LAMPIRAN
PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA NOMOR 32 TAHUN 2021
TENTANG
RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN AGROEKOWISATA
KECAMATAN HULU PALIK KABUPATEN BENGKULU UTARA
TAHUN 2021-2025
LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI BENGKULU UTARA
NOMOR 32 TAHUN 2021
TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN KAWASAN
PERDESAAN AGROEKOWISATA KECAMATAN
HULU PALIK KABUPATEN BENGKULU UTARA
TAHUN 2021-2025
2.1 PENDEKATAN
Pembangunan Kawasan Perdesaan menjadi salah satu fokus
pembangunan Nasional yang tertuang dalam RPJMN 2020-2024
Pembangunan untuk wilayah Sumatera tahun 2020-2024 diarahkan untuk
menjadi salah satu lumbung pangan nasional dan komoditas pertanian
bernilai ekonomis tinggi, dan sekaligus memantapkan hilirisasi pertanian,
perkebunan, perikanan, dan peternakan dengan industri pengolahan
berbasis sumber daya lokal. Prioritas pembangunan Wilayah Sumatera
tahun 2020-2024 akan mengutamakan pemerataan, pertumbuhan,
pelaksanaan otonomi daerah, penguatan konektivitas, serta mitigasi dan
pengurangan risiko bencana
Adapun pembangunan kawasan perdesaan ditujukan untuk
memperluas dan mendiversifikasikan kegiatan ekonomi masyarakat desa,
mendorong terjadinya industrialisasi perdesaan berbasis usaha mikro,
kecil, menengah dan koperasi, serta mengembangkan kegiatan pengolahan
Sumber Daya Alam (SDA) yang berkelanjutan oleh masyarakat desa
berbasis ketahanan sosial-ekonomi dan ekologi perdesaan. Oleh karena itu,
kebijakan pembangunan perdesaan tahun 2020-2024 dilakukan dengan
strategi sebagai berikut:
1. Perwujudan konektivitas antara kota sedang dan kota kecil.
a. Mempercepat pembangunan sistem,
prasarana transportasi yang
terintegrasi antara laut, darat, dan udara untuk memperlancar arus
barang, jasa, penduduk, dan modal;
b. Menerapkan teknologi informasi dan komunikasi untuk memfasilitasi
perdagangan dan pertukaran informasi antar wilayah; dan
c. Mempercepat pemenuhan suplai energi untuk memenuhi kebutuhan
domestik dan industri.
2. Perwujudan keterkaitan antara kegiatan ekonomi hulu dan hilir desa-
kota melalui pengembangan klaster khususnya agropolitan,
minapolitan, pariwisata, dan transmigrasi.
a. Meningkatkan hasil pertanian dan perikanan, serta mengembangkan
industri pengolahannya yang berbasis koperasi dan usaha kecil dan
menengah.
b. Menyediakan sarana dan prasarana yang menunjang kegiatan
agribisnis di sektor pertanian dan perikanan/kelautan serta
pengembangan kawasan pariwisata
dapat dibantu oleh pihak ketiga (pasal 5 ayat 2), dan harus memiliki
gagasan kawasan perdesaan sesuai pasal 3 ayat 1. Kawasan yang
diusulkan disepakati oleh Kepala Desa yang wilayahnya menjadi kawasan
perdesaan dengan bentuk surat kesepakatan kawasan perdesaan (Pasal
5 ayat 4) untuk kemudian diserahkan kepada bupati/walikota (ayat 5).
Serta mendapatkan persetujuan tokoh masyarakat di kawasan yang
diusulkan sebagai kawasan perdesaan.
B. Penetapan dan Perencanaan Kawasan Perdesaan
Penetapan dan perencanaan kawasan perdesaan memperhatikan
RTRW Kabupaten/Kota dan RPJMD Kabupaten/Kota terutama dalam
penentuan prioritas, jenis dan lokasi program pembangunan. Rencana
Pembangunan Kawasan Perdesaan disusun oleh TKPKP Kabupaten/Kota,
untuk selanjutnya ditetapkan dengan Peraturan Bupati/Walikota.
Jangka waktu rencana pembangunan kawasan perdesaan berlaku
selama 5 tahun yang terdiri atas kegiatan prioritas tahunan. Rencana
pembangunan kawasan perdesaan setidaknya berisi tentang isu strategis
kawasan perdesaan, tujuan dan sasaran pembangunan kawasan
perdesaan, strategi dan arah kebijakan kawasan perdesaan, program dan
kegiatan pembangunan kawasan perdesaan, indikator capaian kegiatan
dan kebutuhan pendanaan.
Mekanisme Penyusunan rencana pembangunan kawasan perdesaan
diawali dengan prakarasa Bupati/Walikota melalui TKPKP
kabupaten/kota. TKPKP dalam melakukan proses penyusunan rencana
pembangunan kawasan perdesaan dapat dibantu oleh pihak ketiga.
Kawasan yang dapat ditetapkan sebagai kawasan perdesaan adalah
beberapa desa yang berbatasan dalam sebuah wilayah perencanaan
terpadu yang memiliki kesamaan, keterkaitan masalah dan potensi
pengembangan serta berada dalam satu kabupaten/kota. Selain itu,
penetapan kawasan perdesaan harus memperhatikan kegiatan pertanian,
pengelolaan sumber daya alam dan lainnya, permukiman perdesaan,
tempat pelayanan jasa pemerintahan, sosial dan ekonomi perdesaan, nilai
strategis dan prioritas kawasan, keserasian pembangunan antar kawasan
dalam wilayah kabupaten/kota, kearifan lokal dan eksistensi masyarakat
hukum adat serta keterpaduan dan keberlanjutan pembangunan.
C. Pembiayaan Pembangunan Kawasan Perdesaan
Pelaksanaan pembangunan kawasan perdesaan merupakan
perwujudan program dan kegiatan pembangunan tahunan pada kawasan
Dan ini yang istimewa dalam pasal 20 yaitu Ketentuan lebih lanjut
mengenai pembentukan organisasi dan tata kerja TKPKP diatur dalam
Keputusan Menteri. Lebih istimewa lagi adalah bab V dalam hal
Pendanaan Kawasan Pembangunan Perdesaan, coba dicermati.
F. Pendanaan Pembangunan Kawasan Perdesaan
Dalam Pasal 21 permendesa 5/2016 disebutkan bahwa:
1. Pendanaan penugasan dari Pemerintah Pusat kepada Daerah
kabupaten/kota untuk melaksanakan urusan pemerintahan bidang
pemberdayaan masyarakat dan desa berupa pembangunan kawasan
perdesaan berdasarkan asas tugas pembantuan berasal dari DAK
dan/atau Dana Tugas Pembantuan.
2. Pendanaan penugasan dari Pemerintah Daerah provinsi kepada Daerah
kabupaten/kota untuk melaksanakan urusan pemerintahan bidang
pemberdayaan masyarakat dan desa berupa pembangunan kawasan
perdesaan berdasarkan asas tugas pembantuan berasal dari Dana
Tugas Pembantuan.
Tugas Gubernur dan Menteri dalam Pembangunan Kawasan
Perdesaan Menteri dan Gubernur melakukan pembinaan terhadap
Pembangunan Kawasan Perdesaan.
2.3 METODOLOGI
2.3.1 Kerangka Berpikir
Tahapan penyusunan dokumen RPKP dilakukan dengan metode
desk study, dimulai dengan pengumpulan data sekunder terkait ruang
lingkup dokumen RPKP. Berikutnya adalah mengidentifikasi profil
(nama, luas dan deliniase kawasan), potensi dan permasalahan
kawasan yang menjadi lokus dalam dokumen RPKP. Selanjutnya
dilakukan telaah terhadap peran stakeholder (Pemda) yang
menghasilkan kebijakan dan program-program pendukung kawasan,
baik yang sudah maupun yang sedang dilakukan. Dengan melihat
potensi dan permasalahan kawasan yang dikaitkan dengan
keterpaduan kebijakan dan program maka dapat dilihat akar
permasalah program apakah ada keterkaitan antar sektor, antar
wilayah dan antar tingkat pemerintahan.
Diawali dengan dengan melakukan Focus Group Discussion (FGD)
bersama Pemda dan beberapa pihak stakeholder terkait, ketua
kelompok tani/kelompok sadar wisata yang ada di kawasan perdesaan,
para pelaku usaha dalam bidang produksi, pengolahan dan
pemasaran. Salah satu satu hasil dari FGD tersebut adalah
FGD
(Pemda,
Stakeholder
terkait)
2. Sumber Data
Sumber data diperoleh dari berbagai dokumen terkait yang
diterbitkan oleh instansi terkait, wawancara/diskusi, dan survei
lapang sebagai berikut:
a. Peta Potensi Pengembangan Kawasan Pertanian (perkebunan,
tanaman pangan dan hortikultura, peternakan, dan perikanan)
Kabupaten Bengkulu Utara;
b. Masterplan Pertanian Kabupaten Bengkulu Utara;
c. Kabupaten Bengkulu Utara Dalam Angka Tahun 2013-2020 (BPS
Kabupaten Bengkulu Utara).
d. RTRW Kabupaten Bengkulu Utara;
e. RPJMD Kabupaten Bengkulu Utara;
f. Renstra dinas-dinas terkait di Kabupaten Bengkulu Utara;
g. Laporan Tahunan dinas-dinas terkait di Kabupaten Bengkulu
Utara;
h. Hasil wawancara (indepth interview) dan FGD dengan petani dan
para pelaku agribisnis;
i. Observasi lapangan; dan
j. Sumber data lain yang relevan dengan kegiatan.
dimana:
Xij : Luas Areal Komoditas Tertentu
(Pertanian/Peternakan/Perikanan) di Kecamatan ke i
Xi. : Areal Komoditas Tertentu (Pertanian/Peternakan/Perikanan)
di Kabupaten ke i
Xij : Total Luas Area Pertanian/Peternakan/Perikanan di
Kecamatan ke-i se-Kabupaten
X.. : Total Luas Area Pertanian/Peternakan/Perikanan se
Kabupaten
seluruh data yang mungkin ada, yang berguna untuk analisis bio-
fisik.
Tahap pelaksanaan meliputi: (1) pembangunan basis data
dan kompilasi peta-peta eksisting agar dapat terstruktur dengan
baik. Selain basis data, peta-peta yang ada juga perlu
direorganisasi dengan baik; dan (2) kompilasi dan penyajian hasil.
Peta kesesuaian penggunaan lahan untuk pertanian (peta potensi
pertanian) dan peta-peta bio-fisik lainnya dikompilasi dan
dipadukan dengan peta Rupa Bumi serta disajikan pada skala
1:250.000. Peta-peta ini disiapkan secara digital dengan perangkat
lunak Sistem Informasi Geografi (SIG).
b. Analisis Sistem Informasi Geografis (SIG)
Geographic Information System (GIS) atau Sistem Informasi
Geografis (SIG) diartikan sebagai sistem informasi yang digunakan
untuk memasukkan, menyimpan, memanggil kembali, mengolah,
menganalisis dan menghasilkan data bereferensi geografis atau
data geospasial, untuk mendukung pengembilan keputusan
dalam perencanaan dan pengelolaan penggunaan lahan,
sumberdaya alam, lingkungan, sistem informasi bisnis dan
pelayanan umum lainnya. SIG dibutuhkan sebagai solusi dari
beberapa alasan yang sangat mendasar, diantaranya karena
adanya penenganan data geospasial yang kurang baik, cetakan
peta dan statistik yang sangat cepat kadaluarsa, data dan
informasi yang dihadirkan sering tidak akurat, serta tidak ada
pelayanan penyediaan dan pertukaran data. Cakupan aplikasi SIG
dapat dikelompokkan ke dalam empat kategori:
1) Pengelolaan fasilitas, yaitu peta dalam skala besar dan akurat,
dan analisis jaringan (network analysis) digunakan untuk
pengelolaan utilitas kota.
2) Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan untuk tujuan
ini digunakan peta skala menengah dan kecil, dan teknik
tumpang tindih digabungkan citra satelit untuk analisis
dampak lingkungan dan pengelolaan sumberdaya alam.
3) Jaringan jalan, untuk fungsi jaringan jalan digunakan peta
skala besar dan menengah dan analisis keruangan yang
digunakan untuk mengetahui lokasi perumahan, jalan dan
lain-lain.
dimana:
π = Pendapatan (rupiah)
TR = Nilai Produksi (hasil kali jumlah fisik produksi dengan
harga)
Bt = Biaya Tunai (rupiah)
BD = Biaya yang diperhitungkan (rupiah)
hubungan relasi produksi dan sosial yang ada, baik dalam organisasi
formal maupun informal terkait intervensi yang akan dilakukan.
Konteks kelembagaan dapat mencakup dalam tingkatan organisasi
petani (mikro), organisasi desa (meso), dan organisasi/institusi yang
lebih luas dari desa (makro).
7. Delineasi Kawasan dan Penetapan Kawasan Pengembangan
Perdesaan
Delineasi kawasan dilakukan untuk memperoleh atau
membatasi areal-areal yang dapat dikembangkan sebagai kawasan
pengembangan perdesaan. Adapun delineasi dilakukan dengan
melihat hasil akhir peta kelas kesesuaian/kemampuan lahan (aspek
fisik) yang akan ditumpangsusunkan dengan peta rencana tata
ruang wilayah kabupaten (RTRWK), peta status kawasan, peta
perijinan, dengan mempertimbangkan hasil analisis lainnya, yaitu
hasil analisis komparatif dan analisis kompetitif komoditas-
komoditas subsektor pertanian (potensi subsektor unggulan), serta
analisis hirarki wilayah sehingga dapat diperoleh peta rekomendasi
untuk pengembangan kawasan perdesaan.
8. Penetapan Site Plan Lokasi Prioritas Pusat Pengembangan
Kawasan Perdesaan
Tahapan selanjutnya adalah melakukan pembobotan untuk
lokasi-lokasi yang potensial dikembangkan sebagai pusat
pengembangan kawasan perdesaan berdasarkan berbagai aspek
yang telah dijabarkan sebelumnya. Lokasi potensial dengan nilai
bobot tertinggi akan ditetapkan sebagai lokasi prioritas pusat
pengembangan kawasan perdesaan.
9. Penyusunan Rencana dan Program Pengembangan Kawasan
Perdesaan
Perencanaan merupakan suatu kegiatan penyelesaian masalah
dan proses pengambilan keputusan atau merupakan proses
pemikiran dari suatu ide ke arah bentuk nyata. Menurut Steiner,
2008 terdapat 11 tahap interaksi dalam model perencanaan ekologis
yang tidak linear. Perencanaan ekologis tidak hanya menyangkut
ekologi semata namun juga merangkul kajian sistem sosial budaya
(sociocultural). tahap tersebut saling berhubungan satu dengan yang
lainnya. Tahap pertama adalah pengumpulan isu yang dilakukan
bersama masyarakat. Tahap ke dua penentuan tujuan termasuk di
Tahun
No Bulan
2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
1 Januari 218 273 317 588 333 456 425 376 153 341
2 Februari 515 60 266 635 162 491 423 477 200 199
3 Maret 750 275 121 279 452 411 453 322 305 354
4 April 246 221 537 345 307 685 192 330 663 536
5 Mei 161 324 359 328 446 217 319 238 626 135
6 Juni 336 418 147 238 146 297 176 211 224 339
7 July 698 162 210 273 279 124 233 98 192 114
8 Agustus 334 157 237 160 351 200 372 317 465 143
9 September 361 341 86 499 158 53 352 480 227 22
10 Oktober 410 361 525 523 369 109 246 343 877 72
11 November 423 534 1081 498 733 535 392 324 797 335
12 Desember 237 369 511 318 167 622 311 402 294 370
Sumber : Kabupaten Bengkulu dalan Angka 2019
3.2.2 Topografi
Gambar 3.3. Peta tutupan lahan Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2017
HL 40.490,77 9,04
HP 8.431,91 1,88
TB 7.727,61 1,73
TN 69.825,62 15,59
TWA 6.550,30 1,46
Jumlah 447.888,43 100,00
Sumber: KLHK, 2017
Gambar 3.4. Peta sebaran batas kawasah hutan di Kabupaten Bengkulu Utara
3.3 KEPENDUDUKAN
KELOMPOK
2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019
UMUR
0-4 28,473 29,073 29,662 30,243 30,822 31,399 31,975
5-9 26,664 27,227 27,783 28,331 28,877 29,421 29,965
10-14 25,512 26,054 26,584 27,110 27,635 28,157 28,677
15-19 23,628 24,120 24,606 25,084 25,561 26,035 26,507
20-24 23,696 24,181 24,655 25,124 25,591 26,054 26,518
25-29 25,996 26,540 27,075 27,603 28,130 28,655 29,179
30-34 24,166 24,682 25,189 25,689 26,188 26,686 27,182
35-34 21,475 21,935 22,387 22,833 23,280 23,724 24,166
40-44 18,512 18,905 19,291 19,672 20,054 20,433 20,810
45-49 15,946 16,284 16,617 16,944 17,272 17,731 17,924
50-54 13,340 13,625 13,905 14,179 14,457 14,731 15,005
55-59 10,358 10,579 10,797 11,012 11,226 11,439 11,653
60-64 6,904 7,055 7,203 7,349 7,495 7,643 7,788
65+ 11,189 11,440 11,686 11,926 12,169 12,411 12,654
JUMLAH 275.858 281.699 287.439 293.099 298,757 304,386 310,003
Tabel 3.6.Struktur penduduk Kabupaten Bengkulu Utara berdasarkan kelompok umur tahun
2013-2019
Sumber : Kabupaten Bengkulu Utara dalan Angka 2020
35,000
30,000
2013
25,000
2014
20,000
2015
15,000
2016
10,000
2017
5,000
0 2018
2019
Gambar 3.6. Grafik PDRB Kab. Bengkulu Utara atas dasar harga berlaku
(juta rupiah), 2016-2019
Sumber: BPS, Kabupaten Bengkulu Utara dalam Angka 2020
Gambar 3.7. Grafik PDRB Kab. Bengkulu Utara atas dasar harga konstan (juta rupiah),
2016-2019
Sumber: BPS, Kabupaten Bengkulu Utara dalam Angka 2020
Tabel 3.7. PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha di Kab. Bengkuku
Utara (miliar rupiah), 2016-2019
No Lapangan usaha 2016 2017 2018 2019
1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 2.538.942 2.721.186 2.936.965 3.165.444
2 Pertambangan dan Penggalian 644.905 663.985 694.615 725.908
3 Industri Pengolahan 556.237 614.396 670.531 718.615
4 Pengadaan Listrik dan Gas 4.338 5.226 6.076 6.856
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah 11.417 12.568 14.112 15.311
Limbah dan Daur Ulang
6 Kontruksi 273.891 317.041 361.221 405.170
3.6.4 Sanitasi
Pengumpulan dan pengangkutan dilakukan menggunakan pola
individual, pengumpulan dari rumah ke rumah langsung di buang ke
TPA dengan “pick up” atau “dump truck” pola lain adalah pola
individual tidak langsung. Pengumpulan dengan gerobak “pick up”,
dipindah ke truck pengangkut ke TPA. Pola komunal langsung sampah
diambil pada lokasi pengumpulan komunal seperti TPS, pengangkutan
ke TPS dilakukan oleh petugas sampah kemudian dibuang ke TPA. Pola
komunal tidak langsung, sampah dikumpulkan dari sumber sampah
dengan gerobak dipindah ke TPS dan dari TPS dibawa ke TPA. Dalam
Nilai LQ
1 Padi Sawah
75.486,87 124.383,66 116.480,93 119.679,16 47.071,70 36.884,99
2 Padi Ladang
1.865,57 2.952,10 3.149,60 3.246,70 4.214,60 1.048,40
3 Jangung
8.291,21 8.211,20 27.170,74 18.101,31 15.924,60 9.433,49
4 Kedelai
1.275,37 1.022,88 102,30 66,90 2,90 -
5 Kacang Tanah
2.780,06 1.081,70 1.569,49 1.026,78 272,75 542,42
6 Kacang Hijau
124,23 52,43 0,90 21,99
7 Ubi Kayu
2.876,60 2.396,50 1.080,70 991,10
8 Ubi Jalar
2.977,10 3.148,80 946,60 1.303,10
Sumber : Dinas TPHP Kabupaten Bengkulu Utara, 2020
3.7.2 Perkebunan
Bidang Perkebunan juga memiliki kontribusi yang besar dalam
struktur perekonomian di Kabupaten Bengkulu Utara dengan komoditi
yang dominan adalah sawit dan karet. Perkebunan yang dikelola terbagi
dalam perkebunan perusahaan swasta dan perkebunan rakyat. Dari
4.424,6 km2 luas wilayah Kabupaten Bengkulu Utara, sekitar 18,12%
adalah lahan tanaman perkebunan. Meskipun luasnya relatif kecil,
namun telah memberikan kontribusi yang besar dalam rangka
3.7.3 Perikanan
Dengan panjang pantai 239,1 km dan sumber daya air yang
tersedia, Kabupaten Bengkulu Utara memiliki potensi yang besar
dalam pengembangan subsektor perikanan, dalam rangka
meningkatkan perekonomian masyarakat Kabupaten Bengkulu
Utara. Berdasarkan PDRB harga berlaku. Selain itu disebabkan
dalam pembangunan subsektor perikanan masih fokus pada
pembangunan infrastruktur. Sementara kegiatan pembangunan
yang sifatnya peningkatan kapasitas individual maupun kelompok
khususnya nelayan dan petani ikan melalui peningkatan
keterampilan sumber daya manusia serta penyediaan permodalan
masih relatif kecil. Pembangunan tersebut diharapkan berdampak
positif untuk beberapa tahun ke depan.
Dalam hal perikanan budi daya, sentra produksinya di wilayah
Kabupaten Bengkulu Utara. Jumlah Luas Lahan Menurut Jenis
Usaha Budidaya di Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2015-2020
sebagaimana pada Tabel 3.12 berikut.
Tabel 3.12. Jumlah luas lahan menurut jenis usaha budidaya di
Kabupaten Bengkulu Utara tahun 2015-2020
3.7.4 Pariwisata
Sektor pariwisata adalah sektor yang masih tergolong kecil di
kabupaten Bengkulu utara sebesar 0,58% tergabung pada pada jasa
lainnya namun sektor pariewisata diharapkan dapat tumbuh
berkembang dengan baik, sebagai salah satu sektor yang potensial,
agar mempunyai daya ungkit dalam meningkatkan prekonomian
penyedian penginapan ataupun akomodasi lainnya menjadi faktor
sangat penting untuk meningkatkan sektor wisata, usaha
penyediaan akomodasi ini dapat berupa penyediaan fasilitas
akomodasi saja atau fasilitas akomodasi yang disertai dengan
fasilitas makanan dan minuman. Termasuk penyediaan akomodasi
dengan furniture, lengkap dengan dapur, dengan atau tanpa jasa
pramuwisma dan sering kali termasuk beberapa tambahan jasa dan
fasilitas seperti fasilitas parkir, binatu, kolam renang, ruang olah
raga, fasilitas rekreasi, dan ruang rapat. Usaha penyediaan
akomodasi yang tercakup disini adalah penyediaan akomodasi
jangka pendek yang menyediakan akomodasi, khususnya untuk
harian atau mingguan di kabupaten Bengkulu utara hanya mencapai
388 yang tersebar di beberapa kecamatan
Tabel 3.15. Data Akomodasi Hotel di Kabupaten Bengkulu Utara
Tahun 2018-2019
No. Hotel Tempat Tidur
Tabel 4.3 Data luas kemiringan dan kelerengan lahan desa di Kecamatan
Hulu Palik
Kelas Kemiringan Lahan (Ha)
Nama Desa 0% -8 8%- 15 % - 25 % - 45 > 45
% 15 % 25 % % %
Pematang
Balam ±351 ±806 ±320 ±236 ±3.809
Batu Roto ±108 ±36 0 0 0
4.3 KEPENDUDUKAN
4.3.1 Jumlah Penduduk
Jumlah dan laju pertumbuhan penduduk sangat dipengaruhi
oleh tiga komponen pokok yaitu kelahiran (fertilitas), kematian
(mortalitas) dan perpindahan penduduk (migration). Jumlah
penduduk akan terus bertambah yang disebabkan tingkat kelahiran
lebih tinggi dari tingkat kematian, dan migrasi masuk (in migration)
lebih besar dari pada migrasi keluar (out migration).
Tabel 4. 6 Jumlah penduduk di Kecamatan Hulu Palik 2014-2018
Tahun Luas Laki-laki Perempuan Jumlah Kepadatan
(Ha) Penduduk Penduduk
2014 ±12.721 5.265 5.180 10.445 98
2015 ±12.721 5.372 5.285 10.657 100
2016 ±12.721 5.478 5.389 10.867 102
2017 ±12.721 5.510 5.497 11.007 109
2018 ±12.721 5.685 5.601 11.286 105
Sumber: Data diolah dari berbagai sumber
4.3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk
Menurut BPS (Badan Pusat Statistik), laju pertumbuhan
penduduk adalah angka yang menunjukan tingkat pertambahan
penduduk pertahun dalam jangka waktu tertentu. Angka ini
dinyatakan sebagai persentase dari penduduk dasar. Laju
pertumbuhan penduduk dapat dihitung menggunakan 3 metode,
yaitu aritmatik, geometric, dan eksponensial. Metode yang paling
sering digunakan oleh BPS adalah metode geometrik. Berikut rumus
penghitungan laju pertumbuhan penduduk menggunakan metode
geometrik:
r = {(Pt / Po)-1} x 100
Keterangan:
r = laju pertumbuhan penduduk
Pt = Jumlah penduduk tahun terakhir
P0 = Jumlah penduduk pada tahun dasar (1/t)
t = selisih tahun terakhir dengan tahun dasar
Jumlah penduduk dari kawasan perdesaan dalam tiga tahun
terakhir (2017-2019), dapat dilihat pada tabel dibawah ini.
4.4 PEREKONOMIAN
4.4.1 Kesesuaian Sektor Basis Kabupaten terhadap
Sektor/Komoditas Unggulan Kawasan Perdesaan
Komoditas unggulan merupakan hasil usaha masyarakat yang
memiliki peluang pemasaran yang tinggi dan menguntungkan bagi
masyarakat yang dipandang dapat dipersaingkan dengan produk
sejenis di daerah lain, karena selain memiliki keunggulan komparatif
juga memiliki efisiensi usaha yang. Beberapa kriteria dari komoditas
unggulan adalah:
1. Mempunyai daya saing yang tinggi di pasaran (keunikan/ciri
spesifik, kualitas bagus, harga murah).
2. Memanfaatkan potensi sumberdaya lokal yang potensial dan dapat
dikembangkan.
3. Mempunyai nilai tambah tinggi bagi masyarakat.
4. Secara ekonomi menguntungkan dan bermanfaat untuk
meningkatkan pendapatan dan kemampuan sumberdaya
manusia.
5. Layak didukung oleh modal bantuan atau kredit.
A. Komoditas Unggulan Pertanian Tanaman Pangan dan Palawija
Tingkat keunggulan komparatif antar komoditas subsektor
pertanian tanaman pangan dan palawija di Kabupaten Bengkulu Utara
diperoleh berdasarkan hasil analisis Location Quotient (LQ) dengan
menggunakan data luas panen berbagai komoditas tanaman pangan
dan palawija tahun 2016 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik
(BPS) Kabupaten Bengkulu Utara. Dikarenakan keterbatasaan data
saat ini, lingkup wilayah administratif yang dianalisis adalah tingkat
kecamatan bukan desa/kelurahan. Hasil analisis LQ subsektor
pertanian tanaman pangan dan palawija Kecamatan Hulu Palik
disajikan pada Tabel 4.14.
Tabel 4. 14 Hasil Analisis Location Quotient (LQ) Komoditas Pertanian
Tanaman Pangan dan Palawija Kecamatan Hulu Palik
E. Komoditas Perikanan
Data terkait subsektor perikanan yang diperoleh dari BPS
(Kabupaten Bengkulu Utara dalam Angka Tahun 2017) adalah data
produksi perikanan budidaya (dalam ton) dan data luas wilayah potensi
rumah tangga perikanan budidaya (dalam hektar) tingkat kecamatan.
Namun, sebaran data produksi perikanan budidaya kurang baik untuk
digunakan dalam analisis LQ, sehingga data yang digunakan adalah
data luas wilayah potensi rumah tangga perikanan budidaya.
Berdasarkan tabel 4.19 bahwa komoditas yang berpotensi dalam
sektor budidaya perikanan melalui sistem kolam fresh, keramba, jaring
apung, dan sawah.
Tabel 4. 19 Hasil Analisis LQ Komoditas Perikanan Budidaya di
Kabupaten Bengkulu Utara
Nilai LQ Komoditas Perikanan Budidaya
Kecamatan Tamb Kolam Keram Jaring Sawa
ak Fresh ba Apung h
Hulu Palik 0,00 1,07 3,33 3,11 1,05
Sumber: BPS Kabupaten Bengkulu Utara (2017), diolah
PENERIMAAN
Produksi Per
1 Hektar (kg) 8.602
2 Harga Jual per -kg 16.000
Total Penerimaan 137.632.000
TOTAL
PENDAPATAN 120.369.000
R/C 7.97
Sumber: analisis data, 2020
View landscape/
Pemandangan Alam
Jarak Lokasi dari Pusat Desa
(Jalan Poros) +- 3,5 KM Adalah
Hamparan pada dataran tinggi
dengan pemandangan lascape
yang indah sejauh mata
memandang akan terlihat
keasarian wilayah kecamatan
hulu palik, sangat cocok untuk
pengunjung yang ingin berkemah
maupun pengunjung yang hanya
sekedar mampir pada lokasi.
Gambar 4.7 hasil penilaian potensi daya tarik wisata di kawasan perdesaan
Kondisi sosial budaya desa- desa pusat (diolah dari berbagai sumber)
adalah sebagai berikut.
1. Desa Pematang Balam
Penduduk Desa Pematang Balam mayoritas penduduknya yang
paling dominan berasal dari etnis/suku Rejang dan beragama Islam.
Tradisi yang masih dipertahakan diantaranya adalah tradisi sekapur
sirih dalam lamaran calon mempelai wanita, masih terdapat rumah
adat suku Rejang berupa rumah panggung denganbubungan limas.
2. Desa Batu Roto
Desa Batu Roto merupakan desa transmigrasi kolonial Hindia
Belanda tahun 1936, dengan penduduk asal didatangkan dari Pulau
Jawa, yang didatngkan dalam rangka Politiek Etische Trias Van
Deventer. Desa dibentuk diantaranya untuk memenuhi kebutuhan
pangan khususnya padi, untuk mendukung itu dibangun irigasi
yangkeberadaannya masih dipergunakan sampai dengan saat ini.
Tradisi yang masih dipertahankan yaitu kesenian kuda kepang.
3. Desa Batu Raja R
Penduduk Desa Pematang Balam mayoritas penduduknya yang
paling dominan berasal dari Rejang sebanyak 86%, Jawa 12,9 % dan
Batak 0.007 %. Tradisi yang masih dipertahakan diantaranya adalah
tradisi sekapur sirih dalam lamaran calon mempelai wanita, masih
terdapat rumah adat suku Rejang berupa rumah panggung
denganbubungan limas.
4. Desa Batu Layang
Terdapat 4 etnis/suku yang mendiami Desa Batu Layang yaitu
Suku Betawi 3 %, Jawa 57 %, Rejang 33,7%, Serawai 5,6%. Desa Batu
Layang merupaka desa transmigrasi kolonial Hindia Belanda tahun
1936, dengan penduduk asal didatangkan dari Pulau Jawa, yang
didatngkan dalam rangka Politiek Etische Trias Van Deventer. Desa
dibentuk diantaranya untuk memenuhi kebutuhan pangan khususnya
padi, untuk mendukung itu dibangun irigasi yangkeberadaannya
masih dipergunakan sampai dengan saat iniTradisi adat istiadat yang
ada berupa adat istiadat perkawinan, kelahiran anak, pertanian,
pemecahan konflik warga, adat istiadat dalam menjauhkan penyakit,
Gambar 4.8 Kondisi jalan menuju lahan pertanian (atas) jalan desa(bawah)
di kawasan perdesaan
Tower 0 0 0 0
sinyal
Penampung 25 - - -
air hujan
(unit)
Tangki Air 2 1 1 -
bersih (unit)
Embung - - - 1
(unit)
Bangunan 1 - - 1
pengolahan
air (unit)
Sumber: profil desa/ kelurahan
4.8.6 Persampahan
Mengacu pada Keputusan Menteri Permukiman dan
Prasarama Wilayah No. 534/KPTS/M/2001 tentang Pedoman
Standar Pelayanan Minimal Bidang Penataan Ruang, Perumahan,
dan Permukiman, dan Pekerjaan Umum dengan kriteria prasarana
pelayananan persampahan, sebagai berikut:
a. Gerobak sampah 1 m3 untuk melayani 200 kk Pengelolaan limbah
dan sanitasi
b. Kontainer 1 m3 untuk melayani 200 kk
4.9 KELEMBAGAAN
4.9.1 Kondisi Pemangku Kepentingan Terkait
Adapun kondisi kelembagaan di area kawasan sebagai
lembaga yang memayungi kawasan dan pengembangan ekonomi
lokal.
1. Desa Pematang Balam
Pembagian wilayah Desa Pematang Balam diketuai oleh
seorang Kepala Dusun (Kadun) dan masing-masing dusun terdiri
dari beberapa Rukun Tetangga (RT) yang diketuai oleh seorang
Ketua RT dan tidak ada pembagian wilayah secara khusus.
b. Facilities
Fasilitas yang dimaksud tentu fasilitas yang memang
diperlukan pada kawasan agrowisata seperti sarana umum,
telekomunikasi, hotel, restoran dan pasar.
c. Infrastructure
Infrastruktur menjadi unsur dalam pengembangan
agrowisata seperti sistem pengairan, jaringan komunikasi,
fasilitas kesehatan, terminal pengangkutan, sumber listrik dan
energi, sistem pembuangan limbah, jalan raya dan sistem
keamanan.
d. Transportation
Transportasi yang mendukung pengembangan kawasan
agrowisata seperti transportasi umum, terminal bus, sistem
keamanan penumpang, sistem informasi perjalanan, tenaga
kerja dan kepastian tarif, serta peta objek wisata.
e. Hospitality
Unsur terakhir dalam pengembangan kawasan agrowisata
ialah keramahan penduduk lokal, hal ini akan menjadi
cerminan keberhasilan sebuah sistem pariwisata yang baik.
a. Padi Sawah
b. Ubi Jalar
c. Jagung
e. Kopi
f. Karet
jagung
kawasan perdesaan
6.3.2 Sasaran
Sasaran merupakan pernyataan-pernyataan target yang harus
dicapai untuk mewujudkan suatu tujuan. Berdasarkan tujuh tujuan
pembangunan Kawasan Perdesaan Agroekowisata Kecamatan Hulu
Palik tersebut, sasaran yang ingin dicapai yaitu sebagai berikut:
1. Terwujudnya visi dan misi rencana pembangunan kawasan
perdesaan Agroekowisata Hulu Palik
2. Terwujudnya hasil produksi setiap komoditas pertanian yang
meningkat, berkelanjutan dan berkualitas unggul
3. Terwujudnya kemandirian masyarakat dalam pengelolaan dan
pemasaran produksi pasca panen
4. Terbentuknya integrasi pertanian perkebunan-pariwisata
5. Kawasan perdesaan terbangun sebagai pusat pertumbuhan baru
dengan memanfaatkan potensi lokal
6. Terwujudnya kemandirian masyarakat dalam mengelola destinasi
wisata kawasan perdesaan
7. Tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung
pembangunan kawasan perdesaan
6.3.3 Strategi
Penyusunan strategi merupakan tahapan selanjutnya setelah
menganalisis isu-isu strategis serta merumuskan tujuan dan
sasaran Kawasan Perdesaan Agroekowisata Kecamatan Hulu Palik.
Strategi-strategi untuk mewujudkan tujuan yang diinginkan dalam
Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan Agroekowisata
Kecamatan Hulu Palik antara lain sebagai berikut:
1. Menetapkan program-program kegiatan
2. Peningkatan hasil produksi dan kualitas pasca panen
3. Peningkatan metode budidaya komoditas ramah lingkungan
Tabel 6.5 Isu Strategis, Tujuan, Sasaran, Strategi, dan Arah Kebijakan
Kawasan Perdesaan Agroekowisata Hulu Palik
Isu Strategis Tujuan Sasaran Strategi Arah
kebijakan
Menghimpun
masukan
dimulai dari
Perencanaan
tingkat desa
kawasan
hingga pada Terwujudnya
berbasis
peraturan, visi dan misi
bottom up
Perencanaan perundangan rencana Menetapkan
pembangunan dan kebijakan pembangunan program-
kawasan lain kawasan program
perdesaan Masyarakat perdesaan kegiatan
mampu Agroekowisata
mengetahui Hulu Palik
Perencanaan
permasalahan
partisipatif
lingkungannya,
menilai potensi
SDM dan SDA
Meningkatkan
Peningkatan
hasil dan Meningkatka
hasil
kualitas Terwujudnya n hasil
produksi
produk hasil produksi produksi
dan kualitas
komoditas setiap pertanian
pasca panen
pertanian komoditas
Produktivitas
Meningkatkan pertanian yang
komoditas
kemampuan meningkat, Peningkatan
pertanian Meningkatka
petani dalam berkelanjutan metode
n kapasitas
budidaya dan budidaya
petani dalam
komoditas berkualitas komoditas
budidaya
menggunakan unggul ramah
komoditas
metode ramah lingkungan
lingkungan
Pengelolaan Meningkatkan Terwujudnya Meningkatka
pascapanen kemampuan kemandirian n kapasitas
dan masyarakat masyarakat petani dan
pemasaran dalam dalam masyarakat
produk pengolahan pengelolaan Peningkatan dalam
pertanian pasca panen dan diversifikasi pengelolaan
dan pemasaran pemasaran hasil produk pasca panen
komoditas produksi pasca panen
pertanian pasca panen Meningkatka
n diversifikasi
produk pasca
panen
Peningkatan
Partisipasi Meningkatka
Partisipasi
masyarakat n Partisipasi
masyarakat
dalam masyarakat
dalam
Meningkatkan program dalam
program aksi Terwujudnya
kemandirian aksi sapta program aksi
sapta pesona kemandirian
masyarakat pesona sapta pesona
masyarakat
terhadap
dalam
Kemampuan pengelolaan Peningkatan Meningkatka
mengelola
kelompok lingkungan dan kemampuan n
destinasi
dalam potensi wisata kelompok kemampuan
wisata
mengelola kawasan dalam kelompok
kawasan
aset desa perdesaan mengelola dalam
perdesaan
aset ddesa mengelola
dan aset desa dan
destinasi destinasi
wisata wisata
Tabel 6.6 Program dan kegiatan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan Agroekowisata Hulu Palik
Isu Strategis Tujuan Sasaran Strategi Arah kebijakan Program Kegiatan
Menghimpun Pembuatan rencana integratif kawasan
masukan dimulai perdesaan
dari tingkat desa
Perencanaan
hingga pada
kawasan berbasis
peraturan, Terwujudnya bottom up
perundangan visi dan misi Program
Perencanaan dan kebijakan rencana Menetapka perencanaan,
pembanguna lain pembangunan n program- koordinasi,
n kawasan kawasan program pengawasan dan Identifikasi dan pemetaan potensii
Masyarakat wilayah (termasuk kekhasan dan
perdesaan perdesaan kegiatan evaluasi kawasan
mampu keunikan lokal, baik dilihat dari segi
Agroekowisata perdesaan
mengetahui produk, sumberdaya maupun budaya
Hulu Palik Perencanaan
permasalahan dan kearifan lokal seperti produk
partisipatif
lingkungannya, spesifik lokal)
menilai potensi
SDM dan SDA Pembuatan masterplan desa wisata
produk, desain
kemasan Pelatihan dan pendampingan
pengemasan produk pasca panen yang
berstandar
Pembangunan ATM
Penyediaan Energi
pembangunan tourism information
center (TIC)
Tabel 6.7 Indikator Capaian Kegiatan Rencana Pembangunan Kawasan Perdesaan Agroekowisata Kecamatan Hulu Palik
Volume
Indikator Program/
Program Kegiatan Lokasi (desa) Tahun Ke- Satuan
kegiatan
1 2 3 4 5
Pembuatan rencana Dilakukan satu kali dalam 1 Dokumen
integratif kawasan kurun waktu 5 tahun
perdesaan
Identifikasi dan pemetaan Terdapat satu kali Desa 4 Dokumen
Program
potensi wilayah (termasuk kegiatan untuk 4 desa Pematang
perencanaan,
kekhasan dan keunikan dalam kurun waktu 1 Balam, Desa
koordinasi,
lokal, baik dilihat dari segi tahun Batu Roto,
pengawasan
produk, sumberdaya Desa Batu
dan evaluasi
maupun budaya dan Raja R, Desa
kawasan
kearifan lokal seperti produk Batu Layang
perdesaan
spesifik lokal)
Pembuatan masterplan desa Terdapat satu dokumen Semua desa 4 Dokumen
wisata untuk setiap desa dalam
kurun waktu 1 tahun
Penyediaan alat dan sarana Terdapat satu kali Semua desa 8 Unit/Jenis
Program
produksi (mesin perontok pengadaan untuk seluruh
produk dan
padi, traktor,race milling) desa dalam kurun waktu 5
produktivitas
tahun
perekonomian
Penyediaan transportasi Terdapat satu kali Semua desa 2 2 Unit
pertanian
angkut produksi bagi petani pengadaan untuk seluruh
Pembangunan balai edu- Terdapat balai edu- Desa batu Raja 1 Unit
creative preneur hub. creative preneur hub. R
Membentuk kerjasama Terdapat kerjasama Bumdesma 1 Dokumen
sistem kemitraan antara sistem kemitraan antara
bumdesma, UKM dengan bumdesma, UKM dengan
industri besar. industri besar.
Pematang
Balam
Peningkatan jalan usaha Terdapat peningkatan Semua desa 4 4 4 4 Kilometer
tani/ jalan produksi jalan usaha tani yang
rusak
Pembangunan, Terdapatnya Sarana dan Semua desa 1 1 Desa
Pengembangan dan Prasarana Air Bersih
Rehabilitasi Sarana Kawasan Perdesaan
Prasarana Air Bersih
Kawasan Perdesaan
Penyediaan sarana pengolah Terdapatnya kerjasama Desa 1 Paket
karet pengolahan karet Pematang
Balam
Penambahan tower sinyal Terdapat tambahan tower Desa Batu Unit
provider sinyal Roto dan Desa
Batu laying
Pembangunan ATM Terdapat ATM Desa Batu 1 Unit
Roto
Penyediaan Energi Tesedianya Pertashop Desa Batu 1 Paket
Desa Roto
pembangunan tourism Terdapat bangunan Desa 2 Unit
information center (TIC) tourism information Pematang
center (TIC) Balam dan
Desa Batu
Raja R
Pembangunan penerangan Terdapat peningkatan Semua desa 2 2 Desa
jalan lampu penerangan jalan
Pembuatan peta rawan Terdapat peta rawan Semua desa 1 Dokumen
bencana pada destinasi bencana
wisata
Sumber: analisis, 2020
kemitraan antara
bumdesma, UKM
dengan industri
besar.
produk
pascapanen
dalam mencipta
pasar produk.
Pengembangan Semua 2 2 2 Produk 75 75 75 APBD DPMD/DISNAKR
diversifikasi desa ERTRANS/DTPH
produk pangan P/DISPRINDAG
olahan.
Pembangunan Desa Batu 1 unit 50 APBN DPMD/DISPRIND
pasar sebagai Roto 0 AG/DISKOPUKM
simpul aktivitas /PUPR
pertanian
Membuat kajian Semua 1 Dokumen 75 APBD BAPEDALITBANG
anaisis harga dan desa DA/Prindag
permintaan pasar
pertanian serta
Program
hasil produksi.
pemasaran
Pembuatan Semua 1 produk 15 APBD PRINDAG/DTPHP
produk pertanian
sistem informasi desa 0 /BAPEDALITBAN
produk pertanian GDA
berbasis market
place.
Bimbingan teknis Semua 1 1 Kegiatan 50 50 APBD DISPRINDAG
pengelolaan desa
aplikasi market
place pertanian
mengelola aset
desa
Desa Batu
layang
Pembangunan Desa Batu 1 unit 1 Kejasam Bank
ATM Roto a
Penyediaan Desa Batu 1 Paket 75 APBDPro Bumdesma
Energi Roto 0 v/APBDe
s
pembangunan Desa 2 unit 50 50 APBD/A Dinas Pariwisata
tourism Pematang 0 0 PBN
information Balam dan
center (TIC) Desa Batu
Raja R
3. Menara Pandang
Menara pandang merupakan fasilitas wisata yang
dikolaborasikan dengan fungsi ruang publik di desa Batu Layang.
Rp 10,000,000+Rp 2,000,000+Rp
Jumlah Pendapatan Kotor4,000,000+Rp 6,000,000
Rp 22,000,000
Biaya
10 orang x Rp 800,000 (mengikuti UMR Kab
Upah pengelola Bengkulu Utara)
1
destinasi
Rp 8,000,000
Rp 150,000
biaya perawatan Rp 500,000 x 10 kamar
4
homestay Rp 5,000,000
Rp 2,000,000+Rp 60,000+ Rp 150,000+ Rp
Jumlah 5,000,000
Rp 7,210,000
Rp 22,500,000- Rp 7,210,000
Pendapatan bersih
Rp 15,290,000
Sumber: hasil analisis, 2020
Analisis nilai manfaat pada kajian ini yaitu dengan adanya nilai
manfaat langsung sebesar Rp 13,000,000 dengan variabel yang diperoleh
melalui harga tiket, atraksi, biaya makan. Sedangkan untuk manfaat tidak
langsung variabel yang diperoleh dari penginapan, transportasi, penjualan
souvenir kerajinan tangan/ produk buatan masayrakat dengan pendapatan
bersih sebesar Rp 15,290,000 maka akan memiliki nilai manfaat per bulan
sebesar Rp 28,290,000
Tabel 7.5 Jenis Manfaat
No Jenis manfaat Nilai manfaat (Rp) (%)
1 Langsung Rp 13,000,000 45.95%
2 Tak Langsung Rp 15,290,000 54.05%
Jumlah Rp 28,290,000 100.00%
Sumber: hasil analisis, 2020
8.1 SIMPULAN
1. Kawasan perdesaan di Kabupaten Bengkulu Utara bertemakan Agro
Ekowisata. Kawasan ini terdiri dari Desa Pematang Balam, Batu Roto,
Batu Raja R, dan Batu Layang yang terdapat di Kecamatan Hulu Palik.
2. Rencana pengembangan kawasan Agro Ekowisata Kecamatan Hulu
Palik sebagai sentra kerajinan/souvenir terdapat di Desa Pematang
Balam, sentra pengolahan hasil pengolahan lokal di Desa Batu Layang,
zona atraksi bercocok tanam, pasar wisata, pekan pasar, sentra
kuliner, dan sentra pengolahan ubi jalar yang tersebar di beberapa titik
yang ditentukan di Desa Batu Roto dan zona homestay, even festival,
dan balai edu-creative-preneur hub pada Desa Batu Raja R.
3. Pembangunan kawasan Agro Ekowisata Kecamatan Hulu Palik
berbasis komoditas unggulan yaitu ubi jalar, padi sawah, karet, jagung,
durian, kopi dan komoditas pendukung berupa produk pariwisata.
4. Isu strategis pembangunan kawasan Agro Ekowisata adalah: (a)
Ecotourism yang terintegrasi dengan kehidupan petani; (b) Pengolahan
pascapanen dan pemasaran padi sawah-ubi jalar-jagung; (c) Integrasi
pertanian-perkebunan-pariwisata.
5. Rencana program kegiatan kawasan Agro Ekowisata Kecamatan Hulu
Palik adalah program sistem perencanaan, koordinasi, pengawasan
dan evaluasi kawasan perdesaan; program produk dan produktivitas
perekonomian pertanian; program pengembangan usaha berbasis
pengolahan; program pengembangan produk, desain produk, desain
kemasan; program pemasaran produk pertanian; program peningkatan
daya tarik dan pengembangan destinasi wisata agroekowisata; program
pemasaran destinasi wisata; peningkatan peran masyarakat dalam
pengelolaan destinasi wisata; program peningkatan manajemen dan
kelembagaan usaha berbasis kelompok masyarakat; program
peningkatan sarana dan prasarana