6.22)
Smin = = = 80 mm
𝑛−1 3−1
Hal ini berarti ukuran penampang balok pada tumpuan sudah memenuhi
persyaratan.
Cek kategori-5:
1 2
∅(𝑉𝑐 + √𝑓′𝑐𝑏𝑤 𝑑 ) ≤ 𝑉𝑢 ≤ (𝑉𝑐 + √𝑓′𝑐𝑏𝑤 𝑑 )
3 3
1 2
0.75 × (18948,8 + √29.42 × 200 × 137) ≤ 29694,1 𝑁 ≤ 0.75 × (18948,8 + √29.42 × 200 × 137)
3 3
b. Analisa lapangan
Berdasarkan perhitungan penulis, balok ini masuk dalam kategori 3.
Cek kategori-3:
𝑉𝑠,𝑚𝑖𝑛 ≤ 0.062√𝑓 ′ 𝑐𝑏𝑤 𝑑 = 0.062√29.42 × 200 × 137 = 6910,74 𝑁
𝑉𝑠,𝑚𝑖𝑛 ≤ 0.35𝑏𝑤 𝑑 = 0.35 × 200 × 137 = 7192,5 𝑁
Dari dua perhitungan tersebut, diambil nilai terkecil sehingga
𝑉𝑠,𝑚𝑖𝑛 = 6910,74 𝑁
∅ 𝑉𝑐 ≤ 𝑉𝑢 ≤ ∅(𝑉𝑐 + 𝑉𝑠,𝑚𝑖𝑛 )
18948,8 (0,75) ≤ 17204 ≤ 0,75 × (18948,84 𝑁 + 6910,74 𝑁)
14211,61 ≤ 17204 ≤ 19394,67 𝑁) (Memenuhi syarat)
• Step-7:Menghitung nilai 𝑨𝒗
a. Analisa daerah tumpuan
Luasan tulangan geser
𝑉𝑠 . 𝑠 20643,32 × 150
𝐴𝑣 = = = 62,7 𝑚𝑚2
𝑓𝑦𝑡 . 𝑑 240 × 423
𝐴𝑐𝑝2
Ø x 0,083 x λ x √𝑓′𝑐 x ( ) ≥ 𝑇𝑢
𝑝𝑐𝑝
300002
0,75 x 0,083 x 1 x √29,42 x ( ) ≥ 202.800,00 N. mm
700
434.115,37 𝑁. 𝑚𝑚 ≥ 202.800,00 𝑁. 𝑚𝑚 (memenuhi syarat)
Dari hasil diatas dapat disimpulkan bahwa pengaruh torsi tidak perlu
diperhitungkan dan balok tidak perlu tulangan torsi.
Mu = 25,051 kNm
Mu terfaktor = 25.051.900,00/0,9
= 27.835.444,44 N.mm
𝑐
• Step – 1 : Asumsikan nilai rasio ≤ 0,375
𝑑𝑡
𝑐
• Step – 2 : hitung nilai c dengan nilai
𝑑𝑡
d = dt = ( h – ts – Ds – 0,5Dl)
= 200 – 40 – 12 – 0,5(22) = 137 mm
c = 137. 0,2 = 38,1
(Diasumsikan tulangan tarik satu lapis, sehingga nilai dt sama dengan d)
• Step – 3 : Hitung nilai tinggi blok (a) tengangan whitney
𝛽1 = 0,839
a = 𝛽1 . 𝑐 = 0,839 . 38,1 = 23,01 mm
• Step – 4 : Hitung nilai gaya tekan Cc
Cc = 0,839 . f’c . b . a = 0,839. 29,4 . 200 . 23,01 = 86319,48 N
• Step – 5 : Hitung nilai As1
Cc1 = T1
As1 = Cc1 / fy = 86319,48 / 420 = 205,52 mm2
• Step – 6 : Hitung nilai Mn1
𝑎 23,01
Mn1 = 𝐴𝑠1 . 𝑓𝑦 ( 𝑑 − ) = 205,52 . 420 . ( 137 − )
2 2
= 10.832.573,64 Nmm
= 10,83kNm
Dikarenakan Mn1 < Mu / 0,9 maka perlu balok B1 perlu tulangan longitudinal
rangkap.
• Step – 7 : Hitung nilai Mn2
Mn2 = ɸMn – Mn1
= 25.051.900,00/0,9 - 10.832.573,64= 17.002.870,80 Nmm
• Step – 8 : Hitung tegangan pada tulangan tekan, f’s
d’ = (ts + ɸs + 0,5Dl) = ( 40 + 12 + 12,5 ) = 63 mm
nilai regangan εs
0,003(𝑑′ − 𝑐) 63 – 27,4
𝜀′𝑠 = = 0,003 = 0,001695238
𝑑′ 63
𝑓 ′ 𝑠 = 𝐸𝑠 . 𝜀 ′ 𝑠 = 200.000 . 0,002943279 = 339,04 Mpa
𝑓 ′ 𝑠 < 𝑓𝑦 , maka tulangan tekan tidak leleh. Sedangkan bila tulangan tekan
leleh, maka tegangan leleh tulangan tekan diambil.
• Step – 9 : Hitung nilai, A’s
𝑀𝑛2 17.002.870,80
As = = = 677,68 mm2
𝑓 ′ 𝑠(𝑑−𝑑′ ) 339,04(137−63)
1
𝑉𝑢2 = 1500 × = 375
4
𝑉𝑢2 375
Maka, Vu2 = × 𝐵1 = × 33403 = 16701,5 𝑁
𝑉𝑢 750
Hal ini berarti ukuran penampang balok pada tumpuan sudah memenuhi
persyaratan.
Cek kategori-5:
1 2
∅(𝑉𝑐 + √𝑓′𝑐𝑏𝑤 𝑑 ) ≤ 𝑉𝑢 ≤ (𝑉𝑐 + √𝑓′𝑐𝑏𝑤 𝑑 )
3 3
1 2
0.75 × (18948,8 + √29.42 × 200 × 137) ≤ 27301,4 𝑁 ≤ 0.75 × (18948,8 + √29.42 × 200 × 137)
3 3
b. Analisa lapangan
Berdasarkan perhitungan penulis, balok ini masuk dalam kategori 3.
Cek kategori-3:
𝑉𝑠,𝑚𝑖𝑛 ≤ 0.062√𝑓 ′ 𝑐𝑏𝑤 𝑑 = 0.062√29.42 × 200 × 137 = 6910,74 𝑁
• Step-7:Menghitung nilai 𝑨𝒗
a. Analisa daerah tumpuan
Luasan tulangan geser
𝑉𝑠 . 𝑠 17453,03 × 150
𝐴𝑣 = = = 53,08 𝑚𝑚2
𝑓𝑦𝑡 . 𝑑 240 × 423
𝑀𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒 7,45
Ekstrisintas (e) = = = 0,07𝑚 = 67,38 𝑚𝑚
𝑃𝑢𝑙𝑡𝑖𝑚𝑎𝑡𝑒 110,61
= 1.668.753,85 N
7,45
Mn = = 11,47 𝑡𝑜𝑛
0,65
= 114.652,77 Nmm
Setelah itu maka diplot pada grafik interaction diagram sesuai dengan spesifikasi
perencanaan sebelumnya berdasarkan ASCI 318-14 : Handbook; Volume 3: Design
Aids SP-17(14).
Maka didapatkan rasio minimum penulangan sebesar 0,0094 atau sebesar 0,94%
Perlu dipastikan bahwa jarak bersih antar tulangan memenuhi syarat SNI 2847-
2019 yang mengatur jarak bersih antar tulangan harus tidak kurang dari nilai
terbesar dari :
Jadi syarat jarak bersih adalah adalah s ≥ 40 mm. Adapun jarak bersih yang akan
digunakan adalah sebagai berikut:
𝑏 − (2 × 𝑡𝑠 ) − (2 × 𝐷𝑠 ) − (𝑛 × 𝐷)
𝑠=
(𝑛 − 1)
350 − (2 × 50) − (2 × 12) − (2 × 25)
𝑠=
(4 − 1)
𝑠 = 75,5 𝑚𝑚 > 40 𝑚𝑚
Dari hasil perhitungan jarak bersih tulangan, dapat dilihat bahwa syarat tulangan
terpasang telah memenuhi syarat jarak minimum. Hal ini menandakan bahwa dari
segi Analisa perencanaan kolom, jumlah tulang tersebut telah memenuhi semua
syarat kekuatan dari tulangan longitudinal yang nantinya berperan dalam memikul
beban aksial dan lentur. Jadi tulangan longitudinal yang digunakan pada kolom
adalah 8D25.
Berdasarkan perhitungan diatas maka didapatkan nilai nominal dan ultimate setiap
kondisi yang akan digunakan untuk pengambaran diagram P-M.
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan terhadap 6 Kondisi Kolom
Kondisi Kolom
Tekan Aksial Ultimate (ton) 108,859
Momen Ultimate (t.m) 7,452
300,00
Nominal
250,00
Ultimate
Gaya Tekan Sentris (ton)
150,00
100,00
50,00
0,00
0,00 10,00 20,00 30,00 40,00
Momen (t.m)
Berdasarkan perhitungan manual dan grafik tersebut maka dengan beban ultimate
kondisi kolom yang penulis rencanakan aman.
Setelah melakukan setting, input dan proses trial and error pada aplikasi SpColumn,
dilakukan proses Execute untuk mendapatkan hasil akhir berupa diagram interaksi
P-M. berikut tampilan diagram P-M untuk pembebanan terfaktor pada kolom.
Pada menu diagram P-M full pada SpColumn, kita bisa mnegidentifikasi apakah
kolom mampu memikul beban terfaktor yang telah di input. Indikatornya ada
dengan melihat load point pada diagram interaksi. Selama load point tersebut
berada didalam diagram, maka beban tersebut masih dalam kapasitas elemen
kolom. Pada perencanaan kolom Penulis dengan penulangan 8D25 berdasarkan
perhitungan sebelumnya maka semua load point yang ditampilkan masih berada
didalam diagram interaksi yang menunjukkan bahwa kolom yang direncanakan
penulis bisa digunakan. Setelah ditentukan rasio tulangan sebesar ρ = 3,33%
(8D25).
𝑉𝑢 = 33,638 𝑘𝑁 = 33638 𝑁
Dan diambil Nilai Nu dari nilai P terbesar dari semua beban kombinasi yang
digunakan dalam hasil SAP2000 yakni :
𝑛𝑢 = 1084,69 𝑘𝑁 = 1088690 𝑁
Hal ini berarti ukuran penampang kolom yang direncanakan sudah memenuhi
persyaratan.
4
𝑠𝑚𝑖𝑛 ≥ × 40
3
𝑠𝑚𝑖𝑛 ≥ 53 𝑚𝑚
Dan jarak maksimal yang diukur dari pusat ke pusat Sengkang tidak melebihi nilai
terkecil dari :
Diambil terkecil sebagai nilai smax yaitu 192 mm. jadi persyaratan jarak tulangan
geser adalah :
53 𝑚𝑚 ≤ 𝑠 ≤ 192 𝑚𝑚
𝑠 = 150 𝑚𝑚
1
𝐴 = 𝜋(12)2
4
𝐴 = 113,1 𝑚𝑚2
j. Hitung Kembali Vn
𝑉𝑛 = 𝑉𝑐 + 𝑉𝑠
𝑉𝑛 = 123542,86 + 86858,75
𝑉𝑛 = 210401,61 𝑁
𝜙 × 𝑉𝑛 ≥ 𝑉𝑢
0,75 × 210401,61 ≥ 33638 𝑁
157801,2 𝑁 ≥ 33638 𝑁 (memenuhi syarat)
Jadi tulang geser yang digunakan sepanjang kolom adalah 2ø12-150 mm.
Tulangan
Elemen Tulangan Sengkang
Longitudinal
Kolom 30x30 8D25 2ø12-150 mm
Jarak
Pondasi As Perlu Diameter (mm)
(mm)
Arah X 1168,0 φ 12 100
Arah Y 1168,0 φ 12 100
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil proses perhitungan yang telah dilakukan oleh penulis maka
dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil perhitungan preliminary design maka ditentukan desain
bentuk awal sebagai berikut
Bentang H b
Elemen Kode H rencana B rencana
(cm) (cm) (cm)
B1 600 40 30
B2 400 25 20
50 40
Balok Induk B3 300 20 15
B4 200 15 10
B5 150 20 15 25 20
BA1 400 20 10
Balok Anak BA2 200 10 5 20 10
BA3 150 10 5
Elemen Kode Lx Ly Hmin H rencana
A 3000 4000 70,93
Plat B 3000 2000 60,446 150
C 3000 1500 55
Elemen Dimensi Awal (cm)
Kolom 35 x 35
3. Hasil analisa struktur pada SAP2000 adalah seperti yang terlampir pada
tugas besar ini dan hasil gaya makismal tiap elemen pada tabel.
5.2 Saran
Dalam penyusunan tugas besar ini ditemui banyak kendala yang penulis hadapi oleh
karena itu penulis menyarankan beberapa hal sebagai berikut :
1. Disarankan dalam perencanaan awal dimensi awal balok dibuat sama agar
memudahkan perhitungan di tahap desain.
2. Disaranakn dalam perhitungan desain dan analisa tiap elemen dibuat
langkah runut dan tersistematis dalam program excel agar memudakan
perhitungan maupun penyelesaian masalah.
DAFTAR PUSTAKA
Asroni, Ali. 2010. Balok dan Pelat Beton Bertulang. Yogyakarta: Graha Ilmu.
y
x
(Pmax)
350 x 350 mm
Units: Metric
Date: 12/01/21
-2000
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 (TM). Licensed to: daltafa@live.com, WIKA. License ID: -XXXXX
y
x
(Pmax)
350 x 350 mm
Units: Metric
Date: 12/01/21
-2000
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 (TM). Licensed to: daltafa@live.com, WIKA. License ID: -XXXXX
y
x
(Pmax)
350 x 350 mm
Units: Metric
Date: 12/01/21
-2000
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 (TM). Licensed to: daltafa@live.com, WIKA. License ID: -XXXXX
y
x
(Pmax)
350 x 350 mm
Units: Metric
-2000
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 (TM). Licensed to: daltafa@live.com, WIKA. License ID: -XXXXX
y
x
(Pmax)
350 x 350 mm
Units: Metric
Date: 12/01/21
-2000
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 (TM). Licensed to: daltafa@live.com, WIKA. License ID: -XXXXX
y
x
(Pmax)
350 x 350 mm
Units: Metric
Date: 12/01/21
-2000
STRUCTUREPOINT - spColumn v6.00 (TM). Licensed to: daltafa@live.com, WIKA. License ID: -XXXXX
2.0
INTERACTION DIAGRAM R4-60.6 h
h
f /c = 4 ksi
= 0.08
1.8 fy = 60 ksi
g
= 0.6
0.07
1.6 Kmax
0.06
e Pn
1.4 0.05
0.04
1.2 fs/fy = 0
0.03
1.0 0.02
0.25
0.01
0.8
0.50
0.6
0.75
0.4
1.0
0.2
0.0
0.00 0.05 0.10 0.15 0.20 0.25 0.30 0.35
Rn = Pn e / f / c Ag h
LAMPIRAN 3
HASIL ANALISA SAP2000
Tugas Besar Struktur Beton Bertulang 2 - Program Studi S1 Teknik Sipil 29/11/2021
-0.91 -0.84 -0.77 -0.70 -0.63 -0.56 -0.49 -0.42 -0.35 -0.28 -0.21 -0.14 -0.07 0.00
SAP2000 22.0.0 Deformed Shape (1.2DL+1.6LL) - Contours for Uz Kgf, cm, C
Tugas Besar Struktur Beton Bertulang 2 - Program Studi S1 Teknik Sipil 29/11/2021
KETERANGAN :
DOSEN PENGAMPU :
ASISTEN:
A A
Tan Dicky Dwi Sutanto
NIM. 1809025010
DIGAMBAR OLEH :
NAMA : NIM :
Althafa Dhia Syauqi 1909026015
TUGAS BESAR
STRUKTUR BETON BERTULANG II
B
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
KETERANGAN :
DOSEN PENGAMPU :
ASISTEN:
A A
Tan Dicky Dwi Sutanto
NIM. 1809025010
DIGAMBAR OLEH :
NAMA : NIM :
Althafa Dhia Syauqi 1909026015
TUGAS BESAR
STRUKTUR BETON BERTULANG II
B
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
KETERANGAN :
DOSEN PENGAMPU :
ASISTEN:
DIGAMBAR OLEH :
NAMA : NIM :
Althafa Dhia Syauqi 1909026015
TUGAS BESAR
STRUKTUR BETON BERTULANG II
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
KETERANGAN :
DOSEN PENGAMPU :
ASISTEN:
DIGAMBAR OLEH :
NAMA : NIM :
Althafa Dhia Syauqi 1909026015
TUGAS BESAR
STRUKTUR BETON BERTULANG II
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
A B C D E F KETERANGAN :
6 K1 K1 K1 K1 K1 K1
6
JUDUL GAMBAR : SKALA:
K1 K1 K1 K1
4 4 DOSEN PENGAMPU :
K1 K1 K1 K1
3 3
IR. FACHRIZA NOOR ABDI, ST.,MT.
NIP. 197110104 200003 1 003
ASISTEN:
K1 K1 K1 K1
2 2
Tan Dicky Dwi Sutanto
K1 K1 NIM. 1809025010
1 1
DIGAMBAR OLEH :
NAMA : NIM :
Althafa Dhia Syauqi 1909026015
A B C D E F TUGAS BESAR
STRUKTUR BETON BERTULANG II
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
DENAH KOLOM LT 1
2021
A B C D E F KETERANGAN :
6 K2 K2 K2 K2 K2 K2
6
JUDUL GAMBAR : SKALA:
K2 K2 K2 K2
4 4 DOSEN PENGAMPU :
K2 K2 K2 K2
3 3
IR. FACHRIZA NOOR ABDI, ST.,MT.
NIP. 197110104 200003 1 003
ASISTEN:
K2 K2 K2 K2
2 2
Tan Dicky Dwi Sutanto
NIM. 1809025010
1 1
DIGAMBAR OLEH :
NAMA : NIM :
Althafa Dhia Syauqi 1909026015
A B C D E F TUGAS BESAR
STRUKTUR BETON BERTULANG II
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
DENAH KOLOM LT 2
2021
KETERANGAN :
DOSEN PENGAMPU :
ASISTEN:
DIGAMBAR OLEH :
NAMA : NIM :
Althafa Dhia Syauqi 1909026015
TUGAS BESAR
STRUKTUR BETON BERTULANG II
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
KETERANGAN :
DOSEN PENGAMPU :
ASISTEN:
DIGAMBAR OLEH :
NAMA : NIM :
Althafa Dhia Syauqi 1909026015
TUGAS BESAR
STRUKTUR BETON BERTULANG II
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
UNIVERSITAS MULAWARMAN
KETERANGAN :
DOSEN PENGAMPU :
FL +2.10 FL +2.10
Kolom 35/35 Muka Lantai ±0.00 Muka Lantai ±0.00 Muka Lantai ±0.00 Muka Lantai ±0.00 Muka Lantai ±0.00
IR. FACHRIZA NOOR ABDI, ST.,MT.
NIP. 197110104 200003 1 003
ASISTEN:
Tul. Sengkang Ø8-150
Tul. Pokok 18 - Ø19
Lantai Kerja 1:3:5
DIGAMBAR OLEH :
NAMA : NIM :
Althafa Dhia Syauqi 1909026015
TUGAS BESAR
STRUKTUR BETON BERTULANG II
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
UNIVERSITAS MULAWARMAN
KETERANGAN :
FL +4.00 FL +4.00
Kolom 35/35 FL +3.95
Kolom 35/35
DOSEN PENGAMPU :
FL +2.10
ASISTEN:
RUANG A RUANG A
Tan Dicky Dwi Sutanto
NIM. 1809025010
DIGAMBAR OLEH :
NAMA : NIM :
Althafa Dhia Syauqi 1909026015
TUGAS BESAR
STRUKTUR BETON BERTULANG II
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
KETERANGAN :
DOSEN PENGAMPU :
ASISTEN:
DIGAMBAR OLEH :
NAMA : NIM :
Althafa Dhia Syauqi 1909026015
TUGAS BESAR
STRUKTUR BETON BERTULANG II
KETERANGAN :
DOSEN PENGAMPU :
ASISTEN:
DIGAMBAR OLEH :
NAMA : NIM :
Althafa Dhia Syauqi 1909026015
TUGAS BESAR
STRUKTUR BETON BERTULANG II
A B C D E F KETERANGAN :
6 P1 P1 P1 P1 P1 P1
6
JUDUL GAMBAR : SKALA:
4 P1 P1 P1 P1
4 DOSEN PENGAMPU :
3 P1 P1 P1 P1
3
IR. FACHRIZA NOOR ABDI, ST.,MT.
NIP. 197110104 200003 1 003
ASISTEN:
2 P1 P1 P1 P1
2
Tan Dicky Dwi Sutanto
K1 K1 NIM. 1809025010
1 P1 P1
1
DIGAMBAR OLEH :
NAMA : NIM :
Althafa Dhia Syauqi 1909026015
A B C D E F TUGAS BESAR
STRUKTUR BETON BERTULANG II
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
DENAH PONDASI
2021
KETERANGAN :
A A
FL -0.05
Muka Lantai ±0.00 Kolom 35/35
Tul. Ulir 8 - D25
Sengkang Ø12 - 150mm
1
4 Ly
POT B-B
Tanah urug Tanah urug m
12 - 100 mm
DOSEN PENGAMPU :
12 - 100 mm
D 12 - 100 mm
NAMA : NIM :
Althafa Dhia Syauqi 1909026015
TUGAS BESAR
DETAIL PONDASI D 12 - 100 mm
STRUKTUR BETON BERTULANG II
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
Potongan
DETAIL PENULANGAN
Dimensi 200 x 250 200 x 250 200 x 250 200 x 250 200 x 250 200 x 250 1:30
BALOK ANAK & KOLOM
Tul.atas 3Ø19 3Ø19 3Ø19 3Ø19 3Ø16 3Ø16
Tul.bawah 4Ø19 4Ø19 3Ø19 3Ø19 3Ø16 3Ø16
Tul.tengah - - - - - -
Sengkang 2Ø10-150 mm 2Ø10-200 mm 2Ø10-150 mm 2Ø10-200 mm 2Ø10-150 mm 2Ø10-200 mm
DOSEN PENGAMPU :
Potongan
Tan Dicky Dwi Sutanto
NIM. 1809025010
DIGAMBAR OLEH :
NAMA :
Dimensi 350 x 350 350 x 350 NIM :
1909026017
Sengkang 2Ø12-150 2Ø12-150
Afyza Gita Utami
TUGAS BESAR
STRUKTUR BETON BERTULANG II
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021
KETERANGAN :
Potongan
DETAIL PENULANGAN
1:30
BALOK INDUK
Dimensi 400 x 500 400 x 500 400 x 500 400 x 500 400 x 500 400 x 500 400 x 500 400 x 500
Tul.atas 6D25 6D25 4D22 4D22 4D22 4D22 2D22 2D22 DOSEN PENGAMPU :
Tul.bawah 6D25 6D25 4D22 4D22 4D22 4D22 2D22 2D22
Tul.tengah 2D25 2D25 2D22 2D22 - - 2D22 2D22
Sengkang 4Ø12-100 mm 4Ø12-150 mm 2Ø12-100 mm 2Ø12-150 mm 2Ø12-150 mm 2Ø12-200 mm 2Ø12-100 mm 2Ø12-150 mm
Balok Balok B5
Posisi Tumpuan Lapangan IR.FACHRIZA NOOR ABDI, ST.,MT.
NIP. 197110104 200003 1 003
ASISTEN:
Potongan
TUGAS BESAR
STRUKTUR BETON BERTULANG II
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2021