TAHUN 2023-2026
Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta 0
DAFTAR ISI
Kekosongan Kepala Daerah ini selanjutnya akan berdampak terhadap proses penyusunan
dan penetapan dokumen perencanaan pembangunan daerah. Di satu sisi Daerah tidak
memiliki dokumen perencanaan pembangunan daerah menengah sebagaimana mestinya
karena periodesasi RPJMD berakhir, sedangkan di sisi lain penyusunan RKPD Tahun 2023
Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu dari tujuh provinsi di Indonesia yang masa
jabatan gubernurnya berakhir tahun 2022, sehingga Gubernur DKI Jakarta merupakan salah
satu gubernur yang harus menyusun Rencana Pembangunan Daerah (RPD) Tahun 2023-
2026. Seluruh Kepala Perangkat Daerah Provinsi DKI Jakarta juga diperintahkan untuk
menyusun Renstra PD Tahun 2023-2026. Oleh karena itu Dinas Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman (DPRKP) Provinsi DKI Jakarta sebagai bagian dari Organisasi
Perangkat Daerah (OPD) di Provinsi DKI Jakarta saat ini menyusun Renstra tahun 2023-2026
dalam ruang lingkup tugas dan fungsi DPRKP Provinsi DKI Jakarta, khususnya sebagai
institusi teknis dalam melaksanakan pembangunan daerah di Provinsi DKI Jakarta.
Renstra yang disusun oleh DPRKP adalah dokumen perencanaan yang berlaku secara
internal bagi segenap jajaran pimpinan dan staf DPRKP Provinsi DKI Jakarta. Substansinya
merupakan strategi Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman terhadap langkah-
langkah yang harus dilakukan agar proses perencanaan pembangunan perumahan rakyat
dan kawasan permukiman di Provinsi DKI Jakarta dapat berjalan dengan baik dan selalu
mengarah kepada pencapaian visi dan misi Provinsi DKI Jakarta. Dengan demikian, Rencana
strategis DPRKP Provinsi DKI Jakarta merupakan bagian dari dokumen perencanaan daerah
Provinsi DKI Jakarta.
Penyusunan Rencana Strategis DPRKP Provinsi DKI Jakarta dilakukan melalui suatu proses
berkelanjutan. Produk Rencana Strategis DPRKP dapat bersifat sinergis dan koordinatif.
Muatan dan materi Renstra DPRKP Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023-2026 ini disamping
berdasarkan pada tugas dan fungsi DPRKP Provinsi DKI Jakarta, juga berlandaskan pada
Provinsi DKI Jakarta adalah kota dengan banyak peran, yaitu sebagai pusat kegiatan
perekonomian, pusat perdagangan, pusat jasa perbankan dan keuangan, sebagai gerbang
utama wisatawan manca negara, dan saat ini masih menjadi pusat pemerintahan dan
ibukota negara. Dengan kondisi tersebut, maka pembangunan di wilayah DKI Jakarta
khususnya di sektor perumahan dan permukiman mempunyai potensi dan peluang yang
besar, serta tantangan dan permasalahan yang lebih kompleks dibandingkan daerah lain.
Beberapa permasalahan di sektor perumahan dan kawasan permukiman antara lain adalah
terkait pemenuhan kebutuhan akan hunian/rumah yang cukup tinggi, perbaikan kawasan
permukiman, pembiayaan dan kemitraan perumahan, penyusunan regulasi, dan peran serta
masyarakat.
1.3.2.Tujuan
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menjabarkan tugas, fungsi dan struktur organisasi DPRKP, serta sumber
daya DPRKP yang terdiri dari sumber daya manusia dan aset/modal yang dimiliki
untuk menunjang kinerja perangkat daerah. Dalam bab ini juga diuraikan capaian
indikator kinerja dan realisasi anggaran, serta analisis SWOT terhadap potensi,
kendala, peluang, dan tantangan pelayanan Dinas Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman.
Bab ini berisi identifikasi permasalahan yang dihadapi oleh DPRKP Provinsi DKI
Jakarta, telaahan RPJMN, telaahan Renstra Kementerian Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat, telaahan Sustainable Development Goals (SDGs), telaahan
Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta, dan penentuan isu-isu
strategis.
Bab ini berisi tujuan dan sasaran jangka menengah Dinas Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman yang disusun berdasarkan isu-isu strategis.
Bab ini berisi rumusan strategi dan arah kebijakan Dinas Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta untuk mencapai tujuan dan sasaran
pembangunan perumahan rakyat dan kawasan permukiman.
Bab ini berisi rencana program beserta indikator kinerja program dan pendanaan
indikatif selama periode tahun 2023-2026. Selanjutnya rencana program
dijabarkan ke dalam rencana kegiatan dan sub kegiatan sesuai strategi dan
kebijakan jangka menengah DPRKP.
Bab ini membahas program prioritas beserta indikator kinerja Dinas Perumahan
Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta yang mengacu pada
tujuan dan sasaran RPD Provinsi DKI Jakarta dan akan dicapai perangkat daerah
selama periode tahun 2023-2026.
Gambaran pelayanan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPRKP) perlu
dijabarkan untuk mengetahui titik awal perencanaan yang akan dibuat hingga lima tahun
yang akan datang. Dalam bab ini akan diulas juga mengenai apa saja sumber daya yang
dimiliki DPRKP dalam penyelenggaraan tugas dan fungsinya. Selanjutnya akan dikemukakan
capaian-capaian penting yang telah dihasilkan melalui pelaksanaan Renstra DPRKP periode
periode sebelumnya, dan mengulas peluang dan tantangan utama yang masih dihadapi dan
dinilai perlu diatasi melalui Renstra DPRKP ini. Dengan diketahuinya gambaran pelayanan
eksisting dengan data yang akurat diharapkan perencanaan yang dibuat akan tepat sasaran.
Tugas, fungsi dan struktur DPRKP ditetapkan berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI
Jakarta Nomor 158 Tahun 2019 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perumahan Rakyat
dan Kawasan Permukiman dan Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 83 Tahun 2020
Tentang Perubahan Atas Peraturan Gubernur Nomor 158 Tahun 2019 Tentang Organisasi
dan Tata Kerja Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman. DPRKP merupakan
perumahan rakyat dan kawasan permukiman. DPRKP dipimpin oleh seorang Kepala Dinas
yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Gubernur melalui Sekretaris
Daerah.
rakyat dan kawasan permukiman dan urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan
penataan ruang pada sub urusan bidang permukiman. Untuk melaksanakan tugasnya,
a. penyusunan Rencana Strategis, Rencana Kerja, dan Rencana Kerja dan Anggaran Dinas;
b. pelaksanaan Dokumen Pelaksanaan Anggaran Dinas;
c. perumusan kebijakan, proses bisnis, standar, dan prosedur Dinas;
d. pelaksanaan kebijakan, proses bisnis, standar, dan prosedur Dinas;
e. pelaksanaan penyelenggaraan infrastruktur pada permukiman di kawasan strategis
Daerah;
f. pelaksanaan penyediaan dan rehabilitasi rumah korban bencana;
g. fasilitasi penyediaan rumah bagi masyarakat yang terkena relokasi program Pemerintah
Daerah
h. penataan dan peningkatan kualitas kawasan permukiman kumuh;
i. penyelenggaraan Prasarana, Sarana dan Utilitas Umum PSU permukiman.
j. perencanaan, penyediaan, pembangunan, penataan, pengelolaan, pemeliharaan,
perawatan, pemantauan dan evaluasi perumahan;
k. perencanaan, penyediaan, pembangunan, penataan, pengelolaan, pemeliharaan,
perawatan, pemantauan dan evaluasi kawasan peimukiman;
l. pelaksanaan pengembangan lingkungan hunian, pembangunan lingkungan hunian baru,
dan pembangunan kembali lingkungan hunian;
m. pelaksanaan pengendalian dalam penyelenggaraan kawasan permukiman;
n. fasilitasi pembiayaan perumahan dan kawasan permukiman;
o. fasilitasi penyelesaian sengketa penghunian perumahan;
p. penanganan perumahan masyarakat berpenghasilan rendah sesuai dengan lingkup
tugasnya;
q. pengawasan dan pengendalian izin di bidang perumahan dan Kawasan Permukiman;
r. pemberian dukungan dan bimbingan teknis kepada masyarakat dan perangkat daerah di
bidang perumahan dan kawasan permukiman;
Tugas dan fungsi menggambarkan cakupan dan ruang lingkup yang menjadi kewenangan
dan tanggung jawab setiap bidang, unit, sub bagian dan seksi organisasi Dinas Perumahan
Rakyat dan Kawasan Permukiman. Oleh karena itu, tugas dan fungsi menjadi sangat
strategis terhadap pencapaian tujuan dan sasaran DPRKP. Selain itu, tugas dan fungsi
organisasi Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman juga berfungsi sebagai
landasan formal dalam pelaksanaan program dan kegiatan DPRKP.
Susunan organisasi Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman memegang peranan
yang strategis untuk mendukung kelancaran pelaksanaan pembangunan pada Sektor
Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman.
Secara khusus, aspek organisasi juga sangat terkait dengan penetapan rumusan maupun
pencapaian tujuan dan sasaran 4 tahun ke depan. Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang membawahi satu Sekretaris Dinas,
empat Kepala Bidang, lima Suku Dinas Kota Administrasi, satu Suku Dinas Kabupaten
Administrasi, tiga Kepala UPT (Unit Pelaksana Teknis) Rumah Susun, dan Kelompok Jabatan
Fungsional dengan rincian sebagai berikut:
a. Sekretariat Dinas, terdiri atas:
1. Subbagian Umum dan Kepegawaian;
2. Subbagian Program dan Pelaporan; dan
3. Subbagian Keuangan.
Untuk lebih jelasnya struktur organisasi Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
dapat dilihat pada gambar berikut:
Berdasarkan Peraturan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 158 Tahun 2019 Tentang
Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman dan
Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 83 Tahun 2020 Tentang Perubahan Atas Peraturan
Gubernur Nomor 158 Tahun 2019 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perumahan
Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta memiliki tugas dan
fungsi yang bertujuan membantu pelaksanaan dari tugas pokok dan fungsi dari dinas secara
keseluruhan. Hal ini dimaksudkan untuk mempermudah pelaksanaan kegiatan dalam rangka
mencapai tujuan dan sasaran pembangunan. Berikut ini pembagian tugas dan fungsi tiap
bidang/unit di dalam satuan kerja Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
lingkungan Dinas. Adapun fungsi dari Sekretariat Dinas adalah sebagai berikut:
tugasnya;
Dinas;
Dinas;
pengawasan;
l. pelaksanaan tugas dan fungsi kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
Sekretariat Dinas DPRKP terbagi menjadi 3 sub bagian, yaitu Subbagian Umum dan
lingkup tugasnya;
lingkup tugasnya;
lingkup tugasnya;
Bidang Perumahan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman ini terdiri
atas: 1). Seksi Perencanaan Perumahan; 2). Seksi Penyediaan Perumahan; dan 3).
tugasnya;
i. pelaksanaan tugas dan fungsi kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
tugasnya;
tugasnya;
tugasnya;
2.1.3.5. Tugas dan Fungsi Bidang Regulasi dan Peran Serta Masyarakat
Bidang Regulasi dan Peran Serta Masyarakat, terdiri atas: 1. Seksi Regulasi
Perumahan dan Kawasan Permukiman; dan 2. Seksi Pengembangan Peran Serta
Masyarakat. Adapun tugas untuk masing-masing seksi adalah sebagai berikut:
pemerintahan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang pada sub urusan
permukiman.
tugasnya;
tugasnya;
c. perumusan proses bisnis, standar, dan prosedur Dinas sesuai dengan lingkup
tugasnya;
tugasnya;
kegiatan perawatan kawasan rumah susun sewa dan rumah susun sewa beli
s. pelaksanaan tugas dan fungsi kedinasan lain yang diberikan oleh Kepala Dinas.
2.1.3.10. Tugas dan Fungsi Pusat Data dan Informasi Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman
Pusat Data dan Informasi Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman mempunyai
tugas membantu Dinas melaksanakan penghimpunan, pengolahan dan penyajian
data dan informasi perumahan rakyat dan kawasan permukiman serta
pengembangan dan pengelolaan sistem informasi perumahan dan kawasan
permukiman.
Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta sebagai Lembaga
Teknis Daerah merupakan unsur pendukung tugas Kepala daerah yang mempunyai tugas
perumahan rakyat dan Kawasan permukiman. Dalam rangka pelaksanaan tugas pokok dan
fungsi DPRKP sebagai sebagai salah satu Lembaga Teknis yang ada di Provinsi DKI Jakarta
memiliki sumber daya berupa sumber daya manusia dan aset-aset untuk menunjang kinerja
DPRKP. Berikut ini adalah sumber daya yang dimiliki oleh DPRKP Provinsi DKI Jakarta.
Jumlah Sumber Daya Manusia SDM di Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Provinsi DKI Jakarta yang merupakan Aparatur Sipil Negara tercatat sejumlah 304 orang
dengan berbagai jabatan, pangkat, dan golongan pada bulan Desember 2021. Sumber Daya
Manusia tersebut terbagi dalam masing-masing unit kerja yang ada di Dinas Perumahan
Rakyat dan Kawasan Permukiman meliputi Kesekretariatan, 4 Bidang Teknis, 6 Suku Dinas,
Dana Perumahan.
Berdasarkan data DPRKP Provinsi DKI Jakarta Pada Tahun 2021 jumlah SDM terbanyak
berada di unit kerja Bidang Perumahan yaitu berjumlah 28 orang, sedangkan unit kerja yang
memiliki jumlah SDM paling sedikit adalah unit kerja pusat data dan informasi, yaitu
berjumlah 8 orang. Adapun jumlah SDM masing-masing unit kerja yang ada di DPRKP
1 Kepala Dinas 1
2 Sekretariat 25
3 Bidang Perumahan 28
4 Bidang Permukiman 22
Jika melihat jumlah SDM berdasarkan sebaran kepangkatan atau golongannya, pegawai
Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta terbagi dalam
empat golongan, yaitu golongan I, II, II dan IV dengan jumlah SDM masing-masing secara
berurutan adalah 4 oranng, 56 orang, 201 orang dan 34 orang. Untuk Jumlah ASN terbanyak
pada golongan III adalah golongan IIIA yaitu sebanyak 90 orang .
IV 24 10 34
III 90 44 50 26 210
II 7 12 26 11 56
I 2 2 4
TOTAL 304
Sumber: LKIP DPRKP 2021
Prosentase golongan III yang sebesar 69% adalah ASN yang memiliki kemampuan atau
kompetensi SDM yang baik karena setara dengan tingkat Pendidikan S1. Semakin tinggi
golongan yang dimiliki pegawai menunjukan semakin tinggi juga Pendidikan, kemampuan
dan pengalamannya. Hal ini menunjukan pula semakin baiknya kualitas SDM yang dimiliki
oleh DPRKP Provinsi DKI Jakarta.
Oleh karena itu dengan SDM yang ada di DPRKP Provinsi DKI Jakarta ternyata jika dilihat
dari data diatas lebih banyak yang memiliki Pendidikan tinggi sesuai dengan kualifikasi
pekerjaan yang dibutuhkan pada pekerjaan yang ada pada DPRKP Provinsi DKI Jakarta.
Selain itu kebutuhan tenaga pendukung (tingkat Pendidikan menengah) sudah memenuhi
menurut jumlah dan kualifikasi. Berikut ini adalah kualifikasi Pendidikan SDM di DPRKP.
1 S3 0
2 S2 41
3 S1 169
4 Diploma 35
5 SMA 52
6 SMP 5
7 SD 2
Sumber: LKIP DPRKP 2021
Tingginya kualitas SDM yang ada di Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Provinsi DKI Jakarta juga didukung oleh adanya Tenaga Non PNS atau PJLP (Penyedia Jasa
Lainnya Orang Perorangan). Tenaga non PNS yang ada di Dinas Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman merupakan pegawai yang direkrut dengan standar kompetensi
1 Dinas 100
8 UPRS I 292
9 UPRS II 278
11 UPRS IV 298
12 UPRS V 263
13 UPRS VI 338
16 Pusdatin 6
TOTAL 2.849
Sumber: LKIP DPRKP 2021
Dalam rangka mendukung tugas dan fungsi Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman Provinsi DKI Jakarta, Tenaga Non PNS/PJLP bukan hanya terbatas pada tenaga
administrasi, Mekanikal/elektrikal, Petugas Keamanan, dan Petugas kebersihan saja namun
Sumber rekrutmen eksternal meliputi individu-individu yang saat ini bukan merupakan
anggota organisasi. Manfaat terbesar rekrutmen eksternal adalah bahwa jumlah pelamar
yang lebih banyak dapat direkrut. Hal ini tentunya mengarah kepada kelompok pelamar
yang lebih besar dan kompeten daripada yang normalnya dapat direkrut secara internal.
Pelamar dari luar tentu membawa ide, teknik kerja, metode produksi, atau pelatihan yang
baru ke dalam organisasi yang nantinya akan menghasilkan wawasan baru kedalam
profitabilitas. Setiap organisasi atau perusahaan secara periodik memerlukan tenaga kerja
dari pasar tenaga kerja diluar organisasi.
Rekrutmen NON PNS/PJLP ini harus mampu menyeleksi pelamar/calon sesuai kompetensi
yang ditetapkan, dan merekrut jumlah sesuai kebutuhan. Secara garis besar proses
rekrutmen Pendamping terdiri dari 5 (lima) tahapan
pokok yaitu:
1. pemetaan kebutuhan,
2. pengumuman,
3. seleksi pasif, seleksi administrasi
4. seleksi aktif melalui wawancara, dan test tertulis,
5. serta tahap pembekalan melalui pelatihan.
Aset Daerah merupakan sumber daya yang sangat penting. Karenanya, kemampuan
Pengelolaan Aset Pemerintah Daerah sangat dibutuhkan agar Aset tersebut dapat
memberikan hasil maksimal bagi Pemerintah yang bersangkutan. Hasil yang maksimal itu
sangat dibutuhkan, dan kedepannya akan semakin dibutuhkan Pemda mengingat adanya
peran pemerintah pusat semakin kecil (dalam hal pembangunan). Sebaliknya, peran
Pemerintah Daerah akan semakin besar. Karenanya Pemda harus lebih mandiri dalam hal
pembiayaan pembangunannya.
Aset daerah milik Pemerintah Provinsi DKI Jakarta di Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
pemerintahan di bidang perumahan rakyat dan permukiman. Aset/modal yang dimiliki oleh
DPRKP Provinsi DKI untuk menunjang kinerja dan kelancaran penyelenggaraan kegiatan
sesuai tugas pokok dan fungsinya meliputi aset bergerak dan aset tidak bergerak. Total
jumlah aset yang dimiliki oleh DPRKP berdasarkan data DPRKP Provinsi DKI Jakarta 2021,
ada sebanyak 1.860 aset dengan total nilai aset sebesar Rp.11,857,344,554,747.-
Aset DPRKP dikelompokan berdasarkan Kartu Inventaris Barang (KIB) A-F serta astet tidak
berwijid. Berikut ini adalah aset-aset yang dimilki oleh DPRKP Provinsi DKI Jakarta
Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman DKI Jakarta mempunyai tugas pokok:
permukiman dan urusan pemerintahan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang pada
sub urusan bidang permukiman.” Kinerja pelayanan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
1. Peraturan Daerah Provinsi DKI Jakarta No.1 Tahun 2018 Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi DKI Jakarta 2017-2022.
2. Sasaran/ target Renstra Perangkat Daerah pada periode RENSTRA 2017 - 2022
Adapun tujuan, sasaran serta indikator kinerja pembangunan daerah pada Dinas Perumahan
Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta dalam RPJMD Provinsi DKI Jakarta
2017-2022 meliputi:
1. Tujuan: Meningkatkan penyediaan perumahan yang layak huni dan terjangkau bagi
seluruh lapisan masyarakat, dengan sararan berupa: Tersedianya hunian yang layak
dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat. Indikator kinerja yang digunakan
untuk mencapai tujuan dan sasaran ini adalah Jumlah backlog hunian yang terus
menurun
2. Tujuan: Mewujudkan tata kelola pemerintahan dan keuangan daerah yang transparan,
keuangan daerah yang transparan, akuntabel. Indikator kinerja yang digunakan untuk
mencapai tujuan dan sasaran ini adalah peningkatan Indeks Kepuasan Penghuni
Daerah (EKPPD)
sosial; dengan sasaran berupa Terwujudnya kawasan perkotaan yang layak huni,
kinerja yang digunakan untuk mencapai tujuan dan sasaran ini adalah penurunan
Program yang terdapat di Renstra Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Tahun 2017-2022 terdiri 4 (empat) program utama dan 2 (dua) program operasional.
5. Program Peningkatan dan Pengelolaan Kantor Urusan Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman
Permukiman
Dari beberapa urusan yang ada di Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman yang
telah diterangkan di dalam pembahasan sebelumnya, akan dijelaskan capaian kinerjanya
sampai dengan tahun 2021.
Jika melihat target pencapaian kinerja Pelayanan DPRKP dari Tahun 2018-2021, kinerja yang
dicapai setiap tahun berbeda-beda dan tidak dapat dibandingkan anatara satu tahun dengan
yang lainnya. Tidak dapat dibandingkan antara kinerja pertahun dikarenakan sasaran
strategis yang ingin dicapai serta indikator yang digunakan tiap tahun sangat beragam
dengan satuan target yang berbeda pula.
Pada Tahun 2019 sasaran strategis yang tercapai adalah tersedianya hunian yang layak dan
terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat yang mana pada tahun ini indikator yang
digunakan adalah jumlah backlog hunian yaitu tercapainya target 7.563 unit hunian yang
terbangun.
Pada Tahun 2020 sasaran strategis dan indikator yang digunakan sama dengan Tahun 2018,
namun pada Tahun ini sasaran strategis berupa Tersedianya hunian yang layak dan
terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat tidak tercapai.
Capaian Indikator Kinerja DPRKP secara detail mulai 2018 sampai dengan tahun 2021, dapat
dilihat pada tabel berikut:
Tahun 2018
Tersedianya hunian Jumlah Unit Rumah Susun 7563-unit hunian 7563 unit
yang layak dan yang terbangun
terjangkau bagi
seluruh lapisan Jumlah unit rumah susun 2296 unit hunian 2253-unit
masyarakat. yang terpelihara/terawat hunian
Tahun 2019
Tahun 2020
Tahun 2021
daerah yang
transparan dan
akuntabel
Pemerintahan
Pada tahun 2021 terdapat 9 sasaran staregis yang ingin dicapai oleh DPRKP, jumlah ini jauh
lebih banyak dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya., Pada Tahun 2021 terdapat
sasaran khusus dan juga sasaran operasional. Terdapat 7 (tujuh) Sasaran khusus yang ingin
dicapai pada Tahun 2021, yaitu: Terwujudnya tata kelola pemerintahan dan keuangan
daerah yang transparan dan akuntabel, Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam
Pembangunan Daerah, Meningkatknya pemanfaatan E-Purchasing dalam Pengadaan Barang
dan Jasa, Terwujudnya tata kelola pemerintahan dan keuangan Daerah yang transparan dan
akuntabel, Terimplementasinya rencana strategis komunikasi publik untuk program-program
umum dan unggulan Perangkat Daerah, Terwujudnya tata kelola pemerintahan yang
transparan dan akuntabel Provinsi DKI Jakarta, dan Mewujudkan tata kelola pemerintahan
dan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan serta peningkatan produktivitas dan
integritas aparatur.
Adapun output yang ditargetkan pada tahun 2021 untuk sdasaran khusus dan sasaran
operasional hampir seluruhnya mencapai target, prosentase dari target terendah yang
dicapai adalah Persentase progress penyelesaian tindak lanjut rekomendasi temuan hasil
pemeriksaan eksternal (BPK) yang hanya mencapai 79,7%. Untuk sasaran khusus berupa
“Terwujudnya tata kelola pemerintahan dan keuangan daerah yang transparan dan
akuntabel” pada akhir tahun justeru sudah melebihi target yang ditetapkan, yaitu dari target
15 SK output yang dihasilkan sebanyak 19SK.
SASARAN INDIKATOR
TARGET OUTPUT
STRATEGIS OUTPUT
Pencapaian Kinerja Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta
pada tahun 2021 secara umum rata rata capaian kinerja sasaran strategis mengalami
peningkatan.
Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta dalam tahun 2017
- 2021 dapat memenuhi tugas dan fungsi yang dibebankan kepada organisasi. Hal ini
tercermin dari nlai capaian realisasi penyerapan anggaran APBD Tahun Anggaran 2017 -
2021 cenderung meningkat yang didasarkan pada realisasi penggunaan seluruh anggaran
Dinas, Suku Dinas, Unit Pengelola Rumah Susun, Unit Pengelola Dana Perumahan dan Unit
Pusat Data dan Informasi.
Sementara untuk Anggaran APBD Tahun Anggaran 2021 baik Belanja Langsung maupun
Tidak Langsung mengalami peningkatan jika dibandingkan dengan Anggaran APBD Tahun
Anggaran 2020. Hal ini disebabkan oleh adanya Kontraksi pada Anggaran TA 2020. Namun
jika melihat perubahan anggaran APBD dari Tahun 2017 hingga Tahun 2021 terjadi
perubahan yang cukup fluktuatif, Anggaran tertinggi diperoleh pada Tahun 2017, menurun
tajam di Tahun 2020 dan meningkat kembali di Tahun 2021.
Untuk penjelasan lebih rinci dapat dilihat pada uraian Tabel Perbandingan Realisasi APBD
Tahun Anggaran 2017 – 2021, sebagaimana dibawah ini :
TAHUN
ANGGARAN
2017 2018 2019 2020 2021
Belanja
4,752,311,942,447 2,396,725,454,769 946,502,675,619 755,105,577,769 2,121,945,485,709
Langsung
Belanja Tidak
119,479,851,040 129,813,606,000 128,218,310,000 86,341,601,722 122,919,378,452
Langsung
Jumlah 4,871,791,793,487 2,526,539,060,769 1,074,720,985,619 841,447,179,491 2,244,864,864,161
Sumber: Realisasi Anggaran DPRKP Provinsi DKI Jakarta 2017-2021
TAHUN
ANGGARAN
2017 2018 2019 2020 2021
Belanja
2,991,103,562,029 2,104,951,161,789 262,519,736,017 688,588,008,109 2,066,328,378,904
Langsung
Belanja Tidak
111,007,656,832 127,396,915,292
Langsung 121,381,553,075 78,038,641,140 121,134,638,713
Tabel 12. Rasio Realisasi dan Anggaran DPRKP Provinsi DKI Jakarta 2017 – 2021
TAHUN
ANGGARAN
2017 2018 2019 2020 2021
Belanja
62.94 87.83 27.74 91.19 97.38
Langsung
Belanja Tidak
92.91 98.14 94.67 90.38 98.55
Langsung
JUMLAH 63.67 88.36 35.72 91.11 97.44
Capaian ini telah menggambarkan kondisi obyektifitas yang ada. Sedangkan pada tahun
2021 ini berdasarkan hasil penilaian kinerja yang menggunakan penghitungan dengan form
Rencana Kinerja Tahunan dan form Pengukuran Kinerja maka Dinas Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta pada Tahun 2021 dikategorikan Sangat Baik
dengan nilai capaian penyerapan anggaran Belanja Langsung dan Belanja Tidak Langsung
sebesar 97,44%. Capaian ini telah menggambarkan kondisi obyektifitas yang ada.
Berdasarkan tabel 2.14 – 2.15 yang menjabarkan tentang anggaran dan realisasi anggaran
berdasarkan indikator kinerja utama dan indikator kerja lainnya dari hasil evaluasi target
RENSTRA 2017-2021, LAKIP, dan SPM DPRKP pada tabel tersebut menjelaskan bahwa
secara umum sasaran strategis yang telah ditetapkan dalam RENSTRA DPRKP sampai
dengan Tahun 2021 belum semua dapat dicapai sesuai target. Namun Dinas Perumahan
Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta telah berupaya dengan seoptimal
mungkin agar dapat berhasil melaksanakan program dan kegiatan sesuai dengan rencana
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Tabel 14. Anggaran Bidang/ UKPD DPRKP Provinsi DKI Jakarta 2017 – 2019
Pembangunan Perumahan
Rakyat dan Kawasan 4,390,726,453,807 679,921,290,976 525,774,881,350
Permukiman
Perencanaan Teknis 211,403,135,427 1,567,230,303,548 305,512,606,730
Perawatan Perumahan
Rakyat dan Kawasan 139,364,623,790 132,468,547,653 97,901,923,776
Permukiman
Pembinaan dan Peran
1,659,400,950 1,653,495,365 2,707,853,640
Serta Masyarakat
Pembangunan Perumahan
Rakyat dan Kawasan 2,852,732,854,903 551,736,104,233 95,959,979,798
Permukiman
Jika melihat anggaran dan realisasi anggaran pada tahun 2017-2019 berdasarkan Bidang/
UKPD, dapat dilihat bahwa penyerapan anggaran bidang DPRKP Provinsi DKI Jakarta cukup
TAHUN
ANGGARAN
2017 2018 2019 2020 2021
Kota Administrasi
24,720,659,924 21,194,532,130 26,563,637,169 7,601,840,787 40,400,349,919
Jakarta Pusat
Kota Administrasi
32,801,868,729 50,848,529,035 243,697,612,538 10,038,899,877 51,936,125,332
Jakarta Utara
Kota Administrasi
32,863,915,975 21,159,547,412 70,192,246,827 8,127,570,357 68,531,294,066
Jakarta Barat
Kota Administrasi
32,826,192,770 23,129,745,075 36,027,346,477 7,052,715,358 31,131,483,171
Jakarta Selatan
Kota Administrasi
32,845,551,444 51,094,138,175 90,566,961,630 8,820,394,750 29,963,262,049
Jakarta Timur
Kabupaten
Administrasi 10,176,503,235 12,031,465,471 11,552,938,886 1,168,387,984 3,173,010,477
Kepulauan Seribu
Jumlah 166,234,692,077 179,457,957,298 478,600,743,527 42,809,809,113 225,135,525,014
Tabel 18. Realisasi Anggaran Suku Bidang Kota/ Kabupaten DPRKP Provinsi DKI
Jakarta 2017 – 2021
TAHUN
ANGGARAN
2017 2018 2019 2020 2021
Kota Administrasi
Jakarta Pusat 24,000,881,419 3,492,011,341 21,249,316,266 7,565,537,865 36,810,017,577
Kota Administrasi
Jakarta Utara 31,417,881,835 28,246,002,565 182,072,888,046 9,274,557,165 51,183,028,057
Kota Administrasi
Jakarta Barat 31,490,620,855 3,947,542,411 59,248,185,620 8,047,437,439 66,786,798,916
Kota Administrasi
Jakarta Timur 31,544,375,848 36,667,376,050 73,326,043,560 7,901,364,930 28,924,488,209
Kabupaten
Administrasi
9,430,309,807 8,300,856,167 2,803,655,714 617,958,235 2,545,468,380
Kepulauan Seribu
Tabel 19. Rasio Realisasi dan Anggaran Suku Bidang Kota/ Kabupaten DPRKP
Provinsi DKI Jakarta 2017 – 2021
TAHUN
ANGGARAN
2017 2018 2019 2020 2021
Pada Tabel Anggaran, Realisasi anggaran serta Rasio anggaran pada tahun 2017-2021
berdasarkan Suku Bidang Kota dan Kabupaten, menunjukan bahwa pada Tahun 2018
seluruh wilayah mengalami penyerapan anggaran yang rendah, terutama di Suku Bidang
Kota Administrasi Jakarta Pusat dan Jakarta Barat. Dapat terlihat juga bahwa pada
Anggaran Tahun 2021 dialokasikan di suku bidang kota administrasi Jakarta Barat.
Cakung Barat
16,911,389,847 15,389,071,778 16,319,299,213 15,374,801,224
Cipinang
8,341,376,955 10,129,399,185 16,186,822,607 15,418,797,736
Jatinegara Barat
7,905,680,743 9,496,415,861 12,643,503,923 12,105,975,437
Jatinegara Kaum
7,305,327,143 9,207,095,872 12,100,285,798 9,005,808,404
Jati Rawasari
9,678,669,228 9,872,486,853 12,556,635,519 11,993,535,331
Marunda 23,266,543,523
29,627,083,014 27,778,372,144 27,187,637,278
Muara Baru
19,983,553,630 17,586,171,686 14,632,565,687 13,865,317,243
Penjaringan 8,883,971,902 14,077,089,804
14,055,528,463 13,370,106,445
Pinus Elok 7,543,741,837 16,718,790,530 32,568,781,208
32,172,826,356
Pulo Gebang 12,707,105,580 12,602,608,314
11,282,249,298 13,809,470,444
Rawa Bebek 12,797,516,893 11,311,781,144
15,938,343,305 13,793,583,529
Semper
5,407,515,186 14,813,886,489 39,290,180,410 37,962,476,908
Tambora 32,186,131,465
22,595,900,122 27,027,971,784 32,574,151,357
Jumlah 168,263,975,798 43,514,466,765
196,115,638,710 259,467,250,360
Marunda 21,877,373,560
18,043,739,735 18,941,060,005 24,114,943,045
Muara Baru
12,617,267,905 14,085,262,393 13,087,242,729 13,181,288,843
Penjaringan
6,956,435,133 11,319,546,334 12,801,442,650 12,233,313,273
Pinus Elok 11,017,155,142 30,711,727,891
5,588,743,682 31,930,528,984
Pulo Gebang
8,216,140,152 8,580,556,440 12,395,424,154 12,172,663,410
Rawa Bebek 12,935,706,790
7,397,454,466 9,702,447,886 13,471,856,480
Semper 33,485,432,313 36,579,133,759
2,038,933,413 7,148,398,104
Tambora
14,911,531,266 19,728,395,364 29,183,344,264 30,277,268,926
Jumlah 32,527,817,336
111,030,085,536 143,617,000,599 232,633,135,866
Tabel 23. Anggaran, Realisasi Anggaran, Rasio Realisasi dan Anggaran UPRS
DPRKP Provinsi DKI Jakarta 2021
Realisasi penyerapan anggaran untuk sasaran strategis DPRKP dipengaruhi dengan berbagai
macam permasalahan dan faktor. Adapun permasalahan tersebut terbagi ke dalam beberapa
bagian, yaitu:
Tantangan dan peluang pengembangan pelayanan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman Provinsi DKI Jakarta dapat dilihat dari capaian kinerja sampai dengan tahun
2021. Dilihat dari hasil capaian kinerja yang dilaksanakan Dinas Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman sampai dengan tahun 2021 terdapat urusan dan program
pembangunan mendekati target capaian yang ditentukan namun terdapat pula yang masih
jauh dari target capaian.
Di antara Tantangan dalam rangka peningkatan pelayanan Dinas Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman Provinsi DKI baik pada Tahun 2018-2022 maupun tantangan yang
akan dihadapi hingga Tahun 2026 adalah bagaimana cara untuk memenuhi kebutuhan
rumah bagi masyarakat DKI Jakarta, terutama dengan mengurangi kebutuhan rumah bagi
Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR), yang mana dalam menyediakan perumahan bagi
MBR terdapat berbagai kendala dan permasalahan tersendiri. Selain itu juga tantangan yang
dihadapi adalah bagaimana meningkatkan kualitas Kawasan Permukiman dan kualitas
perumahan yang ada saat ini menjadi rumah layak huni, mengingat jumlah kawasan kumuh
di Provinsi DKI Jakarta yang masih sangat besar.
Akan tetapi dukungan kebijakan yang ada dari pemerintah pusat menjadi peluang bagi
DPRKP dalam meningkatkan pelayananannya. Kebijakan Publik dibuat oleh pemerintah
dalam kerangka untuk memecahkan masalah dan untuk mencapai tujuan serta sasaran
tertentu yang diinginkan. Dalam konteks perumahan dan kawasan permukiman, tentu
kebijakan publik yang dilakukan pemerintah untuk mencapai tujuan serta sasaran dalam
mewujudkan perumahan rakyat dan penataan kawasan permukiman, dengan indikator-
indikator yang telah ditetapkan lebih dahulu.
Saat ini Pemerintah Pusat telah menetapkan kebijakan untuk memenuhi kebutuhan rumah
di Indonesia salah satunya melalui penetapan RPJMN, yang mana target yang akan dikejar
hingga Tahun 2024 adalah meningkatkan akses perumahan dan permukiman layak, aman
dan terjangkau di perkotaan, serta terdapat penetapan proyek prioritas strategis (Major
Project) berupa penyediaan Rumah Susun Perkotan sebanyak 1 (satu) Juta Rumah susun.
Dalam rangka perumusan strategi pada Renstra Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan
Permukiman Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023-2026 agar dapat meningkatkan level
pelayanannya kepada masyarakat, maka perlu diketahui apa saja tantangan dan peluang
untuk masing-masing bidang yang ada di DPRKP. Berikut ini disampaikan Tantangan Peluang
masing-masing bidang dan unit kerja di Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman.
1) Sekretariat
A. Tantangan
2) Bidang Perumahan
A. Tantangan
Bidang perumahan yang memiliki tugas melaksanakan penyelenggaraan
perencanaan perumahan, penyediaan perumahan dan perawatan perumahan
memiliki tantangan dalam pelaksanaannya. Tantangan di bidang perumahan,
antara lain:
1. Tingkat urbanisasi di kota besar yang tinggi dan sirkulasi warga
masyarakat sebagai pekerja pendatang dari pinggiran kota.
2. Pada tahun 2030 (berdasarkan New Urban Agenda), memastikan akses
bagi semua warga terhadap perumahan yang layak, aman, terjangkau,
termasuk penataan kawasan kumuh, serta akses terhadap pelayanan
dasar perkotaan;
3. Mewujudkan hak atas perumahan yang layak secara utuh sebagai
komponen dari hak atas standar hidup yang layak, tanpa diskriminasi,
akses universal terhadap air minum dan sanitasi yang aman dan
terjangkau, serta akses yang setara untuk semua; dan
4. Pengembangan kawasan berbasis transit (Transit Oriented Development
[TOD]) yang adil dan meminimalkan pemindahan, khususnya kelompok
miskin, dan dilengkapi dengan perumahan berimbang yang terjangkau
serta pekerjaan dan jasa yang beragam.
3) Bidang Permukiman
A. Tantangan:
terhadap lingkungan layak huni tidak terjadi secara optimal, maka akan
B. Peluang:
di Provinsi DKI Jakarta. Adapun peluang yang ada terkait dengan peningkatan
pembiayaan perumahan;
A. Tantangan :
bank menawarkan produk KPR, tetapi umumnya berbiaya tinggi karena tidak
didukung oleh dana jangka panjang. Secara garis besar, terdapat empat faktor
keuangan dan/atau lembaga non keuangan dan pihak terkait lainnya dalam
penyediaan rumah.
A. Tantangan
Telah dijelaskan dibagian terdahulu bahwa Bidang Regulasi dan Peran Serta
sosial.
terhadap perubahan lingkungan dan cara hidup warga yang berbeda dari
sebelumnya.
B. Peluang
Adapun peluang terkait dengan bidang regulasi dan peran serta masyarakat yang
perumahan;
MBR;
A. Tantangan
1. Pertumbuhan jumlah penduduk dan urbanisasi setiap tahun meningkatkan
kebutuhan hunian masyarakat;
2. Keterbatasan ketersediaan lahan dan tingginya harga lahan memberi
dampak kepada tingginya harga rumah sehingga menyebabkan
ketidakmampuan masyarakat untuk membeli rumah;
3. Terbatasnya informasi tentang perumahan yang layak dan terjangkau
terutama bagi MBR serta akses bantuan pembiayaan perumahan;
4. Tuntutan masyarakat yang semakin tinggi terhadap kualitas pelayanan
yang baik pada Suku Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
Kota Administratif.
B. Peluang
1. Tersedianya alokasi dana pembangunan daerah yang meningkat dari
tahun ke tahun;
2. Dukungan kebijakan pemerintah daerah tentang Program Pembiayaan
Perumahan;
3. Dukungan subsidi dan kebijakan pemerintah pusat dalam pembiayaan
perumahan;
4. Dorongan kebijakan Undang-Undang agar Pemerintah Daerah
menyelenggarakan Penyediaan Perumahan dan Membentuk Sistem
Pembiayaan Perumahan bagi MBR;
5. Dunia usaha konstruksi yang kondusif dan terus berkembang; dan
6. Perkembangan investasi di bidang perumahan.
A. Tantangan :
pemerintahan bidang pekerjaan umum dan penataan ruang pada sub urusan
infrastruktur. Kondisi jalan umumnya masih kurang lebar dan jalurnya belum
dimaksud dengan utilitas dasar adalah air bersih, listrik, drainase, dan sampah.
B. Peluang :
susun sewa dan rumah susun sewa beli sesuai dengan kewenangannya;
dan kegiatan perawatan kawasan rumah susun sewa dan rumah susun sewa
permukiman dan kegiatan perawatan kawasan rumah susun sewa dan rumah
lingkup Kabupaten.
B. Peluang
1. Target pembangunan rumah susun yang masih ditingkatkan setiap tahunnya;
2. Pembangunan rumah susun berbasis kawasan TOD;
3. Meningkatnya investasi di Kota Jakarta dalam membangun rumah susun; dan
A. Tantangan :
Tugas dari Unit Pengelola Dana Perumahan adalah membantu Dinas dalam
B. Peluang :
sama dan/ atau kemitraan dengan Bank Pelaksana dalam penyaluran fasilitasi
A. Tantangan
MBR;
B. Peluang
Adapun peluang yang dapat mendukung tugas pusat data dan informasi
Permasalahan perumahan rakyat dan kawasan permukiman di Provinsi DKI Jakarta dapat
timbul dari kekuatan yang belum didayagunakan secara optimal, kelemahan yang tidak
diatasi, peluang yang tidak dimanfaatkan, dan ancaman yang tidak diantisipasi. Identifikasi
permasalahan melalui kajian baik internal maupun eksternal merupakan hal yang sangat
penting dalam menentukan faktor-faktor penentu keberhasilan (critical success factors).
Hasil identifikasi permasalahan yang berkembang di DPRKP dapat menjadi salah satu
landasan dalam menyusun strategi DPRKP yang lebih tepat dalam rangka mengurai
permasalahan perumahan rakyat dan kawasan permukiman hingga Tahun 2026 yang dalam
hal ini tertuang di dalam renstra.
A. Sekretariat
Salah satu permasalahan DPRKP adalah belum memiliki Data base yang lengkap terkait
perumahan dan kawasan permukiman yang menjadi indikator kinerja dari Dinas Perumahan
Rakyat dan Kawasan Permukiman. Permasalahan lainnya yaitu masih terbatasnya sarana
dan prasarana kerja untuk menunjang kinerja DPRKP seperti komputer, printer, dan cctv
yang rusak. Selain itu fasilitas internet juga masih belum optimal untuk menunjang kinerja
Saat ini DPRKP telah memiliki dukungan SDM yang kompeten namun di beberapa bidang
secara kuantitas masih terkendala pada keterbatasan jumlah personel/SDM. Untuk dapat
menjalankan tugas dan fungsinya secara optimal, DPRKP memerlukan tambahan tenaga-
tenaga dengan keahlian tertentu baik yang berupa skillware maupun brainware. Saat ini
permasalahan mendasar yang mempengaruhi kinerja dan optimalisasi pelayanan DPRKP
adalah keterbatasan sumber daya manusia. Untuk itu pemenuhan kekurangan SDM menjadi
sangat penting untuk dipenuhi baik dari tenaga ASN maupun Non ASN/Penyedia Jasa
Lainnya Orang Perorangan.
Selain mengacu pada hasil Analisis Beban Kerja (ABK), pemenuhan kebutuhan pegawai pada
Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta juga perlu
mempertimbangkan dan mengantisipasi adanya perubahan struktur organisasi yang terjadi
dan pegawai yang telah memasuki masa pensiun serta optimalisasi pelaksanaan tugas pada
masing-masing unit kerja.
B. Bidang Perumahan
Tiap warga negara mempunyai hak mendapatkan hunian. Hak hunian dijelaskan dalam UUD
1945 Pasal 28H bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat
tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta memperoleh
pelayanan kesehatan. Pada UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Kawasan
Permukiman pada pasal 5 ayat 1 juga dijelaskan bahwa negara bertanggung jawab atas
penyelenggaraan perumahan dan kawasan permukiman yang pembinaannya dilaksanakan
oleh pemerintah. Untuk itu peran pasar properti sangat penting dalam pemenuhan hak
hunian masyarakat.
Permukiman merupakan bagian dari kawasan budi daya yang fungsi utamanya sebagai
tempat tinggal, yang meliputi kawasan yang didominasi oleh tempat hunian dan berbagai
kawasan, yang masing-masing didominasi oleh tempat kegiatan manusia yang terorganisir
dalam berbagai bentuk kegiatan, yang dilengkapi dengan prasarana lingkungan, sarana
lingkungan, dan utilitas umum.
Kondisi ideal suatu permukiman seperti yang telah disebutkan adalah permukiman yang
lestari dan permukiman yang aman, namun permukiman di DKI Jakarta memiliki beberapa
permasalahan yang muncul yang menyebabkan tidak tercapainya permukiman yang lestari
dan aman, diantaranya adalah:
a. Meningkatnya kebutuhan lahan bagi pembangunan perumahan seiring dengan
meningkatnya jumlah penduduk;
b. Semakin terbatasnya luas lahan, dan mahalnya harga tanah;;
c. Semakin maraknya permukiman kumuh;
d. Pemanfaatan lahan perumahan dan permukiman belum memberikan rasa keadilan
kepada penduduk berpenghasilan rendah sehingga selalu tersingkirke luar kota dan jauh
dari tempat kerja.
e. Pemanfaatan ruang untuk perumahan dan permukiman belum serasi dengan
pengembangan kawasan fungsional lainnya atau dengan program sektor/fasilitas
pendukung lainnya.
f. permukiman kumuh dan berkembangnya masalah sosial di kawasan permukiman
kumuh.
Pembiayaan merupakan salah satu isu yang sangat kritikal dalam permasalahan
perumahan. Dari sisi pembiayaan dalam supply dan demand penyediaan perumahan,
pembiayaan yang terbatas menjadi kendala utama. Walaupun banyak bank di Indonesia
menawarkan produk KPR, tetapi umumnya berbiaya tinggi karena tidak didukung oleh dana
jangka panjang.
Secara garis besar, terdapat empat faktor terkait permasalahan pembiayaan yaitu
Keterjangkauan (Affordability) yaitu perihal kemampuan finansial masyakarat Indonesia
untuk kepemilikan rumah; Ketersediaan (Availability) yaitu terkait ketersediaan dana serta
kesenjangan antara persediaan dan permintaan perumahan; Aksesibilitas (Accessibility)
yaitu terkait akses masyarakat Indonesia kepada pembiayaan perumahan; dan
Keberlanjutan (Sustainability), yaitu terkait keberlanjutan dana.
2. Ketersediaan (Availability)
Isu Ketersediaan perumahan juga menjadi permasalahan bagi perumahan Indonesia.
Berikut dibawah ini adalah beberapa isu terkait ketersediaan perumahan yang juga
terjadi di DKI Jakarta:
3. Aksesibilitas (Accessibility)
Aksesibilitas masyarakat berpenghasilan menengah kebawah ke sumber pembiayaan
perumahan untuk mendapat KPR menjadi faktor yang cukup penting dalam
permasalahan program perumahan. Berikut adalah beberapa isu terkait aksesibilitas:
Oleh karena itu, bank biasanya cenderung sulit memberi pinjaman kepada Pekerja
Mandiri. Salah satu faktor terkait Pekerja Mandiri lainnya adalah pada umumnya
Pekerja Mandiri yang memiliki jumlah masyarakat berpenghasilan menengah
kebawah yang lebih besar serta kebutuhan pembiayaan perumahan yang lebih
tinggi dibanding Pekerja. Faktor-faktor diatas menunjukkan bahwa diperlukan fokus
khusus kepada Pekerja Mandiri untuk mendorong program perumahan yang efektif.
4. Keberlanjutan (Sustainability)
Sumber dana pembiayaan perumahan masih bersifat jangka pendek sehingga tidak
dapat berkelanjutan untuk KPR yang bersifat jangka panjang. Berikut adalah beberapa
faktor terkait keberlanjutan:
Peran serta masyarakat dan regulasi merupakan hal yang penting dalam penyelenggaran
perumahan dan permukiman. Keterlibatan atau peran masyarakat dalam penyelenggaraan
perumahan dan Kawasan permukiman telah diatur di dalam Undang-undang Nomor 1 Tahun
2011 serta Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia
Nomor 12 Tahun 2020.
Disebutkan di dalam Peraturan menteri Nomor 12 Tahun 2020 tersebut tersebut bahwa
Peran Masyarakat dalam Penyelenggaraan perumahan dan Kawasan Permukiman
merupakan pelibatan setiap pelaku pembangunan dalam upaya pemenuhan kebutuhan
perumahan bagi seluruh masyarakat.
Selain hal-hal tersebut, pelibatan masyarakat juga dapat terkait dengan pendanaa/
pengadaan perumahan untuk masyarakat. Meskipun porsi dan pengaturan peran masyarakat
Suku Dinas dipimpin oleh seorang Kepala Suku Dinas yang berkedudukan di bawah dan
bertanggung jawab kepada Kepala Dinas serta secara operasional dikoordinasikan oleh
Walikota, dalam pelaksanaanya juga menemui permasalahan seperti:
1. Keterbatasan Sumber Daya Manusia Dalam Rangka Optimalisasi Kualitas Pelayanan
Suku Dinas;
2. Kurangnya koordinasi dan komunikasi yang intensif baik secara vertikal dan horizontal;
3. Terbatasnya pengawasan, monitoring dan evaluasi yang efektif terhadap pelaksanaan
kegiatan yang sudah direncanakan; dan
4. Penyerapan anggaran sering terkendala.
Terkait dengan permasalahan tersebut, salah satu aspek yang berpengaruh adalah
perkembangan penduduk yang ada di setiap pulau. Perkembangan penduduk akan
berdampak pada semakin meningkatnya aktivitas yang terjadi dan pada akhirnya dapat
menyebabkan permasalahan yang timbul di pulau-pulau berpenduduk menjadi semakin
komplek. Hal ini disebabkan kondisi lingkungan akan berubah lebih cepat yang diakibatkan
oleh aktivitas manusia. Perubahan dan penurunan kualitas lingkungan yang terjadi di pulau-
pulau berpenduduk lebih jauh akan mempengaruhi kondisi di sekitarnya. Oleh karena itu
pengembangan pulau-pulau berpenduduk harus didasari oleh precautionary approach yang
bersifat melindungi atau mencegah.
Dengan banyaknya potensi pulau-pulau kecil di satu sisi dan kendala yang dihadapi di sisi
lain maka diperlukan upaya optimasi sehingga pembangunan kawasan tersebut dapat
berlangsung secara optimal. Upaya yang perlu dilakukan untuk mencapainya adalah
pembangunan yang sedang dan akan dilaksanakan harus didasarkan pada daya dukung
lingkungan baik yang ada di kawasan tersebut maupun kawasan sekitarnya. Dalam rangka
mendapatkan kesesuaian pembangunan dengan daya dukung lingkungan, banyak faktor
yang perlu dipertimbangkan sehingga tercapai tujuan pembangunan yang optimal.
Salah satu faktor yang dapat dijadikan ukuran daya dukung lingkungan adalah ketersediaan
lahan yang menggambarkan daya tampung kawasan untuk mendukung pertambahan
jumlah penduduk. Pentingnya analisis perkembangan penduduk dalam kaitannya dengan
kemampuan kawasan untuk menampungnya didasari oleh fakta bahwa aktivitas manusia
mempunyai dampak yang signifikan terhadap kondisi lingkungan. Hal ini disebabkan
aktivitas manusia akan memanfaatkan sumber daya alam yang ada di sekitarnya. Oleh
karena itu perlu ditekankan bahwa aktivitas manusia harus sesuai dengan daya dukung
Pembangunan rumah susun di Provinsi DKI Jakarta terus dilaksanakan, baik rumah susun
mewah maupun rumah susun khusus Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Pengelolaan rusunawa dilakukan demi terciptanya keberlanjutan dari program pembangunan
rusunawa yang telah dilakukan dalam rangka mengatasi permasalahan hunian. Pengelolaan
menurut Subkhan (2008) ialah pengelolaan rumah susun sewa terkait aspek sosial
masyarakat, aspek ekonomi, aspek spasial, aspek pengelola, aspek pengelolaan teknis
prasarana dan sarana, pengelolaan persewaan, pemasaran dan pembinaan penghuni,
startegi pasar dan pembinaan, serta pengelolaan administrasi dan keuangan dari sudut
pandang penghuni. Sedangkan menurut Hendaryono (2010), ada beberapa hal yang
mempengaruhi pengelolaan rumah susun sewa terkait pemanfaatan fisik, penghunian,
lingkungan, peranan badan pengelola, pemberdayaan sosial, kemampuan ekonomi, peranan
pemerintah daerah, dan implementasi regulasi pengelolaan dari sudut pandang penghuni.
Berdasarkan perspektif di atas, beberapa permasalahan UPRS secara umum yang dapat
dihimpun terdiri dari:
1. Pemeliharaan rumah susun sering terhambat akibat proses serah terima asset yang
lama dan Panjang;
2. Perawatan bangunan (rumah susun) terkait dengan biaya tinggi;
3. Rumah susun tidak tepat sasaran, harusnya untuk MBR namun ada warga mampu
yang tinggal di rumah susun;
4. Untuk rumah susun sewa, banyak penyewa tidak bayar tepat waktu;
5. Satu unit rumah susun, dihuni lebih dari 1 KK, sehingga tetap menjadi hunian yang
tidak layak;
6. Minat masyarakat untuk berhuni di rumah susun masih rendah.
Sedangkan permasalahan yang dihadapi UPRS terkait dengan lokasi rusun, dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tolok ukur keberhasilan dalam aspek pelanggan/konsumen Rusun agak berbeda dengan
perusahaan pada umumnya. Apabila tolok ukur keberhasilan perusahaan adalah bagaimana
ia mampu mempertahankan (loyalitas) bahkan menambah pelanggan, tetapi untuk Rusun
mindset ini dibuat berlawanan. Tolok ukur keberhasilan Rusun diukur dengan banyaknya
golongan kecil dan menengah yang menempati Rusun karena keberhasilannya
Dilema antara pelayanan sosial pada masyarakat dengan usaha untuk menghidupi diri
sendiri. Issue ini mendapatkan perhatian yang cukup karena hal ini menyangkut keberadaan
organisasi dalam menghidupi diri sendiri dengan misinya melakukan pelayanan pada
masyarakat, dalam hal ini masyarakat berpenghasilan rendah (MBR). Organisasi dihadapkan
pada persoalan kecilnya pendapatan yang didapat dari tarif pelayanan Rusun, sehingga
sudah dapat dipastikan tidak mencukupi untuk membiayai operasi organisasi secara
keseluruhan. Di lain pihak, organisasi juga dituntut untuk mengurangi subsidi pemerintah
daerah agar mampu berdiri sendiri dan menjadi sebuah pelayanan umum daerah yang
sehat.
Berdasarkan Rencana Bisnis dan Anggaran (RBA) Unit Fasilitasi Pemilikan Rumah Sejahtera
Tahun 2020 Provinsi DKI Jakarta Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman,
pendapatan yang diperoleh Unit Pengelola dana Perumahan berasal dari 2 jenis, yaitu:
1. Jasa Layanan yaitu bunga dari pinjaman dana yang disalurkan ke masyarakat sebesar
1,9 %.
2. Pendapatan Lain-lain yang berasal dari pengelolaan dana yang dalam bentuk giro dan
deposito (time deposit, on call dan lain-lain) atas dana yang belum disalurkan dengan
yield sebesar 6,5%.
Dana yang tersedia pada tahun 2019 berjumlah Rp 350 milyar dan akan terserap sampai
pada akhir tahun sejumlah Rp 45 milyar. Dengan demikian saldo dana tersedia di akhir
tahun 2019 atau awal tahun 2020 sebesar Rp 290 milyar. Pada tahun 2020 akan diterima
tambahan dana dari pemerintah daerah untuk disalurkan sejumlah Rp 500 milyar.
Pusat data dan Informasi merupakan salah satu unit kerja yang baru dikembangkan di 5
(lima) tahun terakhir ini di DPRKP, sehingga sangat dimaklumi jika pelayanan yang ada
belum bisa dilakukan secara optimal. Beberapa permasalahan yang muncul di pusat data
dan informasi DPRKP adalah:
- Kurangnya sumber daya manusia (SDM) dalam mengelola data yang ada di DPRKP, baik
di bidang kominfo, statistik maupun keahlian lainnya;
- Belum lengkapnya data-data yang terkait DPRKP;
- Dinamika perubahan data dilapangan yang tidak secepat dinamika perubahan data di
pusat data dan informasi;
- Data yang masih terpencar-pencar di berbagai bidang, sub bidang ataupun dinas lain
yang terkait;
- Sarana dan Prasarana pendukung data dan informasi yang kurang memadai;
- Pelaksanaan sosialisasi terkait pusat data dan informasi yang belum optimal;
- Kurangnya pedoman pengelolaan informasi dan komunikasi berklasifikasi;
- Lemahnya kesadaran masyarakat dalam pemanfaatan dan pelayanan informasi serta
keterbukaan informasi publik;
- Validasi, pemanfaatan, pengelolaan dan up dating data statistik sektoral yang belum
optimal;
- Belum adanya Data centre; dan
- Integrasi Sistem Informasi belum tercapai.
Terdapat 4 (empat) pilar dari RPJMN ke IV tahun 2020-2024 yang merupakan amanat RPJPN
2005-2025 untuk mencapai tujuan utama dari rencana pembangunan nasional periode
terakhir. Keempat pilar tersebut diterjemahkan ke dalam 7 agenda pembangunan yang
didalamnya terdapat Program Prioritas, Kegiatan Prioritas, dan Proyek Prioritas.
Selaras dengan tujuan pembangunan nasional yang tertuang dalam RPJMN 2020- 2024,
berikut merupakan target pembangunan infrastruktur utama Kementerian PUPR di bidang
sumber daya air, konektivitas, keciptakaryaan, dan perumahan.
Di dalam melaksanakan agenda pembangunan (prioritas nasional) RPJMN 2020- 2024 disusun
Proyek Prioritas Strategis (Major Project). Proyek ini disusun untuk membuat RPJMN lebih
Gambar 6. Target Utama Kementerian PUPR Sektor SDA, Bina Marga. Cipta Karya, dan
Perumahan
Adapun Major Project yang dalam penyusunan dan pelaksanaan yang melibatkan Dinas
perumahan dan permukiman adalah penyediaan 1 juta Rumah Susun Perkotaan, dengan
manfaat yang diharapkan dapat di capai adalah Meningkatnya akses masyarakat terhadap
perumahan layak, aman dan terjangkau untuk sejuta rumah tangga perkotaan dan mencegah
terbentuknya permukiman kumuh. Indikasi pembiayaan terhadap rumah susun perkotaan
adalah sebesar Rp 397,9 Trilyun yang bersumber dari dana APBN: Rp 18,0 Trilyun, APBD: Rp
109,2 Trilyun, BUMN: Rp 28,0 Trilyun, Swasta: Rp 237,5 Trilyun dan Masyarakat: Rp 5,0
Trilyun.
Terdapat beberapa Tujuan Renstra Kementerian PUPR, PUPR no 23 Tahun 2020, salah satunya
merupakan terdapat Tujuan yang terkait dengan pembangunan perumahan, berikut tujuan
yang tertera didalam Renstra PUPR:
1. Peningkatan ketersediaan dan kemudahan akses serta efisiensi pemanfaatan air untuk
memenuhi kebutuhan domestik, peningkatan produktivitas pertanian, pengembangan
energi, industri dan sektor ekonomi unggulan, serta konservasi dan pengurangan
risiko/kerentanan bencana alam
Adapun sasaran strategis yang terkait dengan perumahan di dalam renstra adalah Sasaran
Strategis ketiga (SS-3), yakni: Meningkatnya Penyediaan Akses Perumahan dan
Infrastruktur Permukiman Yang Layak, Aman dan Terjangkau, dengan Indikator
Kinerja: (1) Persentase peningkatan pelayanan infrastruktur permukiman yang layak dan
aman melalui pendekatan smart living; (2) Persentase pemenuhan kebutuhan rumah layak
huni.
Kebijakan di dalam Renstra PUPR yang terkait dengan pengembangan perumahan dan
kawasan permukiman adalah Kebijakan Peningkatan Kualitas Permukiman. Kebijakan
peningkatan kualitas permukiman dilakukan dengan:
Arah kebijakan ditujukan bagi peningkatan akses masyarakat terhadap hunian layak melalui
penyediaan rumah layak huni secara kolaboratif yang akan dilaksanakan dengan kebijakan
dan strategi sebagai berikut:
Arah kebijakan dan strategi akan dilaksanakan melalui 5 program dan 50 kegiatan
pembangunan Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Untuk Program Perumahan
dan Kawasan Permukiman, terdiri dari kegiatan: (1) Penyelenggaraan Permukiman dan
Bangunan Gedung; (2) Pembangunan dan Rehabilitasi Prasarana Pendidikan; (3)
Penyelenggaraan Air Minum yang Layak; (4) Penyelenggaraan Sanitasi yang Layak; (5)
Penyelenggaraan Pembinaan Infrastruktur Permukiman; (6) Penyediaan Akses Rumah
Layak Huni; (7) Peningkatan Akses Pembiayaan Perumahan.
Paradigma baru yang dibawa oleh SDGs telah merubah pendekatan Pemerintah Indonesia
dalam merencanakan dan melaksanakan kebijakan pembangunan. Selaras dengan prinsip “No
One Left Behind”, SDGs mendorong Agenda Pembangunan Nasional menjadi lebih partisipatif
dan melibatkan multipihak yang luas baik pemerintah maupun nonpemerintah. Kebijakan-
Sebagai wujud komitmen politik pemerintah untuk melaksanakan SDGs, Presiden Republik
Indonesia telah menandatangani Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017 tentang
Pelaksanaan Pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Perpres tersebut juga merupakan
komitmen agar pelaksanaan dan pencapaian SDGs dilaksanakan secara partisipatif dengan
melibatkan seluruh pihak. Selanjutnya di tingkat Provinsi, Gubernur DKI Jakarta juga
mengeluarkan Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 156 Tahun
2018 Tentang Rencana Aksi Daerah Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Tahun 2017-2022.
Pandemi COVID-19 yang melanda Provinsi DKI Jakarta sejak awal tahun 2020 telah
memberikan dampak yang sangat luas khususnya terhadap pencapaian TPB/SDGs di Provinsi
DKI Jakarta. Untuk meredam penyebaran COVID-19, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta
memberlakukan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang dilaksanakan
sepanjang tahun 2020. Implikasi dari pelaksanaan PSBB tersebut tentunya sangat berdampak
terhadap mobilitas masyarakat di berbagai sektor seperti pendidikan, perkantoran,
perdagangan, industri, dan lainnya.
Terkait sektor perumahan dan permukiman, PSBB di DKI Jakarta juga berdampak pada pada
pencapaian tujuan 11, yaitu Kota dan Pemukiman yang Berkelanjutan. Pembatasan aktifitas
masyarakat selama Pandemi COVID-19 mempengaruhi indikator persentase pengguna moda
transportasi umum di perkotaan. Pada tahun 2019 tercatat sebesar 21,7%. Namun pada tahun
2020, hanya mencapai 8,2 % jauh dari target persentase pengguna moda transportasi umum di
perkotaan sebesar 25%.
Di tengah tantangan yang ada Pemerintah Provinsi DKI Jakarta maupun masyarakat sipil perlu
tetap terus berupaya dalam rangka mencapai target TPB/SDGs. Secara lebih luas, pencapaian
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan/Sustainable Development Goals (TPB/SDGs) meliputi 3
(tiga) tujuan yang relevan dengan pelayanan DPRKP dalam rangka pelaksanaan pencapaian
TPB/SDGs, yaitu:
Good Health and Well-being - Menjamin kehidupan yang sehat serta mendorong
kesejahteraan hidup bagi semua orang di segala usia;
Dari sepuluh tujuan di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta, yang
dapat menjadi faktor pendukung dalam pembangunan perumahan dan permukiman di
Provinsi DKI Jakarta adalah tujuan kedua dan tujuan ketujuh. Untuk mewujudkan pemanfaatan
kawasan budi daya sebagaimana dimaksud dalam tujuan kedua, ditetapkan kebijakan sebagai
berikut :
a. pengembangan kawasan budi daya yang memilki nilai ekonomi skala regional,
nasional, dan internasional;
b. pengembangan kawasan budi daya melalui pemanfaatan ruang secara
vertikal dan kompak;
c. pengendalian perkembangan kegiatan budi daya agar tidak melampaui daya dukung
dan daya tampung lingkungan; dan
d. pengarahan perkembangan dan penataan kawasan permukiman sesuai karakteristik
kawasan.
Pada kebijakan kedua pengembangan kawasan budi daya diarahkan melalui pemanfaatan
ruang secara vertikal dan kompak. Kebijakan ini sangat sesuai dengan kondisi ketersediaan
lahan di Provinsi DKI Jakarta yang sangat terbatas. Arahan kebijakan pemanfaatan ruang
Untuk mewujudkan penataan ruang wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil yang berkelanjutan
sebagaimana dimaksud dalam tujuan ketujuh, ditetapkan kebijakan sebagai berikut:
a. pengelolaan dan pengendalian pembangunan kawasan pesisir dan pulau kecil dengan
mempertimbangkan kelestarian dan keberlanjutan lingkungan;
b. pengembangan wilayah Kepulauan Seribu sebagai daerah tujuan wisata regional,
nasional, dan internasional serta penghasil komoditi perikanan untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat dan kebutuhan pasar lokal, nasional, dan internasional;
c. penataan dan peningkatan kualitas lingkungan pada pulau-pulau
permukiman yang ada ; dan
d. pengembangan sistem prasarana dan sarana yang terintegrasi dengan sistem regional,
nasional, dan internasional.
Dalam RTRW Provinsi DKI Jakarta, secara khusus diberikan perhatian kepada pulau-pulau
permukiman agar dilakukan penataan dan peningkatan kualitas lingkungan. Kebijakan ini dapat
menjadi bahan dukungan bagi pelayanan DPRKPuntuk meningkatkan pembangunan perumahan
dan penataan kawasan di Kabupaten Kepulauan Seribu.
Peruntukan ruang untuk fungsi lindung dapat menjadi salah satu faktor penghambat khususnya
terkait pengadaan lahan untuk pembangunan dan pengembangan pengembangan perumahan
dan kawasan permukiman. Di satu sisi kendala keterbatasan lahan menjadi semakin besar
karena tidak semua lahan kosong dapat dialokasikan untuk perumahan dan kawasan
permukiman. Namun demikian, di sisi lain secara tidak langsung arahan peruntukan ruang
untuk fungsi lindung dapat menjadi faktor pendorong untuk terciptanya kawasan permukiman
yang layak huni, aman, dan berkelanjutan.
Oriented Development/TOD);
Berdasarkan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya, terdapat tiga kawasan peruntukan yang
terkait dengan perumahan rakyat dan kawasan permukiman yaitu:kawasan peruntukan
permukiman;
Kelima isu strategis prioritas ini berpotensi membawa dampak yang besar dalam perkembangan
Provinsi DKI Jakarta serta terkait dengan permasalahan perumahan rakyat dan kawasan
permukiman. Selanjutnya dalam dokumen KLHS dilakukan penilaian pengaruh muatan revisi
RTRW terhadap isu strategis pembangunan, meskipun secara eksplisit tidak disampaikan dalam
masing-masing pembahasan. Mengingat muatan RTRW yang sangat makro dan arahan
kebijakannya yang umum, analisis hanya dilakukan secara kualitatif. Selain itu, keterbatasan
data yang tersedia dan sempitnya waktu pelaksanaan tidak memberi ruang untuk
melaksanakan analisis secara kuantitatif ataupun survei lapangan. Analisis hanya mengandalkan
data sekunder dan hasilnya hanya merupakan perkiraan potensi dampak negatif yang mungkin
dapat ditimbulkan oleh arahan kebijakan.
Potensi pengaruh muatan kebijakan RTRW DKI Jakarta terhadap kelima isu strategis yang dikaji
dalam KLHS tidak secara langsung menyebutkan terkait urusan perumahan rakyat dan kawasan
permukiman. Namun demikian ada dua muatan yang memiliki dampak secara tidak langsung
dengan urusan perumahan rakyat dan kawasan permukiman. Muatan dan potensi dampak yang
diperkirakan akan timbul dibahas dalam keterkaitannya dengan urusan perumahan rakyat dan
kawasan permukiman yaitu:
Sistem Pusat Kegiatan dalam RTRW dikategorikan menjadi tiga sesuai dengan cakupan
pelayanannya, yaitu pusat kegiatan primer, pusat kegiatan sekunder dan pusat kegiatan
tersier. Namun, pembagian dalam kategori tersebut tidak dapat menjadi pembatas kegiatan
ataupun mobilitas masyarakat. Bahkan sebaliknya, pengembangan pusat kegiatan,
terutama sebagai pusat perdagangan, jasa dan transit center, menjadi pemicu bangkitan
kegiatan serta mobilitas masyarakat menuju ke, di dalam dan keluar dari kawasan tersebut.
Karena aktivitasnya yang tinggi, perkembangan pusat kegiatan umumnya sulit dibendung,
sehingga seringkali berujung pada semakin melebarnya lokasi aktivitas masyarakat dan
berkembangnya kawasan mengikuti alur jalan raya (pola pita). Titik-titik pusat kegiatan
yang saling berdekatan ini berpotensi semakin melebar dan melebur menjadi satu kawasan
pusat kegiatan yang tersambung membentuk pola pita, seperti telah terlihat di Jalan
Jenderal Sudirman, Jalan M.H. Thamrin, Jalan Kebon Sirih, Jalan Gajah Mada dan Jalan
Hayam Wuruk serta Jalan Pangeran Jayakarta.
Permintaan (demand) ruang untuk hunian dan kegiatan dalam kawasan akan meningkat
dan berpotensi menyebabkan peningkatan intensitas guna lahan. Bila tidak dikontrol,
peningkatan intensitas guna lahan akan mengorbankan ruang terbuka hijau dan fasilitas
kota yang diasumsikan tidak membawa keuntungan, seperti sarana pedestrian,
persampahan, dan air limbah. Akibatnya upaya pengembangan infrastruktur dan utilitas
perkotaan terbentur pada keterbatasan lahan. Di sisi lain, tingginya aktivitas masyarakat
dan kepadatan penduduk menyebabkan peningkatan kebutuhan akan infrastruktur dan
utilitas penyokong kegiatan di kawasan tersebut, seperti kebutuhan transportasi massal, air
bersih, pengolahan air limbah dan sampah.
Permintaan yang tinggi di lahan yang terbatas juga berujung pada peningkatan harga
lahan, hunian dan ruang kegiatan. Masyarakat dengan tingkat ekonomi terbatas akan
kesulitan memperoleh ruang di kawasan tersebut, sehingga terpaksa pindah keluar dari
kawasan atau berswadaya menggunakan lahan/ruang yang tidak sesuai peruntukannya.
Hal inilah yang menyebabkan timbulnya kawasan tidak teratur dan kumuh di antara
kawasan bergedung megah. Ketimpangan sosial dalam kawasan pun akan meningkat.
Rencana pengembangan sistem terpusat dalam masterplan 2012 yang telah dituangkan
dalam Pergub DKI Jakarta no. 41 tahun 2016 dan diangkat menjadi salah satu Proyek
Strategis Nasional (Perpres 58/2017) merupakan langkah yang baik untuk meningkatkan
pengelolaan air limbah domestik DKI Jakarta. Dalam masterplan 2012, pengelolaan air
limbah domestik di daratan DKI Jakarta diubah menjadi sistem terpusat yang dibagi
Selama ini, air limbah domestik merupakan salah satu pencemar lingkungan yang utama.
Salah satu akibat yang dirasakan dari pencemaran oleh limbah domestik ini adalah
buruknya kualitas sumber daya air yang ada dalam wilayah DKI Jakarta, sehingga Jakarta
harus bergantung pada pasokan air baku dari luar wilayah. Diharapkan dengan
pengembangan 15 zona pengolahan sistem terpusat ini, pencemaran lingkungan dapat
dikurangi secara signifikan, sehingga kualitas lingkungan hidup dan sumber daya air akan
membaik.
Selanjutnya dalam KLHS dibahas langkah-langkah alternatif yang dapat dilakukan untuk
meminimalisir dampak negatif yang berpotensi ditimbulkan oleh materi di atas. Dari rumusan-
rumusan alternatif yang ada kemudian disimpulkan rekomendasi yang dapat menjadi masukan
penyempurnaan muatan RTRW DKI Jakarta 2030 sebagai berikut:
KLHS juga sangat terkait dengan isu pembangunan berkelanjutan (SDG’s). Ini mengingat
bahwa dalam dokumen KLHS berisi isu strategis pembangunan berkelanjutan yang merupakan
hasil dari identifikasi daftar panjang yang dihasilkan dari proses FGD sampai dengan pengujian
silang sesuai dengan peraturan sehingga dapat diperoleh isu strategis prioritas yang telah
memperhitungkan kriteria lingkungan. Jika melihat adanya kegiatan yang memiliki tujuan untuk
memperoleh peningkatan kualitas permukiman dan perumahan, justru akan memberikan
dampak yang positif secara khusus terhadap lingkungan Hidup di Provinsi DKI Jakarta dan
secara umum mendukung terbentuknya pembangunan berkelanjutan (SDG’s).
Berbicara mengenai SDG’s yang sangat erat kitannya dengan KLHS, setidak-tidaknya ada 2
(dua) hal pokok yang menjadi bagian dari 17 tujuan SDG’s, yaitu : 1) mengakhiri segala bentuk
kemiskinan dimanapun; dan 2) menjadikan kota dan pemukiman manusia inklusif,
aman, berketahanan dan berkelanjutan. Jika melihat tujuan SDG’s tersebut yang sejalan
degan dengan tugas dari DPRKP maka dapat dikatakan telah sinergisnya DPRKP dengan
semangat KLHS dari Rencana Tata Ruang Dki Jakarta.
Rumusan isu strategis menggambarkan dinamika lingkungan eksternal baik skala regional,
nasional, maupun internasional, dan lingkungan internal, yang berpotensi memberi dampak
terhadap Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dalam kurun waktu jangka menengah maupun
jangka panjang. Oleh karena itu, isu strategis merupakan permasalahan yang bersifat sangat
mendesak dan harus segera diselesaikan. Metode yang digunakan dalam penentuan isu
strategis Renstra yaitu menggunakan Analisis Hierarchy Process (AHP) yang sebelumnya
didahului dengan diskusi secara terfokus terhadap permasalahan yang telah diidentifikasi.
Berdasarkan hasil gambaran pelayanan DPRKP, telaahan terhadap RPJMN, sasaran Jangka
menegah Renstra Kementerian PUPR, Implikasi RTRW dan Implikasi KLHS, serta hasil
identifikasi permasalahan yang ada dari setiap bidang dan unit kerja DPRKP, dapat dirumuskan
isu strategis dalam pelayanan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi DKI
Jakarta.
Analisis terhadap permasalahan yang menjadi isu strategis di DPRKP dilakukan sesuai dengan
3 prinsip dasar AHP yaitu:
1. Dekomposisi
Dengan prinsip ini struktur masalah yang kompleks dibagi menjadi bagian-bagian secara
hierarki. Tujuan didefinisikan dari yang umum sampai khusus. Dalam bentuk yang paling
sederhana struktur akan dibandingkan tujuan, kriteria dan level alternatif. Tiap himpunan
alternatif mungkin akan dibagi lebih jauh menjadi tingkatan yang lebih detail, mencakup lebih
banyak kriteria yang lain. Level paling atas dari hirarki merupakan tujuan yang terdiri atas satu
elemen. Level berikutnya mungkin mengandung beberapa elemen, di mana elemen-elemen
tersebut bisa dibandingkan, memiliki kepentingan yang hampir sama dan tidak memiliki
perbedaan yang terlalu mencolok. Jika perbedaan terlalu besar harus dibuatkan level yang
baru.
Kriteria :
Alternatif :
Gambar 9. Dekomposisi
3. Sintesa Prioritas
Sintesa prioritas dilakukan dengan mengalikan prioritas lokal dengan prioritas dari
kriteria bersangkutan di level atasnya dan menambahkannya ke tiap elemen
dalam level yang dipengaruhi kriteria. Hasilnya berupa gabungan atau dikenal
dengan prioritas global yang kemudian digunakan untuk memboboti prioritas lokal
dari elemen di level terendah sesuai dengan kriterianya.
Sintesis hasil penilaian merupakan tahap akhir dari AHP. Pada dasarnya, sintesis
ini merupakan penjumlahan dari bobot yang diperoleh setiap pilihan pada masing-
masing kriteria setelah diberi bobot dari kriteria tersebut.
Analisis AHP dalam penyusunan Renstra ini dilakukan dalam rangka melihat mana permasalahan
yang menjadi prioritas untuk diselesaikan. Untuk menentukan skala prioritas, maka ada
bebarapa langkah yang harus dilakukan, yaitu:
1. Menentukan masalah yang ingin diselesaikan atau solusi yang diinginkan, Menyusun
hierarki dari permasalahan atau dekomposisi masalah. Dalam penyusunan renstra berupa
penentuan permasalahan yang ingin diselesaikan dengan program/ Kegiatan yang akan
ditetapkan dialam renstra berdasarkan tujuan yang ingin dicapai yang telah di simpulkan
berdasarkan analisis SWOT, terdapat 12 permasalahan di DPRKP yang telah disampaikan.
2. Analisa masing-masing hierarki, menetapkan kriteria-kriteria yang kana menjadi bahan
penilaian permasalahan yang akan di analisis prioritas penaganannnya. Kemudian
dianalisis oleh penilai yang berupa expert dibidangnya, yaitu dapat berupa pelaku
kegiatan, penerima dampak, atau akademisi.
Berdasarkan hasil analisis, diperoleh bahwa dari 11 inti permasalahan terkait DPRKP,
maka bobot untuk setiap permasalahan adalah sebagai berikut:
Provinsi DKI Jakarta 2023 - 2026, untuk urusan Perumahan dan Kawasan Permukiman
ditetapkan tujuan dan sasaran jangka menengah dalam Renstra DPRKP 2023 - 2026. Tujuan
Rencana Pembangunan Daerah Provinsi DKI Jakarta 2023 – 2026 adalah “regenerasi kota yang
berketahanan dan berkelanjutan”, dengan indikator kinerja berupa indeks kota berkelanjutan.
Pembangunan Daerah Provinsi DKI Jakarta yaitu “pembangunan infrastruktur dan layanan
dasar perkotaan yang berkualitas”. Indikator kinerja sasaran Rencana Pembangunan Daerah
Provinsi DKI Jakarta 2023 – 2026 adalah persentase pemenuhan standar pelayanan perkotaan.
Berdasarkan tujuan dan sasaran Rencana Pembangunan Daerah Provinsi DKI Jakarta untuk
urusan Perumahan dan Kawasan Permukiman tersebut, ditetapkan tujuan dan sasaran jangka
menengah DPRKP. Tujuan jangka menengah DPRKP yaitu:
Indikator kinerja tujuan jangka menengah DPRKP yaitu persentase rumah tangga yang memiliki
akses terhadap hunian layak. Hunian layak yang dihitung adalah hunian yang dikelola oleh
DPRKP yang dibangun dari berbagai sumber pembiayaan, baik berupa rusunawa, rusunami,
maupun unit hunian dari kegiatan peningkatan kualitas kawasan. Persentase rumah tangga
Data Persentase rumah tangga yang memiliki akses terhadap hunian yang layak dan terjangkau
di Provinsi DI Jakarta mengacu pada data BPS, dimana BPS sejak tahun 2019 mengambil
kriteria rumah tangga memiliki akses terhadap hunian/rumah layak huni dari Metadata SDGs
Bappenas. Kriteria rumah tangga memiliki akses terhadap hunian/rumah layak huni yaitu:
1. kecukupan luas tempat tinggal minimal 7,2 m2 per kapita (sufficient living space);
2. memiliki akses terhadap air minum layak;
3. memiliki akses terhadap sanitasi layak; dan
4. ketahanan bangunan (durable housing), yaitu atap terluas berupa beton/ genteng/ seng/
kayu/ sirap; dinding terluas berupa tembok/ plesteran anyaman bambu/kawat,
kayu/papan dan batang kayu; dan lantai terluas berupa marmer/ granit/ keramik/
parket/vinil/karpet/ ubin/tegel/teraso/ kayu/papan/ semen/bata merah.
Sasaran jangka menengah DPRKP adalah “penyediaan hunian layak dan penataan kawasan
permukiman kumuh perkotaan”. Terdapat dua indikator kinerja sasaran, yaitu:
Untuk lebih jelasnya mengenai tujuan dan sasaran jangka menengah DPRKP dapat dilihat pada
gambar dan tabel berikut ini:
Gambar 12. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah DPRKP Tahun 2023-2026.
Tabel 31. Tujuan dan Sasaran Jangka Menengah Dinas Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023-2026
TUJUAN TARGET KINERJA
RENSTRA/ INDIKATOR KONDISI KONDISI
SASARAN KINERJA AWAL 2023 2024 2025 2026 AKHIR
RENSTRA
Tujuan Renstra: Persentase 40% 40,36% 40,41% 40,53% 40,90% 40,90%
Penataan Rumah
Permukiman dan Tangga Yang
Peningkatan Akses Memiliki
Hunian Layak Bagi Akses
Seluruh Masyarakat Terhadap
Hunian Layak
Dalam rangka mencapai tujuan jangka menengah DPRKP yaitu: “Penataan permukiman dan
peningkatan akses hunian layak bagi seluruh masyarakat” dan sasaran jangka menengah
DPRKP yaitu: “penyediaan hunian layak dan penataan kawasan permukiman kumuh perkotaan”,
maka perlu disusun strategi dan arah kebijakan penyelenggaraan perumahan rakyat dan
kawasan permukiman DPRKP sebagai berikut:
Strategi Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta disusun
berdasarkan tugas dan fungsi DPRKP serta kesesuaian dengan konsep dan strategi
Pembangunan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Dalam RPD Provinsi DKI Jakarta tahun 2023-
2026. Konsep pembangunan Jakarta masa depan adalah menjadi kota yang dapat bersaing
dengan kota-kota besar lainnya di dunia, yaitu dengan mewujudkan Jakarta sebagai kota pusat
bisnis dan ekonomi berskala global dimana salah satu prinsipnya yaitu Kota yang berkelanjutan
dan layak huni (sustainable livable city). Prinsip ini diwujudkan dengan merencanakan
pembangunan Kota Jakarta yang mengarusutamakan target-target indikator Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) dan indikator kota layak huni (liveable city index).
Berdasarkan hal tersebut maka terdapat dua strategi utama Dinas Perumahan Rakyat dan
Kawasan Permukiman Provinsi DKI Jakarta sebagai berikut:
Tabel 32. Tujuan, Sasaran, dan Strategi DPRKP Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2023 – 2026
TUJUAN SASARAN STRATEGI
Strategi penyelenggaraan perumahan rakyat dan kawasan permukiman DPRKP perlu didukung
oleh kebijakan-kebijakan yang terarah. Oleh karena itu rumusan kebijakan dimaksudkan agar
strategi yang disusun lebih operasional serta dapat mengarahkan pemilihan kegiatan bagi
program prioritas. Kebijakan penyelenggaraan perumahan rakyat dan kawasan permukiman
DPRKP Provinsi DKI Jakarta tahun 2023-2026 adalah:
1. Pembangunan Perumahan dan Pengembangan Kawasan Permukiman Baru
Berdasarkan hasil kajian dari Rencana Pembangunan dan Pengembangan Perumahan dan
Kawasan Permukiman (RP3KP) DKI Jakarta Tahun 2019, luas lantai potensial untuk
pengembangan perumahan dan kawasan permukiman baru terdidentifikasi seluas
823.444.672 m2. Kebijakan pengembangan pembangunan perumahan dan pengembangan
kawasan permukiman baru akan dilakukan melalui 3 (tiga) pendekatan yaitu:
Pengembangan hunian khususnya hunian vertikal merupakan salah satu alternatif yang
dapat direkomendasikan dalam menyikapi keterbatasan lahan di Provinsi DKI Jakarta.
Alternatif pembangunan perumahan rakyat dan kawasan permukiman yang lain juga dapat
dilakukan, antara lain melalui pendekatan konsep hunian yang terintegrasi dan penerapan
Transit Oriented Development (TOD) secara vertikal dan kompak. Konsep hunian
terintegrasi TOD ini diharapkan dapat menjawab beberapa persoalan baik terkait
pemenuhan prasarana dan sarana hunian, kontribusi terhadap persoalan kemacetan, dan
lain-lain. Berdasarkan hasil kajian potensi pengembangan hunian di Kawasan TOD dalam
RP3KP DKI Jakarta Tahun 2019, terdapat 25 lokasi titik potensial untuk pengembangan
perumahan dan permukiman yang terdiri dari 6 lokasi titik TOD kota, 11 lokasi titik TOD
Sub Kota, dan 8 lokasi titik TOD lingkungan. Secara rinci dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 33. Lokasi Pengembangan Rumah Susun Terjangkau pada Kawasan TOD
Luas Lantai
Luas Lahan
Operator Potensi
No LOKASI TIPOLOGI Potensial
(LRT/MRT/KAI) Hunian
Hunian (m2)
(m2)
1 Dukuh Atas MRT, KAI TOD kota 985.763 354.875
2 Pasar Senen KAI TOD kota 1.200.939 432.338
3 Kampung Bandan KAI TOD kota 1.021.365 367.692
4 Tanah Abang KAI TOD kota 1.065.324 383.517
5 Gambir KAI TOD kota 646.763 232.835
6 Tanjung Priok KAI TOD kota 1.083.532 390.072
7 Pulomas LRT TOD Sub kota 1.041.989 312.597
8 Jakarta Kota KAI TOD Sub kota 1.084.952 325.485
9 Gondangdia KAI TOD Sub kota 1.211.110 363.333
10 Velodrome LRT TOD Sub kota 1.164.172 349.252
11 Cawang KAI TOD Sub kota 1.174.371 352.311
12 Juanda KAI TOD Sub kota 952.350 285.705
13 Bendungan hilir MRT TOD Sub kota 1.213.905 364.171
14 Blok M MRT TOD Sub kota 1.110.442 333.132
Kebijakan penghunian untuk Hunian Vertikal, dalam hal ini untuk rumah susun (rusunawa
maupun rusunami) antara lain:
c) Urban Renewal
Merupakan usaha peningkatan kualitas kawasan padat dan tidak teratur melalui
perbaikan atau pemugaran, peremajaan serta pengolahan dan pemeliharaan yang
berkelanjutan. Peremajaan biasanya dilakukan melalui kegiatan perombakan dengan
perubahan yang mendasar dan penataan yang menyeluruh terhadap kawasan hunian
yang tidak layak huni. Kegiatan ini difokuskan pada upaya penataan, rehabilitasi dan
atau penyediaan sarana dan prasarana dasar serta fasilitas pelayanan sosial ekonomi
yang menunjang fungsi kawasan.
d) Revitalisasi Kawasan
Merupakan usaha peningkatan kualitas kawasan yang memiliki ke-khas-an yang
cenderung mengalami penurunan kualitas lingkungan. Ke-khas-an yang dimaksud
misalnya: kawasan perumahan tradisional, kawasan cagar budaya, kawasan
pariwisata khusus, dll. Kawasan-kawasan tersebut merupakan kawasan konservasi
yang dilindungi oleh pemerintahan setempat. Kegiatan yang dilakukan dapat melalui
pendekatan KIP atau Urban Renewal.
e) Resettlement
Merupakan pemindahan penduduk ke suatu kawasan yang disediakan khusus,
bedanya pola ini memakan waktu dan biaya sosial yang cukup besar, termasuk potensi
timbulnya kerususuhan, kekerasan, dan keresahan masyarakat. Pemindahan ini dapat
menjadi peluang penambahan nilai ekonomi bagi kawasan yang akan ditata. Pada
Hal ini dikarenakan bahwa bertempat tinggal di kawasan terlarang/negative list seperti
bantaran sungai/waduk, bantaran jalur rel KA, jalur saluran tegangan tinggi/SUTET
akan memberikan dampak yang buruk terhadap lingkungannya, menimbulkan
efek/dampak negative bagi kesehatan manusia (seperti efek radiasi, penurunan fungsi
tubuh, dll dari SUTET dan rel KA), tidak sesuai dengan standar rencana tata ruang.
Oleh karena itu penanganan dan penataan kawasan terlarang tidak dapat dilakukan
dengan revitalisasi atau program penataan lainnya kecuali melalui resettlement.
Secara umum keuntungan konsolidasi tanah antara lain: masyarakat tidak tergusur,
tetapi ikut menikmati hasil pembangunan; tersedianya fasilitas umum, jalan, dan
drainase yang baik; nilai tanah naik; lingkungan tertata; dan masyarakat memiliki
sertifikat. Terdapat beberapa kondisi untuk penanganan menggunakan model ini
antara lain:
Kebijakan pemeliharaan dan peningkatan kualitas prasarana sarana dan utilitas umum
permukiman diselenggarakan dalam rangka mewujudkan rumah/hunian yang terawat,
sehat, serta mencegah timbulnya permukiman kumuh pada kawasan permukiman
eksisting. Seiring berjalannya waktu, kondisi prasarana sarana dan utilitas umum baik itu di
perumahan vertikal/rumah susun maupun perumahan horizontal/landed dapat mengalami
kerusakan atau penurunan kualitas fisik. Oleh karena itu diperlukan pemeliharaan pada
prasarana sarana dan utilitas umum serta peningkatan kualitas jika sudah terlanjur
mengalami penurunan kualitas oleh semua pemangku kepentingan.
Secara khusus, pembangunan perumahan dan permukiman perlu didukung oleh regulasi
dalam rangka mencapai hasil yang lebih optimal, antara lain perangkat peraturan yang
menciptakan peluang dan iklim yang menarik bagi peran serta dunia usaha dan
masyarakat; perangkat peraturan untuk mengurangi kesenjangan dalam penyediaan
perumahan dan permukiman; perangkat peraturan untuk mengendalikan dan mencegah
dampak-dampak negatif pembangunan; dan perangkat peraturan untuk
mengkoordinasikan penanganan dan keterpaduan dalam pengelolaan pembangunan
perumahan dan permukiman; serta perangkat peraturan yang memberikan kepastian dan
jaminan hukum terhadap kepemilikan rumah.
STRATEGI KEBIJAKAN
Arah kebijakan DPRKP per tahun selama periode tahun 2023 sampai dengan tahun 2026
digambarkan dengan tahapan sebagai berikut:
Penyediaan perumahan sebagai salah satu kebutuhan dasar merupakan salah satu isu
penting di DKI Jakarta. Kebutuhan perumahan semakin meningkat sementara ketersediaan
lahan untuk pengembangan perumahan semakin terbatas. Selain itu harga tanah juga
semakin mahal di DKI Jakarta. Semakin mahalnya harga tanah tersebut akan berimbas
pada harga jual rumah yang semakin tinggi dan tidak terjangkau oleh sebagian masyarakat
terutama MBR. Hal ini menyebabkan semakin rendahnya akses masyarakat terhadap
pemenuhan kebutuhan perumahan yang layak huni. Oleh karena itu diperlukan adanya
intervensi dari Pemerintah untuk pengembangan perumahan yang layak huni di DKI
Jakarta.
a. Kegiatan Pendataan Penyediaan dan Rehabilitasi Rumah Korban Bencana atau Relokasi
Program Kabupaten/Kota.
Data perumahan dan permukiman di DKI Jakarta merupakan data yang sangat
dinamis. Perubahan data di lapangan dapat terjadi dengan cepat dan sumber data
masih terpencar-pencar. Oleh karena itu diperlukan kegiatan pendataan yang meliputi
updating data primer yang terdapat pada SKPD/UKPD di lingkungan DPRKP serta
b. Kegiatan Sosialisasi dan Persiapan Penyediaan dan Rehabilitasi Rumah Korban Bencana
atau Relokasi Program Provinsi.
c. Kegiatan Pembangunan dan Rehabilitasi Rumah Korban Bencana dan atau Relokasi
Program Provinsi.
Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta 2030, pengembangan
kawasan budi daya di DKI Jakarta diarahkan melalui pemanfaatan ruang secara
vertikal dan kompak. Pola pengembangan perumahan di DKI Jakarta juga sudah mulai
bergeser dari horizontal menuju vertikal sehingga terjadi efisiensi penggunaan lahan
dan perbaikan kualitas kawasan, yang pada akhirnya meningkatkan nilai kawasan.
Oleh karena itu kegiatan pembangunan dan rehabilitasi rumah korban bencana dan
atau relokasi program provinsi diimplementasikan dalam bentuk pembangunan unit
hunian layak secara vertikal berupa rumah susun oleh DPRKP Provinsi DKI Jakarta.
Hingga tahun 2026 diharapkan DPRKP dapat membangun rusun secara kumulatif di 16
lokasi.
Selain kesiapan berupa dokumen, kesiapan pra pembangunan lainnya yang tidak kalah
penting adalah ketersediaan lahan. Penyediaan perumahan rakyat memerlukan luas
lahan yang tidak sedikit sehingga harus dipersiapkan dengan matang. Penyediaan
lahan untuk penyediaan perumahan rakyat juga harus diiringi dengan kepastian status
hukum aset tanah yaitu Sertifikat Hak Pakai atas nama Pemerintah Provinsi DKI
Jakarta. Oleh karena itu DPRKP mempersiapkan penyertifikatan lahan dengan target
tujuh bidang lahan yang disertifikatkan pada tahun 2023 dan delapan bidang lahan
yang disertifikatkan setiap tahun pada tahun berikutnya. Dengan demikian diharapkan
sampai tahun 2026 jumlah lahan yang disertifikatkan mencapai 31 bidang lahan.
Program peningkatan prasarana, sarana dan utilitas umum dilaksanakan melalui kegiatan
urusan penyelenggaraan PSU permukiman. Secara umum program peningkatan prasarana,
sarana dan utilitas umum terdiri dari dua tahap. Tahap pertama adalah tahap perencanaan
atau yang selama ini dilaksanakan melalui Community Action Plan (CAP), dan tahap kedua
Keempat rencana program dan kegiatan beserta indikator kinerja dan pagu anggaran DPRKP di
atas selanjutnya dijabarkan ke dalam rencana sub kegiatan. Adapun secara rinci rencana
program, kegiatan, dan sub kegiatan beserta indikator kinerja dan pagu indikatif dapat dilihat
pada tabel berikut:
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1 PENATAAN PERMUKIMAN % RUMAH TANGGA % 40 40,36 3.040.020.090. 40,41 3.548.038.032. 40,53 4.882.363.120 40,9 6.042.805.863 40,9 17.513.227.106.
DAN PENINGKATAN YANG MEMILIKI AKSES 476 684 .330 .418 908
AKSES HUNIAN LAYAK TERHADAP HUNIAN
BAGI SELURUH LAYAK
MASYARAKAT
1,1 PENYEDIAAN HUNIAN % JUMLAH UNIT % 85,22 96,81 3.040.020.090. 97,34 3.548.038.032. 97,45 4.882.363.120 97,68 6.042.805.863 97,68 17.513.227.106.
LAYAK DAN PENATAAN HUNIAN LAYAK YANG 476 684 .330 .418 908
KAWASAN KUMUH TERHUNI
PERKOTAAN
% LINGKUNGAN % 11,29 9,49 6,78 4,07 2,26 2,26
PERMUKIMAN KUMUH
1.04.01 PROGRAM PENUNJANG Indeks Kepuasan Layanan Indeks 4 4 558.975.291.977 4 600.331.743.056 4 645.694.803.126 4 701.971.719.790 4 2.506.973.557.949 SEKRETARIAT DKI
URUSAN PEMERINTAHAN Penunjang Urusan JAKARTA
DAERAH PROVINSI Pemerintahan Daerah
PUSAT DATA DAN INFORMASI
PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN
PERMUKIMAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
Indeks Kepuasan Penghuni Indeks 80,1 81 82 83 84 84 UNIT PENGELOLA RUMAH SUSUN I
Rumah Susun
UNIT PENGELOLA RUMAH SUSUN II
1.04.01.1.02 Administrasi Keuangan Indeks Kepuasan Pelayanan Indeks 4 4 134.400.178.168 4 147.838.654.735 4 162.621.356.492 4 178.881.662.676 4 623.741.852.071 SEKRETARIAT DKI
Perangkat Daerah Administrasi Keuangan JAKARTA
Perangkat Daerah PUSAT DATA DAN INFORMASI
PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN
PERMUKIMAN
UNIT PENGELOLA RUMAH SUSUN I
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1.04.01.1.02.03 Pelaksanaan Penatausahaan Jumlah Dokumen Dokumen 0 1 115.220.211 1 125.200.983 1 136.557.364 1 148.383.636 1 525.362.194 SEKRETARIAT DKI
dan Pengujian/Verifikasi Penatausahaan dan JAKARTA
Keuangan SKPD Pengujian/Verifikasi PUSAT DATA DAN INFORMASI
Keuangan SKPD PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN
PERMUKIMAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
SUKU DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA -
JAKPUS
SUKU DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN - KEP. SERIBU
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
SUKU DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA -
JAKTIM
1.04.01.1.06.03 Penyediaan Peralatan Rumah Jumlah Paket Peralatan Paket 0 1 375.765.248 1 371.021.024 1 405.573.812 1 439.872.523 1 1.592.232.607 SEKRETARIAT DKI
Tangga Rumah Tangga yang JAKARTA
Disediakan
PUSAT DATA DAN INFORMASI
PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN
PERMUKIMAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
UNIT PENGELOLA RUMAH SUSUN IV
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
SUKU DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA -
JAKUT
SUKU DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA -
JAKBAR
SUKU DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA -
JAKSEL
SUKU DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA -
JAKTIM
1.04.01.1.06.08 Fasilitasi Kunjungan Tamu Jumlah Laporan Fasilitasi Laporan 0 1 1.110.059.723 1 1.216.628.778 1 1.332.751.370 1 1.459.381.487 1 5.118.821.358 SEKRETARIAT DKI
Kunjungan Tamu JAKARTA
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1.04.01.1.06.11 Dukungan Pelaksanaan Jumlah Dokumen Dukungan Dokumen 0 3 2.595.316.785 3 2.595.316.785 3 2.595.316.786 3 2.595.316.786 3 10.381.267.142 PUSAT DATA DAN INFORMASI DKI
Sistem Pemerintahan Pelaksanaan Sistem PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN JAKARTA
Berbasis Elektronik pada Pemerintahan Berbasis PERMUKIMAN
SKPD Elektronik pada SKPD
1.04.01.1.07 Pengadaan Barang Milik Indeks Kepuasan Terhadap Indeks 4 4 596.696.688 4 656.366.357 4 722.002.992 4 794.203.292 4 2.769.269.329 UNIT PENGELOLA RUMAH SUSUN VI DKI
Daerah Penunjang Urusan Pengadaan Barang Milik JAKARTA
Pemerintah Daerah Daerah Penunjang Urusan
Pemerintah Daerah Sesuai
Penganggaran yang Efisien
1.04.01.1.07.11 Pengadaan Sarana dan Jumlah Unit Sarana dan Unit 0 6 596.696.688 6 656.366.357 6 722.002.992 6 794.203.292 24 2.769.269.329 UNIT PENGELOLA RUMAH SUSUN VI DKI
Prasarana Pendukung Prasarana Pendukung JAKARTA
Gedung Kantor atau Gedung Kantor atau
Bangunan Lainnya Bangunan Lainnya yang
Disediakan
1.04.01.1.08 Penyediaan Jasa Penunjang Indeks Kepuasan Terhadap Indeks 4 4 367.366.978.125 4 390.129.905.212 4 414.644.035.638 4 447.524.194.884 4 1.619.665.113.859 SEKRETARIAT DKI
Urusan Pemerintahan Kinerja Layanan Penunjang JAKARTA
Daerah Urusan Pemerintahan
Daerah PUSAT DATA DAN INFORMASI
PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN
PERMUKIMAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1.04.01.1.08.02 Penyediaan Jasa Komunikasi, Jumlah Laporan Penyediaan Laporan 0 1 132.462.389.660 1 143.447.049.086 1 155.435.759.854 1 175.077.516.965 1 606.422.715.565 SEKRETARIAT DKI
Sumber Daya Air dan Listrik Jasa Komunikasi, Sumber JAKARTA
Daya Air dan Listrik yang
Disediakan PUSAT DATA DAN INFORMASI
PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN
PERMUKIMAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
SUKU DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA -
JAKBAR
SUKU DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA -
JAKSEL
SUKU DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA -
JAKTIM
1.04.01.1.08.04 Penyediaan Jasa Pelayanan Jumlah Laporan Penyediaan Laporan 0 1 233.324.723.345 1 245.150.262.894 1 257.576.121.969 1 270.632.813.891 1 1.006.683.922.099 SEKRETARIAT DKI
Umum Kantor Jasa Pelayanan Umum JAKARTA
Kantor yang Disediakan
PUSAT DATA DAN INFORMASI
PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN
PERMUKIMAN
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
UNIT PENGELOLA RUMAH SUSUN III
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
SUKU DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN - KEP. SERIBU
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1.04.01.1.09.09 Pemeliharaan/Rehabilitasi Jumlah Gedung Kantor dan Unit 0 1 1.128.585.569 1 1.231.184.257 1 1.333.782.945 1 1.436.381.634 1 5.129.934.405 SEKRETARIAT DKI
Gedung Kantor dan Bangunan Lainnya yang JAKARTA
Bangunan Lainnya Dipelihara/Direhabilitasi
1.04.01.1.09.10 Pemeliharaan/Rehabilitasi Jumlah Sarana dan Unit 39 39 21.544.418.046 39 23.308.809.727 39 25.232.643.521 39 27.331.224.914 39 97.417.096.208 SEKRETARIAT DKI
Sarana dan Prasarana Prasarana Gedung Kantor JAKARTA
Gedung Kantor atau atau Bangunan Lainnya UNIT PENGELOLA RUMAH SUSUN I
Bangunan Lainnya yang
Dipelihara/Direhabilitasi UNIT PENGELOLA RUMAH SUSUN II
1.04.01.1.10 Peningkatan Pelayanan BLUD Indeks Kepuasan Layanan Indeks 0 4 6.377.800.000 4 7.334.470.000 4 8.801.364.000 4 11.001.705.000 4 33.515.339.000 UNIT PENGELOLA DANA PERUMAHAN DKI
BLUD JAKARTA
1.04.01.1.10.01 Pelayanan dan Penunjang Jumlah BLUD yang Unit Kerja 1 1 6.377.800.000 1 7.334.470.000 1 8.801.364.000 1 11.001.705.000 1 33.515.339.000 UNIT PENGELOLA DANA PERUMAHAN DKI
Pelayanan BLUD Menyediakan Pelayanan dan JAKARTA
Penunjang Pelayanan
1.04.02 PROGRAM PENGEMBANGAN % Unit Hunian Layak yang % 0,98 1,32 1.795.992.255.0 1,57 1.968.656.088.7 1,79 3.272.494.465.2 1,95 4.682.858.673.2 1,95 11.720.001.482.30 BIDANG PERUMAHAN DKI
PERUMAHAN Terbangun 99 53 29 28 9 JAKARTA
1.04.02.1.01 Pendataan Penyediaan dan Jumlah Kegiatan Pendataan Kegiatan 1 2 350.000.000 3 450.000.000 3 500.000.000 2 450.000.000 10 1.750.000.000 PUSAT DATA DAN INFORMASI DKI
Rehabilitasi Rumah Korban Penyediaan dan Rehabilitasi PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN JAKARTA
Bencana atau Relokasi Rumah Korban Bencana PERMUKIMAN
Program Provinsi atau Relokasi Program
Kabupaten/Kota
BIDANG REGULASI DAN PERAN SERTA
MASYARAKAT
1.04.02.1.01.06 Pendataan Rumah Sewa Jumlah Dokumen Data Dokumen 1 2 350.000.000 3 450.000.000 3 500.000.000 2 450.000.000 10 1.750.000.000 PUSAT DATA DAN INFORMASI DKI
Milik Masyarakat, Rumah Rumah Sewa Milik PERUMAHAN RAKYAT DAN KAWASAN JAKARTA
Susun dan Rumah Khusus Masyarakat, Rumah Susun, PERMUKIMAN
dan Rumah Khusus
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1.04.02.1.02 Sosialisasi dan Persiapan Jumlah Kegiatan Sosialisasi Kegiatan 4 4 5.850.000.000 4 6.075.000.000 4 7.400.000.000 4 7.925.000.000 4 27.250.000.000 BIDANG PEMBIAYAAN DAN KEMITRAAN DKI
Penyediaan dan Rehabilitasi dan Persiapan Penyediaan PERUMAHAN JAKARTA
Rumah Korban Bencana atau dan Rehabilitasi Rumah
Relokasi Program Provinsi Korban Bencana atau
Relokasi Program Provinsi
yang Terselenggara BIDANG REGULASI DAN PERAN SERTA
MASYARAKAT
1.04.02.1.02.03 Sosialisasi Pengembangan Jumlah Kajian Kajian 5 9 5.850.000.000 9 6.075.000.000 10 7.400.000.000 10 7.925.000.000 38 27.250.000.000 BIDANG PEMBIAYAAN DAN KEMITRAAN DKI
Perumahan Baru dan Pengembangan Perumahan PERUMAHAN JAKARTA
Mekanisame Akses Rakyat dan Kawasan
Perumahan KPR-FLPP Permukiman BIDANG REGULASI DAN PERAN SERTA
MASYARAKAT
Jumlah Orang yang Orang 0 250 250 250 250 250 BIDANG PEMBIAYAAN DAN KEMITRAAN
Mengikuti Sosialisasi PERUMAHAN
Pengembangan Perumahan
Baru dan Mekanisme Akses
Perumahan KPR-FLPP
BIDANG REGULASI DAN PERAN SERTA
MASYARAKAT
1.04.02.1.03 Pembangunan dan Jumlah Lokasi Unit Hunian Lokasi 0 2 1.613.774.665.5 2 1.770.628.701.1 0 3.073.996.322.3 12 4.441.322.652.4 16 10.899.722.341.44 BIDANG PERUMAHAN DKI
Rehabilitasi Rumah Korban Layak yang dibangun 24 63 29 30 6 JAKARTA
Bencana atau Relokasi
Program Provinsi
1.04.02.1.03.02 Penyusunan Site Plan Jumlah Site Plan dan/atau Dokumen 0 12 93.054.970.085 7 22.976.145.348 6 18.935.548.631 4 9.200.000.000 29 144.166.664.064 BIDANG PERUMAHAN DKI
dan/atau Detail Engineering Detail Engineering Design JAKARTA
Design (DED) bagi Rumah (DED) bagi Rumah Korban
Korban Bencana atau Bencana Provinsi atau yang
Relokasi Program Provinsi Terkena Relokasi Program
Provinsi
1.04.02.1.03.05 Pembangunan Rumah Jumlah lahan yang tersedia m2 31024 56250 1.003.123.806.1 56250 1.191.795.084.2 56250 2.502.911.846.0 56250 3.734.743.615.7 225000 8.432.574.352.107 BIDANG PEMBIAYAAN DAN KEMITRAAN DKI
Khusus beserta PSU bagi 49 25 00 33 PERUMAHAN JAKARTA
Korban Bencana atau
Relokasi Program Provinsi
Jumlah Rumah Khusus Unit 0 340 1100 0 6461 7901 BIDANG PERUMAHAN
Beserta PSU bagi Korban Rumah
Bencana atau yang Terkena
Relokasi Program Provinsi
yang Terbangun
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1.04.02.1.03.06 Operasional dan Jumlah Rumah pada Lokasi Unit 0 7495 517.595.889.290 7445 555.857.471.590 7472 552.148.927.698 8935 697.379.036.697 31347 2.322.981.325.275 BIDANG PERUMAHAN DKI
Pemeliharaan Lingkungan Relokasi Program Provinsi Rumah JAKARTA
Perumahan pada Relokasi yang Dilaksanakan
Program Provinsi Operasional dan
Pemeliharaan
1.04.02.2.05 Pembinaan Pengelolaan Persentase pelaksanaan Persen 28,31 35,47 176.017.589.575 49,75 191.502.387.590 79,87 190.598.142.900 100 233.161.020.798 100 791.279.140.863 UNIT PENGELOLA DANA PERUMAHAN DKI
Rumah Susun Umum akad kredit DP Nol JAKARTA
dan/atau Rumah Khusus
1.04.02.2.05.03 Pembangunan Rumah Jumlah Rumah Khusus yang Unit 1118 395 176.017.589.575 382 191.502.387.590 3400 190.598.142.900 3786 233.161.020.798 7963 791.279.140.863 UNIT PENGELOLA DANA PERUMAHAN DKI
Khusus Dibangun JAKARTA
1.04.03 PROGRAM KAWASAN % Penataan dan % 80,39 80,94 250.000.000 81,38 500.000.000 84,04 250.000.000 84,88 0 84,88 1.000.000.000 BIDANG PERMUKIMAN DKI
PERMUKIMAN Peningkatan Kualitas JAKARTA
Kawasan Permukiman
Kumuh dengan Luas di
Bawah 10 (sepuluh) Ha
yang Terselenggara
1.04.03.1.02 Peningkatan Kualitas Jumlah Lokasi Penataan dan Lokasi 11 14 0 15 500.000.000 16 0 19 0 19 500.000.000 BIDANG PERMUKIMAN DKI
Kawasan Permukiman Peningkatan Kualitas JAKARTA
Kumuh dengan Luas 10 Permukiman Kumuh dengan
(Sepuluh) Ha sampai dengan Luas di Bawah 10 (sepuluh)
di Bawah 15 (Lima Belas) Ha Ha sampai dengan di Bawah
15 (Lima Belas) Ha
1.04.03.1.02.03 Perbaikan Rumah Tidak Jumlah Dokumen Kajian Dokumen 0 0 0 1 500.000.000 0 0 0 0 1 500.000.000 BIDANG PERMUKIMAN DKI
Layak Huni dalam Kawasan Skema Pelaksanaan JAKARTA
Permukiman dengan Luas 10 Perbaikan Rumah Tidak
(Sepuluh) Ha sampai dengan Layak Huni dalam Kawasan
di Bawah 15 (Lima Belas) Ha Permukiman dengan Luas di
Bawah 10 (sepuluh) Ha
sampai dengan di Bawah 15
(Lima Belas) Ha
Jumlah Rumah Tidak Layak Unit 0 453 0 0 150 603 BIDANG PERMUKIMAN
1.04.03.2.02 Penataan dan Peningkatan Huni dalam Kawasan Rumah
Kualitas Kawasan Permukiman dengan Luas
Permukiman Kumuh dengan 10 (Sepuluh) Ha sampai
Luas di Bawah 10 (Sepuluh) dengan di Bawah 15 (Lima
Ha Belas) Ha yang Diperbaiki
Jumlah dokumen Kegiatan Dokumen 0 2 250.000.000 1 0 2 250.000.000 1 0 6 500.000.000 BIDANG PERMUKIMAN DKI
Penataan dan Peningkatan JAKARTA
Kualitas Permukiman Kumuh
dengan Luas di Bawah 10
(sepuluh) Ha
1.04.03.2.02.01 Survei dan Penetapan Lokasi Jumlah Hasil Survei dan Dokumen 0 1 250.000.000 0 0 1 250.000.000 0 0 2 500.000.000 BIDANG PERMUKIMAN DKI
Perumahan dan Permukiman Penetapan Lokasi JAKARTA
Kumuh Perumahan dan Permukiman
Kumuh
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
1.04.03.2.02.05 Koordinasi dan Sinkronisasi Jumlah Laporan Hasil Laporan 0 1 0 1 0 1 0 1 0 4 0 BIDANG PERMUKIMAN DKI
Pengendalian Penataan Koordinasi dan Sinkronisasi JAKARTA
Pemugaran/Peremajaan Pengendalian Penataan
Permukiman Kumuh Pemugaran/Peremajaan
Permukiman Kumuh
1.04.05 PROGRAM PENINGKATAN % PSU Kawasan % 5,15 6,96 684.802.543.400 9,67 978.550.200.875 12,38 963.923.851.975 14,19 657.975.470.400 14,19 3.285.252.066.650 BIDANG PERUMAHAN DKI
PRASARANA, SARANA DAN Permukiman yang JAKARTA
UTILITAS UMUM (PSU) ditingkatkan SUKU DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA -
JAKTIM
SUKU DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA -
JAKSEL
SUKU DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA -
JAKBAR
SUKU DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA -
JAKUT
SUKU DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN - KEP. SERIBU
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) (17)
SUKU DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA -
JAKUT
SUKU DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA -
JAKBAR
SUKU DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA -
JAKSEL
SUKU DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA -
JAKTIM
1.04.05.1.01.02 Penyediaan Prasarana, Jumlah Lokasi Permukiman Lokasi 220 48 671.795.963.268 72 966.985.747.755 53 955.928.481.607 35 654.468.652.766 208 3.249.178.845.396 SUKU DINAS PERUMAHAN RAKYAT DKI
Sarana, dan Utilitas Umum di yang Disediakan Prasarana, DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA - JAKARTA
Permukiman untuk Sarana, dan Utilitas Umum JAKTIM
Menunjang Fungsi yang Menunjang Fungsi
Permukiman Permukiman
SUKU DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN KOTA -
JAKPUS
SUKU DINAS PERUMAHAN RAKYAT
DAN KAWASAN PERMUKIMAN
KABUPATEN - KEP. SERIBU
1.04.05.2.01 Urusan Penyelenggaraan Jumlah Dokumen Standar Dokumen 0 2 1.979.507.132 2 2.177.457.845 2 2.634.723.993 2 3.506.817.634 8 10.298.506.604 BIDANG PERMUKIMAN DKI
PSU Perumahan Teknis dan/atau Kajian JAKARTA
Penanganan dan
Peningkatan kualitas
permukiman
1.04.05.2.01.01 Perencanaan Penyediaan Jumlah Dokumen Dokumen 0 2 1.979.507.132 2 2.177.457.845 2 2.634.723.993 2 3.506.817.634 8 10.298.506.604 BIDANG PERMUKIMAN DKI
PSU Perumahan Perencanaan Penyediaan JAKARTA
PSU Perumahan
Penetapan indikator kinerja atau ukuran kinerja yang akan digunakan untuk mengukur
kinerja atau keberhasilan Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman Provinsi DKI
Jakarta ini harus memperhatikan kondisi riil saat ini serta memperhatikan berbagai
pertimbangan yang mempengaruhi kinerja dinas ke depan baik pengaruh dari luar
(eksternal) maupun dari dalam (internal). Penetapan indikator kinerja merupakan syarat
penting untuk mengukur keberhasilan pembangunan, oleh karena itu dalam menetapkan
rencana kinerja harus mengacu pada tujuan dan sasaran serta indikator kinerja yang
termuat dalam Rencana Pembangunan Daerah (RPD) Provinsi DKI Jakarta tahun 2023 -
2026.
Indikator kinerja tidak hanya digunakan pada saat menyusun laporan pertanggungjawaban.
Indikator kinerja juga merupakan komponen yang sangat krusial pada saat merencanakan
kinerja. Dengan adanya indikator kinerja, maka perencanaan sudah mempersiapkan alat
ukur yang akan digunakan untuk menentukan apakah rencana yang ditetapkan telah dapat
dicapai. Penetapan indikator kinerja pada saat merencanakan kinerja akan lebih
meningkatkan kualitas perencanaan dengan menghindari penetapan-penetapan sasaran
yang sulit untuk diukur dan dibuktikan secara objektif keberhasilannya.
Berikut ini program prioritas DPRKP Provinsi DKI Jakarta Tahun 2023 – 2026 beserta
indikator kinerja yang sudah mengacu pada tujuan dan sasaran RPD Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2023 – 2026 beserta target per tahunnya:
Program Pengembangan Persentase Unit Hunian % 0,98% 1,32% 1,57% 1,79% 1,95% 1,95%
Perumahan Layak yang terbangun
Program Kawasan Persentase Penataan dan % 80,39% 80,94% 81,38% 84,04% 84,88% 84,88%
Permukiman Peningkatan Kualitas
Kawasan Permukiman
Kumuh dengan Luas di
Bawah 10 (sepuluh) Ha
yang Terselenggara
Program Persentase PSU kawasan % 5,15% 6,96% 9,67% 12,38% 14,19% 14,19%
PeningkatanPrasarana, permukiman yang
Sarana DanUtilitas Umum ditingkatkan
(PSU)
Renstra ini memiliki kedudukan yang sangat vital dalam pengembangan perencanaan,
pembangunan, koordinasi, dan pengendalian pembangunan perumahan dan kawasan
permukiman selama lima tahun ke depan, memberikan arah, tujuan, sasaran, program,
dan kegiatan penyelenggaraan perumahan rakyat dan kawasan permukiman. Pelaksanan
program dan kegiatan sebagaimana tertuang dalam Renstra ini akan memerlukan
koordinasi, konsolidasi, dan sinergi antar stakeholder agar keseluruhan sumber daya
yang ada dapat digunakan secara optimal dan dapat mencapai kinerja yang maksimal
dalam rangka meningkatkan kualitas dan ketersediaan pelayanan perumahan rakyat dan
kawasan permukiman yang lebih baik.
Dalam melaksanakan Rencana Strategis ini sangat diperlukan partisipasi, semangat, dan
komitmen dari seluruh aparatur Dinas Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman,
karena akan menentukan keberhasilan program dan kegiatan yang telah disusun. Dengan
demikian Rencana Strategis ini nantinya bukan hanya sebagai dokumen administrasi saja,
karena secara substansial merupakan pencerminan tuntutan pembangunan yang
memang dibutuhkan oleh stakeholders sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan
daerah yang ingin dicapai.