Puji syukur Kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas karunia serta ridlho-Nya,
maka Kami dapat menyusun Laporan Antara sebagai bagian tahapan pelaporan
dari serangkaian proses dan tahapan pelaksanaan Studi Kelayakan Dan DPPT
Pelebaran Jalan Hasyim Ashari Pada Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan Ruang
Provinsi Banten Tahun Anggaran 2023.
Akhir kata, Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan ini. Kami berharap semoga Laporan ini bermanfaat bagi
proses pelaksanaan selanjutnya dari Tahapan Pelaporan Pekerjaan Studi Kelayakan
dan DPPT Pelebaran Jalan Hasyim Ashari.
Serang, 2023
TIM PENYUSUN
Gambar 1-1 Peta Rencana Pola Ruang Jabodetabek Punjur Indeks II-54-
2-20-3 ......................................................................................... 1-4
Gambar 1-2 Peta Rencana Struktur Ruang Jabodetabek Punjur Indeks 1-
54-2-20-3 .................................................................................... 1-5
Gambar 1-3 Struktur Ruang Wilayah Studi.................................................. 1-15
Gambar 1-4 Pola Ruang Wilayah Studi........................................................ 1-17
Gambar 1-5 Mekanise Ganti Kerugian ......................................................... 1-45
Gambar 1-6 Skema Ketentuan Penitipan Ganti Kerugian ............................ 1-47
Gambar 1-7 Row Plan Alternatif Trase I.II dan III ...................................... 1-61
Gambar 1-8 Row Plan Alternatif Trase I.II dan III 1, STA 0+000 s/d
0+350 ....................................................................................... 1-62
Gambar 1-9 Row Plan Alternatif Trase I.II dan III 1, STA 0+350 s/d
0+700 ....................................................................................... 1-63
Gambar 1-10 Row Plan Alternatif Trase I.II dan III, STA 0+0700 s/d 1+050
.................................................................................................. 1-64
Gambar 1-11 Row Plan Alternatif Trase I.II dan III, STA 1+050 s/d 1+400
.................................................................................................. 1-65
Gambar 1-12 Row Plan Alternatif Trase I.II dan III, STA 1+400 s/d 1+750
.................................................................................................. 1-66
Gambar 1-13 Row Plan Alternatif Trase I.II dan III, STA 1+750 s/d 1+933
.................................................................................................. 1-67
Gambar 2-1 Distribusi Luas Kelurahan di Kecamatan Cipondoh .................. 2-2
Gambar 2-2 Peta Administrasi Lokasi Kajian ................................................ 2-4
Gambar 2-3 Peta Topografi Kecamatan Cipondoh ....................................... 2-5
Gambar 2-4 Peta Formasi Geologi Kecamatan Cipondoh .......................... 2-12
Gambar 2-5 Peta Tutupan Lahan Kecamatan Cipondoh .............................. 2-16
Gambar 2-6 Citra Lokasi Wilayah Studi ........................................................ 2-5
Gambar 2-7 Dokumentasi Situasi Jalan Hasyim Ashari ............................... 2-7
Ruang sebagai sumber daya pada dasarnya tidak mengenal batas wilayah. Namun,
untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional, serta
sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang nyata, luas, dan bertanggung jawab,
penataan ruang menuntut kejelasan pendekatan dalam proses perencanaannya demi
menjaga keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan keterpaduan antardaerah,
antara pusat dan daerah, antar sektor, dan antar pemangku kepentingan. Pendekatan
yang digunakan dalam penataan ruang didasarkan pada pendekatan sistem, fungsi
utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis
kawasan.
Penataan ruang dengan pendekatan kegiatan utama kawasan terdiri atas penataan
ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan. Kawasan
perkotaan, menurut besarannya, dapat berbentuk kawasan perkotaan kecil, kawasan
perkotaan sedang, kawasan perkotaan besar, kawasan metropolitan, dan kawasan
megapolitan. Penataan ruang kawasan metropolitan dan kawasan megapolitan,
khususnya kawasan metropolitan yang berupa kawasan perkotaan inti dengan
kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional dan
dihubungkan dengan jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi, merupakan
pedoman untuk keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah administrasi di dalam
kawasan, dan merupakan alat untuk mengoordinasikan pelaksanaan pembangunan
lintas wilayah administratif yang bersangkutan.
Gambar 1-1 Peta Rencana Pola Ruang Jabodetabek Punjur Indeks II-54-2-20-3
Nilai Strategis Jalah Hasyim Ashari di lihat dari Struktur Ruang pada Rencana Tata
Ruang Kawasan Perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan
Gambar 1-2 Peta Rencana Struktur Ruang Jabodetabek Punjur Indeks 1-54-2-
20-3
Sistem jaringan jalan pada Rencana Tata Ruang Kawasan Jabetabek-Punjur terdiri
atas:
1. Jaringan Jalan
Jaringan jalan terdiri atas:
a. jaringan jalan Arteri Primer;
b. jaringan jalan Kolektor Primer; dan
c. jaringan jalan Bebas Hambatan
2. Lalulintas dan angkutan jalan
ditetapkan dalam rangka mewujudkan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan
yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain
untuk mendorong perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat.
meliputi
a. lajur, jalur, atau jalan khusus angkutan massal;
b. terminal; dan
c. fasilitas pendukung lalu lintas dan angkutan jalan
APBN,APBD Provinsi, APBD Kota dan/atau sumber lain yang sah; Instansi
Pelaksana Kemenhub, Pemprov, Pemkot dan/atau masyarakat
Saat ini pusat – pusat perkotaan di Provinsi Banten sudah terlayani sarana prasarana
transportasi yang menghubungkan antar pusat kegiatan baik itu pusat kegiatan
nasional (PKN), pusat kegiatan wilayah (PKW) ataupun pusat kegiatan lokal
(PKL). Baik itu sarana prasarana daratan begitu juga laut.
Sistem transportasi memiliki satu kesatuan definisi yang terdiri atas : Sistem, yakni
bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain dalam
tatanan yang terstruktur. Serta transportasi, yakni kegiatan memindahkan
penumpang atau barang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Sistem transportasi
adalah gabungan elemen – elemen atau komponen yaitu :
a. Prasarana (Jalan, Terminal, Dermaga, Bandara, Rute, Alur Pelayaran).
b. Sarana (Kendaraan).
c. Sistem Pengoperasian (yang mengkoordinasikan komponen prasarana dan
sarana).
Sarana dan prasarana merupakan hal penting dalam pengembangan wilayah, karena
kemajuan suatu wilayah tergantung pada ketersediaan dan pelayanan sarana dan
prasarana. Pada saat ini di Provinsi Banten ketersediaan dan pelayanan yang
memadai dari sarana dan prasarana transportasi terkonsentrasi pada kawasan
perkotaan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pada ruas jalan yang ada saat ini perlu dilakukan
pengembangan jaringan jalan dengan pembangunan jalur baru, peningkatan
dimensi jalan, serta peningkatan kualitas struktur perkerasan.
Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan
jalan sekunder yaitu :
1. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan bagi pergerakan orang dan distribusi barang jasa untuk skala
wilayah pada tataran nasional, regional, maupun lokal dengan menghubungkan
semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat – pusat kegiatan.
2. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan bagi pergerakan orang dan distribusi barang jasa di dalam
kawasan perkotaan.
Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan khusus. Sesuai
dengan sifatnya, lingkup bahasan pengembangan jaringan jalan dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Banten dibatasi hanya terhadap jaringan
jalan yang berskala nasional, propinsi atau lintas kabupaten/kota.
Pada jaringan jalan yang menjadi kewenangan Provinsi, jalan provinsi mempunyai
fungsi sebagai jalan kolektor primer dalam sistem jaringan jalan primer. Jalan ini
merupakan jalan penghubung antara PKN (Pusat Kegiatan Nasional) dengan PKW
(Pusat Kegiatan Wilayah) dan antar PKW (Pusat Kegiatan Wilayah). Jaringan jalan
ini menghubungkan ibukota provinsi dengan Ibukota Kabupaten/Kota, antar
ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis propinsi. Jalan strategis provinsi adalah
jalan yang diprioritaskan untuk melayani kepentingan provinsi berdasarkan
Rencana jaringan jalan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten, Jalan
Hasyim Ashari Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang masuk pada rencana jaringan
jalan dengan Usulan Program Utama Peningkatan dan Pemeliharaan Jaringan Jalan
Kolektor Primer (JKP-2) di Daerah.
Kecamatan Cipondoh merupakan salah satu dari 13 (Tiga Belas) Kecamatan yang
merupakan Wilayah Perencanaan RTRW Kota Tangerang.
Rencana sistem jaringan prasarana merupakan bagian dari rencana struktur ruang
wilayah kota yang merupakan sistem jaringan yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah Kota, dan untuk melayani kegaitan yang memiliki
cakupan wilayah layanan prasarana Skala Kota meliputi:
1. rencana sistem jaringan transportasi;
a. sistem jaringan transportasi darat
b. sistem jaringan transportasi udara
2. rencana sistem jaringan energi;
3. rencana sistem jaringan telekomunikasi;
4. rencana sistem jaringan sumber daya air; dan
5. rencana infrastruktur perkotaan.
Jalan Hasyim Ashari merupakan jalan akses Koridor Cadas-Terminal Poris Plawad
yang masuk dalam pengembangan sistem angkutan massal berbasis jalan dalam
Kota.
Rencana Pengembagan Ruas Jalan Hasyim Ashari antara lain berdasarkan RTRW
antara lain:
1. merupakan bagian jaringan jalan kolektor primer (JKP) di Kota Tangerang
dengan jaringan Ruas Jalan KH. Hasyim Ashari-Jalan HOS. Cokroaminoto–
Batas Kota dengan DKI Jakarta di Kecamatan Tangerang, Cipondoh, Pinang,
Ciledug dan Larangan.
2. Pada sistem jaringan evakuasi bencana, jalur evakuasi bencana rawan banjir
yang mengarah ke tempat penampungan dengan jaringan ruas jalan-jalan di
lingkungan perumahan-Jalan Ki Hajar Dewantoro_jalan KH. Ahmad Dalan-
Jalan Maulana Hasanudin-Jalan KH, Hasyim Ashari di Kecamatan Cipondoh.
3. Bagian Pengembangan jalur sepeda antara lain:
a. Koridor primer yang meliputi koridor sungai cisadane, koridor Hasyim
Ashari-Cisadane-Sudirman dan koridor Jalan Raya Serang-Cisadane.
b. Koridor sekunder yang meliputi koridor Daan Mogot-Cisadane, koridor
Ciledug-Hasyim Ashari, koridor Cikokol-Cisadane dan koridor Kian
Santang-Gandasari.
4. Terhubung dengan Jalan Primer Kolektor Nasional Frontage Tol JORR II
Timur
5. Terhubung dengan Jalan Primer Kolektor Nasional Frontage Tol JORR II Barat
6. Terhubung dengan Jalan Arteri Sekunder Kota Frontage Selatan Tol Jakarta
Tangerang.
7. Terhubung dengan Jalan Arteri Sekunder Kota Frontage Selatan (Pinag
Kunciran) Tol Jakarta Tangerang.
Peta Struktur Ruang diwilayah studi berdasarkan analisa geografis Struktur Ruang
Kota Tangerang Pada RTRW Kota Tangerang pada Gambar 1-3 berikut:
Sumber : Analisa Sistem Informasi Geografis Struktur Ruang RTRW Kota Tangerang
Pola Ruang yang berpengaruh terhadap rencana pelebaran jalan lokasi kajian,
dimana trase pelebaran jalan Hasyim Ashari berada di dua Kecamatan yaitu
Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Peruntukan Ruangnya adalah
sebagai berikut:
Pola Ruang pada Wilayah Studi terbesar peruntukannya adalah untuk perumahan
sebagaimana terlihat pada peta Pola Ruang Kawasan Studi Gambar 1-4 berikut.
Sumber : hasil analisis Sistem Informasi Geografis Pola Ruang RTRW Kota Tangerang
Major Project menjadi acuan penekanan kebijakan dan pendanaan dalam RPJM,
RKP dan APBN tahunannya. Di dalam pendanaannya dilakukan langkah-langkah
Selain itu, Major Project dapat menjadi alat kendali pembangunan sehingga sasaran
dan target Pembangunan dalam RPJMN 2020-2024 dapat terus dipantau dan
dkendalikan.
digital. Pelaksanaan kedua fokus tersebut didukung dengan perbaikan data untuk
menjadi rujukan pemantauan dan evaluasi capaian pembangunan, serta perbaikan
kualitas kebijakan. Percepatan pembangunan infrastruktur merupakan salah satu
kunci sukses dalam upaya percepatan pembangangunan.
Wilayah Jawa-Bali menjadi pusat industri dan jasa nasional, sebagai lumbung
pangan nasional dan menjadi salah satu pintu gerbang destinasi wisata terbaik
dunia. Dalam lima tahun mendatang, pembangunan wilayah Jawa yang relatif maju
dan berkembang diarahkan untuk memantapkan peran sebagai pusat ekonomi
modern dan bersaing di tingkat global dengan bertumpu pada industri manufaktur,
ekonomi kreatif dan jasa pariwisata, penghasil produk akhir dan produk antara yang
berorientasi ekspor dengan memanfaatkan teknologi tinggi menuju industri 4.0,
serta pengembangan destinasi pariwisata berbasis alam, budaya, dan MICE.
Pembangunan wilayah Jawa akan bertumpu pada peran swasta yang semakin besar
dengan dukungan fasilitasi pemerintah secara terpilih untuk menjamin tercpitanya
iklim investasi yang terbuka dan efisien.
The Global Competitiveness Report tahun 2018 menempatkan posisi daya saing
infrastruktur Indonesia di posisi 71 dari 140 negara, masih tertinggal jika
dibandingkan negara ASEAN lainnya, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Beberapa hal yang masih memerlukan percepatan antara lain pembangunan
infrastruktur penggerak ekonomi, pemerataan pelayanan dasar di seluruh Indonesia,
dan pembangunan infrastruktur untuk menopang perkembangan berbagai kota
seiring dengan urbanisasi di Indonesia. Untuk itu pada periode 2020-2024,
pembangunan infrastruktur diprioritaskan pada infrastruktur untuk mendukung
pelayanan dasar, pembangunan ekonomi, dan perkotaan. Fokus utama tersebut akan
ditopang oleh pembangunan energi dan ketenagalistrikan, serta pelaksanaan
transformasi digital. Selain itu, pembangunan infrastruktur 2020-2024 juga akan
dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa pengarusutamaan seperti tujuan
pembangunan berkelanjutan, transformasi digital serta modal sosial dan budaya.
yang berstatus jalan nasional sepanjang 47.017 km, dan yang berstatus jalan
daerah (provinsi dan kabupaten/kota) sepanjang 481.183 km. Dari aspek
kualitas, terdapat ketimpangan antara jalan nasional dengan jalan daerah. Jalan
nasional yang memiliki proporsi 8 persen dari seluruh jaringan yang ada,
dengan kondisi mantap mencapai 92 persen, sementara jalan daerah yang
memiliki proporsi 92 persen dari seluruh jaringan jalan, baru mencapai kondisi
mantap sebesar 68 persen untuk provinsi, dan 57 persen untuk kabupaten/kota.
Kualitas jalan yang ada juga belum ditunjang sepenuhnya dengan penyediaan
kelengkapan jalan yang memadai, terutama drainase yang merupakan
kelengkapan penting dalam mencegah kerusakan jalan akibat genangan air.
Pada sisi lain, ketersediaan jaringan jalan yang ada belum memadai dalam
mendukung pengembangan wilayah, baik untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi maupun pemerataan pembangunan. Kurangnya ketersediaan jalan
pada jalur logistik terlihat dari kinerja waktu tempuh pada jalan lintas utama
pulau yang baru mencapai 2,3 jam per 100 km. Ketersediaan jalan tol pada jalur
utama logistik masih terbatas di sepanjang jalur Pantura Jawa. Ketersediaan
jaringan jalan untuk mendukung pengembangan kawasan industri maupun
pariwisata juga masih terbatas. Masih terdapat sejumlah simpul transportasi
(bandara, pelabuhan, dan terminal) yang belum memiliki akses jalan yang
memadai. Ketersediaan jaringan jalan pada daerah 3T termasuk pada pulau
tertinggal, terluar, dan terdepan, juga masih belum memadai untuk mendukung
aksesibilitas masyarakat.
3. Infrastruktur Perkotaan: Transportasi Perkotaan
Isu strategis transportasi perkotaan adalah belum memadainya ketersediaan
sistem angkutan umum massal perkotaan di kota-kota besar. Sebagai contoh,
jika dibandingkan dengan beberapa kota di Asia, jaringan MRT yang terbangun
di Jakarta baru sepanjang 15 km, masih jauh di bawah Tokyo (304 km),
Singapura (200 km), Hong Kong (187 km), dan Kuala Lumpur (52 km).
Kondisi tersebut berdampak pada rendahnya pangsa angkutan umum di kota-
kota besar di Indonesia. Pangsa angkutan umum di Jakarta, Bandung, dan
Surabaya masih di bawah 20 persen, sementara kota-kota besar lain di Asia
telah memiliki pangsa angkutan umum di atas 50 persen, seperti Hong Kong
(92 persen), Singapura (61 persen), dan Tokyo (51 persen). Rendahnya pangsa
angkutan umum berdampak pada kemacetan lalu lintas dan kerugian ekonomi
akibat kemacetan lalu lintas. Berdasarkan data Tomtom Traffic Index (2019),
Jakarta menempati urutan ke-7 kota termacet di dunia dari 403 kota yang
disurvey di 56 negara. Nilai kerugian akibat kemacetan lalu lintas lintas di
Jakarta mencapai Rp 65 triliun per tahun. Upaya pengembangan angkutan
umum massal masih dibatasi oleh batas administratif pemerintahan, sehingga
sulit untuk mengembangkan sistem angkutan umum terintegrasi dan berdaya
jangkau di luar batas administrasi kota/daerah. Di samping itu, kemampuan
fiskal pemerintah daerah belum memadai untuk membangun sistem angkutan
umum massal perkotaan yang modern.
Untuk mencapai Cita-cita Indonesia 2045 memiliki visi untuk menjadi negara
‘powerhouse’ yang resilien, sejahtera, inklusif, dan berkelanjutan, serta menjadi
‘inspirational lighthouse’ dengan sasaran spesifik dalam empat pilar antara lain:
1. Pertumbuhan resiliensi,
2. Perekonomian yang makmur
3. masyarakat inklusif yang dinamis
4. sustainable development
Empat pilar Cita-cita Indonesia Emas 2045 diturunkan menjadi 14 peta jalan
sektoral dengan sebagai tema pertumbuhan strategis dan pendukung utama:
1. Meningkatkan resiliensi: Membangun resiliensi kesehatan yang tak tertandingi
dan membangun ekosistem ketahanan pangan swasembada, dengan target:
a. Peringkat Ketahanan Pangan Global 20 Teratas, dari 113 negara
b. >6 skor indeks dalam Ketahanan Biofarmasi Global
2. Mendorong kesejahteraan: Mengembangkan sektor bernilai tinggi dengan
membuka potensi ‘lighthouses’ di sektor manufaktur strategis, memajukan
pertumbuhan jasa keuangan, membangun destinasi ekowisata kelas dunia,
membuka potensi pemain kreatif global, dan mengakselerasi UMKM menjadi
perusahaan menengah berdaya saing global, dengan target:
a. Perekonomian berpenghasilan tinggi pada tahun 2038
3. Memperkuat inklusi: Menjadi model transformasi ekosistem layanan
kesehatan, dan memberdayakan masyarakat rentan, dengan target:
a. Peluang yang setara: >60% partisipasi tenaga kerja wanita, <0,3 koefisien
Gini, 20 teratas secara global dalam skor PISA, skor >70 dalam
keterampilan lulusan
b. Harapan hidup yang lebih tinggi: >80 tahun untuk laki-laki dan
perempuan, Kematian anak <5 per 1000 kelahiran, Prevalensi stunting
<10%
c. Peningkatan kualitas infrastruktur: >90 skor dalam kualitas infrastruktur
4. Memajukan keberlanjutan: Menjadi rujukan dunia dalam dekarbonisasi yang
inovatif dan terjangkau, dan membangun pusat ‘green business build’ terbesar
di dunia untuk mencapai Net Zero pada tahun 2060, dengan target:
a. ~50% campuran pembangkit listrik terbarukan
b. Penerbit kredit karbon teratas
c. 50% dari 4W, 3W, 2W dan bus dialiri listrik
d. ~25% petani kecil mempraktikkan praktik pertanian regeneratif
Salah satu pendukung utama dari pertumbuhan strategis mencapai Indonesia Emas
2045 adalah “Infrastruktur Terintegrasi, mudah diakses dan Terjangkau”
untuk mewujudkan kualitas hidup yang lebih baik dan mengakselerasi pertumbuhan
ekonomi. Pendukung utama lainnya adalah sumber daya manusia masa depan,
teknologi transerversal untuk semua, pemimpin berkualitas dunia dengan kearifan
lokal dan peraturan dengan misi ganda (melindungi sekaligus katalisator
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi).
Tujuan dan Sasaran RPD Provinsi Banten Tahun 2023-2026 antara lain:
1. Tujuan Terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kualitas
sumberdaya manusia
Dengan sasaran:
a. Indikator tujuan Tingkat Kemiskinan
b. Meningkatkan kualitas keluarga sejahtera
c. Meningkatnya Pelayanan Sosial
d. Meningkatnya Pemberdayaan Masyarakat desa dan daerah perbatasan
e. Indikator Tingkat Pengangguran Terbuka
Terkait dengan Pelebaran Jalan Hasyim Ashari, pada mendukung rencana program
pada Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Program Penyelenggaraan jalan
dengan indikator
1. Persentase jalan Provinsi dalam kondisi mantap
2. Persentase jalan Provinsi yang ditingkatkan kapasitasnya
3. Persentase penyelesaian simpang tidak sebidang
Perumusan tujuan dan sasaran adalah tahap perumusan sasaran strategis yang
menunjukkan tingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan jangka
menengah daerah yang selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan arsitektur
kinerja pembangunan daerah secara keseluruhan. Tujuan dan sasaran merupakan
dampak (impact) keberhasilan pembangunan daerah yang diperoleh dari
pencapaian berbagai program prioritas terkait. Selaras dengan penggunaan
paradigma penganggaran berbasis kinerja maka perencanaan pembangunan daerah
pun menggunakan prinsip yang sama. Pengembangan rencana pembangunan
daerah lebih ditekankan pada target kinerja, baik pada dampak, hasil, maupun
keluaran dari suatu kegiatan, program, dan sasaran.
Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang diformulasikan secara
terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional, untuk dapat dilaksanakan dalam jangka
waktu tertentu pada masa depan. Berdasarkan masing-masing tujuan yang telah
ditetapkan maka dirumuskan sasaran untuk kuantifikasi lebih lanjut dan lebih teknis
dapat dikelola pencapaiannya. Berikut ini diuraikan mengenai Tujuan dan sasaran
pembangunan daerah Kota Tangerang Tahun 2024-2026 berpijak pada Misi RPJPD
Kota Tangerang.
Tabel 1-1 Tujuan Dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2024-2026
Arah kebijakan adalah pedoman untuk mengarahkan rumusan strategi yang dipilih
agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran dari waktu ke waktu selama
periode perencanaan. Rumusan arah kebijakan merasionalkan pilihan strategi agar
memiliki fokus dan sesuai dengan pengaturan pelaksanaannya. Berikut ini
diuraikan arah kebijakan pembangunan daerah Kota Tangerang Tahun 2024-2026
pada sasaran Meningkatnya kualitas pelayanan transportasi Perkotaan:
1. Arah Kebijakan pada Strategi Pengembangan kapasitas dan peningkatan
kualitas jalan dan jembatan:
Mengembangkan ketersediaan dan meningkatkan kualitas jalan dan jembatan
sesuai standar
2. Arah Kebijakan pada Strategi Optimalisasi pengelolaan transportasi umum dan
peningkatan sistem transportasi yang berkeselamatan:
Berpijak pada strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah yang telah
ditetapkan maka selanjutnya dirumuskan program prioritas pembangunan daerah.
Program prioritas dimaknai sebagai program yang memberikan daya ungkit secara
langsung untuk menyelesaikan permasalahan pembangunan serta memberikan
kontribusi yang besar untuk mencapai terget kinerja pembangunan daerah. Program
lainnya adalah program penunjang yang dimaknai sebagai penunjang
penyelenggaraan pelayanan pada masing-masing perangkat daerah. Berikut ini
diuraikan program pembangunan daerah Kota Tangerang Tahun 2024-2026 pada
Sasaran Meningkatnya kualitas pelayanan transportasi Perkotaan
Perangkat
Arah Kebijakan Program
Daerah
1 Mengembangkan 1 Urusan Pemerintahan Wajib Yang
ketersediaan dan Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar
meningkatkan kualitas 1 03 Urusan Pemerintahan Bidang
jalan dan jembatan Pekerjaan Umum Dan Penataan
sesuai standar Ruang
1 03 01 Program Penunjang Urusan Dinas Pekerjaan
Pemerintahan Daerah Umum Dan
Kabupaten/Kota Penataan Ruang
1 03 10 Program Penyelenggaraan Jalan Dinas Pekerjaan
Umum Dan
Penataan Ruang
2 Urusan Pemerintahan Wajib Yang
Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan
Dasar
2 10 Urusan Pemerintahan Bidang
Pertanahan
2 10 05 Program penyelesaian ganti Dinas Pekerjaan
kerugian dan santunan Tanah Untuk Umum Dan
Pembangunan Penataan Ruang
2 Mengembangkan, 2 Urusan pemerintahan wajib yang
mengintegrasikan dan tidak berkaitan dengan pelayanan
meningkatkan dasar
Perangkat
Arah Kebijakan Program
Daerah
ketersediaan dan 2 15 Urusan Pemerintahan Bidang
kualitas sarana, Perhubungan Pemerintahan Daerah
prasarana transportasi Kabupaten/Kota
umum serta 2 15 02 Program Penyelenggaraan Lalu Dinas
meningkatkan Lintas Dan Angkutan Jalan (LLAJ) Perhubungan
penerangan jalan,
manajemen dan
rekayasa lalu lintas,
pengendalian dan
penertiban angkutan
jalan
5. Adanya kepastian hukum status tanah paska konsinyasi dan kepastian pihak
yang melakukan pengosongan lokasi bila tanah setelah
dibebaskan/dikonsinyasi tetap dikuasai oleh pemilik asal.
Dari hasil telaahan awal, yang perlu dilakukan dalam mengkaji pengadaan tanah
yang dibutuhkan adalah mengidentifikasi kebutuhan data perencanaan ini.
Kebutuhan data tersebut tidak terpaku pada jenis data yang yang baku setelah
melakukan survai dan kajian awal wilayah perencanaan maka desain kebutuhan
data tersebut akan diperbaiki dan dilengkapi sesuai kebutuhan dan karakteristik
spesifik wilayah perencanaan.
Muatan pekerjaan :
1. Rencana Umum
Rencana umum meliputi:
a. Studi Perencanaan Pengadaan Lahan;
b. Evaluasi kondisi kawasan dan rencana pengembangannya, yang bertujuan
untuk mengetahui karakter, fungsi strategis dan konteks kawasan yang
bersangkutan;
c. Studi menyesuaikan dengan RTRW;
d. Rencana Pembangunan Pelebaran Jalan;
2. Tujuan Pembangunan Pelebaran Jalan disusun berdasarkan:
a. Hasil evaluasi terhadap permasalahan yang ada.
b. Kebutuhan pengembangan di masa depan.
c. pembangunan untuk Kepentingan Umum.
d. manfaat yang akan diperoleh dari pembangunan untuk Kepentingan
Umum terhadap masyarakat sekitar maupun masyarakat umum.
e. penerima manfaat
f. Dampak Sosial yang timbul dari kegiatan pembangunan untuk
Kepentingan Umum serta alternatif penyelesaiannya.
2. Kriteria
Mekanisme ganti kerugian lebih jelas digambarkan pada Gambar 1-5 berikut
dibawah ini.
Penitipan ganti kerugian pada pengadilan negeri dilakukan oleh Dinas Pekerjaan
Umum dan Perencanaan Ruang Provinsi Banten dengan membuat surat
permohonan kepada ketua Pengadilan Negeri. Penitipan ganti kerugian pada
pengadilan dilakukan apa bila antara lain:
1. Pihak yang berhak menolak bentu/besar ganti kerugian hasil musyawarah tidak
mengajukan keberatan ke Pengadilan Negeri.
2. Pihak yang berhak menolak bentuk dan besar ganti kerugian atas putusan
pengadilan negeri atau mahkamah agung yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
3. Pihak yang berhak tidak diketahui keberadaanya
4. Obyek Pengadaan Tanah yang akan diberikan ganti kerugian dalam kondisi:
a. Sedang menjadi obyek perkara di pengadilan
b. Masih disengketakan kepemilikan
c. Diletakan sita oleh pejabat yang berwenang
d. Menjadi jaminan di bank/jaminan utang lainnya.
e. Pemutusan hubungan hukum antara pihak yang berhak dengan objek
pengadaan tanah dengan ketentuan antara lain:
f. yang tidak mau kerugiannya dititipkan di Pengadilan Negeri,
g. kepemilikan/hak atas tanah menjadi hapus dan alat bukti dan alat bukti hak
dinyatakan tidak berlaku
h. tanah menjadi tanah yang langsung dikuasi oleh negara sejak keluarnya
penetapan pengadilan mengenai ganti kerugian.
Skema ketentuan penitipan ganti kerugian digambarkan pada Gambar 1-6 berikut
ini.
Kepentingan Umum Pasal 1 Nomor 3. yaitu Pengadaan Tanah Skala Kecil adalah
kegiatan menyediakan tanah untuk luasan yang tidak lebih dari 5 (lima) hektar.
Dalam rangka efisiensi dan efektivitas, Pengadaan Tanah skala kecil dapat
dilakukan sebagaimana Permen ATR / Kepala BPN Nomor 19 Tahun 2021 Tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
Pasal 146 ayat (1) huruf a yang berbunyi Dalam rangka efisiensi dan efektivitas,
Pengadaan Tanah skala kecil dapat dilakukan secara langsung oleh Instansi yang
Memerlukan Tanah dengan Pihak yang Berhak, dengan cara jual beli, tukar
menukar, atau cara lain yang disepakati. Atau pada huruf b dengan pasal dan ayat
yang sama yaitu dengan menggunakan tahapan pengadaan Tanah.
Dalam Pengadaan Tanah Skala Kecil penetapan nilai Ganti Kerugian oleh Instansi
yang Memerlukan Tanah menggunakan hasil penilaian jasa Penilai (Pasal 150, Ayat
(1)). Besarnya nilai Ganti Kerugian bersifat final dan mengikat (Pasal 150, Ayat
(2)). Dalam hal tidak terdapat jasa Penilai dan/atau dalam rangka efisiensi biaya
untuk Pengadaan Tanah Skala Kecil, Instansi yang Memerlukan Tanah dapat
menunjuk Penilai Publik atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri (Pasal 150, Ayat
(3)). Penilai Publik atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri merupakan pegawai
Kementerian yang memiliki kompetensi untuk menghitung nilai Objek Pengadaan
Tanah Skala Kecil dan ditunjuk oleh Menteri atau disebutkan pada Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 173/PMK.06/2020 tentang Penilaian
Selanjutnya, berdasarkan Standar Penilai Indonesia (SPI) tahun 2018 pada bagian
Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) 3.6.a, dijelaskan bahwa Penilai adalah
seseorang yang memiliki kualifikasi, kemampuan, dan pengalaman dalam
melakukan kegiatan praktek penilaian untuk mendapatkan nilai ekonomis sesuai
dengan bidang keahlian yang dimiliki. Penilai terdiri dari:
1. Tenaga Penilai
2. Adalah seseorang yang telah lulus pendidikan di bidang penilaian yang
diselenggarakan oleh Asosiasi Profesi Penilai, lembaga pendidikan lain, yang
diakreditasi oleh Asosiasi Profesi Penilai, atau lembaga pendidikan formal.
3. Penilai bersertifikat
4. Adalah seseorang yang telah lulus ujian sertifikasi di bidang penilaian yang
diselenggarakan oleh Asosiasi Profesi Penilai.
5. Penilai Publik
6. Adalah Penilai yang telah memperoleh izin dari Menteri Keuangan.
Mengacu pada peraturan diatas dan Standar Penilai Indonesia (SPI) dapat
disimpulkan bahwa Penilai di indonesia terbagi menjadi dua, yaitu Penilai
Pemerintah dan Penilai Publik. Kedua Penilai memilki lingkup kewengan yang
berbeda di dalam melakukan penilaian. Adapun lingkup kewenangannya antara
lain:
1. Penilai Pemerintah
Kewenangan dalam lingkup Penilai Pemerintah adalah penilaian yang
didasarkan pada permohonan dalam lingkup pemerintahan, baik itu lingkup
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Penilai Pemerintah dapat
melakukan penilaian dengan tujuan penilaian berdasarkan Keputusan Direktur
Jenderal Kekayaan Negara nomor KEP-453/KN/2020 tentang Pedoman
Penyusunan Laporan Penilaian oleh Penilai Pemerintah
2. Penilai Publik
Penilai Publik dalam melaksanakan tugasnya sebagai penilai merujuk di dalam
Standar Penilai Indonesia (SPI) tahun 2018, khususnya SPI 103 antara lain:
a. Penilaian Real Properti dan Personal Properti
b. Penilaian Bisnis termasuk Aset Tak Berwujud dan Liabilitas
Perkiraan
No Uraian Kegiatan Kebutuhan Keterangan
Waktu (Hari)
Perkiraan
No Uraian Kegiatan Kebutuhan Keterangan
Waktu (Hari)
terjadi di berbagai sektor tersebut. Karena keterkaitannya yang erat dengan sektor-
sektor ekonomi itu, transportasi sering dikatakan sebagai derived demand Peran
transportasi juga penting dalam pembangunan wilayah. Di daerah yang berpotensi
tetapi belum berkembang, transportasi berperan sebagai penggerak bagi
pembangunan.
Kebutuhan Transportasi terbentuk dari pola tataguna lahan yang ada dimana
pola tata guna lahan dipengaruhi dari kegiatan sosial masyarakat, aktifitas
ekonomi, kebudayaan dan lain-lainnya.
Kegiatan dalam sistem ini membutuhkan pergerakan sebagai alat pemenuhan
kebutuhan yang perlu dilakukan setiap hari. Pergerakan yang meliputi
pergerakan manusia dan atau barang itu jelas membutuhkan moda atau sarana
transportasi dan media atau prasarana tempat moda transportasi tersebut
bergerak.
Kebutuhan Transportasi yang terbentuk bersinggungan dengan kawasan kajian
antara lain:
a. Destinasi Wisata Situ Cipondoh
Aktifitas ekonomi dengan kehadiran Destinasi Wisata Situ Cipondoh
dilengkapi dengan adanya wisata kuliner di areal situ menimbulkan
pergerakan manusia dan barang yang pada akhirnya dibutuhkan kapasitas
prasarana transportasi untuk memfasilitasi pergerakan tersebut.
b. Pergerakan manusia dan barang antar wilayah Jakarta -Tangerang. Sebagai
jalan provinsi di Kota Tangerang yang menghubungkan aktifitas
pergerakan manusia dan barang dengan Jakarta maka dibutuhkan kapasitas
jalan yang memadai.
c. Pergerakan manusia dan barang antar moda seperti kebutuhan akan akses
stasiun kereta api Batu Ceper merupakan kebutuhan moda transportasi
aktifitas ekonomi manusia di Jakarta dengan tempat tinggal di buffer
Jakarta seperti Tangerang.
d. Rencana pengembangan Kawasan TOD Poris Plawad membutuhkan
peningkatan kapasitas jalan di ruas Jalan Hasyim Ashari.
2. Prasarana Transportasi
Sistem prasarana transportasi harus dapat digunakan dimanapun dan kapanpun.
Ciri utama prasarana transportasi adalah melayani pengguna, bukan berupa
barang atau komoditas, sedangkan sarana transportasi merupakan alat atau
moda yang dipergunakan untuk melakukan pergerakan dari suatu tempat
menuju tempat yang lain.
Untuk rnengurangi jurnlah titik konflik yang ada, dilakukan pernisahan waktu
pergerakan lalu lintas. Waktu pergerakan lalu lintas yang terpisah ini disebut fase.
Pangaturan pergerakan ams lalu lintas dengan fase-fase ini dapat rnengurangi titik
konflik yang ada sehingga diperoleh pengaturan lalu lintas yang lebih baik untuk
rnenghindari, tundaan, kernacetan dan kecelakaan.
agar dapat diperoleh hasi alternatif solusi berupa trase yang selanjutnya dilakukan
proses pemilihan trase alternatif tersebut menjadi alternatif terpilih. Metode
pelaksanaan pemilihan trase alternatif melalui formulasi alternatif solusi antara lain:
1. Formulasi Kebijakan Ruang
2. Telaahan kebijakan Tata Ruang yang mengarahkan kebijakan rencana
pembangunan Pelebaran Jalan. Kebijakan ruang yang berkaitan antara lain
a. kebijakan terkait rencana pembangunan terhadap Jalan Hasyim Ashari
b. Kebijakan terkait rencana pembangunan pusat-pusat kegiatan ekonomi
c. Arahan dan ketentuan pengendalian ruang
3. Formulasi Kebijakan dan Sasaran Pembangunan
4. Arahan kebijakan dan sasaran pembangunan yang sejalan dan pembangunan
Pelebaran Jalan mendukung kebijakan dan sasaran pembangunan
5. Formulasi penentuan Alternatif
a. Penapisan Alternatif Trase
6. Alternatif Trase yang dibuat memenuhi ketentuan antar lain
Jalan Hasyim Ashari pada kawasan kajian merupakan Jalan Provinsi diperkuat
dengan Keputusan Gubernur Banten Nomor 620/Kep.16. Huk/2023 Tentang
Penetapan Status, Fungsi, Dan Kelas Jalan Provinsi Banten dan Penetapan Fungsi
Ruas Jalan Kabupaten/Kota Di Wilayah Provinsi Banten Di Luar Arteri Primer Dan
Kolektor Primer menjelaskan bahwa pada lampiran 1 Daftar Penetapan Status,
Fungsi Dan Kelas Jalan Provinsi Banten, pada Nomor Ruas 43, Jalan Raya
Cipondoh (Jalan Hasyim Ashari) sepanjang 10.405 km, fungsi JKP2 Kelas III.
Dikarenakan Jalan Hasyim Ashari merupakan jalan provinsi maka penanganan
jalan tersebut menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi Banten.
Pada Indikasi Program sistem jaringan Transportasi darat, sistem jaringan jalan di
RTRW Kota Tangerang melalui Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 9 Tahun
2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang Tahun 2011-2031 bahwa Program
Rencana pembangunan Peningkatan Kapasitas Jalan Provinsi pelaksana Program
adalah Provinsi Banten.
3. Proyek Pelebaran Jalan yang dihasilkan dalam studi kelayakan ini ditengarai
mempunyai indikasi kelayakan yang tinggi;
4. Proyek ini memerlukan penajaman dalam rencana, melalui pembandingan dua
atau lebih alternatif solusi yang unggul:
5. Proyek Pelebaran Jalan ini memerlukan indikator kelayakan yang lebih teliti
khususnya dari aspek teknik, aspek pembiayaan dan aspek kemanfaatan bagi
masyarakat.
Beberapa alternatif solusi yang pontensial dari hasil studi kelayakan yang
diformulasikan melalui studi secara lebih teliti.
Lokasi Kajian berada pada tiga Kelurahan di Kecamatan Cipondoh yaitu Kelurahan
Cipondoh, Kelurahan kenanga dan Kelurahan Gondrong.
Luas Jarak ke
Jarak ke
KeLurahan Ibukota
Km2 % Ibukota
Kecamatan
Poris Plawad Indah 2,08 10,73 3 3
Cipondoh 2,27 11,71 2 4
Kenanga 2,57 13,25 2 8
Gondrong 1,87 9,64 2 10
Petir 1,90 9,80 5 10
Ketapang 1,80 9,28 6 12
Cipondoh Indah 1,33 6,86 2 3
Cipondoh Makmur 1,48 7,63 4 8
Poris Plawad Utara 2,04 10,52 4 7
Poris Plawad 2,05 10,57 4 3
Kecamatan Cipondoh 19,39 100,00
Sumber : Kecamatan Cipondoh Dalam Angka Tahun 2023, BPS Kota Tangerang
Distribusi luas dari tabel diatas digambarkan pada gambar distribusi luas dengan
satuan persen sebagaimana tergambarkan pada Gambar 2-1 dibawah ini:
Sumber : Kecamatan Cipondoh Dalam Angka Tahun 2023, BPS Kota Tangerang
Berikut Tabel 2-2 yang menjelaskan jumlah RW dan RT menurut Kelurahan pada
Kecamatan Cipondoh.
Tabel 2-2 Jumlah Rukun Warga dan Rukun Tetangga berdasarkan Kelurahan di
Kecamatan Cipondoh
Secara umum, Kecamatan Cipondoh memiliki letak geografis yang strategis dari
aspek fixed resources dengan adanya situ Cipondoh yang menjadi Destinasi Wisata
yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Banten, TOD Poris Plawad, Stasiun Kereta
Api Batu Ceper dan Terminal Tipe A Poris Plawad. Jalan Hasyim Ashari
merupakan jalan Provinsi yang menghubungkan jaringan jalan dengan perbatasan
DKI. Kecamatan Cipondoh diuntungkan dengan posisi Strategis wilayah dimana
lokasi Kecamatan Cipondoh merupakan lokasi yang menghubungkan pusat-pusat
perdagangan dan industri di Kota Tangerang. Kecamatan Cipondoh
Pada sektor pariwisata, situ Cipondoh menawarkan nuansa alam. Kota Tangerang
juga memiliki wisata belanja dengan terdapat pusat-pusat perbelanjaan yang cukup
banyak yang dapat berkembang menjadi pusat ekonomi sehingga dapat menambah
pendapatan daerah.
2.1.2 Topografi
Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang
datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir dalam satuan milimeter
(mm). Curah hujan 1 (satu) milimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada
tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air
sebanyak satu liter .
Tabel 2-3 Curah Hujan menurut bulan di Kecamatan Cipondoh Tahun 2013-
2022 (mm)
Bulan 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Januari 382,5 392,6 321,2 198,9 213,6 157,5 290,2 321,2 307,4 174,5
Februari 194,7 432,7 224,1 507,6 390,4 398,9 162,6 164,6 572,1 179,8
Maret 224,4 22,6 193,9 211,5 280,3 96,6 210,3 242,8 146,6 301,5
April 82,4 169,3 109,1 105,4 121 251,0 129,1 130,5 149,2 191,2
Mei 214,8 77,4 7,1 271,3 175,6 34,8 47,6 47,6 114,5 403,1
Juni 93,4 68,4 116,8 266,2 117,8 63,2 43,4 43,4 188,2 83,1
Juli 230 229,2 9,3 190,9 170,4 0,2 0,4 0,4 34,8 100,4
Agustus 121,8 10 11,5 169,3 24,3 - 0,8 0,8 159,4 96,9
September 38,2 53,1 3,4 125,6 93,4 61,0 3,2 3,2 79,6 253,7
Oktober 100,9 2,5 45,4 162,5 131,3 64,1 28,1 28,1 86,1 197,7
November 0 251,8 25,7 219,3 162,9 213,3 46,4 44,2 127,8 197,8
Desember 350,7 139 155,4 135,4 126,3 64,5 145,7 224,7 339,6 203,4
Sumber : stasiun geofisika Kota Tangerang Jalan Meteorologi No. 5, Tanah Tinggi,
Tangerang
Tabel 2-4 Hari Hujan menurut bulan di Kecamatan Cipondoh Tahun 2013-2022
Bulan 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Januari 24 26 23 14 19 19 23 24 21 16
Februari 18 20 15 22 26 25 16 18 21 21
Maret 18 16 18 15 17 16 14 19 13 16
Bulan 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
April 20 16 14 12 17 16 12 16 16 15
Mei 14 13 5 18 16 11 7 10 11 17
Juni 12 17 3 11 9 7 7 6 15 15
Juli 23 3 6 17 12 1 2 2 8 7
Agustus 4 4 3 14 6 2 2 2 7 12
September 5 4 5 20 7 8 2 1 8 14
Oktober 12 10 7 18 13 8 5 5 10 16
November 13 15 5 17 24 16 9 11 15 16
Desember 24 20 15 16 19 14 12 17 17 17
Sumber : stasiun geofisika Kota Tangerang Jalan Meteorologi No. 5, Tanah Tinggi,
Tangerang
Hari hujan terbanyak berada di Tahun 2016 dan di Tahun 2013 merupakan hari
hujan terbanyak kedua pada periode Tahun 2013-2022. Di Tahun 2022 menurut
bulan hari hujan terbanyak berada di bulan februari diikuti dengan bulan mei dan
desember, sedangkan bulan dengan hari hujan paling sedikit berada di bulan Juli
dan Agustus.
Sumber : Kecamatan Cipondoh Dalam Angka Tahun 2023, BPS Kota Tangerang
Tekanan udara tertinggi di Tahun 2022 berada di bulan September sebesar 1.013,2
mbar sedangkan terendah berada di bulan Juni dengan tekanan sebesar 1.010,6
mbar.
Secara umum perkembangan suhu udara di Kota Tangerang cukup merata, di Tahun
2021 mencapai panas tertinggi lebih sedikit dibandingkan tahun 2022 yaitu berada
di 35,5˚C, hal ini dipengaruhi perubahan iklim global dimana sebagian besar
belahan dunia mengalami panas ekstrim, ditahun 2022 suhu tertinggi sedikit
mengalami penurunan dimana suhu maksimum tertinggi menjadi 35,4˚C.
Temperatur Kota Tangerang Tahun 2021-2021 dijelaskan pada Tabel 2-6 berikut.
2.1.4 Geologi
Secara geologis, daerah Tangerang berada pada suatu tinggian struktur yang dikenal
dengan sebutan Tangerang High. Tinggian ini terdiri atas batuan Tersier yang
memisahkan Cekungan Jawa Barat Utara di bagian barat dengan Cekungan Sunda
di bagian timur. Tinggian ini dicirikan oleh kelurusan bawah permukaan berupa
lipatan dan patahan nomal, berarah utara-selatan. Di bagian timur patahan normal
tersebut terbentuk cekungan pengendapan yang disebut dengan Sub cekungan
Jakarta.
Tinggian ini terbentuk oleh batuan Tersier yang memisahkan cekungan Jawa Barat
Utara di bagian Barat dengan cekungan Sunda di bagian timur. Tinggian ini
dicirikan oleh kelurusan bawah permukaan berupa lipatan dan patahan nomal yang
berarah Utara-Selatan. Di bagian Timur patahan normal tersebut terbentuk
cekungan pengendapan yang disebut dengan Sub cekungan Jakarta.
Batuan yang menutupi Kota Tangerang terdiri dari endapan alluvium, endapan
kipas alluvium vulkanik muda, dan satuan Tuf Banten. Di Sub Cekungan Jakarta,
berdasarkan data pemboran menunjukkan adanya endapan alluvium yang menebal
ke arah utara, yang disusun oleh klastika halus hingga kasar, sedangkan cekungan
di Barat Tangerang High memiliki ciri endapan pantai dan delta. Struktur-struktur
tersebut pada saat ini sulit dijumpai di permukaan karena endapan Kuarter yang
berumur lebih muda telah menutupi lapisan batuan tersebut. Endapan Kuarter yang
menimpa batuan tersebut berupa batuan vulkanik yang berasal dari Gunung Gede-
Pangrango dan Salak. Hampir seluruh daerah kajian ditutupi oleh batuan vulkanik
yang berasal dari Gunung Gede-Pangrango dan alluvium. Sedangkan di wilayah
Kecamatan Cipondoh didominasi formasi Tuff Banten.
di dasar sungai, di dataran banjir, di kipas aluvial atau pantai, atau dalam
pengaturan serupa. Alluvium pada umumnya mempunyai umur skala geologis
muda dan tidak terkonsolidasi menjadi batuan padat. Sedimen yang
diendapkan di bawah air, di laut, muara, danau, atau kolam, tidak disebut
sebagai alluvium. Sedimentasi berlangsung dari aliran sungai.
Luas dari formasi batuan Aluvial di Kecamatan Cipondoh sebesar 305,14 Ha.
2. Kipas Aluvial
Lapisan yang tersusun dari proses extrusive yaitu Batuan beku ekstrusif, juga
dikenal sebagai batuan vulkanik, terbentuk di permukaan kerak sebagai akibat
dari pencairan sebagian batuan dalam mantel dan kerak. Batuan beku ekstrusif
dingin dan mengeras lebih cepat daripada batuan beku intrusif. Mereka
dibentuk oleh pendinginan magma cair di permukaan bumi. Magma, yang
dibawa ke permukaan melalui celah atau letusan gunung berapi, membeku
pada tingkat yang lebih cepat. Oleh karena batu batuan jenis ini halus, kristalin
dan berbutir halus. Basalt adalah batuan beku ekstrusif umum dan membentuk
aliran lava (lava flow), lembar lava (sheeting lava) dan dataran tinggi lava
(Lava plateau). Beberapa jenis basalt membantu membentuk kolom poligonal.
Merupakan magma andesitic dengan komposisi intermediate dengan tekstur
pyroclastic yang terlihat seperti pecahan pecahan dan bukan kristal yang saling
terkait. Diproduksi saat letusan gunung api dan mengeluarkan abu, dan abu ini
terendapkan dan mungkin mengalami proses sementasi bersamaan dalam
proses pendinginan.
Formasi batuan ini terbentuk karena peristiwa proses volcanism dan subareal
menggambarkan peristiwa atau fitur yang terbentuk, terletak atau mengambil
tempat di permukaan tanah dari bumi dan terkena atmosfer bumi.
Luas dari formasi batuan Kipas Aluvial di Kecamatan Cipondoh sebesar 12,05
ha.
3. Tuff Banten
Tuf Banten (Qpvb) merupakan endapan piroklastik yang cukup penting di
ujung barat Pulau Jawa. Tuf Banten (Qpvb) cukup penting karena memiliki
persebaran yang sangat luas sampai hampir menutupi sebagian besar daerah
Banten. Di tengah persebaran Tuf Banten (Qpvb), terdapat sebuah keberadaan
Kaldera dengan bentuk persegi panjang yang memiliki luas 13.7 km x 6.5 km.
Meskipun begitu, belum ada penelitian yang menjelaskan mengenai kapan dan
bagaimana proses erupsi tersebut. Dihasilkan lebih dari sepuluh (10) singkapan
yang telah dideskripsi secara rinci. Pendeskripsian singkapantersebut telah
menghasilkan korelasi dalam empat satuan fasies erupsi. Setiap fasies erupsi
memiliki distribusi dan komponen yang berbeda. Empat fasies erupsi ini
dikelompokkan menjadi tiga fase erupsi. Dari tiga fase erupsi tersebut,
dihasilkan sejarah erupsi dengan enam episode erupsi dengan dua episode
sebagai jeda erupsi.
Luas dari formasi batuan tuff Banten di Kecamatan Cipondoh sebesar 1.438,25
Ha
Berikut peta geologi Kecamatan Cipondoh pada Gambar 2-4 dibawah ini.
2.1.5 Kependudukan
Penduduk Kepadatan
Kelurahan
Laki-Laki Perempuan Jumlah Persentase Penduduk
1 Poris Plawad Indah 12.831 12.885 25.716 11,38 12.363
2 Cipondoh 13.913 13.912 27.825 12,31 12.258
3 Kenanga 8.386 8.167 16.553 7,33 6.441
4 Gondrong 10.836 10.622 21.458 9,50 11.475
5 Petir 10.785 10.516 21.301 9,43 11.211
6 Ketapang 7.686 7.536 15.222 6,74 8.457
7 Cipondoh Indah 12.166 12.442 24.608 10,89 18.502
8 Cipondoh Makmur 15.988 15.917 31.905 14,12 21.557
9 Poris Plawad Utara 11.969 11.883 23.852 10,56 11.692
10 Poris Plawad 8.765 8.742 17.507 7,75 8.540
Kecamatan Cipondoh 113.325 112.622 225.947 100,00 11.653
Sumber : Kecamatan Cipondoh Dalam Angka Tahun 2023, BPS Kota Tangerang
Informasi ini akan memberikan gambaran tentang seberapa besar potensi Sumber
Daya Manusia (SDM) terutama untuk keperluan yang terkait dengan pendidikan,
kesehatan dan ketenagakerjaan. Selain itu informasi ini juga diperlukan untuk
melihat besarnya nilai rasio ketergantungan penduduk sebagai gambaran
perbandingan antara penduduk usia tidak produktif (0-14 tahun dan > 65 tahun)
terhadap penduduk usia produktif (15-64 tahun). Jumlah penduduk Kecamatan
Cipondoh pada masing-masing usia pada Tabel berikut ini.
Dari tabel di atas jumlah penduduk pada kelompok usia anak (0–14 tahun)
jumlahnya mencapai 53.833 jiwa atau sebesar 23,83% dari keselurahan penduduk
Kecamatan Cipondoh. Kondisi ini perlu mendapat perhatian karena terkait dengan
penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan. Seiring dengan jumlah
proporsi usia anak dalam komposisi penduduk maka peningkatan kualitas anak
sebagai sumber daya manusia membutuhkan perhatian yang besar. Sedangkan
jumlah Penduduk pada kelompok usia (15–64 tahun) yang merupakan usia
produktif berjumlah 161.932 jiwa atau sekitar 71,67% dari jumlah penduduk
Kecamatan Cipondoh. Kondisi ini mengartikan bahwa potensi SDM dalam hal
pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan di Kecamatan Cipondoh tahun 2022
terlihat relatif besar, sedemikian sehingga perlu adanya upaya antisipasi terhadap
penyediaan sarana-prasarana pada tiga bidang tersebut, terutama bidang
ketenagakerjaan/lowongan kerja.
Terkait dengan jumlah penduduk menurut struktur usia, maka dapat pula dihitung
besarnya nilai rasio ketergantungan penduduk (Depedency Ratio) pada wilayah dan
pada tahun tertentu. Hal ini dapat digunakan untuk melihat seberapa besar seorang
penduduk usia produktif harus menanggung beban atas penduduk usia non
produktif. Besarnya rasio ketergantungan penduduk di Kecamatan Cipondoh pada
Tahun 2022 sebesar 39,53%. Hal ini berarti bahwa diantara 100 penduduk usia
produktif (15–64 tahun) terdapat sekitar 39 hingga 40 penduduk usia non produktif
(0–14 tahun dan 65 tahun keatas). Atau dengan kata lain bahwa setiap 100
penduduk usia produktif harus menanggung sekitar sebanyak 39 hingga 40
penduduk usia non produktif .
peruntukan kawasan perumahan dan kawasan perdagangan dan Jasa. Tutupan lahan
lainnya yang merupakan tutupan lahan terbesar kedua adalah tutupan berupa sawah
sebesar 601,52 Ha atau sebesar 22,40% dari luas keseluruhan tutupan lahan di
Kecamatan Cipondoh, namun sawah yang ada di Kecamatan Cipondoh bukan
persawahan dengan irigasi teknis dan tidak sesuai dengan peruntukan lahan pada
pola ruang di Kecamatan Cipondoh.
Berikut gambaran tutupan lahan dari Kecamatan Cipondoh pada Gambar 2-5
dibawah ini:
Kriteria kinerja lalu lintas dapat ditentukan berdasarkan nilai derajat kejenuhan atau
kecepatan tempuh pada suatu kondisi jalan tertentu yang terkait dengan geometrik.
Arus lalu lintas, dan lingkungan jalan untuk kondisi eksisting maupun untuk kondisi
desain. Semakin rendah nilai derajat kejenuhan atau semakin tinggi kecepatan
tempuh menunjukan semakin baik kinerja lalu lintas.
Kinerja ruas jalan adalah kemampuan ruas jalan untuk melayani kebutuhan arus
lalu lintas sesuai dengan fungsinya yang dapat diukur dan dibandingkan dengan
standar tingkat pelayanan jalan.
Untuk memenuhi kinerja lalu lintas yang diharapkan, diperlukan beberapa alternatif
perbaikan atau perubahan jalan terutama geometrik. Persyaratan teknis jalan
menetapkan bahwa untuk jalan arteri dan kolektor, jika derajat kejenuhan sudah
mencapai 0,75, maka segmen jalan tersebut sudah harus dipertimbangkan untuk
ditingkatkan kapasitasnya, misalnya dengan menambah lajur jalan. Untuk jalan
lokal, jika derajat kejenuhan sudah mencapai 0,90, maka segmen jalan tersebut
sudah harus dipertimbangkan untuk ditingkatkan kapasitasnya.
Analisa kapasitas jalan digunakan untuk menentukan tingkat pelayanan suatu ruas
jalan dimana lebar dan jumlah lajur yang dibutuhkan tidak dapat direncanakan
dengan baik walaupun LHR telah ditentukan. Hal ini disebabkan oleh karena
tingkat kenyamanan dan keamanan yang akan diberikan oleh jalan rencana belum
ditentukan. Lebar lajur yang dibutuhkan akan lebih lebar jika pelayanan jalan
diharapkan lebih tinggi. Kebebasan bergerak yang dirasakan pengemudi akan lebih
baik pada jalan-jalan dengan kebebasan samping yang memadai.
Pada keadaan volume lalu lintas rendah, pengemudi akan merasa lebih nyaman
mengendarai kendaraan dibandingkan jika berada pada daerah dengan volume lalu
lintas besar. Kenyamanan berkurang sebanding dengan bertambahnya volume lalu
lintas. Kenyamanan dari kondisi arus lalu lintas yang ada tidak cukup hanya
digambarkan dengan volume lalu lintas tanpa disertai data kapasitas jalan dan
kecepatan pada jalan tersebut. Tingkat pelayanan jalan merupakan kondisi
gabungan yang ditunjukkan dari hubungan antara Volume/Capaciity dan kecepatan
yang dinamakan sebagai Derajat Kejenuhan. Standar dan peraturan yang digunakan
dalam analisa kapasitas jalan adalah Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI)
(Bina Marga – 1997) yang dimutakhirkan terakhir dengan Pedoman Kapasitas Jalan
Indonesia (PKJI-2023).
Kapasitas jalan (C) ditetapkan dari kapasitas jalan (Co) yang dikoreksi oleh faktor-
faktor koreksi yang merepresentasikan deviasi geometri jalan dan lalu lintas
terhadap kondisi idealnya. Perhitungan dan analisis kapasitas dilakukan untuk
setiap arah berdasarkan arus lalu lintas setiap arah dan dilakukan untuk periode satu
jam, baik jam desain maupun jam arus puncak. Suatu segmen jalan harus dipisahkan
menjadi 2 (dua) atau lebih segmen, jika terdapat hal-hal sebagai berikut:
a. karakteristik segmen jalan berubah secara signifikan, misalnya lebar jalur lalu
lintas dan bahu, tipe jalan, jarak pandang;
b. tipe alinemen jalan berubah;
c. jalan memasuki daerah perkotaan atau semi perkotaan (atau sebaliknya),
meskipun karakteristik geometri atau yang lainnya tidak berubah;
d. jalan melalui pusat desa yang mempunyai karakteristik samping jalan yang
sesuai dengan jalan perkotaan; dan
e. jalan melewati satu atau lebih Simpang atau Simpang APILL, baik di daerah
perkotaan maupun bukan, yang menyebabkan waktu tempuhnya terpengaruh
secara signifikan
Kajian Kinerja Jaringan Jalan dilakukan dalam upaya untuk mendapatkan kondisi
dan kebutuhan kinerja jalan secara eksisting dan rencana kedepannya untuk
digunakan sebagai upaya mengatasi permasalahan pada kinerja jalan pada wilayah
studi. Kajian Kinerja Jaringan Jalan ini dilakukan dengan beberapa tahapan analisa
antara lain:
1. Pengukuran Kinerja Lalulintas
2. Analisa Tingkat Pelayanan
3. Analisa Lalulintas
Survei dilakukan untuk mengamati lalu lintas pada Jalan Hasyim Ashari dengan
kondisi yang dialami oleh Jalan Hasyim Ashari pada lokasi kajian
Seperti halnya dengan cara pengamatan ikut arus, sepeda motor survei digerakkan
ulang balik sepanjang jaringan jalan mengikuti arus lalu lintas, pada
pelaksanaannya sepeda motor survei tidak perlu mendahului kendaraan lain
sebanyak ia didahuluinya, supir hanya menjalankan sepeda motor survei pada
kecepatan rata-rata kendaraan-kendaraan lainnya. Pengamat dilengkapi dengan dan
alat pencatat waktu, yang digunakan pada penelitian ini adalah stopwatch.
Pengamat satu mencatat waktu berangkat dan waktu akhir pengamatan dan
mencatat hasilnya kedalam formulir yang telah disediakan, sedangkan pengamat
dua mencatat waktu perjalanan sepanjang segrnen dan menekan tombol split pada
stopwatch saat akhir segrnen atau menemui hambatan. selanjutnya hasil
pengamatan lapangan ditabulasi untuk menentukan waktu rata-rata perjalanan pada
masing-masing ruas jalan maupun kecepatan rata-rata pada jaringan jalan saat pagi
maupun sore hari.
Survei geometrik ruas jalan dan persimpangan rangkaian kegiatan survei ini adalah
pengukuran geometrik ruas jalan dan persimpangan seperti pengukuran lebar lajur
pada ruas jalan, median jalan, lebar trotoar serta mengidentifikasi jumlah rambu-
rambu yang ada dan prasarana lainnya sehingga dihasilkan, suatu data yang sesuai
dengan kebutuhan pada saat perhitungan dan analisa data kelak.
Begitu juga halnya dengan persimpangan pengukuran meliputi lebar ruas jalan atau
lebar efektif lengan simpang, lebar fasilitas belok kiri langsung, lebar masukan pada
masing-masing lengan simpang serta lebar keluar masing-masing lengan simpang
juga pengukuran meliputi bentuk fase pergerakan persimpangan, serta data-data
lainnya sesuai dengan kebutuhan pada perhitungan dan analisa data kelak
Dalam pasal 3 Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan
angkutan jalan disebutkan bahwa “Transportasi jalan diselenggarakan dengan
tujuan untuk mewujudkan lalu lintas dan angkutan jalan dengan aman, selamat,
tertib, lancar dan terpadu dengan moda angkutan lain untuk medorong
perekonomian nasional, memajukan kesejahteraan umum, memperkukuh persatuan
dan kesatuan bangsa, serta mampu menjungjung tinggi martabat bangsa”. Hal ini
berbanding lurus dengan sifat transportasi, dimana transportasi merupakan
kebutuhan turunan. Menurut (Tamin, 2008), “Pergerakan terjadi karena adanya
proses pemenuhan kebutuhan. Pemenuhan kebutuhan merupakan kegiatan yang
biasanya harus dilakukan setiap hari, misalnya pemenuhan kebutuhan akan
pekerjaan, pendidikan, kesehatan, dan olahraga”. Dengan kata lain, segala kegiatan
manusia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari ataupun aktivitas pasti
memerlukan perpindahan. Aktivitas dilakukan guna memajukan kesejahteraan,
meningkatakan perekonomian, dan bersosialisasi. Semua itu harus ditunjang
dengan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman dan lancar.
Dalam lalu lintas ruas jalan dan persimpangan memiliki peranan penting, diman
ruas jalan merupakan tempat bergeraknya sarana dan persimpangan merupakan
tempat bertemunya atau penghubung antar ruas.
Menurut tamin (2008), kinerja lalu lintas perkotaan dapat dinilai dengan
menggunakan parameter lalu lintas sebagai berikut :
1. Untuk ruas jalan, dapat berupa V/C rasio, kecepatan dan kepadatan lalu lintas
2. Untuk persimpangan dapat berupa tundaan, kapasitas simpang dan arus jenuh.
3. Jika tersedia, maka data kecelakaan lalu lintas juga dapat dipertimbangkan
dalam mengevaluasi efektifitas sistem lalu lintas perkotaan.
2. Kinerja Persimpangan
Pemilihan jenis persimpangan baru (simpang tak sebidang) didasarkan atas
analisis BSH yang menunjukkan jenis persimpangan: simpang, simpang
dengan APILL, bunderan atau simpang tak sebidang pada Gambar 2-8. Pada
persimpangan, kinerja lalu lintas diukur pada kondisi arus yang dievaluasi
selama 1 (satu) jam. Arus 1 (satu) jam tersebut merupakan arus lalu lintas yang
representatif dari masa pelayanan dan dapat merupakan arus hasil pengukuran
di lapangan atau arus lalu lintas rencana. Untuk menilai kinerja lalu lintas,
kriteria desain yang umum digunakan adalah Dj dengan nilai yang umum Dj
<0,85.
Untuk menilai kondisi pelayanan suatu simpang APILL, apakah simpang
masih memiliki pelayanan yang masih laik, atau dalam kondisi kapasitasnya,
atau sudah memiliki pelayanan yang tidak laik maka dapat diukur dengan 3
(tiga) parameter tambahan, yaitu panjang antrian (P), rasio kendaraan terhenti
(NKH), dan tundaan (T). Untuk simpang dan bagian jalinantunggal, kriteria
lainnya dapat terdiri salah satu atau lebih dari pembatasan nilai peluang antrian
(P.) dan tundaan (T) dengan nilai yang bervariasi. Misalnya P dibatasi karena
ruang jalan yang ada terbatas, dikehendaki kendaraan melintas simpang tidak
lebih dari suatu waktu tertentu, dan/atau lainnya. Kriteria desain dapat
beragam, tergantung dari kebutuhan. Sementara pada bagian jalinan tunggal
kinerja lalu lintas selain Dj, kriteria lain yang digunakan adalah vr dan wr.
Data masukan lalu lintas dibedakan untuk 2 (dua) hal, yaitu data arus lalu lintas
eksisting dan data arus lalu lintas rencana. Data lalu lintas eksisting digunakan
untuk melakukan evaluasi kinerja lalu lintas, berupa arus lalu lintas per jam
eksisting yang dihitung pada jam-jam tertentu, misalnya arus lalu lintas pada jam
sibuk pagi atau arus lalu lintas pada jam sibuk sore. Data arus lalu lintas rencana
digunakan sebagai dasar untuk menetapkan lebar jalur lalu lintas atau jumlah lajur
lalu lintas, berupa arus lalu lintas jam perencanaan (qJP) yang ditetapkan dari
LHRT, faktor K, dan faktor jam sibuk (FJS) yang merepresentasikan fluktuasi
selama jam sibuk.
Secara ideal, LHRT didasarkan atas perhitungan lalu lintas menerus selama 1 (satu)
tahun. Jika diprediksi, maka caranya harus didasarkan atas perhitungan lalu lintas
yang mengacu kepada ketentuan yang berlaku sehingga diperoleh validitas dan
akurasi data yang memadai. LHRT dapat diprediksi menggunakan data survei
perhitungan lalu lintas selama beberapa hari tertentu sesuai dengan pedoman survei
perhitungan volume lalu lintas yang berlaku. Misal perhitungan lalu lintas selama
7 (tujuh) hari menerus atau 40 (empat puluh) jam yang dilakukan 4 (empat) kali
dalam setahun yang perlu mengacu kepada ketentuan yang berlaku.
Untuk menetapkan , dasarnya adalah hubungan antara arus jam puncak atau arus
jam perencanaan (qJP) dengan LHRT seperti pada Persamaan.
.............................................................................................................................. 2-1
Keterangan :
LHRT : adalah volume lalu lintas rata-rata tahunan yang ditetapkan dari survei
perhitungan lalu lintas selama 1 (satu) tahun penuh dibagi jumlah hari
dalam tahun tersebut, dinyatakan dalam SMP/hari. LHRT dapat juga
diperoleh dari data survei terbatas (misal 7 hari x 24 jam) dengan
mengikuti tata cara perhitungan LHRT yang berlaku.
K : adalah faktor jam desain, ditetapkan dari kajian fluktuasi volume jam
sibuk jam-jaman selama 1 (satu) tahun. Nilai K yang dapat digunakan
untuk JBH berkisar antara 0,08–0,11; JLK berkisar antara 0,08–0,12 dan
JK berkisar antara 0,07–0,12. Nilai lain dapat digunakan jika didasarkan
pada kajian yang dapat dipertanggungjawabkan. Misalkan untuk daerah
wisata dapat digunakan nilai 0,08 –0,15.
: adalah faktor jam sibuk, nilainya berkisar antara 0,80–0,95; nilai yang
rendah untuk kondisi arus yang masih lengang dan yang tinggi untuk
kondisi arus yang padat.
1. Kecepatan Perjalanan
2. Kecepatan perjalanan adalah kecepatan rata-rata yang ditempuh oleh
kendaraan selama melalui suatu ruas jalan pada waktu tertentu. Faktor yang
mempengaruhi kecepatan perjalanan adalah volume lalu lintas, komposisi
kendaraan, geometri jalan, serta faktor lingkungan samping jalan. Selain itu,
tiap ruas jalan juga dipengaruhi oleh tata guna lahan yang ada disepanjang jalan
tersebut. Penurunan kecepatan perjalanan dapat terjadi karena ada gangguan
yang ditimbulkan oleh kegiatan yang ada di pinggir jalan, seperti penggunaan
jalan untuk parkir, kegiatan pedagang kaki lima, dan pejalan kaki yang
menggunakan sebagian badan jalan.
3. Kapasitas Jalan
Kapasitas jalan adalah arus lalu lintas maksimum yang dapat didukung pada
ruas jalan pada keadaan tertentu (geometri, komposisi dan distribusi lalu lintas,
faktor lingkungan).
Kapasitas jalan perkotaan harus dipisahkan menjadi beberapa segmen jika
karakteristik jalan berubah secara signifikan. Perubahan-perubahan pada lebar
jalur lalu lintas dan bahu (sampaidengan 15% (lima belas persen)), tipe jalan,
jarak pandang, tipe alinemen jalan, dan jalan keluar dari daerah perkotaan atau
semi perkotaan, meskipun karakteristik geometrinya atau yang lainnya tidak
berubah. Analisis Kapasitas Jalan perkotaan hanya dilakukan untuk tipe
alinemen vertikal yang datar atau hampir datar, dan tipe alinemen horizontal
yang lurus atau hampir lurus.
C untuk tipe jalan tak terbagi, 2/2-TT, ditentukan untuk volume lalu lintas total
2 (dua) arah. C untuk tipe jalan terbagi 4/2-T, 6/2-T, dan 8/2-T, ditentukan
secara terpisah per arah dan perlajur. C segmen jalan secara umum dapat
dihitung menggunakan Persamaan:
................................................................................................... Persamaan 2-2
Keterangan:
C : adalah kapasitas segmen jalan yang sedang diamati, dengan satuan
SMP/jam. Jika kondisi segmen jalan berbeda dari kondisi ideal,
maka nilai C harus dikoreksi berdasarkan perbedaan terhadap
kondisi idealnya dari lebar lajur atau jalur lalu lintas (), pemisahan
arah (), pada jalan berbahu atau tidak berbahu (), dan ukuran kota
().
: adalah kapasitas dasar kondisi segmen jalan yang ideal, dengan
satuan SMP/jam.
: adalah faktor koreksi kapasitas akibat perbedaan lebar lajur atau
jalur lalu lintas dari kondisi idealnya.
: adalah faktor koreksi kapasitas akibat Pemisahan Arah lalu lintas
(PA) dan hanya berlaku untuk tipe jalan tak terbagi.
: adalah faktor koreksi kapasitas akibat kondisi KHS pada jalan yang
dilengkapi bahu atau dilengkapi kereb dan trotoar dengan ukuran
yang tidak ideal.
: adalah faktor koreksi kapasitas akibat ukuran kota yang berbeda
dengan ukuran kota ideal.
Jika kondisi segmen jalan yang sedang diamati sama dengan kondisi ideal,
maka semua faktor koreksi kapasitas menjadi 1,0 sehingga C = .
4. Rasio Volume Per Kapasitas
Rasio volume per kapasitas (v/c ratio)/Rasio Volume terhadap Kapasitas
(RVK) adalah perbandingan antara volume yang melintas dengan kapasitas
pada suatu ruas jalan tertentu. Dari hasil perbandingan didapat suatu nilai tanpa
satuan yang akan digunakan untuk menentukan tingkat pelayanan jalan yang
bersangkutan.
Dalam perencanaan, pada umumnya kriteria desain ditetapkan berdasarkan
kinerja lalu lintas pada akhir tahun pelayanan jalan. Merujuk pada Peraturan
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 5 Tahun 2023
tentang Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan, untuk
jalan arterial ditetapkan Rasio Volume terhadap Kapasitas (RVK) tidak lebih
dari 0,85 dan untuk jalan lokal nilai RVK tidak lebih dari 0,90. Kriteria desain
yang lain yang dapat digunakan adalah waktu tempuh (wt).
Kondisi kapasitas dasar yaitu jalan dengan kondisi geometri lurus, sepanjang
minimum 300 m, dengan lebar lajur efektif rata-rata 3,50 m, memiliki
pemisahan arus lalu lintas 50%:50%, memiliki kereb atau bahu berpenutup,
ukuran kota 1-3 juta jiwa, dan KHS rendah atau dapat dilihat padaTabel 2-9
berikut.
Nilai untuk tipe jalan tak terbagi (2/2-TT) dilakukan sekaligus untuk dua arah
lalu lintas. sedangkan tipe jalan terbagi (4/2-T, 6/2-T, dan 8/2-T) dilakukan per
masing-masing arah. Analisis bagi tipe jalan satu arah dilakukan sama dengan
untuk tipe jalan terbagi, yaitu per 1 jalur. Nilai kapasitas dasar kondisi segmen
jalan yang ideal, dengan satuan SMP/jam pada Tabel 2-10
Tabel 2-10 Kondisi segmen jalan ideal untuk menetapkan kecepatan arus
bebas dasar () dan kapasitas dasar ()
Untuk mengukur kinerja lalulintas pada wilayah studi dilakukan survei volume lalu
lintas harian rata-rata dengan menggunakan aplikasi sistem Integrated Road
Tabel 2-11 Kesesuaian Jenis Kendaraan Menurut PKJI dan Tipikal Kendaraan
menurut IRMS
Tabel 2-12 Form Laporan Hasil Survey LHR Pada Jalan Hasyim Ashari
Nomor Propinsi
Nama Kab/Kota K O T A T A N G E R A N G
Kelas/Nomor Pos
Lokasi Pos
Tanggal 0 3 / 0 7 / 2 3
(Hari) (Bulan) (Tahun) Arah Lalu Lintas
Kelompok
Dari G O N D R O N G
Hitungan
Periode Ke C I P O N D O H
Golongan 1 2 3 4 5a 5b 6 7a 7b 7c 8
Opelet, Pick-up-opelet,
Sepeda Motor, Sekuter
dan Kendaraan Roda
Suburban, Combi
Tidak Bermotor
Truk dan Mobil
Pick-up, Micro
Station Wagon
Semi Trailer
Sedan, Jeep
Gandengan
Kendaraan
Hantaran
2 Sumbu
3 Sumbu
Besar
Kecil
Truk
Truk
Truk
Truk
Tiga
Bus
Bus
dan
Pukul
Nomor Propinsi
Nama Kab/Kota K O T A T A N G E R A N G
Kelas/Nomor Pos
Lokasi Pos
Tanggal 0 3 / 0 7 / 2 3
(Hari) (Bulan) (Tahun) Arah Lalu Lintas
Kelompok
Dari C I P O N D O H
Hitungan
Periode Ke G O N D R O N G
Golongan 1 2 3 4 5a 5b 6 7a 7b 7c 8
Combi
Opelet, Pick-up-
Tidak Bermotor
Truk dan Mobil
Pick-up, Micro
Kendaraan
Station Wagon
Sepeda Motor,
Semi Trailer
Sedan, Jeep
Gandengan
Kendaraan
Hantaran
2 Sumbu
3 Sumbu
dan Sekuter
opelet,
Besar
Kecil
Roda
Truk
Truk
Truk
Truk
Tiga
Bus
Bus
dan
Pukul Suburban,
Nomor Propinsi
Nama Kab/Kota K O T A T A N G E R A N G
Kelas/Nomor Pos
Lokasi Pos
Tanggal 0 4 / 0 7 / 2 3
(Hari) (Bulan) (Tahun) Arah Lalu Lintas
Kelompok
Hitungan Dari G O N D R O N G
Periode Ke C I P O N D O H
Golongan 1 2 3 4 5a 5b 6 7a 7b 7c 8
Combi
Opelet, Pick-up-
Tidak Bermotor
Truk dan Mobil
Pick-up, Micro
Kendaraan
Station Wagon
Sepeda Motor,
Semi Trailer
Sedan, Jeep
Gandengan
Kendaraan
Hantaran
2 Sumbu
3 Sumbu
dan Sekuter
opelet,
Besar
Kecil
Roda
Truk
Truk
Truk
Truk
Tiga
Bus
Bus
dan
Suburban,
Pukul
Nomor Propinsi
Nama Kab/Kota K O T A T A N G E R A N G
Kelas/Nomor Pos
Lokasi Pos
Tanggal 0 4 / 0 7 / 2 3
(Hari) (Bulan) (Tahun) Arah Lalu Lintas
Kelompok
Hitungan Dari C I P O N D O H
Periode Ke G O N D R O N G
Golongan 1 2 3 4 5a 5b 6 7a 7b 7c 8
Combi
Opelet, Pick-up-
Tidak Bermotor
Truk dan Mobil
Pick-up, Micro
Kendaraan
Station Wagon
Sepeda Motor,
Semi Trailer
Sedan, Jeep
Gandengan
Kendaraan
Hantaran
2 Sumbu
3 Sumbu
dan Sekuter
opelet,
Besar
Kecil
Roda
Truk
Truk
Truk
Truk
Tiga
Bus
Bus
dan
Suburban,
Pukul
Nomor Propinsi
Nama Kab/Kota K O T A T A N G E R A N G
Kelas/Nomor Pos
Lokasi Pos
Tanggal 0 7 / 0 7 / 2 3
(Hari) (Bulan) (Tahun) Arah Lalu Lintas
Kelompok
Hitungan Dari G O N D R O N G
Periode Ke C I P O N D O H
Golongan 1 2 3 4 5a 5b 6 7a 7b 7c 8
Combi
Opelet, Pick-up-
Tidak Bermotor
Truk dan Mobil
Pick-up, Micro
Kendaraan
Station Wagon
Sepeda Motor,
Semi Trailer
Sedan, Jeep
Gandengan
Kendaraan
Hantaran
2 Sumbu
3 Sumbu
dan Sekuter
opelet,
Besar
Kecil
Roda
Truk
Truk
Truk
Truk
Tiga
Bus
Bus
dan
Suburban,
Pukul
Nomor Propinsi
Nama Kab/Kota K O T A T A N G E R A N G
Kelas/Nomor Pos
Lokasi Pos
Tanggal 0 7 / 0 7 / 2 3
(Hari) (Bulan) (Tahun) Arah Lalu Lintas
Kelompok
Hitungan Dari C I P O N D O H
Periode Ke G O N D R O N G
Golongan 1 2 3 4 5a 5b 6 7a 7b 7c 8
Combi
Opelet, Pick-up-
Tidak Bermotor
Truk dan Mobil
Pick-up, Micro
Kendaraan
Station Wagon
Sepeda Motor,
Semi Trailer
Sedan, Jeep
Gandengan
Kendaraan
Hantaran
2 Sumbu
3 Sumbu
dan Sekuter
opelet,
Besar
Kecil
Roda
Truk
Truk
Truk
Truk
Tiga
Bus
Bus
dan
Suburban,
Pukul
Gambar 2-9 Tundaan Lalu lintas jalan sebagai fungsi dari Derajat Kejenuhan
Perhitungan arus lalu lintas dilakukan persatuan jam untuk satu arah atau lebih
periode, berdasarkan kondisi arus lalu lintas rencana jam puncak pagi, siang, dan
sore. Perhitungan jenis kendaraan yang dibedakan menjadi jenis kendaraan: sepeda
motor, mobil penumpang, Kendaraan Sedang, Bus Besar dan Truk Besar
berdasarkan PKJI 2023 dengan nilai satuan mobil penumpang (smp) jalan
Lalu lintas harian Rata-rata dan Perhitungan Volume Jam Rencana pada saat
sekarang berdaskan hasil survei LHR adalah sebagai berikut:
Tabel 2-14 Perhitungan LHR dan VJR Lokasi Kajaian Jalan Hasyim Ashari
Jumlah
Golongan Kendaraan Total LHR faktor K VJR
Arah Utara Arah Selatan
SM 46722 37978 84700 28233 0,11 3106
MP 54151 51614 105765 35255 0,11 3878
KS 366 428 794 265 0,11 29
BB 36 27 63 21 0,11 2
TB 248 264 512 171 0,11 19
KTB 0 0 0 0 0,11 0
Total 101523 90311 191834 63.944,67 7033
Bobot 55 45
Analisa kapasitas jalan digunakan untuk menentukan tingkat pelayanan suatu ruas
jalan dimana lebar dan jumlah lajur yang dibutuhkan tidak dapat direncanakan
dengan baik walaupun LHR telah ditentukan. Hal ini disebabkan oleh karena
tingkat kenyamanan dan keamanan yang akan diberikan oleh jalan rencana belum
ditentukan. Lebar lajur yang dibutuhkan akan lebih lebar jika pelayanan jalan
diharapkan lebih tinggi. Kebebasan bergerak yang dirasakan pengemudi akan lebih
baik pada jalan-jalan dengan kebebasan samping yang memadai.
Pada keadaan volume lalu lintas rendah, pengemudi akan merasa lebih nyaman
mengendarai kendaraan dibandingkan jika berada pada daerah dengan volume lalu
lintas besar. Kenyamanan berkurang sebanding dengan bertambahnya volume lalu
lintas.
Analisa Kapasitas jalan berdasarkan hasil survei LHR diperoleh hasil pengamatan
arus lalu lintas sebagai berikut:
Dari hasil pengamatan diperoleh peramalan kondisi arus lalu lintas tanpa
penanganan pada kapasitas jalan dengan peramalan dari Tahun 2023 hingga Tahun
2047 pada Tabel 2-15 berikut.
Tabel 2-15 Arus Lalu lintas Jalan Kondisi Tanpa Penanganan Tahun 2023-2047
Arus lalu lintas tanpa penanganan pada kapasitas jalan dengan peramalan dari
Tahun 2023 hingga Tahun 2047 berdasarkan Ekuivalensi Mobil Penumpang
diperoleh kondisi sebagai berikut:
Tabel 2-16 Arus Lalu lintas Jalan Kondisi Tanpa Penanganan berdasarkan
Ekuivalensi Mobil Penumpang Tahun 2023-2047
Arus lalu lintas dengan pelebaran jalan pada kapasitas jalan dengan peramalan dari
Tahun 2023 hingga Tahun 2047 berdasarkan Ekuivalensi Mobil Penumpang
diperoleh kondisi sebagai berikut:
Tabel 2-18 Arus Lalu lintas Jalan Kondisi Dengan Pelebaran berdasarkan
Ekuivalensi Mobil Penumpang Tahun 2023-2047
Analisa perhitungan Kondisi Dengan Pelebaran pada Jalan Hasyim Ashari di lokasi
kajian adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan Kapasitas
Analisa perhitungan Kondisi Dengan Pelebaran pada Jalan Hasyim Ashari di lokasi
kajian adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan Kapasitas
Tipe jalan : 4/2 T
Tipe Alinyemen : Datar
Lebar Lajur : 22,00 (Lebar total apabila
terbagi)
Lebar Bahu : 0,50
Kelas Hambatan Samping : Sedang
Persentasi pemisahan arah arus : 55-45 (Hanya untuk jalan
terbagi)
Kapasitas dasar (Co) : 20.900 smp/jam
Faktor koreksi untuk lebar jalan () : 0,98
Faktor koreksi untuk pemisahan arah () : 1,00
Faktor koreksi untuk hambatan samping (): 0,97
Kapasitas
: 19.767 smp/jam
2. Perhitungan Kecepatan Arus Bebas
Kelas Jarak Pandang : B
Fungsi Jalan : Kolektor
Persentase pengembangan samping jalan : 50%
Analisa perhitungan Kondisi Dengan Pelebaran pada Jalan Hasyim Ashari di lokasi
kajian adalah sebagai berikut:
1. Perhitungan Kapasitas
Tipe jalan : 4/2 T
Tipe Alinyemen : Datar
Lebar Lajur : 28,00 (Lebar total apabila
terbagi)
Lebar Bahu : 0,50
Kelas Hambatan Samping : Sedang
Persentasi pemisahan arah arus : 55-45 (Hanya untuk jalan
terbagi)
Kapasitas dasar (Co) : 20.900 smp/jam
Berikut rekapilasi hasil analisa Tanpa Penanganan dan Dengan Penanganan Derajat
kejenuhan padaTabel 2-22, Kecepatan Aktual padaTabel 2-23, Waktu Perjalanan
padaTabel 2-24.
DERAJAT KEJENUHAN
NO STUDI ALTERNATIF
2023 2027 2037 2042 2047
A TANPA PENANGANAN 0,95 1,07 1,73 2,16 3,91
B DENGAN PENANGANAN
B.1. Trase I 0,32 0,36 0,49 0,72 0,84
B.2. Trase II 0,32 0,33 0,45 0,66 0,77
B.3. Trase III 0,32 0,32 0,43 0,64 0,75
Sumber : Hasil Analisa
Untuk melakukan rekayasa jalan agar kapasitas jalan dapat dikembangkan adalah
dengan melakukan identifikasi koridor jalan yang potensial, identifikasi
alternatif-alternatif rute / alinyemen yang potensial, pengkajian alternatif rute,
kriteria desain geometri, struktur dan perkerasan, studi awal rute optimal, analisis
geologi dan geoteknik (dari peta geologi dan data sekunder), identifikasi biaya
konstruksi dan pembebasan tanah serta analisis hidrologi dan drainase.
Persyaratan Teknis Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan perencanaan teknis
awal meliputi:
1. Perencanaan beberapa alternatif alinemen jalan yang akan dibangun; dan
2. Pertimbangan teknis, ekonomis, lingkungan, dan keselamatan yang
melatarbelakangi konsep perencanaan.
merupakan daerah yang tidak baik untuk dibuat suatu trase jalan dan
memaksa suatu rencana trase jalan untuk dirubah atau dipindahkan.
Keadaan tanah dasar dapat rnempengaruhi lokasi dan bentuk geometrik
jalan misalnya daya dukung tanah dasar, dasar yang jarak dan muka air
yang tinggi. Kondisi iklim juga dapat rnempengaruhi penetapan lokasi
dan bentuk geornetrik jalan.
c. Faktor Lingkungan
Dalam beberapa tahun belakangan ini sernakin terbukti bahwa banyak
kegiatan produksi rnanusia mempunya pengaruh terhadap lingkungan.
Pengaruh ini harus dipertimbangkan dalam kaitannya dengan kegiatan
tersebut secara keseluruhan, salah satu kegiatan produktif ialah
membangun sarana jalan. Oleh karena itu pernbangunan jalan harus
rnempertimbangkan hasil studi Amdal (Analisis Mengenai Dampak
Lingkungan).
3. Geometri
Geometri adalah pengukuran-pengukuran yang mempengaruhi terhadap desain
pembuatan jalan seperti:
a. Kendaraan Rencana
Kendaraan Rencana adalah kendaraan yang dimensi dan radius putarnya
dipakai sebagai acuan dalam perencanaan geometrik. Perhitungan
kendaraan rencana dalam merancang pembuatan atau pelebaran jalan
dengan memperhitungangkan perkiraan kendaraan yang terlayani oleh
kapasitas jalan pada umur rencana hingga 20 Tahun.
Pengaruh kendaraan rencana dengan mempertimbangkan dimensi dan
radius putar kendaraan dikelompokan ke dalam 3 kategori:
i. Kendaraan Kecil, perhitungan geometriknya diwakili oleh mobil
penumpang.
ii. Kendaraan Sedang, perhitungan geometriknya diwakili oleh truk 3 as
tandem atau oleh bus besar 2 as.
iii. Kendaraan Besar, perhitungan geometriknya diwakili oleh truk-semi-
trailer
d. Bagian Jalan
i. Daerah Manfaat Jalan
Daerah Manfaat Jalan (DAMAJA) dibatasi oleh:
1) lebar antara batas ambang pengaman konstruksi jalan di kedua
sisi jalan,
2) tinggi 5 meter di atas permukaan perkerasan pada sumbu jalan,
3) kedalaman ruang bebas 1,5 meter di bawah muka jalan.
ii. Daerah Milik Jalan
Ruang Daerah Milik Jalan (Damija) dibatasi oleh lebar yang sama
dengan Damaja ditambah ambang pengaman konstruksi jalan dengan
tinggi 5 meter dan kedalaman 1.5 meter.
Berikut Daerah milik jalan pada lokasi rencana Jalan Hasyim Ashari
STA. 0+000.
Dimana :
V : matrik koreksi pengukuran
A : matrik koefisien pengukuran
X : matrik koreksi parameter
L : matrik residu persamaan pengukuran
X° : matrik harga pendekatan parameter koordinat
X : matrik harga koordinat defeinitif
P : matrik harga bobot pengukuran
Perhitungan Waterpass
3. Kriteria teknis pengukuran waterpass yang ditetapkan dalam spesifikasi teknis
yakni tiap seksi yang diukur pulang-pergi mempunyai ketelitian 10 mm D (D
= panjang seksi dalam km). Berdasarkan kriteria tersrbut dapat diformulasikan
cara analisis data ukur waterpass pada setiap kring sebagai berikut :
𝑛
𝑓ℎ = 𝑖=1 ℎ𝑖 < 10𝑚𝑚√𝐷 ............................................................ Persamaan 2-8
dimana :
fh : Salah penutup beda tinggi tiap kring waterpass
n : beda tinggi ukuran
i : Nomor slag pengukuran waterpass ( i = 1,2,3....n )
𝛼 =𝐴±𝑆
Dimana :
A : azimut matahari
: azimut ke target
S : sudut horizontal antara matahari dan target
: deklinasi
: lintang tempat pengamatan.
Apabila hasil perhitungan data pengamatan matahari tersebut tidak memenuhi
kriteria ketelitian 5" yang ditetapkan dalam spesifikasi teknis, maka akan
dilakukan pengamatan ulang.
No X Y Z DESC No X Y Z DESC
2 685347,403 9315105,43 13,2 Det 810 686337,83 9314460,16 15,334 jalan
3 685495,004 9314976,12 13,136 jalan 811 686337,833 9314460,3 15,21 sal
4 685494,924 9314976,02 13,046 jalan 812 686337,891 9314460,55 15,213 sal
5 685494,491 9314975,37 13,008 jalan 813 686337,836 9314460,62 15,502 sal
6 685493,887 9314974,46 12,875 jalan 814 686337,573 9314455,98 15,582 jalan
7 685504,129 9314969,25 13,046 jalan 817 686384,082 9314456,16 15,378 jalan
8 685503,696 9314968,6 13,008 jalan 818 686384,315 9314458,72 15,407 bangunan
9 685503,092 9314967,69 12,875 jalan 819 686383,585 9314452,49 15,44 jalan
11 685394,098 9315077,29 13 Det 821 686457,953 9314462,17 15,371 jalan
13 685462,918 9314997,62 13,247 jalan 822 686457,707 9314464,04 15,38 bangunan
14 685462,816 9314997,48 13,109 jalan 825 686457,652 9314464,46 16,027 bangunan
15 685399,64 9315063,24 12,7 Det 826 686458,73 9314457,66 15,424 jalan
17 685448,739 9315006,75 13,216 jalan 827 686484,773 9314466,71 15,457 jalan
18 685448,684 9315006,65 13,21 jalan 829 686535,781 9314479,93 15,513 jalan
19 685436,148 9315015,1 13,302 jalan 830 686535,091 9314482,02 15,492 jalan
20 685436,033 9315015 13,11 jalan 833 686537,461 9314475,37 15,612 jalan
22 685417,559 9315060,33 12,4 Det 834 686594,676 9314496,23 15,361 jalan
23 685390,213 9314996,3 12,3 Det 835 686595,064 9314497,73 15,373 bangunan
24 685438,349 9315011,96 11,59 sal 836 686593,2 9314500,35 15,473 bangunan
25 685446,023 9315002,61 13,056 sal 837 686595,858 9314491,37 15,532 jalan
26 685429,516 9315054,62 12,2 Det 840 686650,17 9314510,39 15,384 jalan
27 685399,502 9314990,35 12 Det 841 686649,621 9314512,46 15,348 jalan
28 685440,374 9315011,23 13,048 sal 842 686649,221 9314514,16 15,254 jalan
29 685438,678 9315012,37 13,047 sal 846 686651,339 9314505,89 15,496 jalan
30 685439,85 9315010,84 11,48 sal 847 686706,291 9314520,21 15,356 jalan
31 685429,086 9315019,37 13,105 jalan 848 686705,837 9314522,28 15,332 bangunan
32 685421,506 9315024,34 13,193 jalan 849 686706,986 9314515,95 15,332 jalan
33 685453,781 9315040,16 11,9 Det 850 686764,317 9314530,5 15,018 jalan
34 685402,05 9315037,11 13,333 jalan 851 686764,313 9314530,59 14,938 jalan
35 685399,441 9315033,71 12,899 jalan 852 686764,266 9314531,61 14,886 bangunan
36 685399,341 9315033,57 12,827 sh 853 686764,527 9314525,99 15,188 jalan
37 685433,615 9314976,25 11,2 Det 855 686817,858 9314532,57 15,006 jalan
38 685368,555 9315109,11 13,3 Det 856 686817,955 9314532,79 14,807 jalan
39 685368,578 9315107,61 13,2 Det 857 686818,067 9314533,81 14,74 sal
40 685396,785 9315030,35 12,032 sh 858 686818,057 9314533,64 14,291 sal
41 685397,931 9315031,77 12,652 sh 859 686817,998 9314533,33 14,153 sal
42 685397,785 9315031,58 12,266 sh 860 686850,208 9314527,2 14,791 sal
43 685400,983 9315035,7 13,077 jalan 861 686817,991 9314533,18 14,838 sal
44 685393,918 9315042,25 13,24 jalan 862 686850,158 9314527,08 14,753 sal
45 685392,392 9315041,09 13,184 jalan 863 686850,117 9314527,01 15,1 sal
46 685391,506 9315039,73 12,892 sh 864 686849,935 9314526,67 15,164 jalan
47 685391,142 9315039,19 12,802 sh 865 686850,474 9314527,81 15,016 jalan
48 685452,839 9314954,69 11 Det 866 686850,764 9314529,82 15,109 bangunan
49 685390,869 9315038,78 11,62 sh 867 686848,211 9314522,1 15,106 jalan
50 685457,656 9314957,81 11 Det 868 686868,31 9314510,09 15,062 jalan
51 685506,058 9315019,92 11,7 Det 869 686884,225 9314494,71 15,233 jalan
52 685449,553 9314979,26 11,3 Det 870 686884,406 9314494,77 15,224 jalan
53 685449,994 9314979,26 11,3 Det 884 686896,055 9314472,12 15,538 jalan
54 685364,378 9315063,22 13,197 sh 886 686896,243 9314472,17 14,781 sal
55 685364,27 9315063,08 13,09 sh 887 686896,876 9314472,31 14,936 sal
56 685541,888 9315000,07 11,3 Det 888 686897,006 9314472,36 15,5 sal
58 685351,004 9315067,11 13,11 bangunan 889 686897,815 9314472,53 16,076 sal
59 685350,271 9315066,2 13,12 bangunan 890 686887,79 9314470,16 15,666 jalan
60 685585,285 9314932,65 11 Det 892 686905,785 9314435,68 15,837 jalan
61 685349,388 9315065,04 12,974 bangunan 893 686905,905 9314435,66 15,749 sal
62 685561,502 9314968,81 11 Det 894 686905,903 9314436,13 15,851 sal
63 685347,046 9315067,91 13,206 bangunan 895 686906,019 9314436,16 15,031 sal
64 685345,64 9315065,5 11,26 bangunan 896 686906,73 9314436,32 15,158 sal
65 685346,873 9315067,61 12,119 sh 897 686906,826 9314436,34 15,822 sal
67 685347,862 9315069,26 13,247 sh 898 686907,445 9314436,47 16,152 sal
68 685349,22 9315071,53 13,211 jalan 899 686901,373 9314434,67 15,955 jalan
69 685349,323 9315071,72 13,199 jalan 901 686911,522 9314410,77 15,321 jalan
70 685352,02 9315076,28 13,254 jalan 902 686916,253 9314410,55 15,205 jalan
71 685354,948 9315081,25 12,979 jalan 903 686914,145 9314416,48 15,21 sal
72 685355,061 9315081,42 12,89 jalan 904 686914,249 9314416,52 14,317 sal
No X Y Z DESC No X Y Z DESC
73 685356,098 9315083,18 12,899 sh 905 686914,812 9314416,71 14,451 sal
74 685356,153 9315083,26 13,034 sh 906 686914,882 9314416,76 15,187 sal
75 685356,604 9315084,38 12,922 sh 907 686918,771 9314413 15,175 bangunan
76 685358,105 9315087,62 12,689 sal 908 686920,541 9314404,38 14,926 bangunan
77 685355,186 9315088,91 12,747 jalan 909 686920,535 9314404,38 14,925 jalan
78 685355,316 9315088,86 12,745 sh 910 686920,655 9314404,41 15,118 jalan
79 685352,973 9315069,65 13,199 jalan 911 686921,444 9314403,3 14,808 sal
80 685358,02 9315082,09 13,034 sh 912 686921,437 9314403,42 14,233 sal
81 685356,067 9315079,61 12,99 jalan 913 686922,108 9314403,74 14,245 sal
82 685358,566 9315087,4 12,552 sh 914 686922,194 9314403,76 14,803 sal
83 685360,996 9315085,88 12,418 sh 915 686916,983 9314402,09 14,91 tiang
84 685360,867 9315085,72 12,661 sh 916 686917,188 9314401,52 14,969 jalan
85 685361,255 9315080,3 13,034 sh 917 686920,688 9314396 14,552 jalan
86 685591,471 9314769,55 14,3 Det 918 686926,12 9314396,83 14,635 sal
87 685358,888 9315077,28 12,99 jalan 919 686928,81 9314397,58 14,713 bangunan
88 685610,323 9314754,15 14,7 Det 920 686916,314 9314393,25 14,668 jalan
89 685345,46 9315097,15 12,861 sh 921 686906,911 9314389,14 14,626 jalan
90 685345,483 9315097,28 12,668 sh 922 686906,471 9314389,47 14,754 jalan
91 685345,556 9315097,62 12,621 sal 923 686905,443 9314389,08 14,777 jalan
92 685689,774 9314774,47 13,7 Det 924 686904,92 9314388,94 14,475 jalan
93 685636,275 9314708,36 13,2 Det 925 686895,925 9314410,47 15,482 jalan
94 685344,717 9315093,68 12,725 jalan 926 686895,703 9314410,41 15,544 sal
95 685710,821 9314762,35 13,5 Det 927 686895,622 9314410,37 14,655 sal
96 685709,744 9314760,8 13,5 Det 928 686895,21 9314410,16 14,667 sal
97 685655,793 9314696,49 12,6 Det 929 686895,093 9314410,11 15,532 sal
98 685327,039 9315086,8 12,954 jalan 931 686893,491 9314410,46 15,64 bangunan
99 685327,016 9315086,76 13,154 jalan 932 686900,285 9314411,91 15,385 bangunan
100 685326,869 9315086,44 13,17 jalan 933 686899,27 9314414,45 15,618 bangunan
101 685326,832 9315086,36 12,99 jalan 934 686889,92 9314443,8 15,947 bangunan
102 685323,209 9315078,47 12,809 jalan 935 686885,718 9314442,7 14,655 sal
103 685323,153 9315078,35 12,759 jalan 936 686887,368 9314443,28 16,04 jalan
104 685323,007 9315078,03 12,734 sal 940 686882,916 9314469,11 15,538 jalan
105 685322,956 9315077,92 11,419 sal 941 686878,146 9314468,1 15,582 jalan
106 685322,628 9315077,2 12,787 sal 942 686885,315 9314442,61 14,667 sal
107 685322,151 9315076,17 12,796 sh 943 686876,989 9314467,71 15,801 bangunan
108 685321,768 9315075,33 12,954 sh 944 686876,636 9314467,64 16,052 bangunan
109 685709,361 9314662,85 11,3 Det 945 686870,092 9314489,53 15,225 jalan
110 685340,619 9315074,39 11,219 sal 946 686860,903 9314503,75 15,062 jalan
111 685340,864 9315075,4 13,009 jalan 947 686860,73 9314503,6 15,015 sal
112 685340,824 9315075,19 12,966 jalan 948 686860,661 9314503,52 14,275 sal
113 685342,144 9315081,49 13,07 jalan 949 686860,184 9314503,11 14,324 sal
114 685347,478 9315079,19 13,089 jalan 950 686860,16 9314503,07 15,039 sal
115 685347,843 9315079,64 13,097 jalan 951 686859,85 9314502,67 15,71 sh
116 685347,14 9315084,14 12,889 jalan 952 686885,129 9314495,02 14,809 sal
117 685346,847 9315084,34 12,932 jalan 953 686846,289 9314517,64 15,015 jalan
118 685342,286 9315081,98 13,024 jalan 954 686846,214 9314517,43 14,981 jalan
119 685822,012 9314603,54 12,2 Det 955 686843,879 9314511,78 15,266 bangunan
120 685895,753 9314687,62 12,7 Det 956 686885,218 9314495,05 15,201 sal
121 685863,918 9314596,04 12,1 Det 957 686885,687 9314495,21 15,49 tiang
122 685861,164 9314597,02 12,1 Det 958 686764,769 9314521,49 15,265 jalan
123 685941,284 9314671,94 13,5 Det 959 686764,769 9314521,4 15,231 jalan
124 685940,179 9314671,39 13,5 Det 960 686764,83 9314520,03 15,063 sal
125 685936,507 9314667,57 13,5 Det 961 686764,833 9314519,9 14,455 sal
126 685369,322 9315070,4 13,095 tiang 962 686764,863 9314519,45 14,446 sal
127 685371,018 9315074,54 13,235 bangunan 963 686764,868 9314519,37 15,045 sal
128 685370,035 9315071,39 13,232 bangunan 964 686764,913 9314518,33 15,355 bangunan
129 685907,432 9314571,45 12,1 Det 965 686817,667 9314523,68 14,965 jalan
130 685911,16 9314574,27 12,2 Det 966 686817,667 9314523,59 14,831 jalan
131 685984,636 9314653,39 13,7 Det 967 686707,658 9314511,56 15,34 jalan
132 685397,81 9315049,2 13,216 jalan 968 686707,738 9314511,46 15,254 jalan
133 685402,564 9315056,32 13,184 sh 969 686707,784 9314509,08 15,183 sal
134 685397,864 9315049,27 13,156 jalan 970 686707,95 9314509,02 14,768 sal
135 685395,837 9315046,24 13,367 jalan 971 686708,058 9314508,66 14,788 sal
136 685406,769 9315043,13 13,204 jalan 972 686708,142 9314508,55 15,253 sal
137 685406,85 9315043,23 13,136 jalan 973 686708,085 9314508,33 15,637 sal
No X Y Z DESC No X Y Z DESC
138 686001,289 9314537,69 12,4 Det 974 686708,048 9314505,92 15,695 bangunan
139 685999,594 9314534,43 12,5 Det 975 686652,527 9314501,07 15,443 jalan
140 685425,586 9315030,99 12,907 jalan 976 686652,543 9314500,97 15,478 jalan
141 685425,642 9315031,08 12,861 jalan 977 686817,633 9314522,43 14,455 sal
142 686017,53 9314529,83 12,2 Det 978 686652,738 9314500,18 15,434 jalan
143 686022,143 9314529,81 12,1 Det 979 686652,768 9314500,08 15,28 sal
144 686099,333 9314597,93 12 Det 980 686652,882 9314499,63 15,081 sal
145 686098,592 9314595,11 11,9 Det 981 686652,906 9314499,54 15,44 sal
146 686040,943 9314513,09 12 Det 982 686652,979 9314499,24 15,523 bangunan
147 686043,815 9314514,35 11,9 Det 983 686817,663 9314521,98 14,446 sal
148 685438,728 9315027,85 12,887 jalan 984 686653,26 9314498,08 15,569 tiang
149 685433,644 9315023,47 13,289 jalan 985 686817,668 9314521,89 15,045 sal
150 685440,858 9315018,75 13,247 jalan 986 686845,722 9314515,94 14,455 sal
151 686108,286 9314494,1 12,7 Det 987 686845,561 9314515,52 14,446 sal
152 686112,496 9314498,43 12,7 Det 988 686597,341 9314486,88 15,609 jalan
153 685448,86 9315025,16 12,763 jalan 989 686597,708 9314485,47 15,417 sal
154 685448,943 9315025,23 12,971 jalan 990 686597,743 9314485,38 14,943 sal
155 685450,186 9315026,18 12,972 jalan 991 686597,861 9314484,87 14,866 sal
156 685450,338 9315026,32 12,421 jalan 992 686597,906 9314484,77 15,491 sal
157 685450,801 9315028,98 12,418 jalan 993 686598,044 9314484,32 15,551 bangunan
158 685450,967 9315029,97 11,342 jalan 994 686845,544 9314515,5 15,045 sal
159 685453,334 9315030,24 11,324 sal 995 685340,482 9315073,66 12,587 sal
160 685454,01 9315030,06 12,44 sal 996 685340,293 9315072,7 12,596 sh
161 685455,56 9315030,07 12,483 sal 997 685340,092 9315071,78 12,754 sh
162 685449,045 9315022,49 12,971 tiang 998 685518,495 9314954,38 12,868 bangunan
163 685449,194 9315022,65 12,954 jalan 999 685536,811 9314939,29 12,87 jalan
164 685450,085 9315020,91 12,954 jalan 1.000 685537,725 9314939,72 12,774 jalan
165 685453,58 9315013,88 13,289 jalan 1.001 685537,994 9314939,85 11,835 sh
166 685453,642 9315013,96 13,311 jalan 1.002 685539,038 9314940,33 11,247 sh
167 685453,976 9315014,47 13,243 jalan 1.003 685540,512 9314941,03 11,002 sh
168 685454,025 9315014,55 12,584 sal 1.004 685541,618 9314941,55 10,135 sh
169 685454,194 9315014,81 12,551 sal 1.005 685525,134 9314933,72 11,867 sal
170 685454,263 9315014,93 13,237 sal 1.006 685524,892 9314933,61 11,847 sal
171 685454,372 9315015,08 13,162 sal 1.007 685524,838 9314933,57 12,966 sal
172 685466,744 9315004,78 13,184 sal 1.008 685523,716 9314933,08 12,967 sh
173 685466,754 9315004,82 13,236 jalan 1.009 685592,159 9314819,68 12,848 jalan
174 685466,841 9315004,95 13,194 jalan 1.010 685591,317 9314819,24 12,8 pagar
175 685466,887 9315005,06 13,328 jalan 1.011 685589,176 9314818,08 12,81 pagar
176 685467,448 9315006,1 13,33 sal 1.012 685587,561 9314817,1 12,569 sal
177 685467,501 9315006,2 12,773 sal 1.013 685587,502 9314817,07 11,823 sal
178 685467,667 9315006,51 12,742 sal 1.014 685587,094 9314816,86 11,832 sal
179 685467,723 9315006,61 13,203 sal 1.015 685587,039 9314816,82 12,885 sal
180 686265,08 9314422,35 15,7 Det 1.016 685597,904 9314801,16 11,984 sal
181 685467,873 9315006,89 14,332 sh 1.017 685597,488 9314800,9 12,004 sal
182 686301,21 9314414,98 16,2 Det 1.018 685597,447 9314800,87 12,836 sal
183 686350,399 9314492,75 15,9 Det 1.019 685596,297 9314800,12 12,882 sh
184 686336,616 9314420,45 16,5 Det 1.020 685623,019 9314767,43 13,325 tiang
185 685499,554 9314982,93 13,334 jalan 1.021 685637,761 9314782,92 12,705 sal
186 685499,683 9314983,1 13,334 jalan 1.022 685638,226 9314783,36 12,481 sal
187 685499,732 9314983,2 13,471 jalan 1.023 685638,282 9314783,41 13,297 sal
188 685500,466 9314984,32 13,455 jalan 1.024 685638,906 9314784,06 13,229 bangunan
189 685500,494 9314984,36 12,959 sal 1.025 685661,994 9314750,17 12,769 jalan
190 685500,712 9314984,69 12,956 sal 1.026 685654,572 9314740,82 12,098 sal
191 685500,868 9314984,93 13,288 sal 1.027 685654,516 9314740,76 12,904 sal
192 685501,053 9314985,2 14,288 sal 1.028 685708,012 9314715,34 13,063 jalan
193 685509,066 9314976,44 13,371 jalan 1.029 685708,202 9314715,62 13,023 jalan
194 685509,122 9314976,55 13,31 jalan 1.030 685708,438 9314715,84 13,095 jalan
195 685509,207 9314976,96 13,512 jalan 1.031 685708,463 9314715,87 12,769 jalan
196 685509,884 9314978,07 13,466 jalan 1.032 685718,825 9314722,33 12,67 sal
197 685509,937 9314978,15 13,055 sal 1.033 685719,265 9314723,49 12,733 bangunan
198 685510,139 9314978,45 13,035 sal 1.034 685714,225 9314712,49 13,063 jalan
199 685510,151 9314978,49 13,211 sal 1.035 685714,368 9314712,8 13,023 jalan
200 685510,283 9314978,68 13,207 sal 1.036 685714,469 9314713,05 13,095 jalan
201 685510,307 9314978,73 14,066 sal 1.037 685714,477 9314713,1 12,769 jalan
202 686463,807 9314426,72 17,8 Det 1.038 685715,458 9314711,93 13,063 jalan
No X Y Z DESC No X Y Z DESC
203 686464,362 9314428,49 17,7 Det 1.039 685715,601 9314712,24 13,023 jalan
204 685512,37 9314981,93 13,261 sh 1.040 685715,702 9314712,48 13,095 jalan
205 686512,376 9314518,61 15,4 Det 1.041 685715,71 9314712,53 12,769 jalan
206 685514,237 9314981,23 13,383 jalan 1.042 686125,045 9314541,62 13,483 sal
207 685517,068 9314979,36 13,424 jalan 1.043 686124,989 9314541,54 13,977 sal
208 685519,555 9314977,95 13,405 jalan 1.044 686172,76 9314509,14 13,481 sal
209 685520,07 9314977,74 13,342 jalan 1.045 686197,527 9314496,8 14,356 jalan
210 686542,647 9314521,07 15,2 Det 1.046 686197,596 9314497,07 14,047 sal
211 686543,231 9314518,52 15,3 Det 1.047 686197,713 9314497,51 13,982 sal
212 686543,488 9314513,45 15,4 Det 1.048 686197,742 9314497,58 13,356 sal
213 686559,616 9314425,11 17,7 Det 1.049 686197,812 9314497,83 14,536 sal
214 685518,238 9314968,64 13,606 jalan 1.050 686431,229 9314457,88 15,378 jalan
215 685524,697 9314959,87 13,475 jalan 1.051 686244,263 9314481,61 15,047 sal
216 685525,02 9314960,01 13,247 jalan 1.052 686244,391 9314482,04 14,982 sal
217 685526,071 9314960,79 13,32 jalan 1.053 686244,409 9314482,12 15,356 sal
218 685521,702 9314956,91 13,252 sal 1.054 686244,465 9314482,33 15,536 sal
219 685530,301 9314951,38 13,157 jalan 1.055 686885,207 9314442,57 15,532 sal
220 685530,921 9314951,53 13,113 sal 1.056 686903,529 9314447,42 15,031 sal
221 685532,417 9314952,52 12,938 sal 1.057 686904,084 9314447,59 15,158 sal
222 685534,788 9314944,54 12,872 sal 1.058 686904,225 9314447,63 15,822 sal
223 685536,141 9314945,17 12,818 sal 1.059 686867,985 9314488,64 14,275 sal
224 686596,398 9314437,02 16,8 Det 1.060 686889,059 9314432,21 14,655 sal
225 685554,02 9314905,86 12,94 jalan 1.061 686888,655 9314432,12 14,667 sal
226 685554,117 9314905,93 12,87 jalan 1.062 686888,548 9314432,08 15,532 sal
227 685555,012 9314906,4 12,774 jalan 1.063 686867,401 9314488,44 14,324 sal
228 685555,281 9314906,52 11,835 sh 1.064 686867,368 9314488,42 15,039 sal
229 685556,294 9314907,04 11,247 sh 2.310 685326,942 9315086,6 13,162 Det
230 685557,736 9314907,77 11,002 sh 2.311 685329,764 9315094,8 12,73 Det
231 685558,075 9314907,93 10,135 sh 2.313 685330,34 9315096,34 12,68 Det
232 686703,597 9314536,68 16,8 Det 2.314 685330,351 9315096,47 11,98 Det
233 686687,658 9314461,04 16,3 Det 2.315 685330,59 9315097,12 12,08 Det
234 686688,116 9314463,21 16,4 Det 2.316 685330,642 9315097,2 12,59 Det
235 686688,69 9314465,95 16,5 Det 2.317 685330,733 9315097,59 12,55 Det
236 686709,754 9314548,38 17,6 Det 2.318 685329,818 9315094,93 12,68 Det
237 686728,084 9314562,23 17,6 Det 2.319 685342,148 9315081,52 13,29 Det
238 686714,748 9314469,01 16,5 Det 2.320 685342,278 9315081,95 13,3 Det
239 686767,949 9314571,75 17,3 Det 2.321 685344,76 9315093,87 12,86 Det
240 686748,85 9314467,19 16,5 Det 2.322 685345,575 9315097,71 12,86 Det
241 686749,875 9314467,76 16,6 Det 2.323 685322,688 9315077,34 11,42 Det
242 686829,137 9314585,9 15,9 Det 2.324 685340,683 9315074,5 12,534 sal
243 685576,47 9314860,86 12,811 jalan 2.325 685340,524 9315073,8 11,42 Det
244 685577,337 9314861,33 12,732 sh 2.326 685342,213 9315081,73 13,295 Det
245 685577,579 9314861,41 11,989 sh 2.327 685347,808 9315079,6 13,28 Det
246 685579,185 9314862,31 11,611 sh 2.328 685347,511 9315079,23 13,32 Det
247 686779,637 9314444,5 16,3 Det 2.329 685358,333 9315086,95 12,69 Det
248 686783,301 9314444,49 16,3 Det 2.330 685348,828 9315064,32 11,26 Det
249 686784,871 9314444,48 16,3 Det 2.331 685366,37 9315066,5 13,28 Det
250 686952,355 9314511,27 15 Det 2.332 685356,044 9315073,6 13,26 Det
251 686818,8 9314426,73 16,2 Det 2.333 685352,849 9315069,48 13,211 jalan
252 686974,794 9314465,38 15 Det 2.334 685357,964 9315082,01 12,899 sh
253 686843,957 9314394,03 15,5 Det 2.335 685355,953 9315079,43 13,079 jalan
254 686846,999 9314394,55 15,5 Det 2.336 685361,199 9315080,22 12,899 sh
255 686856,353 9314353,26 14,4 Det 2.337 685358,775 9315077,11 13,079 jalan
256 685597,177 9314822,59 12,926 jalan 2.338 685368,544 9315070,03 13,1 Det
257 685598,371 9314823,32 12,786 jalan 2.339 685368,606 9315070,12 13,05 Det
258 685598,87 9314823,56 11,337 jalan 2.340 685371,739 9315075,17 13,235 bangunan
259 685599,402 9314823,86 11,048 jalan 2.341 685373,601 9315078,26 13,04 Det
260 686894,032 9314283,13 13,1 Det 2.342 685362,128 9315059,6 12,95 Det
261 686895,042 9314283,13 13,1 Det 2.343 685361,866 9315059,17 12,88 Det
262 685608,203 9314807,7 12,912 jalan 2.344 685359,456 9315055,25 11,26 Det
263 685612,735 9314810,15 13,018 jalan 2.345 685389,301 9315036,44 11,26 Det
264 685612,815 9314810,1 13,164 jalan 2.346 685402,182 9315055,75 13,18 Det
265 685616,062 9314812,42 13,132 jalan 2.347 685401,929 9315036,91 13,18 Det
266 686958,138 9314437,3 14,9 Det 2.348 685394,98 9315027,96 11,26 Det
267 685617,022 9314812,92 13,21 sal 2.349 685404,55 9315040,27 13,35 Det
No X Y Z DESC No X Y Z DESC
268 685617,827 9314813,43 12,931 sal 2.350 685409,145 9315046,2 13,18 Det
270 685616,404 9314799,02 12,943 jalan 2.351 685409,225 9315046,27 13,11 Det
271 685618,478 9314800,41 13,106 jalan 2.352 685423,686 9315027,89 13,33 Det
272 685621,811 9314802,6 13,096 jalan 2.353 685419,021 9315020,28 13,1 Det
273 685621,876 9314802,63 13,187 jalan 2.354 685417,534 9315017,96 12,98 Det
274 685623,122 9314803,48 13,266 sal 2.355 685426,566 9315017,15 13,1 Det
275 685623,21 9314803,53 12,294 sal 2.356 685424,659 9315015,48 12,9 Det
276 685623,893 9314803,97 13,318 sal 2.357 685429,026 9315019,31 13,05 Det
277 685633,857 9314786,25 13,184 jalan 2.358 685428,14 9315035,13 12,62 Det
278 685634,36 9314786,7 13,166 sal 2.359 685448,589 9315036,6 12,76 Det
279 685634,423 9314786,78 12,705 sal 2.360 685443,598 9315017,12 13,24 Det
280 685634,888 9314787,22 12,481 sal 2.361 685450,794 9315024,21 11,34 Det
281 685634,945 9314787,27 13,297 sal 2.362 685452,701 9315023,49 11,25 Det
282 685635,569 9314787,91 13,229 bangunan 2.363 685445,043 9315015,9 13,24 Det
283 685637,231 9314782,36 13,221 jalan 2.364 685449,936 9315020,75 12,971 tiang
286 685666,337 9314755,71 12,921 jalan 2.365 685441,322 9314995,64 13,2 Det
287 685666,391 9314755,79 12,974 jalan 2.366 685439,369 9315012,94 13,28 Det
288 685667,214 9314756,77 12,763 sal 2.367 685439,229 9315012,81 13,09 Det
289 685667,254 9314756,83 11,965 sal 2.368 685440,919 9315011,91 13,27 Det
290 685667,827 9314757,54 12,768 sal 2.369 685440,789 9315011,8 13,07 Det
291 685669,28 9314759,37 12,703 bangunan 2.370 685438,121 9315012,26 13,05 Det
293 685685,193 9314741 12,633 jalan 2.371 685435,644 9315010,11 13 Det
296 685712,346 9314722,79 12,449 jalan 2.372 685438,268 9315008,35 13 Det
297 685712,421 9314722,89 12,524 jalan 2.373 685451,343 9315010,71 13,22 Det
298 685713,142 9314724,04 12,779 sal 2.374 685457,691 9314987,85 13,4 Det
299 685713,299 9314724,5 11,692 sal 2.375 685489,341 9314967,62 13,2 Det
300 685713,544 9314724,85 12,67 sal 2.376 685497,288 9314979,56 13,31 Det
301 685713,984 9314726,02 12,733 bangunan 2.377 685504,209 9314969,35 13,136 jalan
306 685753,928 9314703,63 12,343 jalan 2.378 685506,493 9314972,79 13,31 Det
307 685754,137 9314704,25 12,301 jalan 2.379 685501,583 9314965,26 13,2 Det
308 685754,726 9314704,95 12,246 sal 2.380 685514,93 9314965,96 13,28 Det
309 685754,855 9314705,45 11,727 sal 2.381 685512,029 9314963,7 13,14 Det
310 685755,116 9314705,78 12,278 sal 2.382 685511,895 9314963,58 13,08 Det
311 685755,918 9314708,04 12,059 bangunan 2.383 685509,079 9314961,42 13,01 Det
314 685770,249 9314696,41 12,334 jalan 2.384 685518,618 9314954,47 12,919 bangunan
315 685770,248 9314696,47 12,403 jalan 2.385 685515,471 9314951,93 12,84 Det
316 685770,889 9314697,81 12,639 sal 2.386 685526,625 9314949,43 13,22 Det
317 685770,933 9314697,89 11,878 sal 2.387 685523,398 9314947,73 12,98 Det
319 685771,217 9314698,51 12,967 sal 2.388 685523,214 9314947,63 12,88 Det
320 685772,335 9314700,89 12,714 bangunan 2.389 685530,477 9314951,47 13,1 Det
324 685795,507 9314685,16 12,649 jalan 2.390 685531,952 9314948,27 13,157 jalan
325 685796,042 9314686,37 12,681 sal 2.391 685528,228 9314946,49 13,22 Det
326 685796,108 9314686,5 11,872 sal 2.392 685525,048 9314944,99 12,98 Det
327 685796,38 9314687,22 12,654 sal 2.393 685524,865 9314944,89 12,88 Det
328 685797,596 9314689,7 12,42 bangunan 2.394 685532,128 9314948,36 13,1 Det
348 685843,882 9314663,36 13,317 jalan 2.395 685525,293 9314942,99 12,82 Det
349 685843,796 9314663,65 13,353 jalan 2.396 685524,005 9314945,76 12,83 Det
350 685843,787 9314663,73 13,527 jalan 2.397 685534,193 9314944,3 13,157 jalan
351 685844,367 9314664,94 13,447 jalan 2.398 685534,369 9314944,38 13,1 Det
352 685844,475 9314665,06 12,486 sal 2.399 685532,297 9314947,61 13,157 jalan
353 685844,701 9314665,64 12,484 sal 2.400 685532,473 9314947,7 13,1 Det
354 685844,709 9314665,71 13,423 sal 2.401 685532,513 9314948,53 13,1 Det
355 685845,93 9314667,94 13,318 bangunan 2.402 685532,845 9314947,9 13,05 Det
357 685856,333 9314653,67 13,266 jalan 2.403 685533,222 9314948,87 12,2 Det
358 685860,26 9314652,23 13,087 sal 2.404 685533,541 9314948,2 12,2 Det
361 685860,574 9314653,07 12,744 sal 2.405 685531,743 9314949,98 13,11 Det
362 685860,624 9314653,22 12,873 sal 2.406 685533,689 9314946,31 13,08 Det
363 685860,453 9314652,71 12,792 sal 2.407 685530,45 9314942,47 13,22 Det
364 685860,414 9314652,58 13,218 sal 2.408 685536,714 9314939,22 12,94 jalan
366 685863,26 9314661,24 13,392 bangunan 2.409 685530,454 9314936,24 12,9 Det
367 685858,099 9314659,71 12,86 bangunan 2.410 685530,392 9314936,22 12,84 Det
368 685858,037 9314659,74 13,767 bangunan 2.411 685525,205 9314933,75 12,485 sal
369 685857,77 9314659,01 12,752 bangunan 2.412 685533,124 9314937,55 13,2 Det
370 685857,625 9314658,95 13,732 bangunan 2.413 685551,311 9314904,52 13,16 Det
371 685860,199 9314651,98 13,324 jalan 2.414 685573,838 9314859,47 13 Det
No X Y Z DESC No X Y Z DESC
373 685879,831 9314643,55 13,406 jalan 2.415 685580,669 9314863,1 10,8 Det
374 685880,151 9314644,54 13,387 sal 2.416 685597,269 9314822,64 12,87 Det
375 685880,441 9314645,29 13,027 sal 2.417 685602,383 9314825,53 10,77 Det
376 685880,46 9314645,4 13,508 sal 2.418 685583,274 9314814,97 12,922 sh
377 685880,938 9314647,41 13,164 sal 2.419 685594,854 9314821,12 13 Det
378 685866,834 9314643,53 13,467 jalan 2.420 685602,927 9314814,54 12,88 Det
380 685876,103 9314632,91 13,326 sal 2.421 685603,02 9314814,59 12,84 Det
381 685876,063 9314632,84 13,218 sal 2.422 685604,109 9314815,31 12,81 Det
382 685876,064 9314632,8 12,683 sal 2.423 685606,986 9314816,88 13,04 Det
383 685875,951 9314632,5 12,834 sal 2.424 685612,51 9314820,12 13,11 Det
384 685875,927 9314632,45 13,441 sal 2.425 685597,96 9314801,19 12,582 sh
386 685865,187 9314638,96 13,311 jalan 2.426 685601,97 9314803,65 12,81 Det
387 685865,05 9314638,69 13,223 jalan 2.427 685605,764 9314805,99 12,93 Det
388 685864,363 9314637,04 13,104 sal 2.428 685617,15 9314813 12,48 Det
389 685864,304 9314636,9 12,47 sal 2.429 685617,732 9314813,35 12,44 Det
390 685864,215 9314636,6 12,654 sal 2.430 685613,299 9314796,91 13,04 Det
391 685856,622 9314641,12 13,267 jalan 2.431 685605,48 9314791,64 13,373 sal
392 685855,124 9314636,56 13,325 jalan 2.432 685604,715 9314791,14 12,94 Det
393 685855,105 9314636,51 12,772 sal 2.433 685605,378 9314791,57 12,88 Det
394 685854,992 9314636,16 12,908 sal 2.434 685623,82 9314803,91 12,29 Det
395 685854,961 9314636,06 13,359 sal 2.435 685627,291 9314780,18 13,33 Det
396 685854,604 9314635 13,603 sal 2.436 685619,668 9314773,09 12,7 Det
397 685852,149 9314642,11 13,264 jalan 2.437 685628,79 9314777,76 13,4 Det
398 685852,02 9314641,8 13,263 jalan 2.438 685629,322 9314778,33 13,47 Det
399 685851,136 9314639,27 13,073 sal 2.439 685631,598 9314776,35 13,47 Det
400 685851,063 9314639,06 12,792 sal 2.440 685628,929 9314777,75 13,52 Det
401 685850,7 9314638,04 12,735 sal 2.441 685629,345 9314778,19 13,55 Det
402 685850,652 9314637,91 13,471 sal 2.442 685624,312 9314768,56 13,373 sal
403 685849,167 9314636,03 13,495 bangunan 2.443 685624,202 9314768,46 12,7 Det
404 685836,902 9314647,81 13,41 bangunan 2.444 685625,27 9314769,61 13,37 Det
405 685836,86 9314647,73 13,405 jalan 2.445 685637,697 9314782,84 13,166 sal
406 685836,305 9314646,49 13,432 sal 2.446 685631,065 9314775,78 13,4 Det
407 685835,936 9314645,66 13,464 sal 2.447 685631,142 9314775,85 13,52 Det
408 685836,262 9314646,37 12,609 sal 2.448 685631,557 9314776,3 13,55 Det
409 685835,751 9314645,23 13,404 sal 2.449 685667,761 9314757,47 11,94 Det
410 685834,821 9314643,12 13,196 bangunan 2.450 685661,536 9314749,59 12,767 jalan
411 685839,628 9314655,76 13,498 jalan 2.451 685655,035 9314741,38 12,897 sal
412 685839,813 9314656,41 13,475 jalan 2.452 685654,987 9314741,32 12,15 Det
413 685868,975 9314649,08 13,387 sal 2.453 685653,9 9314739,93 12,95 Det
414 685868,992 9314649,17 13,027 sal 2.454 685674,514 9314726,62 12,2 Det
415 685869,23 9314649,8 13,508 sal 2.455 685675,276 9314727,66 12,65 Det
422 685789,618 9314669,31 12,737 jalan 2.456 685686,226 9314742,35 12,779 sal
423 685789,545 9314669,09 12,935 jalan 2.457 685685,321 9314741,16 12,56 Det
425 685789,001 9314667,66 13,02 sal 2.459 685686,1 9314742,1 12,64 Det
426 685788,94 9314667,53 11,947 sal 2.460 685686,703 9314743,03 11,67 Det
432 685766,517 9314688,42 12,538 jalan 2.461 685702,768 9314706,2 11,98 Det
433 685766,653 9314688,73 12,793 jalan 2.462 685707,988 9314715,32 12,767 jalan
434 685766,817 9314689,04 12,518 jalan 2.463 685717,627 9314720,26 12,449 jalan
435 685763,141 9314681,06 12,343 jalan 2.464 685714,202 9314712,47 12,767 jalan
436 685763,07 9314680,99 12,602 jalan 2.465 685715,434 9314711,9 12,767 jalan
437 685762,377 9314679,6 12,741 sal 2.466 685746,015 9314686,66 12,741 sal
438 685762,365 9314679,49 11,781 sal 2.467 685745,972 9314686,53 11,74 Det
439 685762,064 9314678,83 12,714 sal 2.468 685750,309 9314695,87 12,538 jalan
444 685761,03 9314676,58 12,202 bangunan 2.469 685750,574 9314696,4 12,79 Det
447 685746,741 9314688,22 12,293 jalan 2.470 685771,187 9314698,46 11,88 Det
448 685745,707 9314685,98 11,781 sal 2.471 685766,787 9314688,97 12,79 Det
449 685745,648 9314685,9 12,714 sal 2.472 685766,576 9314688,5 12,79 Det
450 685750,352 9314695,96 12,793 jalan 2.473 685762,109 9314678,94 11,75 Det
451 685710,775 9314704,75 12,414 jalan 2.474 685796,339 9314687,11 11,87 Det
452 685750,651 9314696,46 12,518 jalan 2.475 685788,721 9314666,91 11,98 Det
453 685710,74 9314702,41 12,675 sal 2.476 685788,684 9314666,81 13,11 Det
455 685709,93 9314700,99 11,621 sal 2.477 685787,487 9314663,67 13,14 Det
456 685710,289 9314701,54 12,697 sal 2.478 685835,964 9314645,74 12,6 Det
457 685709,927 9314702,77 12,626 sal 2.479 685839,762 9314656,34 13,62 Det
458 685709,889 9314702,7 10,752 sal 2.480 685839,672 9314655,89 13,65 Det
No X Y Z DESC No X Y Z DESC
459 685710,7 9314702,34 10,851 sal 2.481 685840,519 9314656,04 13,48 Det
461 685710,332 9314701,64 10,607 sal 2.482 685840,378 9314655,72 13,5 Det
462 685709,566 9314701,95 10,62 sal 2.483 685854,74 9314649,39 13,51 Det
463 685709,531 9314701,85 12,04 sal 2.484 685858,76 9314647,6 13,5 Det
464 685709,249 9314701,19 12,413 jalan 2.485 685868,687 9314648,32 13,406 jalan
465 685717,702 9314720,36 12,524 jalan 2.486 685869,2 9314649,69 13 Det
466 685718,423 9314721,51 12,779 sal 2.487 685878,273 9314638,89 13,43 Det
467 685718,58 9314721,97 11,692 sal 2.488 685880,193 9314644,63 13,03 Det
468 685703,814 9314708,03 12,55 jalan 2.489 685993,783 9314602,97 13,68 Det
469 685703,88 9314708,14 12,637 jalan 2.490 686046,179 9314585,05 13,7 Det
470 685703,141 9314706,84 12,776 sal 2.491 686125,265 9314541,95 13,983 sal
471 685703,093 9314706,75 11,939 sal 2.492 686173,051 9314509,56 13,19 sal
472 685702,71 9314706,13 12,798 sal 2.493 686169,625 9314504,29 14,05 Det
473 685702,32 9314705,42 12,735 bangunan 2.494 686180,244 9314497,71 14 Det
475 685675,33 9314727,75 12,699 jalan 2.495 686178,818 9314492,73 13,91 Det
476 685679,786 9314733,88 12,767 jalan 2.496 686178,738 9314492,55 19,31 Det
477 685679,81 9314733,9 13,063 jalan 2.497 686197,453 9314496,66 14,453 jalan
478 685680 9314734,18 13,023 jalan 2.498 686196,268 9314492,36 14,21 Det
479 685680,237 9314734,4 13,095 jalan 2.499 686197,62 9314497,18 13,78 Det
480 685680,262 9314734,43 12,769 jalan 2.501 686244,308 9314481,75 14,8 Det
481 685686,28 9314742,45 11,692 sal 2.502 686303,886 9314456,34 14,95 Det
482 685686,764 9314743,14 12,67 sal 2.503 686303,915 9314456,46 15,75 Det
483 685674,579 9314726,72 12,897 sal 2.504 686305,116 9314461,34 15,68 Det
484 685674,122 9314726,1 12,098 sal 2.505 686306,218 9314466,38 14,8 Det
485 685674,044 9314726 12,904 sal 2.506 686337,9 9314460,86 15,55 Det
486 685687,505 9314744,11 12,733 bangunan 2.507 686384,074 9314456,87 15,38 Det
487 685655,768 9314742,32 13,102 jalan 2.508 686384,076 9314456,97 15,29 Det
488 685661,547 9314749,67 13,063 jalan 2.509 686384,088 9314457,27 15,25 Det
489 685661,75 9314749,89 13,023 jalan 2.510 686384,098 9314457,54 15,4 Det
490 685661,939 9314750,09 13,095 jalan 2.511 686431,101 9314458,37 15,29 Det
491 685625,35 9314769,72 13,378 jalan 2.512 686431,099 9314458,27 15,38 Det
492 685621,039 9314774,48 13,244 jalan 2.513 686431,113 9314458,68 15,25 Det
493 685619,759 9314773,18 13,373 sal 2.514 686431,123 9314458,94 15,4 Det
494 685619,057 9314772,53 12,781 sal 2.515 686431,604 9314453,27 15,48 Det
495 685618,989 9314772,46 13,353 sal 2.516 686457,903 9314462,58 15,38 Det
496 685618,467 9314772,05 13,325 tiang 2.517 686457,884 9314462,68 15,09 Det
497 685623,609 9314767,92 12,781 sal 2.518 686457,849 9314462,97 15,05 Det
498 685608,319 9314793,7 12,884 jalan 2.519 686457,828 9314463,12 15,4 Det
499 685602,063 9314803,72 12,902 jalan 2.520 686459,318 9314451,89 15,55 jalan
500 685604,615 9314791,06 13,353 sal 2.521 686485,891 9314461,65 15,55 Det
501 685597,121 9314811,16 12,904 jalan 2.522 686484,696 9314467,11 15,38 Det
502 685596,221 9314810,6 12,914 pagar 2.523 686484,677 9314467,21 15,09 Det
503 685594,177 9314809,54 12,741 sh 2.524 686484,642 9314467,51 15,05 Det
504 685592,217 9314808,84 12,582 sh 2.525 686484,621 9314467,65 15,4 Det
505 685623,541 9314767,85 13,353 sal 2.526 686535,661 9314480,36 15,48 Det
506 685592,161 9314808,8 11,984 sal 2.527 686535,642 9314480,46 15,01 Det
507 685591,842 9314808,54 12,004 sal 2.528 686535,554 9314480,74 15,04 Det
508 685591,801 9314808,52 12,836 sal 2.529 686535,509 9314480,91 15,48 Det
509 685590,651 9314807,76 12,882 sh 2.530 686594,575 9314496,57 15,38 Det
510 685599,916 9314812,97 12,99 jalan 2.531 686594,556 9314496,67 15,11 Det
511 685571,143 9314858,03 12,848 jalan 2.532 686594,468 9314496,96 15,04 Det
512 685570,301 9314857,59 12,8 pagar 2.533 686594,423 9314497,12 15,38 Det
513 685568,16 9314856,44 12,81 pagar 2.534 686650,031 9314510,93 15,38 Det
514 685565,977 9314855,3 12,569 sal 2.535 686650,012 9314511,03 15,11 Det
515 685565,918 9314855,27 11,823 sal 2.536 686649,903 9314511,32 15,04 Det
516 685565,51 9314855,06 11,832 sal 2.537 686649,858 9314511,48 15,38 Det
517 685565,455 9314855,02 12,885 sal 2.538 686706,225 9314520,75 15,38 Det
518 685562,258 9314853,32 12,922 sh 2.539 686706,206 9314520,85 15,11 Det
519 685548,606 9314903,16 12,89 jalan 2.540 686706,17 9314521,21 15,04 Det
520 685547,81 9314902,75 12,856 pagar 2.541 686706,125 9314521,37 15,38 Det
521 685545,491 9314901,56 12,714 pagar 2.542 686817,976 9314528,03 15,106 jalan
522 685543,58 9314900,62 12,622 sal 2.544 686817,63 9314522,56 15,063 sal
523 685543,552 9314900,61 11,923 sal 2.545 686818,124 9314534,58 14,8 Det
524 685543,249 9314900,45 11,936 sal 2.546 686817,46 9314520,76 15,11 Det
525 685543,222 9314900,43 12,88 sal 2.547 686845,762 9314516,05 15,063 sal
No X Y Z DESC No X Y Z DESC
526 685541,263 9314899,45 12,935 sh 2.548 686850,258 9314527,29 15,1 sal
527 685527,69 9314941,18 12,895 jalan 2.549 686864,342 9314506,55 15,24 Det
528 685527,602 9314941,12 12,847 jalan 2.550 686868,812 9314510,46 15,01 Det
529 685526,377 9314941,72 12,825 pagar 2.551 686868,895 9314510,55 13,62 Det
530 685524,269 9314940,36 12,529 pagar 2.553 686869,057 9314510,66 13,6 Det
531 685522,463 9314938,7 12,485 sal 2.554 686869,128 9314510,76 15,01 Det
532 685522,353 9314938,68 11,867 sal 2.555 686870,242 9314511,53 15,11 Det
533 685522,14 9314938,58 11,847 sal 2.556 686877,161 9314492,12 15,42 Det
534 685522,11 9314938,49 12,966 sal 2.557 686884,586 9314494,83 14,499 sal
535 685520,988 9314938,01 12,967 sh 2.558 686894,806 9314445,1 16,1 Det
536 685522,472 9314940,11 11,506 sal 2.559 686885,81 9314442,74 15,544 sal
537 685525,795 9314941,77 12,85 bangunan 2.560 686876,461 9314440,26 16,1 Det
538 685524,023 9314946,85 12,919 bangunan 2.561 686902,782 9314447,21 15,8 Det
539 685523,514 9314946,68 12,868 bangunan 2.562 686903,442 9314447,41 15,851 sal
540 685521,357 9314946,59 12,686 bangunan 2.563 686893,261 9314433,31 15,947 bangunan
541 685519,704 9314945,79 12,674 bangunan 2.564 686889,151 9314432,25 15,544 sal
542 685520,06 9314945,57 11,327 bangunan 2.565 686905 9314413,46 15,1 Det
543 685524,374 9314943,82 11,672 sal 2.566 686909,716 9314415,02 15,32 Det
544 685524,105 9314944,52 11,667 sal 2.567 686909,822 9314415,05 15,38 Det
545 685524,607 9314944,67 12,807 sal 2.569 686918,23 9314417,83 15,18 Det
546 685524,847 9314944,06 12,79 sal 2.570 686868,015 9314488,65 15,015 sal
547 686538,878 9314470,91 15,552 jalan 2.571 686866,865 9314488,23 15,22 Det
548 686538,927 9314470,77 15,538 jalan 2.753 685379,458 9315079,88 13,1 Det
549 686539,151 9314469,97 15,44 sal 2.758 685408,609 9315062,14 12,6 Det
550 686539,201 9314469,87 14,984 sal 2.759 685408,602 9315061,07 12,6 Det
551 686539,379 9314469,36 14,888 sal 2.762 685390,877 9314996,63 12,3 Det
552 686539,413 9314469,31 15,527 sal 2.763 685392,201 9314998,61 12,3 Det
553 686539,486 9314468,85 15,532 sal 2.764 685401,161 9314991,65 12 Det
556 686486,828 9314457,22 15,549 jalan 2.765 685403,157 9314993,62 11,9 Det
557 686486,866 9314457,02 15,501 jalan 2.766 685437,914 9315046,5 12,1 Det
558 686487,138 9314455,91 15,55 jalan 2.767 685408,099 9314989,01 11,8 Det
559 686487,174 9314455,89 15,007 sal 2.768 685410,759 9314990,64 11,7 Det
560 686487,183 9314455,59 15,046 sal 2.769 685418,839 9314975,97 11,3 Det
561 686487,202 9314455,54 15,622 sal 2.770 685420,832 9314977,58 11,3 Det
562 686487,313 9314455,06 15,848 bangunan 2.771 685474,119 9315037,67 11,9 Det
563 686459,176 9314453 15,468 jalan 2.772 685336,858 9315041,58 13,7 Det
564 686459,221 9314452,82 15,419 jalan 2.773 685340,806 9315046,1 13,6 Det
565 686431,895 9314449,59 15,398 jalan 2.774 685387,371 9315100,45 13,2 Det
566 686431,903 9314449,21 15,41 jalan 2.775 685387,375 9315099,71 13,2 Det
567 686432,21 9314448,66 15,221 jalan 2.778 685420,855 9315074,31 12,7 Det
568 686432,068 9314448,44 15,132 jalan 2.780 685456,334 9314956,47 11 Det
569 686432,147 9314447,91 15,104 sal 2.781 685497,873 9315043,2 12 Det
570 686432,144 9314447,85 15,386 sal 2.785 685585,756 9314933,09 11 Det
571 686432,101 9314447,07 15,594 bangunan 2.787 685595,485 9314900,25 11,3 Det
572 686459,352 9314451,78 15,007 sal 2.790 685627,123 9314884,17 11,5 Det
573 686459,361 9314451,48 15,046 sal 2.791 685622,418 9314881,54 11,6 Det
574 686383,794 9314447,84 15,485 jalan 2.792 685541,895 9314830,25 11,8 Det
575 686383,809 9314447,64 15,475 jalan 2.793 685633,576 9314847,73 12,1 Det
576 686383,751 9314445,32 15,692 jalan 2.794 685566,648 9314803,45 12,9 Det
577 686383,747 9314445,33 15,703 sal 2.795 685642,391 9314833,72 12,5 Det
578 686383,809 9314445,19 15,051 sal 2.796 685639,883 9314833,73 12,5 Det
579 686383,878 9314444,73 15,186 sal 2.797 685584,184 9314788,17 13,6 Det
580 686383,744 9314444,61 15,675 sal 2.798 685586,721 9314789,37 13,6 Det
581 686383,753 9314444,59 15,672 sal 2.799 685591,188 9314791,78 13,7 Det
582 686383,641 9314444,38 15,826 bangunan 2.800 685606,483 9314891,53 11,5 Det
583 686459,4 9314451,29 15,622 sal 2.801 685606,385 9314890,2 11,5 Det
584 686459,491 9314450,95 15,848 bangunan 2.804 685586,953 9314918,54 11,1 Det
585 686337,238 9314451,2 15,652 jalan 2.806 685654,6 9314811,19 13,1 Det
586 686337,183 9314450,88 15,639 jalan 2.807 685587,78 9314768,97 14,3 Det
587 686337,117 9314450,35 15,574 sal 2.808 685667,644 9314799,46 13,3 Det
588 686337,242 9314450,09 15,421 sal 2.809 685621,586 9314731,22 14 Det
589 686337,145 9314449,73 15,432 sal 2.810 685623,44 9314731,22 14 Det
590 686337,185 9314449,53 15,701 sal 2.811 685627,174 9314732,69 14 Det
591 686337,077 9314448,4 16,033 bangunan 2.812 685712,852 9314763,91 13,4 Det
596 686304,152 9314457,53 15,586 jalan 2.813 685658,602 9314698,83 12,6 Det
No X Y Z DESC No X Y Z DESC
597 686304,076 9314456,91 15,642 jalan 2.814 685731,522 9314755,57 12,7 Det
598 686303,789 9314455,98 14,953 sal 2.815 685664,368 9314669,92 11,6 Det
599 686303,774 9314455,88 15,69 sal 2.816 685666,225 9314671,71 11,7 Det
608 686241,959 9314473,41 14,612 jalan 2.817 685669,489 9314674,85 11,7 Det
609 686241,881 9314473,06 14,578 jalan 2.818 685674,651 9314679,82 11,7 Det
610 686241,574 9314472,4 14,492 sal 2.819 685751,361 9314755,51 12,2 Det
611 686241,558 9314472,37 14,254 sal 2.820 685751,243 9314754,49 12,2 Det
612 686241,513 9314472,26 14,202 sal 2.821 685748,595 9314751,93 12,2 Det
613 686241,49 9314472,2 14,489 sal 2.822 685741,596 9314743,83 12,4 Det
614 686241,15 9314470,42 15,569 bangunan 2.823 685686,056 9314677,51 11,4 Det
617 686194,826 9314487,05 14,121 jalan 2.824 685780,709 9314735,65 11,6 Det
618 686194,797 9314486,94 14,021 jalan 2.825 685758,768 9314623,31 12,2 Det
619 686194,747 9314486,73 13,948 sal 2.826 685759,364 9314626,38 12,2 Det
620 686194,718 9314486,64 13,564 sal 2.827 685762,963 9314630,99 12,3 Det
621 686194,609 9314486,23 13,606 sal 2.828 685818,51 9314716,54 11,9 Det
622 686194,567 9314486,16 13,966 sal 2.829 685818,334 9314714,2 11,9 Det
623 686194,489 9314485,85 13,993 sh 2.830 685795,827 9314615,09 12,3 Det
624 686179,005 9314493,32 13,959 tiang 2.831 685796,473 9314617,61 12,3 Det
625 686178,482 9314493,49 14,011 jalan 2.832 685853,709 9314702,52 12,2 Det
626 686178,884 9314492,84 13,909 sal 2.833 685879,212 9314588,7 12 Det
627 686178,861 9314492,73 13,433 sal 2.834 685880,637 9314588,69 12 Det
628 686178,785 9314492,37 13,346 sal 2.835 685948,951 9314655,11 13,5 Det
629 686178,68 9314492,37 13,86 sal 2.836 685984,31 9314651,79 13,7 Det
630 686178,753 9314492,24 13,856 sal 2.837 685983,66 9314648,61 13,6 Det
631 686177,987 9314492,29 14,024 sal 2.838 685948,387 9314572,27 12,6 Det
632 686177,711 9314490,67 14,11 sal 2.839 686011,146 9314638 13,3 Det
633 686169,348 9314492,58 14,069 sal 2.840 685982,278 9314561,89 12,7 Det
634 686169,339 9314492,57 14,099 jalan 2.841 686033,934 9314627,65 12,9 Det
635 686170,34 9314495,54 14,061 jalan 2.842 686059,448 9314617,37 12,3 Det
636 686170,528 9314497,08 13,952 jalan 2.843 686058,769 9314614,48 12,2 Det
637 686167,091 9314499,77 13,933 jalan 2.844 686074,005 9314615,16 12,2 Det
638 686166,854 9314499,43 13,855 sal 2.845 686082,501 9314497,28 12,1 Det
639 686166,81 9314499,33 13,134 sal 2.846 686129,352 9314578,98 12,3 Det
640 686166,544 9314498,87 13,13 sal 2.847 686156,733 9314558,45 13 Det
641 686166,47 9314498,77 13,805 sal 2.848 686133,873 9314475,09 13,3 Det
648 686118,961 9314532,78 13,924 jalan 2.849 686135,173 9314477,51 13,4 Det
649 686118,89 9314532,65 13,83 jalan 2.850 686138,806 9314481,13 13,5 Det
650 686117,961 9314531,35 13,788 jalan 2.851 686186,642 9314552,33 13 Det
651 686117,928 9314531,27 13,287 sal 2.852 686185,773 9314549,67 13,1 Det
652 686117,736 9314531 13,283 sal 2.853 686183,184 9314541,73 13,2 Det
653 686117,682 9314530,9 13,765 sal 2.854 686182,768 9314537,79 13,3 Det
655 686072,732 9314558,84 13,861 jalan 2.855 686163,364 9314452,44 14 Det
656 686071,844 9314557,33 13,805 sal 2.856 686169,07 9314460,07 14 Det
657 686071,714 9314557,23 13,312 sal 2.857 686219,141 9314540,96 13,1 Det
658 686071,593 9314556,86 13,346 sal 2.858 686190,004 9314445,96 14,4 Det
659 686071,522 9314556,77 13,695 sal 2.859 686192,392 9314447,69 14,4 Det
660 686071,443 9314556,58 13,833 bangunan 2.860 686201,122 9314456,43 14,5 Det
662 686041,808 9314574,25 14,023 jalan 2.861 686242,195 9314539,58 13,1 Det
663 686040,496 9314571,38 13,943 sal 2.862 686242,116 9314535 13,2 Det
664 686040,405 9314571,23 13,278 sal 2.863 686220,87 9314428,68 15 Det
665 686040,165 9314570,75 13,111 sal 2.864 686221,568 9314429,81 15 Det
666 686040,163 9314570,76 13,608 sal 2.865 686223,288 9314434,36 15 Det
667 686039,664 9314569,71 13,725 bangunan 2.866 686227,602 9314441,8 15 Det
669 685990,301 9314593,26 13,637 jalan 2.867 686229,651 9314444,68 15 Det
670 685989,775 9314591,83 13,558 sal 2.868 686262,982 9314527,78 13,7 Det
671 685989,708 9314591,67 13,071 sal 2.869 686262,675 9314525,85 13,8 Det
672 685989,512 9314591,08 13,083 sal 2.870 686261,76 9314520,06 13,9 Det
673 685989,474 9314591,02 13,58 sal 2.871 686244,39 9314434,29 15,3 Det
674 685989,35 9314590,65 13,694 tiang 2.872 686284,507 9314512,35 14,5 Det
676 685945,742 9314608,3 13,409 jalan 2.873 686264,102 9314422,91 15,7 Det
677 685945,724 9314608,21 13,356 jalan 2.874 686308,376 9314514,82 14,9 Det
678 685945,494 9314607,47 13,254 sal 2.875 686335,627 9314415,99 16,5 Det
679 685945,459 9314607,4 12,758 sal 2.876 686385,361 9314513,95 16 Det
680 685945,334 9314607,02 26,019 sal 2.877 686384,714 9314508,88 16,1 Det
682 685945,298 9314606,92 13,261 sal 2.878 686368,683 9314428,8 16,8 Det
No X Y Z DESC No X Y Z DESC
683 685944,971 9314605,88 13,772 bangunan 2.879 686407,284 9314508,82 16,3 Det
706 685876,639 9314634,42 13,311 jalan 2.880 686407,256 9314507,82 16,3 Det
707 685876,62 9314634,34 13,309 jalan 2.881 686409,389 9314503,82 16,4 Det
727 685949,49 9314619,74 13,503 jalan 2.882 686435,107 9314419,77 17,6 Det
728 685949,46 9314619,65 13,176 sal 2.883 686434,934 9314424,6 17,5 Det
729 685949,348 9314619,32 13,136 sal 2.884 686443,992 9314504,71 16,6 Det
730 685949,316 9314619,24 13,543 sal 2.885 686394,792 9314422,96 17,1 Det
731 685948,618 9314617,07 13,543 jalan 2.886 686397,379 9314425,59 17,1 Det
732 685947,2 9314612,79 13,575 jalan 2.887 686470,595 9314512,15 16,1 Det
742 685993,564 9314602,32 13,671 jalan 2.888 686470,483 9314510,64 16,1 Det
743 685993,752 9314602,86 13,666 sal 2.889 686470,296 9314508,13 16,1 Det
744 685993,959 9314603,62 13,121 sal 2.890 686469,998 9314504,14 16,2 Det
745 685994,002 9314603,73 13,685 sal 2.891 686491,974 9314424,87 18,1 Det
746 685994,339 9314604,27 13,736 bangunan 2.892 686512,537 9314520,14 15,3 Det
747 685992,125 9314598,46 13,727 jalan 2.893 686513,614 9314425,69 18,2 Det
749 686045,433 9314583,23 13,792 jalan 2.894 686514,611 9314427,01 18,2 Det
756 686045,997 9314584,59 13,732 sal 2.895 686516,817 9314431,44 18 Det
757 686045,967 9314584,54 13,243 sal 2.896 686520,475 9314437,25 17,8 Det
758 686045,813 9314584,17 13,249 sal 2.897 686560,348 9314429,98 17,5 Det
759 686045,797 9314584,13 13,677 sal 2.898 686561,242 9314433,09 17,4 Det
764 686079,343 9314572,3 14,037 jalan 2.899 686563,196 9314437,57 17,3 Det
765 686078,062 9314567,17 14,047 jalan 2.900 686570,381 9314517,93 15,6 Det
770 686078,573 9314568,67 13,983 sal 2.901 686570,156 9314516,41 15,6 Det
771 686078,54 9314568,49 13,557 sal 2.902 686570,159 9314513,37 15,7 Det
772 686078,51 9314568,26 13,483 sal 2.903 686570,764 9314508,33 15,8 Det
773 686078,446 9314568,12 13,977 sal 2.904 686572,561 9314502,34 16 Det
774 686075,176 9314563,77 13,972 jalan 2.905 686594,97 9314428,98 16,8 Det
775 686125,222 9314541,89 13,557 sal 2.906 686595,84 9314433,89 16,8 Det
776 686124,04 9314540,16 13,951 jalan 2.907 686603,829 9314522,42 15,9 Det
777 686124,099 9314540,25 13,926 jalan 2.908 686604,474 9314520,89 15,9 Det
778 686125,536 9314542,39 14,016 bangunan 2.909 686626,386 9314433,35 16,3 Det
779 686121,618 9314536,92 14,028 jalan 2.910 686626,747 9314435,14 16,3 Det
782 686171,513 9314507,38 13,799 jalan 2.911 686627,291 9314437,83 16,3 Det
783 686171,578 9314507,59 13,671 jalan 2.912 686636,475 9314535,77 16 Det
784 686173,889 9314512,03 13,421 jalan 2.913 686663,301 9314455,69 16,3 Det
785 686178,227 9314512,07 13,13 jalan 2.914 686829,212 9314581,31 16 Det
786 686182,858 9314509,48 13,319 jalan 2.915 686772,784 9314465,97 16,6 Det
787 686181,367 9314505,21 13,652 jalan 2.916 686774,819 9314467,68 16,6 Det
788 686182,711 9314501,47 13,935 jalan 2.917 686874,911 9314559,88 15,6 Det
789 686172,63 9314509,72 13,19 sal 2.918 686861,11 9314353,25 14,3 Det
790 686172,574 9314509,64 12,759 sal 2.919 686998,389 9314414,81 13,9 Det
791 686172,388 9314509,37 12,673 sal 2.920 686875,431 9314296,27 12,9 Det
793 686172,339 9314509,29 13,481 sal 2.921 687021,986 9314385,82 12,8 Det
794 686175,903 9314500,4 14,032 jalan 2.922 686898,578 9314283,12 13,1 Det
795 686177,029 9314504,41 13,802 jalan 2.923 686901,675 9314284,15 13,1 Det
796 686177,022 9314504,54 13,772 jalan 2.924 687025,082 9314345,98 13 Det
798 686244,217 9314481,28 14,736 jalan 2.925 686878,265 9314382,11 14,9 Det
799 686244,171 9314481,41 14,671 jalan 2.926 686917,447 9314379,84 14,215 jalan
800 686245,166 9314484,79 14,776 bangunan 2.927 686921,002 9314381,66 14,223 jalan
801 686243,081 9314477,23 14,811 jalan 2.928 686925,367 9314383,62 14,212 jalan
803 686306,1 9314465,89 15,453 jalan 2.929 686925,709 9314365,7 14,108 jalan
804 686306,141 9314466,04 15,356 jalan 2.930 686929,125 9314366,88 14,111 jalan
805 686306,2 9314466,29 15,047 sal 2.931 686933,581 9314370,39 14,105 jalan
806 686306,299 9314466,69 14,982 sal 2.932 686935,613 9314341,14 13,825 jalan
807 686306,317 9314466,8 15,356 sal 2.933 686942,825 9314342,99 13,844 jalan
808 686306,392 9314467,1 15,536 sal 2.934 686948,754 9314350,7 13,822 jalan
Sumber : Hasil Analisis Lapangan
Analisis data curah hujan dimaksudkan untuk memperoleh debit banjir rancangan
dan debit banjir andalan. Data Curah hujan yang mewakili adalah data-data dari
stasiun terdekat dengan lokasi. Analisis dilakukan pada data curah hujan 1 harian,
2 harian, 3 harian, setengah bulanan dan bulanan selama tahun pencatatan pada
masing-masing stasiun curah hujan sesuai dengan kriteria perencanaan yang
dibutuhkan.
RA, RB, RC: Curah hujan rata-rata setahun pada stasiun A, stasiun B,
stasiun C
b. Metode Inversed Square Distance
Untuk mengisi data curah hujan yang hilang dapat dilakukan dengan
memperbandingkan terhadap data curah hujan yang dicatat pada stasiun
curah hujan terdekat. Pengisian data dengan metode ini dihitung dengan
telah memperban-dingkan jarak antara stasiun curah hujan yang diisi
terhadap stasiun curah hujan yang berdekatan. Data hujan dipilih dari
stasiun-stasiun yang mewakili areal dominan sehingga data yang
dihasilkan dapat digunakan untuk kebutuhan perencanaan.
Data Hujan wilayah Kecamatan Cipondoh diperoleh dari Stasiun geofisika
Kota Tangerang sehingga tidak diperlukan stasiun cuaca lain, dikarenakan data
pada stasiun geofisika Kota Tangerang lebih mendekati ketepatannya.
Rt = R + K .
K
Rata2/ T=(n+1)/m S
m (data ke m) (konstanta X2 (chi kwadrat)
Wilayah (kala ulang) (Curah hujan
sebaran)
rencana)
1 175 11,0 1,6925 188 0,875217
2 160 5,5 0,9893 163 0,080109
3 159 3,7 0,7304 154 0,175172
4 158 2,8 0,1188 133 4,539640
5 138 2,2 -0,0767 126 1,032240
6 129 1,8 -0,2071 122 0,452835
7 114 1,6 -0,3002 118 0,140134
8 92 1,4 -0,3700 116 4,979006
9 85 1,2 -0,4243 114 7,373292
10 79 1,1 -0,4678 113 10,062750
Jumlah Data= 10 Rata2 = 129 S= 34,7715 Jumlah = 29,710395
Sumber : Hasil Analisa
T=(n+1)/m K Rt = R + K . S
Rata2/Wilayah (kala (konstanta (Curah hujan X2 (chi kwadrat)
ulang) sebaran) rencana)
175 11,0 1,2715 173 0,019179
160 5,5 0,8922 160 0,000359
159 3,7 0,4961 146 1,219015
158 2,8 0,2508 138 2,902550
138 2,2 0,1035 132 0,199882
129 1,8 0,0054 129 0,000009
T=(n+1)/m K Rt = R + K . S
Rata2/Wilayah (kala (konstanta (Curah hujan X2 (chi kwadrat)
ulang) sebaran) rencana)
114 1,6 -0,4529 113 0,013517
92 1,4 -0,6833 105 1,641677
85 1,2 -0,8626 99 1,916255
79 1,1 -1,3432 82 0,125863
Rata2 129 S= 34,7715 Jumlah = 8,038307
Sumber : Hasil Analisa
K Rt = R + K . S
T=(n+1)/m
Rata2/Wilayah (konstanta (Curah hujan X2 (chi kwadrat)
(kala ulang)
sebaran) rencana)
175 11,0 1,3546 176 0,006466
160 5,5 0,9582 162 0,039577
159 3,7 0,6740 152 0,336595
158 2,8 0,4264 144 1,339792
138 2,2 0,2076 136 0,017092
129 1,8 0,0000 129 0,000383
114 1,6 -0,2155 121 0,405760
92 1,4 -0,4355 114 4,160931
85 1,2 -0,6690 106 3,978344
79 1,1 -0,9806 95 2,643346
Rata2 = 129 S= 34,7715 Jumlah = 12,928287
Sumber : Hasil Analisa
Tabel 2-33 Rekapitulasi Hasil Uji Konsistensi Data/ Uji Chi kwadrat (2)
a. Metode Thiessen
Pada metode Thiessen dianggap bahwa data curah hujan dari suatu tempat
pengamatan dapat dipakai untuk daerah pengaliran di sekitar tempat itu.
Metode perhitungan dengan membuat poligon yang memotong tegak lurus
pada tengah-tengah garis penghubung dua stasiun hujan. Dengan demikian
tiap stasiun penakar Rn akan terletak pada suatu wilayah poligon tertutup
An. Perbandingan luas poligon untuk setiap stasiun yang besarnya An/A.
b. Metode Arithmetik
Pada metode aritmetik dianggap bahwa data curah hujan dari suatu tempat
pengamatan dapat dipakai untuk daerah pengaliran di sekitar tempat itu
dengan merata-rata langsung stasiun penakar hujan yang digunakan.
c. Metode Ishoyet
Menggunakan peta Ishoyet, yaitu peta dengan garis-garis yang
menghubungkan tempat-tempat dengan curah hujan yang mana. Besar
curah hujan hujan rata-rata bagi daerah seluruhnya didapat dengan
mengalikan CH rata-rata diantara kontur-kontur dengan luas darah antara
kedua kontur, dijumlahkan dan kemudian dibagi luas seluruh daerah. CH
rata-rata di antara kontur biasanya diambil setengah harga dari kontur.
Periode Ulang Tr
Durasi (Menit)
2 5 10 25 50 100
5 237,3 288,0 312,8 329,5 353,5 367,0
10 149,5 181,4 197,0 207,6 222,7 231,2
15 114,1 138,5 150,4 158,4 170,0 176,5
20 94,2 114,3 124,1 130,8 140,3 145,7
45 54,8 66,6 72,3 76,2 81,7 84,8
60 45,3 54,9 59,7 62,9 67,4 70,0
120 28,5 34,6 37,6 39,6 42,5 44,1
180 21,8 26,4 28,7 30,2 32,4 33,7
240 18,0 21,8 23,7 25,0 26,8 27,8
300 15,5 18,8 20,4 21,5 23,1 23,9
Sumber : Hasil Analisa
350,0
y = 1073,2x-0,667
300,0
250,0 y = 1033,7x-0,667
200,0
y = 963,56x-0,667
150,0 y = 914,54x-0,667
100,0 y = 842,12x-0,667
y = 693,76x-0,667
50,0
0,0
0 50 100 150 200 250 300
Durasi Hujan (Menit)
(ko R24
i= L=
H (beda V Tc efisien T Masa K S Rt
(Pearson)
No. tinggi (kecepata (waktu reduksi (waktu (koefisien
Periode Ulang kemiringa Panjan Ulang (konstant (simpang (rata2 (curah
Saluran kontur, n, konsentrasi aliran tempuh, reduksi
n DAS g (km) (thn) a sebara) an) wilayah) hujan
km) km/jam) ,jam) permuka jam) kecepatan) rencana)
an)
1 Curah Hujan 2 tahunan 0,00033 3,91 0,0013 0,58 3,31 1,00 6,70 1,00 2 0,05 34,7715 129 130,5714
2 Curah Hujan 5 tahunan 0,00033 3,91 0,0013 0,58 3,31 1,00 6,70 1,00 5 0,853 34,7715 129 158,4930
Curah Hujan 10
3 0,00033 3,91 0,0013 0,58 3,31 1,00 6,70 1,00 10 1,245 34,7715 129 172,1234
tahunan
Curah Hujan 25
4 0,00033 3,91 0,0013 0,58 3,31 1,00 6,70 1,00 20 1,51 34,7715 129 181,3495
tahunan
Curah Hujan 50
5 0,00033 3,91 0,0013 0,58 3,31 1,00 6,70 1,00 50 1,89 34,7715 129 194,5510
tahunan
Curah Hujan 100
6 0,00033 3,91 0,0013 0,58 3,31 1,00 6,70 1,00 100 2,104 34,7715 129 201,9922
tahunan
Sumber : Hasil Analisa
Tr (Periode Ulang) : 5 tr
R24 (Curah Hujan Harian) : 158,4930 mm
C (Koef. Pengaliran) : 0,90
S Slope : 0,0003
n (Koef. Kekasaran Sal.) : 0,02
F (Besarnya Sudut)0 : o
G %tinggi air h : 0,9
Debit Kontrol Debit
Tingg Jari Kecepat
Run Off Tinggi DIME Kelilin
Catchme Panjang I Panjang Slope Lebar i Luas Jari an Jenis
TC Q Air NSI g
NO Nomorklatur nt Area Trayektor R24 (mm/ja Saluran Salura Sal B Salur Total A Hidro Aliran Q saluran Q banjir Salura KET
(Jam) Banjir Sal L SALU Basah
(Ha) i (m) m) (m) n (m) an (m2) lis R V (m3/dt) (m3/dt) n
Area (m) RAN P (m)
(m) (m) (m/det)
(m3/dt)
1 STA 1+200 - STA 2,99 1800,00 2,338 158,49 31,43 0,235 1200,00 0,0023 1,00 0,90 1,00 1X1 0,900 2,800 0,321 1,136 1,022 0,235 Persegi ok
0+000 KIRI
2 STA 1+200 - STA 1,25 750,00 1,192 158,49 49,38 0,154 500,00 0,0017 1,00 0,90 1,00 1X1 0,900 2,800 0,321 0,968 0,872 0,154 Persegi ok
1+700 KIRI
3 STA 1+825 - STA 0,35 187,50 0,410 158,49 100,96 0,089 125,00 0,0083 1,00 0,90 1,00 1X1 0,900 2,800 0,321 2,141 1,927 0,089 Persegi ok
1+700 KIRI
4 STA 1+825 - STA 0,27 162,00 0,366 158,49 108,86 0,073 108,00 0,0096 1,00 0,90 1,00 1X1 0,900 2,800 0,321 2,303 2,073 0,073 Persegi ok
1+933 KIRI
Keterangan:
h = tinggi muka air
FB = Free Board
D = Diameter
A = luas penampang basah
R = jari-jari lingkaran
TC = Time Of Concentration
Analisis dan evaluasi data yang diperoleh dari penyelidikan tanah dan sumber
material dibagi dalam dua tahapan yaitu:
o Sondir
o Bor Tangan
Alinemen horisontal terdiri atas bagian lurus dan bagian lengkung (disebut
juga tikungan). Perencanaan geometri pada bagian lengkung dimaksudkan untuk
mengimbangi gaya entrifugal yang diterima oleh kendaraan yang berjalan pada
kecepatan . Untuk keselamatan pemakai jalan, jarak pandang dan daerah bebas
samping jalan harus diperhitungkan.
Dalam melakukan desain alinemen horizontal langkah yang perlu dilakukan antara
lain:
1. Dengan mengacu kepada kriteria desain, identifikasi semua Persyaratan
Teknis Jalan (PTJ) yang akan diterapkan di sepanjang alinemen
2. Tentukan kecepatan desain yang sesuai dengan klasifikasi medan jalan dan
kelas jalan, dan pilih radius minimum yang akan digunakan
3. Siapkan alinemen-alinemen percobaan menggunakan serangkaian garis
lurus dan lengkung, pemilihan lengkungan harus konsisten sepanjang
alinemen. Perhatikan keberadaan lengkung di akhir segmen garis lurus
yang panjang terutama jika radiusnya minimum, karena cenderung menjadi
penyebab kecelakaan;
B. Tikungan
1. Jari – Jari Lengkung Minimum
Jari-jari lengkung minimum akan ditentukan berdasarkan kemiringan tikungan
maksimum dan koefisien gesekan melintang maksimum dengan rumus sebagai
berikut:
................................................................................................... Persamaan 2-12
dimana :
R : jari-jari minimum, m
V : kecepatan rencana, km/jam
f : koefisien gesekan samping
i : superelevasi, %
Jari-jari minimum untuk kecepatan rencana yang bersangkutan yang
ditunjukkan dalam Tabel 2-41 ditentukan dengan nilai f yang
direkomendasikan berkisar antara 0,14 sampai dengan 0,17.
Harus diingat bahwa jari-jari tersebut di atas bukanlah bukanlah harga jari-jari
yang diinginkan tetapi merupakan nilai kritis untuk kenyamanan mengemudi
dan keselamatan. Dan perlu diperhatikan bila suatu tikungan yang tajam harus
diusahakan untuk jalan yang lurus dan diadakan perubahan bertahap.
Superelevasi, e (%)
(km/jam) 2 4 6 8 10
20
30
40 10 20 15 25 15 25 25 30 35 40
50 15 25 20 30 20 30 30 40 40 50
60 15 30 20 35 25 40 35 50 50 60
70 20 35 25 40 30 45 40 55 60 70
80 30 55 40 60 45 70 65 90 90 120
90 30 60 40 70 50 80 70 100 10 130
100 35 65 45 80 55 90 80 110 0 145
110 40 75 50 85 60 100 90 120 11 -
120 40 80 55 90 70 110 95 135 0 -
Lengkung dengan R lebih besar atau sama dengan yang ditunjukkan pada tidak
memerlukan lengkung peralihan
5. Tikungan Gabungan
Dua macam tikungan gabungan antara lain:
a. tikungan gabungan searah, yaitu gabungan dua atau lebih tikungan dengan
arah putaran yang sama tetapi dengan jari jari yang berbeda
b. tikungan gabungan balik arah, yaitu gabungan dua tikungan dengan arah
putaran yang berbeda
Setiap tikungan gabungan balik arah harus dilengkapi dengan bagian lurus di
antara kedua tikungan tersebut sepanjang paling tidak 30 m
6. Kemiringan Melintang
Untuk drainase permukaan, jalan dengan alinemen lurus membutuhkan
kemiringan melintang yang normal 2 % untuk aspal beton atau perkerasan
beton dan 3,0 – 5,0 % untuk perkerasan macadam atau jenis perkerasan lainnya
dan jalan batu kerikil.
7. Superelevasi
Superelevasi adalah suatu kemiringan melintang di tikungan yang berfungsi
mengimbangi gaya sentrifugal yang diterima kendaraan pada saat berjalan
melalui tikungan pads kecepatan .
Nilai superelevasi yang tinggi mengurangi gaya geser ke samping dan
menjadikan pengemudi pada tikungan lebih nyaman. Tetapi, batas praktis
berlaku untuk itu. Ketika bergerak perlahan mengintari suatu tikungan dengan
superelevasi tinggi, maka bekerja gaya negatiff ke samping dan kendaraan
dipertahankan pada lintasan yang tepat hanya jika pengemudi
mengemudikannya ke sebelah atas lereng atau berlawanan dengan arah
lengkung mendatar. Nilai pendekatan untuk tingkat superelevasi maksimum
adalah 10 %.
Metode pencapaian superlevasi didasarkan kepada hubungan curvilinear antara
superelevasi dan kekesatan samping jalan dengan kebalikan radius lengkung.
Metode ini mempunyai bentuk parabola asimetris dan mewakili sebaran praktis
superelevasi terhadap suatu rentang kelengkungan. Metode ini menerapkan
“kecepatan tempuh rata rata” yang lebih rendah dari kecepatan desain untuk
mencapai superelevasi melebihi nilai untuk lengkung pertengahan pada metode
hubungan garis lurus. Metode ini berasumsi bahwa tidak semua pengendara
berkendaraan berjalan dengan kecepatan yang sama dengan kecepatan desain.
Tabel 2-45 menunjukkan hubungan antara dengan kecepatan tempuh rata-rata
kendaraan ().
awal lengkung peralihan (TS) pada bagian lurus jalan dilanjutkan sampai
superelevasi penuh pada akhir bagian lengkung peralihan (SC)
dilakukan perubahan alinemen horizontal maupun vertikal tidak terlalu sulit dan
dengan biaya yang murah.
1. Kelandaian Maksimum
Semua jalan didesain dengan kecepatan operasi yang seragam di sepanjang
ruas jalan tersebut. Kendaraan penumpang (katagori Kendaraan Kecil)
umumnya dapat mengatasi kelandaian antara 4-5%, tetapi, tidak pada truk.
Umumnya kecepatan Truk pada turunan akan bertambah sampai dengan 5%
dan pada tanjakan akan menurun sampai dengan 7% atau bahkan lebih
dibandingkan kecepatannya di daerah datar. Dampak terhadap panjang dan
derajat kelandaian pada truk (dengan weight to power ratio, WPR=120
kg/kw).
Tanjakan bisa ditentukan, sejauh mana truk yang mulai menanjak dengan
kecepatan pada awal tanjakan 110Km/Jam, melalui variasi nilai kelandaian
(atau kombinasi kelandaian) sebelum mencapai kecepatan tertentu yang stabil.
kinerja truk pada kelandaian yang mendekati kelandaian pada atau di bawah
kecepatan merayap. Grafik menunjukkan bahwa truk hanya bisa berakselerasi
hingga kecepatan 40Km/Jam atau lebih pada kelandaian kurang dari 5,5%.
Grafik-grafik ini sangat berguna dalam menentukan dampak truk terhadap
lalu lintas pada kondisi-kondisi kelandaian tertentu.
Kelandaian maksimum dimaksudkan untuk memungkinkan kendaraan
bergerak terus tanpa kehilangan kecepatan yang berarti. Kelandaian maksimum
didasarkan pada kecepatan truk yang bermuatan penuh yang mampu bergerak
dengan penurunan kecepatan tidak lebih dari separuh kecepatan semula
tanpa harus menggunakan gigi rendah.
Walaupun hampir semua mobil penumpang dapat mengatasi kelandaian 8
sampai 9% tanpa kehilangan kecepatan yang berarti, tetapi pada kendaraan truk
akan kelihatan dengan nyata. Untuk menentukan kelandaian maksimum,
kemampuan menanjak sebuah truk bermuatan maupun biaya konstruksi hrus
diperhitungkan. Kelandaian maksimum mutlak ditetapkan 4 % lebih tinggi
daripada nilai maksimum standar.
Suatu batas untuk panjang kelandaian yang melebihi maksimum standar,
ditandai bahwa kecepatan sebuah truk bermuatan penuh akan lebih rendah dari
separuh kecepatan rencana atau untuk jika persneling ‘rendah’ terpaksa harus
dipakai. Keadaan kritis demikian tidak boleh berlangsung terlalu lama. Untuk
menentukan panjang kritis pada suatu kelandaian dapat digunakan Panjang
Kritis Suatu Kelandaian, yaitu kelandaian maksimum untuk berbagai
2. Kelandaian Minimum
Jalan dengan kelandaian datar dan tanpa kerb biasanya bisa memberikan
drainase permukaan yang baik dimana kemiringan melintangnya mencukupi
untuk membuang air secara lateral melalui bahu dan kemudian ke saluran
samping. Kelandaian minimum yang pantas biasanya 0,3 persen Akan tetapi,
drainase tepi jalan dan median mungkin memerlukan kelandaian lebih curam
daripada kelandaian jalan agar bisa mengalirkan air dengan baik.
3. Lengkung Vertikal
Untuk menyerap guncangan dan jarak pandang henti, lengkung vertikal harus
disediakan pada setiap lokasi yang ada perubahan kelandaiannya. Berikut
pancang kritis Suatu Kelandaian pada Tabel 2-51 berikut.
Desain sruktur perkerasan yang fleksibel pada dasarnya ialah menentukan tebal
lapis perkerasan yang mempunyai sifat-sifat mekanis yang telah ditetapkan
sedemikian sehingga menjamin bahwa tegangan-tegangan dan regangan-regangan
pada semua tingkat yang terjadi karena beban lalu-lintas, pada batas-batas yang
dapat ditahan dengan aman oleh bahan tersebut.
Ada enam langkah utama yang harus diikuti dalam perencanaan perkerasan jalan
baru, yaitu :
1. Tetapkan kriteria perencanaan yang akan digunakan
2. Tetapkan / perkiraan jumlah lalu-lintas pada akhir umur rencana berdasarkan
beban sumbu standar yang akan melewati jalan tersebut.
3. Hitung modulus resilen efektif tanah dasar, berdasarkan nilai CBR yang
didapat dari DCP test
4. Tentukan Structural Number Rencana berdasarkan grafik atau perhitungan.
5. Tentukan Structural Number tiap – tiap lapisan berdasarkan modulus resilen
lapisan dibawahnya dengan menggunakan grafik atau perhitungan.
6. Hitung tebal perkerasan tiap lapisan berdasarkan nilai koefisien kekuatan
relatif dan nilai structural number tiap lapisan.
yang ditimbulkan oleh satu lintasan beban standar sumbu tunggal seberat 8,16
ton (18.000 lbs).
3. Lalu Lintas pada Lajur Rencana (w18)
Lalu lintas pada lajur rencana diberikan dalam kumulatif beban sumbu standar
selama umur rencana, yang dapat dihitung berdasarkan rumus sebagai berikut:
w18 = D0 x DL x w18
Dimana :
D0 = Faktor distribusi arah
DL = Faktor distribusi lajur
w18 = Beban gandar standar kumulatif untuk dua arah
Pada umumnya D0 diambil 0.5, sementara faktor distribusi lajur dapat dilihat
pada Tabel 2-53 Faktor Distribusi Lajur
Jumlah lajur per arah % beban gandar standar dalam lajur rencana
1 100
2 80 – 100
3 60 – 80
4 50 - 75
4. Reliabilitas (R )
Merupakan upaya untuk menyertakan derajat kepastian ke dalam proses
perencanaan untuk menjamin bermacam – macam alternatif perencanaan dapat
bertahan selama selang waktu yang direncanakan. Rekomendasi tingkat
reliabilitas untuk bermacam – macam klasifikasi jalan dapat dilihat pada Tabel
2-54.
Deviasi Standar (So) harus dipilih yang mewakili kondisi setempat. Rentang
nilai So adalah 0,40 – 0,50
6. Penyimpangan Normal Standar (zo)
Nilai Penyimpangan Normal Standar berdasarkan Reliabilitas dapat dilihat
pada Tabel 2-55.
R (%) ZR
50 - 0,000
60 - 0,253
70 - 0,524
75 - 0,674
80 - 0,841
85 - 1,037
90 - 1,282
91 - 1,340
92 - 1,405
93 - 1,476
94 - 1,555
95 - 1,645
96 - 1,751
97 - 1,881
98 - 2,054
99 - 2,327
99,9 - 3,090
99,99 - 3,750
7. Koefisien Drainase
Kualitas drainase pada perkerasan lentur diperhitungkan dalam perencanaan
dengan menggunakan koefisien kekuatan relatif yang dimodifikasi. Faktor
untuk memodifikasi koefisien drainase ini adalah koefisien drainase (m). Tabel
2-56 memperlihatkan nilai koefisien drainase yang merupakan fungsi dari
kualitas drainase dan persen waktu selama setahun struktur perkerasan akan
dipengaruhi oleh kadar air yang mendekati jenuh.
KLASIFIKASI JALAN
ESAL
LOKAL KOLEKTOR ARTERI TOL
< 10 1.0 - 1.5 1.5 1.5 – 2.0 -
10 - 100 1.5 1.5 - 2.0 2.0 -
100 - 1000 1.5 - 2.0 2.0 2.0 – 2.5 -
> 1000 - 2.0 - 2.5 2.5 2.5
Dalam analisa stabilitas bangunan, ditetapkan angka keamanan untuk guling, 1,5
dan untuk geser 1,25.
Meskipun tidak terdapat flora berupa vegetasi asli dan vegetasi langka, perlu juga
diperhatikan tutupan lahan di lokasi kajian. Tutupan lahan di Trase lokasi kajian
berada di Administrasi Kelurahan Cipondoh, Kelurahan Kenanga dan Kelurahan
Gondrong pada Kecamatan Cipondoh dilihat pada Tabel 3-1 berikut.
Tutupan Lahan pada Lokasi Kajian secara administratif berada pada tiga Kelurahan
di Kecamatan Cipondoh yaitu Kelurahan Cipondoh, Kelurahan Kenanga dan
Kelurahan Gondrong. Tutupan lahan terbesar pada Lokasi Kajian adalah
Permukiman dan Tempat Kegiatan sebesar 73,38% dimana kelurahan dengan
permukiman dan tempat kegiatan terbesar pada lokasi kajian adalah Kelurahan
Cipondoh. Tutupan lahan yang mempunyai vegetasi beragam ada pada
tegalan/ladang sebesar 3,23% dan Tanah Kosong/Gundul sebesar 2,58% namun
kedua tutupan lahan tersebut jika dilihat peruntukan ruang direncanakan untuk
permukiman dan tempat kegiatan.
Lokasi Kajian cukup jauh dari kawasan yang bervegetasi, Tutupan Lahan pada
lokasi kajian terlihat pada Gambar 3-1 berikut.
Sumber : Hasil Analisa Sistem Informasi Geografis Tutupan Lahan Kota Tangerang
Pembangunan prasarana baru akan berpengaruh terhadap fauna yang ada di sekitar
lokasi pembangunan. Pelaksanaan pembangunan maupun operasional infrastruktur
dapat mengganggu habitat fauna tertentu karena jalan dapat menjadi pembatas
pergerakan binatang sehingga wilayah jelajah binatang tertentu berkurang. Selain
itu, jalan dapat membahayakan migrasi beberapa hewan melata ataupun burung-
burung yang mungkin akan mempengaruhi populasi hewan-hewan tersebut.
Pemrakarsa kegiatan harus melakukan identifikasi secara akurat terhadap
keberadaan dan perilaku hewan tersebut sehingga dapat memberikan rekomendasi
bagi alternatif solusi yang diusulkan dalam pembangunan pras arana transportasi.
3.2.1 Tanah
Penelitian terhadap tanah yang meliputi kesuburan tanah dan tata guna lahan/tanah,
juga harus dilakukan dalam rencana pembangunan prasarana baru. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui sejauh mana perubahan struktur tanah terhadap pemanfaatan
lahan/tanah di sekitar lokasi pembangunan tersebut. Pada kawasan kajian terhadap
penelitian kesuburan tanah tidak terlalu diperlukan dikarenakan pada tata guna
lahan untuk di sekitar wilayah studi berdasarkan rencana pola ruang pada RTRW
Kota Tangerang terutama pada ketiga kelurahan yang bersinggungan dengan lokasi
studi yaitu Kelurahan Cipondoh, Kelurahan Kenangan dan Kelurahan Gondrong
tidak terdapat peruntukan lahan pertanian maupun perkebunan sebagaimana terlihat
pada peruntukan ruang lokasi kajian sebagaimana pada Tabel 3-2 berikut.
Air merupakan komponen lingkungan yang sangat penting bagi kehidupan. Adanya
perubahan terhadap kualitas air akan menimbulkan dampak negatif terhadap habitat
dan lingkungan disekitamya. Rencana pembangunan prasarana baru harus
memperhatikan kualitas air yang ada di sekitar lokasi pembangunan, baik air
permukaan maupun air tanah, karena akan berpengaruh terhadap konstruksi dari
jalan yang akan dibangun tersebut. Sebagaimana telah disinggung di atas bahwa
pembangunan pelebaran jalan, akan meningkatkan terjadinya erosi yang disertai
dengan menurunnya kualitas air pada situ Cipondoh dan sungai di sekitar wilayah
kajian. Daerah Aliran Sungai sebagai sebuah ekosistem yang tidak dapat dipisah-
pisahkan karena saling terkait antara elemen-elemen yang ada. DAS terdiri dari
komponen fisik yang meliputi tanah dan topografi, atmosfir dengan fakor-faktor
iklim di dalamnya dan komponen biologi yang meliputi flora dan fauna daratan dan
perairan serta manusia. Di dalam DAS, bagaimanapun strukturnya, bergerak suatu
aliran energi seperti sirkulasi air dan hara dimana kualitas dari sirkulasi tersebut
sangat tergantung dari baik buruknya struktur. Dengan perkataan lain kualitas
komponen-komponen penyusun suatu ekosistem (tanah, topografi, vegetasi)
mempengaruhi kualitas sirkulasi airnya. Sehingga jika terjadi perubahan pada satu
elemen maka akan berpengaruh kepada elemen yang lain.
Aktivitas pengerukan dan penimbunan yang tidak terencana dan tidak terkontrol,
akan mengakibatkan turunnya kualitas air, yang selanjutnya akan berdampak pada
kualitas air di hilir, dimana jika air tersebut dimanfaatkan untuk pemenuhan
kebutuhan sehari-hari akan memerlukan penambahan biaya khususnya untuk
pengolahan air dan racun yang terdapat di hilir sungai agar air yang tersedia layak
untuk pemenuhan keperluan sehari-hari.
lahan yang cukup luas juga dapat mempengaruhi perubahan temperature atau iklim
mikro (suhu dan kelembaban udara) setempat. Di setiap areal pemukiman
penduduk, selalu diinginkan kondisi udara (termasuk suhu dan kelembaban) yang
dianggap nyaman bak bagi manusia, tumbuhan maupun hewan. Akan tetapi kondisi
seperti ini sering kali dalam jangka waktu tertentu dapat terjadi perubahan yang
cukup drastis, akibat dari perubahan permukaan yang cukup siknifikan, karena
berubahnya fungsi peruntukan. Bukan hanya manusia, vegetasi maupun hewan juga
sering kali merasakan dampak yang tidak menguntungkan akibat perubahan kondisi
iklim mikro (khususnya suhu dan kelembaban udara).
Perkembangan temperatur antara tahun 2021 hingga Tahun 2022 di lokasi wilayah
studi menunjukkan di Tahun 2021 mempunyai temperatur lebih ekstrim
dibandingkan Tahun 2022 ditandai dengan:
1. Temperatur minimum
Temperatur minimum di Tahun 2021 lebih rendah dibandingkan Tahun 2022
baik dilihat dari rata-rata tahun dan terendah pada temperatur minimumnya
terkecuali suhu tertinggi minimum lebih tinggi Tahun 2021
2. Temperatur Rata-rata
Temperatur rata-rata di Tahun 2021 lebih rendah dibandingkan Tahun 2022
baik dilihat dari rata-rata tahun, temperatur tertinggi dan terendah pada
temperatur rata-rata tahun.
3. Temperatur Maksimum
Temperatur maksimum di Tahun 2021 lebih rendah dibandingkan Tahun 2022
baik dilihat dari rata-rata tahun dan temperatur tertinggi pada temperatur
maksimum, hanya temperatur maksimum terendah di Tahun 2021 lebih tinggi
dibanding Tahun 2022
Penjelasan tersebut diatas didasarkan pada data Temperatur Minimum, rata-rata dan
Maksimum Kota Tangerang Tahun 2021 dan Tahun 2022 berdasarkan data diolah
dari BPS Kota Tangerang pada Tabel 3-3 berikut.
Suatu rencana kegiatan mungkin saja memiliki sumber emisi bergerak (mobile
source) dan sumber emisi tidak bergerak (stationary source).
Dengan pola pengelompokan yang lain, sumber-sumber emisi dari suatu rencana
kegiatan dapat saja terdiri dari sumber titik (point source), sumber ruang (volume
source), sumber area (area source), dan sumber garis (line source). Banyak
komponen kegiatan mengeluarkan emisi yang tergolong sebagai emisi liar (fugitive
emission). Disebut demikian karena polutan-polutan akan langsung terlepas ke
udara tanpa melalui sistem penangkapan polutan dan pelepasan terkendali di suatu
titik, seperti cerobong atau ventilasi udara. Beberapa contoh emisi liar adalah emisi
polutan dari aktivitas konstruksi, tangki penyimpanan cairan (storage tanks)
terbuka, timbunan bahan baku (stockpile) terbuka, lokasi penurunan dan pemuatan
barang (loading area), pelapisan aspal, instalasi pengolahan air limbah, menara
pendingin (cooling towers), kebocoran alat, lahan terbuka yang tererosi oleh angin
(open area wind erosion), dan sebagainya. Keberadaan perangkat pengendali polusi
udara disuatu sumber emisi juga sebaiknya diinformasikan karena nantinya sangat
mempengaruhi perhitungan estimasi jumlah polutan.
Bising adalah campuran dari berbagai suara yang tidak dikehendaki ataupun yang
merusak kesehatan, soot ini kebisingan merupakan salah satu penyebab penyakit
lingkungan yang penting (Slamet, 2006). Sedangkan kebisingan sering digunakan
sebagai istilah untuk menyatakan suara yang tidak diinginkan yang disebabkan oleh
kegiatan manusia atau aktifitas-aktifitas alam (Schilling, 1981). Banyak pendapat
yang mengemukakan tentang definisi antara lain menyatakan Kebisingan adalah
terjadinya bunyi yang tidak diinginkan sehingga mengganggu dan atau dapat
membahayakan kesehatan. Bising merupakan kumpulan nada-nada dengan
bermacam-macam intensitas yang tidak dingini sehingga mengganggu ketentraman
orang terutama pendengaran. Kebisingan ditempat kerja adalah semua bunyi-
bunyiatau suara-suara yang tidak dikehendaki yang bersumber darialat-alat
produksi di temp at kerja (Rizeddin, dalam Suheryanto, 1994). Dampak negatif
yang timbul sebagai akibat dari kebisingan adalah efek kesehatan dan non
kesehatan. Hal ini dapat terjadi karena telinga tidak diperlengkapi untuk melindungi
dirinya sendiri dari efek kebisingan yang merugikan. Bunyi mendadak yang keras
secara cepat diikuti oleh reflek otot di telinga tengah yang akan membatas i jumlah
energi suara yang dihantarkan ke telinga dalam. Meskipun demikian di lingkungan
dengan keadaan semacam itu relatif jarang terjadi. Kebanyakan seseorang yang
terpajan pada kebisingan mengalami pajanan jangka lama, yang mungkin
intermiten atau terus menerus. Trans misi energi seperti itu, jika cukup lama dan
kuat akan merusak organ korti dan selanjutnya dapat mengakibatkan ketulian
permanen (Harrington dan Gill, 2005). Begitu pula berkaitan dengan getaran atau
vibrasi. Menteri Negara Lingkungan Hidup dalam surat keputusannya
mencantumkan bahwa getaran adalah gerakan bolak-balik suatu massa melalui
keadaan setimbang terhadap suatu titik acuan, sedangkan yang dimaksud dengan
getaran mekanik adalah getaran yang ditimbulkan oleh sarana dan peralatan
kegiatan manusia. Pendapat tersebut ditegaskan bahwa getaran ialah gerakan
ossillatory/bolak-balik suatu massa melalui keadaan setimbang terhadap suatu titik
tertentu. Vibrasi atau getaran, dapat disebabkan oleh getaran udara atau getaran
mekanis misalnya mesin atau alat-alat mekanis lainnya, oleh sebab itu dapat
dibedakan dalam 2 bentuk: 1. Vibrasi karena getaran udara yang pengaruh
utamanya pada akustik. 2. Vibrasi karena getaran mekanis mengakibatkan
timbulnya resonansi/turut bergetarnya alat-alat tubuh dan berpengaruh terhadap
alat-alat tubuh yang sifatnya mekanis pula (Gabroel, 1996). Penjalaran vibrasi
mekanik melalui sentuhan/kontak dengan permukaan benda yang bergerak,
sentuhan ini melalui daerah yang terlokasi (tool hand vibration) atau seluruh tubuh
(whole body vibration). Bentuk tool hand vibration merupakan bentuk yang
terlazim di dalam pekerjaan. Efek getaran terhadap tubuh tergantung besar kecilnya
frekuensi yang mengenai tubuh. Dalam kegiatan pembangunan pras arana jembatan
ini, getaran lebih disebabkan oleh adanya peralatan mekanis yang digunakan selama
pelaksanaan kegiatan. Baku tingkat getaran adalah batas maksimal tingkat getaran
yang diperbolehkan dari usaha atau kegiatan pada media padat sehingga tidak
menimbulkan gangguan terhadap kenyamanan dan kesehatan serta keutuhan
bangunan. Begitu juga dengan batas maksimal tingkat getaran transportasi
seyogyanya tidak akan mengganggu terhadap kenyamanan dan kesehatan
masyarakat sekitarnya, disaat kendaraan lewat, getaran yang diras akan harus dalam
taraf tidak mengganggu, sehingga tetap menjamin kenyamanan.
Suatu perubahan yang terjadi akan dipengaruhi oleh sikap individu dalam
masyarakat tersebut. Sikap-sikap individu dalam masyarakat mempengaruhi
percepatan perubahan yang terjadi dalam masyarakat itu sendiri. Beberapa diantara
kategori sikap individu terhadap perubahan diantaranya adalah individu yang
menolak atau menentang, sikap individu yang seperti ini akan sangat mengganggu
proses perubahan yang terjadi. Sikap individu yang membiarkan, artinya individu
ini tidak memiliki ketertarikan dengan adanya perubahan yang terjadi sehingga ia
membiarkan saja perubahan itu terjadi di lingkungannya. Sikap individu yang
menginginkan dan/atau mengikuti perubahan, ialah individu-individuyang
mendukung dengan adanya perubahan dan menginginkan perubahan itu sehingga
individu ini akan mengikuti perubahan yang terjadi. Dan sikap individu yang
terakhir adalah ia yang merencanakan, mangarahkan dan mengendalikan. Artinya
individu inilah yang memiliki peran penting dalam perubahan yang terjadi, karena
sikap individu yang seperti inilah yang menentukan kearah perubahan terjadi.
Demikian pula halnya dengan pembangunan jembatan ini, dalam realitanya ada
individu-individu yang merencanakan pembangunan, dapat digolongkan kedalam
kategori ini yaitu pemerintah. Masyarakat sekitar yang dapat dikategorikan
membiarkan pembangunan tersebut berlangsung. Beberapa dampak fungsional dari
pembangunan Jembatan ini diantaranya adalah semakin lancarnya jalur
transportasi. Dengan pembangunan Jembatan ini akan semakin meningkatkan
tingkat mobilitas dalam masyarakat, ketika pelebaran jalan tersebut telah dapat
digunakan, masyarakat akan lebih meningkat interaksi sosial ekonominya. Dengan
adanya pembangunan Pelebaran Jalan ini juga akan merubah pola ekonomi yang
ada di daerah sekitar. Karena mobilitas penduduk akan semakin tinggi sehingga
menuntut setiap individu untuk terus berusaha dalam mempertahankan
eksistensinya. Maka masyarakat perlu meningkatkan kemampuan mereka dalam
berbagai aspek, baik itu ekonomi, maupun dalam hal sosialisasi. Karena tentunya
dengan mobilitas yang makin tinggi tersebut, akan merubah kebiasaan, ataupun
kebudayaan yang berbeda dengan yang biasanya dijumpai.
3.3.1 Kependudukan
Penduduk Kepadatan
Kelurahan
Laki-Laki Perempuan Jumlah Persentase Penduduk
1 Cipondoh 13.913 13.912 27.825 12,31 12.258
2 Kenanga 8.386 8.167 16.553 7,33 6.441
3 Gondrong 10.836 10.622 21.458 9,50 11.475
Total 3 Kelurahan 33.135 32.701 65.836 29,14 9.812
Sumber : Data BPS Kota Tangerang
penilai baru mempunyai kekuatan mengikat para pihak kalau para pihak sudah
menyepakati dalam proses musyawarah yang difasilitasi dan dipimpin oleh
Panitia Pengadaan Tanah. Musyawarah adalah kegiatan yang mengandung
proses soling mendengar, saling memberi, dan saling menerima pendapat, serta
keinginan untuk mencapai kesepakatan mengenai bentuk dan besaranya ganti
rugi dan masalah lain yang berkaitan dengan kegiatan pengadaan tanah atas
dasar kesukarelaan dan kesetaraan antara pihak yang mempunyai tanah,
bangunan, tanaman, dan benda benda lain yang berkaitan dengan tanah dengan
pihak yang memerlukan tanah. Kesepakatan tentang bentuk dan besarnya ganti
rugi yang dihasilkan dalam musyawarah ini yang dipergunakan sebagai dasar
dan pedoman dalam pelaksanaan pembayaran ganti rugi. Musyawarah
dianggap telah mencapai kesepakatan.
Persoalan pencabutan hak hak atas tanah (onteigening) menyatakan bahwa
pemberian ganti rugi yang harus diberikan, sepenuhnya meliputi:
a. setiap kerugian sebagai akibat langsung dari pencabutan hak yang harus
diganti sepenuhnya.
b. kerugian disebabkan sisa yang tidak dicabut haknya menjadi berkurang
nilainya.
c. kerugian karena tidak dapat mempergunakan benda tersebut, atau karena
kehilangan penghasilan.
d. kerugian karena harus mencari tempat usaha lain sebagai penggantinya.
5. Keamanan
Dalam proses pelaksanaan proyek pekerjaan pembangunan Pelebaran Jalan
perlu dipertimbangkan kerawanan terhadap tindak kejahatan seperti pencurian,
pengutilan dan pemalakan. Diperlukan koordinasi dengan pihak aparat
keamanan, aparatur pemerintah setempat dari kelurahan, RW dan RT serta
tokoh masyarakat.
Pembangunan Pelebaran Jalan berkaitan erat dengan kinerja lalu lintas di
jaringan jalan sekitarnya. Hal ini terjadi disebabkan oleh pergerakan arus lalu
lintas keluar masuk kawasan pembangunan tersebut. Mobilitas di kawasan
9. Estetika Visual
lnfrastruktur merupakan salah satu sistem yang mendukung kegiatan
masyarakat, termasuk jaringan telekomunikasi, listrik, air dan sanitasi, serta
transportasi. Keberadaan infrastruktur modern menjadi kunci penopang
Biaya pengadaan tanah diperoleh dari penilaian Tanah. Penilaian tanah merupakan
proses untuk memberikan estimasi dan pendapat atas suatu property (bumi dan
bangunan), berdasarkan fakta-fakta yang dapat diterima, yang diperoleh dari
penelitian di lapangan dan melakukan penyelidikan serta pemeriksaan. Dalam
penilaian tanah dikenal 3 metode penilaian, yaitu :
1. Metode pendekatan perbandingan harga pasar (sales comparation approach)
Metode ini merupakan pendekatan penilaian yang dilakukan dengan cara
membandingkan antara properti yang dinilai (subject peroperty) dengan
properti- properti pembanding(comparable properties) yang telah diketahui
karakteristik dan nilainya.Secara umum persamaan pendekatan perbandingan
penjualan dapat ditulis sebagai berikut:
MV = Sc + ADJc .......................................................................................... 4-1
Yang dapat diturunkan menjadi:
Dalam analisis regresi linier sederhana, hubungan antara variabel bersifat linier, di
mana perubahan pada variabel X akan diikuti oleh perubahan pada variabel Y
secara tetap. Sementara pada hubungan non linier, perubahan variabel X tidak
diikuti dengan perubahan variabel Y secara proporsional.
Gambar 4-1 Zona Nilai Tanah dan Harga Pasar Lokasi Wilayah Kajian
Tabel 4-1 Zona Nilai Tanah (ZNT) Pelebaran Jalan Hasyim Ashari
Perkiraan besarnya anggaran yang diperlukan bagi pengadaan tanah dan Bangunan
berdasarkan referensi yang ada adalah sebagai berikut:
Tabel 4-2 Total Perkiraan Awal Nilai Tanah untuk Ganti Kerugian
Hasil identifikasi lapangan pada lokasi wilayah kajian, tanah terdampak tidak tidak
ditemukan permasalahan terhadap legalitas tanah sehinggai Biaya Adnministrasi
dan Sertifikasi tidak dibutuhkan.
Kelanjutan dalam pekerjaan ini adalah pekerjaan detailed engineehng design (DED)
dan studi lingkungan untuk memastikan bahwa pelaksanaan pekerjaan ini tidak
menimbulkan permasalahan lingkungan yang serius di kemudian hari. Besarnya
pelaksanaan pekerjaan Detailed Engineering Design (DED) diperkirakan sebesar 5
% dari harga konstruksi proyek secara keseluruhan, sedangkan biaya studi
lingkungan diperkirakan sebesar 0.5 % dari biaya proyek secara keseluruhan.
Biaya konstruksi dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada hal-hal berikut:
1. mobilisasi dan demobilisasi proyek;
2. relokasi utilitas dan pelayanan yang ado;
3. jalan dan jembatan sementara;
4. pekerjaan drainase;
5. pekerjaan tanah;
6. pelebaran perkerasan dan bahu jalan;
7. perkerasan berbutir dan beton semen;
8. perkerasan;
9. struktur,
10. pengendalian kondisi;
11. pekerjaan harian;
12. pekerjaan pemeliharaan rutin;
13. perlengkapan jalan dan utilitas;
14. biaya tak terduga.
Biaya yang diperlukan pada proyek investasi pembangunan jembatan terdiri dari
biaya perencanaan, biaya pembebasan lahan, biaya konstruksi, biaya pengawasan
pelaksanaan konstruksi serta biaya pemeliharaan rutin dan berkala. Biaya untuk
pelaksanaan konstruksi diperoleh dari perhitungan volume pekerjaan dikalikan
harga satuan masing-masing item pekerjaan. Besarnya biaya konstruksi untuk
untuk pembangunan Pelebaran Jalan dapat dilihat pada Tabel 4-4 berikut
HARGA
NO URAIAN VOL SATUAN JUMLAH
SATUAN
PEMBANGUNAN JL.
A
HASYIM - ALT 1
1 Pekerjaan Jalan 40.593 m2 1.550.000,00 62.919.150.000,00
TOTAL 62.919.150.000,00
Sumber : Hasil Analisa
biaya supervisi disesuaikan dengan kebutuhan dan lokasi pelaksanaan fisik, serta
pertimbangan sumber pendanaan.
Input parameter untuk menghitung BOK yang berkaitan dengan Formula diatas
adalah :
1. Harga kendaraan on-road, untuk jenis-jenis Mobil Penumpang, Bus, dan Truk.
2. Harga bahan bakar, bensin per liter untuk Mobil Penumpang, dan Solar per liter
untuk Bus dan Truk.
3. Harga pelumas (olie) per liter untuk masing-masing jenis.
4. Harga ban per buah untuk masing-masing jenis,
5. Upah awak kendaraan per jam untuk Pengemudi, Kondektur, dan Kernet.
Input parameter adalah nilai rata-rata yang mewakili berdasarkan hasil pengamatan
di lapangan, data dari instansi terkait, dan dari hasil studi lainnya.
Untuk keperluan studi ini ditetapkan input parameter seperti padaTabel 4-6
Harga
No Parameter Satuan
Mobil Penp. Bus Truk
1 Kendaraan Unit 450.000.000,00 1.500.000.000,00 2.000.000.000,00
2 Bahan Bakar Liter 12.500,00 6.800,00 6.800,00
3 Pelumas Liter 85.000,00 85.000,00 85.000,00
4 Ban Kendaraan Buah 1.200.000,00 4.500.000,00 5.500.000,00
5 Upah Pengemudi Jam - 50.000,00 50.000,00
6 Upah Kondektur Jam - 20.000,00 -
7 Upah Kernet Jam - - 20.000,00
Sumber : Hasil Analisa
Ada konstruksi, seperti perkerasan kaku misalnya, yang pada akhir periode studi
masih mempunyai nilai sisa (salvage value) yang signifikan, karena mempunyai
umur rencana yang lebih panjang. Agar perhitungan biaya konstruksinya dapat
dilakukan secara adil terhadap alternatif lain, maka pada akhir periode studi perlu
ditentukan umur sisa dari konstruksi, berikut nilai ekonomisnya. Nilai sisa
konstruksi ini menjadi biaya yang negatif dalam perhitungan kelayakan ekonomi.
Proyek pembangunan jalan akan menyebabkan perubahan dalam kondisi jalan dan
lalulintas. Perubahan ini akan mengakibatkan perubahan dalam BOK. Penurunan
dalam BOK antara kondisi tanpa proyek (without project) dan dengan proyek (with
project) diperhitungkan sebagai manfaat dari proyek.
Kondisi lalulintas bervariasi sepanjang hari, dan sebagai akibatnya BOK juga dapat
bervariasi sepanjang hari. Untuk memudahkan perhitungan, dapat dilakukan
pembagian hari atas periode waktu dengan kondisi lalulintas yang homogen, seperti
periode sibuk pada waktu pagi dan sore hari, dan periode tidak sibuk pada waktu
lainnya. Pembagian dan jumlah periode ini tergantung dari fluktuasi dalam arus
lalulintas, dan apakah proyeknya terletak di kawasan perkotaan ataupun antar kota.
Perhitungan BOK dilakukan secara terpisah untuk masing-masing periode
homogen.
Biaya operasi kendaraan terdiri atas biaya tetap (standing cost) dan biaya tidak tetap
(running cost). Karena yang diperhitungkan sebagai manfaat proyek adalah selisih
dalam BOK, maka yang perlu dihitung adalah biaya tidak tetap saja, baik untuk
kondisi dengan proyek (with project) maupun untuk kondisi tanpa proyek (without
project). BOK tidak tetap terutama terdiri atas komponen-komponen sebagai
berikut:
1. konsumsi bahan bakar, yang dipengaruhi oleh jenis kendaraan, kelandaian
jalan, kecepatan operasi, dan kekasaran permukaan jalan.
2. konsumsi minyak pelumas, yang dipengaruhi oleh jenis kendaraan dan
kekasaran permukaan jalan.
3. pemakaian ban, yang dipengaruhi oleh kecepatan operasi dan jenis kendaraan.
4. biaya pemeliharaan kendaraan, yang meliputi suku cadang dan upah montir,
yang dipengaruhi oleh jumlah pemakaian dan kondisi permukaan jalan.
Perhitungan besarnya BOK yang tidak tetap dilakukan sesuai pedoman BOK yang
telah dikeluarkan dan ditetapkan oleh Departemen Pekerjaan Umum.
Perubahan BOK akibat pembangunan jalan dihitung untuk seluruh jaringan jalan
yang berpengaruh, yang meliputi proyek pembangunan jalan dan jembatan, dan
jaringan jalan di sekitarnya.
Besaran biaya kecelakaan dihitung berdasarkan jumlah kecelakaan dan biaya satuan
kecelakaan yang diklasifikasikan dalam :
5. kecelakaan dengan korban mati;
6. kecelakaan dengan korban Iuka berat;
7. kecelakaan dengan korban Iuka ringan;
8. kecelakaan dengan kerugian materi.
Model kelayakan suatu investasi dalam analisa ekonomi adalah menghitung nilai-
nilai Benefit Cost Ratio (BCR), Net Present Value (NPV), dan Internal Rate Return
(IRR).
1. Benefit Cost Ratio (BCR)
BCR merupakan perbandingan antara keuntungan dan biaya investasi dari
sebuah pembangunan, yang dapat dirumuskan :
BCR = B/C .................................................................................................. 4-28
B : Benefit (keuntungan atau manfaat)
C : Cost (biaya investasi pembangunan termasuk pemeliharaan)
Penilaian Kriteria hasil perhitungan BCR antara lain:
BCR > 1: Investasi memberikan keuntungan atau layak untuk dibangun
Untuk mencari tingkat bunga tersebut diatas digunakan cara “trial and error”
dengan memasukan beberapa tingkat suku bunga. Dalam analisa dicoba
beberapa tingkat suku bunga yang lebih besar dari tingkat suku bunga yang
berlaku di masyarakat.
Selain dengan cara “trial and erorr), dapat juga dihitung dengan cara interpolasi
dari beberapa perhitungan NPV. Dan interpolasi dapat dilakukan secara
aritmatik maupun grafis.
Apabila kurang dari SOCC maka suatu investasi dapat dikatakan tidak feasible.
IRR dapat dirumuskan sebagai berikut :
𝑁𝑃𝑉1
𝐼𝑅𝑅 = 𝑖1 + 𝑁𝑃𝑉1−𝑁𝑃𝑉2 (𝑖1 − 𝑖2) ............................................................... 4-31
di mana :
i1 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV1
i2 = tingkat discount rate yang menghasilkan NPV2
Cara perhitungan IRR pada suatu investasi adalah dengan cara membawa semua
konsekuensi yang terjadi ke dalam bentuk cash flow kemudian mencari IRR
(tingkat suku bunga/i) yang menyamakan PV cost dan PV benefit. Setelah itu
dibandingkan dengan MARR (i*). Apabila IRR (i) > MARR (i*), maka investasi
dikatakan layak untuk dilakukan.
Untuk bisa melakukan suatu investasi harus ada unsur ketersediaan dana (aset) pada
saat sekarang, kemudian komitmen mengikatkan dana tersebut pada obyek
investasi (bisa tunggal atau portofolio) untuk beberapa periode (untuk jangka
panjang lebih dari satu tahun) di masa mendatang. Selanjutnya, setelah periode
yang diinginkan tersebut tercapai (jatuh tempo) barulah investor bisa mendapatkan
kembali asetnya, tentu saja dalam jumlah yang lebih besar, guna mengkompensasi
pengorbanan investor. Namun tidak ada jaminan pada akhir periode yang
ditentukan.
investor pasti mendapati asetnya lebih besar dari saat memulai investasi. lni terjadi
karena selama periode waktu menunggu itu terdapat kejadian yang menyimpang
dari yang diharapkan. Dengan demikian, selain harus memiliki komitmen
mengikatkan dananya, investor juga harus bersedia menanggung risiko.
Dengan kata lain yang lebih sederhana, investasi adalah cara seseorang untuk
mengelola uangnya baik itu dengan dibelikan properti, ditabung atau ditanam ke
dalam suatu usaha dengan tujuan mendapat keuntungan setelah masa atau periode
yang ditentukan sebelumnya.
Dalam kehidupan sehari-hari ada beberapa bentuk investasi yang kita ketahui,
diantaranya yaitu:
1. Investasi property
Investasi property ini dapat berupa penanaman sejumlah uang dalam bentuk
barang atau benda yang mempunyai nilai. Investasi seperti ini yang paling
sering ditemukan adalah investasi dalam bentuk emas, rumah ataupun tanah.
2. Investasi ekuitas
Investasi ekuitas ini umumnya berhubungan dengan pembelian dan
menyimpan saham pada suatu pasar modal oleh individu, dan dana dalam
mengantisipasi pendapatan dari deviden dan keuntungan modal sebagaimana
nilai saham meningkat. Hal tersebut juga terkadang berkaitan dengan akuisisi
saham (kepemilikan) dengan turut serta dalam suatu perusahaan swasta (tidak
tercatat di bursa) atau perusahaan baru (suatu perusahaan sedang dibuat atau
baru dibuat). Ketika investasi dilakukan pada perusahaan yang baru, hal itu
disebut sebagai investasi modal ventura dan pada umumnya mempunyai risiko
lebih besar dari pada investasi saham yang tercatat di bursa.
Pada umumnya prasarana Transportasi, salah satunya adalah jalan Pelebaran Jalan
Hasyim Ashari dimiliki oleh pemerintah Provinsi, yang merupakan bagian dari
proyek pembangunan jangka panjang. Proyek-proyek pemerintah dalam hal ini
adalah proyek-proyek yang dibangun oleh pemerintah daerah yang tidak
berorientasi pada keuntungan.
Secara umum sumber-sumber pembiayaan yang bisa dipakai oleh pemerintah untuk
membiayai proyek-proyeknya diklasifikasikan menjadi tiga yaitu :
1. Pajak, yaitu pajak pertambahan nilai, pajak bumi dan bangunan, pajak
pendapatan, dan sebagainya.
2. Dana internal Pinjaman, termasuk diantaranya yang berupa pengeluaran
obligasi
8. Jenis studi kelayakan ditentukan dari besarnya investasi yang akan dijalankan.
Bagaimanapun besar kecilnya investasi, studi kelayakan harus tetap
dilaksanakan sebelum langkah-langkah aktual dilakukan
9. Bagaimanapun besar kecilnya investasi, studi kelayakan harus tetap
dilaksanakan sebelum langkah-langkah aktual dilakukan.
Berikut ini faktor-faktor yang turut mempengaruhi intensitas studi kelayakan yang
dilakukan:
1. Besarnya kebutuhan dana. Semakin besar dana yang dibutuhkan, studi
kelayakan yang dilakukan sebaiknya semakin dalam.
2. Tingkat ketidakpastian investasi yang mencakup perkiraan penghasilan
penjualan, aliran kas.
Bunga merupakan biaya modal. Besar kecilnya jumlah bunga yang merupakan
beban terhadap peminjam (debitor) sangat tergantung terhadap waktu, jumlah
pinjaman, dan tingkat bunga yang berlaku. Berikut adalah beberapa jenis
perhitungan bunga :
• Simple Interest
• Compound interest
• Annuity
Inflasi
Secara umum inflasi dibedakan dalam 3 (tiga) kategori yang berbeda, yaitu :
1. Inflasi Karena Tekanan Permintaan
Jenis inflasi ini terjadi karena kelebihan permintaan, yaitu terajadi penawaran
tidak mampu memenuhi permintaan sehingga harga barang terdorong untuk
naik.
2. Inflasi Karena Dorongan Ongkos
Inflasi yang disebabkan karena memang terjadi kenaikan ongkos, antara lain
ongkos tenaga kerja. Dengan demikian kenaikan ongkos ini akan ditanggung
oleh konsumen dalam wujud kenaikan harga barang yang akan dibeli.
3. Inflasi Struktural
Inflasi yang disebabkan adanya pergeseran permintaan dari satu produk ke
produk yang lain. Hal ini biasanya ditunjang dari tekanan serikat pekerja yang
cukup kuat, sehingga harga produk cenderung untuk meningkat dan sulit untuk
turun.
Penyusutan (Depresiasi)
Penyusutan adalah penurunan nilai suatu properti atau aset karena waktu dan
pemakaian. Penyusutan dari suatu properti atau aset biasanya disebabkan oleh
faktor :
1. Kerusakan fisik akibat pemakaan dari alat atau properti tersebut
2. Kebutuhan produksi atau jasa yang lebih baru dan lebih besar
3. Penurunan kebutuhan produksi atau jasa
4. Properti atau aset tersebut menjadi usang karena adanya perkembangan
teknologi
5. Penemuan fasilitas yang bisa menghasilkan produk yang lebih baik dengan
ongkos yang lebih rendah dan tingkat keselamatan yang lebih memadai
Metode-metode penyusutan :
a. Metode Garis Lurus (SL)
Metode garis lurus didasarkan atas asumsi bahwa berkurangnya nilai suatu aset
berlangsung secara linier (proporsional) terhadap waktu atau umur dari aset
tersebut.
𝑃−𝑆
𝐷𝑡 = ...................................................................................................... 4-32
𝑁
di mana :
Dt = besarnya penyusutan pada tahun ke t
P = ongkos awal dari aset yang bersangkutan
S = nilai sisa dari aset tersebut
N = masa pakai (umur) dari aset tersebut dinyatakan dengan tahun
𝑁−𝑡+1
= (𝑃 − 𝑆)
𝑆𝑂𝑌𝐷
di mana :
Dt = beban penyusutan pada tahun ke t
SOYD = jumlah digit tahun dari 1 sampai N
1.) Output produksi, misalnya volume atau berat dari material pada tahun
tertentu dibandingkan dengan volume atau berat dari material yang
diperkirakan bisa dipindahkan selama masa pakai dari alat tersebut
2.) Hari operasi, menunjukkan jumlah hari operasi suatu aset selama tahun
tertentu dibandingkan dengan ekspaktasi total hari operasi dari aset
tersebut selama masa pakainya
3.) Proyeksi pendapatan, menunjukkan estimasi pendapatan pada tahun
tertentu dari suatu aset yang disewakan dibandingkan dengan estimasi
pendapatan dari penyewaan alat tersebut
𝑈𝑡
𝐷𝑡 = (𝑃 − 𝑆) ................................................................................... 4-35
𝑈
𝑃−𝑆
𝐵𝑉𝑡 = 𝑃 − [ ] (𝑈1 + 𝑈2 + ⋯ + 𝑈𝑡
𝑈
di mana :
Ut = jumlah unit produksi suatu aset selama tahun t
U = total unit produksi dari aset selama masa pakainya
Perkiraan investasi untuk alternatif terpilih dalam lingkup studi ini dapat dilihat
pada Tabel dibawah ini.
Nilai manfaat dari investasi pembangunan pelebaran Jalan antara lain adalah. :
1. Penurunan biaya operasi kendaraan, akibat adanya perubahan jarak dan
kecepatan rata-rata kendaraan untuk melintasi ruas jalan tersebut dalam
Rp./Kendaraan,
2. Penurunan nilai waktu, akibat adanya perubahan kecepatan rata-rata kendaraan
atau waktu tempuh untuk melintasi ruas jalan tersebut dalam
Rp./Kendaraan/Jam,
3. Penurunan tingkat kemacetan, berkaitan dengan peningkatan kecepatan rata-
rata dan penurunan waktu tempuh,
4. Penurunan tingkat kecelakaan,
5. Penurunan tingkat kerusakan jalan, dan
6. Peningkatan kehidupan lingkungan.
Dalam studi ini pembahasan terbatas hanya pada manfaat terukur dari Biaya
Operasi Kendaraan dan nilai waktu, serta manfaat tidak terukur sebagai bahan
pertimbangan didalam penentuan kebijakan.
Dengan memasukan formula dan input parameter, dapat ditentukan BOK seperti
padaTabel 4-8. BOK untuk Kendaraan Penumpang, Tabel 4-9 BOK untuk
kendaraan Bis, Tabel 4-10 BOK untuk kendaraan truk dan. Perhitungan Nilai
Waktu Perjalanan.
Kecepatan Bahan Bakar Pelumas Ban Perawatan Penyusutan Bunga Asuransi Upah Awak Overhead Total
Km/Jam Rp./Km Rp./Km Rp./Km Rp./Km Rp./Km Rp./Km Rp./Km Rp./Km Rp./Km Rp./Km
Kecepatan Bahan Bakar Pelumas Ban Perawatan Penyusutan Bunga Asuransi Upah Awak Overhead Total
Km/Jam Rp./Km Rp./Km Rp./Km Rp./Km Rp./Km Rp./Km Rp./Km Rp./Km Rp./Km Rp./Km
20,00 3.797,52 786,07 82,10 4.129,65 2.856,49 29,17 583,43 3.500,00 1.576,44 17.340,87
25,00 3.308,14 722,28 109,90 4.378,65 2.636,67 23,34 466,74 2.800,00 1.444,57 15.890,30
28,00 3.049,91 688,28 126,59 4.528,05 2.520,30 20,84 416,74 2.500,00 1.385,07 15.235,76
30,00 2.892,51 667,38 137,71 4.627,65 2.448,26 19,45 388,95 2.333,33 1.351,52 14.866,77
33,00 2.678,54 638,71 154,39 4.777,05 2.347,61 17,68 353,59 2.121,21 1.308,88 14.397,65
35,00 2.550,64 621,36 165,51 4.876,65 2.284,98 16,67 333,39 2.000,00 1.284,92 14.134,12
38,00 2.380,91 598,02 182,19 5.026,05 2.197,07 15,35 307,07 1.842,11 1.254,88 13.803,64
40,00 2.282,52 584,23 193,31 5.125,65 2.142,12 14,59 291,72 1.750,00 1.238,41 13.622,54
43,00 2.157,05 566,21 209,99 5.275,05 2.064,67 13,57 271,36 1.627,91 1.218,58 13.404,38
45,00 2.088,15 555,97 221,11 5.374,65 2.016,07 12,97 259,30 1.555,56 1.208,38 13.292,16
46,00 2.058,13 551,39 226,67 5.424,45 1.992,62 12,68 253,67 1.521,74 1.204,13 13.245,48
48,00 2.006,93 543,29 237,79 5.524,05 1.947,32 12,15 243,10 1.458,33 1.197,30 13.170,26
50,00 1.967,53 536,60 248,91 5.623,65 1.904,04 11,67 233,37 1.400,00 1.192,58 13.118,35
55,00 1.920,67 526,11 276,71 5.872,65 1.803,80 10,61 212,16 1.272,73 1.189,54 13.084,98
60,00 1.947,56 524,51 304,51 6.121,65 1.713,58 9,72 194,48 1.166,67 1.198,27 13.180,95
Kecepatan Bahan Bakar Pelumas Ban Perawatan Penyusutan Bunga Asuransi Upah Awak Overhead Total
Km/Jam Rp./Km Rp./Km Rp./Km Rp./Km Rp./Km Rp./Km Rp./Km Rp./Km Rp./Km Rp./Km
20,00 3.743,38 714,84 94,45 3.844,00 7.474,40 58,34 1.750,29 3.500,00 2.117,97 23.297,67
25,00 3.251,18 657,15 126,22 4.035,00 6.706,35 46,67 1.400,23 2.800,00 1.902,28 20.925,08
28,00 2.991,05 626,37 145,28 4.149,60 6.316,88 41,67 1.250,21 2.500,00 1.802,11 19.823,16
30,00 2.832,28 607,44 157,99 4.226,00 6.081,43 38,90 1.166,86 2.333,33 1.744,42 19.188,66
33,00 2.616,12 581,46 177,05 4.340,60 5.759,42 35,36 1.060,78 2.121,21 1.669,20 18.361,21
35,00 2.486,67 565,73 189,76 4.417,00 5.563,05 33,34 1.000,17 2.000,00 1.625,57 17.881,29
38,00 2.314,49 544,54 208,82 4.531,60 5.292,38 30,71 921,21 1.842,11 1.568,58 17.254,43
40,00 2.214,36 532,00 221,53 4.608,00 5.126,10 29,17 875,15 1.750,00 1.535,63 16.891,95
43,00 2.086,15 515,61 240,60 4.722,60 4.895,40 27,14 814,09 1.627,91 1.492,95 16.422,43
45,00 2.015,34 506,27 253,30 4.799,00 4.752,80 25,93 777,91 1.555,56 1.468,61 16.154,71
46,00 1.984,33 502,08 259,66 4.837,20 4.684,56 25,37 761,00 1.521,74 1.457,59 16.033,53
48,00 1.931,11 494,67 272,37 4.913,60 4.553,82 24,31 729,29 1.458,33 1.437,75 15.815,24
50,00 1.889,61 488,53 285,07 4.990,00 4.430,17 23,34 700,12 1.400,00 1.420,68 15.627,52
55,00 1.837,18 478,77 316,85 5.181,00 4.148,56 21,22 636,47 1.272,73 1.389,28 15.282,05
60,00 1.858,04 477,01 348,62 5.372,00 3.900,61 19,45 583,43 1.166,67 1.372,58 15.098,41
Dasar perhitungan kelakayan Ekonomi diperoleh dari selisih Nilai Manfaat dengan
biaya investasi. Sedangkan nilai manfaat terdiri dari penghematan Biaya Operasi
Kendaraan dan Penghematan waktu tempuh
Dalam analisa ekonomi, komponen investasi dan nilai manfaat tidak dikalikan
dengan faktor bunga pada nilai setiap tahunnya, melainkan dianggap sebagai Nilai
Sekarang (Present Value atau PV).
Tabel 4-11 Angka Kelayakan Ekonomi Proyek Pelebaran Jalan Hasyim Ashari
Tabel 4-13 Nilai Sekarang Biaya dan Manfaat (Hasil Diskonto) Proyek Pelebaran Jalan Hasyim Ashari
Nilai Sekarang
Tahun Ke Tahun i= 10% i= 20% i= 30%
Biaya Manfaat Biaya Manfaat Biaya Manfaat
-4 2024 139.945.042.026,36 - 198.203.701.349,54 - 272.998.452.654,53 -
-3 2025 124.710.403.819,01 - 161.908.022.388,62 - 205.851.808.557,75 -
-2 2026 39.588.729.180,00 - 47.113.859.520,00 - 55.293.349.020,00 -
-1 2027 35.989.753.800,00 - 39.261.549.600,00 - 42.533.345.400,00 -
0 2028 - 65.916.541.186,99 - 65.916.541.186,99 - 65.916.541.186,99
1 2029 571.992.272,73 64.214.651.977,43 524.326.250,00 58.863.430.979,31 483.993.461,54 54.335.474.750,13
2 2030 519.992.975,21 62.589.562.186,24 436.938.541,67 52.592.618.225,93 372.302.662,72 44.812.645.115,59
3 2031 472.720.886,55 61.038.799.049,01 364.115.451,39 47.015.417.554,53 286.386.663,63 36.978.899.196,28
4 2032 429.746.260,50 59.559.986.584,25 303.429.542,82 42.053.325.789,93 220.297.433,56 30.531.765.819,83
5 2033 781.356.837,28 89.908.278.113,06 505.715.904,71 58.191.141.406,19 338.919.128,56 38.998.360.050,92
6 2034 355.162.198,76 87.411.793.595,06 210.714.960,29 51.860.734.844,21 130.353.510,98 32.082.339.382,62
7 2035 322.874.726,15 85.022.672.709,50 175.595.800,25 46.239.680.731,91 100.271.931,53 26.404.629.801,32
8 2036 293.522.478,32 224.824.573.200,09 146.329.833,54 112.081.849.950,36 77.132.255,02 59.079.721.643,18
9 2037 266.838.616,65 217.472.863.654,64 121.941.527,95 99.382.067.011,99 59.332.503,86 48.355.855.252,84
10 2038 485.161.121,18 210.406.161.743,32 203.235.879,91 88.139.959.189,15 91.280.775,17 39.586.926.293,82
11 2039 220.527.782,36 203.614.482.712,81 84.681.616,63 78.186.990.234,84 35.107.990,45 32.415.395.640,19
12 2040 200.479.802,14 197.088.213.026,43 70.568.013,86 69.374.189.318,42 27.006.146,50 26.549.273.780,55
13 2041 182.254.365,58 190.666.562.824,05 58.806.678,22 61.520.980.145,67 20.773.958,85 21.732.809.070,73
14 2042 165.685.786,89 184.649.200.284,62 49.005.565,18 54.614.451.786,08 15.979.968,34 17.808.940.830,26
15 2043 301.246.885,26 178.870.302.584,46 81.675.941,97 48.496.436.538,15 24.584.566,68 14.597.491.614,11
16 2044 136.930.402,39 173.321.619.892,22 34.031.642,49 43.076.039.361,93 9.455.602,57 11.968.564.510,80
17 2045 124.482.183,99 167.995.211.416,01 28.359.702,07 38.272.899.722,88 7.273.540,44 9.816.022.859,91
18 2046 113.165.621,81 160.173.529.964,20 23.633.085,06 33.450.040.722,38 5.595.031,11 7.919.153.080,75
19 2047 102.877.838,01 155.367.570.867,47 19.694.237,55 29.742.517.021,89 4.303.870,08 6.499.765.672,58
20 2048 187.050.614,56 150.758.226.080,16 32.823.729,25 26.455.123.959,58 6.621.338,59 5.336.637.156,11
346.467.998.481,69 2.990.870.803.652,01 449.962.756.762,95 1.205.526.435.682,33 578.993.927.972,46 631.727.212.709,50
Sumber : Hasil Analisa