DISUSUN OLEH :
ISADORA CHATERYNE (6014211006)
WIDHOWATI KESOEMA WARDHANI (6014211026)
DEWI PUJI RAHAYU (6014211019)
WIDODO SUKRISDIYANTO (6014211016)
TANTAU PANDINUAN (6014211025)
PROGRAM PASCASARJANA
DEPARTEMEN TEKNIK LINGKUNGAN
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER
SURABAYA
2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat Nya tugas
kelompok KLHS ini dapat dirampungkan oleh penulis yaitu kelompok 5. Tugas
ini untuk memenuhi salah satu syarat untuk mata kuliah Pengelolaan Sumber
Daya Lingkungan yang diampu oleh Yth. Prof. Dr. Ir. Nieke Karnaningroem, M.
Sc.
Tugas ini secara garis besar merangkum dari KLHS RT/RW Kabupaten
Bekasi dengan mengedepankan aspek lingkungan nya, disesuaikan dengan materi
dalam perkuliahan mata kuliah Pengelolaan Sumber Daya Lingkungan.
Diharapkan agar tugas ini dapat berguna untuk menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai KLHS, dan mohon maaf untuk segala kekurangan dalam
penyusunan tugas ini. Penulis sangat terbuka dengan segala koreksi, saran dan
masukan yang bersifat konstruktif.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR............................................................................................ii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................v
DAFTAR TABEL.................................................................................................vi
BAB I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang..................................................................................1
1.2. Alasan dilakukan Revisi RT/RW Kabupaten Bekasi.......................2
1.3. Kenapa Wajib dilaksanakan KLHS..................................................6
1.4. Maksud dan Tujuan KLHS...............................................................7
1.5. Ruang Lingkup.................................................................................8
iii
4.1.2. Penyusunan Kerangka Acuan Kerja..................................68
4.2. Hasil Pelaksanaan..........................................................................69
4.2.1. Hasil Identifikasi dan Perumusan Isu PB...........................69
4.2.2. Hasil Identifikasi dan Perumusan Isu PB Strategis............70
4.2.3. Hasil Identifikasi dan Perumusan Isu PB Prioritas.............73
4.2.4. Hasil Identifikasi Materi Muatan KRP...............................74
4.2.5. Hasil Analisis Kajian Pengaruh Materi Muatan KRP........75
4.2.6. Hasil Analisis Kajian Pengaruh Materi Muatan KRP........79
4.2.7. Kajian Muatan KLHS.........................................................82
4.2.8. Tahap Rumusan Alternatif Penyempurnaan KRP..............90
4.2.9. Tahap Rekomendasi Perbaikan...........................................97
BAB V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan..................................................................................121
5.2. Saran............................................................................................122
DAFTAR PUSTAKA
iv
DAFTAR GAMBAR
v
DAFTAR TABEL
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Lingkungan Hidup dapat dihindari sehingga Potensi dampak dan atau risiko
lingkungan hidup yang mungkin ditimbulkan oleh suatu Kebijakan, Rencana, dan
atau Program, sebelum pengambilan keputusan dilakukan, dapat diantisipasi
melalui KLHS. Sehubungan dengan hal tersebut maka Dinas Lingkungan Hidup
Kabupaten Bekasi perlu menyusun Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS)
untuk Penyusunan RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2018.
3
- Jalur KA Cepat Lintas Bandung-Jakarta-Semarang-
Surabaya (Jalur, Depo,Stasiun) / Jalur kereta api cepat
Jakarta- Bandung-Kertajati-Cirebon
- MRT East-West (Balaraja-Cikarang)
- Inland waterways/CBL Cikarang-Bekasi-Laut Jawa
Editing redaksi di rencana struktur ruang transportasi udara
- Pertimbangkan kawasan keselamatan operasional
penerbangan (KKOP) di sekitar rencana bandara
Muaragembong
3) Rencana Pola Ruang
Sinkronisasi perbedaan zoning kawasan hutan lindung di pesisir
utara Kabupaten Bekasi dengan SK Kemenhubtan
Perlu mengakomodasi kebutuhan dan potensi pengembangan
hasil kajian internal, diantaranya:
(a) Peningkatan kawasan konservasi satwa endemik dan satwa
migrasi di Desa Pantai Bahagia dan Pantai Sederhana
(b) 1. Rawan bencana geologi tanah longsor di Kecamatan
Bojongmanggu, Cibarusah, Setu, Serang Baru dan desa
Sukadami, Cikarang Selatan
2. Rawan banjir terutama di Muaragembong
3. Rawan gelombang pasang di sepanjang wilayah pesisir
(c) 1. Potensi air tanah dangkal di seluruh kecamatan
2. Air tanah rawan – kritis terdapat di kawasan industri di
Kecamatan Cikarang Barat, Tambun Selatan, Cikarang Pusat,
Cikarang Utara, Cibitung dan Tambun Utara
3. Wilayah rentan amblesan pada lapisan lempung - lanau
dengan karakteristik belum terkonsolidasi hingga
terkonsolidasi normal (nilai Overconsolidation Ratio, OCR
≤1) seperti di Kecamatan Sukatani, Babelan, Sukawangi,
Sukakarya dan Cabangbungin
(d) Penetapan luas dan lokasi Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (LP2B)
4
(e) Untuk kawasan perkebunan perlu pertimbangkan
kecenderungan
(f) Landuse eksisting
(g) 1. Sarana dan prasarana Pangkalan Pendaratan dan Pelelangan
Ikan di Desa Pantai Bahagia, Pantai Bakti, Desa Pantai
Sederhana, Pantai Mekar
2. Pengembangan PPI di Desa Pantai Bahagia, Pantai
Sederhana, Pantai Bakti Segara makmur
3. Sentra perikanan budidaya yang didukung peningkatan
fungsi industri pengolahan hasil perikanan
4. Kawasan minapolitan berbasis masyarakat
5. Revitalisasi wilayah penangkapan ikan yang mengalami
gejala tingkat penangkapan yang berlebih (overfishing)
(h) Potensi tambang tanah liat, tanah urug, pasir sungai, dan sirtu
(pasir dan batu)
(i) Kawasan Wisata Industri di Kecamatan Cikarang sebagai
pelayanan primer bagi kepariwisataan KabupatenBekasi
(j) Pengembangan TPU dan penyediaan cadangan
pengembangan TPU
(k) Memasukkan kebijakan-kebijakan nasional dan provinsi Jawa
Barat yang akan mempengaruhi pola ruang Kabupaten Bekasi,
diantaranya:
(l) Proyek National Capital Integrated Coastal Development
(NCICD) Tahap A
(m)Rehabilitasi kerusakan pesisir, pengelolaan kawasan
konservasi perairan, penataan ruang laut, pesisir dan pulau-
pulau kecil di Kawasan PANTURA Jawa
(n) Rehabilitasi pesisir pantai di Kecamatan Tarumajaya
sepanjang 250 m
5
4) Penetapan Kawasan Strategis
Kebijakan strategis nasional industri perlu diakomodir dengan
menetapkannya sebagai kawasan strategis ekonomi, yakni:
(a) Bogor-Bekasi-Purwakarta-Subang-Karawang ditetapkan
sebagai WPPI (Wilayah Pusat Pertumbuhan Industri) di Jawa
Barat yang berperan sebagai penggerak utama (prime mover)
ekonomi dalam WPI (Wilayah Pengembangan Industri di
Pulau Jawa
(b) WPPI Bogor-Bekasi-Purwakarta-Subang-Karawang
ditetapkan sebagai KSN Serta pertimbangkan kawasan
lindung geologi hasil kajian internal sebagai kawasan startegis
kabupaten bidang fungsi dan daya dukung lingkungan
Serta pertimbangkan kawasan lindung geologi hasil kajian
internal sebagai kawasan startegsi kabupaten bidang fungsi dan
daya dukung lingkungan hidup
5) Arahan Pemanfaatan Ruang Yang Berisi Indikasi Program Utama
Jangka Menengah Lima Tahunan, dengan memperhatikan konten
indikasi program, khususnya sektor infrastruktur selain transportasi
dan sistem pusat, serta volume indikasi program dan angka tahapan
pelakasanaan kegiatan.
1.3 Kenapa Wajib Dilaksanakan KLHS
1) Peran KLHS dalam Perencanaan Tata Ruang
KLHS bisa menentukan substansi RTRW, bisa memperkaya proses
penyusunan dan evaluasi keputusan, bisa dimanfaatkan sebagai
instrumen metodologis pelengkap (komplementer) atau tambahan
(suplementer) dari penjabaran RTRW, atau kombinasi dari beberapa
atau semua fungsi-fungsi diatas. Penerapan KLHS dalam penataan
ruang juga bermanfaat untuk meningkatkan efektivitas pelaksanaan
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup (AMDAL) dan atau
instrumen pengelolaan lingkungan lainnya menciptakan tata pengaturan
yang lebih baik melalui pembangunan keterlibatan para pemangku
kepentingan
6
yang strategis dan partisipatif, kerjasama lintas batas wilayah
administrasi, serta memperkuat pendekatan kesatuan ekosistem dalam
satuan wilayah (kerap juga disebut “bio-region” dan/atau “bio-geo-
region”).
2) Dokumen Tata Ruang Wajib KLHS
Berdasarkan peraturan mentri Lingkungan Hidup dan Kehutanan
Nomor: P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 Tentang
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 Tentang Tata
Cara PenyelenggaraanKajian Lingkungan Hidup Strategis, pada pasal 3
ayat 2 yaitu KLHS wajib dilaksanakan kedalam penyusunan atau
evaluasi Kebijakan, Rencana, dan/atau Program tingkat nasional,
provinsi, dan kabupaten/kota. Dan pasal 4 ayat 3 yaitu Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program tingkat Kabupaten/Kota yaitu pada point a
bahwa Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten/Kota; diwajibkan
dilaksanakannya penyusunan KLHS.
7
rekomendasi perbaikan/penyempurnaan kebijakan, rencana dan/atau
program terhadap Penyusunan RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2018
mengintegrasikan prinsip – prinsip pembangunan berkelanjutan.
8
Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam (SDA);
Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi perubahan iklim; dan
Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati.
i. Pasal 14: pelaksanaan pengkajian pengaruh, dilaksanakan oleh
penyusun KLHS yang memiliki standart kompetensi.
j. Pasal 15: perumusan alternatif penyempurnaan KRP.
k. Pasal 16: penyusunan rekomendasi perbaikan untuk pengambilan
keputusan KRP.
l. Pasal 19: Penjaminan Kualitas.
9
BAB II
1
No Kecamatan Ibukota Luas(Ha)
14 Tambun Utara Sriamur 3.442
15 Babelan BabelanKota 6.360
16 Tarumajaya Pantai Makmur 5.463
17 Tambelang Sukarapih 3.791
18 Sukawangi Sukawangi 6.719
19 Sukatani Sukamulya 3.752
20 Sukakarya Sukakarya 4.240
21 Pebayuran Kertasari 9.634
22 Cabangbungin Lenggahjaya 4.970
23 Muaragembong Pantai Mekar 14.009
TOTAL 127.388
Sumber:Kabupaten Bekasi dalamAngka 2018
1
Gambar 2. 1 Peta Administrasi Kabupaten Bekasi
1
padat penduduknya adalah kecamatan Tambun Selatan (12.284 jiwa per km 2),
sedangkan yang paling rendah kepadatannya adalah Kecamatan Muaragembong
(240 jiwa per km2). Untuk rasio jenis kelamin sebesar104, yang terdiri
dari1.782.205 laki- laki dan 1.717.818 perempuan.
Penduduk menurut umur menunjukkan bahwa penduduk usia produktif (15 -
64 tahun) mencapai 2.422.579 orang atau 69,22%. Sedangkan penduduk yang
belum produktif (<15 tahun) 983.091 orang atau 28,09% dan yang tidak produktif
lagi (65 tahun ke atas) 94.353 orang atau 2,70 %. Sehingga rasio
bebanketergantungan sebesar 44,45 yang berarti bahwa setiap satu orang
penduduk usia produktif menanggung sebanyak 44 orang usia tidak produktif.
1
dari total penduduk Kabupaten Bekasi, sedangkan paling sedikit di Kecamatan
Bojongmangu 0,68 %.
Tabel 2. 2 Penduduk Menurut Kecamatan Taun 2013 - 2017
JumlahPenduduk(Jiwa)
No Kecamatan 2013 2014 2015 2016 2017
1 Setu 128.816 133.500 138.237 143.384 152.019
2 Serang Baru 127.747 140.912 155.985 168.038 190.657
3 Cikarang Pusat 67.630 72.911 92.591 99.446 86.982
4 Cikarang Selatan 185.228 199.591 252.864 275.781 246.457
5 Cibarusah 83.968 26.055 87.316 89.530 94.184
6 Bojongmangu 25.534 26.055 26.459 26.767 23.907
7 Cikarang Timur 100.598 102.56 101.097 102.579 109.390
8 Kedungwaringin 58.400 59.952 60.855 61.463 56.940
9 Cikarang Utara 262.608 268.694 261.811 263.368 297.018
10 Karang Bahagia 96.952 98.852 93.641 95.359 97.443
11 Cibitung 231.335 243.428 250.809 262.044 293.570
12 Cikarang Barat 243.264 251.493 254.171 262.044 283.557
13 Tambun Selatan 469.668 481.652 473.823 482.702 529.439
14 Tambun Utara 166.630 180.363 195.334 210.167 233.801
15 Babelan 248.270 258.381 267.920 283.551 298.635
16 Tarumajaya 128.866 132.858 146.052 153.494 148.453
17 Tambelang 35.523 36.338 36.710 36.961 33.085
18 Sukawangi 44.770 45.851 47.103 48.029 42.921
19 Sukatani 74.655 76.920 73.103 73.986 74.272
20 Sukakarya 43.106 43.976 44.812 45.284 40.097
21 Pebayuran 95.167 97.242 99.113 100.471 89.920
22 Cabangbungin 47.336 48.455 48.439 48.529 43.642
23 Muaragembong 36.041 36.824 37.738 38.155 33.634
TOTAL 3.002.112 3.122.698 3.246.013 3.371.691 3.500.023
Sumber:Kabupaten Bekasi dalamAngka 2018
Tabel 2. 3 Kepadatan Penduduk per Km2 Menurut Kecamatan Tahun 2013 - 2017
Jumlah KepadatanPenduduk(Jiwa/km2)
No Kecamatan 2013 2014 2015 2016 2017
1 Setu 2.072 2.148 2.224 2.307 2.446
2 Serang Baru 2.002 2.209 2.445 2.634 2.988
3 Cikarang Pusat 1.421 1.532 1.945 2.089 1.827
4 Cikarang Selatan 3.580 3.858 4.887 5.330 4.763
5 Cibarusah 1.666 1.709 1.733 1.777 1.869
6 Bojongmangu 425 434 441 446 398
7 Cikarang Timur 1.961 1.995 1.970 1.999 2.132
8 Kedungwaringin 1.852 1.901 1.930 1.949 1.806
9 Cikarang Utara 6.065 6.205 6.046 6.088 6.860
10 Karang Bahagia 2.103 2.144 2.031 2.069 2.114
11 Cibitung 5.107 5.374 5.537 5.792 6.481
1
Jumlah KepadatanPenduduk(Jiwa/km2)
No Kecamatan 2013 2014 2015 2016 2017
12 Cikarang Barat 4.531 4.684 4.734 4.881 5.281
13 Tambun Selatan 10.897 11.175 10.994 11.200 12.284
14 Tambun Utara 4.841 5.240 5.675 6.106 6.793
15 Babelan 3.904 4.063 4.213 4.458 4.696
16 Tarumajaya 2.359 2.432 2.673 2.810 2.717
17 Tambelang 937 959 968 975 873
18 Sukawangi 666 682 701 715 639
19 Sukatani 1.990 2.050 1.948 1.972 1.980
20 Sukakarya 1.017 1.037 1.057 1.068 946
21 Pebayuran 988 1.009 1.029 1.043 933
22 Cabangbungin 952 975 975 976 878
23 Muaragembong 257 263 269 272 240
TOTAL 2.357 2.451 2.548 2.647 2.748
Sumber:Kabupaten Bekasi dalamAngka 2018
1
Gambar 2. 4 Peta Kepadatan Penduduk Kabupaten Bekasi
1
2.3 Potensi Sumber Daya Alam
2.3.1 Potensi Sumber Daya Air
A. Potensi Air Permukaan
Air permukaan adalah semua air yang terdapat pada permukaan tanah,
termasuk didalamnya adalah sungai dan situ/waduk. Potensi sumber daya air
permukaan (sungai, waduk dan danau/situ) memerlukan upaya pengelolaan yang
baik dan terencana. . Kabupaten Bekasi dihadapkan pada kondisi yang sangat
kritis berkaitan dengan pengelolaan sumber daya air, khususnya dalam hal
ketersediaan air. Sungai yang mengalir pada setiap wilayah Kecamatan di
Kabupaten Bekasi diharapkan dapat digunakan sebagai sumber air untuk
memenuhi kebutuhan masyarakat (irigasi, air, industri, maupun untuk keperluan
rumah tangga lainnya). Berdasarkan keputusan Gubernur Propinsi Jawa Barat
No 68 tahun 1997 tentang Peruntukan Air Dan Baku Mutu Air sungai di
Kabupaten Bekasi yang saat ini dimanfaatkan untuk keperluan air baku air
minum dan kegiatan pertanian yaitu :
Sungai Bekasi; Sungai Cilemahabang;
Sungai Cikarang; Sungai Citarum;
Sungai Cibeet; Saluran Tarum Barat / Kali
Malang;
Sungai Cipamingkis;
Tabel 2. 4 Peruntukan dan Mutu Air Baku Sungai - Sungai Utama di Kabupaten
Bekasi
No NamaSungai GolonganMutu Pemanfaatan
1 SungaiCitarum C, D Perikanan,peternakandan pertanian
2 SungaiCibeet B,C, D Airbakuairminum, perikanan,peternakan
dan pertanian
3 SungaiBekasi B,C, D Airbakuairminum, perikanan, peternakan
dan pertanian
4 SungaiCikarang B,C, D Airbakuairminum, perikanan, peternakan
dan pertanian
Sumber:RTRW Kabupaten Bekasi 2011-2031
1
Kabupaten Bekasi memiliki 13 situ/rawa, yang tersebar pada beberapa
kecamatan.Namun, sebagian besar situ telah berubah fungsi menjadi sawah dan
perumahan. Hanya sebagian kecil yang masih mempunyai fungsi ekologis dalam
konservasi sumber daya air, yaitu Rawa Cibeureum, Rawa Burangkeng, Rawa
Ceper, Rawa Leungsir. Sebaiknya untuk masa mendatang keempat situ/rawa
tersebut dilestarikan.
1
Gambar 2. 5 Peta DAS di Kabupaten Bekasi
1
tanah dangkal. Pada permukaan air tanah yang dalam, sumur resapan dibuat
secara besar – besaran karena tanah sangat memerlukan suplai air, sedangkan
lahan yang muka airnya dangkal keberadaan sumur resapan bersifat tidak efektif
dan tidak berfungsi dengan baik, terlebih pada daerah rawa dan pasang surut.
Pada beberapa daerah yang telah dilakukan pengamatan terhadap muka air
tanah didapatkan data tinggi MAT (Muka Air Tanah) sebagai berikut;
• Pada wilayah sampel Cikarang Pusat Muka Air Tanah pada Kedalaman >
2,50 meter
• Pada wilayah sampel Cikarang Selatan Muka Air Tanah pada Kedalaman >
1,90 meter
• Pada wilayah sampel Karang Bahagia Muka Ait Tanah pada Kedalaman
2,50 meter
2
Gambar 2. 6 Peta Cekungan Air Tanah di Kabupaten Bekasi
2
Kecamatan Babelan, Kecamatan Cibitung, Kecamatan Tambun Utara, Kecamatan
Tambun Selatan, Kecamatan Cikarang Timur, Kecamatan Cibarusah, Kecamatan
Cabangbungin, Kecamatan Sukawangi, Kecamatan Sukakarya, Kecamatan
Cikarang Utara, dan Kecamatan Karang Bahagia, sedangkan Pertambangan galian
yang termasuk golongan lainnya meliputi Kecamatan Cikarang Selatan,
Kecamatan Cibarusah, Kecamatan Cikarang Pusat, Kecamatan Cikarang Timur,
Kecamatan Bojongmangu dan Kecamatan Serang Baru.
Produksi minyak bumi di Kabupaten Bekasi pada tahun 2014 adalah
1.111,93 ribu barrel. Produksi ini menurun cukup tajam dibandingkan tahun
sebelumnya yang dipengaruhi oleh harga minyak dunia yang sedang melemah,
usia sumur yang sudah tua, dan belum ada penemuan baru (ESDM, 2015).
Kabupaten Bekasi memiliki 23% potensi cadangan minyak bumi di Jawa Barat
dengan memyumbangkan 12% dari total produksi minyak bumi di Jawa Barat.
Tabel 2. 5 Tabel Potensi dan Produksi Minyak Bumi di Kabupaten Bekasi
Pengambilan Produksi
Daerah SisaCadangan
IOP* (ribubarrel) Maksimum(rib Kumulatif(rib
Penghasil (ribubarrel)
u barrel) u barrel)
Bekasi 507.520 101.504 23.248 78.256
Provinsi Jawa 1.589.988 1.008.400 924.078 84.322
*)IOP:InitialOilinPlace(CadanganMinyakAwal)
Sumber:ESDM,2002
Di Kabupaten Bekasi terdapat pula beberapa pertambangan rakyat berupa tambang
galian C yaitu pertambangan pasir di Kecamatan Serang Baru, tanah merah di Kecamatan
Serang Baru dan kecamatan Cibarusah, pertambangan batu di Kecamatan Cibarusah.
2
Gambar 2. 7 Peta Kawasan Pertambangan Kabupaten Bekasi
2
luas kawasan lindung adalah 13.160 Ha (10,33%). Sedangkan Kawasan hutan
produksi di Kabupaten Bekasi yaitu berada di Kecamatan Cabangbungin dengan
luas 124,09 Ha, Kecamatan Babelan dengan luas 340,84 Ha, dan di Kecamatan
Muaragembong sekitar 4705,17 Ha.
2
2.4 Luas Tutupan Lahan
Kabupaten Bekasi memiliki luas total wilayah yaitu ± 1,270 Km2. Pada luas
total wilayah tersebut terbagi kedalam beberapa kategori tutupan lahan, sekurang-
kurangnya ada 16 tutupan lahan yang terdapat di Kabupaten Bekasi. Luas tutupan
lahan terluas yaitu ditempati oleh lahan sawah dengan luas ± 64251,71 Ha,
sedangkan luas tutupan lahan terkecil yaitu ditempati oleh kebun campuran
dengan luas ± 33,22 Ha. Data ini bersumber dari Peta RBI tahun 2016 dan Citra
Spot 6 tahun 2017 yang diperoleh dari analisis Sistem Informasi Geospasial.
Berikut merupakan luasan eksisting tutupan lahan Kabupaten Bekasi :
Tabel 2. 6 Luas Tutupan Lahan Kabupaten Bekasi
2
Gambar 2. 9 Peta Penggunaan Lahan Kabupaten Bekasi tahun 2017
2
1. Kawasan Hutan Lindung Hutan Mangrove dengan arahan
pengembangan luas kurang lebih 5.311 Ha terdapat di Kecamatan
Muaragembong.
2. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahnya
Kawasan resapan air dengan arahan pengembangan luas kurang lebih
3.883 Ha pada 3 Kecamatan yaitu Kecamatan Setu, Cibarusah, dan
Bojongmangu.
3. Kawasan Perlindungan Setempat
Sempadan Sungai dengan luas kurang lebih 4.246 (empat ribu dua
ratus empat puluh enam) hektar.
- Di sebelah luar kaki tanggul di perkotaan Kali Jambe,
Sadang, Cikedokan, Ulu, Siluman, Serengseng, Sepak, dan
Jaeran.
- Tepi sungai kedalaman <3m Kali Cilemahabang, Cikarang,
Belencong
- Sungai kecil tidak bertanggul di perkotaan Kali Citarum,
Beasi, Ciherang, Cibeet
- Sungai yang tidak terpengaruh pasang surut Kali Citarum,
Ciherang, dan CCL
Sempadan Pantai seluas kurang lebih 566 (lima ratus enam puluh
enam) hektar Kecamatan Babelan, Tarumajaya,
Muaragembong
Sempadan Situ seluas kurang lebih 149 (seratus empat puluh
sembilan) hektar.
Ruang Terbuka Hijau Perkotaan dengan luas kurang lebih 12.885
(dua belas ribu delapan ratus delapan puluh lima) hektar
- Ruang Terbuka Hijau (RTH) publik berupa taman kota,
tempat pemakaman umum, dan jalur hijau sepanjang jalan
dan sungai
- Ruang Terbuka Hijau (RTH) privat berupa kebun atau
halaman rumah, gedung milik masyarakat dan swasta yang
ditanami tumbuhan
2
4. Kawasan Suaka Alam dan pelestarian alam
2
5. Kawasan Rawan Bencana Alam
Kawasan rawan bencana gelombang pasang di Kecamatan
Muaragembong
Kawasan rawan bencana banjir di Kecamatan Tambun Utara,
Tambun Selatan, Tarumajaa, Cibitung, Cikarang Timur, Cikarang
Utara, Cabangbungin, Kedungwaringin, Pebayuran, Sukakarya,
Sukawangi, Tambelang, Babelan.
Kawasan rawan bencana longsor di Kecamatan Bojomangu.
6. Kawasan Lindung Geologi
Kawasan rawan bencana alam geologi abrasi di Kecamatan
Muaragembong seluas kurang lebih 33.000 m2 .
Kawasan yang memberikan perlindungan air tanah
Kawasan rawan geraan tanah kurang lebih 1.401 Ha.
7. Kawasan Lindung Lainnya Kawasan perlindungan plasma nutfah
berupa Desa Pantai Bahagia Kecamatan Muaragembong dan Kawasan
pengungsian satwa (burung, buaya, biawak, dan monyet) di Desa
Pantai Bahagia, Pantai Bahkti, dan Pantai Mekar Kecamatan
Muaragembong.
B. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya di Kabupaten Bekasi seluas 100.348 Ha, yang meliputi
:
1. Kawasan peruntukan hutan produksi Hutan produksi tetap di
Kecamatan Muaragembong seluas lebih kurang 5.170 Ha diarahkan
bagi pengembangan wilayah pantai utara Kab. Bekasi dan hutan
produksi terbatas pada Kecamatan Cabangbungin dan Babelan;
2. Kawasan peruntukan pertanian, meliputi :
Kawasan pertanian tanaman pangan meliputi lahan basah seluas ±
35.244 Ha dan lahan kering
Kawasan Holtikulura seluas ± 2.417 Ha berupa pertanian lahan
kering di Kecamatan Cibarusah, Serang Baru, dan Bojongmangu.
Kawasan perkebunan seluas ± 710 Ha berupa tanaman tahunan
Kawasan peternakan
2
3. Kawasan peruntukan perikanan seluas ± 128 Ha yang meliputi
peruntukan perikanan tangkap dan peruntukan budidaya perikanan.
Selain itu juga terdapat kawasan minapolitan berupa komoditas
unggulan ikan lele, patin, gurame, mas, dan bawal di Kecamatan
Cikarang Timur, Kedung Waringin, Pebayuran, dan Cabangbungin;
4. Kawasan peruntukan pertambangan pertambangan minyak gas
dan pertambangan mineral;
5. Kawasan peruntukan industri seluas ± 23.437 Ha meliputi
industri besar, menengah dan industri mikro dan rumah tangga. Serta
adanya rencana pengembangan kawasan industri;
6. Kawasan peruntukan pariwisata seluas ± 1.104 Ha meliputi
pengembangan wisata alam, wisata budaya, dan wisaya buatan /
binaan manusia.
7. Kawasan peruntukan permukiman
Lokasi kawasan permukiman tersebar di seluruh kecamatan
dengan luas ± 13.918 Ha
Pengembangan kawasan permukiman perkotaan seuas ± 41.907
Ha pada 12 kecamatan yaitu Kecamatan Cibitung, Karang
Bahagia, Tambun Utara, Sukatani, Sukawangi, Cikarang Timur,
Cikarang Pusat, Tambun Selatan, Serang Baru, Setu, Cikarang
Selatan, Cikarang Barat
Pengembangan kawasan permukiman perdesaan seluas ± 3.515
Ha pada 6 kecamatan meliputi Kecamatan Babelan,
Muaragembong, Cabangbungin, Cibarusah, Bojongmangu, dan
Serang Baru.
8. Kawasan peruntukan pesisir dan lautt meliputi Kecamatan
Muaragembong, Tarumajaya, dan Babelan.
9. Kawasan peruntukan lainnya.
Kawasan pertahanan dan keamanan
Kawasan bumi perkemahan
Kawasan fasiliras sosial dan fasilitas umum
3
2.5.2 Struktur Ruang
A. Sistem Pusat
Tabel 2. 7 Sistem Pusat Perkotaan di Kabupaten Bekasi
3
NO SISTEM PUSAT LOKASI
• PPL Nagasari;
• PPL Hegarmukti;
• PPL Sukabungah;
• PPL Cibarusah kota;
• PPL Serang;
• PPL Sukaragam;
• PPL Cibening;
• PPL Tamansari;
• PPL Tanjungbaru;
PPL • PPL Karang Satria;
5
(Pusat Pelayanan • PPL Bahagia;
Lingkungan) • PPL Pusaka Rakyat;
• PPL Pantai Bahagia;
• PPL Sindang Jaya;
• PPL Sukamantri;
• PPL Karanghaur;
• PPL Karang Mukti;
• PPL Karang Mekar
• PPL Sukatenang; dan
• PPL Sukamulya.
3
C. Sistem Jaringan Perkeretaapian
Rencana pengembangan jaringan perkerataapian dengan peningkatan
jaringan rel kereta api 4 lajur(double-double track) Manggarai – Cikarang,
pembangunan jaringan rel kereta api lintas cabang menghubungkan
Cikarang Timur – Cikarang Pusat – Serang Baru – Cibarusah – Kabupaten
Bogor, peningkatan stasiun Tambun Selatan – Cibitung – Cikarang Utara –
Cikarang Timur – Kedungwaringin menjadi stasiun pengumpan, dan
pembangunan stasiun baru/shelter di Kecamatan Cibitung.
D. Sistem Transportasi Laut rencana pengembangan transportasi laut
dengan pembangunan Terminal Tarumanegara di Kecamatan Bab elan –
Kecamatan Tarumajaya – Kecamatan Muaragembong dengan luas kurang
lebih 740 Ha.
E. Sistem Pengembangan Infrastruktur Energi dan Kelistrikan
Peningkatan sarana pembangkita tenaga listrik
Pengembangan jaringan prasarana energi yang meliputi pipa minyak
dan gas bumi, listrik, dan gardu induk, jaringan transmisi dan tenaga
listrik
F. Sistem Pengembangan Telekomunikasi
Jaringan kabel peningkatan kapasitas sambungan telepon kabel
dan penyediaan sarana warung telepon dan telepon umum pada
lokasi strategis
Jaringan nirkabel upaya pemanfaatan menara telekomunikasi
secara bersama dalam rangka efesiensi ruang pada tiap kecamatan
G. Sistem Pengembangan Infrastruktur Sumberdaya Air dan Irigasi
Berbasis DAS
Sistem wilayah sungai
Prasarana jaringan irigasi
Sistem pengandalian banjir
H. Sistem Pengembangan Infrastruktur Lingkungan Permukiman
Perencanaan pengelolaan persampahan
Prasarana pengelolaan limbah
3
Rencana jalur evakuasi bencana dan ruang bencana
Rencana pengembangan prasarana drainase
3
2.5.3 Kawasan Strategis
Penetapan KSK memperhatikan KSN dan KSP.Kabupaten Bekasi masuk
dalam KSN Jabodetabekpunjur. Sementara itu Kabupaten Bekasi juka masuk
dalam beberapa KSP, yaitu:
a. KSP Koridor Bekasi-Cikampek;
b. KSP pertanian lahan basah dan Beririgasi Teknis Pantura; dan
c. KSP Pesisir Pantura.
3
Tabel 2. 8 DAS Kabupaten Bekasi
Morfologi
No Sungai Q Min Q Maks
Panjang Lebar
(m3 / detik) (m3 / detik)
1 Citarum 300 km Atas : 103 m 60 82
(dari hulu) Bawah : 42 m
2 Bekasi 40 km 4m–8m 2,65 391
3 Cikarang 71 km Atas : 14 m – 25 m 3,08 229
Bawah : 6 m – 15 m
4 Ciherang Atas : 42 m - -
Bawah : 30 m
5 Belencong 5 m – 30 m 6 120
6 Jambe 10 m – 40 m - 80
7 Sadang Atas : 9 m – 19 m - 210
Bawah : 6,5 m – 8 m
8 Cikedokan 10 m – 50 m 1,0 150
9 Ulu Atas : 7 m – 10 m 10 1100
Bawah : 4 m 8 m
10 Cilemahabang Atas : 13 m - 1100
Bawah : 5 m 11 m
11 Cipamingkis 20 km Atas : 103 m 6 200
Bawah : 43 m
12 Sepak - -
13 Jaeran - -
14 Cibeet 60 km Atas : 60 m 1,8 502
Bawah : 34 m
Sumber : Perum Jasatirta II (2006) dalam Dinas Bina Marga dan Pengelolaan SDA
(2011)dan BBWS Citarum (2008)
2.5.6 Kawasan Rawan Bencana
Kawasan rawan bencana alam di Kabupaten Bekasi meliputi :
Kawasan rawan bencana gelombang pasang di Kecamatan Muaragembong
Kawasan rawan banjir di Kecamatan Tambun Utara, Kecamatan Tambun
Selatan, Kecamatan Tarumajaya, Kecamatan Cibitung, Kecamatan Cikarang
Timur, Kecamatan Cikarang Utara, Kecamatan Cabangbungin, Kecamatan
Kedungwaringin, Kecamatan Pebayuran, Kecamatan Sukakarya, Kecamatan
Sukatani, Kecamatan Sukawangi, Kecamatan Tambelang dan Kecamatan
Babelan. Klasifikasi dilakukan dalam 4 (empat) karakteristik bencana banjir,
yakni :
(i) bencana banjir klasifikasi berat disebabkan oleh luapan sungai;
(ii) bencana banjir klasifikasi ringan disebabkan luapan sungai;
3
(iii) bencana banjir klasifikasi ringan karena buruknya drainase dan
intensitas hujan yang tinggi dan
(iv) bencana banjir klasifikasi berat karena buruknya drainase dan
intensitas hujan yang tinggi.
Kawasan rawan bencana longsor di Kecamatan Bojongmangu.
3
BAB III
3.1 Persiapan
3.1.1 Identifikasi Para Pemangku Kepentingan
Penyusunan KLHS RTRW Kabupaten Bekasi akan ditempuh melalui
proses komunikasi yang intensif untuk mencapai kesepakatan bersama yang
melibatkan berbagai pemangku kepentigan agar KLHS yang tersusun dapat
memenuhi aspek legalitas dan legitimasi. Berdasarkan PP No 46 Tahun 2018
tentang Tata Cara Penyelenggaraan KLHS (Pasal 32) Penyusun Kebijakan,
Rencana, dan/atau Program dalam membuat KLHS melibatkan masyarakat dan
pemangku kepentingan.
Keterlibatan masyarakat dan pemangku kepentingan sebagaimana
dimaksud pada ayai (1) meliputi:
a. Pemberian pendapat, saran, dan usul;
b. Pendampingan tenaga ahli;
c. Bantuan teknis; dan
d. Penyampaian informasi dan/atau pelaporan.
3
melaksanakan konsultasi publik (FGD), pelaksanaan lokakarya serta pembentukan
tim ahli dan wakil-wakil komunitas yang ada, diantaranya.
a. Pembuatan keputusan dan/atau penyusun KRP adalah Pejabat Perangkat
Daerah tertentu. Pejabat Perangkat Daerah tertentu:
DPRD Provonsi/Kabupaten/Kota
Instansi yang membidangi LH
Instansi yang membidangi kehutanan, pertanian, perikanan,
pertambangan
Perangkat Daerah terkait lainnya
b. Masyarakat yang memiliki informasi dan/atau keahlian
(perorangan/tokoh/kelompok)’
Perguruan tinggi atau lembaga penelitian lainnya
Asosiasi profesi
Forum-forum PB dan LH (DAS, air)
LSM
Perorangan/tokoh/kelompok yang mempunyai data dan informasi
berkaitan dengan SDA
Pemerhati LH
c. Masyarakat yang terkena dampak
Lembaga adat
Asosiasi pengusaha
Tokoh masyarakat
Organisasi masyarakat
Kelompok masyarakat tertentu (nelayan, petani, dll)
3
c. Sasaran;
d. Lingkung kegiatan;
e. Referensi hukum;
f. Hasil yang diharapkan;
g. Cara pembuatan dan pelaksanaan;
h. Rencana kerja yang mencakup jadwal kerja;
i. Kebutuhan tenaga ahli yang diperlukan; dan
j. Pembiayaan.
4
3.2.1 Pengkajian Pengaruh Kebijakan, Rencana dan/atau Program
terhadap kondisi lingkungan hidup
A. Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan Berkelanjutan
(dikumpulkan Saat FGD 1)Pasal 7a PP No. 46 Tahun 2016
Kegiatan identifikasi dan perumusan isu PB dilakukan dengan
menghimpun masukan dari masyarakat dan pemangku kepentingan
melalui konsultasi publik dengan mengundang masyarakat dan para
pemangku kepentingan di Kabupaten Bekasi. Identifikasi isu PB berfokus
pada isu lingkungan. Hasil diskusi dikumpulkan menjadi Isu PB dalam
daftar panjang, lalu ditelaah berdasar kesamaan dan sebab akibat isu, lalu
dipusatkan. Hasil pemusatan Isu PB dalam daftar panjang, dijadikan dasar
untuk telaahan lebih lanjut. Lebih jelasnya sebagaimana contoh pada Tabel
3.1
4
kelas penutupan lahan yang bagaimana dan selanjutnya ditelaah
sesuai dengan aturan yang berlaku.
2. Tingkat pentingnya potensi dampak Kabupaten Bekasi.
Analisis isu PB Strategis terhadap tingkat pentingnya potensi
dampak, dilaksanakan dengan cara mencari informasi dari para
pemangku kepentingan terhadap luas dan frekuensi Isu PB
Strategis. Hasil informasi luas dan frekuensi kejadian Isu PB
Strategis, dituangkan dalam peta sebaran dan ditelaah sesuai
dengan aturan yang berlaku.
3. Keterkaitan antar isu strategis PB.
Analisis isu PB Strategis terhadap isu strategis PB lainnya,
dilaksanakan dengan cara mencari informasi sebab akibat dan
ditelaah sesuai dengan aturan yang berlaku.
4. Keterkaitan dengan materi muatan RTRW Kabupaten Bekasi.
Analisis isu PB Strategis terhadap materi muatan RTRW
Kabupaten Bekasi, dilaksanakan dengan cara menumpang
susunkan isu PB Strategis dengan Peta RTRW Kabupaten
Bekasi. Hasil tumpang susun dapat diketahui bahwa isu PB
berada pada Struktur atau Pola Ruang apa berdasarkan Peta RTRW
Kabupaten Bekasi
5. Keterkaitan dengan Muatan RPPLH Kabupaten Bekasi.
Analisis isu PB Strategis terhadap materi muatan RPPLH
Kabupaten Bekasi dilaksanakan dengan menumpangsusunkan isu
PB Strategis dengan Peta RPPLH Kabupaten Bekasi. Hasil
tumpang susun dapat diketahui bahwa isu PB berada pada RPPLH
yang bagaimana
6. Keterkaitan dengan KRP pada hierarki diatasnya yang harus diacu,
serupa dan berada pada wilayah yang berdekatan, dan/atau
memiliki keterkaitan dan/atau relevansi langsung KLHS RTRW
Jawa Barat yang harus diacu.
Analisis dilaksanakan dengan cara menelaah sinkronisasi isu
dengan struktur dan pola ruang yang terdapat pada hasil KLHS
4
RTRW Jawa Barat, hasil KLHS RTRW Kabupaten
Jabodetabekkarpur, hasil
4
KLHS RPJMD Jawa Barat, dan hasil KLHS RPJMD Kabupaten
Bekasi.
4
h. Tingkat dan status jumlah penduduk miskin atau penghidupan
sekelompok masyarakat serta terancamnya keberlanjutan
penghidupan masyarakat;
Resiko terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat;
dan/atau
Ancaman terhadap perlindungan terhadap kawasan tertentu
secara tradisional yang dilakukan oleh masyarakat dan
masyarakat hukum adat.
4
(9) Resiko terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat; dan/atau
(10) Ancaman terhadap perlindungan terhadap kawasan tertentu secara tradisional yang dilakukan
oleh masyarakat dan masyarakat hukum adat,
4
Tabel 3.4 Identifikasi Materi Muatan Dokumen RTRW Kabupaten Bekasi
Materi Muatan Unsur-unsur pasal 3 (2) PP 46/2016
No Dokumen (1) (2) (3) (4) (5) (6) Ket.
RTRW
1 KRP 1
2 KRP 2
dst
Keterangan:
(1) Perubahan iklim;
(2) Kerusakan, kemerosotan dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati;
(3) Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan dan/atau
kebakaran hutan dan lahan;
(4) Penurunan mutu dan kelimpahan SDA;
(5) Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat, dan/atau
(6) Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia;
4
Tabel 3.5 Analisis Pengaruh Hasil Identifikasi Materi Muatan Dokumen
RTRW Kabupaten Bekasi dengan Hasil Identifikasi dan Perumusan Isu PB
Prioritas
Materi Isu PB Prioritas
Muatan (1) (2) (3) (4) (5) (6)
No Ket.
Dokumen
RTRW
1 KRP 1
2 KRP 2
dst
Keterangan:
(1) Isu PB Prioritas 1 (4) Isu PB Prioritas 4
(2) Isu PB Prioritas 2 (5) Isu PB Prioritas 5
(3) Isu PB Prioritas 3 (6) Isu PB Prioritas 6
4
b. Analisis kebutuhan air untuk jumlah populasi pada Tahun 2036;
c. Analisis kebutuhan lahan untuk jumlah populasi pada Tahun 2036;
d. Dari hasil analisis kebutuhan air untuk jumlah populasi pada Tahun
2036, selanjutnya dilakukan analisis kebutuhan lahan untuk Kawasan
Lindung, Kawasan Budidaya dan Kawasan Strategis
Nasional/Provinsi/Kabupaten/Kota sebagaimana Pasal 4 PP No. 26
Tahun 2008 yang menyatakan bahwa kebijakan dan strategi penataan
ruang wilayah nasional meliputi kebijakan dan strategi pengembangan
struktur dan pola ruang.
4
arahan pemanfaatan ruang yang lebih spesifik sesuai dengan aspek utama
yang menjadi latar belakang pembentukan kawasan strategis tersebut.
Tingkat kedalaman RTR-KS sepenuhnya mengikuti luasan fisik serta
kedudukannya di dalam sistem administrasi. RTR-KS tidak mengulang
hal- hal yang sudah diatur atau menjadi kewenangan dari rencana tata
ruang yang berada pada jenjang diatasnya maupun dibawahnya.
5
Penetapan Kawasan Lindung.
Penetapan kawasan lindung ditentukan berdasarkan Pasal 6 PP No. 13
Tahun 2017 yang menyatakan bahwa kebijakan dan strategi
pengembangan pola ruang meliputi:
a. Kebijakan dan strategi pengembangan, pemanfaatan dan
pengelolaan kawasan lindung.
b. Kebijakan dan strategi pengembangan, pemanfaatan dan
pengelolaan kawasan budidaya; dan
c. Kebijakan dan strategi pengembangan, pemanfaatan dan
pengelolaan kawasan strategis nasional.
5
a. menetapkan kawasan lindung di ruang darat, ruang laut, dan
ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi;
b. mewujudkan kawasan berfungsi lindung dalam wilayah:
Kepulauan Nusa Tenggara dengan luas paling sedikit 30% (tiga
puluh persen) dari luas pulau tersebut sesuai dengan kondisi,
karakter, dan fungsi ekosistemnya serta tersebar secara
proporsional;
c. mengembalikan dan meningkatkan fungsi kawasan lindung akibat
pengembangan kegiatan budidaya dalam rangka mewujudkan dan
memelihara keseimbangan ekosistem wilayah;
mengendalikan pemanfaatan dan penggunaan kawasan yang
berpotensi mengganggu fungsi lindung; dan
mewujudkan, memelihara, dan meningkatkan fungsi kawasan
lindung dalam rangka meningkatkan daya dukung daerah
aliran sungai.
5
f. mengelola SDA tak terbarukan untuk menjamin pemanfaatannya
secara bijaksana dan SDA yang terbarukan untuk menjamin ke
sinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan
meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya; dan
g. mengembangkan kegiatan budidaya yang mempunyai daya
adaptasi bencana di kawasan rawan bencana dan kawasan risiko
perubahan iklim.
5
Pasal 53 PP No. 13 Tahun 2017 menjelaskan lebih rinci bahwa
kawasan cagar alam geologi terdiri atas:
a. kawasan keunikan batuan dan fosil,
b. kawasan keunikan bentang alam, dan
c. kawasan keunikan proses geologi.
5
tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam atau
terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik
pantai.
b. Sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria: (1) daratan sepanjang
tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter
dari kaki tanggul sebelah luar, (2) daratan sepanjang tepian sungai
besar tidak bertanggul di luar kawasan pemukiman dengan lebar
paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai dan (3) daratan
sepanjang tepian anak sungai tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari
tepi sungai.
c. Kawasan sekitar danau atau waduk, ditetapkan dengan kriteria: (1)
daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100
(seratus) meter dari titik pasang air danau atau waduk tertinggi,
atau
(2) daratan sepanjang tepian danau atau waduk yang lebarnya
proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik danau atau waduk.
d. Ruang terbuka hijau kota, ditetapkan dengan kriteria: (1) lahan
dengan luas paling sedikit 2.500 (dua ribu lima ratus) meter
persegi,
(2) berbentuk satu hamparan, atau kombinasi dari bentuk satu
hamparan dan jalur, dan (3) didominasi komunitas tumbuhan.
5
Taman hutan raya ditetapkan dengan kriteria:
a. merupakan wilayah dengan ciri khas baik asli maupun buatan pada
wilayah yang ekosistemnya masih utuh ataupun witayah yang
ekosistemnya sudah berubah;
b. memiliki keindahan alam dan/atau gejala alam; dan
c. mempunyai luas wilayah yang memungkinkan untuk pengembangan
koleksi tumbuhan dan/ atau satwa.
Taman wisata alam dan taman wisata alam laut ditetapkan dengan kriteria:
5
keberadaannya memerlukan upaya perlindungan, dan/atau
pelestarian;
e. mempunyai keterwakilan dari satu atau beberapa ekosistem di
wilayah pesisir atau pulau kecil yang masih asli dan/ atau alami;
f. mempunyai luas wilayah pesisir atau pulau kecil yang cukup untuk
menjamin kelangsungan habitat jenis sumber daya ikan yang perlu
dilakukan upaya konservasi dan dapat dikelola secara efektif; dan
g. mempunyai kondisi fisik wilayah pesisir atau pulau kecil yang rentan
terhadap perubahan dan/atau mampu mengurangi dampak bencana.
Kawasan taman pesisir atau taman pulau kecil, ditetapkan dengan kriteria:
5
Kawasan daerah perlindungan budaya maritim, ditetapkan dengan
kriteria:
a. tempat tenggelamnya kapal yang mempunyai nilai arkeologi-historis
khusus;
b. situs sejarah kemaritiman yang mempunyai nilai penting bagi
sejarah, ilmu pengetahuan dan budaya yang perlu dilindungi bagi
tujuan pelestarian dan pemanfaatan guna memajukan kebudayaan
nasional; dan
c. tempat ritual keagamaan atau adat.
5
Pasal 59 PP No. 13 tahun 2017 menjelaskan lebih rinci:
(1) Cagar biosfer ditetapkan dengan kriteria:
a. memiliki keterwakilan ekosistem yang masih alami, kawasan
yang sudah mengalami degradasi, mengalami modifikasi, atau
kawasan binaan;
b. memiliki komunitas alam yang unik, langka, dan indah;
c. merupakan bentang alam yang cukup luas yang mencerminkan
interaksi antara komunitas alam dengan manusia beserta
kegiatannya secara harmonis; atau
d. berupa tempat bagi pemantauan perubahan ekologi melalui
penelitian dan pendidikan.
(2) Ramsar ditetapkan dengan kriteria:
a. berupa lahan basah baik yang bersifat alami atau mendekati alami
yang mewakili langka atau unik yang sesuai dengan
biogeografisnya;
b. mendukung spesies rentan, langka, hampir langka, atau ekologi
komunitas yang terancam;
c. mendukung keanekaragaman populasi satwa dan/ atau flora di
wilayah biogeografisnya; atau
d. merupakan tempat perlindungan bagi satwa dan/ atau flora saat
melewati masa kritis dalam hidupnya.
(3) Kawasan cagar budaya ditetapkan dengan kriteria sebagai satuan
ruang geografis yang memiliki dua Situs Cagar Budaya atau lebih
yang letaknya berdekatan dan/ atau memperlihatkan ciri tata ruang
yang khas.
(4) Kawasan perlindungan plasma nutfah ditetapkan dengan kriteria:
memiliki jenis plasma nutfah tertentu yang memungkinkan
kelangsungan proses pertumbuhannya; dan memiliki luas tertentu
yang memungkinkan kelangsungan proses pertumbuhan jenis
plasma nutfah.
6
(5) Kawasan pengungsian satwa ditetapkan dengan kriteria:
a. merupakan tempat kehidupan satwa yang sejak semula menghuni
areal tersebut;
b. merupakan tempat kehidupan baru bagi satwa; dan
c. memiliki luas tertentu yang memungkinkan berlangsungnya
proses hidup dan kehidupan serta berkembangbiaknya satwa.
(6) Kawasan ekosistem mangrove ditetapkan dengan kriteria koridor
di sepanjang pantai dengan lebar paling sedikit 130 (seratus tiga
puluh) kali nilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan
terendah tahunan, diukur dari garis air surut terendah ke arah darat.
Kawasan Budidaya.
Setelah menetapkan Kawasan Lindung, maka selanjutnya adalah
menetapkan Kawasan Budidaya. Pasal 8 PP No. 13 Tahun 2017
menyatakan bahwa kebijakan pengembangan, pemanfaatan dan
pengelolaan kawasan budidaya meliputi:
a. perwujudan dan peningkatan keterpaduan dan keterkaitan antar
kegiatan budidaya; dan
b. pengendalian perkembangan kegiatan budidaya agar tidak
melampaui DDDT-LH.
6
c. mengembangkan kegiatan budidaya untuk menunjang aspek
politik, pertahanan dan keamanan, sosial budaya, serta ilmu
pengetahuan dan teknologi;
d. menetapkan, mengembangkan, memanfaatkan, dan
mempertahankan kawasan pertanian pangan berkelanjutan untuk
mewujudkan kemandirian, ketahanan, dan kedaulatan pangan;
e. mengembangkan pulau-pulau kecil sebagai sentra ekonomi
wilayah yang berbasis kelautan dan perikanan yang berdaya saing
dan berkelanjutan;
f. mengelola kekayaan sumber daya kelautan di wilayah perairan,
wilayah yurisdiksi, laut lepas, dan wilayah dasar laut internasional
untuk kedaulatan ekonomi nasional; dan
g. mengembangkan pemanfaatan ruang udara nasional sebagai aset
pembangunan dengan tetap menjaga fungsi pertahanan dan
keamanan serta keselamatan penerbangan.
6
e. mengembangkan kegiatan budidaya yang dapat mempertahankan
keberadaan pulau-pulau kecil;
f. membatasi dan mengendalikan kegiatan budidaya pada lokasi
yang memiliki nilai konservasi tinggi;
g. menetapkan lokasi rusak dan tercemar untuk dipulihkan;
h. mengendalikan keseimbangan DDDT-LH di kota sedang sebagai
kawasan perkotaan penyangga arus urbanisasi desa ke kota;
i. mengendalikan perubahan peruntukan kawasan hutan untuk
alokasi lahan pembangunan bagi sektor non kehutanan dengan
mempertimbangkan kualitas lingkungan, karakter SDA, fungsi
ekologi, dan kebutuhan lahan untuk pembangunan secara
berkelanjutan;
j. mendorong pembangunan hutan rakyat untuk mendukung
kecukupan tutupan hutan khususnya bagi wilayah daerah aliran
sungai atau pulau yang tutupan hutannya kurang dari 30% (tiga
puluh persen); dan
k. mengembangkan kegiatan budidaya dengan memperhatikan
bioekoregion yang merupakan bentang alam yang berada di
dalam satu atau lebih daerah aliran sungai.
6
Pasal 64 menjelaskan tentang peruntukan kawasan Hutan
Produksi adalah:
a. Kawasan peruntukan hutan produksi merupakan kawasan hutan
yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil hutan.
b. Kawasan peruntukan hutan produksi ditetapkan dengan kriteria
memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas
hujan dengan jumlah skor paling besar 174 (seratus tujuh puluh
empat).
c. Kriteria teknis kawasan peruntukan hutan produksi ditetapkan
oleh menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang
kehutanan.
B. Perkiraan mengenai dampak dan risiko Linkungan Hidup (hasil KRP No. 5
di overlay dengan Peta Topografi, Tutupan Lahan, Kawasan Hutan,
Kawasan Lindung, Kawasan Rawan Bencana,Visi Misi Propinsi Jawa
Barat dan Kabupaten Bekasi);
6
memiliki Jasa Ekosistem Pengaturan Air dan Pangan yang rendah? Dan
6
apakah materi muatan RTRW Kabupaten Bekasi dapat dilanjutkan atau
tidak? Jika tidak dapat dilanjutkan apa saja rumusan alternatif yang dapat
disepakati?
D. Efisiensi pemanfaatan Sumber Daya Alam (jenis sumber daya alam dan
sebaran jenis sumber alam)—( overlay dengan peta ijin tambang, ijin
kebun, ijin perindustrian, ijin hutan dan ijin pemanfaatan sumber daya
alam lainnya);
6
b. Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati (Hasil
overlay dengan peta keanekaragaman hayati (Peta Kawasan Hutan,
Peta Tutupan Lahan dan/atau peta lainnya yang memiliki vegetasi).
6
3.2.4 Penyusunan Rekomendasi Perbaikan untuk pengambilan keputusan
Kebijakan, Rencana, dan/atau Program yang mengintergasikan prinsip
pembangunan berkelanjutan
Tahap rekomendasi perbaikan dokumen RTRW Kabupaten Bekasi yang
mengintegrasikan prinsip PB, dilakukan dengan melaksanakan perubahan pada
dokumen rancangan RTRW Kabupaten Bekasi. Hal ini dilaksanakan oleh
Kelompok Kerja Penyusun KLHS. Rekomendasi penyempurnaan dokumen
Rancangan RTRW Kabupaten Bekasi, memuat materi perbaikan serta informasi
jenis usaha dan/atau kegiatan yang telah melampaui DDDT-LH dan tidak
diperbolehkan lagi.
3.2.5 Pengintegrasian
Hasil KLHS diintegrasikan kedalam materi muatan RTRW Kabupaten
Bekasi.
6
BAB IV
6
ahli pendamping penyusun KLHS RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2018 –
2038. Sebelum pelaksanaan identifikasi para pemangku kepentingan, Bupati
Bekasi telah menerbitkan Surat Keputusan Bupati Bekasi No. 660.2/Kep.118-
DLH/2018 tanggal 19 Maret 2018 tentang Pembentukan Kelompok Kerja KLHS
RTRW Kabupaten Bekasi,dengan susunan sebagai berikut :
a. Kelompok Kerja Pengendalian Lingkungan, dengan susunan sebagai
berikut: Ketua : Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bekasi
Wakil : Kepala Bappeda Kab. Bekasi
Sekretaris : Kepala Bidang Prasarana Wilayah Bappeda Kabupaten
Bekasi
Anggota : Pejabat struktural dan staf pada Dinas Lingkungan Hidup
dan SKPD terkait
b. Hasil Identifikasi Para Pemangku Kepentingan
Identifikasi Para Pemangku Kepentingan Kabupaten Bekasi Tahun 2018 – 2038
dan telah berhasil merumuskan daftar Para Pemangku Kepentingan yang akan
dilibatkan dalam Identifikasi dan Perumusan Isu PB, Isu PB Strategis hingga Isu
PB Prioritas. Hasil identifikasi para pemangku kepentingan selengkapnya seperti
pada Tabel 4.1.
Tabel 4. 1.
Daftar Pemangku Kepentingan Dalam Penyusunan KLHS RTRW
Kabupaten Bekasi Tahun 2018-2038
Masyarakat/Lembaga/Instansi/Pemangku Kepentingan
. Unsur Dinas Lingkungan Hidup
. Unsur BAPPEDA
. Unsur Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
. Unsur Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan
Pertanahan
. Unsur Dinas Perindustrian
Unsur Dinas Perhubungan
. Unsur Dinas Pertanian
. Unsur Dinas Perikanan dan Kelautan
7
Unsur Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang)
Unsur Badan Penganggulangan Bencana Daerah (PBBD)
. Kecamatan di wilayah Kab. Bekasi
Badan Pusat Statistik Kab. Bekasi
. PJT Wilayah II
. Perwakilan Akademisi / Perguruan Tinggi
. Perwakilan Pelaku usaha di Kab. Bekasi
. LSM
. Tokoh masyarakat
7
n. Jadwal Tahapan Pelaksanaan Kegiatan
o. Keluaran / Output
7
4.2.2. Hasil Identifikasi dan Perumusan Isu PB Strategis
Berdasarkan pada proses ini terdapat 18 pemusatan isu Pembangunan
Berkelanjutan yang dihasilkan dari Rapat KLHS Kab. Bekasi mengenai 3
pemusatan isu Pembangunan Berkelanjutan dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.
No Pengelompokan Isu PB Isu PB
1 Banjir… Banjir
2 Sampah Meningkatnya volume sampah
… Pengelolaan sampah belum optimal
Kurangnya lahan TPPAS
Daya Tampung TPA saat ini mencapai 30m
Kurangnya kesadaran masyarakat tentang
kebersihan
Kurangnya personil armada kebersihan
3 Drainase Drainase buruk
Adanya pendangkalan kali dan sungai
Sumber: Hasil Analisa
7
Unsur-unsur pasal 9 (1) PP 46/2016
No Isu Lingkungan Nilai
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (+) (-)
7
3 Drainase 23 Kecamatan + + + + - - 4 2 12
Sumber: Hasil Analisa
Keterangan:
(1) Karakteristik wilayah Kabupaten Bekasi
(2) Tingkat pentingnya potensi dampak Kabupaten Bekasi
(3) Keterkaitan antar isu strategis PB
(4) Keterkaitan dengan materi muatan RTRW Kabupaten Bekasi
(5) Muatan RPPLH Kabupaten Bekasi
(6) Hasil KLHS dari Kebijakan, Rencana, dan /atau Program pada hirarki diatasnya yang harus diacu, serupa dan berada pada wilayah
yang berdekatan, dan/atau memilikiketerkaitan dan/atau relevansi langsung. S = Strategis TS = Tidak Strategis SDG = Sustainable
Development Goals
Dari Isu PB Strategis, kemudian dilakukan pemeringkatan berdasarkan nilai strategisnya. Hasil peringkat identifikasi dan
perumusan Isu PB hasil Rapat KLHS RTRW Kab. Bekasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.3.
7
4.2.3. Hasil Identifikasi dan Perumusan Isu PB Prioritas.
Identifikasi dan Perumusan Isu PB Prioritas dilaksanakan melalui rapat KLHS
RTRW Kab. Bekasi yang dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 11 Juli 2018,
dengan analisis pembobotan menggunakan Pasal 9 ayat (2) PP No. 46 Tahun
2016.
Hasil Isu Pembangunan yang paling Strategis dianalisis menggunakan Pasal 9 ayat
(2) Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2016 tentang Tata Cara
Penyelenggaraan KLHS, dimana dilakukan pembobotan terkait dengan :
a) Kapasitas daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup untuk
pembangunan;
b) Perkiraan dampak dan resiko lingkungan hidup;
c) Kinerja layanan atau jasa ekosistem;
7
d) Intensitas dan cakupan wilayah bencana alam;
e) Status mutu dan ketersediaan sumber daya alam;
f) Ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati;
g) Kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim;
h) Tingkat dan status jumlah penduduk miskin atau penghidupan sekelompok
masyarakat serta terancamnya keberlanjutan penghidupan masyarakat;
i) Resiko terhadap kesehatan dan keselamatan masyarakat; dan/atau
j) Ancaman terhadap perlindungan terhadap kawasan tertentu secara tradisional
yang dilakukan oleh masyarakat dan masyarakat hukum adat,
Hasil Identifikasi dan Perumusan Isu PBP rioritas telah menghasilkan sebanyak 2
Isu PB Prioritas, yaitu banjir dan sampah.
Dari 2 Isu PB Prioritas, kemudia dilakukan pemeringkatan berdasarkan nilai
strategisnya. Hasil peringkat identifikasi dan perumusan Isu PB hasil rapat KLHS
RTRW Kab. Bekasi selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.4.
7
4.2.5. Hasil Analisis Kajian Pengaruh Materi Muatan KRP Dengan Perumusan Isu PB Prioritas.
Tabel 4. 6 Hasil Penapisan dengan menguji silang materi muatan dengan Pasal 3 ayat (2) PP No. 46 Tahun 2016
7
No Dampak dan/atau Resiko LH
Program 1 2 3 4 5 6 7 Nilai
21 Cekungan Air Tanah dan Wilayah Bukan Cekungan Air Tanah Tidak
7
No Dampak dan/atau Resiko LH
Program 1 2 3 4 5 6 7 Nilai
0 0 + + 0 + + perlu
8
Identifikasi materi muatan rancangan RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2018-
2038 telah menghasilkan sebanyak 32 (Tiga puluh dua) materi yang
berpotensi menimbulkan dampak dan atau resiko LH.
Tabel. 4.7. Hasil Identikasi Materi Muatan Rancangan RTRW Kabupaten Bekasi
Tahun 2018-2038
Materi Muatan rancangan RTRW Bekasi 2018-2038
1 Perwujudan PKN Jabodetabek punjur
2 Perwujudan Sistem Jaringan Prasarana Utama
3 Pengembangan Jalan tol
4 Pengembangan Jaringan jalan Kolektor Primer 2 (JKP-2)
5 Pengembangan Jaringan jalan Kolektor Primer 3 (JKP-3)
6 Pengembangan Jaringan jalan Kolektor Primer IV (KP4)
7 Pengembangan Jalan Lokal Primer 1 (LP-1)
8 Pengembangan Jalan kabupaten baru
9 Peningkatan fungsi jalan lokal primer 1 (LP-1) menjadi jalan kolektor primer 4
(JKP-4)
10 Pengembangan Terminal Tarumanegara
14 Wilayah Pesisir
17 TPA Alternatif
7
4.2.6. Hasil Analisis Kajian Pengaruh Materi Muatan KRP Dengan Perumusan Isu PB Prioritas.
Tahap Kajian Pengaruh Isu PB Prioritas dan hasil Identifikasi materi muatan rancangan RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2018-
2038 dilaksanakan melalui rapat KLHS RTRW pada hari senin, 13 Agustus 2018 di Ruang Rapat Bupati Bekasi. Hasil Kajian
Pengaruh Isu PB Prioritas dan hasil Identifikasi materi muatan rancangan RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2018-2038
selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 4.8
Tabel. 4.8. Hasil penapisan dengan menguji silang materi muatan dengan Isu Prioritas
7
Isu Prioritas - + Total Nilai
Program 1 2 3 4 5 6
Pengembangan Jaringan jalan Kolektor Primer tidak perlu KLHS
3 (JKP-3)
0 0 0 0 0 1 1
Pengembangan Jaringan jalan Kolektor Primer tidak perlu KLHS
IV (KP4) 0 0 0 0 0 1 1
Pengembangan Jalan Lokal Primer 1 (LP-1) tidak perlu KLHS
0 0 0 0 0 1 1
Pengembangan Jalan kabupaten baru 0 tidak perlu KLHS
0 0 0 + 0 1 1
Peningkatan fungsi jalan lokal primer 1 (LP-1) tidak perlu KLHS
menjadi jalan kolektor primer 4 (JKP-4) 0 0 0 0 + 0 1 1
Pengembangan Terminal Tarumanegara perlu KLHS
- - - 0 + + 3 2 -1
Rencana Pengembangan terminal barang/peti perlu KLHS
kemas - - 0 0 - + 3 1 -2
Pembangunan Jalur Ganda (Double double perlu KLHS
8
Isu Prioritas - + Total Nilai
Program 1 2 3 4 5 6
Track) Manggarai – Cikampek - - - 0 + 0 3 1 -2
Pengembangan Stasiun Penumpang perlu KLHS
- - 0 - + + 3 2 -1
TPA Alternatif perlu KLHS
- - 0 0 + - 3 1 -2
Perwujudan Sistem Jaringan Prasarana Sumber tidak perlu KLHS
Daya Air
0 0 + 0 0 0 1 1 0
Prasarana Air Baku Buat Air Minum tidak perlu KLHS
0 0 + 0 0 + 0 2 2
Sumber : Hasil Analisa
8
Enam (6) materi muatan dokumen rancangan RTRW Kabupaten Bekasi
Tahun 2018-2038 yang berpengaruh pada Isu PB Prioritas dan perlu ditindak
lanjuti dengan analisis terhadap muatan KLHS.
8
Analisis terhadap muatan KLHS tersebut, sebagaimana telah diterangkan
pada BAB sebelumnya didapatkan hasil untuk tiap-tiap materi muatan KRP
sebagaimana dijelaskan berikut:
8
berada pada kelas kelerengan yang rendah yaitu 8 – 15 %.
Peta rawan bencana ,diketahui bahwa seluruh ruas
pengembangan jalur kereta Jakarta - Bandung (24 km)
berada pada wilayah rawan bencana yang rendah
Peta potensi tambang, diketahui bahwa seluruh ruas
pengembangan jalur kereta Jakarta – Bandung ( 24 km)
berada pada areal yang tidak berpotensi tambang.
Peta Penutupan Lahan, diketahui bahwa seluruh ruas
pengembangan jalur kereta Jakarta – Bandung sebagian
besar berada pada wilayah industri dan sebagian lainnya
berada pada lahan terbuka dan permukiman, juga terdapat
lahan sedikit rumput di wilayah cibatu dan lambangjaya.
Peta penunjukan Kawasan Hutan, diketahui bahwa seluruh
ruas pengembangan jalur kereta Jakarta - Bandung (24 km)
tidak berada pada areal Kawasan Hutan.
8
dilaksanakan atau tidak. Dari hasil analisis spasial, diketahui bahwa :
8
sepanjang 4,6 km berada pada areal yang tidak berpotensi
tambang.
Peta Penutupan Lahan, diketahui bahwa seluruh jalan tol
Cimanggis - Cibitung yang melintasi Kabupaten Bekasi
sepanjang 4,6 km sebagian besar berada pada wilayah
permukiman.
Peta penunjukan Kawasan Hutan, diketahui bahwa seluruh jalan
tol Cimanggis - Cibitung yang melintasi Kabupaten Bekasi
sepanjang 4,6 km tidak berada pada areal Kawasan Hutan.
8
– 25 %.
Peta rawan bencana, diketahui bahwa seluruh jalan tol Cimanggis
- Cibitung yang melintasi Kabupaten Bekasi sepanjang 4,6 km
tidak berada pada wilayah rawan bencana atau meliliki potensi
bencana yang rendah.
Peta potensi tambang, diketahui bahwa seluruh jalan tol
Cimanggis - Cibitung yang melintasi Kabupaten Bekasi
sepanjang 4,6 km berada pada areal yang tidak berpotensi
tambang.
Peta penunjukan Kawasan Hutan, diketahui bahwa seluruh jalan
tol Cimanggis - Cibitung yang melintasi Kabupaten Bekasi
sepanjang 4,6 km tidak berada pada areal Kawasan Hutan.
8
tambang.
Peta penunjukan Kawasan Hutan, Pembangunan Terminal Taruma
Negara, berada pada areal Kawasan Hutan Lindung.
8
berada pada kelas kelerengan yang rendah 0 – 8 %.
Peta rawan bencana, diketahui bahwa ruas Pengembangan Dry
port, secara umum tidak berada pada kawasan banjir.
Peta potensi tambang, diketahui bahwa ruas pengembangan
terminal Kalijaya tidak berada pada areal yang berpotensi
tambang.
Peta Penutupan Lahan, Pengembangan Dry port, sebagian besar
berada pada wilayah permukiman .
Peta penunjukan Kawasan Hutan, Pengembangan Dry port, tidak
berada pada areal Kawasan Hutan.
8
Peta kelerengan,diketahui bahwa ruas Pembangunan jalan sejajar rel
kereta api, sepanjang 27 Km berada pada kelas kelerengan yang
rendah 0 – 8 %.
Peta rawan bencana, diketahui bahwa ruas pembangunan jalur ganda
(double track) Mangarai – Cikampek, berada pada hanya beberapa
ruas saja yang melintas wilayah rawan bencana banjir secara umum
tidak berada pada kawasan banjir.
Peta potensi tambang, diketahui bahwa ruas pembangunan jalur ganda
(double track) Mangarai – Cikampek, yang melintasi Kabupaten
Bekasi tidak berada pada areal yang berpotensi tambang.
Peta Penutupan Lahan, pembangunan jalur ganda (double track)
Mangarai – Cikampek, sebagian besar berada pada wilayah rumput
dan permukiman .
Peta penunjukan Kawasan Hutan, pembangunan jalur ganda (double
track) Mangarai – Cikampek, tidak berada pada areal Kawasan Hutan.
9
c. perubahan atau penyesuaian ukuran, skala, dan lokasi yang
lebih memenuhi pertimbangan Pembangunan Berkelanjutan;
d. perubahan atau penyesuaian proses, metode, dan adaptasi terhadap
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang lebih
memenuhi pertimbangan Pembangunan Berkelanjutan;
e. penundaan, perbaikan urutan, atau perubahan prioritas pelaksanaan;
f. pemberian arahan atau rambu-rambu untuk mempertahankan
atau meningkatkan fungsi ekosistem; dan/atau
g. pemberian arahan atau rambu-rambu mitigasi dampak dan
risiko Lingkungan Hidup.
9
a. Mandat/kepentingan/kebijakan nasional yang harus diamankan
b. Situasi sosial-politik yang berpotensi
c. Kapasitas kelembagaan pemerintah
d. Kapasitas dan kesadaran masyarakat
e. Kesadaran, ketaatan dan keterlibatan dunia
f. Kondisi pasar dan potensi investasi.
Dari beberapa opsi alternatif dapat dipilih alternatif perbaikan dengan
manfaat yang paling baik. Pemilihan opsi bisa dilakukan dengan
mempertimbangkan manfaat dan risiko. Metode yang dapat digunakan
diantaranya metode analisis Kekuatan Kelemahan Kesempatan dan
Ancaman (SWOT), metode analisis manfaat-risiko (Risk – Opportunity),
analisis berhirarkhi (Analytical Hierarchy Process/AHP), analisis biaya-
manfaat, atau berbagai metode lain yang terkait pengambilan keputusan.
Dalam perumusan alternative, digunakan metode Biaya - Manfaat.
Metode Cost-Benefit (Biaya – Manfaat) adalah pendekatan sistematis untuk
mempertimbangkan kelemahan (biaya) dan kekuatan (manfaat) terhadap pilihan
yang ada. Analisis Biaya – Manfaat atau disingkat ABM bertujuan memilih
alternatif yang menunjang tercapainya tujuan yang telah ditetapkan dengan
manfaat yang paling besar serta risiko yang paling dapat dikendalikan.Teknis
ABM dapat diterapkan dalam berbagai bidang pengambilan keputusan,
utamanya dalam rangka membuat evaluasi program atau proyek untuk
kepentingan publik, seperti misalnya pembangunan infrastruktur, yang
seringkali menimbulkan biaya dan manfaat yang berdampak pada kepentingan
sosial, dimana pertimbangan efisiensi menjadi begitu diperhitungkan. Dengan
demikian didalam penentuan alternatif terhadap KRP yang meminimalisir biaya
yang ditimbulkannya, maka alternatif tersebutlah yang dijadikan sebagai
rujukan didalam penyempurnaan KRP.
Kunci keberhasilan pelaksanaan perumusan alternatif adalah pada metode
diskusi kelompok yang digunakan, keterlibatan pemangku kepentingan yang
relevan, dan tenaga ahli/narasumber yang sesuai dengan muatan. Kiat
perumusan alternatif adalah:
9
a. Memahami dan dapat memutuskan apakah konsep kebijakan, rencana,
dan/atau program secara sistematis akan menurunkan atau menyebabkan
daya dukung dan daya tampung lingkungan hidup terlampaui.
b. Memahami alasan dan konteks kebijakan, rencana, dan/atau program
yang menjadi subyek kajian;
c. Membuat daftar pilihan-pilihan yang diurut berdasarkan manfaat dan
kemudahan pelaksanaan;
d. Berfikir kritis, positif, dan tidak terpaku pada metode/pendekatan
yang selamaini berjalan;
e. Mengembangkan komunikasi dan dialog yang efektif dengan penyusun
kebijakan, rencana, dan/atau program, pemangku kepentingan terkait
dan pengambil keputusan;
f. Mencoba mengambil pelajaran dari pengalaman di wilayah lain; dan
g. Memanfaatkan kreatifitas dari pemangku kepentingan.
Pada tahap ini, dilakukan kajian terhadap masing-masing KRP yang telah
dilakukan analisis. Rumusan alternatif didapat berdasarkan kajian dari faktor
pendukung dan penghambat dari masing-masing KRP yang teridentifikasi
akan berdampak pada kerusakan lingkungan, dan rumusan seperti pada tabel.
9
Tabel. 4.10. Perumusan Alternatif KRP RTRW Kab. Bekasi
Muatan Kajian Analisis
Rumusan Rekomendasi
No Muatan Lokasi
DDDT Jasa Resiko SDA Perubahan Kehati Alternatif Perbaikan
KRP
Ekosistem Dampak LH
Iklim
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11)
1. Perwujudan Kecamatan Tidak Tidak Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Pembangunan Pembangunan
PKN Tambun selatan, Terlampaui terganggu dampak dilanjutkan dilanjutkan
Jabodetabek Cibitung, Lingkungan
punjur Cikarang barat, hidup
Cikarang
selatan,
Cikarang pusat
2. Pengembangan Cimanggis – Sebagian Sebagian Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Pembangunanny Pembangunannya
Jalan Tol Cibitung, wilayah wilayah dampak a dilanjutkan dilanjutkan
Cibitung – terlampaui terganggu Lingkungan dengan dengan syarat
Cilincing, hidup syarat/terbatas, lingkungan
Cikampek 2
(Jatiasih –
Purwakarta), tol
Jakarta –
Cikampek
9
Muatan Kajian Analisis
Rumusan Rekomendasi
No Muatan Lokasi
DDDT Jasa Resiko SDA Perubahan Kehati Alternatif Perbaikan
KRP
Ekosistem Dampak LH
Iklim
3. Pengembangan Kecamatan Tidak Tidak Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada Pembangunan Pembangunan
Rencana Cikarang Utara, Terlampaui terganggu dampak dilanjutkan dilanjutkan
Terminal Kecamatan Lingkungan
Barang/Peti Kedungwaringin hidup
kemas
4. Pembangunan Kecamatan Terlampaui Terlampau berdampak Pengguna Tidak ada Rawan Pembang Pembangunan di
Terminal tarumajaya, i Lingkungan an SDA Kerusaka unan di Tunda
tarumanegara, babelan, hidup Berlebih n tunda
muaragembong utk Ekosiste ( Butuh Studi
Reklamasi m pesisir, Kelayakan
berada di Lebih Lanjut
Wilayah terkait
Hutan Reklamasi)
Lindung
9
Muatan Kajian Analisis
Rumusan Rekomendasi
No Muatan Lokasi
DDDT Jasa Resiko SDA Perubahan Kehati Alternatif Perbaikan
KRP
Ekosistem Dampak LH
Iklim
5. Pengembangan (double track) Tidak Tidak Lokasi Tidak ada Tidak ada Tidak ada Pembangunanny Pembangunannya
Sistem Jaringan Mangarai – Terlampaui terganggu Berada di a dilanjutkan dilanjutkan
Perkeretaapian Cikampek. wilayah dengan dengan syarat
Rawan banjir syarat/terbatas, lingkungan
6. TPA Alternatif Kecamatan Tidak Tidak ada berdampak Area Berpotensi pada Tidak ada Pembangunan Pembangunan di
bojongmangu Terlampaui Lingkungan TPA Timbulan GRK di tunda ( Tunda
hidup alterna Butuh Studi
tive Kelayakan
berada Lebih Lanjut
di area terkait
resapan air Reklamasi)
9
4.2.9. Tahap Rekomendasi Perbaikan untuk Penyempurnaan
Rancangan RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2018-2038.
Berdasarkan rumusan alternatif yang telah dijelaskan pada tahap
sebelumnya, maka yang perlu diperbaiki untuk penyempurnaan Rancangan
RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2018-2038, adalah sebagai berikut
9
2. Pengembangan Rencana Terminal Barang/Peti kemas
9
Tabel. 4.11. Rekomendasi Perbaikan untuk Penyempurnaan Rancangan RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2018-2038
Materi Muatan
RTRW yang
Isu PB potensi Kajian Pengaruh Implementasi KRP Perumusan Rekomendasi Finalisasi
Indikator
Prioritas dampak/risiko KRP Alternatif Penyempurnaan Muatan KRP
Capaian KRP
Lingkungan
Hidup
Banjir, Perwujudan 1. Bandung yang melintasi Ruas jalur kereta Pembangun an Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Sampah, PKN Kabupaten Bekasi, Jakarta-Bandung Ruas jalur kereta perubahan perubahan perubahan
Air Bersih, Jabodetabekpunjur sepanjang 24 Km yang melintasi Jakarta- Bandung KRP namun KRP namun KRP,
Limbah berada di pola ruang Kabupaten Bekasi, yang melintasi diarahkan diarahkan Pengembanga n
Pencemaran kawasan permukiman sepanjang 24 Km Kabupaten agar agar Kab. Bekasi sebagai
dan , Alih perkotaan Bekasi,sepanjang Pengembangan Pengembangan bagian dari
Fungsi permukiman8, 65 Km 24 Km transportasi transportasi kereta abodetabek punjur
transportasi dan 15,35 Km berada Perubahan kereta khususnya khususnya dalam sesuai dengan
pada kawasan Pemanfaatan dalam lingkup lingkup daya dukungnya.
peruntukan industri . Lahan Pada Jabodetabek Jabodetabek Dengan kondisi
2. Peta DDDT Jasa peruntukan punjur juga punjur sesuai terbatasnya
Ekosistem Pengatur Air, kawasan perlu dengan daya ketersediaan lahan
diketahui bahwa seluruh pemukiman didukung dukungnya. uuntuk
ruas sebagian besar perkotaan dan dengan Dengan kondisi mengembangk an
99
Materi Muatan
RTRW yang
Isu PB potensi Kajian Pengaruh Implementasi KRP Perumusan Rekomendasi Finalisasi
Indikator
Prioritas dampak/risiko KRP Alternatif Penyempurnaan Muatan KRP
Capaian KRP
Lingkungan
Hidup
berada pada Jasa peruntukan pengembanga terbatasnya sistem perkotaan,
ekosistem Pengatur Air industri n ketersediaan lahan perlu disusun
Sedang, ada yang transportasi uuntuk kebijakan tata guna
berada pada jasa umum/ massal mengembangk an tanah dan
ekosistem pengatur air yang lebih sistem perkotaan, administrasi
yang rendah baik perlu disusun pertanahan serta
3. Peta DDDT Jasa dari dari kebijakan tata pencegahan alih
Ekosistem Penyedia dan ke guna tanah dan fungsi penggunaan
Pangan, diketahui stasiun. administrasi tanah, yang
bahwa seluruh ruas Hal ini tentunya pertanahan serta diwadahi dalam
pengembangan jalur akan lebih pencegahan alih peraturan zonasi.
kereta Jakarta - memberikan fungsi penggunaan perubahan
Bandung sepanjang 24 keadlian akses tanah, yang KRP,
km berada pada kelas pergerakan diwadahi dalam Pengembanga n Kab.
jasa ekosistem penyedia orang peraturan zonasi. Bekasi sebagai
pangan yang sedang dan bagian dari
10
Materi Muatan
RTRW yang
Isu PB potensi Kajian Pengaruh Implementasi KRP Perumusan Rekomendasi Finalisasi
Indikator
Prioritas dampak/risiko KRP Alternatif Penyempurnaan Muatan KRP
Capaian KRP
Lingkungan
Hidup
tinggi
4. Peta penunjukan
Kawasan Hutan,
diketahui bahwa seluruh
ruas pengembangan
jalur kereta Jakarta -
Bandung sepanjang 24
km tidak berada pada
areal Kawasan Hutan.
Pengembangan Jalan 1. Peta RTRW Ruas pengembangan Pembangun an Pembangunan Pengembangan Tidak ada perubahan
Tol Kabupaten Bekasi, jalantolCimanggis pengemban gan nya dilanjutkan jaringan KRP namun
diketahui bahwa ruas - Cibitung yang jalan tol dengan jalan tol perlu diarahkan untuk
pengembangan jalan melintasi Cimanggis - syarat/terbat as, diimbangi Mengembangk an
tol Kabupaten Bekasi, Cibitung umum/massal yang dengan jaringan
Cimanggis -Cibitung sepanjang4,6 km yang melintasi lebih pengembangan jalan kota Cibitung
10
Materi Muatan
RTRW yang
Isu PB potensi Kajian Pengaruh Implementasi KRP Perumusan Rekomendasi Finalisasi
Indikator
Prioritas dampak/risiko KRP Alternatif Penyempurnaan Muatan KRP
Capaian KRP
Lingkungan
Hidup
yang melintasi melintasi Kabupaten Bekasi, baik lagi sehingga jaringan yang melintasi
Kabupaten Bekasi, Kabupaten Bekasi, sepanjang 4,6 Km dapat mengurangi transportasi Kabupaten Bekasi,
sepanjang 4,6 Km sepanjang 4,6 km Perubahan polusi udara, sebagai akses dari sepanjang 4,6 Km
berada di pola Pemanfaatan polusi suara, dan menuju jalan berada di pola
ruangkawasan Perubahan Lahan pada efisiensi bahan tol, dan diikuti ruangkawasan
permukiman Pemanfaat an Lahan peruntuka n bakar, dan dengan pelaksanaan permukiman
perkotaan pada peruntuka n kawasan kemacetan. manajemen lalu- perkotaan
permukiman dan kawasan pemukima pemukiman Secara ideal, lintas permukiman dan
sebagian kecil wilayah n perkotaan dan perkotaan dan perlu adanya sebagian kecil
industri. sebagian peruntuka sebagian keberpihakan wilayah industri.
2. Peta DDDT Jasa n industri peruntukan lebih besar 6. Peta DDDT Jasa
Ekosistem Pengatur industri bagi pengembangan Ekosistem
Air, diketahui bahwa transportasi Pengatur Air,
seluruh ruas sebagian publik diketahui
besar berada pada dibandingkan bahwa seluruh
Jasa ekosistem ruas sebagian
10
Materi Muatan
RTRW yang
Isu PB potensi Kajian Pengaruh Implementasi KRP Perumusan Rekomendasi Finalisasi
Indikator
Prioritas dampak/risiko KRP Alternatif Penyempurnaan Muatan KRP
Capaian KRP
Lingkungan
Hidup
Pengatur Air sangat privat terutama di besar berada
rendah, dan terdapat bagian wilayah pada Jasa
sedikit wilayah yang kota yang sudah ekosistem
memiliki Jasa berkembang Pengatur Air
ekositem pengatur air sangatrendah,
yang tinggi. dan terdapat
3. Peta DDDT Jasa sedikit wilayah
Ekosistem Penyedia yang memiliki
Pangan, diketahui Jasa ekositem
bahwa ruas pengatur air
pengembanganjalan yang tinggi.
tol Cimanggis - 7. Peta DDDT Jasa
Cibitung yang Ekosistem
melintasi Kabupaten Penyedia
Bekasi, sepanjang 4,6 Pangan,
Km berada pada kelas diketahui
10
Materi Muatan
RTRW yang
Isu PB potensi Kajian Pengaruh Implementasi KRP Perumusan Rekomendasi Finalisasi
Indikator
Prioritas dampak/risiko KRP Alternatif Penyempurnaan Muatan KRP
Capaian KRP
Lingkungan
Hidup
jasa ekosistem bahwa ruas
penyedia pangan yang pengembangan
sedang dan sebagian
kecil memiliki daya
dukung jasa ekosistem
penyediaan pangan
yang tinggi yaitu di
Kecamatan Setu.
4. Peta rawan
bencana,diketa hui
bahwa seluruh jalan tol
Cimanggis - Cibitung
yang melintasi
Kabupaten
Bekasisepanjan g 4,6
kmtidak berada pada
10
Materi Muatan
RTRW yang
Isu PB potensi Kajian Pengaruh Implementasi KRP Perumusan Rekomendasi Finalisasi
Indikator
Prioritas dampak/risiko KRP Alternatif Penyempurnaan Muatan KRP
Capaian KRP
Lingkungan
Hidup
wilayah rawan bencana
atau meliliki potensi
bencana rendah
5. 5. Peta penunjukan
Kawasan Hutan,
diketahui bahwa
seluruh jalan tol
Cimanggis - Cibitung
yang melintasi
Kabupaten Bekasi
sepanjang 4,6 km
tidak berada pada
areal
Kawasan Hutan.
Pembangunan 1. Peta RTRW Pembangunan Pembangun an Pembangunann Pembangunan Pembangunan
Terminal Kabupaten Bekasi, Terminal Taruma Terminal Taruma ya di tunda di Tunda Terminal
tarumanegara, diketahui Negara di Negara di hingga Studi tarumanegara,
10
Materi Muatan
RTRW yang
Isu PB potensi Kajian Pengaruh Implementasi KRP Perumusan Rekomendasi Finalisasi
Indikator
Prioritas dampak/risiko KRP Alternatif Penyempurnaan Muatan KRP
Capaian KRP
Lingkungan
Hidup
Pembangunan Kecamatan Kecamatan Kelayakan setra koordinasi
Terminal Taruma tarumajaya, tarumajaya, Lebih Lanjut antar pemangku
Negara berada di pola babelan, babelan, kepentinan serta
ruang Industri dan muaragembong muaragemb ong n untuk mengurangi
Hutan Lindung lahan hutan resiko terhadap
2. Peta DDDT Jasa lindung kualitas dan
Ekosistem Pengatur ketersediaan
Air, Pembangunan sumber daya air
Terminal Taruma
Negara diketahui Perlu segera disusun
bahwa berada pada dan diterapkan
Jasa ekosistem peraturan zonasi
Pengatur Air yang (zoning regulation)
bervariasi Sangat untuk kawasan
rendah dan Sangat lindung
Tinggi.
10
Materi Muatan
RTRW yang
Isu PB potensi Kajian Pengaruh Implementasi KRP Perumusan Rekomendasi Finalisasi
Indikator
Prioritas dampak/risiko KRP Alternatif Penyempurnaan Muatan KRP
Capaian KRP
Lingkungan
Hidup
3. Peta DDDT Jasa
Ekosistem Penyedia
Pangan, Pembangunan
Terminal Taruma
Negara, berada pada
kelas jasa ekosistem
penyedia pangan
yang bervariasi
rendah, sedang,
tinggi dan sangat
tinggi.
4. Peta rawan bencana,
diketahui bahwa
Pembangunan
Terminal
10
Materi Muatan
RTRW yang
Isu PB potensi Kajian Pengaruh Implementasi KRP Perumusan Rekomendasi Finalisasi
Indikator
Prioritas dampak/risiko KRP Alternatif Penyempurnaan Muatan KRP
Capaian KRP
Lingkungan
Hidup
Pengembangan Rencana 1. Peta RTRW Pengembangan Dry Pembangun an Pembangunan Pembangunann Tidak ada perubahan
Terminal Barang/Peti Kabupaten port Pengemban gan Dry nya dilanjutkan ya dilanjutkan KRP
kemas 1. Bekasi, terletak di port terletak di dengan dengan syarat Namun
diketahui Pengembangan Kecamatan Kecamatan syarat/terbat as, lingkungan Pembangunannya
Dry port terletak di Cikarang Utara Cikarang Utara dilanjutkan
Kecamatan Cikarang • Perubahan dengan
Utara, berada di pola Pemanfaata n Lahan perencanaan
ruangkawasan peruntukan pada peruntukan secara menyeluruh
kawasan industri. kawasan industri terhadap program-
2. Peta DDDT Jasa program
Ekosistem Pengatur Air, pembangunan
Pengembangan Dry port dengan memenuhi
diketahui bahwa berada dokumen
pada Jasa ekosistem lingkungan,
Pengatur Air tinggi. melaksanakan
3. Peta DDDT Jasa pengawasan dan
10
Materi Muatan
RTRW yang
Isu PB potensi Kajian Pengaruh Implementasi KRP Perumusan Rekomendasi Finalisasi
Indikator
Prioritas dampak/risiko KRP Alternatif Penyempurnaan Muatan KRP
Capaian KRP
Lingkungan
Hidup
Ekosistem Penyedia pengendalian setra
Pangan, Pengembangan koordinasi antar
Dry port, berada pada pemangku
kelas jasa akosistem kepentinan serta
penyedia pangan yang untuk mengurangi
sedang. resiko terhadap
4. Peta topopgrafi, kualitas dan
diketahui ketersediaan
bahwa ruas sumber daya air
Pengembangan Dry port,
berada pada ketinggia 22
mdpl.
5. Peta kelerengan,dik
etahui bahwa ruas
Pengembangan Dry port
berada pada kelas
10
Materi Muatan
RTRW yang
Isu PB potensi Kajian Pengaruh Implementasi KRP Perumusan Rekomendasi Finalisasi
Indikator
Prioritas dampak/risiko KRP Alternatif Penyempurnaan Muatan KRP
Capaian KRP
Lingkungan
Hidup
kelerengan yang rendah 0
– 8 %.
6. Peta rawan bencana,
diketahui bahwa ruas
Pengembangan Dry port,
secara umum tidak berada
pada kawasan banjir.
7. Peta potensi
tambang, diketahui bahwa
ruas pengembangan
terminal Kalijaya tidak
berada pada areal yang
berpotensi tambang.
8. Peta Penutupan
Lahan, Pengembangan
Dry port, sebagian besar
11
Materi Muatan
RTRW yang
Isu PB potensi Kajian Pengaruh Implementasi KRP Perumusan Rekomendasi Finalisasi
Indikator
Prioritas dampak/risiko KRP Alternatif Penyempurnaan Muatan KRP
Capaian KRP
Lingkungan
Hidup
berada pada wilayah
permukiman .
9. Peta penunjukan
Kawasan Hutan,
Pengembangan Dry port,
tidak berada pada areal
Kawasan Hutan.
Pengembangan Sistem 1. Peta RTRW Pembangunan o Pembangun an Pembangunan Pembangunann Tidak ada
Jaringan Perkeretaapian Kabupaten Bekasi, jalur ganda jalur ganda nya dilanjutkan ya dilanjutkan perubahan KRP,
diketahui (double track) (double track) dengan dengan syarat Pembangunann ya
pembangunan jalur Mangarai – Mangarai – syarat/terbatas, lingkungan dilanjutkan dengan
ganda (doubletrack) Cikampek Cikampek perencanaan secara
Mangarai – memiliki panjang memiliki panjang menyeluruh
Cikampek memiliki 27 Km 27 Km terhadap program-
panjang27Km berada o Perubahan program
11
Materi Muatan
RTRW yang
Isu PB potensi Kajian Pengaruh Implementasi KRP Perumusan Rekomendasi Finalisasi
Indikator
Prioritas dampak/risiko KRP Alternatif Penyempurnaan Muatan KRP
Capaian KRP
Lingkungan
Hidup
dipola ruangkawasan Pemanfaata n pembangunan
peruntukan Lahan pada dengan memenuhi
permukiman dan peruntukan dokumen
industri. kawasan lingkungan,
2. Peta DDDT Jasa pemukiman dan melaksanakan
Ekosistem Pengatur peruntukan pengawasan dan
Air, industri pengendalian setra
Pembangunan jalur koordinasi antar
ganda (double track) pemangku
Mangarai – Cikampek kepentinan serta
diketahui bahwa untuk mengurangi
seluruh ruas sebagian resiko terhadap
besar berada pada kualitas dan
Jasa ekosistem ketersediaan sumber
Pengatur Air tinggi. daya air
3. Peta DDDT Jasa
11
Materi Muatan
RTRW yang
Isu PB potensi Kajian Pengaruh Implementasi KRP Perumusan Rekomendasi Finalisasi
Indikator
Prioritas dampak/risiko KRP Alternatif Penyempurnaan Muatan KRP
Capaian KRP
Lingkungan
Hidup
Ekosistem Penyedia
Pangan, pembangunan
jalur ganda (double
track) Mangarai –
Cikampek berada
pada kelas jasa
akosistem penyedia
pangan yang sedang
dan sebagian kecil
memiliki daya
dukung jasa
ekosistem penyediaan
pangan yang tinggi
dan sedang.
4. Peta topopgrafi,
Diketahui bahwa ruas
11
Materi Muatan
RTRW yang
Isu PB potensi Kajian Pengaruh Implementasi KRP Perumusan Rekomendasi Finalisasi
Indikator
Prioritas dampak/risiko KRP Alternatif Penyempurnaan Muatan KRP
Capaian KRP
Lingkungan
Hidup
Pembangunan jalan
sejajar rel kereta api,
berada pada areal
bertopografi rendah,
yaitu 18 – 28 mdpl.
5. Peta kelerengan,dik
etahui bahwa ruas
Pembangunan jalan
sejajar rel kereta api,
sepanjang 27 Km
berada pada kelas
kelerengan yang
rendah0
– 8 %.
6. Peta rawan bencana,
diketahui bahwa
11
Materi Muatan
RTRW yang
Isu PB potensi Kajian Pengaruh Implementasi KRP Perumusan Rekomendasi Finalisasi
Indikator
Prioritas dampak/risiko KRP Alternatif Penyempurnaan Muatan KRP
Capaian KRP
Lingkungan
Hidup
ruas pembangunan
jalur ganda (double
track) Mangarai –
Cikampek, berada
pada hanya beberapa
ruas saja yang
melintas wilayah
rawan
bencana banjir secara
umum tidak berada
pada kawasan banjir.
7. Peta potensi
tambang, diketahui
bahwa ruas
pembangunan jalur
ganda (double track)
11
Materi Muatan
RTRW yang
Isu PB potensi Kajian Pengaruh Implementasi KRP Perumusan Rekomendasi Finalisasi
Indikator
Prioritas dampak/risiko KRP Alternatif Penyempurnaan Muatan KRP
Capaian KRP
Lingkungan
Hidup
Mangarai –
Cikampek, yang
melintasi Kabupaten
Bekasi tidak berada
pada areal yang
berpotensi tambang.
8. Peta Penutupan
Lahan, pembangunan
jalur ganda (double
track) Mangarai –
Cikampek, sebagian
besar berada pada
wilayah rumput dan
permukiman.
9. Peta penunjukan
Kawasan Hutan,
11
Materi Muatan
RTRW yang
Isu PB potensi Kajian Pengaruh Implementasi KRP Perumusan Rekomendasi Finalisasi
Indikator
Prioritas dampak/risiko KRP Alternatif Penyempurnaan Muatan KRP
Capaian KRP
Lingkungan
Hidup
pembangunan jalur
ganda (double track)
Mangarai –
Cikampek, tidak
berada pada areal
Kawasan Hutan
TPA Alternatif 1. Peta RTRW TPA Alternatif Pembangunan TPA Pembangunann ya Pembangunan di Pembangunanny
Kabupaten Bekasi, akan dikembangkan Alternatif di tunda hingga Tunda a ditunda hingga
diketahui TPA di kec. Bojong Studi Kelayakan perencanaan
Alternatif akan Mangu Perubahan Lebih Lanjut secara
digunakan untuk pemanfaatan lahan menyeluruh
peruntukan Limbah area resapan air terhadap
B3. program-
2. Peta DDDT Jasa program
Ekosistem Pengatur pembangunan
Air,TPA Alternatif dengan memenuhi
11
Materi Muatan
RTRW yang
Isu PB potensi Kajian Pengaruh Implementasi KRP Perumusan Rekomendasi Finalisasi
Indikator
Prioritas dampak/risiko KRP Alternatif Penyempurnaan Muatan KRP
Capaian KRP
Lingkungan
Hidup
diketahui bahwa dokumen
berada pada Jasa lingkungan,
ekosistem Pengatur melaksanakan
Air yang bervariasi pengawasan dan
Sangat rendah dan pengendalian
rendah. setra koordinasi
3. Peta DDDT Jasa antar pemangku
Ekosistem Penyedia kepentinan serta
Pangan, TPA untuk mengurangi
Burangkeng, berada resiko terhadap
pada kelas jasa kualitas dan
ekosistem penyedia ketersediaan
pangan yang sumber daya air
bervariasi rendah,
sedang dan sangat
rendah,
11
Materi Muatan
RTRW yang
Isu PB potensi Kajian Pengaruh Implementasi KRP Perumusan Rekomendasi Finalisasi
Indikator
Prioritas dampak/risiko KRP Alternatif Penyempurnaan Muatan KRP
Capaian KRP
Lingkungan
Hidup
4. Peta rawan bencana,
diketahui bahwa
TPA Alternatif,
secara umum tidak
berada pada kawasan
banjir.
5. Peta potensi
tambang, diketahui
bahwa TPA
Alternatiftidak
berada pada areal
yang tidak berpotensi
tambang.
6. Peta penunjukan
Kawasan Hutan, TPA
Alternatif, tidak
11
Materi Muatan
RTRW yang
Isu PB potensi Kajian Pengaruh Implementasi KRP Perumusan Rekomendasi Finalisasi
Indikator
Prioritas dampak/risiko KRP Alternatif Penyempurnaan Muatan KRP
Capaian KRP
Lingkungan
Hidup
berada pada areal
Kawasan Hutan
Lindung.
TPA Alternatif ini
berada di area resapan
air
Sumber :
12
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan Kajian yang telah dilaksanakan, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Hasil Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan sesuai
Pasal 7a PP No. 46 Tahun 2016, dan dilakukan Pemusatan dihasilkan 2 Isu
Pembangunan Berkelanjutan
2. Hasil Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan Strategis
sebagaimana Pasal l8 PP No. 46 Tahun 2016, dihasilkan sebanyak 2 Isu
Pembangunan Berkelanjutan Strategis;
3. Hasil Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas
sebagaimana Pasal 9 PP No. 46 Tahun 2016, dihasilkan sebanyak 2 Isu
Pembangunan Berkelanjutan Prioritas;
4. Identifikasi Materi Muatan Dokumen Rancangan RTRW Kabupaten Bekasi
yang berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap kondisi Lingkungan
Hidup sebagaimana Pasal 7b dan Pasal 10 PP No. 46 Tahun 2016,
dihasilkan sebanyak 25 (dua puluh lima) materi yang berpotensi
menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan hidup;
5. Analisis Pengaruh hasil Identifikasi dan Perumusan Isu Pembangunan
Berkelanjutan Prioritas dan Hasil Identifikasi Materi Muatan Rancangan
RTRW Kabupaten Bekasi yang berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap
kondisi Lingkungan Hidup, sebagaimana Pasal 7c dan Pasal11 PP No. 46
Tahun 2016, terdapat 6 (enam) materi muatan dokumen rancangan Rencana
Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bekasi Tahun 2018-2038 yang berpengaruh
pada Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas dan perlu ditindak lanjuti
dengan kajian muatan kajian lingkungan hidup strategis.
6. Kajian Muatan Kajian Lingkungan Hidup Strategis, sebagaimana Pasal13
PP No. 46 Tahun 2016 menghasilkan 6 (enam) materi muatan Rancangan
RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2018-2038
12
7. Rumusan Alternatif penyempurnaan Dokumen Rancangan RTRW
Kabupaten Bekasi sebagaimana Pasal 14 PP No. 46 Tahun 2016, telah
dihasilkan sebanyak 3 (Rumusan) rumusan alternatif yaitu :
Pembangunan dilanjutkan berjumlah 2 KRP
Pembangunan dilanjutkan secara terbatas berjumlah 2 KRP
Pembangunan ditunda berjumlah 2 KRP
8. Penyusunan rekomendasi perbaikan untuk pengambilan keputusan
Dokumen Rancangan RTRW Kabupaten Bekasi Tahun 2018-2038 yang
mengintegrasikan prinsip Pembangunan Berkelanjutan sebagaimana Pasal
16, telah dihasilkan sebanyak 2 Rekomendasi, adalah sebagai berikut:
Pembangunan dilanjutkan secara terbatas dan tidak ada perubahan KRP
berjumlah 2 KRP Yang terdiri dari :
1. Pengembangan Jalan Tol
2. Pengembangan Sistem Jaringan Perkeretaapian
Untuk KRP yang dilanjutkan pembangunannya secara terbatas
direkomendasikan untuk diarahkan untuk melakukan beberapa arahan
mitigasi rawan bencana terutama KRP yang melewati daerah rawan banjir,
dan diarahkan untuk mengelola SDA secara bijak.
Pembangunan ditunda berjumlah 2 KRP yang terdiri dari
1. Pembangunan Terminal Tarumanegara
2. Pembangunan TPA Alternatif
Untuk KRP yang ditunda pembangunannya diarahkan untuk membuat
kajian studi kelayakan lebih lanjut.
5.2 Saran
1. Kegiatan inventarisasi sumber daya alam secara lengkap perlu segera
dilaksanakan dengan melibatkan seluruh pihak yang berkepentingan.
2. Penyusunan neraca sumber daya alam agar dilaksanakan secara kontinyu
setiap tahun.
3. Dan dan informasi spasial berupa peta dasar, peta tematik dan citra satelit
resolusi sedang dan tinggi/sangat tinggi perlu segera diadakan.
12
DAFTAR PUSTAKA