Petunjuk Teknis
Sanksi TDG
KATA PENGANTAR
Puji syukur Kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas karunia serta ridlho-Nya,
maka Kami dapat menyusun Laporan Awal sebagai tahapan awal pelaporan dari
serangkaian proses dan tahapan pelaksanaan Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan
Dan Petunjuk Teknis Sanksi TDG (Tanda Daftar Gudang) pada Dinas
Perindustrian, Perdagangan, Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah Kota
Tangerang, Tahun Anggaran 2022.
Akhir kata, Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan ini. Kami berharap semoga Laporan Awal ini
bermanfaat bagi tahapan pelaksanaan pekerjaan selanjutnya.
Tangerang, 2022
TIM PENYUSUN
i
DAFTAR ISI
ii
4.1.4 Pendekatan Pemberdayaan Stakeholder ........................... 4-8
4.1.5 Supply Chain Management .............................................. 4-8
4.1.6 Sistem Distribusi............................................................... 4-9
4.1.7 Pengembangan Sistem Logistik Nasional ...................... 4-11
4.2 METODOLOGI ....................................................................... 4-19
4.2.1 Pengumpulan Data .......................................................... 4-20
4.2.2 Metode Analisis .............................................................. 4-22
BAB. 5 RENCANA KERJA ............................................................................ 5-1
5.1 PROGRAM KERJA .................................................................. 5-1
5.2 JADUAL PELAKSANAAN PEKERJAAN .............................. 5-4
5.3 ORGANISASI PELAKSANA PEKERJAAN ........................... 5-5
iii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Luas, Jumlah dan Batas Wilayah Administrasi Kota Tangerang .... 2-3
Tabel 2.2 Luas, Jarak Antar Ibukota Kecamatan di Kota Tangerang (km) ..... 2-4
Tabel 2.3 Kondisi Topografi Kota Tangerang ................................................. 2-5
Tabel 2.4 Kondisi DAS Kota Tangerang ......................................................... 2-8
Tabel 2.5 Kondisi Situ/Rawa Kota Tangerang .............................................. 2-10
Tabel 2.6 Curah Hujan di Kota Tangerang Tahun 2021 ................................ 2-13
Tabel 2.7 Jumlah Penduduk Kota Tangerang Tahun 2021 ............................ 2-14
Tabel 2.8 Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Tangerang Tahun 2017-2021
2-15
Tabel 2.9 Kepadatan Penduduk di Kota Tangerang Tahun 2021 .................. 2-16
Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Kota Tangerang Menurut Jenis Kelamin
Tahun 2021 ................................................................................... 2-16
Tabel 2.11 Jumlah Penduduk Kota Tangerang Menurut Kelompok Umur
Tahun 2021 ................................................................................... 2-18
Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Kota Tangerang Menurut Kelompok Umur
Tahun 2021 ................................................................................... 2-19
Tabel 2.13 Penduduk Berdasarkan Jenis Kegiatan, TPAK dan TPT Kota
Tangerang Tahun 2021 ................................................................. 2-20
Tabel 2.14 Penduduk Yang Bekerja Menurut Kelompok Sektor Lapangan
Usaha Kota Tangerang Tahun 2021 ............................................. 2-22
Tabel 2.15 Jumlah Sekolah berdasarkan kewenangan Jenjang Pendidikan di
Kota Tangerang Tahun 2017-2021 ............................................... 2-27
Tabel 2.16 Jumlah Murid dan Guru di Kota Tangerang Tahun 2021 .............. 2-27
Tabel 2.17 Angka Partisipasi Murni (APM) di Kota Tangerang Tahun 2021
2-28
Tabel 2.18 Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kota Tangerang Tahun 2021 .. 2-29
Tabel 2.19 Perkembangan Angka Partisipasi Murni Pendidikan Dasar
Tahun 2017-2021 .......................................................................... 2-33
iv
Tabel 2.20 Pendidikan Terakhir Usia Kerja Kota Tangeang Tahun 2021 ....... 2-34
Tabel 2.21 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Tangerang, Provinsi
Banten dan Nasional Tahun 2017-2021........................................ 2-36
Tabel 2.22 Sektor Lapangan Usaha Terdampak dan Tidak Terdampak
Covid 19 ........................................................................................ 2-38
Tabel 2.23 Perkembangan Nilai PDRB Kota Tangerang Tahun 2017-2021 ... 2-40
Tabel 2.24 Produk Domestik Regional Bruto Kota Tangerang Atas Dasar
Harga Berlaku Tahun 2017-2021 (Miliyar Rupiah) ..................... 2-41
Tabel 2.25 Produk Domestik Regional Bruto Kota Tangerang Atas Dasar
Harga Konstan (2010) Tahun 2017-2021 (Miliyar Rupiah) ......... 2-42
Tabel 2.26 Pertumbuhan Sektoral PDRB ADHK Kota Tangerang Tahun
2017-2021 (%) .............................................................................. 2-43
Tabel 2.27 Perkembangan Distribusi PDRB ADHB Menurut Kelompok
Sektor Kota Tangerang Tahun 2017-2021 (%)............................. 2-45
Tabel 2.28 Perkembangan Distribusi PDRB ADHB Menurut Sektor
Lapangan Usaha Kota Tangerang Tahun 2017-2021 (%) ............ 2-45
Tabel 2.29 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin
Kota Tangerang Tahun 2017-2021 ............................................... 2-49
Tabel 2.30 Tingkat Kemiskinan Kota Tangerang, Provinsi Banten dan
Nasional Tahun 2017-2021 ........................................................... 2-50
Tabel 2.31 Ketenagakerjaan dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
Kota Tangerang Tahun 2017-2021 ............................................... 2-51
Tabel 2.32 Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) Kota Tangerang, Provinsi
Banten dan Indonesia Tahun 2017-2021 ...................................... 2-52
Tabel 2.33 Nilai Gini Rasio Kota Tangerang Tahun 2017-2021 ..................... 2-52
Tabel 2.34 Capaian Kinerja Nilai Investasi Tahun 2021 ................................. 2-56
Tabel 3.1 Tipe Jasa Pergudangan................................................................... 3-15
Tabel 4.1 Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan SDGs dan Tata Kelola
yang mendukung Pembangunan Berkelanjutan .............................. 4-5
Tabel 5.1 Jadwal Pelaksanaan Pekerjaan ......................................................... 5-4
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB. 1
BAB. 1 PENDAHULUAN
kebutuhan hak asasi manusia termasuk memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan
dan teknologi, seni dan budaya dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya
sebagaimana dikatakan pada pasal 28I ayat (4) “Perlindungan, pemajuan,
penegakan, dan pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggung jawab negara,
terutama pemerintah”.
Dinamika pembangunan Kota Tangerang sampai dengan saat ini telah memberikan
hasil nyata bagi upaya peningkatan kesejahteraan masyarakatnya. Dalam konteks
pembangunan Kota Tangerang secara keseluruhan, pembangunan ekonomi
memegang peranan penting dan strategis dalam mendorong upaya peningkatan
kesejahteraan masyarakatnya. Peningkatan pembangunan ekonomi telah
memberikan kontribusi yang besar terhadap peningkatan kesejahteraan ekonomi
yang pada akhirnya berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat pada
umumnya.
1-1
BAB. 1 Pendahuluan
1-2
BAB. 1 Pendahuluan
meski tidak sebesar Tahun 2020, peningkatan nilai distribusi di Tahun 2021 sebesar
1,31% menjadi 43,99%.
Seiring dengan perkembangan sektor sekunder dan tersier diatas terjadi pergeseran
peringkat nilai distribusi sektor lapangan usaha antara lapangan usaha industri
pengolahan pada sektor sekunder dengan lapangan usaha Transportasi dan
pergudangan, dimana pada tahun 2019 distribusi sektor “transportasi dan
pergudangan” berada pada urutan pertama dengan nilai distribusi sebesar 30,98%
dan distribusi lapangan usaha “industri pengolahan” berada pada urutan ke dua
dengan nilai distribusi 29,10%. Pergesran posisi terjadi di Tahun 2020 dimana
posisi sektor lapangan usaha“industri pengolahan” berada pada urutan pertama
dengan nilai distribusi meningkat menjadi sebesar 33,82% dan sektor lapangan
usaha “transportasi dan pergudangan” tergeser ke urutan dua dengan nilai distribusi
sebesar 16,11%. Di Tahun 2021 posisi sektor lapangan usaha “industri pengolahan”
tetap berada diurutan pertama dengan nilai distribusi meningkat kembali menjadi
sebesar 34,34% dan sektor lapangan usaha “transportasi dan pergudangan” tetap
berada di urutan kedua dengan nilai distribusi kembali menurun menjadi sebesar
14,81%.
1-3
BAB. 1 Pendahuluan
respon permintaan dan penawaran, pemenuhan tepat waktu dan penciptaan nilai
tambah.
Perizinan berusaha yang wajib untuk dilakukan pemilik gudang dalam wujud Tanda
Daftar Gudang sebagaimana disebutkan pada peraturan Pemerintah Nomor 29
Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Bidang Perdagangan diatur bahwa pada
pasal 61 ayat (1): Setiap pemilik gudang wajib memiliki Tanda Daftar Gudang,
dimana kewenangan penerbitan Tanda Daftar Gudang dilaksanakan oleh Menteri
(Pasal 62 ayat (1)) dan melimpahkan kewenangan penerbitannya kepada
bupati/walikota (pasal 62 ayat (2) huruf b.). terkait dengan kewenangan Tanda
Daftar Gudang tersebut, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, Koperasi,
Usaha Kecil Dan Menengah menyampaikan laporan rekapitulasi perkembangan
penerbitan Tanda Daftar Gudang kepada Menteri dengan tembusan Kepala Dinas
yang membidangi perdagangan di tingkat Provinsi, penyampaian dapat dilakukan
secara elektronik (pasal 67 ayat (1),(2) dan (3)).
Setiap pemilik Gudang yang tidak melakukan pendaftaran Gudang dapat dikenai
sanksi administratif. Pengenaan sanksi administratif dimaksudkan agar setiap
Pemilik Gudang menaati kewajibannya sehingga dapat memberikan kepastian
berusaha dan kepastian hukum bagi setiap Pemilik Gudang dalam menjalankan
usahanya.
1-4
BAB. 1 Pendahuluan
1-5
BAB. 1 Pendahuluan
1.3 SASARAN
1-6
BAB. 1 Pendahuluan
1-7
BAB. 1 Pendahuluan
1-8
BAB. 1 Pendahuluan
1.5.3 Keluaran
1-9
BAB. 1 Pendahuluan
BAB I PENDAHULUAN
Pada prinsipnya bab ini menguraikan tentang latar belakang, maksud dan
tujuan, sasaran, referensi hukum, ruang lingkup, keluaran (output) serta
sistematika penyajian pelaporan dalam rangka pelaksanaan kegiatan
Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Dan Petunjuk Teknis Sanksi TDG
(Tanda Daftar Gudang).
1-10
BAB. 1 Pendahuluan
BAB IV METODOLOGI
BAB VI PENUTUP
1-11
BAB. 2
BAB. 2 KONDISI UMUM
2-1
BAB. 2 Kondisi Umum
Secara administratif Kota Tangerang terdiri dari 13 Kecamatan dan 104 Kelurahan
dengan 995 Rukun Warga (RW) dan 5.035 Rukun Tetangga (RT). Sebagaimana
dijelaskan dalam Tabel berikut. Kecamatan Karawaci merupakan Kecamatan yang
paling banyak memiliki Kelurahan sebanyak 16 Kelurahan dan RW sebanyak 127
RW sedangkan Cipondoh meliki RT terbanyak sebanyak 619 RT.
2-2
BAB. 2 Kondisi Umum
Tabel 2.1 Luas, Jumlah dan Batas Wilayah Administrasi Kota Tangerang
2-3
BAB. 2 Kondisi Umum
Tabel 2.2 Luas, Jarak Antar Ibukota Kecamatan di Kota Tangerang (km)
Tangerang
Jatiuwung
Batuceper
Cipondoh
Neglasari
Karawaci
Larangan
Cibodas
Ciledug
Tengah
Karang
Pinang
Periuk
Benda
Kecamatan
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13
1 Ciledug 3 4 5 7 11 12 15 17 15 13 15 18
2 Larangan 3 3 8 10 14 15 18 20 18 16 18 21
3 Karang 4 3 6 8 12 13 16 18 16 14 11 14
Tengah
4 Cipondoh 5 8 6 4 6 9 10 12 10 8 3 6
5 Pinang 7 10 8 4 7 4 3 5 3 9 11 14
6 Tangerang 11 14 12 6 7 4 6 7 4 2 4 7
7 Karawaci 12 15 13 9 4 4 2 4 6 6 8 11
8 Cibodas 15 18 16 10 3 6 2 1 5 8 10 13
9 Jatiuwung 17 20 18 12 5 7 4 1 3 9 11 14
10 Periuk 15 18 16 10 3 4 6 5 3 4 8 11
11 Neglasari 13 16 14 8 9 2 6 8 9 4 4 7
12 Batuceper 15 18 11 3 11 4 8 10 11 8 4 3
13 Benda 18 21 14 6 14 7 11 13 14 11 7 3
Sumber: Kota Tangerang Dalam Angka Tahun 2022
B. Topografi
Wilayah Kota Tangerang sebagian besar berada pada ketinggian 10-18 m di atas
permukaan laut (dpl), sedangkan di bagian Utara meliputi sebagian besar
Kecamatan Benda ketinggiannya rata-rata 10 m dpl, sedang di bagian selatan
seperti Kecamatan Ciledug, Kecamatan Larangan, dan Kecamatan Karang Tengah
memiliki ketinggian 18 m dpl. Selain itu, Kota Tangerang mempunyai tingkat
kemiringan tanah 0-3% dan sebagian kecil (yaitu di bagian Selatan wilayah Kota)
kemiringan tanahnya 3-8% yang meliputi wilayah Kelurahan Parung Serab,
Kelurahan Paninggilan Selatan, dan Kelurahan Cipadu Jaya. Kota Tangerang tidak
memiliki wilayah pesisir karena tidak ada daerah yang langsung berbatasan dengan
2-4
BAB. 2 Kondisi Umum
pantai. Hal ini mengindikasikan bahwa sebagian besar lahan di Kota Tangerang
cukup landai. Hal ini juga sangat menguntungkan bagi pengembangan Kota
Tangerang secara umum, terutama untuk pengembangan kegiatan perkotaan.
Namun demikian, kondisi topografi Kota Tangerang yang cukup landai ini juga
menjadi tantangan tersendiri karena hal ini menyebabkan Kota Tangerang memiliki
potensi genangan dan banjir. Kondisi Topografi Kota Tangerang bisa dilihat pada
Tabel berikut ini.
Kondisi Topografi
No Kecamatan
Kemiringan Lahan Ketinggian dpl (m)
1 Batuceper 0-3% 14,0
2 Benda 0-3% 10,0
3 Cibodas 0-3% 14,0
4 Ciledug 3-8% 18,0
5 Cipondoh 0-3% 14,0
6 Jatiuwung 0-3% 14,0
7 Karang Tengah 0-3% 18,0
8 Karawaci 0-3% 14,0
9 Larangan 3-8% 18,0
10 Neglasari 0-3% 14,0
11 Periuk 0-3% 14,0
12 Pinang 0-3% 14,0
13 Tangerang 0-3% 14,0
Kota Tangerang 0-3% 14,0
Sumber : Kota Tangerang Dalam Angka Tahun 2022
C. Geologi
Secara geologis, daerah Tangerang berada pada suatu tinggian struktur yang dikenal
dengan sebutan Tangerang High. Tinggian ini terdiri atas batuan Tersier yang
memisahkan Cekungan Jawa Barat Utara di bagian barat dengan Cekungan Sunda
di bagian timur. Tinggian ini dicirikan oleh kelurusan bawah permukaan berupa
lipatan dan patahan nomal, berarah utara-selatan. Di bagian timur patahan normal
tersebut terbentuk cekungan pengendapan yang disebut dengan Sub cekungan
Jakarta.
Tinggian ini terbentuk oleh batuan Tersier yang memisahkan cekungan Jawa Barat
Utara di bagian Barat dengan cekungan Sunda di bagian timur. Tinggian ini
dicirikan oleh kelurusan bawah permukaan berupa lipatan dan patahan nomal yang
2-5
BAB. 2 Kondisi Umum
Batuan yang menutupi Kota Tangerang terdiri dari endapan alluvium, endapan
kipas alluvium vulkanik muda, dan satuan Tuf Banten. Di Sub Cekungan Jakarta,
berdasarkan data pemboran menunjukkan adanya endapan alluvium yang menebal
ke arah utara, yang disusun oleh klastika halus hingga kasar, sedangkan cekungan
di Barat Tangerang High memiliki ciri endapan pantai dan delta. Struktur-struktur
tersebut pada saat ini sulit dijumpai di permukaan karena endapan Kuarter yang
berumur lebih muda telah menutupi lapisan batuan tersebut. Endapan Kuarter yang
menimpa batuan tersebut berupa batuan vulkanik yang berasal dari Gunung Gede-
Pangrango dan Salak. Hampir seluruh daerah kajian ditutupi oleh batuan vulkanik
yang berasal dari Gunung Gede-Pangrango dan alluvium. Deskripsi singkat
mengenai jenis batuan tersebut adalah sebagai berikut:
1. Satuan Batuan Tuf Banten Atas/Tuf Banten
Satuan ini terdiri atas lapisan tuf, tuf batu apung, dan batu pasir tufan yang
berasal dari letusan Gunung Rawa Danau. Tuf tersebut menunjukkan sifat yang
lebih asam (pumice) dibandingkan dengan batuan vulkanik yang diendapkan
sesudahnya. Bagian atas satuan tersebut menunjukkan adanya perubahan
kondisi lingkungan pengendapan dari lingkungan pengendapan di atas
permukaan air menjadi di bawah permukaan air. Satuan ini berumur Plio–
Plistosen atau sekitar dua juta tahun.
2. Endapan Vulkanik Muda
Endapan ini terdiri atas material batu pasir, batu lempung tufan, endapan lahar,
dan konglomerat yang membentuk endapan kipas. Ukuran butiran berubah
menjadi semakin halus (lempungan) dan menebal ke arah utara. Hal ini
menunjukkan sumber material berasal dari selatan. Satuan ini terbentuk oleh
material endapan vulkanik yang berasal dari gunung api di sebelah selatan
Kabupaten Tangerang, seperti Gunung Salak dan Gunung Gede-Pangrango.
Batuan ini diendapkan pada umur Plistosen (20.000 – dua juta tahun). Kipas
vulkanik tersebut terbentuk pada saat gunung api menghasilkan material
2-6
BAB. 2 Kondisi Umum
vulkanik dengan jumlah besar. Kemudian ketika menjadi jenuh air, tumpukan
material tersebut bergerak ke bawah dan melalui lembah. Ketika mencapai
tempat yang datar, material tersebut akan menyebar dan membentuk endapan
seperti kipas.
3. Endapan Pantai dan Endapan Pematang Pantai
Endapan batuan ini berasal dari material batuan yang terbawa oleh aliran
sungai dan berumur antara 20.000 tahun hingga sekarang. Endapan tersebut
tersusun oleh material lempung, pasir halus dan kasar, dan konglomerat serta
mengandung cangkang moluska. Endapan alluvium tersebut dapat membentuk
endapan delta, endapan rawa, endapan gosong pasir pantai, dan endapan sungai
dengan bentuk meander atau sungai teranyam.
4. Endapan Aluvium
Endapan ini terdiri atas lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal, dan bongkah
yang berumur Kuarter dan tersebar pada daerah pedataran serta sekitar aliran
sungai.
2-7
BAB. 2 Kondisi Umum
D. Kondisi Hidrologi
Secara hidrologi, wilayah Kota Tangerang dilalui oleh 3 (tiga) aliran sungai yaitu
sungai Cisadane, kali Angke dan kali Cirarab dengan panjang daerah yang dilalui
sepanjang 33,15 Km. Sungai Cisadane membagi Kota Tangerang menjadi dua
bagian, yaitu bagian Timur sungai dan bagian Barat sungai. Kecamatan yang
terletak di bagian Barat Sungai Cisadane meliputi Kecamatan Jatiuwung dan
sebagian Kecamatan Tangerang. Sungai Cisadane memiliki debit air 88 m3 per
detik dan mengalir sejauh 15 Km.
Kali Angke berada pada bagian Timur Sungai Cisadane, Sungai Cirarab yang
merupakan batas sebelah Barat Kota Tangerang wilayah Kecamatan Jatiuwung
dengan Kecamatan Pasar Kemis di Kabupaten Tangerang. Kali Ledug yang
merupakan anak Sungai Cirarab, Kali Sabi, dan Kali Cimone, sungai-sungai
tersebut berada di sebelah Barat Sungai Cisadane. Berikut disajikan Tabel berikut
tentang Daerah Aliran Sungai di Kota Tangerang:
2-8
BAB. 2 Kondisi Umum
Tangerang). Sungai Cisadane memiliki daya tampung air seluas 106.350 Ha,
dengan panjang 15 km dan lebar 100 m, kedalaman sungai Cisadane rata rata
5,35 m serta debit air dalam kondisi normal sekitar 88 m3/det. Bendungan Pintu
10 di Kelurahan Mekarsari Kecamatan Neglasari merupakan bendungan untuk
mengendalikan debit air Sungai Cisadane ke arah hilir Kabupaten Tangerang
dan dimanfaatkan untuk irigasi teknis. Pada DAS Cisadane yang berada di
Kota Tangerang terdapat 43 anak sungai / saluran pembuangan yang semuanya
bermuara di Kali Cisadane, dimana anak sungai yang terbesar adalah Saluran
Mookervaart yang merupakan sodetan penghubung Kali Cisadane dan Kali
Angke. Sungai Cisadane sangat panjang melintasi daerah administrasi
Kabupaten dan Kota Bogor, Kabupaten dan Kota Tangerang dan bermuara di
Laut Jawa.
2. Daerah Aliran Sungai Angke
Sungai Angke melalui wilayah Kota Tangerang sepanjang 10,45 km dengan
lebar sungai sekitar 12 m pada kawasan terbuka dan menyempit menjadi 3-4
meter pada kawasan terbangun/ perkotaan. Kedalaman rata-rata Kali Angke
adalah 5,50 m, memiliki daerah tangkapan air seluas 7.430 Ha dan debit air
pada kondisi normal tercatat sekitar 24 m3/det. Sungai Angke mengalir di
bagian Timur Kota Tangerang, dibagian Timur ini juga dialiri beberapa anak
sungai meliputi Kali Pembuangan Cipondoh, Kali Angke, Kali Wetan, Kali
Pasanggrahan, Kali Cantiga, dan Kali Pondok Bahar. Hulu Sungai Angke
berasal dari daerah Semplak, Kabupaten Bogor. Aliran Sungai Angke melintasi
4 daerah administrasi, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang, Kota
Tangerang dan Jakarta Barat, berakhir di Saluran Pembuang Cengkareng
Drain, Jakarta Barat. Sebagian besar Daerah Aliran Sungai (DAS) Angke
merupakan kawasan terbangun intensitas sedang-tinggi, yaitu kegiatan
permukiman dan kegiatan perkotaan. Pada DAS Angke yang berada di Kota
Tangerang terdapat 7 anak sungai/saluran pembuangan yang semuanya
bermuara ke Kali Angke.
3. Daerah Aliran Sungai Cirarab
2-9
BAB. 2 Kondisi Umum
Sungai Cirarab melintasi wilayah administrasi Kota Tangerang sekitar 7,70 km,
di daerah perbatasan barat dengan Kabupaten Tangerang. Lebar Kali Cirarab
sekitar 11 m dengan kedalaman rata-rata 3,50 m dan debit air dalam kondisi
normal 36 m3/detik. DAS Cirarab memiliki daerah tangkapan air seluas 6.030
Ha. Hulu sungai Kali Cirarab berada di bagian Utara Kabupaten Bogor sekitar
Kecamatan Rumpin. Aliran Kali Cirarab berkelok-kelok, melintasi 3 daerah
administrasi, yaitu Kabupaten Bogor, Kabupaten Tangerang dan Kota
Tangerang. Sebagian besar Daerah Aliran Sungai (DAS) Cirarab merupakan
kawasan budidaya daerah terbangun. DAS Cirarab di Kota Tangerang terdapat
4 anak sungai/saluran pembuangan yang bermuara ke Kali Cirarab, yaitu: Kali
Cangkring, Kali Sasak, Kali Keroncong, dan Kali Jatake.
Selain sungai di Kota Tangerang terdapat situ/rawa sebanyak 6(enam) buah dengan
total luas 152,01 Ha dan kedalaman antara 2-3 meter situ terluas adalah Situ
Cipondoh yang berada di Kecamatan Cipondoh dengan luas kurang lebih 1,26
Km2. Selama ini Situ Cipondoh difungsikan sebagai pengendali banjir, irigasi,
cadangan air baku, dan rekreasi. Kota Tangerang juga terdapat 54(lima puluh
empat) saluran air dengan total panjang 150,03 Km dan 16 saluran irigasi dengan
total panjang mencapai 62.488,30 Km yang meliputi Saluran Mokevart, Saluran
Irigasi Induk Tanah Tinggi, Saluran Induk Cisadane Barat, Saluran Induk Cisadane
Timur, dan Saluran Induk Cisadane Utara. Berikut kondisi 6 (enam) Situ/Rawa di
Kota Tangerang:
2-10
BAB. 2 Kondisi Umum
E. Klimatologi
Kota Tangerang merupakan daerah beriklim tropis, dengan suhu udara rata-rata
yang terjadi pada tahun 2021 sebesar 27,54ºC. Suhu tertinggi berada pada kisaran
33,89ºC dan suhu udara terendah sebesar 21,87ºC. Jika dilihat perkembangan dari
tahun sebelumnya, peningkatan perubahan suhu rata-rata dari suhu rata-rata pada
tahun 2020 sebesar 29,48ºC terjadi penurunan suhu rata-rata, begitupun dengan
suhu tertinggi dan terendah di Tahun 2021.
2-11
BAB. 2 Kondisi Umum
Waktu terpanas pada tahun 2021 terjadi pada bulan Desember dengan suhu tertinggi
sebesar 35,5ºC. Sedangkan waktu terdingin terjadi pada bulan Juli dengan suhu
terendah sebesar 19,5ºC. Berikut penjabaran kondisi temperatur Kota Tangerang
berdasarkan bulan pada tahun 2021.
Kondisi iklim Kota Tangerang juga dapat dilihat dari banyaknya hari hujan, curah
hujan, dan kelembapan udara pada kurun waktu tertentu. Pada Tahun 2021, Kota
Tangerang memiliki rata-rata banyaknya hari hujan adalah 13 hari dalam sebulan.
Hujan terbanyak pada tahun 2021 terjadi pada bulan Februari sebanyak 23 hari dan
bulan yang mengalami hujan paling sedikit adalah bulan Mei sebanyak 8 hari dalam
satu bulan. Rata-rata curah hujan di Kota Tangerang pada Tahun 2021 adalah
170,73 mm, dimana curah hujan tertinggi terjadi pada bulan Februari sebesar 446,3
mm sedangkan curah hujan terendah adalah bulan Nopember sebesar 39,5 mm.
Kota Tangerang memiliki rata-rata kelembapan pada tahun 2021 sebesar 78,78 %
dengan kelembapan tertinggi terjadi pada bulan Februari dan kelembapan terendah
terjadi pada bulan Oktober. Jika dilihat dari tahun sebelumnya, terjadi peningkatan
hari jumlah hari hujan, curah hujan, dan kelembapan di Kota Tangerang. Untuk
lebih jelasnya, berikut penjabaran kondisi curah hujan di Kota Tangerang
berdasarkan bulan Tahun 2021.
2-12
BAB. 2 Kondisi Umum
2.1 KEPENDUDUKAN
A. Jumlah Penduduk
2-13
BAB. 2 Kondisi Umum
2-14
BAB. 2 Kondisi Umum
Kepadatan Penduduk Kota Tangerang Tahun 2021 adalah 11.329 jiwa/km², dengan
luas wilayah 164,55 km² berada pada kriteria kepadatan Tinggi. Kecamatan Ciledug
dengan luas wilayah sebesar 8,77 km² merupakan wilayah yang memiliki penduduk
paling padat dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang ada di Kota Tangerang.
yaitu sebesar 16.541 jiwa/km². Sedangkan penduduk dengan kepadatan terendah
berada di Kecamatan Jatiuwung sebanyak 7.438 jiwa/km². meskipun Kecamatan
Jatiuwung merupakan Kecamatan dengan kepadatan terendah di Kota Tangerang
namun berdasarkan kriteria kepadatan masih diatas 4.500 jiwa/km yang berarti
berada pada kriteria kepadatan tinggi. Kepadatan penduduk di Kecamatan Ciledug
2-15
BAB. 2 Kondisi Umum
KEPADATAN
NO. KECAMATAN LUAS (KM2) Klasifikasi
(Jiwa/Km2)
1 Ciledug 8,77 16.551 Tinggi
2 Larangan 9,4 15.848 Tinggi
3 Karang Tengah 10,47 10.902 Tinggi
4 Cipondoh 17,91 12.318 Tinggi
5 Pinang 21,59 8.325 Tinggi
6 Tangerang 15,79 10.220 Tinggi
7 Karawaci 13,48 14.155 Tinggi
8 Jatiuwung 14,41 7.438 Tinggi
9 Cibodas 9,61 16.257 Tinggi
10 Periuk 9,54 14.862 Tinggi
11 Batuceper 11,58 8.097 Tinggi
12 Neglasari 16,08 7.514 Tinggi
13 Benda 5,92 14.127 Tinggi
KOTA TANGERANG 164,55 11.329 Tinggi
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang, 2021
Tabel 2.10 Jumlah Penduduk Kota Tangerang Menurut Jenis Kelamin Tahun
2021
PENDUDUK
NO. KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH SEX RATIO
Jiwa %
1 Ciledug 72.532 72.538 145.070 99,99
2 Larangan 74.367 74.608 148.975 99,68
3 Karang Tengah 57.104 57.046 114.150 100,10
4 Cipondoh 110.676 109.950 220.626 100,66
5 Pinang 90.193 89.550 179.743 100,72
6 Tangerang 80.776 80.612 161.388 100,20
7 Karawaci 96.079 94.734 190.813 101,42
8 Cibodas 79.172 78.064 156.236 101,42
2-16
BAB. 2 Kondisi Umum
PENDUDUK
NO. KECAMATAN LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH SEX RATIO
Jiwa %
9 Jatiuwung 54.956 52.228 107.184 105,22
10 Periuk 71.719 70.071 141.790 102,35
11 Neglasari 61.506 59.332 120.838 103,66
12 Batuceper 47.738 46.033 93.771 103,70
13 Benda 42.473 41.163 83.636 103,18
Kota Tangerang Tahun
939.291 925.929 1.864.220 101,44
2021
Tahun 2020 924.433 910.529 1.834.962 101,53
Tahun 2019 893.950 877.142 1.771.092 101,92
Tahun 2018 880.742 861.862 1.742.604 102,19
Tahun 2017 843.099 824.562 1.667.661 102,25
Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Tangerang, 2021
(DKB Semester II)
C. Struktur Usia
Informasi ini akan memberikan gambaran tentang seberapa besar potensi Sumber
Daya Manusia (SDM) terutama untuk keperluan yang terkait dengan pendidikan,
kesehatan dan ketenagakerjaan. Selain itu informasi ini juga diperlukan untuk
melihat besarnya nilai rasio ketergantungan penduduk sebagai gambaran
2-17
BAB. 2 Kondisi Umum
perbandingan antara penduduk usia tidak produktif (0-14 tahun dan > 65 tahun)
terhadap penduduk usia produktif (15-64 tahun). Jumlah penduduk Kota Tangerang
pada masing-masing usia pada Tabel 2.10 berikut ini.
Tabel 2.11 Jumlah Penduduk Kota Tangerang Menurut Kelompok Umur Tahun
2021
Dari tabel di atas jumlah penduduk pada kelompok usia anak (0–14 tahun)
jumlahnya mencapai 473.511 jiwa. Kondisi ini perlu mendapat perhatian karena
terkait dengan penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan. Seiring
dengan jumlah proporsi usia anak dalam komposisi penduduk maka peningkatan
kualitas anak sebagai sumber daya manusia membutuhkan perhatian yang besar.
Sedangkan jumlah Penduduk pada kelompok usia (15–64 tahun) yang merupakan
usia produktif berjumlah 1.315.577 jiwa atau sekitar 70,57% dari jumlah penduduk
Kota Tangerang. Kondisi ini mengartikan bahwa potensi SDM dalam hal
pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan di Kota Tangerang tahun 2021 terlihat
relatif besar, sedemikian sehingga perlu adanya upaya antisipasi terhadap
penyediaan sarana-prasarana pada tiga bidang tersebut, terutama bidang
ketenagakerjaan/lowongan kerja.
2-18
BAB. 2 Kondisi Umum
Terkait dengan jumlah penduduk menurut struktur usia, maka dapat pula dihitung
besarnya nilai rasio ketergantungan penduduk (Depedency Ratio) pada wilayah dan
pada tahun tertentu. Hal ini dapat digunakan untuk melihat seberapa besar seorang
penduduk usia produktif harus menanggung beban atas penduduk usia non
produktif. Besarnya rasio ketergantungan penduduk di Kota Tangerang pada Tahun
2021 dapat dilihat pada Tabel berikut
Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Kota Tangerang Menurut Kelompok Umur Tahun
2021
2-19
BAB. 2 Kondisi Umum
sebesar 43,39% dan Kecamatan Periuk merupakan kecamatan yang memiliki rasio
ketergantungan terendah, yaitu sebesar 38,38%.
D. Jenis Pekerjaan
Penduduk Usia Kerja adalah penduduk berumur 15 tahun keatas. Penduduk yang
termasuk Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun keatas) yang
bekerja,atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran.
Bukan Angkatan Kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun keatas) yang
mengurus rumah tangga, sekolah atau melaksanakan kegiatan lainnya selain
kegiatan pribadi. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah perbandingan
antara jumlah penduduk angkatan kerja (yang bekerja dan pengangguran) dengan
jumlah penduduk usia kerja, dan biasanya dinyatakan dalam persen. Tingkat
Pengangguran Terbuka (TPT) adalah perbandingan antara jumlah penduduk
pengangguran dengan jumlah penduduk angkatan kerja, biasanya dinyatakan dalam
persen.
Berdasarkan data Sakernas BPS Tahun 2021 kondisi ketenagakerjaan dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut :
Tabel 2.13 Penduduk Berdasarkan Jenis Kegiatan, TPAK dan TPT Kota
Tangerang Tahun 2021
2-20
BAB. 2 Kondisi Umum
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pada tahun 2021 nilai Angka Partisipasi
Angkatan Kerja (APAK) untuk Kota Tangerang sebesar 64,52%, turun dari tahun
sebelumnya 64,97%. Angka tersebut menggambarkan dari 100 orang yang
termasuk ke dalam Penduduk Usia Kerja (15 tahun ke atas) pada Tahun 2021
terdapat 64 orang yang merupakan angkatan kerja.
Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), yaitu bagian dari angkatan kerja yang tidak
bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum pernah
bekerja sama sekali maupun yang sudah penah berkerja), atau sedang
mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa
tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki
pekerjaan tetapi belum mulai bekerja.Indikator ini berfungsi sebagai acuan
pemerintah daerah untuk pembukaan lapangan kerja baru. Disamping itu, trend
indikator ini akan menunjukkan keberhasilan/kegagalan progam dan kegiatan
ketenagakerjaan dari tahun ketahun.
2-21
BAB. 2 Kondisi Umum
Angka TPT bersumber dari Survey Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) yang
dilakukan oleh BPS.
Berdasarkan tabel di atas, terlihat bahwa pada 2021 Tingkat Pengangguran Terbuka
(TPT) untuk Kota Tangerang sebesar 9,04 %. Hal ini mengartikan bahwa diantara
100 orang yang termasuk ke dalam angkatan kerja terdapat sekitar 9 orang yang
tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. TPT untuk Kota Tangerang naik
menjadi 9,04% dari tahun sebelumnya yaitu 8,63%.
Dan kenaikan angka TPT pada tahun 2021 yaitu sebesar 0,44% dari tahun 2020
terjadi diakibatkan dampak pandemi Covid-19 pada sektor ketenagakerjaan, seperti
banyaknya perusahaan yang melakukan efisiensi dengan melakukan PHK atau
merumahkan karyawan tanpa dibayar (unpaid).
Distribusi penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha Tahun 2021 dibagi
menjadi 3 kelompok sektor lapangan usaha. Tabel di bawah menunjukkan sebaran
penduduk yang bekerja menurut kelompok sektor lapangan usaha di Kota
Tangerang Tahun 2021, yaitu sektor pertanian, manufaktur dan Jasa-Jasa.
Tabel 2.14 Penduduk Yang Bekerja Menurut Kelompok Sektor Lapangan Usaha
Kota Tangerang Tahun 2021
Lapangan Usaha
Laki-laki Perempuan Total
(3 Sektor)
Pertanian 6.564 1.513 8.077
Manufaktur 211.192 79.304 290.496
Jasa-jasa 435.685 303.925 739.610
Jumlah 653.441 384.742 1.038.183
Sumber : BPS Sakernas, Agustus 2021
Berdasarkan tabel di atas, penyerapan tenaga kerja pada kelompok sektor lapangan
usaha tersebut, mayoritas penduduk di Kota Tangerang pada tahun 2021 bekerja di
kelompok Sektor Jasa-jasa dengan kontribusi sebesar 71,24% dari total penduduk
bekerja disusul kelompok Sektor Manufaktur dengan kontribusi sebesar 27,98%
2-22
BAB. 2 Kondisi Umum
dari total penduduk bekerja dan terkecil pada Sektor Pertanian dengan kontribusi
sebesar 0,78% dari total penduduk bekerja, kondisi tersebut menunjukan ciri tenaga
kerja perkotaan yang mendukung perekonomian Perdagangan dan Jasa. Hal ini
menunjukkan karakteristik pekerja di Kota Tangerang pada tahun 2021 mempunyai
potensi ketenagakerjaan Perdagangan dan Industri Pengolahan. Potensi lain yang
mungkin tidak banyak memberikan kontribusi ketenagakerjaan dapat
dikembangkan/alih usaha melalui program padat karya produktif dan
kewirausahaan. Dengan demikian sejalan dengan perkembangannya, sektor
pekerjaan (lapangan usaha) dapat ditingkatkan melalui penciptaan kesempatan
kerja sebanyak-banyaknya bagi penduduk Kota Tangerang dan pendayagunaan
tenaga kerja secara optimal.
Salah satu pendekatan yang sering dilakukan terkait dengan ketenagakerjaan adalah
optimalisasi kemampuan dan keterampilan berdasarkan kebutuhan serta
penyesuaian jenis lowongan pekerjaan dengan kualifikasi tingkat pendidikan serta
keahlian yang dimiliki oleh pencari kerja. Pada tahun 2021, di Kota Tangerang
terdapat 14.190 orang pencari kerja, sedangkan banyaknya lowongan kerja yang
tersedia (terdaftar) sebanyak 12.192 lowongan yang berarti rasio pencari kerja
terhadap lowongan kerja sebear 116,39% atau dari 100 lowongan pekerjaan yang
mencari kerja sebanyak 116 pekerja (peluang mendapatkan pekerjaan sebesar
85,92%). sedangkan rasio terbesar pencari kerja terhadap lowongan kerja adalah
pada kelompok tingkat pendidikan SMP dengan rasio sebesar 3.600% atau peluang
untuk mendapatkan pekerjaan hanya 2,78% saja. Sedangkan peluang pekerjaan
terbesar ada pada kelompok tingkat pendidikan SLTA& SMK sebesar 89,14 diikuti
dengan kelompok tingkat pendidikan Sarjana sebesar 84,19%.
Jumlah Pencari Kerja dan Lowongan Yang Tersedia (Menurut Tingkat Pendidikan)
di Kota Tangerang Tahun 2017-2021
Pencari Kerja Lowongan Kerja
No Tingkat Pendidikan
Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Tidak Tamat SD - - - - - -
2 SD 24 12 36 - 1 1
3 SLTP 163 147 310 38 36 74
4 SLTA & SMK 5.826 5.320 11.146 5.137 4.799 9.936
2-23
BAB. 2 Kondisi Umum
Dari tabel di atas adalah bahwa berdasarkan jenis kelamin, pencari kerja pada tahun
2021 Pencari kerja berjenis kelamin laki-laki (sebesar 51,80% dari jumlah pencari
kerja) dan lowongan kerja laki-laki (sebesar 51,10% dari jumlah lowongan) masih
lebih banyak dibanding pencari kerja berjenis kelamin perempuan (sebesar 48,20%
dari jumlah pencari kerja) dan lowongan kerja perempuan(sebesar 48,90% dari
jumlah lowongan). Hal ini menunjukkan bahwa penduduk usia kerja di Kota
Tangerang yang mencari pekerjaan untuk mencukupi kebutuhan meskipun masih
didominasi oleh laki-laki namun kondisi ini lebih baik dibanding Tahun
sebelumnya dimana kontribusi pencari pekerja perempuan hanya 46,28% dan
lowongan pekerjaan untuk pekerja perempuan sebesar 45,86%. Fenomena ini
menunjukkan bahwa kontribusi perempuan dalam kegiatan ekonomi belum
semakin membaik di Kota Tangerang. Diduga, pergeseran nilai-nilai budaya
terutama dalam hal bekerja secara ekonomis, yang terjadi di Kota Tangerang terus
bergerak. Istilah bahwa yang mencari pekerjaan (mencari nafkah) adalah hanya
kewajiban laki-laki perlahan mulai terkikis.
Dari tingkat pendidikan pencari kerja Tahun 2021 didominasi oleh tamatan SLTA
& SMK sebanyak 11.146 orang atau 78,55 % dari jumlah pencari kerja Kota
Tangerang, begitupun untuk lowongan kerja yang tersedia didominasi untuk
lulusan SLTA & SMK sebanyak 9.936 lowongan atau 81,50% dari jumlah
lowongan kerja Kota Tangerang.
2-24
BAB. 2 Kondisi Umum
kegiatan produktif yaitu memproduksi barang dan jasa, dalam kurun waktu tertentu
adalah Angka Partisipasi Angkatan Kerja (APAK). Secara khusus APAK
sebagaimana telah disebutkan sebelumnya bisa diartikan sebagai bagian dari
penduduk usia kerja (15 tahun ke atas) yang mempunyai pekerjaan selama
seminggu yang lalu, baik yang bekerja maupun yang sementara tidak bekerja
karena suatu sebab seperti menunggu panenan atau cuti. Disamping itu, mereka
yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari pekerjaan juga termasuk
dalam kelompok angkatan kerja.
Sementara itu, penduduk yang bekerja atau mempunyai pekerjaan adalah mereka
yang selama seminggu sebelum pencacahan melakukan pekerjaan atau bekerja
untuk memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan
selama paling sedikit satu jam dalam seminggu yang lalu dan tidak boleh terputus.
Secara formulasi TPAK bisa dihitung melalui rasio antara jumlah angkatan kerja
terhadap jumlah penduduk usia kerja (15 tahun keatas) dikali seratus. Berikut
Gambar menunjukkan Grafik TPAK Kota Tangerang selama 5 tahun terakhir.
Gambar 2.4 Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Kota Tangerang Tahun 2017-
2021
65,70%
64,99%
64,90%
64,67%
64,52%
Berdasarkan grafik di atas, TPAK Tahun 2021 Kota Tangerang sebesar 64,52
persen, lebih sedikit -0,38% dari TPAK Tahun sebelumnya. Hal ini menunjukkan
2-25
BAB. 2 Kondisi Umum
bahwa ada sekitar 65 persen dari penduduk usia kerja di Kota Tangerang yang
berpotensi untuk mendapatkan pendapatan/penghasilan walaupun di dalamnya
termasuk mereka yang sedang mencari pekerjaan.
E. Pendidikan
Sesuai dengan prinsip otonomi daerah untuk memberikan pelayanan yang lebih
baik, kewenangan pengelolaan pendidikan sebagai salah satu urusan wajib
pelayanan dasar. Dengan demikian, diharapkan akses masyarakat terhadap
pendidikan dapat meningkat dan sektor pendidikan dapat dikelola dengan lebih baik
sehingga meningkatkan kualitas sumberdaya manusia Indonesia.
Selain itu, pendidikan juga merupakan salah satu aspek penting dalam kehidupan
dan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. Seperti yang tertuang dalam
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, bahwa mencerdaskan kehidupan bangsa
melalui pendidikan merupakan bagian dari upaya pembangunan nasional yang
bertujuan untuk memberikan kesejahteraan kepada masyarakat. Pembangunan yang
harus dilakukan bersama adalah bukan hanya mengelola sumber daya alam, namun
juga perlu membangun kualitas sumber daya manusianya.
2-26
BAB. 2 Kondisi Umum
Jumlah
Tahun PAUD (TK, KB,
SD/MI SMP/MTS Jumlah
SPS, TPA)/RA
2017 754 582 257 1.593
2018 758 582 258 1.598
2019 778 592 262 1.632
2020 1.109 589 261 1.959
2021 1.070 552 265 1.887
Sumber : Dapodik dan Emis Tahun 2021
Hal yang tidak kalah pentingnya dalam analisis kependidikan adalah perbandingan
antara murid dengan guru (rasio murid-guru), dalam hal ini yang menjadi
kewenangan Dinas Pendidikan Kota Tangerang yang dapat menunjukkan tingkat
faktor efektivitas proses belajar-mengajar di sekolah pada masing-masing
tingkatan. Semakin besar rasio murid-guru akan mengindikasikan ketidakefektifan
dalam proses belajar-mengajar, sebaliknya semakin kecil nilai rasio murid-guru
akan memberikan informasi tentang semakin efektifnya proses belajar-mengajar.
Berikut ini perbandingan antara murid dengan guru (rasio murid-guru) di Kota
Tangerang tahun 2021.
Tabel 2.16 Jumlah Murid dan Guru di Kota Tangerang Tahun 2021
Jumlah Rasio
No. Jenjang
Murid Guru Guru : Murid
1 PAUD 23.098 2.459 1 : 9
2 Sekolah Dasar 164.822 7.787 1 : 21
3 Sekolah Menengah Pertama 67.175 3.135 1 : 21
Sumber : Dapodik Tahun 2020
Dari tabel di atas terlihat bahwa pendidikan pra sekolah jenjang PAUD yang terdiri
dari Taman kanak-kanak (TK), Kelompok Bermain (KB), Sekolah Paud Sejenis
(SPS), dan Tempat Penitipan Anak (TPA) serta RA pada tahun 2021 tersedia
sebanyak 1.070 sekolah. Untuk Rasio antara guru dibanding dengan murid pada
jejang satuan PAUD sebesar 1 : 9 artinya setiap 1 orang guru membimbing sekitar
9 murid.
Untuk jejang Sekolah Dasar (SD/MI) yang tersedia pada tahun 2021 adalah
sebanyak 552 sekolah dengan rincian SDN sebanyak 298 sekolah, SD Swasta
2-27
BAB. 2 Kondisi Umum
sebanyak 147 sekolah, MI Negeri sebanyak 1 sekolah dan MI Swasta sebanyak 107
sekolah. Untuk Rasio antara guru dibanding dengan siswa pada jenjang Sekolah
Dasar sebesar 1 : 21 artinya setiap 1 orang guru membimbing 21 siswa.
Untuk Sekolah Menengah Tingkat Pertama (SMP/MTs) pada tahun 2021 untuk
jenjang Sekolah Menengah Pertama tersedia sebanyak 268 sekolah, SMP Negeri
sebanyak 33-sekolah, SMP Swasta sebanyak 167-sekolah, MTs Negeri sebanyak 3
sekolah dan MTs Swasta sebanyak 62 sekolah. Untuk Rasio antara guru dibanding
dengan siswa pada jenjang Sekolah Menengah Pertama sebesar 1 : 21 artinya setiap
1 orang guru membimbing 21 siswa.
Selain jumlah sekolah dan persebarannya di setiap wilayah kecamatan, maka hal
yang perlu dilihat terkait dengan kependidikan adalah Angka Partisipasi Murni
(APM) dan Angka Partisipasi Kasar (APK). Dari angka-angka ini akan didapatkan
informasi tentang seberapa besar peran serta masyarakat dalam pendidikan. APM
dan APK ini dapat dihitung berdasarkan jumlah murid dan jumlah penduduk pada
jenjang pendidikan mulai dari pendidikan dasar (SD/MI), menengah (SMP/MTs)
baik pada sekolah negeri maupun sekolah swasta.
Besarnya APM dan APK sekolah di Kota dapat dilihat pada Tabel 2.17 dan Tabel
2.18 berikut ini :
Tabel 2.17 Angka Partisipasi Murni (APM) di Kota Tangerang Tahun 2021
Jumlah
No Jenjang Jumlah Siswa APM (persen)
Penduduk
1 Jenjang SD/MI 186.849 190.705 97,98
2 Jenjang SMP/MTs 77.659 88.291 87,96
Sumber : Dapodik dan Emis 2021
Persentase capaian APM SD/MI/Paket A pada tahun 2021 sebesar 97.98%. Hal ini
berdasarkan perhitungan jumlah siswa kelompok usia 7 -12 tahun yang sekolah
pada jejang sekolah dasar sederajat pada Tahun 2021 dibandingkan dengan jumlah
penduduk Kota Tangerang kelompok usia 7-12 tahun pada tahun sebelumnya,
karena untuk penerimaan siswa baru atau tahun ajaran baru dimulai pada bulan Juli
2-28
BAB. 2 Kondisi Umum
Persentase capaian APM SMP/MTs/Paket B pada tahun 2021 sebesar 87.96%. Hal
ini berdasarkan perhitungan jumlah siswa kelompok usia 13 -15 tahun yang sekolah
pada jejang sekolah menengah pertama sederajat dibandingkan dengan jumlah
penduduk Kota Tangerang kelompok usia 13-15 tahun pada tahun sebelumnya,
karena untuk penerimaan siswa baru atau tahun ajaran baru dimulai pada bulan Juli
2021 sedangkan jumlah penduduk diambil berdasarkan data dukcapil semester 2
atau bulan Desember tahun 2020.
Tabel 2.18 Angka Partisipasi Kasar (APK) di Kota Tangerang Tahun 2021
Jumlah
No Jenjang Jumlah Siswa APK (persen)
Penduduk
1 Jenjang SD/MI 196.894 190.705 103,25
2 Jenjang SMP/MTs 82.107 88.291 93,00
Sumber : Dapodik dan Emis 2021
Persentase capaian APM SMP/MTs/Paket B pada tahun 2021 sebesar 93.00%. Hal
ini berdasarkan perhitungan perhitungan jumlah siswa yang bersekolah pada jejang
pendidikan sekolah menengah pertama sederajat dibandingkan dengan jumlah
penduduk Kota Tangerang kelompok usia 13-15 tahun karena untuk penerimaan
siswa baru atau tahun ajaran baru dimulai pada bulan Juli 2021 sedangkan jumlah
penduduk diambil berdasarkan data dukcapil semester 2 atau bulan Desember tahun
2020.
2-29
BAB. 2 Kondisi Umum
Pada tahun 2021 dalam menajamkan analisis keakuratan terhadap APK/APM maka
kemendikbud melalui Data Pokok Pendidikan (DAPODIK) terus meningkatkan
system dalam pengolahan datanya sehingga data/informasi yang disajikan lebih
akurat, hal ini dimulai dari tingkat PAUD sampai dengan tingkat menengah pertama
untuk Kota Tangerang khususnya atau yang lebih dikenal degan SATU DATA.
Adapun pada tingkat sekolah lebih menekankan pada kecapatan proses sinkronisasi
terkait pengolahan data yang ada pada sekolah-sekolah yang ada diwilayah Kota
Tangerang.
Dari berbagai indikator makro ekonomi dan survey yang kerap digunakan sebagai
alat ukur dalam menentukan keberhasilan pembangunan di suatu daerah,
implementasinya terkadang bisa menimbulkan penafsiran yang beragam. Hal ini
terjadi karena keberhasilan pembangunan tidaklah cukup hanya diukur dengan
menggunakan makro ekonomi dan survey. Dengan demikian, untuk menentukan
keberhasilan pembangunan di suatu daerah harus menggunakan indikator yang
secara resmi digunakan oleh badan dunia, yaitu The United Nations Development
Programme (UNDP).
2-30
BAB. 2 Kondisi Umum
II. INDEKS PENDIDIKAN Point 71,63 73,45 73,94 74,11 74,63 73,55
(IP)
1. Harapan Lama Sekolah Tahun 13,44 13,83 13,84 13,85 13,87 13,77
(HLS)
Indeks Harapan Lama Point 74,67 76,83 76,89 76,94 77,06 76,48
Sekolah (IHLS)
2. Rata-Rata Lama Sekolah Tahun 10,29 10,51 10,65 10,69 10,83 10,59
Indeks Rata-rata Lama Point 68,60 70,07 71,00 71,27 72,20 70,63
Sekolah (IRLS)
III. INDEKS DAYA BELI Point 80,64 81,37 82,24 81,46 81,65 81,47
(IDB)
1. Pengeluaran per Kapita per Rp. Ribu 14.104 14.443 14.860 14.484 14.575 14.493
Tahun yang Disesuaikan
(PPP/DB)
Indeks Daya Beli (IDB) Point 80,64 81,37 82,24 81,46 81,65 81,47
IV. INDEKS PEMBANGUNAN Point 77,01 77,92 78,43 78,25 78,50 77,68
MANUSIA (IPM)
Laju Pertumbuhan IPM % 0,26 1,19 0,66 -0,23 0,31 0,48
Pertumbuhan IPM Point 0,20 0,91 0,51 -0,18 0,24 1,49
Sumber : BPS (data diolah)
Selama periode Tahun 2017 sampai dengan Tahun 2021, IPM Kota Tangerang
menunjukkan peningkatan dari 77,01 point pada Tahun 2017 meningkat menjadi
78,50 point pada Tahun 2021. Namun demikian pada Tahun 2020, IPM Kota
Tangerang mengalami penurunan sekitar -0,18 point dari Tahun 2019 menjadi
78,25 point. Kondisi ini disebabkan dampak Pandemi Covid-19 dan resesi ekonomi
yang terjadi sejak Tahun 2020.
2-31
BAB. 2 Kondisi Umum
Angka Kematian bayi periode Tahun 2017 hingga Tahun 2021 terus mengalami
penurunan dimana penanganan bayi baru lahir dan tindakan terhadap bayi baru lahir
bermasalah menunjukan semakin baik, perkembangan angka kematian ibu sedikit
meningkat di Tahun 2021 meskipun sebelumnya di Tahun 2020 mengalami
penurunan. Untuk angka kesakitan baru dilakukan perhitungan pada Tahun 2019,
hingga Tahun 2021 angka kesakitan menunjukkan penurunan cukup signifikan.
2-32
BAB. 2 Kondisi Umum
Indeks harapan lama sekolah adalah angka harapan lama sekolah dibandingkan
angka ideal sesuai standar global (UNDP) yaitu 18 tahun. Angka harapan lama
sekolah adalah lamanya sekolah (dalam tahun) yang diharapkan akan dirasakan
oleh anak pada umur tertentu (sesuai dengan kebijakan pemerintah tentang program
wajib belajar adalah pada usia 7 tahun ke atas) di masa mendatang. Selama kurun
waktu Tahun 2015-2020, angka harapan lama sekolah Kota Tangerang
menunjukkan peningkatan dari 13,44 tahun pada Tahun 2017 meningkat menjadi
13,87 tahun pada Tahun 2021. Artinya, pada Tahun 2021 setiap penduduk Kota
Tangerang yang berusia 7 tahun ke atas memiliki harapan untuk bersekolah selama
13,87 tahun (setara dengan kuliah semester I-II).
Harapan lama sekolah di Kota Tangerang dapat juga dilihat korelasinya dengan
indikator Pendidikan APM di Kota Tangerang. Sesuai kewenangan Kota Tangerang
dapat dilihat perkembangan APM dari Jenjang Pendidikan SD sederajat dan SMP
sederajat sebagai berikut.
Realisasi
Indikator Satuan
2017 2018 2019 2020 2021
Angka Partisipasi Murni (APM) % 95,69 97,48 98,46 97,51 97,91
SD/MI/Paket A
Angka Partisipasi Murni (APM) % 98,91 98,97 98,99 87,23 99,00
SMP/MTs/Paket B
Sumber: Dinas Pendidikan Kota Tangerang
APM SD sederajat dan SMP Sederajat pada Tahun 2021 mengalami peningkatan
dibandingkan Tahun 2020 sebesar 0,4% dan 11,77% namun angka harapan lama
sekolah di Tahun 2021 masih meningkat 0,02 Tahun atau 7 hari.
2-33
BAB. 2 Kondisi Umum
Sedangkan indeks rata-rata lama sekolah adalah angka rata-rata lama sekolah
dibandingkan angka ideal sesuai standar global (UNDP) yaitu 15 tahun. Angka rata-
rata lama sekolah adalah jumlah tahun yang digunakan oleh penduduk usia 25 tahun
ke atas dalam menjalani pendidikan formal. Dalam periode Tahun 2017-2021,
angka rata-rata lama sekolah Kota Tangerang menunjukkan peningkatan dari 10,29
tahun pada Tahun 2017 meningkat menjadi 10,83 tahun pada Tahun 2021. Artinya
bahwa pada Tahun 2021 penduduk berusia 25 tahun ke atas di Kota Tangerang rata-
rata telah menjalani pendidikan formal selama 10,83 tahun (setara dengan kelas I
SLTA).
Rata-rata lama sekolah berkorelasi terhadap lulusan usia kerja dan menunjukkan
kualitas dari usia kerja masyarakat Kota Tangerang sebagaimana terlihat pada
Tabel berikut:
Tabel 2.20 Pendidikan Terakhir Usia Kerja Kota Tangeang Tahun 2021
Jumlah Bukan
Pendidikan Terakhir yang Penganggur
Bekerja angkatan Angkatan Jumlah
ditamatkan an
Kerja Kerja
SD dan Sederajat 146.112 13.467 159.579 145.990 305.569
SMP dan Sederajat 171.751 13.192 184.943 164.976 349.919
SMA dan Sederajat 492.169 60.144 552.313 249.307 801.620
Perguruan Tinggi 220.223 10.541 230.764 47.712 278.476
Jumlah 1.030.255 97.344 1.127.599 607.985 1.735.584
Sumber : BPS, Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas)
Pengeluaran per kapita disesuaikan ditentukan dari nilai pengeluaran per kapita dan
paritas daya beli (PPP:Purchasing Power Paity). Perhitungan paritas daya beli
menggunakan 96 komoditas dimana 66 komoditas merupakan makanan dan sisanya
merupakan komoditas nonmakanan. Komoditas non makanan beberapa telah
dilakukan pelayanan oleh Pemerintah Kota Tangerang sehingga terlihat dengan
berkurangnya pemukiman kumuh, peningkatan pelayanan akan kebutuhan air dan
layanan pegolahan air limbah domestik sebagaimana terlihat perkembangannya di
bawah ini.
2-34
BAB. 2 Kondisi Umum
Realisasi
Indikator Satuan
2017 2018 2019 2020 2021
Persentase Pemukiman Kumuh % 23,52 0,18 0,12 0,12 0,12
Persentase jumlah penduduk yang memperoleh % 96,72 100 100 100 100
kebutuhan pokok air minum sehari-hari
Persentase jumlah penduduk yang memperoleh % 48,18 100 99,79 99,79 99,79
layanan pengolahan air limbah domestik
Sumber : BPS Kota Tangerang
Sementara angka IPM Kota Tangerang dibandingkan dengan angka IPM nasional
dan Provinsi Banten dapat dilihat dari tabel berikut :
Perkembangan IPM Kota Tangerang, Nasional dan Provinsi Banten Tahun 2017-
2021
2-35
BAB. 2 Kondisi Umum
B. Perkembangan Ekonomi
Pada Tahun 2021, Laju pertumbuhan ekonomi (LPE) Kota Tangerang mencapai
3,70%. Pandemi Covid-19 telah menyebabkan menurunnya perekonomian dan
aktivitas di berbagai sektor dan wilayah Indonesia termasuk Kota Tangerang.
Tabel 2.21 Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Tangerang, Provinsi Banten
dan Nasional Tahun 2017-2021
2-36
BAB. 2 Kondisi Umum
Pada Tahun 2017, laju pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang selalu mengalami
peningkatan. Hal ini menunjukkan bahwa pada Tahun tersebut pertumbuhan
ekonomi Kota Tangerang sangat baik. Namun pada Tahun 2020 laju pertumbuhan
ekonomi Kota Tangerang mengalami penurunan yang sangat signifikan bahkan
lebih rendah jika dibandingkan dengan Provinsi Banten dan Nasional. Di Tahun
2021 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Tangerang kembali meningkat melampau
laju pertumbuhan Nasional.
Secara umum, pada Tahun 2017 pertumbuhan ekonominya cukup stabil terhadap
gangguan/guncangan eksternal, baik dalam tataran global ataupun nasional. Pada
Tahun 2019, di tengah masih melemahnya perekonomian global dan nasional, Kota
Tangerang tetap dapat mempertahankan LPE-nya di atas 4%. Akan tetapi pada
Tahun 2020 pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang menurun hingga nilai negatif
leibh rendah dibanding penurunan Provinsi Banten dan Nasional sejalan dengan
menurunnya pertumbuhan sektor lapangan usaha transportasi dan pergudangan
sebagai sektor yang memberikan distribusi PDRB terbesar ke Tiga di Kota
Tangerang turun hingga nilai negatif sebesar -45,61%. Lapangan Usaha transportasi
merupakan sektor paling berdampak dengan adanya kebijakan pembatasan untuk
menghadapi Covid-19. Ditahun 2021 laju pertumbuan Kota Tangerang kembali
membaik seiring dengan membaiknya sektor transportasi dan pergudangan
meningkat dengan angka petumbuhan positif sebesar 1,10%.
Nilai PDRB ADHK Tahun 2021 mencapai Rp. 106,70 Triliun dan mengalami
peningkatan Rp. 3,81 Trilun (laju pertumbuhan mencapai 3,70%) dari Tahun 2020
yang mencapai Rp. 102,89 Triliun. Realisasi Nilai PDRB ADHK Tahun 2021 yang
mencapai Rp. 106,70 Triliun tersebut mencapai/sesuai target yang telah ditetapkan
yaitu Rp. 106,18 Triliun - 107,22 Triliun, sehingga tingkat capaian kinerjanya
adalah 100,00%.
2-37
BAB. 2 Kondisi Umum
Seiring dengan peningkatan nilai PDRB ADHK, pada Tahun 2021, Laju
pertumbuhan ekonomi (LPE) Kota Tangerang mencapai 3,70% atau meningkat dari
Tahun 2020 yang mengalami kontraksi -6,93% sebagai dampak Pandemi Covid-19
telah menyebabkan menurunnya perekonomian (resesi ekonomi) dan aktivitas di
berbagai sektor dan wilayah Indonesia termasuk Kota Tangerang. Kondisi ini
mengindikasikan proses pemulihan ekonomi telah terjadi walaupun Pandemi
Covid-19 masih terjadi.
Berikut diuraikan nilai PDRB ADHK Kota Tangerang Tahun 2019-2021 yang
menggambarkan dampak Pandemi Covid-19 terhadap perekonomian.
Tabel 2.22 Sektor Lapangan Usaha Terdampak dan Tidak Terdampak Covid 19
% 2020 % 2021
Lapangan Keterangan Keteranga
Kode Satuan 2019 2020 2021 terhadap terhadap
usaha (2020) n (2021)
2019 2019
A. Pertanian, Rp. 1.694.004,10 1.744.673,70 1.745.997,50 102,99 tidak 103,07 tidak
Kehutanan, Juta terdampak terdampak
dan
Perikanan
B. Pertambanga Rp. 0,00 0,00 0,00
n dan Juta
Penggalian
C. Industri Rp. 39.566.347,70 37.862.197,00 39.132.952,20 95,69 terdampak 98,90 belum
Pengolahan Juta pulih
D. Pengadaan Rp. 185.037,20 182.123,70 194.010,50 98,43 terdampak 104,85 pulih
Listrik dan Juta
Gas
E. Pengadaan Rp. 91.121,40 99.850,80 111.423,50 109,58 tidak 122,28 tidak
Air, Juta terdampak terdampak
Pengelolaan
Sampah,
Limbah dan
Daur Ulang
F. Konstruksi Rp. 8.219.964,00 8.207.634,00 8.929.890,20 99,85 terdampak 108,64 pulih
Juta
G. Perdagangan Rp. 14.679.063,30 14.503.429,10 14.833.499,60 98,80 terdampak 101,05 pulih
Besar dan Juta
Eceran;
Reparasi
Mobil dan
Sepeda
Motor
H. Transportasi Rp. 16.724.276,00 9.095.643,20 9.196.007,10 54,39 terdampak 54,99 belum
dan Juta pulih
Pergudangan
2-38
BAB. 2 Kondisi Umum
% 2020 % 2021
Lapangan Keterangan Keteranga
Kode Satuan 2019 2020 2021 terhadap terhadap
usaha (2020) n (2021)
2019 2019
I. Penyediaan Rp. 1.746.490,80 1.679.758,60 1.739.776,80 96,18 terdampak 99,62 belum
Akomodasi Juta pulih
dan Makan
Minum
J. Informasi dan Rp. 9.260.963,20 10.141.680,90 10.758.295,00 109,51 tidak 116,17 tidak
Komunikasi Juta terdampak terdampak
K. Jasa Rp. 3.094.442,30 3.300.814,20 3.525.303,50 106,67 tidak 113,92 tidak
Keuangan Juta terdampak terdampak
dan Asuransi
L. Real Estat Rp. 7.691.166,60 8.192.114,00 8.548.470,90 106,51 tidak 111,15 tidak
Juta terdampak terdampak
M,N. Jasa Rp. 1.204.897,70 1.189.595,50 1.174.606,60 98,73 terdampak 97,49 belum
Perusahaan Juta pulih
O. Administrasi Rp. 1.252.340,30 1.247.957,10 1.247.280,30 99,65 terdampak 99,60 belum
Pemerintahan Juta pulih
, Pertahanan
dan Jaminan
Sosial Wajib
P. Jasa Rp. 2.518.896,30 2.681.365,20 2.655.892,20 106,45 tidak 105,44 tidak
Pendidikan Juta terdampak terdampak
Q. Jasa Rp. 1.056.361,10 1.245.025,50 1.365.046,00 117,86 tidak 129,22 tidak
Kesehatan Juta terdampak terdampak
dan Kegiatan
Sosial
R,S,T Jasa Lainnya Rp. 1.571.026,20 1.524.366,70 1.546.774,90 97,03 terdampak 98,46 belum
,U. Juta pulih
PDRB Rp. 110.556.398,20 102.898.229,20 106.705.226,80 93,07 terdampak 96,52 belum
ADHK Juta pulih
% terhadap % 93,07 96,52
2019
2-39
BAB. 2 Kondisi Umum
Kinerja pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang tersebut diatas tidak terlepas dari
adanya penurunan nilai bruto produksi yang terjadi di Kota Tangerang pada periode
Tahun 2020. Berdasarkan harga berlaku, nilai produksi bruto Kota Tangerang pada
Tahun 2020 mencapai Rp 137,28 Trilyun. atau menurun sebesar Rp 29,07 Trilyun
dari Tahun sebelumnya, di Tahun 2021 terjadi peningkatan kembali sebesar Rp.
6,01 Trilyun menjadi Rp.143,29 Trilyun. Adapun berdasarkan harga konstan
(Tahun 2010), PDRB Kota Tangerang pada Tahun 2020 mencapai Rp 102,90
Trilyun, atau terjadi penurunan sebesar Rp 7,66 Trilyun dari Tahun sebelumnya. Di
Tahun 2021 kembali meningkat menjadi sebesar Rp. 106,71 Trilyun atau
meningkat sebesar Rp. 3,81 Trilyun.
Perkembangan PDRB atas dasar harga berlaku dan PDRB atas dasar harga konstan
selama 5 (lima) Tahun terkecuali Tahun 2020 menunjukan perkembangan yang
2-40
BAB. 2 Kondisi Umum
baik sebagaimana terlihat pada tabel PDRB atas dasar harga berlaku dan tabel
PDRB atas dasar harga konstan dibawah ini.
Tabel 2.24 Produk Domestik Regional Bruto Kota Tangerang Atas Dasar Harga
Berlaku Tahun 2017-2021 (Miliyar Rupiah)
2-41
BAB. 2 Kondisi Umum
Tabel 2.25 Produk Domestik Regional Bruto Kota Tangerang Atas Dasar Harga
Konstan (2010) Tahun 2017-2021 (Miliyar Rupiah)
Gambar 2.5 Perkembangan PDRB dan LPE Kota Tangerang Tahun 2017-2021
7,50
170.000.000 5,88 6,50
4,95 5,50
150.000.000
4,02 4,50
3,70 3,50
2,50
166.347.629,44
130.000.000
156.807.077,54
1,50
144.857.117,49
143.293.602,34
137.283.099,24
0,50
(Juta Rupiah)
(%)
110.000.000
101.274.679,46
106.283.617,70
110.556.398,20
102.898.229,20
106.705.226,80
-0,50
-1,50
90.000.000 -2,50
-3,50
-4,50
70.000.000 -5,50
-6,50
50.000.000
(6,93) -7,50
2017 2018 2019 2020* 2021**
PDRB BERLAKU (PDRB ADHB) PDRB KONSTAN (PDRB ADHK)
2-42
BAB. 2 Kondisi Umum
Tabel 2.26 Pertumbuhan Sektoral PDRB ADHK Kota Tangerang Tahun 2017-
2021 (%)
Pada tahun 2020 disaat adanya pembatasan sosial berskala besar untuk mengatasi
Covid-19 mempengaruhi sektor ekonomi di Indonesia secara umum, Laju
Pertumbuhan Ekonomi Kota Tangerang yang tumbuh paling besar adalah sektor
Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial, yaitu tumbuh sebesar 17,86 persen, mengalami
percepatan dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 8,10 persen.
Pertumbuhan tersebut dipengaruhi banyaknya kegiatan terkait upaya pencegahan
dan penyehatan masyarakat dari pandemi Covid-19. Pertumbuhan terbesar
2-43
BAB. 2 Kondisi Umum
selanjutnya yang terlihat dipengaruhi dampak PSBB secara terurut adalah ditempati
sektor “Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang” sebesar
9,58% dan sektor “Informasi dan Komunikasi” sebesar 9,51%. Tingginya
pertumbuhan ketiga sektor tersebut disaat sektor lain mengalami penurunan
menunjukkan ketiga sektor tersebut benar-benar menjadi sektor yang dibutuhkan
saat menjalankan PSBB di Kota Tangerang. Sektor yang lain dengan peningkatan
pertumbuhan tinggi keempat adalah sektor “Jasa Keuangan dan Asuransi”,
meskipun urutan keempat terbesar sebesar 6,67% namun pertumbuhan yang
pesatnya jauh lebih besar dibanding Tahun 2019 dengan pertumbuhan hanya
2,62%.
Sektor industri Pengoloahan yang merupakan sektor dengan share terbesar pada
pertumbuhan PDRB Kota Tangerang mengalami penurunan sebesar -4,31%,
turunya sektor ini berpengaruh terhadap pertumbuhan PDRB yang juga mengalami
nilai negatif, begitupun di Tahun 2021 seiring dengan meningkatnya pertumbuhan
industri dengan nilai positif sebesar 3,36% mempengaruhi dengan positifnya
pertumbuhan keseluruhan Laju Pertumbuhan Ekonomi.
2-44
BAB. 2 Kondisi Umum
Adapun komposisi distribusi PDRB berdasarkan sektor lapangan usaha pada Tahun
2021, ditandai dengan peran Sektor Industri Pengolahan yang menguasai hingga
2-45
BAB. 2 Kondisi Umum
Konstruksi; 8,02
Transportasi dan Pergudangan
; 25,82
Sumber : PDRB Kabupaten Menurut Lapangan Usaha 2018-2022, BPS Kota Tangerang.
Secara umum dalam kurun waktu tahun 2017-2021, pola laju pertumbuhan
ekonomi Kota Tangerang hampir sama dengan pola laju pertumbuhan ekonomi di
tingkat Nasional dan Provinsi Banten yang mengalami penurunan nilai
pertumbuhan hingga angka pertumbuhan negatif di Tahun 2020 akibat dengan
2-46
BAB. 2 Kondisi Umum
pandemi Covid-19 dan mulai kembali meningkat di Tahun 2021. Berikut ini
perbandingan laju pertumbuhan ekonomi Kota Tangerang, Provinsi Banten dan
Nasional tahun 2017-2021.
Gambar 2.7 Laju Pertumbuhan Ekonomi Kota Tangerang, Provinsi Banten dan
Nasional Tahun 2017-2021
6,00 5,075,75
5,50 5,88 5,17
5,00 4,955,77
4,50 5,26 3,69
5,02 4,44
4,00 4,02
3,50 3,70
3,00
2,50
2,00
1,50
1,00
0,50
0,00
-0,50
-1,00
-1,50 -2,07
-2,00
-2,50
-3,00
-3,50
-4,00 -3,39
-4,50
-5,00
-5,50
-6,00
-6,50
-7,00 -6,93
2017 2018 2019 2020* 2021**
LPE KOTA TANGERANG 5,88 4,95 4,02 -6,93 3,70
LPE PROVINSI BANTEN 5,75 5,77 5,26 -3,39 4,44
LPE NASIONAL 5,07 5,17 5,02 -2,07 3,69
Sumber : PDRB Kota Tangerang Menurut Lapangan Usaha Tahun 2016-2020, BPS Kota
Tangerang. PDRB Provinsi Banten Tahun 2016-2020, BPS Provinsi Banten, PDB
Nasional 2016-2020, BPS Indonesia
Masalah kemiskinan merupakan salah satu persoalan mendasar yang menjadi pusat
perhatian pemerintah di manapun, termasuk Indonesia. Masalah mendasar
(kemiskinan) tidak hanya menyangkut jumlah/persentase atau identifikasi
penduduk miskin yang layak mendapat bantuan saja, juga menyangkut masalah
definisi kemiskinan itu sendiri. Perbedaan definisi ini akan mengakibatkan
perbedaan dalam mengukur tingkat kemiskinan dan perbedaan dalam persepsi atas
hasil dan implementasinya.
2-47
BAB. 2 Kondisi Umum
700.000
600.000 655.061
632.835
584.318
500.000 556.782
508.551
400.000 462.726
431.069
386.753 388.921
300.000 361.712
200.000
100.000
-
2017 2018 2019 2020 2021
2-48
BAB. 2 Kondisi Umum
Berikut ini diuraikan tentang garis kemiskinan, jumlah dan persentase penduduk
miskin di Kota Tangerang Tahun 2017-2021.
Tabel 2.29 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Kota
Tangerang Tahun 2017-2021
Perkembangan jumlah dan persentase penduduk miskin Kota Tangerang dari Tahun
2017 sampai dengan Tahun 2021 cenderung fluktuatif, dimana terjadi penurunan
dan peningkatan jumlah dan persentase penduduk miskin di Kota Tangerang dan
persentase penduduk miskin di interval angka 4 persen sampai 5 persen. Tingkat
kemiskinan di Kota Tangerang pada Tahun 2021 mencapai 5,93% yang mengalami
peningkatan dari Tahun 2019 yang mencapai 5,22%. Kondisi ini disebabkan oleh
dampak Pandemi Covid 19 dan resesi ekonomi yang terjadi sejak Tahun 2020.
2-49
BAB. 2 Kondisi Umum
ditujukan untuk mereka yang berada di bawah garis kemiskinan tetapi juga
masyarakat yang rentan miskin yaitu masyarakat yang dengan mudah jatuh ke
bawah garis kemiskinan.
Kondisi kemiskinan Kota Tangerang, Provinsi Banten dan Indonesia pada periode
Tahun 2017-2021 diuraikan sebagai berikut:
Tabel 2.30 Tingkat Kemiskinan Kota Tangerang, Provinsi Banten dan Nasional
Tahun 2017-2021
Pada Tahun 2021, Tingkat kemiskinan Kota Tangerang mencapai 5,93% lebih
rendah dari Provinsi Banten yang mencapai 6,66% dan lebih rendah dari nasional
yang mencapai 9,71%. Kondisi ini mencerminkan tingkat kemisinan Kota
Tangerang lebih baik dari Provinsi Banten dan nasional.
Indikator Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), yaitu bagian dari angkatan kerja
yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan (baik bagi mereka yang belum
pernah bekerja sama sekali maupun yang sudah pernah berkerja), atau sedang
mempersiapkan suatu usaha, mereka yang tidak mencari pekerjaan karena merasa
tidak mungkin untuk mendapatkan pekerjaan dan mereka yang sudah memiliki
pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Indikator ini berfungsi sebagai acuan
pemerintah daerah untuk pembukaan lapangan kerja baru. Disamping itu, trend ini
akan menunjukkan keberhasilan/kegagalan progam dan kegiatan ketenagakerjaan
dari tahun ke tahun.
2-50
BAB. 2 Kondisi Umum
karena alasan kekurangan fisik) dan mereka yang sudah punya pekerjaan tetapi
belum mulai bekerja. Sedangkan angkatan kerja terdiri dari penduduk usia kerja
yaitu 15 tahun sampai dengan 64 tahun.
Pada Tahun 2021, jumlah angkatan kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari
pekerjaan (jumlah pengangguran) di Kota Tangerang sebanyak 103.537 orang
sedangkan jumlah angkatan kerjanya sebanyak 1.141.720 orang, sehingga tingkat
pengangguran terbuka (TPT) sebesar 9,07%. Hal ini mengartikan bahwa diantara
100 orang yang termasuk ke dalam angkatan kerja terdapat sekitar 9 orang yang
tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Pada Tahun 2021, tingkat
pengangguran terbuka (TPT) Kota Tangerang mengalami peningkatan yaitu dari
8,63% pada Tahun 2020 menjadi 9,07% pada Tahun 2021. Kondisi ini dipicu oleh
terjadinya Pandemi Covid 19 dan resesi ekonomi yang melanda sejak Tahun 2020.
Kondisi tingkat pengangguran terbuka (TPT) Kota Tangerang, Provinsi Banten dan
Indonesia pada periode Tahun 2017-2021 diuraikan sebagai berikut:
2-51
BAB. 2 Kondisi Umum
Pada Tahun 2021, tingkat pengangguran terbuka (TPT) Kota Tangerang mencapai
9,07% lebih tinggi dari Provinsi Banten yang mencapai 8,98% dan lebih tinggi dari
nasional yang mencapai 6,49%. Kondisi ini mencerminkan tingkat pengangguran
terbuka (TPT) Kota Tangerang lebih buruk dari Provinsi Banten dan nasional.
2-52
BAB. 2 Kondisi Umum
Pada Tahun 2021, indeks gini (gini rasio) Kota Tangerang mengalami peningkatan
yaitu dari 0,339 poin pada Tahun 2020 menjadi 0,343 poin pada Tahun 2021.
Kondisi mencerminkan semakin memburuknya tingkat ketimpangan pendapatan
masyarakat Kota Tangerang. Kondisi ini dipicu oleh terjadinya Pandemi Covid 19
dan resesi ekonomi yang melanda sejak Tahun 2020. Indeks gini Kota Tangerang
Tahun 2021 tersebut juga mengandung arti bahwa ketimpangan distribusi
pendapatan di Kota Tangerang pada Tahun 2021 dikategorikan sebagai tingkat
“ketimpangan sedang”.
Pada Tahun 2021, indeks gini (gini rasio) Kota Tangerang mencapai 0,343 poin
lebih rendah dari Provinsi Banten yang mencapai 0,363 poin. Kondisi ini
mencerminkan tingkat ketimpangan pendapatan masyarakat Kota Tangerang lebih
baik dari Provinsi Banten.
Sektor perekonomian Tahun 2021 yang terdampak dan belum pulih akibat Pandemi
Covid-19 adalah sebagai berikut:
1. Industri Pengolahan
2. Transportasi dan Pergudangan
3. Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum
4. Jasa Perusahaan
5. Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
6. Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial
7. Jasa Lainnya
2-53
BAB. 2 Kondisi Umum
perekonomian masyarakat dan kondisi ini telah memicu terjadinya resesi ekonomi.
Hal lain yang dirasakan antara lain:
1. Daya beli masyarakat belum memadai.
2. Pelayanan perijinan dan investasi belum optimal
3. Peran UKM dan Koperasi sebagai pelaku usaha ekonomi kerakyatan belum
tumbuh dan berkembang dengan baik
4. Pengelolaan pariwisata belum optimal
5. Pengelolaan perdagangan belum optimal
6. Kualitas produk industri dan IKM yang belum berdaya saing
2-54
BAB. 2 Kondisi Umum
Persetujuan dan perizinan penanaman modal baik Penanaman Modal Asing (PMA)
dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mempunyai pengaruh dalam
pengembangan penanaman modal di Indonesia. Proses persetujuan dan perizinan
penanaman modal yang mudah, cepat, efisien serta tidak berbelit-belit dan birokrasi
yang panjang merupakan suatu suatu kendala yang sangat memberatkan bagi
pelaku usaha. Dalam upaya pembenahan pelayanan perizinan, pemerintah
Indonesia mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2018 yang
menyediakan pelayanan perizinan secara Online Single Submission (OSS) yang
teritegrasi secara elektronik. Pelayanan izin dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24
Tahun 2018 dilakukan secara online atau daring atau dikenal dengan Online Single
Submission (OSS) dalam arti penanaman modal tidak perlu hadir secara fisik untuk
mendapatkan pelayanan. Dalam peraturan pemerintah tersebut, perizinan telah
banyak disederhanakan serta dapat diterbitkan berdasarkan komitmen bahkan
waktu yang dibutuhkan dalam penerbitan perizinan juga telah ditentukan namun
terdapat syarat-syarat yang harus dipenuhi sebelumnya.
Pada Tahun 2021, nilai realisasi investasi (PMA dan PMDN) terealisasi Rp. 12,63
Triliun dari target 8,77 Triliun sehingga tingkat capaian kinerjanya adalah 144,01%
2-55
BAB. 2 Kondisi Umum
2-56
BAB. 2 Kondisi Umum
2-57
BAB. 2 Kondisi Umum
2-58
BAB. 3
BAB. 3 TINJAUAN TEORI
3.1 GUDANG
Gudang adalah fasilitas khusus yang bersifat tetap, yang dirancang untuk mencapai
target tingkat pelayanan dengan total biaya yang paling rendah. Gudang dibutuhkan
dalam proses koordinasi penyaluran barang, yang muncul sebagai akibat kurang
seimbangnya proses penawaran dan permintaan. Kurang seimbangnya antara
proses permintaan dan penawaran mendorong munculnya persediaan (inventory),
persediaan membutuhkan ruang sebagai tempat penyimpanan sementara yang
disebut sebagai gudang (Lambert, 2001).
Definisi gudang menurut Lambert (2001) adalah bagian dari sistem logistik
perusahaan yang menyimpan produk-produk (raw material, parts, goods-in-
process, finished goods) pada dan antara titik sumber (point-of-origin) dan titik
konsumsi (point-of-cumsumption), dan menyediakan informasi kepada
manajement mengenai status, kondisi, dan disposisi dari item-item yang disimpan
Apple (1990). Menjelaskan tentang masalah penyimpanan menembus keseluruh
perusahaan, sejak penerimaan, melewati produksi sampai pengiriman. Aktivitas
perancangan, persoalan penyimpanan menyeluruh dapat dipecah kedalam kategori-
kategori berikut (Apple, 1990):
1) Penerimaan (receiving), selama proses penerimaan dan sebelum penyaluran.
2) Persediaan (inventory), penyimpanan bahan baku dan barang yang dibeli jadi.
sampai diperlukan produksi.
3) Perlengkapan yaitu barang bukan produktif yang digunakan untuk mendukung
fungsi produktif.
4) Ditengah proses yaitu barang setengah jadi dan sedang menunggu operasi
selanjutnya.
3-1
BAB. 3 Tinjauan Teori
5) Komponen jadi yaitu yang sedang menunggu perakitan (dapat juga disimpan
pada daerah ditengah proses atau daerah perakitan).
6) Sisa yaitu bahan, bagian, produk dsb, yang akan diproses kembali menjadi
bentuk yang berguna lagi.
7) Buangan yaitu penumpukan, pemilihan, dan penyaluran barang yang tidak
berguna lagi.
8) Macam- macam yaitu peralatan, perlengkapan dsb, yang tidak berguna untuk
digunakan kembali pada masa yang akan datang.
9) Produk jadi yaitu produk yang siap di produksi atau disimpan pada jangka
waktu yang cukup lama.
Kapasitas Gudang
Salah satu yang sangat mempengaruhi berfungsi atau tidaknya suatu gudang adalah
kapasitas gudang itu sendiri. Dalam menentukan kapasitas gudang, maka keadaan
yang harus dipertimbangkan adalah keadaan maksimum. Gudang mencapai
keadaan maksimum pada saat sediaan pengemas belum dipakai, terjadi
keterlambatan pemakaian bahan, sedangkan pesanan datang lebih cepat.
Gudang produk jadi berhubungan dengan penyimpanan yang rapih dan pengeluaran
produk jadi. Gudang ini bertanggung jawab atas (Apple, 1990):
1) Penerimaan produk jadi dari produksi.
2) Menyimpan barang dengan aman da rapi.
3) Pengambilan pesanan untuk pengiriman.
3-2
BAB. 3 Tinjauan Teori
Aktivitas Gudang
3-3
BAB. 3 Tinjauan Teori
b. Putaway, yaitu aktivitas penempatan material atau produk yang telah dibeli
digudang. Termasuk aktivitas material handling verifikasi lokasi material
produk dan penempatan material atau produk tersebut.
c. Storage, yaitu penyimpanan material sementara sambil menunggu material
tersebut digunakan untuk proses selanjutnya atau dikirim kepada bagian
yang memerlukan atau pelanggan. Metode penyimpanan dan penanganan
produk atau material tergantung pada ukuran, kualitas dan karakteristik
produk atau material tersebut.
d. Order picking, yaitu proses pemindahan dari gudang untuk memenuhi
permintaan tertentu. Proses ini merupakan wujud pelayanan gudang
kepada para pemakai dan konsumennya.
Shipping (Loading), yaitu Proses pemeriksaan kesempurnaan pesanan.
finish good ke kendaraan dan siap untuk dikirm ke konsumen.
2. Aktifitas Tambahan
Prepackaging, yaitu aktivitas ini dilakukan apabila barang yang diterima dalam
satuan bulk besar hendak disimpan dengan kemasan yang lebih kecil agar
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan perusahaan atau konsumen (Apple,
1990).
Tujuan Gudang
Tujuan dari adanya tempat penyimpanan dan fungsi dari pergudangan secara umum
adalah memaksimalkan pengunaan sumber-sumber yang ada disamping
memaksimalkan pelayanan terhadap pelanggan dengan sumber yang
terbatas.Sumber daya gudang dan pergudangan adalah ruangan, peralatan dan
personil.Pelanggan membutuhkan gudang dan fungsi pergudangan untuk dapat
memperoleh barang yang diinginkan secara tepat dan dalam kondisi yang baik.
Maka dalam perancangan gudang dan system pergudangan diperlukan untuk hal-
hal berikut ini (Purnomo, 2004):
1) Memaksimalkan penggunaan ruang.
2) Memaksimalkan menggunakan peralatan.
3) Memaksimalkan penggunaan tenaga kerja.
3-4
BAB. 3 Tinjauan Teori
3-5
BAB. 3 Tinjauan Teori
Teknik untuk menganalisa hubungan antar aktivitas yang ada adalah dengan
menggunakan activity relationship chart (ARC). Teknik ini dikemukakan oleh
Richard Muthler yang mengatakan bahwa “Hubungan antar aktivitas ditunjukan
dengan tingkat kepentingan hubungan antar aktivitas”. Hubungan ini digambarkan
dengan lambang warna dan huruf.
Menurut (Miranda & Tunggal, 2003) perencanaan kapasitas ini sangat penting,
apabila saat pendirian suatu pabrik atau akan memperluas suatu kegiatan. Dengan
memperkirakan besarnya arus barang, maka direncanakan pula besarnya gudang.
Beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan besar kapasitas
gudang antara lain:
1. Besar ukuran dari masing-masing barang yang hendak disimpan. Semakin
besar ukuran barang akan memerlukan ruang yang sangat besar.
2. Waktu tenggang (lead time) dari pemesanan barang, kalau waktu tenggang
lebih cepat maka ruang penyimpanan harus semakin besar.
3. Jumlah atau banyaknya barang yang harus disimpan dan frekuensi keluar
masuknya barang. Makin banyak barang yang disimpan akanmembutuhkan
ruang gudang lebih besar. Apabila frekuensi keluar masuknya barang lebih
kecil berarti banyak menumpuk digudang.
4. Faktor yang hendak diambil oleh pihak manajemen gudang yang meliputi
faktor kehabisan barang. Faktor kekurangan tempat penyimpanan pada saat
barang tiba di gudang.
3-6
BAB. 3 Tinjauan Teori
Selain ditentukan oleh besar ruangan, kapasitas gudang juga ditentukan oleh cara
mengatur letak barang yang disimpan (layout ruang gudang). Gudang dengan tata
ruang sembarangan dan berserakan tentunya kurang efisien dibandingkan dengan
gudang yang tata ruangnya diatur dengan rapi. Selain hal tersebut diatas, terdapat
hal lain yang harus diperhatikan, yaitu jenis barang yang disimpan apakah barang
tersebut termasuk:
1. Fast moving, yaitu barang sirkulasinya cepat, biasanya berupa barang-barang
yang laku cepat.
2. Slow moving, yaitu barang yang sirkulasinya lambat, biasanya berupa barang-
barang yang lakunya lambat.
Fungsi Gudang
Manfaat gudang dalam logistik dapat dilihat dari dua sudut pandang, yaitu dari segi
ekonomi dan pelayanan (Miranda & Tunggal. 2003):
A. Manfaat ekonomi
Manfaat gudang dari segi ekonomi yaitu apabila keseluruhan biaya logistik
mengalami penurunan dengan adanya pemanfaatan satu atau beberpa fasilitas
gudang. Empat jenis manfaat ekonomi dari pemanfaatan gudang, yaitu ;
1. Consolidation
Pemanfaatan gudang sebagai consolidation yaitu gudang berfungsi sebagai
tempat penerimaan dan konsolidasi material dari beberapa manufaktur
(produsen). Sebelum selanjutnya akan didistribusikan kepada konsumen dalam
transportasi tunggal
2. Break bulk and crossdock
Pemanfaatan gudang sebagai Break bulk dan Cross Dock sebenarnya hampir
dengan pemanfaatan gudang sebagai consolidation Hanya dalam break bulk
dan CrossDock tidak dilakukan proses penyimpanan.
3. Processing/Postponement
3-7
BAB. 3 Tinjauan Teori
3-8
BAB. 3 Tinjauan Teori
5. Market Presence
Pemanfaatan gudang sebagai Market Presence yaitu dengan adanya gudang
lokal, yaitu gudang yang posisinya lebih dekat dengan konsumen, maka dapat
memberikan respon yang lebih baik terhadap kebutuhan konsumen dengan
mengirimkan produk lebih cepat kepada konsumen.
Penyimpanan (storage)
3-9
BAB. 3 Tinjauan Teori
Penyimpanan didalam gudang barang jadi bisa mencapai waktu yang cukup lama
itu berdasarkan kebutuhan barang itu sendiri, sehingga ada beberapa macam tipe
penimpanan didalam gudang yaitu dari macam-macam produk, produk yang
mungkin tingkat umurnya pendek hanya menyimpan dalam skala waktu beberapa
lama, akan tetapi produk yang umur produknya lama bisa menyimpan dalam waktu
yang cukup lama, sehingga perlu membutuhkan tempat penyimpanan atau
(storage).
Perencanaan gudang
Space Requirement adalah Produk yang ditempatkan pada lokasi yang lebih
spesipik dan hanya satu jenis produk saja yang ditempatkan pada lokasi
penyimpanan tersebut dan metode ini merupakan bagian dari dedicated storage.
3-10
BAB. 3 Tinjauan Teori
Kebutuhan ruang pada gudang untuk setiap lokasi peletakan produk dapat dihitung
dari kebutuhan penyimpanan maksimum produk tersebut (Apple, 1990).
Pergudangan
Gudang merupakan salah satu unsur penunjang dalam aktivitas logistik. Secara
umum, gudang merupakan sarana yang menyediakan waktu dan tempat untuk
bahan baku, produk industri, produk jadi, sekaligus sebagai media pelayanan
konsumen dalam menciptakan nilai tambah. Coyle, Joseph, Bardy, & Edward
(2003) menyebutkan setidaknya terdapat 6 (enam) fungsi gudang yang bernilai
tambah, yaitu konsolidasi transportasi, bauran produk, cross- docking, jasa
pelayanan, perlindungan terhadap kepadatan, dan kelancaran (smooting). Seperti
dijelaskan sebelumnya, gudang dalam perannya sebagai konsolidasi transportasi
adalah sebagai saran penghubung antara produsen (supplier) dengan pabrik (plant)
(inbound logistics system) dan/atau antara pabrik (plant) dengan konsumen/pasar
(outbound logistics system).
Dalam kompleksitas kegiatan produksi dan pemasaran, peran gudang juga menjadi
penting karena proses pengadaan (procurement) bahan baku yang beragam serta
kebutuhan konsumen yang bervariasi. Sebagai penyedia jasa bauran produk,
gudang dapat berfungsi sebagai pengatur varians produk yang berbeda dari
3-11
BAB. 3 Tinjauan Teori
Baijal (2014) menekankan bahwa pengelolaan gudang saat ini erat kaitannya
dengan penyimpanan dan distribusi. Hal ini dikarenakan efisiensi gudang tidak
terlepas dari inovasi dalam penyimpanan dan distribusi barang. Dalam pengelolaan
gudang secara tradisional, setiap barang yang diterima tidak dikelompokkan sesuai
dengan karakteristiknya, melainkan berdasarkan kedatangannya. Dengan demikian,
biaya penyimpanan bisa lebih mahal dan waktu yang diperlukan pada saat
pengiriman menjadi lebih lama.
3-12
BAB. 3 Tinjauan Teori
3-13
BAB. 3 Tinjauan Teori
Industri pergudangan merupakan entitas bisnis yang meliputi infrastruktur dan fisik
gudang, serta jasa yang ditawarkannya. Pada dasarnya, industri pergudangan
3-14
BAB. 3 Tinjauan Teori
3-15
BAB. 3 Tinjauan Teori
Manajemen Pergudangan
Aktivitas Gudang
3-16
BAB. 3 Tinjauan Teori
Selain itu, manajemen gudang juga diperlukan dalam menciptakan proses aktivitas
dalam pergudangan yang baik dan efisien, antara lain sebagai berikut:
1. Penerimaan (receiving), yaitu proses bongkar muat barang yang diterima dari
transportasi (trucking), identifikasi, pendaftaran, dan pengepakan ulang jika
memungkinkan.
2. Pemindahan barang dari proses bongkar muat ke dalam area penyimpanan (put
away).
3. Penyimpanan (storage), dapat dalam bentuk curah (in bulk) atau sudah
disesuaikan untuk pengambilan.
3-17
BAB. 3 Tinjauan Teori
Optimalisasi WHM dapat dilakukan melalui adopsi teknologi. Kot, Grondy, dan
Szopa (2011) menjelaskan bahwa penerapan manajemen pergudangan (inventory
management) yang berbasis pada perkiraan permintaan dapat meminimalisir biaya
persediaan. Pada prinsipnya, permintaan yang dapat diperkirakan akan
meningkatkan efisiensi pada rantai pasok, mulai dari produksi, tingkat persediaan,
dan biaya gudang untuk mengelola persediaan (inventory). Sankar, Kannan, dan
Muthukumaravel (2014) juga menjelaskan pentingnya penerapan sistem informasi
dalam jasa logistik, termasuk pergudangan yang berbasis pada pergerakan barang
berdasarkan kebutuhan konsumen. Penggunaan teknologi pergudangan dapat
mempermudah peran manajemen logistik seperti pengadaan, pemindahan barang,
dan penyimpanan serta dapat meningkatkan hubungan dengan pelanggan melalui
3-18
BAB. 3 Tinjauan Teori
Selain adopsi teknologi, pengelolaan gudang secara modern juga diperlukan dalam
merespon permintaan. Mahajan, Singh, dan Singh (2013) menjelaskan bahwa untuk
mencapai optimasi sebagai respon dari pertumbuhan permintaan dan tren global,
pengelolaan gudang harus didasarkan pada konsep modernisasi yang meliputi area
yang luas, peningkatan pelayanan, dan mekanisasi pergudangan. Pergudangan yang
modern dapat mengurangi alokasi ruang, manajemen persediaan, biaya tenaga
kerja, dan perbaikan kinerja aliran barang, hingga peningkatan kepuasan konsumen.
Beberapa hal yang tergolong modernisasi yaitu: pencahayaan yang efisien, sistem
penyimpanan, shuttle racking otomatis, handling equipment otomatis, fashion sense
yang dapat membantu kompleksitas multi-channel, serta labour management
system yang dapat mengukur kinerja.
3-19
BAB. 3 Tinjauan Teori
pemasok dan konsumen. Jika hal tersebut dapat dikelola dengan baik, maka
manajemen pergudangan akan dapat efisien karena biaya dan waktu yang dikelola
juga lebih baik.
Pada intinya, aktivitas pergudangan yang pada umumnya terdiri dari perencanaan,
pelaksanaan prosedur penyimpanan, dan distribusi barang akan menjadi efisien bila
didukung dengan teknologi yang berdaya guna, sumber daya manusia yang unggul,
infrastruktur, keterkaitan dengan industri pemasok dan konsumen, serta kebijakan
yang tersrtuktur.
Kinerja dan daya saing merupakan hal yang perlu menjadi perhatian dalam
pengembangan suatu industri. Burange & Yamini (2010) mengelaborasi beberapa
3-20
BAB. 3 Tinjauan Teori
teori kinerja dalam suatu industri yang erat kaitannya dengan daya saing. Dalam
penelitiannya pada industri baja di India, Burange & Yamini (2010) menjelaskan
bahwa kinerja industri baja dilakukan untuk melihat perbaikan pada periode
berjalan dan kemudian perlu diikuti dengan peningkatan daya saing, baik di dalam
negeri maupun di pasar global. Yoyo, Daryanto, Gumbira, & Hasan (2014) juga
mengembangkan model daya saing yang berasal dari kinerja (performance) industri
kelapa sawit berdasarkan teori Industrial Organization (IO). Dalam hal ini, Yoyo
et. al (2014) melihat bahwa kinerja industri kelapa sawit akan berdampak pada
peningkatan daya saing. Keduanya menggunakan teori bahwa kinerja suatu industri
akan berdampak pada daya saing industri itu sendiri.
Walaupun pada dasarnya, konsep Porter’s Diamond lebih umum digunakan untuk
melihat daya saing industri suatu negara terhadap negara lain, dalam penelitian ini,
variabel (atribut) dalam konsep Porter’s Diamond relevan mempengaruhi kinerja
pergudangan di Indonesia.
Dalam ulasannya, Porter (1990) mengkaji konsep daya saing dari perspektif mikro
(perusahaan) ke perspektif daya saing bangsa. Daya saing didefinisikan sebagai
suatu kemampuan negara untuk menciptakan nilai tambah yang berkelanjutan
melalui kegiatan perusahaan-perusahaannya dan untuk mempertahankan kualitas
kehidupan yang tinggi bagi warga negaranya. Porter dengan konsep Diamond of
Competitive Advantage menjelaskan empat piramida penentu daya saing, yaitu:
1. Kondisi faktor (factor condition), yaitu posisi negara dalam hal penguasaan
faktor produksi seperti tenaga kerja terampil dan infrastruktur merupakan
syarat kecukupan untuk bersaing dalam suatu industri.
3-21
BAB. 3 Tinjauan Teori
Saptana (2010) menjelaskan bahwa Porter’s diamond dimodifikasi oleh Cho tahun
1994 dengan mengambil pengalaman Korea dengan membagi sumber keunggulan
menjadi dua kategori yaitu faktor fisik dan faktor manusia. Jika diperinci, maka
faktor penentu daya saing faktor fisik adalah sumber daya alam, lingkungan bisnis,
industri pendukung, dan kondisi permintaan,sedangkan untuk faktor manusia
adalah pekerja, politisi, birokrasi, pengusaha, dan profesional dan perekayasa
teknologi.
Porter’s Diamond umum digunakan untuk melihat kinerja suatu industri dalam
rangka perumusan strategi pengembangan yang pada akhirnya berorientasi pada
peningkatan daya saing. Beberapa penelitian yang menggunakan Porter’s Diamond
dalam analisis kinerja industri antara lain Alvino (2013) yang melihat kinerja
industri gula di Indonesia melalui Matriks Perbandingan Berpasangan (MPB) dan
teori Porter’s Diamond. Dalam analisisnya, MPB dilakukan untuk mendapatkan
gambaran kondisi pergulaan di Indonesia untuk kemudian dianalisis dengan
menggunakan Porter’s Diamond untuk mengetahui situasi, kondisi, dan
pengaruhnya terhadap perkembangan industri gula di Indonesia.
3-22
BAB. 3 Tinjauan Teori
Porter’s Diamond juga umum digunakan untuk menganalisis kinerja industri yang
memiliki keterkaitan antara hilir dan hulu, seperti Lau (2009) yang menganalisis
kinerja industri penerbangan di Hongkong untuk melihat potensi daya saingnya di
international hub dan Wu (2006) dalam analisis industri otomotif di China. Boja
(2011) juga menggunakan Porter’s Diamond dalam menganalisis konsep klaster
industri dalam peningkatan daya saing, dimana perusahaan tidak hanya bersaing
namun juga berkolaborasi untuk meraih keunggulan ekonomi. Wu (2006)
menjelaskan bahwa Porter’s Diamond dapat digunakan sebagai pembentuk strategi
pengembangan, kebijakan pendukung, dan tuntutan pasar berdasarkan pendekatan
Industrial Organization (IO).
3-23
BAB. 4
BAB. 4 METODOLOGI
4.1 PENDEKATAN
Statistik dekskriptif adalah bagian dari ilmu statistik yang meringkas, menyajikan
dan mendeskripsikan data dalam bentuk yang mudah dibaca sehingga memberikan
informasi lebih lengkap.
4-1
BAB. 4 Metodologi
2. Diagram Pareto
Diagram Pareto adalah serangkaian diagram batang yang menggambarkan
frekuensi atau pengaruh dari proses atau keadaan atau masalah. Diagram diatur
mulai dari yang paling tinggi sampai paling rendah dari kiri ke kanan
3. Tabel
Tabel adalah daftar berisi ikhtisar dari sejumlah fakta dan informasi. Bentuknya
berupa kolom-kolom dan baris-baris. Tabel merupakan alat bantu visual yang
berfungsi menjelaskan suatu fakta atau informasi secara singkat, jelas, dan
lebih menarik daripada kata-kata. Sajian informasi yang menggunakan tabel
lebih mudah dibaca dan disimpulkan. Bentuk tabel yang sering digunakan
adalah tabel distribusi frekuensi, tabel distribusi frekuensi relatif dan tabel
kontingensi untuk data kualitatif dengan banyak kategori dalam baris maupun
kolom.
4. Grafik Garis
Grafik merupakan gambar yang terdiri atas garis dan titik-titik koordinat.
Dalam grafik terdapat dua jenis garis koordinat, yakni garis koordinat X yang
berposisi horisontal dan garis koordinat Y yang vertikal. Pertemuan antara
setiap titik X dan Y membentuk baris-baris dan kolom-kolom. Umumnya
grafik digunakan untuk membandingkan jumlah data. Selain itu, digunakan
pula untuk menunjukkan fluktuasi suatu perkembangan jumlah, misalnya
dalam rentang waktu lima tahun, enam tahun, sepuluh tahun, atau lebih.
Dengan grafik, perbandingan serta naik turunnya suatu jumlah data akan lebih
jelas. Penyajian data dalam bentuk grafik atau diagram bertujuan untuk
memvisualisasikan data secara keseluruhan dengan menonjolkan karakteristik-
karakteristik tertentu dari data tersebut. Jenis grafik atau diagram yang sering
digunakan diantaranya adalah histogram, diagram batang dan daun, diagram
garis, diagram lingkaran dan diagram kotak.
5. Data
Data adalah angka yang mempunyai makna atau yang memberikan informasi.
Data adalah sesuatu yang belum mempunyai arti bagi penerimanya dan masih
bersifat mentah, sehingga memerlukan adanya suatu pengolahan. Data bisa
4-2
BAB. 4 Metodologi
berwujut suatu keadaan, gambar, suara, huruf, angka, bahasa ataupun simbol-
simbol lainnya yang bisa kita gunakan sebagai bahan untuk melihat
lingkungan, obyek, kejadian ataupun suatu konsep.
a. Data berdasarkan skala pengukuran
b. Nominal
c. Ordinal
d. Inteval
e. rasion
f. Data berdasarkan sumbernya
g. Primer
h. Sekunder
i. Data berdasarkan sifatnya
j. Kualitatif
k. Kuantitatif
4-3
BAB. 4 Metodologi
konsisten dengan kebutuhan masa depan maupun masa kini. Dan ini pada
hakekatnya membutuhkan sebagai prasyarat: kemauan politik yang kuat.
4-4
BAB. 4 Metodologi
Sustainable Development Goals bertumpu pada tiga pilar: (1) pilar Sosial,
pembangunan manusia dalam ruang lingkup sosial; (2) pilar Ekonomi,
pembangunan ekonomi; (3) pilar Lingkungan, termasuk Keanekaragaman hayati.
Dan ketiga-tiga pilar ditopang oleh landasan institusi tata-kelola. Ketiga-tiga pilar
dan landasan institusi ini bertumpu pada 17 Sustainable Development Goals yang
diurai dalam 169 target-sasaran dan 241 indikator yang saling pengaruh-
mempengaruhi.
Tabel 4.1 Tiga Pilar Pembangunan Berkelanjutan SDGs dan Tata Kelola yang
mendukung Pembangunan Berkelanjutan
PILAR
PILAR PILAR PILAR
PEMBANGUNAN
PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN
HUKUM DAN TATA
SOSIAL EKONOMI LINGKUNGAN
KELOLA
Goal 1. Tanpa Goal 7. Energi Bersih Goal 6. Goal 16. Perdamaian,
Kemiskinan dan Terjangkau Air Bersih dan Sanitasi Keadilan dan
yang Layak Kelembagaan yang
Goal 2. Tanpa Goal 8. Pekerjaan Goal 11. Kota dan Tangguh
Kelaparan Layak dan Permukiman
Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan
4-5
BAB. 4 Metodologi
PILAR
PILAR PILAR PILAR
PEMBANGUNAN
PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN PEMBANGUNAN
HUKUM DAN TATA
SOSIAL EKONOMI LINGKUNGAN
KELOLA
Goal3. Kehidupan Goal 9. Industri, Goal 12. Konsumsi dan
Sehat dan Sejahtera Inovasi dan produksi
Infrastruktur Berkelanjutan
Goal 4. Pendidikan Goal 10. Berkurangnya Goal 13. Penanganan
Berkualitas Kesenjangan Perubahan Iklim
Goal 5. Kesetaraan Goal 17. Kemitraan Goal 14. Ekosistem
Gender untuk mencapai Tujuan Laut
Goal 15. Ekosistem
Daratan
Sumber : SDGs
4-6
BAB. 4 Metodologi
4-7
BAB. 4 Metodologi
Rantai pasok (supply chain) didefinisikan sebagai jaringan global yang digunakan
untuk mengirimkan produk dan jasa dari bahan baku ke pelanggan akhir melalui
aliran informasi, distribusi fisik, dan uang (APICS Dictionary, 11th ed.).
4-8
BAB. 4 Metodologi
Salah satu fenomena penting dalam rantai pasok adalah masalah amplifikasi
permintaan (demand amplification) atau bullwhip effect. Ke arah hulu dalam rantai
pasok, amplifikasi permintaan akan semakin meningkat pada setiap tingkatnya.
Amplifikasi ini disebabkan oleh adanya waktu tunda (delay time) dan ketidak-
akuratan data dan informasi. Waktu tunda mencakup penundaan untuk operasi
penciptaan nilai tambah (value-added) maupun penundaan karena idle. Amplifikasi
dan distorsi permintaan mengakibatkan tingkat produksi pada matarantai pabrik
seringkali berfluktuasi jauh lebih besar dibandingkan yang terjadi pada tingkat
penjualan aktual. Dengan adanya amplifikasi permintaan, pengaturan tingkat
produksi atau pasokan menjadi suatu masalah sulit. Pada kondisi ini, produksi dan
persediaan mengalami kelebihan (overshoot) dan kekurangan (undershoot) dari
tingkat yang seharusnya.
4-9
BAB. 4 Metodologi
Dalam sistem distribusi, berbagai pihak yang interdependent terlibat dalam proses
penyampaian barang sehingga barang tersebut pada akhirnya dapat digunakan atau
dikonsumsi oleh pelanggan atau masyarakat. Berbagai pihak tersebut membentuk
suatu saluran distribusi (distribution channel) atau saluran pemasaran (marketing
channel).
4-10
BAB. 4 Metodologi
Salah satu penunjang implementasi MP3EI adalah Sistem Logistik Nasional yang
telah ditetapkan dengan Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 Tahun
2012 tentang Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional.
Cetak Biru tersebut berfungsi sebagai acuan bagi menteri, pimpinan lembaga non
kementerian, gubernur, dan bupati/walikota dalam rangka penyusunan kebijakan
dan rencana kerja yang terkait pengembangan Sistem Logistik Nasional di bidang
tugas masing• masing, yang dituangkan dalam dokumen rencana strategis masing-
masing kementerian/lembaga pemerintah non kementerian dan pemerintah daerah
sebagai bagian dari dokumen perencanaan pembangunan.
Cetak Biru Pengembangan Sistem Logistik Nasional berfungsi sebagai acuan bagi
menteri, pimpinan lembaga non kementerian, gubernur, dan bupati/walikota dalam
rangka penyusunan kebijakan dan rencana kerja yang terkait pengembangan Sistem
Logistik Nasional di bidang tugas masing-masing, yang dituangkan dalam
dokumen rencana strategis masing-masing kementerian/lembaga pemerintah non
kementerian dan pemerintah daerah sebagai bagian dari dokumen perencanaan
pembangunan (ps.2).
4-11
BAB. 4 Metodologi
Sejalan dengan itu, berdasarkan kondisi geografis Indonesia yang terdiri lebih dari
17.000 (tujuh belas ribu) pulau yang terbentang sepanjang 1/8 (satu per delapan)
garis khatulistiwa dengan kekayaan alam yang melimpah dan menghasilkan
komoditas strategis maupun komoditas ekspor. Kondisi ini semestinya mampu
menjadikan Indonesia sebagai “supply side” yang dapat memasok dunia dengan
kekayaan sumber daya alam yang dimiliki dan hasil industri olahannya, sekaligus
menjadi pasar yang besar atau “demand side” dalam rantai pasok global karena
jumlah penduduknya yang besar. Sehingga dibutuhkan Sistem Logistik Nasional
yang terintegrasi, efektif dan efisien untuk mendukung terwujudnya peranan
tersebut.
4-12
BAB. 4 Metodologi
MP3EI, serta mewujudkan visi ekonomi Indonesia tahun 2025 (RPJPN) yaitu
“Mewujudkan masyarakat Indonesia yang mandiri, maju, adil, dan makmur”
4-13
BAB. 4 Metodologi
4-14
BAB. 4 Metodologi
Untuk melakukan aktivitas logistik diperlukan infrastuktur logistik yang terdiri atas
simpul logistik (logistics node) dan mata rantai logistik (logistics link) yang
berfungsi menggerakkan barang dari titik asal (point of origin) ke titik tujuan (point
of destination). Simpul logistik dapat berupa pelaku logistik, maupun konsumen,
sedangkan link logistik meliputi jaringan distribusi, jaringan transportasi, jaringan
informasi, dan jaringan keuangan, dimana komponennya dengan beberapa
penjelasan sebagai berikut :
1. Infrastruktur dan jaringan distribusi merupakan mata rantai keterkaitan antara
penyedia (produsen, eksportir, dan importir), penyalur (pedagang besar,
distributor, grosir, agen, pengecer), dan konsumen melalui prasarana dan
sarana distribusi (Gudang, Terminal Agri, Pasar Induk, Pasar Tradisional, Kios,
Warung, Hypermarket, Supermarket, dan Mini Market). Fungsi Infrastruktur
4-15
BAB. 4 Metodologi
Infrastruktur dan jaringan keuangan terdiri atas pelaku jasa keuangan (Bank,
Asuransi, dan LKBB), dan sarana jasa keuangan (ATM, i/net/sms banking, T/T,
loket tunai, langsung tunai). Jenis jasa keuangan logistik meliputi jasa kepabeanan,
perpajakan, perbankan, dan asuransi fungsi infrastruktur dan jaringan keuangan
untuk memperlancar transaksi keuangan diantara pemangku kepentingan logistik.
4-16
BAB. 4 Metodologi
yang terpercaya dan sistem organisasi yang efektif. Sistem Logistik Nasional ini
diharapkan dapat dioperasionalisasikan oleh pelaku dan penyedia jasa logistik yang
profesional dan beretika, serta didukung oleh tersedianya infrastuktur logistik yang
mencukupi dan handal. Penyusunan Cetak Biru Sistem Logistik Nasional mengacu
pada modal dasar yang telah dimiliki saat ini, mempertimbangkan perkembangan
logistik nasional dan global baik regional maupun internasional, serta
mempertimbangkan best practice proses bisnis logistik di berbagai negara maju.
Mengingat kegiatan utama logistik adalah menggerakkan barang (komoditas),
maka paradigma yang digunakan adalah “ship follows the trade”, namun demikian
juga mempertimbangkan letak geografis Indonesia yang luas dan keterbatasan
keterjangkauan untuk beberapa daerah dan wilayah tertentu, maka digunakan
paradigma “ship promotes the trade”. Selanjutnya dalam menyusun profil, strategi,
program, dan rencana aksi digunakan pendekatan 6 (enam) kunci penggerak utama
(key drivers) logistik.
Sesuai dengan peran dan tujuan yang ingin dicapai, secara skematis kerangka
penyusunan Cetak Biru Sistem Logistik Nasional. Visi dan Misi Sistem Logistik
Nasional diformulasikan berdasarkan atas praktek logistik nasional saat ini,
perkembangan lingkungan nasional dan global. Berdasarkan visi dan misi ini
dirumuskan tujuan dan strategi untuk mencapainya, yang tergambar dalam
kebijakan, road map, action plan dan tahapan implementasinya. Akhirnya, agar
Cetak Biru ini dapat mencapai sasarannya maka perlu dibentuk lembaga yang
menanganinya dan membangun Sumber Daya Manusia (SDM), pelaku dan
penyedia bisnis jasa logistik yang terpercaya dan profesional.
4-17
BAB. 4 Metodologi
Sesuai dengan visi dan misi di atas secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam
membangun dan mengembangkan Sistem Logistik Nasional adalah mewujudkan
sistem logistik yang terintegrasi, efektif dan efisien untuk meningkatkan daya saing
nasional di pasar regional dan global, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Secara lebih spesifik tujuan tersebut adalah:
1. Menurunkan biaya logistik, memperlancar arus barang, dan meningkatkan
pelayanan logistik sehingga meningkatkan daya saing produk nasional di pasar
global dan pasar domestik;
2. Menjamin ketersediaan komoditas pokok dan strategis di seluruh wilayah
Indonesia dengan harga yang terjangkau sehingga mendorong pencapaian
masyarakat adil dan makmur, dan memperkokoh kedaulatan dan keutuhan
NKRI;
3. Mempersiapkan diri untuk menghadapi integrasi jasa logistik ASEAN sebagai
bagian dari pasar tunggal ASEAN dan integrasi pasar global.
Strategi bagi komoditas pokok dan strategis adalah menjamin pasokan dan
kelancaran arus penyaluran kebutuhan konsumsi dan pembangunan dalam negeri.
Sasaran strategis yang ingin dicapai adalah terjaminnya ketersediaan, kemudahan
mendapatkan barang dari komoditas pokok dan strategis yang merupakan
4-18
BAB. 4 Metodologi
kebutuhan dasar masyarakat dengan harga yang relatif stabil dan terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat.
Salah satu Rencana Aksi Komoditas Penggerak Utama dalam Cetak Biru
Pengembangan Sistem Logistik Nasional adalah terbangunnya sistem manajemen
rantai pasok untuk komoditas pokok dan strategis di setiap koridor ekonomi.
4.2 METODOLOGI
Metode merupakan suatu bentuk atau cara yang dipergunakan dalam pelaksanaan
suatu penelitian guna mendapatkan, mengolah dan menyimpulkan data yang dapat
memecahkan suatu permasalahan. Penelitian merupakan suatu kegiatan ilmiah yang
berkaitan dengan analisis dan konstruksi yang dilakukan secara metodologis,
sistematis dan konsisten.
Metodologis berarti sesuai dengan metode atau cara tertentu. Sistematis adalah
berdasarkan suatu sistem. Konsisten berarti tidak adanya hal yang bertentangan
4-19
BAB. 4 Metodologi
dalam kerangka tertentu. Metode penelitian merupakan cara atau teknik ilmiah
untuk memperoleh data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Cara atau teknik
ilmiah yang dimaksud adalah dimana kegiatan kajian itu dilaksanakan berdasarkan
ciri-ciri keilmuan, yaitu Rasional, Empiris, dan Sistematis.
Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Dan Petunjuk Teknis Sanksi TDG (Tanda Daftar
Gudang) merupakan analisis kualitatif. Analisis kualitatif berakar pada latar
alamiah sebagai keutuhan. Mengandalkan manusia sebagai alat penelitian,
memanfaatkan metode kualitatif, analisis data secara induktif, mengarahkan
sasaran penelitian pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat deskriptif, dan
lebih mementingkan proses daripada hasil. Analisis deskriptif adalah kegiatan
pengumpulan data untuk memberikan gambaran atau gagasan suatu konsep atau
gejala, juga menjawab pertanyaan-pertanyaan sehubungan dengan status subyek
analisis pada saat ini, misalnya sikap atau pendapat perseorangan, lembaga dan
sebagainya.
1. Sumber Primer
Pengumpulan data melalui sumber primer didapat melalu wawancara.
Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi
semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi. Wawancara dapat
berfungsi deskriptif maupun berfungsi eksploratif. wawancara yang digunakan
adalah wawancara semistruktural yang berarti perpaduan antara wawancara
berstruktur dan tak berstruktur. Hal yang dimaksud adalah sebelum melakukan
wawancara, pewawancara telah menyiapkan daftar pertanyaan pokok terlebih
dahulu untuk menjadi pedoman dalam berkomunikasi dengan responden.
Selanjutnya di dalam proses wawancara tersebut dapat memunculkan pula
berbagai pertanyaan baru yang diperoleh dari jawaban yang diberikan oleh
responden. Oleh sebab itu, dalam wawancara yang berlangsung akan diperoleh
data baru atau yang lebih luas namun tetap terarah ke masalah penelitian yang
sedang dikaji oleh pewawancara
4-20
BAB. 4 Metodologi
Pertanyaan yang akan disampaikan mungkin tidak berurut dan pilihan kata-
kata dalam wawancara akan disesuaikan dengan konteks informan. Terhadap
informan yang mungkin mengalami kesulitan dalam penggunaan istilah-istilah
tertentu maka akan diupayakan mencari istilah sama yang dapat dimengertinya.
Kegunaan dari wawancara ini adalah sebagai pelengkap metoda pengumpulan
data lainnya.
Wawancara dilakukan terhadap responden dengan teknik purposive sampling
yaitu dengan pemilihan responden sesuai dengan jenis informasi yang
didapatkan. Responden yang akan dijadikan narasumber terkait dengan potensi
Gudang.
2. Sumber Sekunder
Sumber sekunder diperoleh melalui studi dokumentasi. Studi dokumentasi
digunakan untuk menggali data sekunder yang diperlukan guna menunjang
kajian ini, seperti tentang gambaran umum daerah penelitian. Selain itu studi
dokumentasi juga dilakukan mendapatkan berbagai macam dokumen berupa
buku-buku, laporan hasil penelitian, kertas kerja, majalah ilmiah, bulletin, surat
kabar, brosur-brosur yang berkaitan dengan tema kajian. Studi dokumentasi,
literasi, data terkait Gudang dan BPS.
4-21
BAB. 4 Metodologi
A. Analisis Kebijakan
Lima kombinasi metode yang biasa digunakan pada analisis kebijakan Upaya
Pembangunan antara lain adalah :
• Deskriptif,
Merupakan metode yang bersifat monitoring yang menghasilkan informasi
sebab dan akibat kebijakan yang telah dirasakan
• Prediktif
4-22
BAB. 4 Metodologi
Pada prinsipnya penggunaan analisis kebijakan ini adalah untuk mengetahui apakah
perubahan kontribusi sektoral yang terjadi telah di dasarkan kepada strategi
kebijakan pembangunan yang tepat, yaitu strategi yang memberikan dampak yang
optimal bagi pertumbuhan ekonomi, peningkatan lapangan pekerjaan dan
peningkatan kesejahteraan penduduk. Karena untuk melaksanakan pembangunan
dengan sumber daya yang terbatas sebagai konsekuensinya harus difokuskan
kepada pembangunan sektor-sektor yang memberikan dampak pengganda
(multiplier effect) yang besar terhadap sektor-sektor lainnya atau perekonomian
secara keseluruhan
B. Analisis Statistik
4-23
BAB. 4 Metodologi
• Analisis Data
• Pelaporan hasil analisis
Setelah selesai melakukan pengolahan data, maka langkah selanjutnya adalah data
dianalis. Data mentah (raw data) yang sudah susah payah kita kumpulkan tidak akan
ada artinya jika tidak dianalisis. Analisis data merupakan kegiatan yang sangat
penting dalam suatu penelitian, karena dengan analis data lah data dapat
mempunyai arti/makna yang dapat berguna untuk memecahkan masalah penelitian.
Pada umumnya analisis data bertujuan untuk:
• Memperoleh gambaran/deskripsi masing-masing variabel
• Membandingkan dan menguji teori atau konsep dengan informasi yang
ditemukan
• Menemukan adanya konsep baru dari data yang dikumpulkan
• Mencari penjelasan apakah konsep baru yang diuji berlaku umum atau hanya
berlaku pada kondisi tertentu.
Analisis data mempunyai posisi strategis dalam suatu kajian. Namun perlu
dimengerti bahwa dengan melakukan analisis tidak dengan sendirinya dapat
langsung menginterpretasikan hasil analisis tersebut. Menginterpretasikan berarti
kita menggunakan hasil analisis guna memperoleh arti/makna.
Interpretasi mempunyai dua bentuk, yaitu: arti sempit dan arti luas. Interpretasi
dalam arti sempit (deskriptif) yaitu interpretasi data yang dilakukan hanya sebatas
pada masalah penelitian yang diteliti berdasarkan data yang dikumpulkan dan
diolah untuk keperluan penelitian tersebut. Sedang interpretasi dalam arti luas
(analik) yaitu interpretasi guna mencari makna dan hasil penelitian dengan jalan
tidak hanya menjelaskan/menganalisis data hasil kajian tersebut, tetapi juga
melakukan intervensi (generalisasi) dari data yang diperoleh denagn teori-teori
yang relevan dengan hasil-hasil kajian tersebut.
4-24
BAB. 4 Metodologi
Maka dari itu daerah dapat menggunakan metoda pendekatan lain sepanjang
menggambarkan asumsi dan kondisi masa depan yang terukur, terarah dan dapat
4-25
BAB. 4 Metodologi
4-26
BAB. 4 Metodologi
4-27
BAB. 5
BAB. 5 RENCANA KERJA
A. Persiapan Awal
5-1
BAB. 5 RENCANA KERJA
Sebelum berpijak pada proses kegiatan kajian lapangan, seluruh tenaga ahli
melakukan kajian literatur yang terkait dengan pekerjaan. Kajian ini ditujukan
untuk memantapkan pemahaman dan wawasan Tenaga Ahli, serta mereview
kembali perkembangan terbaru mengenai Retribusi yang akan dijadikan rujukan
dalam penyusunan.
Pada kegiatan ini, Team Leader bersama seluruh tenaga ahli akan merumuskan dan
memantapkan kembali metodologi pelaksanaan pekerjaan, serta merumuskan
rencana kerja yang menekankan pada langkah-langkah, waktu, penugasan dan
produk yang dihasilkan pada setiap langkah yang ditempuh.
Perumusan rencana kerja ini dilakukan dengan pembahasan kerangka acuan kerja
(KAK) pekerjaan guna mendapatkan kesepemahaman dan arahan pelaksanaan
pekerjaan secara menyeluruh, pendistribusian tugas, dan brainstorming terkait
dengan teknis dan materi pekerjaan mendapatkan pemahaman yang komprehensif
terkait substansi materi pekerjaan.
Pada tahapan ini, Team Leader bersama seluruh tenaga ahli akan merumuskan dan
memantapkan kembali metodologi pelaksanaan pekerjaan, serta merumuskan
rencana kerja yang menekankan pada langkah-langkah, waktu, penugasan dan
produk yang dihasilkan pada setiap langkah yang ditempuh.
Pada tahap ini, program kerja yang dilakukan oleh pihak penyedia jasa konsultansi
adalah sebagai berikut:
Penyedia jasa konsultansi (team leader bersama seluruh tenaga ahli) melakukan
kajian literatur dan kebijakan terkait dengan indikator pembangunan daerah. Kajian
5-1
BAB. 5 RENCANA KERJA
ini ditujukan untuk memantapkan pemahaman dan wawasan Tenaga Ahli, serta
mereview kembali perkembangan terbaru mengenai kebijakan (regulasi) yang akan
dijadikan rujukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Pada tahap ini, program kerja yang dilakukan oleh pihak penyedia jasa konsultansi
adalah sebagai berikut :
1. Perumusan Materi Pendahuluan
Substansi materi pendahuluan meliputi: latar belakang, dasar hukum, tujuan
dan sasaran, keluaran dan ruang lingkup pekerjaan.
2. Perumusan Materi Tinjauan Kebijakan
Substansi materi tinjauan kebijakan meliputi:
a. Perumusan Materi Kondisi Umum
Substansi materi kondisi umum meliputi : Kondisi umum Kota Tangerang.
b. Perumusan Metodologi
Substansi materi metodologi meliputi: pendekatan, metode analisis dan
kerangka pemikiran pekerjaan.
c. Perumusan Rencana Kerja
Substansi materi rencana kerja meliputi: tahapan, rencana jadwal
pelaksanaan, organisasi pelaksana dan instrumen pengumpulan
data/informasi pelaksanaan pekerjaan.
3. Penyusunan dan Pembahasan Draft Laporan Awal
Hasil dari tahapan-tahapan tersebut diatas dituangkan ke dalam Draft laporan
Pendahuluan. Draft Laporan Pendahuluan dipergunakan sebagai bahan
pembahasan dengan tim teknis untuk mendapatkan masukan dan perbaikan
serta kesepakatan.
4. Perbaikan Laporan Pendahuluan dan Penyerahan Laporan
Hasil masukan dan perbaikan serta kesepakatan digunakan dalam perbaikan
laporan pendahuluan yang kemudian hasilnya disampaikan sebagai laporan
pendahuluan yang merupakan tahapan awal pelaporan dari pekerjaan.
5-2
BAB. 5 RENCANA KERJA
5-3
BAB. 5 RENCANA KERJA
Sebagaimana tertuang dalam KAK, dimana jangka waktu yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Dan Petunjuk Teknis
Sanksi TDG (Tanda Daftar Gudang) adalah 60 (enam puluh) hari kalender atau 2
(dua) bulan, sebagaimana tertuang dalam KAK : “Penyusunan Penyusunan
Petunjuk Pelaksanaan Dan Petunjuk Teknis Sanksi TDG (Tanda Daftar Gudang)
ini dilaksanakan dalam rentang waktu 2 (dua) bulan”
Oleh karena itu, sesuai dengan metodologi, lingkup kegiatan, serta jangka waktu
pelaksanaan penyusunan Penyusunan Petunjuk Pelaksanaan Dan Petunjuk Teknis
Sanksi TDG (Tanda Daftar Gudang), maka Penyedia Jasa menyusun suatu rencana
kerja berupa jadwal pelaksanaan pekerjaan yang berisikan tahapan-tahapan
kegiatan yang akan dilaksanakan dalam menyelesaikan pekerjaan ini. Jadwal
tersebut adalah sebagaimana yang dilampirkan berikut:
WAKTU
PELAKSANAAN
KELUARAN
NO KEGIATAN (BULAN/MINGGU)
(OUTPUT)
BULAN I BULAN II
1 2 3 4 1 2 3 4
1. Persiapan Awal
• Mobilisasi tim penyusun
• Perumusan metodologi dan
rencana kerja
• Kajian (studi) awal literatur dan
kebijakan
• Penyusunan desain
penelitian/studi
2. Penyusunan Laporan Awal
• Penyusunan draft Laporan
Awal
5-4
BAB. 5 RENCANA KERJA
WAKTU
PELAKSANAAN
KELUARAN
NO KEGIATAN (BULAN/MINGGU)
(OUTPUT)
BULAN I BULAN II
1 2 3 4 1 2 3 4
• Pembahasan Draft Laporan
Awal
• Perbaikan dan Penyerahan Laporan Awal
Laporan
3. Survei Pengumpulan Data
• Pengumpulan data/informasi
• Kompilasi data/informasi
4. Analisis Data
• Kompilasi Data dan Informasi
• Analisis Data dan Informasi
5. Penyusunan Laporan Akhir
• Rumusan Final
• Penyusunan DraftLaporan
Akhir
• Pembahasan Draft Laporan
Akhir
• Perbaikan dan Penyerahan Laporan Akhir
Laporan Akhir
5-5
BAB. 5 RENCANA KERJA
PENGGUNA ANGGARAN
TEAM LEADER
KONSULTAN
5-6