TUGAS AKHIR
Disusun oleh:
PAULA JUSI DEDIANA
051.0016.00107
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur saya panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang hanya
dengan limpahan rahmat dan anugerahnya kami dapat menyelesaikan Laporan
Tugas Akhir ini sesuai dengan batas waktu yang telah ditentukan.
Saya selaku penulis sepenuhnya sadar bahwa ada banyak kesulitan dalam
proses penulisan laporan ini, tetapi dengan bantuan dan semangat dari berbagai
pihak, kesulitan tersebut dapat diatasi dengan baik. Maka dari itu, kami ingin
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : Orang tua yang selalu
memberikan dukungan dan semangat secara moril, maupun materil serta doa
sehingga Kerja Praktik ini dapat berjalan lancar dan selesai tepat pada waktunya.
1. Allah, karena berkat dan anugerah-Nya saya dapat menyelesaikan laporan
Tugas Akhir ini.
2. Keluarga yang selalu mendukung dalam kebutuhan finansial dan doa.
3. Bapak Dr. Fahmy Hermawan, ST, MT. selaku ketua jurusan Teknik Sipil,
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Universitas Trisakti.
4. Bapak Prof. Ir. Budi Hartanto Susilo, M.Sc. selaku dosen pembimbing Tugas
Akhir yang telah membimbing dan mendukung penulis untuk menyelesaikan
laporan.
5. Ibu Christina Sari, S.Pd., M.T. selaku koordinator Tugas Akhir jurusan
Teknik Sipil, Universitas Trisakti.
6. Seluruh rekan - rekan mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Trisakti
yang telah memberikan dukungan dalam kelancaran melaksanakan Tugas
Akhir yang selalu mendukung.
7. Teman-teman Kimberly yang selalu memberi dukungan dalam kelancaran
melaksanakan Tugas Akhir .
8. Semua pihak yang telah mendukung dalam menyelesaikan laporan Tugas
Akhir ini yang tidak bisa saya sebutkan satu – persatu.
iii
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan laporan ini banyak
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan, maka dari itu kritik dari para
pembaca akan sangat berdampak baik untuk kepenulisan berikutnya. Semoga
laporan ini dapat bermanfaat sebagaimana peruntukannya. Terimakasih.
iv
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL...............................................................................................i
KATA PENGANTAR...........................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
DAFTAR TABEL................................................................................................vii
DAFTAR NOTASI & SINGKATAN................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1 Latar Belakang...............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................3
1.4 Batasan Penelitian..........................................................................3
1.5 Manfaat Penelitian.........................................................................3
1.6 Sistematika Penulisan....................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................5
2.1 Pengertian Jalan Tol.......................................................................5
2.2 Perkerasan Jalan Raya....................................................................5
2.3 Pengertian Perkerasan Kaku..........................................................7
2.4 Fungsi Perkerasan..........................................................................8
2.5 Perencanaan Perkerasan Kaku.......................................................9
2.6 Struktur dan Jenis Perkerasan Kaku............................................10
2.7 Dasar – Dasar Perencanaan..........................................................11
2.8 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perencanaan........................12
2.9 Persyaratan dan Pembatasan Penggunaan Pedoman....................15
2.10 Lingkup Perencanaan...................................................................16
2.11 Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku...........................................16
2.11.1 Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku Metode Bina
Marga 2003......................................................................
v
2.11.2 Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku Metode American
Association of State Highway Transportation Officials
atau AASHTO 1993.........................................................
2.12 Tata Cara Perencanaan Ketebalan...............................................37
2.13 Tata Cara Perencanaan Penulangan.............................................37
2.14 Penelitian Terdahulu....................................................................38
2.15 Kerangka Berpikir........................................................................40
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................43
3.1 COVID 19....................................................................................43
3.1.1 Pengertian COVID...........................................................
3.1.2 Hambatan dalam Pengerjaan Skripsi...............................
3.1.3 Faktor-faktor Yang Menyebabkan Sulit Menyusun
Skripsi..............................................................................
3.2 Deskripsi Lokasi Penelitian.........................................................45
3.3 Metode Pengumpulan Data..........................................................46
3.3.1 Data Sekunder..................................................................
3.4 Analisis Data................................................................................48
3.5 Bagan Alir Penelitian...................................................................49
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR NOTASI & SINGKATAN
ix
I = Panjang pengikat batang pengikat (mm).
J = Load Transfer coefficient.
JSKN = Jumlah total sumbu kendaraan niaga selama umur rencana.
JSKNH = Jumlah total sumbu kendaraan niaga per hari pada saat jalan
dibuka.
KEK = Kawasan Ekonomi Khusus
k = Modulus reaksi tanah dasar (pci)
L = Jarak antara sambungan(m)
LHRj = Jumlah lalu-lintas harian rata-rata dua arah untuk jenis kendaraan
N1 = Lalu-lintas pada tahun pertama jalan dibuka.
Nn = Lalu-lintas pada akhir umur rencana.
Po = Initial serviceability.
Pt = Terminal serviceability indeks
Ps = Persentase tulangan memanjang yang di butukan terhadap
penampang beton
Pheff = Presentase hari efektif hujan dalam setahun ( %).
R = Reliability
SNI = Standard Nasional Indonesia
SO = Penetapan standar deviasi
Sc’ = Modulus of rupture sesuai spesifikasi pekerjaan (psi).
Tjam = Rata-rata hujan per hari (jam).
TE = Tegangan Ekivalen
Thari = Rata-rata jumlah hari hujan per tahun (hari).
WL = Faktor air hujan yang akan masuk ke pondasi jalan (%).
W18 = Lalu-lintas rencana
VDFj = Vehicle Damage Factor untuk jenis kendaraan j.
ZR = Penetapan standar normal deviation
Ø = Diameter batang pengikat yang dipilih
∆PSI = Serviceability loss
x
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
kualitas sistem dan prasarana jalan, diantaranya kebutuhan jalan yang aman dan
nyaman.
Jalan tol Serang-Panimbang sepanjang 83,677 km merupakan salah satu
Proyek Strategis Nasional yang diharapkan dapat membangun konektivitas,
mengurangi kemacetan serta menciptakan pemerataan perekonomian akibat
adanya kawasan wisata dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) di Provinsi Banten.
Konstruksi jalan tol di Indonesia pada umumnya menggunakan struktur
perkerasan lentur (Flexible Pavement) atau struktur perkerasan kaku (Rigid
Pavement). Struktur perkerasan tersebut berfungsi untuk melayani beban lalu
lintas tanpa mengalami kerusakan sebelum umur rencana yang telah ditetapkan,
sehingga diperlukan analisis dan perencanaan yang baik dalam hal perkerasan
tersebut. Pada penelitian ini akan dilakukan analisis tentang perhitungan tebal
perkerasan jalan yang dibutuhkan pada jalan Tol Serang-Panimbang. Pemilihan
lokasi tersebut dikarenakan pembangunan Tol Serang-Panimbang memiliki
potensi yang cukup tinggi untuk mengurangi kepadatan lalu lintas dan kemajuan
ekonomi bangsa. Diharapkan hasil penelitian ini diperoleh konstruksi jalan yang
mampu untuk menahan beban kendaraan dan dapat digunakan oleh masyarakat
dengan aman dan nyaman.
5
6
Tidak seperti hal nya pada perkerasan lentur ,dimana lapis pondasi dan lapis
pondasi bawah memberikan sumbangan yang besar terhadap daya dukung
perkerasan,pada perkerasan kaku ,daya dukung perkerasan terutama diperoleh
dari pelat beton. Hal tersebut disebabkan oleh sifat pelat beton yang cukup kaku
sehingga dapat menyebarkan beban pada bidang yang luas dan menghasilkan
tegangan yang rendah pada lapisan lapisan di bawahnya.
Sesuai dengan pengertian di atas ,perkerasan kaku dapat dikelompokkan ke
dalam:
1. Perkerasaan beton semen,yaitu perkerasan kaku dengan beton semen sebagai
lapisan
Terdapat 4 (Empat) jenis perkerasan beton semen :
a. Perkerasaan beton semen bersambung tanpa tulangan
b. Perkerasan beton semen bersambung dengan tulangan
c. Perkerasan beton semen menerus dengan tulangan
d. Perkerasan beton semen pra tekan
2. Perkerasan Komposit, yaitu perkerasan kaku dengan pelat beton semen
sebagai lapisan pondasi dan aspal beton sebagai lapis permukaan.
11
4. Kapasitas Jalan
Dalam menentukan lalu lintas rencana, kapasitas maksimum jalan yang
direncanakan harus dipandang sebagai pembatasan.
5. Tanah Dasar
Parameter yang paling umum digunakan untuk menyatakan daya dukung
tanah dasar pada perkerasaan kaku adalah modulus reaksi tanah dasar (k),
modulus reaksi tanah dasar ditetapkan di lapangan dengan pengujian plate
bearing. Dalam keadaan tertentu, nilai k dapat juga ditentukan berdasarkan
nilai CSR.
Walaupun Sebagian besar beban pada perkerasan kaku dipikul oleh pelat
beton, namun kekuatan pelat tersebut sangat dipengaruhi oleh sifat daya
dukung dan keserangaman tanah dasar .
Oleh karena itu, tanah dasar perlu dipersiapkan secara baik, antar lain
dengan memadatkan,membentuk serta melengkapinya dengan fasilitas
drainase. Penentuan daya dukung tanah berdasarkan evaluasi hasil pengujian
di lapangan maupun di laboratorium, tidak dapat mencakup secara teperinci
yang dimana sifat-sifat daya dukung tanah dasar sepanjang bagian jalan.
Pengecekan perlu dilakukan baik pada tahap perencanaan detail maupun
pada saat pelaksanaan sesuai dengan kondisi setempat.
Umumnya persoalan yang menyangkut tanah dasar adalah sebagai
berikut :
a. Sifat mengembang dan menyusut akibat perubahan kadar air.
b. Intrusi dan pemompaan (Pumping) pada sambungan, retakan serta pada
tepi pelat sebagai akibat pembebanan lalu lintas.
c. Daya dukung yang tidak merata dan sulit untuk ditentukan secara pasti
pada daerah dengan macam tanah yang sifat dan kedudukannya sangat
berbeda akibat pelaksanaan.
d. Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu lintas dan penurunan yang
diakibatkan ,yaitu pada tanah berbutir kasar yang tidak dipadatkan secara
baik.
14
Salah satu cara untuk mencegah timbulnya persoalan di atas, maka tanah
dasar harus dikerjakan sesuai dengan peraturan pelaksanaan pembangunan
jalan raya.
6. Lapisan Pondasi Bawah
Meskipun pada dasarnya lapis pondasi bawah pada perkerasan kaku tidak
merupakan bagian utama untuk memikul beban, tapi merupakan bagian yang
tidak bisa diabaikan dengan fungsi sebagai berikut:
a. Mengendalikan pengaruh kembang susut tanah dasar
b. Mencegah intrusi pada sambungan,retakan dan tepi -tepi pelat.
c. Memberikan dukungan yang mantap dan seragam padapelat.
d. Sebagai perkerasan jalan kerja selama pelaksanaan.
Dalam hal tanah dasar sangat jelek ( k lebih kecil dari 2 kg/cm3) maka
tanah dasar tersebut perlu diperbaiki/diganti atau diberi lapisan pondasi
bawah sedemikian rupa sehingga diperoleh peningkatan nilai k.
Pengunaan lapisan pondasi bawah dengan bahan pengikat (Bound Sub
Base), umurnya akan memberikan kenaikan nilai k yang cukup besar. Pada
setiap konstruksi perkerasan kaku, lapisan pondasi bawah minimum 10 cm
harus selalu dipasang terkecuali apabila tanah dasar mempunyai sifat dan
mutu sama dengan bahan lapis pondasi bawah sebagaimana yang diuraikan
di bawah.
Lapis pondasi bawah dapat terdiri dari bahan berbutir (Unbound Sub
Base), atau bahan distabilisasi (Bound Sub Base). Bahan setempat yang telah
terbukti memberikan hasil yang baik, dapat juga digunakan sebagai bahan
lapis pondasi bawah.
Bagian atas lapis pondasi bawah minimum 10 cm, harus terdiri dari jenis
A,B,C,D, atau E, sedangkan bagian bawahnya dapat terdiri dari F.
Penggunaan lapis pondasi bawah jenis A harus :
a. Memperhatikan kemungkinan instrusi butir halus dari lapisan di
bawahnya.
b. Menyediakan fasilitas pengaliran air ( drainase)
c. Menghindari penampang melintang berbentuk parit.
15
Gambar 2.3 Tebal Pondasi Bawah Minimum untuk Perkerasan Beton Semen C
19
3.
Beton Semen
Kekuatan beton harus dinyatakan dalam nilai kuat tarik lentur (flexural
strenght) umur 28 hari, yang didapat dari hasil pengujian balok dengan
pembebanan tiga titik (ASTM C-78) yang besarnya secara tipikal sekitar 3-5
MPa (30-50 kg/cm2 ).
Kuat tarik lentur beton yang diperkuat dengan bahan serat penguat
seperti serat baja, aramit atau serat karbon harus mencapai kuat tarik lentur 5–
5,5 MPa (50-55 kg/cm2). Kekuatan rencana harus dinyatakan dengan kuat
tarik lentur karakteristik yang dibulatkan hingga 0,25 MPa (2,5 kg/cm2)
terdekat.
20
(Sumber: Pd T-14-2003)
b. Umur rencana
Umumnya perkerasan beton semen dapat direncanakan dengan umur
rencana (UR) 20 tahun sampai 40 tahun.
c. Pertumbuhan Lalu Lintas
Volume lalu lintas akan bertambah sesuai dengan umur rencana atau
sampai tahap dimana kapasitas jalan dicapai dengan faktor pertumbuhan
lalu-lintas yang dapat ditentukan berdasarkan rumus sebagai berikut :
R = (1 + 𝑖) UR − 1/𝑖........................................................................(5)
Dengan pengertian :
R = Faktor pertumbuhan lalu lintas
i = Laju pertumbuhan lalu lintas per tahun dalam %.
UR = Umur rencana (tahun)
Faktor pertumbuhan lalu-lintas (R) dapat juga ditentukan
berdasarkan
23
(Sumber: Pd T-14-2003)
(Sumber: Pd T-14-2003)
5. Bahu Jalan
Bahu jalan dapat terbuat dari bahan lapisan pondasi bawah dengan atau
tanpa lapisan penutup beraspal atau lapisan beton semen. Perbedaan kekuatan
antara bahu dengan jalur lalu-lintas akan memberikan pengaruh pada kinerja
perkerasan. Hal tersebut dapat diatasi dengan bahu beton semen, sehingga
akan meningkatkan kinerja perkerasan dan mengurangi tebal pelat.
Yang dimaksud dengan bahu beton semen dalam pedoman ini adalah
bahu yang dikunci dan diikatkan dengan lajur lalu lintas dengan lebar
minimum 1,50 m atau bahu yang menyatu dengan lajur lalu-lintas selebar
0.60 m, yang juga dapat mencakup saluran dan kereb.
6. Sambungan
Sambungan pada perkerasan beton semen ditujukan untuk :
a. Membatasi tegangan dan pengendalian retak yang disebabkan oleh
penyusutan, pengaruh lenting serta beban lalu-lintas.
25
b. Memudahkan pelaksanaan.
c. Mengakomodasi gerakan pelat.
Pada perkerasan beton semen terdapat beberapa jenis sambungan antara
lain:
a. Sambungan memanjang
b. Sambungan melintang
c. Sambungan isolasi
Semua sambungan harus ditutup dengan bahan penutup (Joint Sealer),
kecuali pada sambungan isolasi terlebih dahulu harus diberi bahan pengisi
(Joint Filler).
a. Sambungan memanjang dengan batang pengikat (Tie Bars)
Pemasangan sambungan memanjang ditujukan untuk mengendalikan
terjadinya retak memanjang. Jarak antar sambungan memanjang 3 – 4 m.
Sambungan memanjang harus dilengkapi dengan batang ulir dengan
mutu minimum BJTU-24 dan berdiameter 16 mm. Ukuran batang
pengikat dihitung dengan persamaan sebagai berikut:
At = 204 x b x h dan
I = (38,3 x ø) +75
Dengan pengertian:
At = Luas penampang tulangan per meter panjang sambungan
(mm2 ).
b = Jarak terkecil antar sambungan atau jarak sambungan
dengan tepi perkerasan (m).
h = Tebal pelat (m).
I = Panjang pengikat batang pengikat (mm).
Ø = Diameter batang pengikat yang dipilih (mm).
Jarak batang pengikat yang digunakan adalah 75 cm
Tipikal smbungan memanjang diperlihatkan pada Gambar 2.6.
26
LHRj = Jumlah lalu lintas harian rata-rata dua arah untuk jenis
kendaraan j
VDFj = Vehicle Damage Factor untuk jenis kendaraan j.
DD = Faktor distribusi arah.
DL = Faktor distribusi lajur.
N1 = Lalu lintas pada tahun pertama jalan dibuka.
Nn = Lalu lintas pada akhir umur rencana.
2. Tanah Dasar
Dalam perencanaan perkerasan kaku CBR (California Bearing Ratio)
digunakan untuk penentuan nilai parameter modulus reaksi tanah dasar (k).
CBR yang umum digunakan di Indonesia berdasar besaran 6% untuk
lapis tanah dasar, mengacu pada spesifikasi (versi Departemen Pekerjaan
Umum 2005 dan versi Dinas Pekerjaan Umum DKI Jakarta 2004). Akan
tetapi tanah dasar dengan nilai CBR 5% dan atau 4% pun dapat digunakan
setelah melalui geoteknik, dengan CBR kurang 6% ini jika digunakan sebagai
dasar perencanaan tebal perkerasan.
3. Material Konstruksi Perkerasan
Material perkerasan yang digunakan dengan parameter yang terkait
dalam perencanaan tebal perkerasan sebagai berikut :
a. Pelat Beton
1) Flexural Strength (Sc’) = 45 kg/cm2
2) Kuat tekan (benda uji silinder 15 x 30 cm) : Fc’ = 350 kg/cm2
(disarankan)
b. Wet Lean Concrete
1) Kuat tekan (benda uji silinder 15 x 30 cm) : Fc’ = 105 kg/cm2 Sc’
digunakan untuk penentuan Flexural strength, Fc digunakan untuk
penentuan parameter modulus elastisitas beton (Ec).
32
4. Reliability
Reliability adalah probabilitas bahwa perkerasan yang direncanakan
akan tetap memuaskan selama masa layannya. Penetapan angka reliability
dari 50% sampai 99,99% menurut AASHTO merupakan tingkat kehandalan
desain untuk mengatasi, mengakomodasi kemungkinan melesetnya besaran-
besaran desain yang dipakai. Semakin tinggi reliability yang dipakai semakin
tinggi tingkat mengatasi kemungkinan terjadinya selisih (Deviasi) desain.
Besaran-besaran desain yang terkait dengan ini antara lain:
a. Peramalan kinerja perkerasan
b. Peramalan lalu-lintas.
c. Perkiraan tekanan gandar.
d. Pelaksanaan konstruksi.
Mengkaji 4 (Empat) faktor di atas, penetapan besaran dalam desain
sebetulnya sudah menekan sekecil mungkin penyimpangan yang akan terjadi.
Tetapi tidak ada satu jaminan pun berapa besar dari keempat faktor tersebut
menyimpang. Penetapan reliability mengacu pada Tabel 2.7 Standar normal
deviasi (ZR) mengacu pada Tabel 2.8. Sedangkan standar Deviation Rigid
Pavement : So = 0,30 – 0,40.
Tjam Thari
Pheff = × × WL × 100
24 365
Dimana :
Pheff = Presentase hari efektif hujan dalam setahun ( %).
Tjam = Rata-rata hujan per hari (jam).
Thari = Rata-rata jumlah hari hujan per tahun (hari).
WL = Faktor air hujan yang akan masuk ke pondasi jalan (%).
Selanjutnya koefisien drainase mengacu pada Tabel 2.12 dibawah
ini:
Dimana :
W18 = Lalu-lintas rencana, traffic design (ESAL)
ZR = Standar normal deviasi.
S0 = Standar deviasi.
D = Tebal pelat beton (inches).
∆PSI = Serviceability loss
PSI = Po –Pt
Po = Initial serviceability.
Pt = Terminal serviceability index.
Sc’ = Modulus of rupture sesuai spesifikasi pekerjaan (psi).
Cd = Drainage Coefficient.
J = Load Transfer coefficient.
38
b. Tie bar
Batang Pengikat (Tie bar) adalah potongan baja profil yang dipasang
pada lidah alur dengan maksud untuk mengikat pelat agar tidak bergerak
39
Pasuruan - Probolinggo dengan Ruas Grati – Pasuruan Sta. 0+000 - Sta 13+500
dengan Metode Bina Marga 2003 dan Metode AASHTO 1993. Mengetahui
rencana anggaran biaya yang dibutuhkan untuk perencanaan tebal perkerasan
kaku dengan Metode Bina Marga 2003 dan Metode AASHTO 1993 pada proyek
Jalan Tol Pasuruan – Probolinggo Ruas Grati – Pasuruan Sta. 0+000 - Sta.
13+500. perencanaan tebal perkerasan kaku dengan menggunakan Metode Bina
Marga 2003 dan Metode AASHTO 1993. dapat diketahui dengan metode
manakah yang lebih efektif dari segi ketebalan beton serta meminimalir dari segi
biaya untuk dijadikan rujukan kepada instansi terkait dalam perencanaan tebal
perkerasan kaku pada jalan Tol Pasuruan – Probolinggo Seksi 1 Ruas Grati –
Tongas Sta. 0+000 – Sta. 13+500
Dikutip dari Saipudin Zohri, Widarto Sutrisno, Agus Priyanto yang berjudul “
Analisis Tebal Perkerasan Kaku Pada Jalan Tol Pasuruan – Probolinggo
Berdasarkan Metode Bina Marga (Manual Desain Perkerasan 2017) Dan
AASHTO (1993)” Penelitian ini hanya menganalisis kebutuhan tebal perkerasan
kaku pada ruas jalan Tol Pasuruan – Probolinggo Section 3 Dengan
menggunakan dua metode yakni metode Bina Marga (Manual Desain Perkerasn
2017) dan Metode AASHTO 1993 dengan data skunder seperti : Data Lalu lintas
Harian Rata-rata, Data CBR Tanah dasar atau timbunan, Pertumbuhan volume
lalu lintas tiap tahun, Klasifikasi dan tipe jalan, dan Umur rencanaData yang
paling berpengaruh dalam penentuan tebal perkerasan kaku yakni Lalu lintas
harian rata-rata dan pertumbuhan pertahunnya. Hasil perhitungan tebal perkerasan
kaku dengan menggunakan metode Bina Marga (Manual Desain Perkerasan) di
dapatkan tebal perkerasan kaku adalah 36 cm, dilengkapi dengan Dowel dengan
diameter 1,77 inches, dan dengan menggunakan metode AASHTO 1993 diperoleh
nilai tebal plat beton dengan ketebalan 37 cm, dengan Dowel berdiameter 1,82
inches dengan panjang 18 inches, dan jarak 12 inches.
Permasalahan
Desain Tebal Perkerasan Tujuan
Kaku pada jalan Tol Serang
Panimbang
Survei Lapangan
(Pengumpulan Data
Primer, Sekunder )
42
43
3.4 COVID 19
3.4.1 Pengertian COVID
Covid 19 adalah penyakit menular yang disebabkan oleh jenis coronavirus
yang baru ditemukan. Virus baru dan penyakit disebabkannya ini tidak dikenal
sebelum mulainya wabah di wuhan, Tiongkok, bulan desember 2019. COVID 19
ini sekarang menjadi sebuah pandemi yang terjadi dibanyak negara di seluruh
dunia. Coronavirus adalah kumpulan virus yang bisa menginfeksi sistem
pernapasan. Pada banyak kasus, virus ini hanya menyebabkan infeksi pernapasan
ringan, seperti flu. Namun, virus ini juga bisa menyebabkan infeksi pernapasan
berat, seperti infeksi paru-paru (pneumonia).
Virus ini menular melalui percikan dahak (droplet) dari saluran pernapasan,
misalnya ketika berada di ruang tertutup yang ramai dengan sirkulasi udara yang
kurang baik atau kontak langsung dengan droplet.
3.4.2 Hambatan dalam Pengerjaan Skripsi
Mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi menghadapi berbagai hambatan
dalam proses pengerjaannya. Utama Subekti (2005) mengungkapkan hambatan-
hambatan yang dihadapi mahasiswa saat mengerjakan skripsi antara lain:
1. Kesulitan membagi waktu dan mencurahkan perhatian yang cukup terhadap
skripsi
2. Masalah Kesehatan
3. Terbatasnya data untuk operasional skripsi
4. Hambatan kognitif dan emosi yang cenderung menimbulkan sikap negatif
mahasiswa terhadap segala proses penulisan skripsi
5. Masalah yang berkaitan dengan skripsi itu sendiri.
Misalnya, kurang literatur pendukung, kesulitan membuat alat ukur,
permasalahan dengan dosen pembimbing, dan lain lain. Selain itu, hambatan
dalam proses penulisan skripsi terdapat hambatan kognitif dan emosi,
misalnya macetnya ide untuk menentukan topik permasalahan, kurangnya
45
Tujuan Penelitian
Rumusan Masalah
Studi Pustaka
Kesimpulan dan
Saran
Selesai
47
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Jalan Tol Serang Panimbang
Berikut ini adalah gambaran ruas Jalan Tol Serang Panimbang
Gambar 2. CBR Tanah Dasar Efektif dan Tebal Pondasi Bawah Sumber: Hasil
Perhitungan
c. Analisis Lalu Lintas Jumlah sumbu kendaraan niaga (JSKN) selama umur
rencana 20 tahun. R = ( 1+𝑖 ) 𝑈𝑅−1 /𝑖
49
240
240
240
DAFTAR PUSTAKA
Aly, M. A. (2004). Teknologi Perkerasan Jalan Beton Semen. Jakarta: Yayasan
Pengembang Teknologi dan Manajemen.
Ara, Y. P. (2017). Studi Perencanaan Perkerasan Kaku (Rigid Pavement) pada
Ruas Jalan Aegela-Danga. EUREKA: Jurnal Penelitian Teknik Sipil Dan
Teknik Kimia, 1(2), 1–13.
Deni Wijananto (2019). Pedoman Perencanaan Perkerasan Kaku (Beton Semen)
Munir, M. (2017). Perencanaan Tebal Perkerasan Kaku pada Jalan Tol Pasuruan –
Probolinggo Seksi 1 Ruas Grati – Tongas STA. 0+000 – STA. 13+500.
Tugas Akhir. Tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Muhammadiyah
Malang.
Sukirman, S. (1999). Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung: Nova.
Suryawan, A. (2009). Perkerasan Jalan Beton Semen Portland (Rigid Pavement).
Yogyakarta: Beta Offset.
Susilo, B.H. (1984). Perencanaan Perkerasan Lentur Jalan, Bandung : Universitas
Kristen Maranatha
52