Universitas Samudra
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SAMUDRA
2020
LEMBAR PENGESAHAN
DISUSUN OLEH :
NIM : 19.05.01.039
i
LEMBAR PENILAIAN
TUGAS RANCANGAN BETON
ii
KATA PENGANTAR
Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan kesehatan jasmani dan rohani sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas
Perencanaan Beton yang telah disusun dalam bentuk buku sebagai syarat untuk
menyelesaikan mata kuliah Tugas Perancanaan Beton.
Disi penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan yang terjadi
dalam penulisan dan penyusunannya , oleh karena itu penulis menerima kritikan – kritikan
dan saran yang baik untuk kesempurnaan penulisan Tugas Perencanaan Beton ini agar
dapat bermanfaat dan berguna bagi orang yang membacanya dan terutama bagi penyusun
penulisan ini.
Akhirnya penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada Bapak Haikal Fajri,
S.T., M.Sc, selaku Dosen Pembimbing atas semua bantuannya, nasehat, saran dan kritikan
sehingga selesailah penyusunan Tugas Perencanaan Beton ini. Dan tidak lupa pula penulis
mengucapkan banyak terima kasih kepada rekan – rekan mahasiswa yang turut membantu
dalam menyelesaikan penyusunan ini, semoga atas segala bantuannya mendapat balasan
yang setimpal, Amin.
NIM. 190501039
iii
DAFTAR ISI
COVER
LEMBARAN PENGESAHAN. ........................................................................................... i
LEMBAR PENILAIAN. ....................................................................................................... ii
KATA PENGANTAR................................................................................................................ iii
DAFTAR ISI. ......................................................................................................................... iv
SOAL....................................................................................................................................... V
iv
4.2.4 Beban mati pada atap. ............................................................................................ 24
4.3 Perhitungan Beban Hidup (Live Load). ........................................................................... 25
4.3.1 Beban Hidup Pelat Lantai. ..................................................................................... 27
4.3.2 Beban Hidup Pelat Atap (DAK). ........................................................................... 27
4.3.2 Beban Hidup Ring Balok. ...................................................................................... 28
4.4 Beban Gempa Statis (ELF). ............................................................................................. 28
4.5 Pengaturan Kombinasi Beban. ......................................................................................... 30
BAB 5 PERENCANAAN DIAFRAGMA, RAGAM STRUKTUR, SUMBER
MASSA, PENAMPANG RETAK DAN PREFERENSI DESAIN BETON. .................. 31
5.1 Perencanaan Diafragma. .................................................................................................. 31
5.2 Perencanaan Ragam Struktur. .......................................................................................... 31
5.3 Sumber Massa. ................................................................................................................. 32
5.4 Menetapkan Diafragma Lantai......................................................................................... 32
5.5 Menetapkan Penampang Retak. ....................................................................................... 33
5.5.1 Penampang Retak Balok. ....................................................................................... 34
5.5.2 Penampang Retak Kolom. ..................................................................................... 35
5.5.3 Penampang Retak Pelat. ........................................................................................ 37
5.6 Pengaturan Preferensi Desain Beton. ............................................................................... 38
BAB 6 MENGANALISIS MODEL STRUKTUR). .......................................................... 39
6.1 Mengatur Derajat Kebebasan Struktur. ............................................................................ 40
6.2 Mengatur Load Case to Run. ........................................................................................... 40
6.3 Hasil Analisis. .................................................................................................................. 41
6.3.1 Jumlah Ragam........................................................................................................ 41
6.3.2 Perioda fundamental alami (T) . ............................................................................ 42
BAB 7 DESAIN PENULANGAN STRUKTUR. ............................................................... 44
7.1 Penulangan Balok. ........................................................................................................... 44
7.2 Penulangan Torsi. ............................................................................................................ 46
7.3 Penulangan Kolom. .......................................................................................................... 46
LEMBAR ASISTENSI. ................................................................................................................... 51
v
TUGAS PERENCANAAN BETON
vi
Fungsi Bangunan = Rumah Kost 2 Lantai
vii
BAB I
PERMODELAN STRUKTUR GEDUNG 2 LANTAI
Model struktur gedung yang digunakan adalah struktur gedung 2 lantai pada
bangunan Rumah tinggal yang berfungsi sebagai tempat hunian yang berlokasi di
Jln.Banteng Utama Rt.07 Rw.03 Sinduharjo Ngaglik -Sleman Yogyakarta. Dari hasil
penyelidikan tanah, tanah pada lokasi tersebut adalah tanah lunak (SE).
1
BAB II
PERENCANAAN MATERIAL, PENDIMENSIAN ELEMEN DAN
PENGGAMBARAN ELEMEN STRUKTUR
Perencanaan material dan dimensi elemen yang digunakan pada permodelan struktur
ini diperlihatkan sebagai berikut.
berikut:
2.1.1 Beton
Kuat beton rencana , K-300 = 300 kg/m2 x 0,083 = 24,9 Mpa
Modulus elastisitas beton normal terdapat pada halaman 19 buku Ali Asroni Balok
Pelat Beton Bertulang.
Menurut peraturan beton di Indonesia (PBI-1971, diperbaiki dengan SK SNI T-15-
1991- 03 dan SNI 03-2847-2002), kuat tekan beton diberi notasi dengan f’c, yaitu kuat
tekan silinder beton yang disyaratkan pada waktu berumur 28 hari.
2
Tabel 1. Sifat Mekanis Baja Tulangan
2.2.1 Balok
Balok yang direncanakan antara lain:
1. Balok B1 25 / 30
2. Balok B1 20 / 25
3. Balok B2 15 / 35
4. Ring Balok 13 / 20
5. Sloof 25 / 30
3
2.2.2 Kolom
Kolom yang direncanakan antara lain:
1. Kolom K1 25 / 30
2. Kolom K2 13 / 13
3. Kolom K3 20 / 30
Berdasarkan SNI Beton 2052-2017 Pasal 7.7, tebal selimut beton minimum yang di
izinkan adalah sebagai berikut:
Pelat yang digunakan pada permodelan ini adalah Shell Thin, dengan
ketebalan yang tipis 120 cm. Pelat diasumsikan menerima gaya vertical akibat beban
hidup dan mati serta menerima gaya horizontal / lateral akibat gempa
4
2.3 Gambar Elemen Struktur
Gambar elemen struktur pada struktur gedung 2 lantai yaitu sebagai berikut:
5
2.3.1 Gambar Elemen Balok Dan Pelat
6
Gambar set plan ring balok
7
Gambar set elevation (1)
8
BAB 3
Prosedur Analisis Beban Gempa SNI 1726-2019
SNI 1726-2019 merupakan standar tata cara perencanaan ketahanan gempa dengan
memberikan persyaratan minimum terhadap ketahanan gempa untuk struktur bangunan
gedung dan non-gedung. SNI 1726-2019, yang merupakan revisi dari SNI sebelumnya,
secara langsung membatalkan dan menggantikan SNI 1726-2012.
9
3.2 Faktor Keutamaan Gempa (Ie)
Faktor Keutamaan Gempa dipengaruhi oleh Kategori Resiko Bangunan seperti
diperlihatkan pada Tabel 3.2.
10
3.3 Parameter Percepatan Tanah (SS, S1)
11
Function Graph
13
3.5 Faktor Koefisien Situs (Fa, Fv)
Table 6. Koefisien situs, Fa
Keterangan:
a) Untuk nilai-nilai S1dan SS dapat pada 3. 3 tentang Parameter Percepatan Tanah (SS, S1)
SS = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda
pendek.
S1 = parameter respons spektral percepatan gempa MCER terpetakan untuk perioda 1,0
detik.
Maka:
Sds = 2/3 Sms
14
Sd1 = 2/3 Sm1 ........................................................................................................................................ (2-14)
Maka:
Sd1 = 2/3 Sm1
Dari nilai SDS, SD1 dan ketegori resiko gedung akan didapatkan dua kategori desain
seismik. Nilai yang diambil adalah yang paling besar dari kedua KDS tersebut.
Table 8. Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada perioda
pendek, Sds
Table 8. Kategori desain seismik berdasarkan parameter respons percepatan pada perioda
pendek, Sd1
15
3.8 Sistem dan Parameter Struktur Penahan Beban Gempa (R, Cd, Ωo)
Koefisien modifikasi respons yang sesuai, R, faktor kuat lebih sistem, Ω0,
dan koefisien amplifikasi defleksi, Cd, sebagaimana ditunjukkan dalam Tabel 11
harus digunakan dalam penentuan geser dasar, gaya desain elemen, dan simpangan
antar lantai tingkat desain.
Keterangan:
TB : tidak dibatasi
TI : tidak diijinkan
3.9 Perhitungan Koefisien Respons Seismik
Koefisien respons seismik, Cs harus ditentukan sesuai dengan:
Dengan :
SDS = parameter percepatan spekturm respons desain dalam rentang Perioda
pendek.
R = faktor modifikasi respons yang ditentukan oleh sistem penahan
gempa yang dipilih.
Ie = faktor keutamaan gempa yang ditentukan kategori risiko.
Cs = 0,774/(8/1,0)
Cs = 0,096
16
Nilai Cs yang dihitung tidak perlu lebih dari:
Dimana,
T = Ta
Ta = 0.1 N
Ta = 0.1 x 2 = 0.2
Cs = 0,466
Keterangan:
D = Beban mati, meliputi beban sendiri (self weight) dan mati tambahan (superimposed
dead load)
17
L = Beban hidup dan
Lr = Beban hidup atap
W = Beban angin
E = Beban gempa meliputi gempa statik (Eqx, Eqy), dinamik (SpecX SpecY) dan time
history (THx, THy)
R = Beban air hujan
S = Beban salju
18
BAB 4
PERENCANAAN JENIS PEMBEBANAN
Beban ini meliputi berat balok, kolom, Shear Wall, dan plat lantai. Secara
otomatis ETABS sudah menghitung beban ini dengan memberikan factor penggali
berat sendiri sebesar 1.
Data pembebanan :
Tinggi Dinding
Tinggi 3,8 m Lt.1
Tinggi 3,7 m Lt.2
Tinggi 1,0 m balkon
data
Dinding Pas. Bata 1/2 batu 2,5 KN/m2
Instalasi Plumbing (ME) 0,25 KN/m2
Keramik Tebal 0,5 cm 22 KN/m2
Spesi Tebal 3 cm 22 KN/m2
Plafon dan Penggantung 0,2 KN/m2
Dinding pas. Bata 1/2 batu = 1,00 x 2,5 = 2,50 KN/m Balkon
19
Spesi tebal 3 cm = 0,03 x 22 = 0,66 KN/m2
Plafon = 0,2 = 0,2 KN/m2
Pasir tebal 5 cm = 0,05 x 16 = 0,66 KN/m2
20
Load Pattern pada etabs :
21
4.2.1 Beban Mati Tambahan pada balok
Lantai 1
Lantai 2
22
4.2.2 Beban Mati Tambahan pada Plat Lantai
Lantai 2
23
4.2.4 Beban Mati Pada atap
Ring balok
Trapesium : a + b x Berat
2
Maka cara mendapatkan beban atap pada ring balok yaitu luas x beban tambahan pada atap
24
4.3 Perhitungan Beban Hidup (Live Load)
Beban Hidup adalah beban yang diakibatkan oleh pengguna dan penghuni
bangunan gedung atau struktur lain yang tidak termasuk beban konstruksi dan
beban lingkungan. Besarnya beban hidup pada lantai bangunan sangat
bergantung pada fungsi ruangan.
Besarnya beban hidup lantai terdistribusi merata dan terpusat minimum
bangunan menurut SNI 2052-2017 ditunjukkan pada Tabel berikut
Tabel 12. Beban hidup terdistribusi merata minimum, Lo dan beban hidup terpusat minimum
25
26
4.3.1 Beban Hidup Pelat Lantai
Lantai 2
27
4.3.3 Beban Hidup Pada Ring Balok
28
Jenis Beban Gempa Y
29
4.5 Pengaturan Kombinasi Beban
Peraturan ini di pakai jika belum memasukkan beban kombinasi / membuat baru.
30
BAB 5
Perencanaan Diafragma, Ragam Struktur, Sumber Massa, Penampang Retak dan
Preferensi Desain Beton
31
5.3 Sumber massa
Diafragma adalah atap, lantai membran atau sistem bresing yang berfungsi
menyalurkan gaya-gaya lateral ke elemen penahan vertikal. Pada pasal 7.3.1 SNI 2052-
2017 disebutkan analisis struktur harus memperhitungkan kekakuan relatif diafragma dan
elemen vertikal sistem penahan gaya gempa. Kecuali jika diafragma dapat diidealisasikan
baik fleksibel ataupun kaku sesuai dengan SNI Gempa 2052-2017 Pasal 7.3.1.1, 7.3.1.2
atau 7.3.1.3, analisis struktur harus secara eksplisit menyertakan peninjauan kekakuan
diafragma (yaitu, asumsi pemodelan semi kaku).
32
5.5 Menetapkan Penampang Retak
Pengaruh keretakan beton terhadap kekakuannya harus diperhitungkan agar
memenuhi prinsip kolom kuat balok lemah. Berdasarkan SNI Beton 2847-2013 Pasal
10.10.4.1, efektifitas penampang ratak adalah sebagai berikut:
33
5.5.1 Penampang Retak Balok
Lantai 1
Lantai 2
34
Lantai 3
Penampang A
35
Penampang B
Penampang E
36
5.5.3 Penampang Retak Pelat
Lantai 2
Atap (Dak)
37
5.6 Pengaturan Preferensi Desain Beton
Dalam desain beton bertulang, faktor reduksi kekuatan Ø yang digunakan adalah sebagai
berikut:
38
BAB 6
Analisis struktur yang disyaratkan oleh pasal SNI 2052-2017 Pasal 7 harus terdiri
dari salah satu tipe yang diijinkan dalam Tabel 6.1, Berdasarkan pada kategori desain
sesmik struktur, sistem struktur, properti dinamis, dan keteraturan, atau dengan persetujuan
pemberiijin yang mempunyai kuasa hukum, sebuah prosedur alternative yang diterima
secara umum diijinkan untuk digunakan. Prosedur analisis yang dipilih harus dilengkapi
sesuai dengan persyaratan dari pasal yang terkait yang dirujuk dalam Tabel 6.1. Setelah
model dianalisis, perludilakukan pengecekan struktur antara lain:
39
6.1 Mengatur Derajat Kebebasan Struktur
40
Tampilan Longitudinal Reinforcing
Period
Case Mode UX UY UZ SumUX SumUY
sec
Modal 1 0,737 5,00E-02 0,9211 0 5,00E-02 0,9211
Modal 2 0,637 0,031 0,0109 0 0,0311 0,932
Modal 3 0,566 0,8895 0,0002 0 0,9205 0,9322
Modal 4 0,307 0,0019 0,0009 0 0,9224 0,9331
Modal 5 0,29 0 0,0628 0 0,9224 0,9959
Modal 6 0,269 0,0118 0,0001 0 0,9342 0,9959
41
6.3.2 Perioda fundamental alami (T)
Khusus pada analisis beban gempa statis (ELF), perioda fundamental alami
dihitung berdasarkan parameter berikut:
Di mana :
N = Jumlah Tingkat
Di mana :
N = Jumlah Tingkat
Hn = Ketinggian Struktur Bangunan Dari Dasar (m)
42
Periode yang digunakan dalam analisis ELF adalah sebagai berikut:
1. Jika T hitung > Cu.Ta digunakan T = Cu.Ta
2. Jika Ta < Thitung < Cu.Ta digunakan T = Tc
3. Jika Thitung < Ta digunakan T = Ta
Jadi, Periode yang digunakan dalam analisis ELF adalah sebagai berikut:
SD1 = 0,747 Cu = 1,40
Ta = 0,01 N = 0,001 x 2 = 0,02
Thitung = 0,551 Sec
Cu x Ta = 1,4 x 0,02 = 0,028
43
BAB 7
DESAIN PENULANGAN STRUKTUR
TULANGAN UTAMA
= 1,99 ≈ 2
b. Tulangan utama daerah lapangan:
Luas tulangan bagian atas = 177 mm2 → jumlah tulangan = 177/113,04
= 1,56 ≈ 2
Luas tulangan bagian bawah = 235 mm → jumlah tulangan = 235/ 113,04
2
= 2,07 ≈ 3
44
7.1.2 Detail Tulangan sengkang
TULANGAN SENGKANG
Sehingga luas tulangan per meter panjang = 2051,46 /1000 = 2,051 mm2/mm
Sehingga luas tulangan per meter panjang = 3077,2 /1000 = 3,077 mm2/mm
45
7.2 Penulangan Torsi
7.2.1 Detail Tulangan Torsi
TULANGAN TORSI
Bagian atas menunjukkan luas tulangan torsi untuk sengkang dan bagian
bawah menunjukkan luas tulangan torsi untuk tulangan utama (atas dan
bawah). Karena luas tulangan torsi lebih kecil dari luas tulangan utama dan
sengkang, maka tidak diperlukan tulangan untuk torsi
46
Digunakan tulangan ulir diameter 16 (D16) →𝐴𝑠 = 1/4 π 𝑑2
= ¼ x 3,14(162 ) = 201 mm2
= 0,0275 mm2/mm.
47
A. PENULANGAN BALOK
Perhitungan tulangan longitudinal (longitudinal reinforcing)
48
B. PENULANGAN KOLOM
Lantai 1
1. dan Kolom 25/30 K1 900 10 201 2 945 Ok 2 D12
Lantai 2
Lantai 1
1. dan Kolom 35/40 B1 275 14 461,58 150 4 346 Ok Ø14-150
Lantai 2
49
DETAIL PENULANGAN BALOK B1 25/30
BALOK 1 (BL.1) 25 X 30 CM
TYPE BALOK
TUMPUAN LAPANGAN
30 30
25 x 30
25 25
TULANGAN BAWAH 3 Ø 12 mm 2 Ø 12 mm
TULANGAN ATAS 2 Ø 12 mm 3 Ø 12 mm
BEUGEL Ø 8 - 100 mm Ø 8 - 150 mm
2 D 12
3 D 12
50