Puji syukur Kami panjatkan ke hadirat Allah SWT, atas karunia serta ridlho-Nya,
maka Kami dapat menyusun Laporan Pendahuluan sebagai tahapan awal
pelaporan dari serangkaian proses dan tahapan pelaksanaan Studi Kelayakan Dan
DPPT Pelebaran Jalan Hasyim Ashari Pada Dinas Pekerjaan Umum Dan Penataan
Ruang Provinsi Banten Tahun Anggaran 2023.
Akhir kata, Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
dalam penyusunan laporan ini. Kami berharap semoga Laporan ini bermanfaat bagi
proses pelaksanaan selanjutnya dari Pekerjaan Perencanaan dan Pembangunan
Pelebaran Jalan Hasyim Ashari.
Serang, 2023
TIM PENYUSUN
Pasal 33 Undang Undang Dasar 1945 secara imperatif menjadi dasar dalam
pembangunan hukum ekonomi di Indonesia. Perekonomian Nasional
diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan,
efesiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, serta
dengan menjaga keseimbangan kemajuan dan kesatuan ekonomi nasional. Undang-
Undang Nomor 2 Tahun 2022 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 38 Tahun 2004 Tentang jalan menyatakan bahwa infrastruktur Jalan sebagai
salah satu pilar utama untuk kesejahteraan umum dan sebagai prasarara dasar dalam
pelayanan umum dan pemanfaatan sumber daya ekonomi sebagai bagian dari
sistem transportasi nasional melalui pendekatan pengembangan wilayah agar
tercapai konektivitas antarpusat kegiatan, keseimbangan dan pemerataan
pembangunan antardaerah. Peningkatan perekonomian pusat dan daerah dalam
kesatuan ekonomi nasional sesuai dengan amanat Pasal 33 ayat (4) Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, serta membentuk dan
memperkukuh kesatuan nasional untuk memantapkan pertahanan dan keamanan
dan membentuk struktur ruang dalam rangka mewujudkan sasaran pembangunan
nasional berdasarkan nilai-nilai Pancasila.
Dalam konsep otonomi luas, maka urusan pemerintahan yang tersisa di Daerah
(residual Functions) atau Tugas Pemerintah Lainnya yang belum ditangani
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah. Hal inilah yang sering dikelompokan dalam
pelaksanaan azas vrisj bestuur. Vrisj Bestuur yang bersifat lintas Kabupaten/Kota
menjadi kewenangan Propinsi sedangkan yang local menjadi Kewenangan
Kabupaten/Kota. Konsep privatisasi berimplikasi pada dilaksanakannya sebagian
fungsi-fungsi yang sebelumnya merupakan kewenangan Pemerintah ataupun
Pemerintah Daerah oleh pihak Swasta.
1. Jalan nasional
2. Jalan Provinsi
3. Jalan Kabupaten
4. Jalan Kota
5. Jalan Desa
jalan Hasyim Asyari/Jalan Cipondoh adalah jalan provinsi yang berada di Kota
Tangerang, jalan ini merupakan jalan kolektor Primer 2 merupakan bagian dari
sistem jaringan jalan primer yang menjadi akses jalan menuju Pusat Pemerintahan
Kota Tangerang dan jalan dalam jaringan jalan menghubungkan antara Kota
Tangerang dengan daerah perbatasan DKI Jakarta. Selain itu, jalan tersebut
melayani beberapa kepentingan dengan adanya perumahan-perumahan baru dan
banyaknya mall di Kota Tangerang serta kepentingan pada lokasi wisata Situ
Cipondoh berdampak pada meningkatnya jumlah volume kendaraan dari tahun ke
tahun, peningkatan jumlah volume kendaraan saat ini belum diimbangi dengan
adanya penambahan kapasitas jalan eksisting, sehingga menimbulkan
permasalahan kemacetan di ruas jalan Jalan Hasyim Ashari tersebut dan apabila
dibiarkan akan menghambat aktivias masyarakat terutama dalam bidang
perekonomian. permasalahan kepadatan lalu-lintas diruas tersebut berdampak pada
kemacetan di sepanjang danau cipondoh sampai simpang gondrong.
Hasyim Ashari untuk menindak lanjuti hasil proses seleksi proyek jalan dengan
indikasi kelayakan yang tinggi.
Kedudukan studi kelayakan dalam proses proyek jalan termasuk proyek Pelebaran
Jalan Hasyim Ashari dapat dilihat pada gambar berikut:
Sumber : hasil analisis Pedoman kontruksi dan Bangunan, Studi Kelayakan Proyek Jalan dan
Jembatan. Pd.T-19-2005-B
Hukum tanah nasional mengakui dan menghormati hak masyarakat atas tanah dan
benda yang berkaitan dengan tanah, serta memberikan wewenang yang bersifat
publik kepada negara berupa kewenangan untuk mengadakan pengaturan, membuat
kebijakan, mengadakan pengelolaan, serta menyelenggarakan dan mengadakan
pengawasan yang tertuang dalam pokok- pokok Pengadaan Tanah sebagai berikut:
1. Pemerintah dan Pemerintah Daerah menjamin tersedianya tanah untuk
Kepentingan Umum dan pendanaannya.
2. Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan sesuai dengan:
a. Rencana Tata Ruang Wilayah;
b. Rencana Pembangunan Nasional/Daerah;
c. Rencana Strategis; dan
d. Rencana Kerja setiap Instansi yang memerlukan tanah
3. Pengadaan Tanah diselenggarakan melalui perencanaan dengan melibatkan
semua pemangku dan pengampu kepentingan.
4. Penyelenggaraan Pengadaan Tanah memperhatikan keseimbangan antara
kepentingan pembangunan dan kepentingan masyarakat.
5. Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum dilaksanakan dengan pemberian
Ganti Kerugian yang layak dan adil.
Sumber : Hasil Analisis Permen ATR/BPN No. 19 Tahun 2021 Tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
Maksud dari penyusunan Laporan Studi Kelayakan Dan DPPT Pelebaran Jalan
Hasyim Ashari Kota Tangerang adalah:
1. Diperolehnya dokumen Studi Kelayakan Pelebaran Jalan Hasyim Ashari. yang
memberikan penilaian dari beberapa trase anternatif dalam pembangunan
Pelebaran Jalan Hasyim Ashari agar diperoleh trase secara tepat, efesien dan
efektif dalam meningkatkan kinerja lalulintas berdasarkan Pedoman Kapasitas
Jalan Indonesia (PKJI) Dokumen Studi Kelayakan Pelebaran Jalan Hasyim
Ashari juga menjadi dasar penyusunan Dokumen perencanaan Pengadaan
Tanah.
2. Diperolehnya Dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah mengacu pada
Peraturan Menteri Agraria dan Tata ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 19 Tahun 2021 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Permerintah
Nomor 19 tahun 2021 yang memuat yang memuat rencana tahapan
Tujuan dari penyusunan Studi Kelayakan Pelebaran Jalan Hasyim Ashari adalah 1)
Untuk menilai kelayakan suatu proyek dengan penuh ke hati hatian agar dana yang
telah di investasikan dapat menguntungkan sehingga dapat menghindari
keterlanjuran penanaman modal yang terlalu besar untuk kegiatan yang ternyata
tidak menguntungkan dan 2) Menyiapkan pilihan alternatif yang paling optimal
untuk penanganan kemacetan di ruas Jalan Hasyim Ashari (Kota Tangerang) secara
efisien serta memberikan rekomendasi kelayakan ekonomi yang paling layak.
Tujuan dari penyusunan DPPT Pelebaran Jalan Hasyim Ashari adalah diperolehnya
dokumen Perencanaan Pengadaan Tanah sebagai kebutuhan dari pekerjaan
pelebaran jalan Hasyim Ashari Kota Tangerang.
Tujuan teknis pekerjaan Laporan Studi Kelayakan Dan DPPT Pelebaran Jalan
Hasyim Ashari Kota Tangerang antara lain:
1. Menganalisa sosial ekonomi
2. Menganalisa Kelayakan trase alternatif
3. Menganalisa biaya dan manfaat trase terpilih
4. Menganalisa perkiraan nilai tanah
5. Menganalisa dampak lingkungan dan dampak sosial
6. Memaparkan maksud dan tujuan rencana pembangunan Pelebaran Jalan
Hasyim Ashari Kota Tangerang
7. Menganalisa kesesuaian kegiatan Pemanfaatan Ruang dan prioritas
pembangunan
8. Mengidentifikasi letak tanah dan luas tanah yang dibutuhkan
9. Menggambarkan secara umum status tanah
10. Memperkirakan jangka waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah dan jangka waktu
pelaksanaan Pengadaan Tanah
11. Memperkirakan nilai tanah
12. Mengindikasikan rencana penganggaran
13. Memprefensikan bentuk ganti kerugian
1.3 TARGET/SASARAN
Target/ Sasaran dari pengadaan Studi Kelayakan Dan DPPT Pelebaran Jalan
Hasyim Ashari ini adalah tercapainya hasil pekerjaan sesuai dengan isi dokumen
kontrak Pekerjaan Studi Kelayakan (FS) dan DPPT Pelebaran Jalan Hasyim ashari,
sehingga dihasilkan analisis kelayakan jalan dan Perencanaan Pengadaan Tanah.
Secara umum sasaran yang ingin dicapai pada pelaksanaan pekerjaan Kegiatan
Studi Kelayakan Dan DPPT Pelebaran Jalan Hasyim Ashari adalah sebagai berikut;
1. analisis formulasi kebijakan perencanaan yang meliputi kajian terhadap
kebijakan dan sasaran perencanaan, lingkungan dan penataan ruang;
2. analisis Aspek teknis yang meliputi Lalulintas, Topografi, Geometri, Geologi
dan geoteknik, Perkerasan jalan, Hidrologi dan drainase, Struktur Jalan
3. analisis dampak lingkungan dan keselamatan yang meliputi Lingkungan
biologi, Lingkungan fisika – kimia, Lingkungan sosial, ekonomi dan budaya,
Keselamatan jalan
4. analisis Aspek ekonomi yang meliputi Biaya-biaya proyek, Biaya pengadaan
tanah, Biaya administrasi dan sertifikasi, Biaya Perancangan, Biaya konstruksi,
Biaya supervisi
5. Adanya analisis Manfaat proyek yang meliputi Penghematan biaya operasi
kendaraan, Penghematan nilai waktu perjalanan, Penghematan biaya
kecelakaan, Reduksi perhitungan total penghematan biaya, Pengembangan
ekonomi (producer surplus dan consumer surplus), Penghematan dalam
pemeliharaan jalan (maintenance benefit)
6. analisis Aspek lain-lain, Aspek lain-lain meliputi aspek non ekonomi yang
dapat mempengaruhi kelayakan proyek secara keseluruhan
Lokasi pekerjaan terletak di Jalan Provinsi Ruas Jalan Hasyim Ashari/Jalan Raya
Cipondoh.
Standar teknis yang dimaksud adalah acuan, pedoman serta metode yang digunakan
yang menjadi acuan dalam pelaksanaan teknis perkerjaan antara lain:
1. Spesifikasi Teknik Bina Marga;
Spesifikasi Umum Bina Marga 2018 untuk Pekerjaan Konstruksi Jalan dan
Jembatan (Revisi 2) (No. 16.1/SE/Db/2020). Lingkup Spek ini mencakup
pekerjaan:
a. pembangunan jalan;
b. pembangunan jembatan baru;
c. peningkatan kapasitas jalan yang meliputi pelebaran jalan menambah
lajur, dan duplikasi jembatan;
d. preservasi jalan yang meliputi pelebaran jalan menuju standar, rehabilitasi,
rekonstruksi, atau peningkatan struktur jalan, perbaikan geometrik jalan,
Lingkup pekerjaan Studi Kelayakan dan DPPT Pelebaran Jalan Hasyim Ashari
terbagi pada dua lingkup pekerjaan yaitu Studi dan Kelayakan dan DPPT dimana
untuk studi kelayakan cakupannya antara lain:
1. Formulasi Kebijakan
2. Aspek Teknis
3. Aspek Lingkungan dan Keselamatan
4. Aspek Ekonomi
5. Aspek Lainnya
6. Evaluasi Kelayakan Ekonomi
7. Pemilihan Alernatif
Cakupan DPPT mengikuti dari Peraturan Menteri Agraria Dan Tata Ruang/ Kepala
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 20121 Tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan
Umum. Muatan wajib pada penyusunan DPPT adalah:
1. maksud dan tujuan rencana pembangunan;
2. Kesesuaian Kegiatan Pemanfaatan Ruang;
3. prioritas pembangunan nasional/daerah;
4. letak tanah;
5. luas tanah yang dibutuhkan;
6. gambaran umum status tanah;
7. perkiraan jangka waktu pelaksanaan Pengadaan Tanah;
B. TAHAP PERSIAPAN
Pada tahapan ini, Team Leader bersama seluruh tenaga ahli akan merumuskan
dan memantapkan kembali metodologi pelaksanaan pekerjaan, serta
merumuskan rencana kerja yang menekankan pada langkah-langkah, waktu,
penugasan dan produk yang dihasilkan pada setiap langkah yang ditempuh.
3. Persiapan pengumpulan data awal, penetapan rencana desain sementara dan
estimasi jenis pekerjaan.
C. Tahap Survei
Tahapan survei yang dilakukan adalah pengumpulan data terkait bahan analisa
penyusunan studi kelayakan Dan DPPT Pelebaran Jalan Hasyim Ashari.
Survei yang dilakukan untuk kebutuhan analisa studi kelayakan antara lain:
Secara umum pekerjan study kelayakan ini harus melakukan Pengumpulan data
Sekunder dan Primer (dengan survey yang lebih detail) dan Menganalisis secara
lebih rinci beberapa alternatif kemudian ditentukan rute terpilih yang diusulkan
dengan menggunakan model atau boboting.
dengan pengertian :
VJP: volume jam perencanaan;
SP: distribusi dalam jurusan sibuk (directional split), %.
e. Keamanan ;
f. Kesehatan masyarakat ;
g. Pendidikan ;
h. Cagar budaya dan peninggalan sejarah ;
i. Estetika visual ;
j. Perubahan pola interaksi ;
3.4 Keselamatan jalan
a. Audit keselamatan lalulintas merupakan suatu kegiatan oleh
badan yang independen untuk menghasilkan usulan-usulan
perbaikan rancangan. Perbaikan ini diharapkan akan
meningkatkan keselamatan lalulintas pada alternatif solusi
proyek jalan dan jembatan yang distudi. Usulan perbaikan ini
harus diakomodasi dalam rancangan aspek teknis yang relevan
seperti tersebut di atas. Untuk memastikan faktor-faktor yang
perlu diperbaiki berkaitan dengan keselamatan, dapat merujuk
pada pedoman audit keselamatan yang berlaku.
b. Rancangan proyek yang baik diharapkan meningkatkan
keselamatan lalulintas, dan dapat meliputi aspek sebagai
berikut:
- interaksi lalulintas kendaraan dengan lingkungan sepanjang
jalan yang terkendali;
- pemisahan kendaraan lambat dari kendaraan cepat;
- menciptakan arus lalulintas dengan kecepatan yang
seragam, sehingga konflik internal menjadi minimal;
- pengendalian konflik antara pejalan kaki dengan lalulintas
kendaraan;
- pengendalian persimpangan jalan yang sesuai dengan
hirarki dari jalan yang berpotongan;
- ketersediaan rambu dan marka yang lengkap untuk
memandu para pengguna jalan
d. Biaya konstruksi
Biaya konstruksi dapat meliputi, tetapi tidak terbatas pada hal-
hal berikut :
- mobilisasi dan demobilisasi proyek;
- relokasi utilitas dan pelayanan yang ada;
- jalan dan jembatan sementara;
- pekerjaan drainase;
- pekerjaan tanah;
- pelebaran perkerasan dan bahu jalan
- perkerasan berbutir dan beton semen
- perkerasan aspal;
- struktur;
- pengendalian kondisi;
- pekerjaan harian;
- pekerjaan pemeliharaan rutin;
- perlengkapan jalan dan utilitas;
- biaya tak terduga.
Untuk rincian pokok-pokok pembiayaan dapat dilihat pada
spesifikasi umum pekerjaan jalan dan jembatan.
Untuk keperluan analisis ekonomi, komponen biaya konstruksi
adalah biaya ekonomi, atau tanpa komponen pajak.
Untuk keperluan membuat owner’s estimate komponen biaya
konstruksi termasuk komponen pajak. Ini adalah harga yang
diperkirakan menjadi harga penawaran dari calon kontraktor
Harga penawaran dari kontraktor adalah atas dasar harga satuan
yang berlaku pada saat penawaran. Untuk pekerjaan jangka
panjang ada kemungkinan harga barang bangunan akan
berubah. Kenaikan harga satuan dapat diliputi dengan
perhitungan eskalasi, sesuai dengan pedoman yang berlaku
e. Biaya supervisi
dengan pengertian :
NPV = nilai sekarang bersih;
bi = manfaat pada tahun i ;
ci = biaya pada tahun i ;
r = suku bunga diskonto (discount rate);
n = umur ekonomi proyek, dimulai dari tahap perencanaan sampai
akhir umur rencana jalan.
Hasil NPV dari suatu proyek yang dikatakan layak secara ekonomi
adalah yang menghasilkan nilai NPV bernilai positif.
6.4 Analisis economic internal rate of return (EIRR) Economic internal
rate of return (EIRR) merupakan tingkat pengembalian berdasarkan
pada penentuan nilai tingkat bunga (discount rate), dimana semua
keuntungan masa depan yang dinilai sekarang dengan discount rate
tertentu adalah sama dengan biaya kapital atau present value dari
total biaya.
dengan pengertian :
EIRR economic internal rate of return;
i1 tingkat bunga yang menghasilkan NPV negatif terkecil;
i2 tingkat bunga yang menghasilkan NPV positif terkecil;
NPV1 nilai sekarang dengan menggunakan i1 NPV2 nilai sekarang
dengan menggunakan i2
6.5 Analisis first year rate of return (FYRR)
Analisis manfaat-biaya digunakan untuk membantu menentukan
waktu terbaik untuk memulai proyek. Walaupun dari hasil analisis
proyek bermanfaat, tetap saja ada kasus penundaan awal proyek
pada saat lalulintas terus bertambah untuk menaikkan laju
pengembalian pada tingkat yang diinginkan. Cara terbaik untuk
menentukan waktu.
dimulainya suatu proyek adalah menganalisis proyek dengan range
waktu investasi untuk melihat mana yang menghasilkan NPV
tertinggi. Bagaimanapun, untuk kebanyakan proyek jalan, dimana
lalulintas terus bertambah di masa mendatang, kriteria laju
pengembalian tahun pertama dapat digunakan :
First year rate of return (FYRR) adalah jumlah dari manfaat yang
didapat pada tahun pertama setelah proyek selesai, dibagi dengan
present value dari modal yang dinaikkan dengan discount rate pada
tahun yang sama dan ditunjukkan dalam persen.
Persamaan untuk metoda ini adalah sebagai berikut :
𝑏𝑗
𝐹𝑌𝑅𝑅 = 100. 𝑟 ..................................................... 1-7
∑𝑗=1
𝑖=0 𝑐𝑖 (1+( ))𝑗−𝑖
100
dengan pengertian :
FYRR first year rate of return ;
j tahun pertama dari manfaat ;
bj manfaat pada tahun j ;
ci biaya pada tahun i ;
r suku bunga diskonto (discount rate).
Jika FYRR lebih besar dari discount rate yang direncanakan, maka
akan tepat waktu dan proyek dapat dilanjutkan. Jika kurang dari
discount rate tetapi memiliki NPV positif, maka proyek sebaiknya
ditangguhkan dan laju pengembalian harus dihitung ulang untuk
menentukan tanggal dimulainya proyek yang optimum
6.6 Analisis kepekaan (sensitivity analysis)
Analisis kepekaan dilakukan dengan meninjau perubahan terhadap
prakiraan nilai komponen- komponen berikut :
a. suku bunga diskonto (discount rate) = + 25 % dan – 25 %;
b. lalulintas harian rata-rata (LHR) = + 25 % dan – 25 %;
c. pertumbuhan lalulintas (traffic growth rates) =+25 % dan – 25
%;
d. biaya pembangunan (construction cost) = + 25 % dan – 25 %;
e. dengan dan tanpa biaya pengadaan tanah;
f. komponen lainnya sesuai dengan kebutuhan proyek.
Analisis ini diadakan untuk menunjukkan seberapa peka parameter
ekonomi yang didapatkan untuk dibandingkan dengan perubahan
variabel yang digunakan.
6.7 Pemilihan alternatif dan rekomendasi
a. pemilihan alternatif dapat dilakukan dengan berbagai metode
pengambilan keputusan yang lazim dan disepakati oleh
pelaksana studi dan pengambil keputusan. Apabila tidak ada
kesepakatan, metode dengan membandingkan nilai indikator-
trase alternatif terpilih untuk mendapatkan data data primer lapangan, Adapun data
data yang harus dilakukan antara lain:
I. formulasi kebijakan perencanaan yang meliputi kajian terhadap kebijakan dan
sasaran perencanaan, lingkungan dan penataan ruang, serta pengadaan tanah,
konsultan perencana harus melakukan survey lapangan pada trase terpilih
untuk mengetahui dan memastikan apakah trase tersebut melewati Kawasan
Lahan Sawah Dilindungi (LSD) atau melewati daerah konservasi maupun
hutan lindung, dan konsultan perencana harus berkoordinasi dengan instansi
terkait yaitu Dinas Pertanian dan Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan
(DLHK) dan DPUPR untuk memperoleh data tersebut.
II. Aspek teknis
1. Survai Jaringan Jalan dan Lalu Lintas
Sebelum melaksanakan survai lalu lintas, pekerjaan persiapan harus
dilakukan untuk mendapatkan hasil yang memuaskan. Identifikasikan
karakteristik daerah studi, penentuan lokasi dan luas daerah survai lalu
lintas serta prosedur survai yang akan digunakan disesuaikan dengan
prosedur standar Bina Marga dan harus didiskusikan dan disetujui oleh
pemberi pekerjaan sebelum dimulai Kegiatan survai lalu lintas meliputi:
1.1 Jumlah titik dan lokasi survai harus dapat mewakili lingkup wilayah
studi dan disesuaikan dengan kebutuhan analisis yang diperlukan
dalam studi ini
1.2 Pengumpulan data di setiap titik yang dijadikan sample untuk
dilakukan pengujian LHR
1.3 Pengumpulan data dilakukan selama 24 jam
1.4 Menghitung LHR rata-rata dan melakukan perhitungan prosentase
jumlah kenaikan kendaraan terhadap 15 sampai 20 tahun
kedepannya
1.5 Membuat MAT (Matrik Asal Tujuan)
2. Topografi
Pengukuran topografi terhadap trase alternatif terpilih untuk mendapatkan
data topografi yaitu koordinat koridor ROW jalan, data kontur untuk
perkiraan volume perhitungan galian dan timbunan dan elevasi jalan untuk
pengaliran drainase jalan.
pengukuran topografi menggunakan alat RTK untuk ketelitian koordinat,
dan menggunakan alat Total Station (TS) untuk detail situasi, cross
section, perhitungan galian dan timbunan dan lain lain Melakukan foto
udara menggunakan drone auto pilot yang bertujuan untuk melakukan
inventarisasi bangunan secara visual lokasi yang terlewati dan untuk
mengetahui koordinat pada trase terpilih, hasil visual ini menjadi
pertimbangan terhadap estimasi biaya pembebasan tanah dan bangunan
yang terlewati
3. Geometri
Konsultan perencana harus melakukan survey geometrik jalan hal ini
diperlukan untuk merencanakan alinyemen horizontal dan alinyemen
vertical dilapangan yang disesuaikan dengan koordinat trase terpilih
4. Geologi dan geoteknik
penyelidikan tanah yang dilakukan yaitu menggunakan uji DCP, pengujian
ini diperlukan untuk mengetahui nilai daya dukung dari tanah asli di
sepanjang alternatif trase terpilih, sebagai pertimbangan jenis konstruksi
apa yang akan dipilih rigid pavement atau perkerasan lentur dan penentuan
tebal dan jenis timbunan tanah Sondir sebanyak, Pengujian ini diperlukan
untuk mengetahui kedalaman tanah keras sebagai pondasi jembatan
5. Hidrologi dan drainase
Sebelum melakukan survey hidrologi konsultan harus menentukan jumlah
rencana jembatan dan jumlah rencana gorong-gorong pada alternatif trase
terpilih Survei Hidrologi, dilakukan untuk mengetahui debit air disekitar
jalur alternatif trase terpilih hal ini diperlukan untuk menentukan desain
jembatan, desain gorong – gorong melintang jalan dan desain drainase
jalan
6. Survey Utility
F. Penyusunan DPPT
Setelah Alternatif rute terpilih pada Studi kelayakan di tetapkan maka konsultan
melakukan DPPT untuk mendapatkan peta bidang lahan yang terkena pembebasan,
adapun hal hal yang perlu diperhatikan dalam Menyusun Dokunen DPPT adalah :
1. Maksud dan Tujuan Pembangunan yaitu Uraian Tentang Manfaat yang akan
diperoleh, penerima manfaat dan dampak sosial Maksud dan tujuan rencana
pembangunan memuat:
f. uraian umum maupun rinci mengenai maksud dan tujuan dilaksanakannya
pembangunan untuk kepentingan umum;
g. uraian mengenai manfaat yang akan diperoleh dari pembangunan untuk
kepentingan umum terhadap masyarakat sekitar maupun masyarakat
umum dan peranannya terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat;
h. uraian mengenai penerima manfaat dari kegiatan pembangunan untuk
kepentingan umum;
G. Pembuatan Laporan
Laporan terdiri dari Rencana Mutu Kontrak (RMK) berisi penjelasan tentang semua
kegiatan yang akan dilakukan oleh konsultan dalam rangka manjamin mutu
sebagaimana yang dipersyaratkan, Laporan Pendahuluan, Laporan Bulanan,
Laporan Antara/Teknis, Laporan Akhir dan estimasi biaya, Laporan Data Ukur
Survei Lapangan, Gambar dan Dalam pembuatan laporan teknik atau laporan
antara, konsultan wajib melampirkan hasil perhitungan teknis secara detail dan
sistimatis serta harus adanya keterkaitan data hasil lapangan dengan perhitungan
perencanaan tersebut
H. Penggambaran
Penggambaran DPPT
1. Peta bidang (yang di overlay dengan foto udara hasil drone)
2. Data luas kebutuhan pengadaan tanah dengan pemiliknya
1.8 KELUARAN
Laporan Gambar Peta Bidang Ukuran A3 kertas Foto berwarna rangkap 3 (Laporan
DPPT).
Pelaporan pekerjaan Studi Kelayakan Dan DPPT Pelebaran Jalan Hasyim Ashari
terdiri dari :
3. Laporan RMK
laporan Rencana Mutu Kontrak (RMK) berisi penjelasan tentang semua
kegiatan yang akan dilakukan oleh konsultan dalam rangka manjamin mutu
sebagaimana yang dipersyaratkan.
4. Laporan Pendahuluan.
laporan Pendahuluan ini memuat Jadwal rencana kerja konsultan mencakup
tugas dan ruang lingkup pekerjaan konsultan seperti yang tertera dalam
Kerangka Acuan Kerja ini serta tahapan pelaksanaan pekerjaan secara lengkap
dan rinci termasuk kuantitas masing-masing pekerjaan serta seluruh personil
professional staff dan personil sub professional Konsultan yang telah disetujui
aktif dilapangan.
5. Laporan Antara/Teknis
Laporan antara/teknis merupakan laporan yang berisikan materi teknis hasil
analisis untuk kebutuhan laporan akhir.
6. Laporan Akhir
Laporan akhir ini memuat rangkuman pelaksanaan kegiatan dan kesimpulan
hasil pekerjaan, potensial masalah teknis yang timbul dan rekomendasi
penanganannya.
7. Laporan Data Ukur Survey Lapangan
Laporan Data Ukur Survei Lapangan memuat: Data hasil survei dilapangan
yang berisi data ukur topografi, hasil DCP dan hasil survei lalu lintas.
Sistematika laporan RMK yang dilaksanakan pada Studi Kelayakan Dan DPPT
Pelebaran Jalan Hasyim Ashari adalah sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
menguraikan latar belakang kegiatan yang akan dilakasanakan
BAB I PENDAHULUAN
Pada prinsipnya bab ini menguraikan tentang:
• latar belakang perlunya studi kelayakan dan dokumen DPPT,
• maksud dan tujuan
• Target dan Sasaran
• Standar Teknis
• Dasar Hukum
• Ruang Lingkup
• Keluaran
• Sistematika Laporan
BAB IV METODOLOGI
BAB I PENDAHULUAN
Pada prinsipnya bab ini menguraikan tentang:
• latar belakang perlunya studi kelayakan,
• maksud dan tujuan
• Target dan Sasaran
• Standar Teknis
• Dasar Hukum
• Ruang Lingkup
• Keluaran
• Sistematika Laporan.
BAB V LALULINTAS
Pada prinsipnya bab ini menguraikan tentang :
• Survai dan analisa lalulintas ;
• Survai kecepatan perjalanan;
• Tingkat pelayanan
• Peramalan lalulintas
Sistematika laporan Akhir yang dilaksanakan pada DPPT Pelebaran Jalan Hasyim
Ashari antara lain:
BAB I PENDAHULUAN
Pada prinsipnya bab ini menguraikan tentang:
• latar belakang perlunya studi kelayakan dan dokumen DPPT,
BAB IX PENUTUP
Pada prinsipnya bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan
rekomendasi yang diberikan
Ruang sebagai sumber daya pada dasarnya tidak mengenal batas wilayah. Namun,
untuk mewujudkan ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif, dan
berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional, serta
sejalan dengan kebijakan otonomi daerah yang nyata, luas, dan bertanggung jawab,
penataan ruang menuntut kejelasan pendekatan dalam proses perencanaannya demi
menjaga keselarasan, keserasian, keseimbangan, dan keterpaduan antardaerah,
antara pusat dan daerah, antar sektor, dan antar pemangku kepentingan. Pendekatan
yang digunakan dalam penataan ruang didasarkan pada pendekatan sistem, fungsi
utama kawasan, wilayah administratif, kegiatan kawasan, dan nilai strategis
kawasan.
Penataan ruang dengan pendekatan kegiatan utama kawasan terdiri atas penataan
ruang kawasan perkotaan dan penataan ruang kawasan perdesaan. Kawasan
perkotaan, menurut besarannya, dapat berbentuk kawasan perkotaan kecil, kawasan
perkotaan sedang, kawasan perkotaan besar, kawasan metropolitan, dan kawasan
megapolitan. Penataan ruang kawasan metropolitan dan kawasan megapolitan,
khususnya kawasan metropolitan yang berupa kawasan perkotaan inti dengan
kawasan perkotaan di sekitarnya yang saling memiliki keterkaitan fungsional dan
dihubungkan dengan jaringan prasarana wilayah yang terintegrasi, merupakan
pedoman untuk keterpaduan perencanaan tata ruang wilayah administrasi di dalam
kawasan, dan merupakan alat untuk mengoordinasikan pelaksanaan pembangunan
lintas wilayah administratif yang bersangkutan.
Gambar 2-1 Peta Rencana Pola Ruang Jabodetabek Punjur Indeks II-54-2-20-3
Nilai Strategis Jalah Hasyim Ashari di lihat dari Struktur Ruang pada Rencana Tata
Ruang Kawasan Perkotaan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi, Puncak dan
Gambar 2-2 Peta Rencana Struktur Ruang Jabodetabek Punjur Indeks 1-54-2-
20-3
Sistem jaringan jalan pada Rencana Tata Ruang Kawasan Jabetabek-Punjur terdiri
atas:
1. Jaringan Jalan
Jaringan jalan terdiri atas:
a. jaringan jalan Arteri Primer;
b. jaringan jalan Kolektor Primer; dan
c. jaringan jalan Bebas Hambatan
2. Lalulintas dan angkutan jalan
ditetapkan dalam rangka mewujudkan pelayanan lalu lintas dan angkutan jalan
yang aman, selamat, tertib, lancar, dan terpadu dengan moda angkutan lain
untuk mendorong perekonomian nasional dan kesejahteraan masyarakat.
meliputi
a. lajur, jalur, atau jalan khusus angkutan massal;
b. terminal; dan
c. fasilitas pendukung lalu lintas dan angkutan jalan
APBN,APBD Provinsi, APBD Kota dan/atau sumber lain yang sah; Instansi
Pelaksana Kemenhub, Pemprov, Pemkot dan/atau masyarakat
Saat ini pusat – pusat perkotaan di Provinsi Banten sudah terlayani sarana prasarana
transportasi yang menghubungkan antar pusat kegiatan baik itu pusat kegiatan
nasional (PKN), pusat kegiatan wilayah (PKW) ataupun pusat kegiatan lokal
(PKL). Baik itu sarana prasarana daratan begitu juga laut.
Sistem transportasi memiliki satu kesatuan definisi yang terdiri atas : Sistem, yakni
bentuk keterikatan dan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain dalam
tatanan yang terstruktur. Serta transportasi, yakni kegiatan memindahkan
penumpang atau barang dari suatu tempat ke tempat yang lain. Sistem transportasi
adalah gabungan elemen – elemen atau komponen yaitu :
a. Prasarana (Jalan, Terminal, Dermaga, Bandara, Rute, Alur Pelayaran).
b. Sarana (Kendaraan).
c. Sistem Pengoperasian (yang mengkoordinasikan komponen prasarana dan
sarana).
Sarana dan prasarana merupakan hal penting dalam pengembangan wilayah, karena
kemajuan suatu wilayah tergantung pada ketersediaan dan pelayanan sarana dan
prasarana. Pada saat ini di Provinsi Banten ketersediaan dan pelayanan yang
memadai dari sarana dan prasarana transportasi terkonsentrasi pada kawasan
perkotaan.
Untuk mencapai tujuan tersebut, pada ruas jalan yang ada saat ini perlu dilakukan
pengembangan jaringan jalan dengan pembangunan jalur baru, peningkatan
dimensi jalan, serta peningkatan kualitas struktur perkerasan.
Sistem jaringan jalan terdiri atas sistem jaringan jalan primer dan sistem jaringan
jalan sekunder yaitu :
1. Sistem jaringan jalan primer merupakan sistem jaringan jalan dengan peranan
pelayanan bagi pergerakan orang dan distribusi barang jasa untuk skala
wilayah pada tataran nasional, regional, maupun lokal dengan menghubungkan
semua simpul jasa distribusi yang berwujud pusat – pusat kegiatan.
2. Sistem jaringan jalan sekunder merupakan sistem jaringan jalan dengan
peranan pelayanan bagi pergerakan orang dan distribusi barang jasa di dalam
kawasan perkotaan.
Jalan sesuai dengan peruntukannya terdiri atas jalan umum dan jalan khusus. Sesuai
dengan sifatnya, lingkup bahasan pengembangan jaringan jalan dalam Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Banten dibatasi hanya terhadap jaringan
jalan yang berskala nasional, propinsi atau lintas kabupaten/kota.
Pada jaringan jalan yang menjadi kewenangan Provinsi, jalan provinsi mempunyai
fungsi sebagai jalan kolektor primer dalam sistem jaringan jalan primer. Jalan ini
merupakan jalan penghubung antara PKN (Pusat Kegiatan Nasional) dengan PKW
(Pusat Kegiatan Wilayah) dan antar PKW (Pusat Kegiatan Wilayah). Jaringan jalan
ini menghubungkan ibukota provinsi dengan Ibukota Kabupaten/Kota, antar
ibukota kabupaten/kota, dan jalan strategis propinsi. Jalan strategis provinsi adalah
jalan yang diprioritaskan untuk melayani kepentingan provinsi berdasarkan
Rencana jaringan jalan pada Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Banten, Jalan
Hasyim Ashari Kecamatan Cipondoh Kota Tangerang masuk pada rencana jaringan
jalan dengan Usulan Program Utama Peningkatan dan Pemeliharaan Jaringan Jalan
Kolektor Primer (JKP-2) di Daerah.
Kecamatan Cipondoh merupakan salah satu dari 13 (Tiga Belas) Kecamatan yang
merupakan Wilayah Perencanaan RTRW Kota Tangerang.
Rencana sistem jaringan prasarana merupakan bagian dari rencana struktur ruang
wilayah kota yang merupakan sistem jaringan yang dikembangkan untuk
mengintegrasikan wilayah Kota, dan untuk melayani kegaitan yang memiliki
cakupan wilayah layanan prasarana Skala Kota meliputi:
1. rencana sistem jaringan transportasi;
a. sistem jaringan transportasi darat
b. sistem jaringan transportasi udara
2. rencana sistem jaringan energi;
3. rencana sistem jaringan telekomunikasi;
4. rencana sistem jaringan sumber daya air; dan
5. rencana infrastruktur perkotaan.
Jalan Hasyim Ashari merupakan jalan akses Koridor Cadas-Terminal Poris Plawad
yang masuk dalam pengembangan sistem angkutan massal berbasis jalan dalam
Kota.
Rencana Pengembagan Ruas Jalan Hasyim Ashari antara lain berdasarkan RTRW
antara lain:
1. merupakan bagian jaringan jalan kolektor primer (JKP) di Kota Tangerang
dengan jaringan Ruas Jalan KH. Hasyim Ashari-Jalan HOS. Cokroaminoto–
Batas Kota dengan DKI Jakarta di Kecamatan Tangerang, Cipondoh, Pinang,
Ciledug dan Larangan.
2. Pada sistem jaringan evakuasi bencana, jalur evakuasi bencana rawan banjir
yang mengarah ke tempat penampungan dengan jaringan ruas jalan-jalan di
lingkungan perumahan-Jalan Ki Hajar Dewantoro_jalan KH. Ahmad Dalan-
Jalan Maulana Hasanudin-Jalan KH, Hasyim Ashari di Kecamatan Cipondoh.
3. Bagian Pengembangan jalur sepeda antara lain:
a. Koridor primer yang meliputi koridor sungai cisadane, koridor Hasyim
Ashari-Cisadane-Sudirman dan koridor Jalan Raya Serang-Cisadane.
b. Koridor sekunder yang meliputi koridor Daan Mogot-Cisadane, koridor
Ciledug-Hasyim Ashari, koridor Cikokol-Cisadane dan koridor Kian
Santang-Gandasari.
4. Terhubung dengan Jalan Primer Kolektor Nasional Frontage Tol JORR II
Timur
5. Terhubung dengan Jalan Primer Kolektor Nasional Frontage Tol JORR II Barat
6. Terhubung dengan Jalan Arteri Sekunder Kota Frontage Selatan Tol Jakarta
Tangerang.
7. Terhubung dengan Jalan Arteri Sekunder Kota Frontage Selatan (Pinag
Kunciran) Tol Jakarta Tangerang.
Peta Struktur Ruang diwilayah studi berdasarkan analisa geografis Struktur Ruang
Kota Tangerang Pada RTRW Kota Tangerang pada Gambar 2-3 berikut:
Sumber : Analisa Sistem Informasi Geografis Struktur Ruang RTRW Kota Tangerang
Pola Ruang yang berpengaruh terhadap rencana pelebaran jalan lokasi kajian,
dimana trase pelebaran jalan Hasyim Ashari berada di dua Kecamatan yaitu
Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Peruntukan Ruangnya adalah
sebagai berikut:
Pola Ruang pada Wilayah Studi terbesar peruntukannya adalah untuk perumahan
sebagaimana terlihat pada peta Pola Ruang Kawasan Studi Gambar 2-4 berikut.
Sumber : hasil analisis Sistem Informasi Geografis Pola Ruang RTRW Kota Tangerang
Major Project menjadi acuan penekanan kebijakan dan pendanaan dalam RPJM,
RKP dan APBN tahunannya. Di dalam pendanaannya dilakukan langkah-langkah
Selain itu, Major Project dapat menjadi alat kendali pembangunan sehingga sasaran
dan target Pembangunan dalam RPJMN 2020-2024 dapat terus dipantau dan
dkendalikan.
digital. Pelaksanaan kedua fokus tersebut didukung dengan perbaikan data untuk
menjadi rujukan pemantauan dan evaluasi capaian pembangunan, serta perbaikan
kualitas kebijakan. Percepatan pembangunan infrastruktur merupakan salah satu
kunci sukses dalam upaya percepatan pembangangunan.
Wilayah Jawa-Bali menjadi pusat industri dan jasa nasional, sebagai lumbung
pangan nasional dan menjadi salah satu pintu gerbang destinasi wisata terbaik
dunia. Dalam lima tahun mendatang, pembangunan wilayah Jawa yang relatif maju
dan berkembang diarahkan untuk memantapkan peran sebagai pusat ekonomi
modern dan bersaing di tingkat global dengan bertumpu pada industri manufaktur,
ekonomi kreatif dan jasa pariwisata, penghasil produk akhir dan produk antara yang
berorientasi ekspor dengan memanfaatkan teknologi tinggi menuju industri 4.0,
serta pengembangan destinasi pariwisata berbasis alam, budaya, dan MICE.
Pembangunan wilayah Jawa akan bertumpu pada peran swasta yang semakin besar
dengan dukungan fasilitasi pemerintah secara terpilih untuk menjamin tercpitanya
iklim investasi yang terbuka dan efisien.
The Global Competitiveness Report tahun 2018 menempatkan posisi daya saing
infrastruktur Indonesia di posisi 71 dari 140 negara, masih tertinggal jika
dibandingkan negara ASEAN lainnya, seperti Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Beberapa hal yang masih memerlukan percepatan antara lain pembangunan
infrastruktur penggerak ekonomi, pemerataan pelayanan dasar di seluruh Indonesia,
dan pembangunan infrastruktur untuk menopang perkembangan berbagai kota
seiring dengan urbanisasi di Indonesia. Untuk itu pada periode 2020-2024,
pembangunan infrastruktur diprioritaskan pada infrastruktur untuk mendukung
pelayanan dasar, pembangunan ekonomi, dan perkotaan. Fokus utama tersebut akan
ditopang oleh pembangunan energi dan ketenagalistrikan, serta pelaksanaan
transformasi digital. Selain itu, pembangunan infrastruktur 2020-2024 juga akan
dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa pengarusutamaan seperti tujuan
pembangunan berkelanjutan, transformasi digital serta modal sosial dan budaya.
yang berstatus jalan nasional sepanjang 47.017 km, dan yang berstatus jalan
daerah (provinsi dan kabupaten/kota) sepanjang 481.183 km. Dari aspek
kualitas, terdapat ketimpangan antara jalan nasional dengan jalan daerah. Jalan
nasional yang memiliki proporsi 8 persen dari seluruh jaringan yang ada,
dengan kondisi mantap mencapai 92 persen, sementara jalan daerah yang
memiliki proporsi 92 persen dari seluruh jaringan jalan, baru mencapai kondisi
mantap sebesar 68 persen untuk provinsi, dan 57 persen untuk kabupaten/kota.
Kualitas jalan yang ada juga belum ditunjang sepenuhnya dengan penyediaan
kelengkapan jalan yang memadai, terutama drainase yang merupakan
kelengkapan penting dalam mencegah kerusakan jalan akibat genangan air.
Pada sisi lain, ketersediaan jaringan jalan yang ada belum memadai dalam
mendukung pengembangan wilayah, baik untuk mendukung pertumbuhan
ekonomi maupun pemerataan pembangunan. Kurangnya ketersediaan jalan
pada jalur logistik terlihat dari kinerja waktu tempuh pada jalan lintas utama
pulau yang baru mencapai 2,3 jam per 100 km. Ketersediaan jalan tol pada jalur
utama logistik masih terbatas di sepanjang jalur Pantura Jawa. Ketersediaan
jaringan jalan untuk mendukung pengembangan kawasan industri maupun
pariwisata juga masih terbatas. Masih terdapat sejumlah simpul transportasi
(bandara, pelabuhan, dan terminal) yang belum memiliki akses jalan yang
memadai. Ketersediaan jaringan jalan pada daerah 3T termasuk pada pulau
tertinggal, terluar, dan terdepan, juga masih belum memadai untuk mendukung
aksesibilitas masyarakat.
3. Infrastruktur Perkotaan: Transportasi Perkotaan
Isu strategis transportasi perkotaan adalah belum memadainya ketersediaan
sistem angkutan umum massal perkotaan di kota-kota besar. Sebagai contoh,
jika dibandingkan dengan beberapa kota di Asia, jaringan MRT yang terbangun
di Jakarta baru sepanjang 15 km, masih jauh di bawah Tokyo (304 km),
Singapura (200 km), Hong Kong (187 km), dan Kuala Lumpur (52 km).
Kondisi tersebut berdampak pada rendahnya pangsa angkutan umum di kota-
kota besar di Indonesia. Pangsa angkutan umum di Jakarta, Bandung, dan
Surabaya masih di bawah 20 persen, sementara kota-kota besar lain di Asia
telah memiliki pangsa angkutan umum di atas 50 persen, seperti Hong Kong
(92 persen), Singapura (61 persen), dan Tokyo (51 persen). Rendahnya pangsa
angkutan umum berdampak pada kemacetan lalu lintas dan kerugian ekonomi
akibat kemacetan lalu lintas. Berdasarkan data Tomtom Traffic Index (2019),
Jakarta menempati urutan ke-7 kota termacet di dunia dari 403 kota yang
disurvey di 56 negara. Nilai kerugian akibat kemacetan lalu lintas lintas di
Jakarta mencapai Rp 65 triliun per tahun. Upaya pengembangan angkutan
umum massal masih dibatasi oleh batas administratif pemerintahan, sehingga
sulit untuk mengembangkan sistem angkutan umum terintegrasi dan berdaya
jangkau di luar batas administrasi kota/daerah. Di samping itu, kemampuan
fiskal pemerintah daerah belum memadai untuk membangun sistem angkutan
umum massal perkotaan yang modern.
Untuk mencapai Cita-cita Indonesia 2045 memiliki visi untuk menjadi negara
‘powerhouse’ yang resilien, sejahtera, inklusif, dan berkelanjutan, serta menjadi
‘inspirational lighthouse’ dengan sasaran spesifik dalam empat pilar antara lain:
1. Pertumbuhan resiliensi,
2. Perekonomian yang makmur
3. masyarakat inklusif yang dinamis
4. sustainable development
Empat pilar Cita-cita Indonesia Emas 2045 diturunkan menjadi 14 peta jalan
sektoral dengan sebagai tema pertumbuhan strategis dan pendukung utama:
1. Meningkatkan resiliensi: Membangun resiliensi kesehatan yang tak tertandingi
dan membangun ekosistem ketahanan pangan swasembada, dengan target:
a. Peringkat Ketahanan Pangan Global 20 Teratas, dari 113 negara
b. >6 skor indeks dalam Ketahanan Biofarmasi Global
2. Mendorong kesejahteraan: Mengembangkan sektor bernilai tinggi dengan
membuka potensi ‘lighthouses’ di sektor manufaktur strategis, memajukan
pertumbuhan jasa keuangan, membangun destinasi ekowisata kelas dunia,
membuka potensi pemain kreatif global, dan mengakselerasi UMKM menjadi
perusahaan menengah berdaya saing global, dengan target:
a. Perekonomian berpenghasilan tinggi pada tahun 2038
3. Memperkuat inklusi: Menjadi model transformasi ekosistem layanan
kesehatan, dan memberdayakan masyarakat rentan, dengan target:
a. Peluang yang setara: >60% partisipasi tenaga kerja wanita, <0,3 koefisien
Gini, 20 teratas secara global dalam skor PISA, skor >70 dalam
keterampilan lulusan
b. Harapan hidup yang lebih tinggi: >80 tahun untuk laki-laki dan
perempuan, Kematian anak <5 per 1000 kelahiran, Prevalensi stunting
<10%
c. Peningkatan kualitas infrastruktur: >90 skor dalam kualitas infrastruktur
4. Memajukan keberlanjutan: Menjadi rujukan dunia dalam dekarbonisasi yang
inovatif dan terjangkau, dan membangun pusat ‘green business build’ terbesar
di dunia untuk mencapai Net Zero pada tahun 2060, dengan target:
a. ~50% campuran pembangkit listrik terbarukan
b. Penerbit kredit karbon teratas
c. 50% dari 4W, 3W, 2W dan bus dialiri listrik
d. ~25% petani kecil mempraktikkan praktik pertanian regeneratif
Salah satu pendukung utama dari pertumbuhan strategis mencapai Indonesia Emas
2045 adalah “Infrastruktur Terintegrasi, mudah diakses dan Terjangkau”
untuk mewujudkan kualitas hidup yang lebih baik dan mengakselerasi pertumbuhan
ekonomi. Pendukung utama lainnya adalah sumber daya manusia masa depan,
teknologi transerversal untuk semua, pemimpin berkualitas dunia dengan kearifan
lokal dan peraturan dengan misi ganda (melindungi sekaligus katalisator
pertumbuhan dan perkembangan ekonomi).
Tujuan dan Sasaran RPD Provinsi Banten Tahun 2023-2026 antara lain:
1. Tujuan Terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan kualitas
sumberdaya manusia
Dengan sasaran:
a. Indikator tujuan Tingkat Kemiskinan
b. Meningkatkan kualitas keluarga sejahtera
c. Meningkatnya Pelayanan Sosial
d. Meningkatnya Pemberdayaan Masyarakat desa dan daerah perbatasan
e. Indikator Tingkat Pengangguran Terbuka
Terkait dengan Pelebaran Jalan Hasyim Ashari, pada mendukung rencana program
pada Urusan Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Program Penyelenggaraan jalan
dengan indikator
1. Persentase jalan Provinsi dalam kondisi mantap
2. Persentase jalan Provinsi yang ditingkatkan kapasitasnya
3. Persentase penyelesaian simpang tidak sebidang
Perumusan tujuan dan sasaran adalah tahap perumusan sasaran strategis yang
menunjukkan tingkat prioritas tertinggi dalam perencanaan pembangunan jangka
menengah daerah yang selanjutnya akan menjadi dasar penyusunan arsitektur
kinerja pembangunan daerah secara keseluruhan. Tujuan dan sasaran merupakan
dampak (impact) keberhasilan pembangunan daerah yang diperoleh dari
pencapaian berbagai program prioritas terkait. Selaras dengan penggunaan
paradigma penganggaran berbasis kinerja maka perencanaan pembangunan daerah
pun menggunakan prinsip yang sama. Pengembangan rencana pembangunan
daerah lebih ditekankan pada target kinerja, baik pada dampak, hasil, maupun
keluaran dari suatu kegiatan, program, dan sasaran.
Sasaran adalah hasil yang diharapkan dari suatu tujuan yang diformulasikan secara
terukur, spesifik, mudah dicapai, rasional, untuk dapat dilaksanakan dalam jangka
waktu tertentu pada masa depan. Berdasarkan masing-masing tujuan yang telah
ditetapkan maka dirumuskan sasaran untuk kuantifikasi lebih lanjut dan lebih teknis
dapat dikelola pencapaiannya. Berikut ini diuraikan mengenai Tujuan dan sasaran
pembangunan daerah Kota Tangerang Tahun 2024-2026 berpijak pada Misi RPJPD
Kota Tangerang.
Tabel 2-1 Tujuan Dan Sasaran Pembangunan Kota Tangerang Tahun 2024-2026
Arah kebijakan adalah pedoman untuk mengarahkan rumusan strategi yang dipilih
agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran dari waktu ke waktu selama
periode perencanaan. Rumusan arah kebijakan merasionalkan pilihan strategi agar
memiliki fokus dan sesuai dengan pengaturan pelaksanaannya. Berikut ini
diuraikan arah kebijakan pembangunan daerah Kota Tangerang Tahun 2024-2026
pada sasaran Meningkatnya kualitas pelayanan transportasi Perkotaan:
1. Arah Kebijakan pada Strategi Pengembangan kapasitas dan peningkatan
kualitas jalan dan jembatan:
Mengembangkan ketersediaan dan meningkatkan kualitas jalan dan jembatan
sesuai standar
2. Arah Kebijakan pada Strategi Optimalisasi pengelolaan transportasi umum dan
peningkatan sistem transportasi yang berkeselamatan:
Berpijak pada strategi dan arah kebijakan pembangunan daerah yang telah
ditetapkan maka selanjutnya dirumuskan program prioritas pembangunan daerah.
Program prioritas dimaknai sebagai program yang memberikan daya ungkit secara
langsung untuk menyelesaikan permasalahan pembangunan serta memberikan
kontribusi yang besar untuk mencapai terget kinerja pembangunan daerah. Program
lainnya adalah program penunjang yang dimaknai sebagai penunjang
penyelenggaraan pelayanan pada masing-masing perangkat daerah. Berikut ini
diuraikan program pembangunan daerah Kota Tangerang Tahun 2024-2026 pada
Sasaran Meningkatnya kualitas pelayanan transportasi Perkotaan
Perangkat
Arah Kebijakan Program
Daerah
1 Mengembangkan 1 Urusan Pemerintahan Wajib Yang
ketersediaan dan Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar
meningkatkan kualitas 1 03 Urusan Pemerintahan Bidang
jalan dan jembatan Pekerjaan Umum Dan Penataan
sesuai standar Ruang
1 03 01 Program Penunjang Urusan Dinas Pekerjaan
Pemerintahan Daerah Umum Dan
Kabupaten/Kota Penataan Ruang
1 03 10 Program Penyelenggaraan Jalan Dinas Pekerjaan
Umum Dan
Penataan Ruang
2 Urusan Pemerintahan Wajib Yang
Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan
Dasar
2 10 Urusan Pemerintahan Bidang
Pertanahan
2 10 05 Program penyelesaian ganti Dinas Pekerjaan
kerugian dan santunan Tanah Untuk Umum Dan
Pembangunan Penataan Ruang
2 Mengembangkan, 2 Urusan pemerintahan wajib yang
mengintegrasikan dan tidak berkaitan dengan pelayanan
meningkatkan dasar
Perangkat
Arah Kebijakan Program
Daerah
ketersediaan dan 2 15 Urusan Pemerintahan Bidang
kualitas sarana, Perhubungan Pemerintahan Daerah
prasarana transportasi Kabupaten/Kota
umum serta 2 15 02 Program Penyelenggaraan Lalu Dinas
meningkatkan Lintas Dan Angkutan Jalan (LLAJ) Perhubungan
penerangan jalan,
manajemen dan
rekayasa lalu lintas,
pengendalian dan
penertiban angkutan
jalan
5. Adanya kepastian hukum status tanah paska konsinyasi dan kepastian pihak
yang melakukan pengosongan lokasi bila tanah setelah
dibebaskan/dikonsinyasi tetap dikuasai oleh pemilik asal.
Dari hasil telaahan awal, yang perlu dilakukan dalam mengkaji pengadaan tanah
yang dibutuhkan adalah mengidentifikasi kebutuhan data perencanaan ini.
Kebutuhan data tersebut tidak terpaku pada jenis data yang yang baku setelah
melakukan survai dan kajian awal wilayah perencanaan maka desain kebutuhan
data tersebut akan diperbaiki dan dilengkapi sesuai kebutuhan dan karakteristik
spesifik wilayah perencanaan.
Muatan pekerjaan :
1. Rencana Umum
Rencana umum meliputi:
a. Studi Perencanaan Pengadaan Lahan;
b. Evaluasi kondisi kawasan dan rencana pengembangannya, yang bertujuan
untuk mengetahui karakter, fungsi strategis dan konteks kawasan yang
bersangkutan;
c. Studi menyesuaikan dengan RTRW;
d. Rencana Pembangunan Pelebaran Jalan;
2. Tujuan Pembangunan Pelebaran Jalan disusun berdasarkan:
a. Hasil evaluasi terhadap permasalahan yang ada.
b. Kebutuhan pengembangan di masa depan.
c. pembangunan untuk Kepentingan Umum.
d. manfaat yang akan diperoleh dari pembangunan untuk Kepentingan
Umum terhadap masyarakat sekitar maupun masyarakat umum.
e. penerima manfaat
f. Dampak Sosial yang timbul dari kegiatan pembangunan untuk
Kepentingan Umum serta alternatif penyelesaiannya.
6. Kriteria
Mekanisme ganti kerugian lebih jelas digambarkan pada Gambar 2-5 berikut
dibawah ini.
Penitipan ganti kerugian pada pengadilan negeri dilakukan oleh Dinas Pekerjaan
Umum dan Perencanaan Ruang Provinsi Banten dengan membuat surat
permohonan kepada ketua Pengadilan Negeri. Penitipan ganti kerugian pada
pengadilan dilakukan apa bila antara lain:
1. Pihak yang berhak menolak bentu/besar ganti kerugian hasil musyawarah tidak
mengajukan keberatan ke Pengadilan Negeri.
2. Pihak yang berhak menolak bentuk dan besar ganti kerugian atas putusan
pengadilan negeri atau mahkamah agung yang telah memperoleh kekuatan
hukum tetap.
3. Pihak yang berhak tidak diketahui keberadaanya
4. Obyek Pengadaan Tanah yang akan diberikan ganti kerugian dalam kondisi:
a. Sedang menjadi obyek perkara di pengadilan
b. Masih disengketakan kepemilikan
c. Diletakan sita oleh pejabat yang berwenang
d. Menjadi jaminan di bank/jaminan utang lainnya.
e. Pemutusan hubungan hukum antara pihak yang berhak dengan objek
pengadaan tanah dengan ketentuan antara lain:
f. yang tidak mau kerugiannya dititipkan di Pengadilan Negeri,
g. kepemilikan/hak atas tanah menjadi hapus dan alat bukti dan alat bukti hak
dinyatakan tidak berlaku
h. tanah menjadi tanah yang langsung dikuasi oleh negara sejak keluarnya
penetapan pengadilan mengenai ganti kerugian.
Skema ketentuan penitipan ganti kerugian digambarkan pada Gambar 2-6 berikut
ini.
Kepentingan Umum Pasal 1 Nomor 3. yaitu Pengadaan Tanah Skala Kecil adalah
kegiatan menyediakan tanah untuk luasan yang tidak lebih dari 5 (lima) hektar.
Dalam rangka efisiensi dan efektivitas, Pengadaan Tanah skala kecil dapat
dilakukan sebagaimana Permen ATR / Kepala BPN Nomor 19 Tahun 2021 Tentang
Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2021 Tentang
Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
Pasal 146 ayat (1) huruf a yang berbunyi Dalam rangka efisiensi dan efektivitas,
Pengadaan Tanah skala kecil dapat dilakukan secara langsung oleh Instansi yang
Memerlukan Tanah dengan Pihak yang Berhak, dengan cara jual beli, tukar
menukar, atau cara lain yang disepakati. Atau pada huruf b dengan pasal dan ayat
yang sama yaitu dengan menggunakan tahapan pengadaan Tanah.
Dalam Pengadaan Tanah Skala Kecil penetapan nilai Ganti Kerugian oleh Instansi
yang Memerlukan Tanah menggunakan hasil penilaian jasa Penilai (Pasal 150, Ayat
(1)). Besarnya nilai Ganti Kerugian bersifat final dan mengikat (Pasal 150, Ayat
(2)). Dalam hal tidak terdapat jasa Penilai dan/atau dalam rangka efisiensi biaya
untuk Pengadaan Tanah Skala Kecil, Instansi yang Memerlukan Tanah dapat
menunjuk Penilai Publik atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri (Pasal 150, Ayat
(3)). Penilai Publik atau pejabat yang ditunjuk oleh Menteri merupakan pegawai
Kementerian yang memiliki kompetensi untuk menghitung nilai Objek Pengadaan
Tanah Skala Kecil dan ditunjuk oleh Menteri atau disebutkan pada Peraturan
Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 173/PMK.06/2020 tentang Penilaian
Selanjutnya, berdasarkan Standar Penilai Indonesia (SPI) tahun 2018 pada bagian
Kode Etik Penilai Indonesia (KEPI) 3.6.a, dijelaskan bahwa Penilai adalah
seseorang yang memiliki kualifikasi, kemampuan, dan pengalaman dalam
melakukan kegiatan praktek penilaian untuk mendapatkan nilai ekonomis sesuai
dengan bidang keahlian yang dimiliki. Penilai terdiri dari:
1. Tenaga Penilai
2. Adalah seseorang yang telah lulus pendidikan di bidang penilaian yang
diselenggarakan oleh Asosiasi Profesi Penilai, lembaga pendidikan lain, yang
diakreditasi oleh Asosiasi Profesi Penilai, atau lembaga pendidikan formal.
3. Penilai bersertifikat
4. Adalah seseorang yang telah lulus ujian sertifikasi di bidang penilaian yang
diselenggarakan oleh Asosiasi Profesi Penilai.
5. Penilai Publik
6. Adalah Penilai yang telah memperoleh izin dari Menteri Keuangan.
Mengacu pada peraturan diatas dan Standar Penilai Indonesia (SPI) dapat
disimpulkan bahwa Penilai di indonesia terbagi menjadi dua, yaitu Penilai
Pemerintah dan Penilai Publik. Kedua Penilai memilki lingkup kewengan yang
berbeda di dalam melakukan penilaian. Adapun lingkup kewenangannya antara
lain:
1. Penilai Pemerintah
Kewenangan dalam lingkup Penilai Pemerintah adalah penilaian yang
didasarkan pada permohonan dalam lingkup pemerintahan, baik itu lingkup
pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Penilai Pemerintah dapat
melakukan penilaian dengan tujuan penilaian berdasarkan Keputusan Direktur
Jenderal Kekayaan Negara nomor KEP-453/KN/2020 tentang Pedoman
Penyusunan Laporan Penilaian oleh Penilai Pemerintah
2. Penilai Publik
Penilai Publik dalam melaksanakan tugasnya sebagai penilai merujuk di dalam
Standar Penilai Indonesia (SPI) tahun 2018, khususnya SPI 103 antara lain:
a. Penilaian Real Properti dan Personal Properti
b. Penilaian Bisnis termasuk Aset Tak Berwujud dan Liabilitas
Perkiraan
No Uraian Kegiatan Kebutuhan Keterangan
Waktu (Hari)
Perkiraan
No Uraian Kegiatan Kebutuhan Keterangan
Waktu (Hari)
terjadi di berbagai sektor tersebut. Karena keterkaitannya yang erat dengan sektor-
sektor ekonomi itu, transportasi sering dikatakan sebagai derived demand Peran
transportasi juga penting dalam pembangunan wilayah. Di daerah yang berpotensi
tetapi belum berkembang, transportasi berperan sebagai penggerak bagi
pembangunan.
Kebutuhan Transportasi terbentuk dari pola tataguna lahan yang ada dimana
pola tata guna lahan dipengaruhi dari kegiatan sosial masyarakat, aktifitas
ekonomi, kebudayaan dan lain-lainnya.
Kegiatan dalam sistem ini membutuhkan pergerakan sebagai alat pemenuhan
kebutuhan yang perlu dilakukan setiap hari. Pergerakan yang meliputi
pergerakan manusia dan atau barang itu jelas membutuhkan moda atau sarana
transportasi dan media atau prasarana tempat moda transportasi tersebut
bergerak.
Kebutuhan Transportasi yang terbentuk bersinggungan dengan kawasan kajian
antara lain:
a. Destinasi Wisata Situ Cipondoh
Aktifitas ekonomi dengan kehadiran Destinasi Wisata Situ Cipondoh
dilengkapi dengan adanya wisata kuliner di areal situ menimbulkan
pergerakan manusia dan barang yang pada akhirnya dibutuhkan kapasitas
prasarana transportasi untuk memfasilitasi pergerakan tersebut.
b. Pergerakan manusia dan barang antar wilayah Jakarta -Tangerang. Sebagai
jalan provinsi di Kota Tangerang yang menghubungkan aktifitas
pergerakan manusia dan barang dengan Jakarta maka dibutuhkan kapasitas
jalan yang memadai.
c. Pergerakan manusia dan barang antar moda seperti kebutuhan akan akses
stasiun kereta api Batu Ceper merupakan kebutuhan moda transportasi
aktifitas ekonomi manusia di Jakarta dengan tempat tinggal di buffer
Jakarta seperti Tangerang.
d. Rencana pengembangan Kawasan TOD Poris Plawad membutuhkan
peningkatan kapasitas jalan di ruas Jalan Hasyim Ashari.
2. Prasarana Transportasi
Sistem prasarana transportasi harus dapat digunakan dimanapun dan kapanpun.
Ciri utama prasarana transportasi adalah melayani pengguna, bukan berupa
barang atau komoditas, sedangkan sarana transportasi merupakan alat atau
moda yang dipergunakan untuk melakukan pergerakan dari suatu tempat
menuju tempat yang lain.
Untuk rnengurangi jurnlah titik konflik yang ada, dilakukan pernisahan waktu
pergerakan lalu lintas. Waktu pergerakan lalu lintas yang terpisah ini disebut fase.
Pangaturan pergerakan ams lalu lintas dengan fase-fase ini dapat rnengurangi titik
konflik yang ada sehingga diperoleh pengaturan lalu lintas yang lebih baik untuk
rnenghindari, tundaan, kernacetan dan kecelakaan.
agar dapat diperoleh hasi alternatif solusi berupa trase yang selanjutnya dilakukan
proses pemilihan trase alternatif tersebut menjadi alternatif terpilih. Metode
pelaksanaan pemilihan trase alternatif melalui formulasi alternatif solusi antara lain:
1. Formulasi Kebijakan Ruang
2. Telaahan kebijakan Tata Ruang yang mengarahkan kebijakan rencana
pembangunan Pelebaran Jalan. Kebijakan ruang yang berkaitan antara lain
a. kebijakan terkait rencana pembangunan terhadap Jalan Hasyim Ashari
b. Kebijakan terkait rencana pembangunan pusat-pusat kegiatan ekonomi
c. Arahan dan ketentuan pengendalian ruang
3. Formulasi Kebijakan dan Sasaran Pembangunan
4. Arahan kebijakan dan sasaran pembangunan yang sejalan dan pembangunan
Pelebaran Jalan mendukung kebijakan dan sasaran pembangunan
5. Formulasi penentuan Alternatif
a. Penapisan Alternatif Trase
6. Alternatif Trase yang dibuat memenuhi ketentuan antar lain
Jalan Hasyim Ashari pada kawasan kajian merupakan Jalan Provinsi diperkuat
dengan Keputusan Gubernur Banten Nomor 620/Kep.16. Huk/2023 Tentang
Penetapan Status, Fungsi, Dan Kelas Jalan Provinsi Banten dan Penetapan Fungsi
Ruas Jalan Kabupaten/Kota Di Wilayah Provinsi Banten Di Luar Arteri Primer Dan
Kolektor Primer menjelaskan bahwa pada lampiran 1 Daftar Penetapan Status,
Fungsi Dan Kelas Jalan Provinsi Banten, pada Nomor Ruas 43, Jalan Raya
Cipondoh (Jalan Hasyim Ashari) sepanjang 10.405 km, fungsi JKP2 Kelas III.
Dikarenakan Jalan Hasyim Ashari merupakan jalan provinsi maka penanganan
jalan tersebut menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi Banten.
Pada Indikasi Program sistem jaringan Transportasi darat, sistem jaringan jalan di
RTRW Kota Tangerang melalui Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 9 Tahun
2019 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2011 Tentang
Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Tangerang Tahun 2011-2031 bahwa Program
Rencana pembangunan Peningkatan Kapasitas Jalan Provinsi pelaksana Program
adalah Provinsi Banten.
3. Proyek Pelebaran Jalan yang dihasilkan dalam studi kelayakan ini ditengarai
mempunyai indikasi kelayakan yang tinggi;
4. Proyek ini memerlukan penajaman dalam rencana, melalui pembandingan dua
atau lebih alternatif solusi yang unggul:
5. Proyek Pelebaran Jalan ini memerlukan indikator kelayakan yang lebih teliti
khususnya dari aspek teknik, aspek pembiayaan dan aspek kemanfaatan bagi
masyarakat.
Beberapa alternatif solusi yang pontensial dari hasil studi kelayakan yang
diformulasikan melalui studi secara lebih teliti.
Lokasi Kajian berada pada tiga Kelurahan di Kecamatan Cipondoh yaitu Kelurahan
Cipondoh, Kelurahan kenanga dan Kelurahan Gondrong.
Luas Jarak ke
Jarak ke
KeLurahan Ibukota
Km2 % Ibukota
Kecamatan
Poris Plawad Indah 2,08 10,73 3 3
Cipondoh 2,27 11,71 2 4
Kenanga 2,57 13,25 2 8
Gondrong 1,87 9,64 2 10
Petir 1,90 9,80 5 10
Ketapang 1,80 9,28 6 12
Cipondoh Indah 1,33 6,86 2 3
Cipondoh Makmur 1,48 7,63 4 8
Poris Plawad Utara 2,04 10,52 4 7
Poris Plawad 2,05 10,57 4 3
Kecamatan Cipondoh 19,39 100,00
Sumber : Kecamatan Cipondoh Dalam Angka Tahun 2023, BPS Kota Tangerang
Distribusi luas dari tabel diatas digambarkan pada gambar distribusi luas dengan
satuan persen sebagaimana tergambarkan pada Gambar 3-1 dibawah ini:
Sumber : Kecamatan Cipondoh Dalam Angka Tahun 2023, BPS Kota Tangerang
Berikut Tabel 3-2 yang menjelaskan jumlah RW dan RT menurut Kelurahan pada
Kecamatan Cipondoh.
Tabel 3-2 Jumlah Rukun Warga dan Rukun Tetangga berdasarkan Kelurahan di
Kecamatan Cipondoh
Secara umum, Kecamatan Cipondoh memiliki letak geografis yang strategis dari
aspek fixed resources dengan adanya situ Cipondoh yang menjadi Destinasi Wisata
yang dikelola oleh Pemerintah Provinsi Banten, TOD Poris Plawad, Stasiun Kereta
Api Batu Ceper dan Terminal Tipe A Poris Plawad. Jalan Hasyim Ashari
merupakan jalan Provinsi yang menghubungkan jaringan jalan dengan perbatasan
DKI. Kecamatan Cipondoh diuntungkan dengan posisi Strategis wilayah dimana
lokasi Kecamatan Cipondoh merupakan lokasi yang menghubungkan pusat-pusat
perdagangan dan industri di Kota Tangerang. Kecamatan Cipondoh
Pada sektor pariwisata, situ Cipondoh menawarkan nuansa alam. Kota Tangerang
juga memiliki wisata belanja dengan terdapat pusat-pusat perbelanjaan yang cukup
banyak yang dapat berkembang menjadi pusat ekonomi sehingga dapat menambah
pendapatan daerah.
3.2 TOPOGRAFI
Curah hujan merupakan ketinggian air hujan yang terkumpul dalam tempat yang
datar, tidak menguap, tidak meresap, dan tidak mengalir dalam satuan milimeter
(mm). Curah hujan 1 (satu) milimeter, artinya dalam luasan satu meter persegi pada
tempat yang datar tertampung air setinggi satu milimeter atau tertampung air
sebanyak satu liter .
Tabel 3-3 Curah Hujan menurut bulan di Kecamatan Cipondoh Tahun 2013-
2022 (mm)
Bulan 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Januari 382,5 392,6 321,2 198,9 213,6 157,5 290,2 321,2 307,4 174,5
Februari 194,7 432,7 224,1 507,6 390,4 398,9 162,6 164,6 572,1 179,8
Maret 224,4 22,6 193,9 211,5 280,3 96,6 210,3 242,8 146,6 301,5
April 82,4 169,3 109,1 105,4 121 251,0 129,1 130,5 149,2 191,2
Mei 214,8 77,4 7,1 271,3 175,6 34,8 47,6 47,6 114,5 403,1
Juni 93,4 68,4 116,8 266,2 117,8 63,2 43,4 43,4 188,2 83,1
Juli 230 229,2 9,3 190,9 170,4 0,2 0,4 0,4 34,8 100,4
Agustus 121,8 10 11,5 169,3 24,3 - 0,8 0,8 159,4 96,9
September 38,2 53,1 3,4 125,6 93,4 61,0 3,2 3,2 79,6 253,7
Oktober 100,9 2,5 45,4 162,5 131,3 64,1 28,1 28,1 86,1 197,7
November 0 251,8 25,7 219,3 162,9 213,3 46,4 44,2 127,8 197,8
Desember 350,7 139 155,4 135,4 126,3 64,5 145,7 224,7 339,6 203,4
Sumber : stasiun geofisika Kota Tangerang Jalan Meteorologi No. 5, Tanah Tinggi,
Tangerang
Tabel 3-4 Hari Hujan menurut bulan di Kecamatan Cipondoh Tahun 2013-2022
Bulan 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
Januari 24 26 23 14 19 19 23 24 21 16
Februari 18 20 15 22 26 25 16 18 21 21
Maret 18 16 18 15 17 16 14 19 13 16
Bulan 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022
April 20 16 14 12 17 16 12 16 16 15
Mei 14 13 5 18 16 11 7 10 11 17
Juni 12 17 3 11 9 7 7 6 15 15
Juli 23 3 6 17 12 1 2 2 8 7
Agustus 4 4 3 14 6 2 2 2 7 12
September 5 4 5 20 7 8 2 1 8 14
Oktober 12 10 7 18 13 8 5 5 10 16
November 13 15 5 17 24 16 9 11 15 16
Desember 24 20 15 16 19 14 12 17 17 17
Sumber : stasiun geofisika Kota Tangerang Jalan Meteorologi No. 5, Tanah Tinggi,
Tangerang
Hari hujan terbanyak berada di Tahun 2016 dan di Tahun 2013 merupakan hari
hujan terbanyak kedua pada periode Tahun 2013-2022. Di Tahun 2022 menurut
bulan hari hujan terbanyak berada di bulan februari diikuti dengan bulan mei dan
desember, sedangkan bulan dengan hari hujan paling sedikit berada di bulan Juli
dan Agustus.
Sumber : Kecamatan Cipondoh Dalam Angka Tahun 2023, BPS Kota Tangerang
Tekanan udara tertinggi di Tahun 2022 berada di bulan September sebesar 1.013,2
mbar sedangkan terendah berada di bulan Juni dengan tekanan sebesar 1.010,6
mbar.
Secara umum perkembangan suhu udara di Kota Tangerang cukup merata, di Tahun
2021 mencapai panas tertinggi lebih sedikit dibandingkan tahun 2022 yaitu berada
di 35,5˚C, hal ini dipengaruhi perubahan iklim global dimana sebagian besar
belahan dunia mengalami panas ekstrim, ditahun 2022 suhu tertinggi sedikit
mengalami penurunan dimana suhu maksimum tertinggi menjadi 35,4˚C.
Temperatur Kota Tangerang Tahun 2021-2021 dijelaskan pada Tabel 3-6 berikut.
3.4 GEOLOGI
Secara geologis, daerah Tangerang berada pada suatu tinggian struktur yang dikenal
dengan sebutan Tangerang High. Tinggian ini terdiri atas batuan Tersier yang
memisahkan Cekungan Jawa Barat Utara di bagian barat dengan Cekungan Sunda
di bagian timur. Tinggian ini dicirikan oleh kelurusan bawah permukaan berupa
lipatan dan patahan nomal, berarah utara-selatan. Di bagian timur patahan normal
tersebut terbentuk cekungan pengendapan yang disebut dengan Sub cekungan
Jakarta.
Tinggian ini terbentuk oleh batuan Tersier yang memisahkan cekungan Jawa Barat
Utara di bagian Barat dengan cekungan Sunda di bagian timur. Tinggian ini
dicirikan oleh kelurusan bawah permukaan berupa lipatan dan patahan nomal yang
berarah Utara-Selatan. Di bagian Timur patahan normal tersebut terbentuk
cekungan pengendapan yang disebut dengan Sub cekungan Jakarta.
Batuan yang menutupi Kota Tangerang terdiri dari endapan alluvium, endapan
kipas alluvium vulkanik muda, dan satuan Tuf Banten. Di Sub Cekungan Jakarta,
berdasarkan data pemboran menunjukkan adanya endapan alluvium yang menebal
ke arah utara, yang disusun oleh klastika halus hingga kasar, sedangkan cekungan
di Barat Tangerang High memiliki ciri endapan pantai dan delta. Struktur-struktur
tersebut pada saat ini sulit dijumpai di permukaan karena endapan Kuarter yang
berumur lebih muda telah menutupi lapisan batuan tersebut. Endapan Kuarter yang
menimpa batuan tersebut berupa batuan vulkanik yang berasal dari Gunung Gede-
Pangrango dan Salak. Hampir seluruh daerah kajian ditutupi oleh batuan vulkanik
yang berasal dari Gunung Gede-Pangrango dan alluvium. Sedangkan di wilayah
Kecamatan Cipondoh didominasi formasi Tuff Banten.
di dasar sungai, di dataran banjir, di kipas aluvial atau pantai, atau dalam
pengaturan serupa. Alluvium pada umumnya mempunyai umur skala geologis
muda dan tidak terkonsolidasi menjadi batuan padat. Sedimen yang
diendapkan di bawah air, di laut, muara, danau, atau kolam, tidak disebut
sebagai alluvium. Sedimentasi berlangsung dari aliran sungai.
Luas dari formasi batuan Aluvial di Kecamatan Cipondoh sebesar 305,14 Ha.
2. Kipas Aluvial
Lapisan yang tersusun dari proses extrusive yaitu Batuan beku ekstrusif, juga
dikenal sebagai batuan vulkanik, terbentuk di permukaan kerak sebagai akibat
dari pencairan sebagian batuan dalam mantel dan kerak. Batuan beku ekstrusif
dingin dan mengeras lebih cepat daripada batuan beku intrusif. Mereka
dibentuk oleh pendinginan magma cair di permukaan bumi. Magma, yang
dibawa ke permukaan melalui celah atau letusan gunung berapi, membeku
pada tingkat yang lebih cepat. Oleh karena batu batuan jenis ini halus, kristalin
dan berbutir halus. Basalt adalah batuan beku ekstrusif umum dan membentuk
aliran lava (lava flow), lembar lava (sheeting lava) dan dataran tinggi lava
(Lava plateau). Beberapa jenis basalt membantu membentuk kolom poligonal.
Merupakan magma andesitic dengan komposisi intermediate dengan tekstur
pyroclastic yang terlihat seperti pecahan pecahan dan bukan kristal yang saling
terkait. Diproduksi saat letusan gunung api dan mengeluarkan abu, dan abu ini
terendapkan dan mungkin mengalami proses sementasi bersamaan dalam
proses pendinginan.
Formasi batuan ini terbentuk karena peristiwa proses volcanism dan subareal
menggambarkan peristiwa atau fitur yang terbentuk, terletak atau mengambil
tempat di permukaan tanah dari bumi dan terkena atmosfer bumi.
Luas dari formasi batuan Kipas Aluvial di Kecamatan Cipondoh sebesar 12,05
ha.
3. Tuff Banten
Tuf Banten (Qpvb) merupakan endapan piroklastik yang cukup penting di
ujung barat Pulau Jawa. Tuf Banten (Qpvb) cukup penting karena memiliki
persebaran yang sangat luas sampai hampir menutupi sebagian besar daerah
Banten. Di tengah persebaran Tuf Banten (Qpvb), terdapat sebuah keberadaan
Kaldera dengan bentuk persegi panjang yang memiliki luas 13.7 km x 6.5 km.
Meskipun begitu, belum ada penelitian yang menjelaskan mengenai kapan dan
bagaimana proses erupsi tersebut. Dihasilkan lebih dari sepuluh (10) singkapan
yang telah dideskripsi secara rinci. Pendeskripsian singkapantersebut telah
menghasilkan korelasi dalam empat satuan fasies erupsi. Setiap fasies erupsi
memiliki distribusi dan komponen yang berbeda. Empat fasies erupsi ini
dikelompokkan menjadi tiga fase erupsi. Dari tiga fase erupsi tersebut,
dihasilkan sejarah erupsi dengan enam episode erupsi dengan dua episode
sebagai jeda erupsi.
Luas dari formasi batuan tuff Banten di Kecamatan Cipondoh sebesar 1.438,25
Ha
Berikut peta geologi Kecamatan Cipondoh pada Gambar 3-4 dibawah ini.
3.5 KEPENDUDUKAN
Penduduk Kepadatan
Kelurahan
Laki-Laki Perempuan Jumlah Persentase Penduduk
1 Poris Plawad Indah 12.831 12.885 25.716 11,38 12.363
2 Cipondoh 13.913 13.912 27.825 12,31 12.258
3 Kenanga 8.386 8.167 16.553 7,33 6.441
4 Gondrong 10.836 10.622 21.458 9,50 11.475
5 Petir 10.785 10.516 21.301 9,43 11.211
6 Ketapang 7.686 7.536 15.222 6,74 8.457
7 Cipondoh Indah 12.166 12.442 24.608 10,89 18.502
8 Cipondoh Makmur 15.988 15.917 31.905 14,12 21.557
9 Poris Plawad Utara 11.969 11.883 23.852 10,56 11.692
10 Poris Plawad 8.765 8.742 17.507 7,75 8.540
Kecamatan Cipondoh 113.325 112.622 225.947 100,00 11.653
Sumber : Kecamatan Cipondoh Dalam Angka Tahun 2023, BPS Kota Tangerang
Informasi ini akan memberikan gambaran tentang seberapa besar potensi Sumber
Daya Manusia (SDM) terutama untuk keperluan yang terkait dengan pendidikan,
kesehatan dan ketenagakerjaan. Selain itu informasi ini juga diperlukan untuk
melihat besarnya nilai rasio ketergantungan penduduk sebagai gambaran
perbandingan antara penduduk usia tidak produktif (0-14 tahun dan > 65 tahun)
terhadap penduduk usia produktif (15-64 tahun). Jumlah penduduk Kecamatan
Cipondoh pada masing-masing usia pada Tabel berikut ini.
Dari tabel di atas jumlah penduduk pada kelompok usia anak (0–14 tahun)
jumlahnya mencapai 53.833 jiwa atau sebesar 23,83% dari keselurahan penduduk
Kecamatan Cipondoh. Kondisi ini perlu mendapat perhatian karena terkait dengan
penyediaan sarana dan prasarana pendidikan dan kesehatan. Seiring dengan jumlah
proporsi usia anak dalam komposisi penduduk maka peningkatan kualitas anak
sebagai sumber daya manusia membutuhkan perhatian yang besar. Sedangkan
jumlah Penduduk pada kelompok usia (15–64 tahun) yang merupakan usia
produktif berjumlah 161.932 jiwa atau sekitar 71,67% dari jumlah penduduk
Kecamatan Cipondoh. Kondisi ini mengartikan bahwa potensi SDM dalam hal
pendidikan, kesehatan, dan ketenagakerjaan di Kecamatan Cipondoh tahun 2022
terlihat relatif besar, sedemikian sehingga perlu adanya upaya antisipasi terhadap
penyediaan sarana-prasarana pada tiga bidang tersebut, terutama bidang
ketenagakerjaan/lowongan kerja.
Terkait dengan jumlah penduduk menurut struktur usia, maka dapat pula dihitung
besarnya nilai rasio ketergantungan penduduk (Depedency Ratio) pada wilayah dan
pada tahun tertentu. Hal ini dapat digunakan untuk melihat seberapa besar seorang
penduduk usia produktif harus menanggung beban atas penduduk usia non
produktif. Besarnya rasio ketergantungan penduduk di Kecamatan Cipondoh pada
Tahun 2022 sebesar 39,53%. Hal ini berarti bahwa diantara 100 penduduk usia
produktif (15–64 tahun) terdapat sekitar 39 hingga 40 penduduk usia non produktif
(0–14 tahun dan 65 tahun keatas). Atau dengan kata lain bahwa setiap 100
penduduk usia produktif harus menanggung sekitar sebanyak 39 hingga 40
penduduk usia non produktif .
peruntukan kawasan perumahan dan kawasan perdagangan dan Jasa. Tutupan lahan
lainnya yang merupakan tutupan lahan terbesar kedua adalah tutupan berupa sawah
sebesar 601,52 Ha atau sebesar 22,40% dari luas keseluruhan tutupan lahan di
Kecamatan Cipondoh, namun sawah yang ada di Kecamatan Cipondoh bukan
persawahan dengan irigasi teknis dan tidak sesuai dengan peruntukan lahan pada
pola ruang di Kecamatan Cipondoh.
Berikut gambaran tutupan lahan dari Kecamatan Cipondoh pada Gambar 3-5
dibawah ini:
4.1 PENDEKATAN
Rencana tata ruang melingkupi wilayah kota berdasarkan UU No. 26 Tahun 2007
Tentang Penataan Ruang terdiri dari rencana umum tata ruang dan rencana rinci
tata ruang. Rencana umum tata ruang yang dimaksud ialah rencana tata ruang
wilayah kota (RTRW Kota). Sedangkan rencana rinci tata ruang terdiri dari rencana
detail tata ruang kota (RDTR Kota) dan rencana tata ruang kawasan strategis kota.
Berdasarkan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 17 Tahun 2009 tentang
Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota, Rencana umum tata
ruang kabupaten/kota adalah penjabaran RTRW provinsi ke dalam kebijakan dan
strategi pengembangan wilayah kabupaten/kota yang sesuai dengan fungsi dan
peranannya di dalam rencana pengembangan wilayah provinsi secara keseluruhan,
strategi pengembangan wilayah ini selanjutnya dituangkan ke dalam rencana
struktur dan rencana pola ruang operasional.
Gambar 4-1 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota dalam Sistem Penataan Ruang
dan Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
Muatan rencana tata ruang mencakup rencana struktur ruang dan rencana pola
ruang. Rencana struktur ruang meliputi rencana sistem pusat permukiman dan
rencana sistem jaringan prasarana. Rencana pola ruang meliputi peruntukan
kawasan lindung dan kawasan budi daya. Secara detil, dalam Permen PU No. 17
Tahun 2009 RTRW kota memuat tujuan, kebijakan, dan strategi penataan ruang
wilayah kota (penataan kota); rencana struktur ruang wilayah kota; rencana pola
ruang wilayah kota; penetapan kawasan strategis kota; arahan pemanfaatan ruang
wilayah kota; dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota.
Terkait dengan kawasan, substansi yang mengatur kawasan ialah rencana pola
ruang. Rencana pola ruang wilayah kota merupakan rencana distribusi peruntukan
ruang dalam wilayah kota yang meliputi rencana peruntukan ruang untuk fungsi
lindung dan rencana peruntukan ruang untuk fungsi budi daya. Klasifikasi kawasan
dalam rencana pola ruang wilayah kota berdasarkan Permen PU No. 17 Tahun
2009, ialah terdiri dari:
1. Kawasan lindung yang dapat terdiri atas:
a. hutan lindung;
i. kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya, yang meliputi kawasan bergambut dan kawasan resapan
air;
ii. kawasan perlindungan setempat, yang meliputi sempadan pantai,
sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan sekitar
mata air;
iii. ruang terbuka hijau (RTH) kota, yang antara lain meliputi taman RT,
taman RW, taman kota dan permakaman;
iv. kawasan suaka alam dan cagar budaya;
v. kawasan rawan bencana alam, yang meliputi kawasan rawan tanah
longsor, kawasan rawan gelombang pasang dan kawasan rawan
banjir; dan
b. kawasan lindung lainnya
2. Kawasan budidaya yang dapat terdiri atas:
a. kawasan perumahan yang dapat dirinci, meliputi perumahan dengan
kepadatan tinggi, perumahan dengan kepadatan sedang, dan perumahan
dengan kepadatan rendah;
b. kawasan perdagangan dan jasa, yang diantaranya terdiri atas pasar
tradisional, pusat perbelanjaan dan toko modern;
c. kawasan perkantoran yang diantaranya terdiri atas perkantoran
pemerintahan dan perkantoran swasta;
d. kawasan industri, yang meliputi industri rumah tangga/kecil dan industri
ringan;
e. kawasan pariwisata, yang diantaranya terdiri atas pariwisata budaya,
pariwisata alam, dan pariwisata buatan;
f. kawasan ruang terbuka non hijau;
g. kawasan ruang evakuasi bencana meliputi ruang terbuka atau ruang-ruang
lainnya yang dapat berubah fungsi menjadi melting point ketika bencana
terjadi;
h. kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal; dan
Proses penataan lingkungan suatu kawasan secara fisik dilakukan dari sisi Tata
Ruang (Spatial Approach). Pendekatan tata ruang lingkungan kawasan merupakan
bagian dari Rencana Tata Ruang dan merupakan suatu hal yang dianggap cukup
penting untuk dilaksanakan bila Pemerintah memiliki keinginan untuk membangun
profil kota yang efektif dan efisien serta meningkatkan kelayakan hidup sehat bagi
masyarakatnya. Pendekatan tata ruang ini didasari oleh 2 (dua) hal yaitu :
Jarak
Dekat Jauh
Transportasi
Baik Aksesibilitas Tinggi Aksesibilitas Sedang
Buruk Aksesibilitas Sedang Aksesibilitas Rendah
Aksesibilitas dihitung berdasarkan jumlah waktu dan jarak yang dibutuhkan oleh
seseorang dalam menempuh perjalanan antara tempat-tempat dimana dia bertempat
tinggal dan dimana fungsi-fungsi fasilitas. Dengan dua kelompok faktor, yakni
faktor jarak di satu pihak dan kelompok empat faktor yaitu waktu tempuh, biaya
perjalanan, intensitas guna lahan, faktor pendapatan orang yang melakukan
perjalanan, maka tingkat aksesibilitas dapat ditampilkan secara kualitatif (secara
mutu) dan secara kuantitatif (secara terukur). Daya hubung suatu tempat merupakan
hal yang patut mendapat perhatian dalam hubungan antar zona.
Value Creation
Tercipta Lingkungan
yang Lebih Baik
Dalam RTRWN ada turunan dibawahnya, yaitu rencana tata ruang pulau, Rencana
Kawasan Ekonomi Khusus, Kawasan Metropolitan, atau Kawasan-kawasan lain
yang secara nasional menjadi kebijakan nasional yang menjadi acuan dalam
penyelenggaraan penataan ruang nasional. Program Pengembangan Infrastruktur
yang berbasis penataan ruang menjadi hal penting dalam menciptakan keterpaduan
program antarsektor, yang pada akhirnya untuk mewujudkan kesejahteraan
masyarakat di seluruh provinsi dan kabupaten/kota di Indonesia.
2. Keterpaduan pemanfaatan ruang darat, laut, dan udara termasuk ruang di dalam
bumi mengandung pengertian bahwa ruang darat, laut, dan udara termasuk
ruang di dalam bumi dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan
dalam mendukung perikehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.
a. Keterpaduan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah nasional, provinsi,
dan kabupaten/kota dalam rangka pelindungan fungsi ruang dan
pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan
ruang;
b. Keseimbangan dan keserasian perkembangan antarwilayah;
c. Keseimbangan dan keserasian kegiatan antarsektor.
3. Keterpaduan sebagai landasan pedoman dalam penyusunan RTRWN. Hal ini
dijelaskan bahwa RTRWN selain menjadi pedoman untuk penyusunan rencana
pembangunan jangka panjang nasional dan penyusunan rencana pembangunan
jangka menengah nasional; dan pemanfaatan ruang dan pengendalian
pemanfaatan ruang di wilayah nasional; penetapan lokasi dan fungsi ruang
untuk investasi; penataan ruang kawasan strategis nasional; dan penataan ruang
wilayah provinsi dan kabupaten / kota juga dilakukan sebagai pedoman dalam
upaya pewujudan keterpaduan, keterkaitan, dan keseimbangan perkembangan
antarwilayah provinsi, serta keserasian antarsektor;
4. Basis Keterpaduan juga terdapat dalam Kebijakan dan Strategi Penataan Ruang
Wilayah Nasional meliputi kebijakan dan strategi pengembangan struktur
ruang dan pola ruang yang meliputi:
a. Peningkatan akses pelayanan kawasan dan pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah yang merata dan berhierarki; dan
b. Peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi, telekomunikasi, energi, dan sumber daya air yang terpadu dan
merata di seluruh wilayah nasional yang memuat hierarki, peran, fungsi,
klasifikasi, jenis penyelenggaraan kegiatan, keterpaduan intra dan
antarmoda, serta keterpaduan dengan sektor lainnya.
5. Dalam upaya menciptakan keterpaduan infrastruktur pembangunan dalam
RTRWN telah disusun strategi diantaranya:
Pola keterpaduan infrastruktur ke-PU-an, perlu diikuti dalam program antara dinas
terkait di tingkat Kabupaten/Kota maupun di tingkat Provinsi. Selain itu pula pada
beberapa provinsi di Indonesia, dikenal terdapat daerah kepulauan dimana masih
menghadapi kendala pembangunan wilayah yang belum merata, terutama
disebabkan oleh minimnya sarana dan prasarana transportasi baik itu pada pulau-
pulau kecil, maupun pulau-pulau besar. Sehingga diharapkan melalui upaya
keterpaduan program pengembangan infrastruktur ini dapat memberikan solusi
Penyusunan Studi Kelayakan Pelebaran Jalan Hasyim Ashari tidak terlepas dari
keterlibatan masyarakat sebagai pemanfaat ruang (pelaksana rencana tata ruang)
dan sebagai pihak yang terkena dampak positif maupun negatif dari perencanaan
ruang itu sendiri. Oleh karena itu dalam penyusunan rencana ini digunakan
pendekatan partisipasi masyarakat (stakeholder approach) untuk mengikutsertakan
masyarakat di dalam proses penyusunan rencana tata ruang melalui forum diskusi
pelaku pembangunan.
Konsultan dalam hal ini berusaha untuk melibatkan secara aktif pelaku
pembangunan yang ada dalam setiap tahapan perencanaan. Di dalam penyusunan
rencana ini masyarakat tidak hanya dilihat sebagai pelaku pembangunan
(stakeholder) tetapi juga sebagai pemilik dari pembangunan (shareholder).
Pelaksanaan
Keterlibatan Dalam Perencanaan oleh
Pelaku
P
Forum Forum
Masyarakat Stakeholders Stakeholders
Perangkat
Pengendalian
Pelaksanaan
Analisis & Penyusunan
Rencana
SURVEI Interpretasi rencana
Konsultan Indikasi
Program
Program Arahan
Pemerintah
Pemerintah Pemerintah
B. Partisipasi Masyarakat
seminar yang matang, sehingga kesepakatan dapat dengan segera dicapai tanpa
mengurangi kebebasan stakeholders untuk mengeluarkan pendapatnya. Di antara
persoalan-persoalan yang akan muncul, pemilihan stakeholders yang akan
dilibatkan juga bukan merupakan hal yang mudah. Ada dua pilihan solusi untuk
masalah ini. Yang pertama adalah menyebarkan undangan secara terbuka melalui
media massa dan yang lainnya, dan membebaskan setiap yang berminat untuk
berurun rembug. Persoalannya kemudian adalah kesulitan mengontrol jalannya
pembahasan. Kesulitan tersebut terutama disebabkan oleh kemungkinan terlalu
banyaknya pihak yang akan datang, tetapi belum tentu berkepentingan secara
langsung. Dengan sendirinya akan sulit memperoleh suatu kesepakatan. Sedang
yang kedua adalah melalui undangan terbatas. Kesulitan solusi kedua ini adalah
dalam penentuan daftar undangan. Ada kemungkinan terjadi kesalahan
mengundang. Pihak-pihak yang diundang belum tentu mewakili stakeholders
secara keseluruhan.
Kualitas hidup manusia di planet bumi, tidak lepas dari kualitas lingkungan
hidupnya. Adanya hubungan antara manusia dengan lingkungan hidupnya
menyebabkan perubahan atas komponen lingkungan hidup. Perubahan ini
berdampak balik terhadap kehidupan manusia, baik dampak negatif maupun positif.
Manusia memiliki tanggungjawab terhadap alam dan jenis mahluk hidup lain
seperti hewan dan tumbuhan. Ada prinsip-prinsip yang secara moral mengatur
bagaimana manusia menggunakan atau mengelola sumber daya dan lingkungannya.
Etika berkaitan dengan moral dan nilai. Etika lingkungan mengkaji dan membahas
hubungan moral antara manusia dengan lingkungan hidupnya.
Universalists memandang bahwa prinsip dasar etika bersifat umum dan tidak dapat
berubah. Aturan-aturan benar atau salah tergantung pada minat, sikap, atau
pandangan kita. Relativists, aliran yang mengklaim bahwa prinsip-prinsip moral
selalu relativ berlaku untuk seseorang, masyarakat atau situasi. Dalam pandangan
ini, nilai-nilai etik selalu bersifat kontekstual. Tidak ada fakta, kecuali interpretasi
yang ada pada generasi sekarang (Friedrich, dalam Cunningham, 2003). Nihilists,
aliran yang memandang bahwa kekuatan (power) penting untuk mempertahankan
hidup, sementara menurut Utilitarians suatu aktivitas yang benar jika menghasilkan
sesuatu yang bermanfaat untuk orang banyak. Berbuat sesuatu terhadap lingkungan
untuk kemaslahatan orang banyak adalah sesuatu yang lebih baik daripada tidak
berbuat sama sekali.
Mahluk hidup lain memiliki hak untuk hidup seperti manusia. Untuk itu manusia
perlu menghargai mahluk hidup lain yang menjadi bagian dari komunitas hidup
manusia. Semua spesies (mahluk hidup) saling terkait satu sama lain, membentuk
Etika lingkungan akan berdaya guna jika muncul dalam tindakan nyata dalam
kehidupan sehari-hari. Kecintaan dan kearifan kita terhadap lingkungan menjadi
filosofi kita tentang lingkungan hidup. Apa pun pemahaman kita tentang
lingkungan hidup dan sumber daya, kita harus bersikap dan berperilaku arif dalam
kehidupan.
2. Penetapan keadaan yang harus dimiliki dan keadaan akhir yang akan dicapai
serta dampak sosial budaya yang ditimbulkan;
3. Penetapan dampak lingkungan;
4. Kesepakatan institusional untuk melaksanakan program pembangunan;
5. Penetapan cara mengatasi beban “pengoperasionalan dan pemeliharaan”
jangka panjang;
6. Penggunaan teknologi tepat guna.
bertahan dan berkembang lebih baik, serta mampu membangun kapasitas lokal
untuk memperbaiki ekonomi di masa kini hingga masa mendatang.
Tahap awal dalam pekerjaan ini adalah persiapan, dimana kegiatan persiapan ini
dilakukan beberapa kegiatan; dimulai dengan mobilisasi tim, pengumpulan
referensi yang berkaitan dengan pekerjaan termasuk menelaah keputusan, asumsi,
rencana-rencana yang berkaitan langsung dengan wilayah rencana, pembuatan
design survai, pembuatan peta dasar.
Muatan pekerjaan :
1. Rencana Umum
Rencana umum meliputi:
a. Studi Studi Kelayakan Pelebaran Jalan Hasyim Ashari;
b. Evaluasi kondisi kawasan dan rencana pengembangannya, yang bertujuan
untuk mengetahui karakter, fungsi strategis dan konteks kawasan yang
bersangkutan;
c. Studi menyesuaikan dengan RTRW Kota Tangerang;
d. Rencana Pembangunan Pelebaran Jalan;
2. Tujuan pembangunan Pelebaran Jalan disusun berdasarkan:
a. Hasil evaluasi terhadap permasalahan yang ada.
b. Kebutuhan pengembangan di masa depan.
c. pembangunan untuk Kepentingan Umum.
Kegiatan pengumpulan data dan survai ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran
nyata kondisi wilayah perencanaan, sehingga diharapkan rencana yang dihasilkan
nantinya sesuai dengan kondisi dan kebutuhan kawasan. Pengumpulan data yang
akan dilakukan dalam survai ini dibagi atas dua kelompok besar, yaitu
pengumpulan data sekunder dan pengumpulan data primer.
e. Pengumpulan data sekunder
Survai ini dimaksudkan untuk mendapatkan data dan informasi yang telah
terdokumentasikan dalam buku, laporan dan statistik yang umumnya terdapat
di instansi terkait. Di samping pengumpulan data, pada kegiatan ini dilakukan
pula wawancara atau diskusi dengan pihak instansi mengenai permasalahan-
permasalahan di tiap bidang/aspek yang menjadi kewenangannya serta
menyerap informasi mengenai kebijakan-kebijakan dan program yang sedang
dan akan dilakukan.
f. Pengumpulan data primer
Survai ini dilakukan untuk mendapatkan data terbaru/terkini langsung dari
lapangan atau obyek kajian. Pengumpulan data primer ini sendiri akan
dilakukan melalui 2 metode, yaitu metode observasi langsung ke lapangan,
metode penyebaran kuesioner atau wawancara. Penetuan penggunaan kedua
metode ini dilakukan berdasarkan jenis data yang dibutuhkan. Namun
demikian ketiganya diharapkan dapat saling menunjang pengumpulan
informasi dan fakta yang diinginkan. Survai primer yang akan dilakukan terdiri
dari 4 tipe survai, yaitu :
Tahap kompilasi data meliputi rangkaian kegiatan yaitu: Tabulasi dan Kompilasi.
Semua data dan informasi yang telah diperoleh dari hasil kegiatan pengumpulan
data dan survai kemudian di kompilasi. Pada dasarnya kegiatan kompilasi data ini
dilakukan dengan cara mentabulasi dan mengsistematisasi data-data tersebut
dengan menggunakan cara komputerisasi. Hasil dari kegiatan ini adalah
tersusunnya data dan informasi yang telah diperoleh sehingga mudah untuk
dianalisis. Hasil dari kegiatan ini adalah tersusunnya data dan informasi yang telah
diperoleh sehingga akan mempermudah pelaksanaan tahapan selanjutnya yaitu
tahap analisis. Penyusunan data itu sendiri akan dibagi atas dua bagian. Bagian
pertama adalah data dan informasi mengenai kondisi regional (kondisi makro) dan
bagian kedua adalah data dan informasi mengenai kondisi lokal wilayah
perencanaan (kondisi mikro).
Ada empat hal utama yang perlu dinilai dalam analisis ini yaitu:
1. Analisis potensi dan masalah pengembangan kawasan;
2. Analisis kajian pemanfaatan ruang ;
3. Analisis kajian daya dukung dan daya tampung Lokasi Pengadaan Lahan;
4. Analisis sinkronisasi program pembangunan dan dokumen rencana tata ruang
terkait dengan Lokasi.
Keadaan masa sekarang yang terjadi adalah sebagai akibat dari perkembangan dan
kecenderungan yang terjadi pada masa lalu, dengan demikian perlu diketahui
bagaimana kemungkinan-kemungkinan terjadinya kecenderungan - kecenderungan
keadaan di masa yang akan datang berdasarkan pengalaman - pengalaman di masa
lalu. Hasil-hasil yang terjadi pada masa lalu itulah yang dijadikan input utama
pendekatan dalam memproyeksikan perkembangan di masa mendatang seperti
Pilihan lokasi untuk pusat logistik adalah salah satu keputusan manajemen yang
paling penting. Akibatnya, sejumlah besar penelitian telah dikhususkan untuk
pengembangan model matematika untuk menentukan lokasi pusat logistik (Sun et
al.,2008). Lokasi pusat logistik merupakan elemen kunci dalam meningkatkan
efisiensi sistem transportasi angkutan perkotaan dan menginisialisasi kecukupan
dari kegiatan rantai pasokan relatif. Dengan demikian, lokasi pusat logistik harus
dipilih dengan hati-hati. Semua faktor yang mempengaruhi untuk penentuan lokasi
harus dipertimbangkan dan direncanakan dengan baik, oleh karena itu, pemerintah
harus mempertimbangkan pentingnya topik ini dengan setiap keputusan yang
diberikan dalam hal implikasi ekonomi, sosial dan lingkungan yang kuat sebelum
mengumumkan suatu daerah sebagai pusat logistik (Kayikci, 2010).
Van Thai dan Grewal (2005) berpendapat bahwa sebuah kerangka kerja konseptual
seleksi lokasi untuk pusat logistik dapat dilakukan dengan melalui tiga tahap utama.
Pada tahap pertama, area geografis umum untuk pusat logistik diidentifikasi
berdasarkan The Centre of Gravity Principle, dengan mempertimbangkan faktor-
faktor sosial ekonomi. Tahap kedua dari proses seleksi melibatkan identifikasi
lokasi alternatif yang akan digunakan untuk arus lalu lintas kargo dalam suatu
wilayah geografis. Tahap ketiga berfokus pada pemilihan lokasi terbaik di antara
alternatif lokasi sebagai pusat logistik berdasarkan pendekatan kuantitatif.
Proses dalam pengambilan keputusan sendiri saat ini telah menjadi sebuah ilmu
matematika (Greco et al., 2005). Metode pengambilan keputusan multi kriteria,
juga dikenal sebagai Multi-Criteria DecisionMaking (MCDM), sangat penting
dalam proses pengambilan keputusan. Analytical Hierarchy Process (AHP)
merupakan salah satu metode MCDM yang paling umum digunakan sebagai alat
manajemen di beberapa sektor industri, seperti rantai pasokan, logistik dan juga
pendidikan, dengan tujuan menilai strategi dan kinerja (Tramarico et al., 2015).
Metode AHP dikembangkan awal tahun 1970-an oleh Thomas L. Saaty, seorang
ahli matematika dari Universitas Pittsburg. Metode AHP memiliki suatu spesifikasi
tersendiri dalam memunculkan data dari satu atau banyak ahli dengan
menggunakan skala rasio berpasangan, mengatur struktur hierarkis perbandingan
dengan kriteria dan sub-kriteria antara alternatif, menemukan vektor prioritas dalam
setiap kelompok item yang dibandingkan, dan menyusun preferensi lokal dengan
dukungan subkriteria dan kriteria dari semua tingkat hierarki untuk mendapatkan
prioritas global di antara semua alternatif (Lipovetsky, 2009).
Kriteria yang digunakan dalam penelitian ini bersala dari sintesa tinjauan
pustaka. Setelah didapat kriteria tersebut, maka akan disusun hirarki dari
masing-masing kriteria.
3. Penyebaran Kuisioner
Penyebaran kuisioner yang berisi perbandingan variabel kuisioner terdiri dari
dua level pertanyaan, yaitu level pertama merupakan perbandingan
kepentingan variabel, level kedua merupakan perbandingan kepentingan antar
sub variabel. Hal tersebut menggunakan skala pembobotan dengan
mengkuantitatifkan pendapat atau persepsi seseorang.
Menurut Saaty (2008), penelitian dengan metode AHP ini tidak membutuhkan
jumlah sampel besar tapi cukup orang-orang kunci (key person) yang mempunyai
peranan dan mengetahui dengan baik tentang bidang yang jadi objek penelitian.
Dalam penelitian ini digunakan Metode AHP untuk mengembangkan hierarki
pemilihan lokasi penelitian terbaik berdasarkan pengetahuan dan pengalaman
beberapa orang ahli di lapangan. AHP sangat efektif dalam mengkuantifikasikan
pengetahuan kualitatif dengan mengukur dimensi intangible. Hal ini penting karena
dimensi intangible, yang dapat diukur hanya dengan penelitian kualitatif, tidak
dapat langsung diukur menggunakan skala absolut.
Faisol et al. (2014) menyatakan bahwa terdapat beberapa prinsip yang harus
dipahami dalam menyelesaikan persoalan dengan AHP, diantaranya adalah: (a)
Decomposition, yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur-unsurnya
sehingga didapatkan beberapa tingkatan dari persoalan tadi, (b) Comparative
Judgment, yaitu membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua elemen pada
suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat di atasnya. Hasil dari
penilaian ini disajikan dalam bentuk matriks yang dinamakan matrix pairwise
comparison. Proses pembanding dapat dikemukakan dengan penyusunan skala
variabel seperti pada Tabel
(c) Synthesis of Priority, yaitu mencari nilai eigen vektor untuk mendapatkan local
priority, (d) Logical Consistency, yaitu menentukan tingkat konsistensi dari hasil
penilaian.
Proses AHP dapat diringkas dalam empat langkah utama (Tugba Turgut et al.,
2011):
• Langkah 1 : Definisikan masalah dan penentuan tujuannya. Pada
langkah ini, pengambil keputusan menentukan kriteria
evaluasi dan alternatif.
• Langkah 2 : Pembentukan setiap faktor untuk matriks perbandingan
berpasangan. Pada langkah ini, unsur-unsur nilai
perbandingan berpasangan ditentukan (oleh para ahli,
Hasil perbandingan dari masing-masing elemen akan berupa angka dari 1 sampai 9
yang menunjukkan perbandingan tingkat kepentingan suatu elemen. Apabila suatu
elemen dalam matriks dibandingkan dengan dirinya sendiri maka hasil
perbandingan diberi nilai 1. Skala 9 telah terbukti dapat diterima dan bisa
membedakan intensitas antar elemen. Hasil perbandingan tersebut diisikan pada sel
yang bersesuaian dengan elemen yang dibandingkan. Jika untuk aktivitas i
mendapat satu angka dibanding dengan aktivitas j, maka j mempunyai nilai
kebalikannya dibanding dengan i.
Skala
Kriteria Kriteria
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Aspek 1 Aspek 2
Aspek 1 Aspek 2
Aspek 1 Aspek 3
Aspek 2 Aspek 3
Aspek 2 Aspek 4
Aspek 3 Aspek 4
Sumber : Hasil Kesepakatan Konsep
Skala
Lokasi Lokasi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Aspek 1
Lokasi 1 Lokasi 2
Lokasi 1 Lokasi 3
Lokasi 2 Lokasi 3
Aspek 2
Lokasi 1 Lokasi 2
Lokasi 1 Lokasi 3
Lokasi 2 Lokasi 3
Aspek 3
Skala
Lokasi Lokasi
9 8 7 6 5 4 3 2 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Lokasi 1 Lokasi 2
Lokasi 1 Lokasi 2
Lokasi 2 Lokasi 3
Aspek 4
Lokasi 1 Lokasi 2
Lokasi 1 Lokasi 3
Lokasi 2 Lokasi 3
Sumber : Hasil Kesepakatan Konsep
No. 1 2 3 4 5
1 1 1,00 1,00 1,00 2,00 6,00
2 1,00 1 1,00 1,00 2,00 6,00
3 1,00 1,00 1 0,11 0,11 3,22
4 1,00 1,00 9,00 1 0,11 12,11
5 0,50 0,50 9,00 9,00 1 20,00
4,50 4,50 21,00 12,11 5,22
1 2 3 4 5
1 0,22 0,22 0,05 0,08 0,38 0,9576
2 0,22 0,22 0,05 0,08 0,38 0,9576
3 0,22 0,22 0,05 0,01 0,02 0,5225
4 0,22 0,22 0,43 0,08 0,02 0,9769
5 0,11 0,11 0,43 0,74 0,19 1,5854
5,0000
Jumlah Vektor
No. Aspek
Normalisasi Prioritas
1 Aspek 1 0,96 0,1915
2 Aspek 2 0,96 0,1915
3 Aspek 3 0,52 0,1045
4 Aspek 4 0,98 0,1954
5 Aspek 5 1,59 0,3171
1,0000
1 2 3 4 5
1 0,191522 0,191522 0,104503 0,195372 0,634161
2 0,191522 0,191522 0,104503 0,195372 0,634161
3 0,191522 0,191522 0,104503 0,021708 0,035231
4 0,191522 0,191522 0,940526 0,195372 0,035231
5 0,095761 0,095761 0,940526 1,75835 0,31708
Dari hasil ninai eigen dapat diperoleh nilai Nmax yang merupakan total nilai eigen
dibagi dengan vektor prioritas dari kriteria.
Setelah mendapatkan nilai Nmax maka dapat diperoleh nilai Ci (indeks konsistensi)
dengan rumus =(Nilai Eigen maksimum-total jumlah normalisasi)/( total jumlah
normalisasi -1).
Jika nilai CR (Rasio Konsistensi) kurang dari atau sama dengan 0,1 (CR≤0,1) maka
jawaban kuesioner dianggap konsisten.
Tahapan dari analisa ini adalah analisa pembobotan dan analisa Overlay
1. Analisa Pembobotan Kriteria
Tahapan pertama dari analisa penentuan lokasi industri ini adalah menentukan
lokasi yang sesuai dengan kriteria lokasi. Adapun alat analisa yang digunakan
adalah pembobotan. Kriteria-kriteia yang digunakan merupakan kriteria hasil
dari analisa sebelumnya (AHP) Penilaian bobot dilakukan dengan indikator
masingmasing kriteria yang ditetapkan berdasarkan studi literature dan kondisi
eksisting wilayah. Pembuatan indicator bertujuan untuk memperjelas
justifikasi memenuhi atau tidaknya suatu alternatif lokasi terhadap kriteria.
2. Analisa Weighted Overlay
Analisa ini digunakan sebagai kelanjutan dari pembobotan dari tiap-tiap
kriteria. SIG adalah sistem yang berbasiskan komputer yang digunakan untuk
Dalam penelitian ini, analisa data dilakukan dengan menggunakan alat (tools) SIG
dalam bentuk analisa tumpang-susun (overlay). Overlay adalah teknik analisis
spasial dengan melakukan tumpang tindih pada peta-peta tematik untuk
menghasilkan tujuan atau peta yang diharapkan. Data yang diperlukan dalam
penggunaan analisa Overlay ini data yang spasial, maka hasil dari pembobotan yang
telah dilakukan harus dispasialkan yaitu dengan didigit (dibuat) atau diraster di
software autoCAD yang kemudian hasilnya akan dianalisis dalam analisa spasial
(overlay) menggunakan software Arc GIS. Dalam software Arc GIS terdapat
fasilitas menu tambahan berupa Model Builder yang memudahkan dalam proses
overlay melalui model atau bentuk yang diinginkan, sehingga terlihat (terbentuk)
daerah-daerah (berupa peta) yang dapat dijadikan sebagai kawasan alternatif lokasi
industri pengolah sampah Dalam model builder terdapat 2 tekik analisa overlay,
yaitu arithmetic overlay dan weighted overlay. Weighted overlay berdasarkan
pembobotan. Arithmetic overlay digunakan untuk menambah, mengurangi,
mengali, atau membagi faktor-faktor dalam area geografis. Hasil akhir dari analisa
ini adalah diketahuinya lokasi yang dapat digunakan sebagai trase pelebaran jalan.
Analisis ini diperlukan untuk mengetahui pola, luas dan persebaran penggunaan
lahan yang ada di wilayah kajian serta kecendrungan perkembangan penggunaan
lahan di masa yang akan datang. Analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui
pengusaan, peruntukan, pemanfaatan dan penggunaan lahan/tanah dalam rangka
mengendalikan pemanfaatan Ruang .
1. Analisis sistem penggunaan lahan dilakukan untuk mendetailkan pola ruang
dari RTRW Kabupaten/Kota alternatif trase pelebaran jalan.
2. Analisis sistem penggunaan lahan didasarkan pada kondisi fisik kawasan
perencanaan, kondisi eksisting, status lahan, dan kerentanan terhadap risiko
bencana.
3. Analisis sistem penggunaan lahan tersebut meliputi:
a. analisis simpangan antara pola ruang RTRW dan kondisi eksisting
b. analisis tutupan lahan dan run-off yang ditimbulkan
c. analisis kepemilikan tanah
4. Analisis ini digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan
rencana pola ruang.
Secara lebih rinci analisis penggunaan lahan dimaksudkan untuk melakukan kajian-
kajian terhadap:
1. Faktor-faktor yang mempengaruhi alokasi pemanfaatan/penggunaan
lahan/tanah, distribusi penggunaan lahan serta interest/ kecenderungan swasta
dan masyarakat dalam penguasaan/ pemilikan/ penggunaan lahan, baik karena
pengaruh aspek fisik/ lokasi, ekonomi, harga tanah, aksesibilitas, keunggulan
kompetitif, keunggulan komparatif, keterkaitan sosial maupun aspek lainnya.
2. Bentuk-bentuk penguasaan, pemanfaatan dan penggunaan lahan yang
dilakukan masyarakat dan swasta.
3. Bentuk-bentuk intervensi pemerintah dalam rangka pengendalian pemanfaatan
baik berupa insentif misalnya berupa rangsangan pemerintah kepada swasta
untuk menanamkan modal, maupun bentuk disinsentif misalnya berupa
penguasaan/ pengaturan yang dilakukan pemerintah antara lain larangan,
pengenaan pajak yang tinggi, perijinan bersyarat, dan sebagainya.
biasa dikenal dengan nama SIG (Sistem Informasi Geografis). Substansi materi GIS
yang akan mengawali pekerjaan ini merupakan salah satu bentuk system informasi
yang mengelola data dan menghasilkan informasi yang beraspek spasial,
bergeoferensi dan berbasisi komputer dengan kemampuan memasukan, menyusun,
memanipulasi dan menganalisis data serta menampilkan sebagai suatu informasi.
Setiap feature (titik, garis dan polygon) disimpan dalam angka koordinat X, Y dan
untuk konsep layernya disimpan dalam bentuk coverage. Secara umum dijelaskan
sebagai berikut: Setiap layer pada GIS dalam bentuk coverage terdiri dari feature
geografi yang dihubungkan secara topologi dan berkaitan dengan data atribut,
sebagaimana dapat terlihat pada gambar berikut.
Integrasi informasi
Model data raster : spasial dan non-
Pixels spasial (atribut)
Foto udara, scanned
image, citra satelit
Kondisi Alam
Secara umum analisis fisik/lingkungan dan SDA ini, memiliki keluaran sebagai
berikut:
1. gambaran daya dukung lingkungan fisik dalam menampung kegiatan yang ada
maupun yang akan dikembangkan sampai pelebaran jalan sudah beroperasi ;
2. gambaran daya dukung maksimum (daya tampung) ruang/lingkungan hidup
dalam menampung kegiatan pemanfaatan pelebaran jalan;
3. gambaran kesesuaian lahan untuk pemanfaatan ruang di masa datang
berdasarkan kondisi fisik/lingkungannya;
4. gambaran potensi dan hambatan pembangunan keruangan dari aspek fisik; dan
5. gambaran alternatif-alternatif upaya mengatasi hambatan fisik/lingkungan
yang ada di lokasi kajian.
Keluaran analisis fisik atau lingkungan ini digunakan sebagai bahan dalam sintesa
analisis holistik dalam melihat potensi, masalah, peluang penataan ruang lokasi
industri pengolahan.
Analisis sumber daya alam dan fisik/lingkungan wilayah yang perlu dilakukan
mencakup beberapa analisis berikut:
1. Analisis sumber daya air
Dilakukan untuk memahami bentuk dan pola kewenangan, pola pemanfaatan,
dan pola kerjasama pemanfaatan sumber daya air yang ada dan yang sebaiknya
dikembangkan lokasi industri pengolahan. Khususnya terhadap sumber air
baku serta air permukaan (sungai dan/atau danau)yang mengalir dalam lokasi
industri pengolahan yang memiliki potensi untuk mendukung pengembangan
dan/atau memiliki kesesuaian untuk dikembangkan bagi kegiatan tertentu yang
sangat membutuhkan sumber daya air. Analisis ini menjadi dasar dalam
menetapkan kebijakan yang mengatur sumber sumber air tersebut.
2. Analisis sumber daya tanah
Untuk mengetahui bagaimana daya dukung fisik dan lingkungan pada wilayah
kajian, yang meliputi wilayah potensi pengembangan, wilayah kendala dan wilayah
limitasi. Analisis terhadap kondisi fisik kawasan merupakan salah satu faktor yan
penting dalam mendukung pengembangan suatu kawasan. Kondisi fisik dapat
dikelompokkan menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Fisik dengan limitasi pengembangan; suatu kondisi fisik yang tidak dapat
dikembangkan untuk suatu kegiatan.
Untuk mendapatkan kondisi fisik di atas, maka analisis yang perlu dilakukan adalah
analisis superimpose (overlay) dari beberapa kondisi fisik, yaitu:
1. Kondisi topografi;
2. Kondisi geologi;
3. Kondisi hidrologi;
4. Kondisi hidrogeologi;
5. Kondisi jenis tanah;
6. dan lain-lain.
Dalam analisis tiap kondisi fisik ini juga diperlukan kriteria-kritera serta berbagai
pertimbangan untuk mendapatkan hasil kondisi fisik yan sebenarnya. Faktor yang
penting dalam analisis kondisi fisik ini adalah untuk mendapatkan daerah rawan
bencana (tanah longsor, gempa bumi, banjir dll). Dengan diketahui daerah rawan
Kemampuan lahan dari morfologi tinggi berarti kondisi morfologis suatu wilayah
kompleks. Morfologi kompleks berarti bentang alamnya berupa gunung,
pegunungan dan bergelombang. Akibatnya, kemampuan pengembangannya sangat
rendah sehingga sulit dan tidak layak untuk dikembangkan. Lahan seperti ini
sebaiknya direkomendasikan sebagai wilayah lindung, atau budidaya yang tidak
berkaitan dengan manusia, contohnya untuk wisata alam. Morfologi tinggi tidak
bisa dimanfaatkan untuk aktivitas ladang dan sawah. Sebaliknya lahan dengan
morfologi rendah berarti kondisi morfologis tidak kompleks. Ini berarti tanahnya
datar dan mudah dikembangkan sebagai tempat permukiman dan budidaya.
Kestabilan lereng artinya wilayah tersebut dapat dikatakan stabil atau tidak kondisi
lahannya dengan melihat kemiringan lereng di lahan tersebut. Bila suatu kawasan
disebut kestabilan lerengnya rendah, maka kondisi wilayahnya tidak stabil. Tidak
stabil artinya mudah longsor, mudah bergerak yang artinya tidak aman
dikembangkan untuk bangunan atau permukiman dan budidaya. Kawasan ini bisa
digunakan untuk hutan, perkebunan dan resapan air. Sebenarnya, satu Satuan
Kemampuan Lahan saja tidak bisa menentukan peruntukan lahan apakah itu untuk
pertanian, permukiman, dll. Peruntukan lahan didapatkan setelah semua SKL
ditampalkan (overlay) lagi.
C. Kestabilan Pondasi
Dalam mencapai sasaran yang diinginkan sehingga menghasilkan suatu hasil yang
baik maka diperlukan data-data pendukung sehingga menjadi sesuatu yang baik,
yaitu Peta Kestabilan Lereng, Peta Geologi, Peta Geologi Permukaan, Karakteristik
Air Tanah Dangkal, Penggunaan Lahan yang ada saat ini, Setelah data-data tersebut
di lakukan analisis makan akan menghsilkan Peta Satuan Kemampuan Lahan
Kestabilan Pondasi dan Deskripsi masing-masing tingkatan kestabilan pondasi
yang memuat juga perkiraan jenis pondasi untuk masing-masing tingkatan
kestabilan pondasi.
Kestabilan pondasi artinya kondisi lahan yang mendukung stabil atau tidaknya
suatu bangunan atau kawasan terbangun. Kestabilan pondasi tinggi berarti wilayah
tersebut akan stabil untuk pondasi apapun atau untuk segala jenis pondasi.
Kestabilan pondasi kurang berarti wilayah tersebut kurang stabil untuk berbagai
bangunan, namun mungkin untuk jenis pondasi tertentu, bisa lebih stabil, seperti
pondasi cakar ayam. Sedangkan kestabilan pondasi rendah berarti wilayah tersebut
kurang stabil untuk berbagai bangunan.
tingkatan. Untuk mencapai tujuan analisis SKL Ketersediaan Air ini sasaran yang
digunakan adalah:
1. Mengetahui kapasitas air untuk pengembangan jalan,
2. Mengetahui sumber-sumber air yang bisa dimanfaatkan untuk keperluan
pengembangan kawasan, dengan tidak mengganggu keseimbangan tata air,
3. Memperoleh gambaran penyediaan air untuk tiap tingkatan ketersediaan air,
dan pengolahan secara umum untuk air dengan mutu kurang memenuhi
persyaratan kesehatan.
Dalam mencapai sasaran yang diinginkan sehingga menghasilkan suatu hasil yang
baik maka diperlukan data-data pendukung sehingga menjadi sesuatu yang baik,
yaitu Peta Morfologi, Peta Jenis Tanah, Peta Curah Hujan, Peta Sebaran Mata Air
dan Peta Air Tanah Dangkal.
E. Kondisi Drainase
Drainase berkaitan dengan aliran air, serta mudah tidaknya air mengalir. Drainase
tinggi artinya aliran air mudah mengalir atau mengalir lancar. Drainase rendah
berarti aliran air sulit dan mudah tergenang.
Erosi berarti mudah atau tidaknya lapisan tanah terbawa air atau angin. Erosi tinggi
berarti lapisan tanah mudah terkelupas dan terbawa oleh angin dan air. Erosi rendah
berarti lapisan tanah sedikit terbawa oleh angin dan air. Tidak ada erosi berarti tidak
ada pengelupasan lapisan tanah. Perlu diperhatikan bahwa SKL Terhadap Erosi ini
seringkali berlawanan dengan SKL Untuk Drainase, namun demikian tidak berarti
berlaku umum dengan menganggap SKL Terhadap Erosi ini adalah kebalikan dari
SKL Untuk Drainase, dan tidak berarti pula pada waktu di-superimpose-kan akan
saling menghilangkan, karena kedua SKL ini berbeda bobotnya dalam suatu
wilayah dan/atau kawasan.
G. Pembuangan Limbah
tersebut pada daerah hilirnya. Hal ini tentunya memerlukan ketajaman analisis
menurut kondisi hidrologi dan geologinya.
2. Jenis limbah yang akan ditempatkan juga harus diperhitungkan untuk
menghindari bahan berbahaya dan beracun (B3), karena jenis limbah ini
memerlukan lokasi pembuangan khusus.
3. Penggunaan lahan yang ada saat ini, terutama permukiman dan prasarana kota
lainnya hendaknya jauh dari daerah yang diusulkan, mengingat berbagai
kesulitan yang mungkin timbul akibat penampungan tersebut.
H. Bencana Alam
SKL bencana alam merupakan pertampalan (overlay) dari lima peta bencana alam,
yaitu :
1. Rawan gunung berapi dan aliran lava;
2. Kawasan rawan gempa bumi dan kawasan zona patahan/sesar;
3. Kawasan rawan longsor dan gerakan tanah;
4. Kawasan rawan gelombang pasang dan abrasi pantai;
5. Kawasan rawan banjir.
Jadi, morfologi gunung dan perbukitan dinilai tinggi pada peta rawan bencana
gunung api dan longsor. Sedangkan lereng datar yang dialiri sungai dinilai tinggi
pada rawan bencana banjir.
Pola penggunaan ruang maksudnya adalah segala macam jenis penggunaan ruang
yang dimanfaatkan oleh manusia, yang sesuai dengan kondisi dan jenis
penggunaannya, terutama ditekankan pada karakteristik binaan yang telah ada atau
telah dibangun. Dalam pembahasan ini, akan di analisis mengenai penggunaan
lahan kota, dan kecenderungan fisik kota.
kawasan terbangun, kemiringan lahan yang cukup rendah (datar), ketersediaan air
bersih dan ketersediaan fasilitas kota serta prasarana jalan. Luas Lahan untuk
menampung perkembangan Kota adalah luas lahan potensial dikurangi dengan luas
lahan terbangun (mencakup kawasan perumahan, jasa, fasilitas sosial dan umum,
industri, perusahaan serta jaringan jalan).
lebih rendah yang didukung oleh jaringan transportasi berfungsi kolektor dan lokal,
sehingga secara keseluruhan terbentuk sistem pusat-pusat dan sistem jaringan
transportasi yang diharapkan mampu menggerakkan perkembangan kawasan.
Secara menyeluruh, pola keterkaitan ruang antar bagian kawasan yang diwakili
pusat-pusat membentuk kecenderungan struktur ruang kawasan pada masa
mendatang. Untuk mencapai struktur ruang wilayah yang dituju, maka arahan
pengembangan pusat-pusat di kawasan perencanaan seyogyanya
mempertimbangkan:
1. Kecenderungan pertumbuhan pusat-pusat yang ada di daerah menurut aspek
demografis, kegiatan ekonomi, kegiatan sosial, dan pertahanan-keamanan.
2. Kecenderungan keterkaitan ruang.
3. Kebijakan Pemerintah Daerah atas peran dan fungsi kawasan.
Analisis ini akan digunakan sebagai bahan masukan dalam i bagian dari wilayah
kota yang diprioritaskan penangannya di dalam penentuan lokasi dan
operasionalisasi
A. Analisis Kependudukan
Ada 3 (tiga) model analisis proyeksi penduduk yang digunakan yaitu Model Bunga
Berganda, Model Regresi Linier dan Model Eksponensial yang mana selanjutnya
ketiga model analisis tersebut akan dihitung nilai korelasi dan standar daviasi,
sehingga diperoleh 1 (satu) model analisis proyeksi penduduk yang sesuai dengan
perkembangan penduduk wilayah perencanaan
1. Metode Bunga Berganda
Pn= P ( 1 + R )n ........................................................................................... 4-1
Dimana :
Pn = Jumlah penduduk di daerah yang diselidiki pada tahun n
P = Jumlah penduduk di daerah yang diselidiki pada tahun dasar
R = Tingkat (prosentase) pertambahan penduduk rata-rata setiap tahun
(diperoleh dari data masa lalu)
2. Model Analisis Regresi Linier
PT = a + bx .................................................................................................... 4-2
Dimana:
PT = Jumlah penduduk daerah yang diselidiki pada tahun t
X = Nilai yang diambil dari variabel (a,b)
a = ƩP ƩX2 - ƩP ƩXP
N ƩX2 - (ƩX)2
b = N ƩXP - ƩP ƩXP
N ƩX2 - (ƩX)2
3. Model Analisis Eksponensial
𝑃𝑛 = 𝑃𝜊 + 𝐾𝑎𝑋 ........................................................................................... 4-3
𝐾𝑎 = 𝑃𝑜−𝑃𝑡
𝑇
.................................................................................................... 4-4
Dimana :
Pn = jumlah penduduk pada n tahun mendatang
Po = jumlah penduduk pada akhir tahun data
Pt = jumlah penduduk pada awal tahun data
X = selang waktu ( tahun dari tahun n – tahun terakhir )
t = jumlah data dikurangi 1
Ka = pertumbuhan rata-rata penduduk
4. Nilai Korelasi
𝑛.(Σ𝑋𝑖.𝑌𝑖)−(Σ𝑌𝑖)(Σ𝑋𝑖)
𝑟= ............................................................. 4-5
√[𝑛.(Σ𝑋𝑖 2 )−(Σ𝑋𝑖)2.(𝑛(Σ𝑌𝑖 2 )−(Σ𝑌𝑖)2 )]
Dimana:
Mi = Migrasi daerah i ke daerah j
Pij = Penduduk daerah i ke daerah j
F (Zj) = Beberapa fungsi Zj, dan Zj ukuran daya tarik daerah
7. Model Prediktif
Metode proyeksi penduduk dilakukan dengan menggunakan formula kondisi
keadaan sekarang dengan kondisi yang akan terjadi pada masa yang akan
datang dengan mengolah, mengkaji dan menganalisis faktor-faktor yang
dominan pada waktu keadaan tertentu.
8. Metoda dan Model Pergerakan Penduduk
Untuk mendapatkan gambaran mengenai pola dan intensitas pergerakan.
Metoda analisa yang digunakan adalah model analisa grafitasi, yaitu sebagai
berikut :
𝐷𝑖𝐷𝑗
𝐺𝑖𝑗 = 𝐾 𝑑𝑖𝑗𝑥 ................................................................................................. 4-8
Dimana :
Gi j = Besaran pergeseran relatif
K = Konstanta grafitasi
Di = Dimensi aktivitas Zone I
Dj = Dimensi aktivitas zone j
Dij = jarak antara i – j
x = Konstanta jarak
Dimana :
TQ = waktu tempuh pada saat arus
T0 = waktu tempuh pada saat arus = 0
Q = arus lalu lintas
C = kapasitas
a = indeks tingkat pelayanan
4. Metode Skalogram
Digunakan untuk menentukan fasilitas, yang selanjutnya merupakan masukan
bagi penentuan hirarki zona-zona berdasarkan kesediaan fasilitas.
5. Metode Sentralistis
4.3 KELUARAN
Keluaran yang dihasilkan oleh kegiatan ini adalah terlaksananya Studi Kelayakan
Pelebaran Jalan Hasyim Ashari pada Pekerjaan Perencanaan Studi Kelayakan dan
DPPT Pelebaran Jalan Hasyim Ashari yang tersusun dalam laporan dan berisi :
1. Penajaman proposal dan rekomendasi alinyemen yang cocok serta standar-
standar yang akan digunakan,
A Persiapan Awal
Pada kegiatan ini, Team Leader bersama seluruh tenaga ahli akan merumuskan dan
memantapkan kembali metodologi pelaksanaan pekerjaan, serta merumuskan
rencana kerja yang menekankan pada langkah-langkah, waktu, penugasan dan
produk yang dihasilkan pada setiap langkah yang ditempuh.
Perumusan rencana kerja ini dilakukan dengan pembahasan kerangka acuan kerja
(KAK) pekerjaan guna mendapatkan kesepemahaman dan arahan pelaksanaan
pekerjaan secara menyeluruh, pendistribusian tugas, dan brainstorming terkait
dengan teknis dan materi pekerjaan mendapatkan pemahaman yang komprehensif
terkait substansi materi pekerjaan.
Pada tahapan ini, Team Leader bersama seluruh tenaga ahli akan merumuskan dan
memantapkan kembali metodologi pelaksanaan pekerjaan, serta merumuskan
rencana kerja yang menekankan pada langkah-langkah, waktu, penugasan dan
produk yang dihasilkan pada setiap langkah yang ditempuh.
Pada tahap ini, program kerja yang dilakukan oleh pihak penyedia jasa konsultansi
adalah sebagai berikut:
• Penyedia jasa konsultansi (team leader bersama seluruh tenaga ahli) melakukan
kajian literatur dan kebijakan terkait dengan indikator pembangunan daerah.
Kajian ini ditujukan untuk memantapkan pemahaman dan wawasan Tenaga
Ahli, serta mereview kembali perkembangan terbaru mengenai kebijakan
(regulasi) yang akan dijadikan rujukan dalam pelaksanaan pekerjaan.
Pada tahap ini, program kerja yang dilakukan oleh pihak penyedia jasa konsultansi
adalah sebagai berikut :
6. Analisis Data/Informasi
Pihak penyedia jasa konsultansi (team leader dan tenaga ahli) melaksanakan
analisis data/informasi berdasarakan hasil pengumpulan data/informasi.
7. Analisis Perumusan
Pada tahap ini, program kerja yang dilakukan oleh pihak penyedia jasa
konsultansi adalah merumuskan dengan metode yang sesuai dengan
kesepakatan berdasarkan tahapan-tahapan perumusan.
8. Penyusunan Laporan Antara
Pada tahap ini, program kerja yang dilakukan oleh pihak penyedia jasa
konsultansi adalah Pihak penyedia jasa konsultansi (team leader dan tenaga
ahli) menyusun Laporan Antara berdasarkan hasil analisis data/informasi dan
analisis perumusan.
Sebagaimana tertuang dalam KAK, dimana jangka waktu yang diperlukan dalam
pelaksanaan pekerjaan Studi Kelayakan Dan DPPT Pelebaran Jalan Hasyim Ashari
adalah 90 (sembilan puluh) hari, sebagaimana tertuang dalam KAK : “Penyusunan
Studi Kelayakan Dan DPPT Pelebaran Jalan Hasyim Ashari.
Oleh karena itu, sesuai dengan metodologi, lingkup kegiatan, serta jangka waktu
pelaksanaan penyusunan Studi Kelayakan Dan DPPT Pelebaran Jalan Hasyim
Ashari , maka Penyedia Jasa menyusun suatu rencana kerja berupa jadwal
pelaksanaan pekerjaan yang berisikan tahapan-tahapan kegiatan yang akan
dilaksanakan dalam menyelesaikan pekerjaan ini. Jadwal tersebut adalah
sebagaimana yang dilampirkan berikut:
Bulan Ke
No Uraian kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
I TAHAP PERSIAPAN
a. Kajian Awal, Desk Study, dan Studi Literatur
b. Pemantapan Metodologi
c. Koordinasi dan Konsultasi dengan Tim
Teknis
d. Identifikasi Awal Kebutuhan Data
e. Mobilisasi Personil
II TAHAP PELAKSANAAN
b. Pengumpulan Data awal
c. Pengumpulan Data Primer & Data Sekunder
d. Diskusi dan Konsultasi
e. Kompilasi Data
III TAHAP ANALISA
a. Analisisis Data Studi Kelayakan
b. Analsisis Perencanaan Pengadaan Lahan
IV TAHAP PENYUSUNAN
a. Penyusunan Laporan Pendahuluan
b. Penyusunan Laporan Antara
c. Penyusunan Laporan Akhir
V TAHAP PELAPORAN
a. Pembahasan Laporan :
1. Laporan Pendahuluan
2. Laporan Antara
3 Laporan Akhir
b. Penyerahan Laporan :
1. Laporan Rencana Mutu Kontrak
Bulan Ke
No Uraian kegiatan Bulan 1 Bulan 2 Bulan 3
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
2. Laporan Pendahuluan
3. Laporan Bulanan
4. Laporan Antara/Materi Teknis
5. Laporan Akhir (Laporan Studi Kelayanan
dan DPPT) dan Estimasi Biaya
6. Laporan Data Ukur Survei Lapangan
7. Gambar Studi Kelayakan
6. Gambar DPPT (A3 kertas Foto)
PENGGUNA ANGGARAN
TEAM LEADER
KONSULTAN