ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ......................................................................................................... iii
iii
3.3.1 Jaringan Energi dan Kelistrikan ...................................................... 41
iv
5.1.3 Program Perwujudan Penetapan SWP yang diprioritaskan
Penanganannya ............................................................................................ 116
5.3.2 Sumber Dana APBD Provinsi Kalimantan Timur atau APBD I .. 117
v
6.3 Perumusan Teknik Peraturan Zonasi .................................................. 154
vi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta WP Kawasan Muara Badak ......................................................... 6
Gambar 3.9 Peta Rencana Sistem Angkutan Umum WP Muara Badak ............... 37
vii
Gambar 3.19 Peta Rencana Pola Ruang NLP 07 .................................................. 87
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Hasil Pembagian Zona pada Pusat Pelayanan Kawasan Perkotaan Pada
WP Minapolitan Muara Badak ............................................................................ 15
Tabel 3.2 Hasil Pembagian Zona pada Sub Pusat Pelayanan Kawasan Perkotaan
Pada WP Minapolitan Muara Badak ................................................................... 16
Tabel 3.3 Hasil Pembagian Zona pada Pusat Pelayanan Lingkungan Pada WP
Minapolitan Muara Badak ................................................................................... 18
Tabel 3.4 Pusat Pelayanan Bagian Wilayah Perkotaan Muara Badak ................ 19
Tabel 3.8 Rencana penambahan jaringan Gardu listrik pada WP Muara Badak 42
Tabel 3.11 Rencana Penambahan TPS pada Bagian Wilayah Perkotaan Muara
Badak Tahun 2023-2043 ..................................................................................... 55
Tabel 4.1 Luas dan Persentase Zona Lindung Pada Bagian Wilayah Perkotaan
Muara Badak........................................................................................................ 64
Tabel 4.2 Rencana Zona Ruang Terbuka Hijau Kawasan Minapolitan Kecamatan
Muara Badak........................................................................................................ 66
Tabel 4.4 Luas dan Persentase Zona Budidaya di WP Kawasan Minapolitan Muara
Badak ................................................................................................................... 68
ix
Tabel 4.5 Rencana Pola Ruang Zona Perumahan Kepadatan Tinggi (R-2) di WP
Kawasan Minappolitan Muara Badak ................................................................. 72
Tabel 4.6 Rencana Pola Ruang Zona Perumahan Kepadatan Sedang (R-3) di WP
Kawasan Minapolitan Muara Badak ................................................................... 72
Tabel 4.9 Rencana Pola ruang Industri di WP Kawasan Minapolitan Muara Badak
............................................................................................................................. 75
Tabel 4.11 Rencana Zona Sarana Pelayanan Umum (SPU) di Bagian Wilayah
Perkotaan Muara Badak....................................................................................... 78
Tabel 4.12 Rencana Zona Perdagangan dan Jasa Skala Kota pada WP Muara
Badak ................................................................................................................... 79
Tabel 4.13 Rencana Zona Perdagangan dan Jasa Skala WP pada WP Muara Badak
............................................................................................................................. 79
Tabel 4.14 Rencana Pola Ruang Zpna Transportasi di WP Muara Badak .......... 80
Tabel 5.1 Ketentuan Kegiatan dan Pemanfaatan ruang (ITBX) Rencana Detail Tata
Ruang (RDTR) Pada WP Muara Badak ............................................................ 121
Tabel 6.1 Rencana Zona Sarana Pelayanan Umum (SPU) di Bagian Wilayah
Perkotaan Muara Badak..................................................................................... 132
Tabel 6.2 Rencana Zona Sarana Pelayanan Umum (SPU) di Bagian Wilayah
Perkotaan Muara Badak..................................................................................... 133
x
xi
BAB I
PENDAHULUAN
1
untuk mewujudkan kabupaten sebagai pusat pertumbuhan dan kawasan andalan
dengan menata pemanfaatan potensi pertambangan dan migas serta
mengembangkan sektor unggulan pertanian dan pariwisata menuju terwujudnya
masyarakat Kabupaten Kutai Kartanegara yang Maju, Mandiri dan Sejahtera.
Kecamatan Muara Badak merupakan salah satu kecamatan yang berada di
Kabupaten Kutai Kartanegara yang terletak di wilayah pesisir pantai. Dengan luas
wilayah sebesar 939,09 km², terdiri dari 13 desa dengan 23 dusun. Berdasarkan
Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 9 Tahun 2013-2033,
Kecamatan Muara Badak termasuk salah satu kawasan minapolitan dengan 4
Kecamatan yang berpotensi dikembangkan sebagai kawasan minapolitan karena
keunikannya dan sesuai dengan ciri-ciri minapolitan. Kawasan minapolitan
diharapkan bukan hanya dapat berfungsi sebagai penyedia komoditas perikanan,
tetapi juga diharapkan mampu menjadi kawasan pengolahan, penyimpanan serta
penjualan.
2
1.3 Maksud, Tujuan, dan Sasaran
1.3.1 Maksud
Adapun maksud dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Bagian
Wilayah Perkotaan Muara Badak (Badak Baru, Muara Badak Ilir, Gas Alam Badak
1, dan Tanjung Limau) dalam Laporan Fakta Analisis ini yaitu sebagai pedoman
dan arahan dalam mewujudkan Rencana Detail Tata Ruang pada kawasan Bagian
Wilayah Perkotaan Muara Badak (Badak Baru, Muara Badak Ilir, Gas Alam Badak
1, dan Tanjung Limau) khususnya dalam kawasan minapolitan.
1.3.2 Tujuan
Adapun Tujuan dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Bagian
Wilayah Perkotaan Muara Badak (Badak Baru, Muara Badak Ilir, Gas Alam Badak
1, dan Tanjung Limau) dalam Laporan Fakta Analisis ini yaitu :
1. Sebagai arahan dalam pembangunan fisik pada Bagian Wilayah Perkotaan
Muara Badak (Badak Baru, Muara Badak Ilir, Gas Alam Badak 1, dan
Tanjung Limau).
2. Sebagai pedoman dalam penyusunan zonasi dan perizinan kegiatan pada
Bagian Wilayah Perkotaan Muara Badak (Badak Baru, Muara Badak Ilir, Gas
Alam Badak 1, dan Tanjung Limau).
3. Sebagai upaya dalam pemanfaatan ruang yang sesuai dengan dokumen tata
ruang yang berlaku yaitu Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai
Kartanegara
1.3.3 Sasaran
Adapun Sasaran dalam penyusunan Rencana Detail Tata Ruang Bagian
Wilayah Perkotaan Muara Badak (Badak Baru, Muara Badak Ilir, Gas Alam Badak
1, dan Tanjung Limau) dalam Laporan Fakta Analisis ini yaitu :
1. Tersedianya data Karakteristik (Fisik, Sosial, Ekonomi, dan Kelembagaan)
yang ada pada WP Muara badak (Badak Baru, Muara Badak Ilir, Gas Alam
Badak 1, dan Tanjung Limau)
2. Teridentifikasinya potensi dan permasalahan sebagai faktor dalam
penyusunan pola ruang dan struktur ruang WP
3. Tersusunnya Gambaran umum pada WP
4. Ditetapkannya Tujuan Penetapan WP berdasarkan identifikasi
3
5. Tersusunnya rencana pola ruang pada Bagian Wilayah Perkotaan Muara
Badak (Badak Baru, Muara Badak Ilir, Gas Alam Badak 1, dan Tanjung
Limau). yang meliputi peruntukan ruang untuk zona lindung dan
peruntukan ruang untuk zona budidaya.
6. Tersusunnya Rencana Struktur Ruang pada Bagian Wilayah Perkotaan
Muara Badak (Badak Baru, Muara Badak Ilir, Gas Alam Badak 1, dan
Tanjung Limau). yang mencakup rencana sistem perkotaan yaitu jaringan
prasarana dan pelayanannya.
7. Ditetapkannya SWP Muara Badak (Badak Baru, Muara Badak Ilir, Gas
Alam Badak 1, dan Tanjung Limau).
Jumlah 1.115
Sumber : Penulis, 2022
4
Secara Astronomis, kawasan WP terletak pada posisi antara 117° 07' Bujur
Timur - 117° 32' dan 0°11' Lintang Selatan - 0°31' Lintang Selatan. Adapun secara
administratif, Kawasan Bagian Wilayah Perkotaan berbatasan dengan:
Sebelah Utara : Kecamatan Marangkayu
Sebelah Timur : Selat Makassar
Sebelah Selatan : Kecamatan Anggana dan Kota Samarinda
Sebelah Barat : Kecamatan Tenggarong
5
Gambar 1.1 Peta WP Kawasan Muara Badak
Sumber: Analisis Penulis, 2022
6
Gambar 1.2 Peta Citra Kawasan Muara Badak
Sumber: Analisis Penulis, 2022
7
1.5 Dasar Hukum
Penyusunan dokumen Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Bagian Wilayah
Perkotaan Muara Badak (Desa Badak Baru, Desa Tanjung Limau, Desa Gas Alam
Badak 1, dan Desa Muara Badak Ilir) ini mendasarkan kepada landasan hukum
sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4433) sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 154, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5073);
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
3. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan
Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4660);
4. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);
5. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah
Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4739);
6. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan
Organisasi Kementerian Negara;
8
7. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 17 Tahun 2010
Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Tahun
2005-2025
8. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional Tahun 2010-2014;
9. Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 6 Tahun 2021
tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2021-
2026
10. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.06/MEN/2010
tentang Rencana Strategis Kementerian Kelautan dan Perikanan;
11. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.12/MEN/2010
tentang Minapolitan;
12. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan;
13. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.32/MEN/2010
tentang Penetapan Kawasan Minapolitan;
14. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010
tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan;
15. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.32/MEN/2010
tentang Penetapan Kawasan Minapolitan
9
10
BAB II
TUJUAN PENATAAN RUANG
11
b. Meningkatkan Penyediaan Sarana-Prasarana yang memadai dalam
menunjang kebutuhan proses budidaya ikan.
c. Meningkatkan daya tarik kawasan yang selanjutnya dapat mengundang
investor sehingga dapat meningkatkan pendapatan.
d. Menciptakan inovasi-inovasi baru dalam memproses bahan baku
perikanan sehingga hasil produksi yang diperoleh dapat lebih optimal.
e. Meningkatkan kebijakan yang memiliki banyak keunggulan kompetitif
dan keunggulan komparatif di bidang perikanan.
2. Strategi Memaksimalkan Penggunaan Teknologi Modern Guna
Meningkatkan Aspek Perekonomian, Sosial, dan Lingkungan, yaitu :
a. Mengembangkan Kawasan Perikanan budidaya dengan menggunakan
sistem teknologi bioflok.
b. Melakukan Sosialisasi kepada masyarakat dengan profesi petani dan
nelayan guna menciptakan SDM yang berkualitas
c. Menggunakan teknologi yang ramah lingkungan dalam melakukan
proses produksi perikanan
d. Memanfaatkan limbah yang ada sebagai cadangan makanan bagi ikan
budidaya sehingga meminimalisir pencemaran lingkungan akibat
limbah
e. Melakukan Pelatihan kepada SDM dalam memperkenalkan dan
mengimplementasikan teknologi dalam meningkatkan kualitas dan
kuantitas hasil produksi perikanan
f. Mengembangkan jaringan sumber daya air berupa jaringan perpipaan
untuk kebutuhan perikanan sehingga air yang berasal dari sumber nya
dapat dipompa langsung menuju lahan budidaya ikan
12
13
BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG
14
pada kondisi saat ini (eksisting). Adapun pusat pelayanan utama di WP Muara
Badak direncanakan berada di SWP I tepatnya di Desa Badak Baru yang akan
melayani seluruh wilayah Kawasan Minapolitan Muara Badak, dengan fungsi
berupa pelayanan skala kota dan wilayah, yang terdiri dari:
1. Pusat Pemerintahan
2. Pusat Pelayanan Umum
3. Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa Skala Kota
4. Pusat Permukiman
5. Ruang Terbuka Hijau
Adapun rencana pusat pelayanan perkotaan yang telah ditentukan zona-
zonanya yang disajikan dalam tabel sebagai berikut.
Tabel 3.1 Hasil Pembagian Zona pada Pusat Pelayanan Kawasan Perkotaan
Pada WP Minapolitan Muara Badak
Resapan Air RA
1 Kawasan Lindung RTH
Jalur Hijau RTH-8
Perdagangan dan
K-1
Jasa Skala Kota
Rumah Kepadatan
R-2
Tinggi
2 Kawasan Budidaya
Perumahan
Rumah Kepadatan
R-3
Sedang
15
No Kawasan Zona Sub Zona Kode
Pelayanan Umum
Kecamatan SPU-2
Tabel 3.2 Hasil Pembagian Zona pada Sub Pusat Pelayanan Kawasan Perkotaan
Pada WP Minapolitan Muara Badak
Perumahan
R-3
Kepadatan Sedang
2
Kawasan Budidaya Perumahan
Perumahan
R-4
Kepadatan Rendah
16
No Kawasan Zona Sub Zona Kode
17
Adapun rencana pusat pelayanan lingkungan yang telah ditentukan zona-
zonanya yang disajikan dalam tabel sebagai berikut.
Taman RW RTH-5
Perumahan
R-3
Kepadatan Sedang
Perumahan
Perumahan
R-4
Kepadatan Rendah
Perikanan
Sarana Pelayanan
Sarana Pelayanan
Umum Skala SPU-3
Umum
Kelurahan
18
No Kawasan Zona Sub Zona Kode
Pariwisata Pariwisata W
3. Pusat
Pelayanan BB-03 29.58
Perdagangan
dan Jasa Skala
Kota
BB-04 46.72
4. Pusat
Permukiman
BB-05 29.83
BB-06 69.26
1. Pusat
2. Sub Pusat Gas Alam Sub Pelayanan GB-01 30.91
Pelayanan Badak I Ruang
Kawasan WP II Terbuka Hijau
Perkotaan 2. Pusat
Pelayanan GB-02 23.51
Perdagangan
dan Jasa
3. Pusat
Pelayanan GB-03 12.46
19
Fungsi Pusat Lokasi Sub Luas
No. Fungsi Blok
Pelayanan (Desa) WP (Ha)
Industri Kecil
Menengah GB-04 116.7
4. Pusat
Permukiman
GB-05 87.01
GB-06 127.91
4. Ruang
Terbuka Hijau BI-04 31.41
Dalam Bentuk
Sub Taman
Pusat
Muara Lingkungan /
3. Pelayanan
Badak Ilir WP Olahraga BI-05 77.29
Lingkungan
III Lingkungan
5. Fasilitas
Peribadatan TL-01 92.62
Skala
Lingkungan
7. Perikanan
TL-03 138.13
8. Permukiman
20
Gambar 3.1 Peta Dasar BWP
Sumber : Olahan Penulis, 2022
21
Gambar 3.2 Peta Sub BWP
Sumber : Olahan Penulis, 2022
22
Gambar 3.3 Peta Blok SWP I
Sumber : Olahan Penulis, 2022
23
Gambar 3.4 Peta Blok SWP II
Sumber : Olahan Penulis, 2022
24
Gambar 3.5 Peta Blok SWP III-A
Sumber : Olahan Penulis, 2022
25
Gambar 3.6 Peta Blok SWP III-B
Sumber : Olahan Penulis, 2022
26
3.2 Rencana Sistem Jaringan Transportasi
3.2.1 Jaringan Transportasi Darat
Sistem jaringan transportasi darat pada Bagian Wilayah Perkotaan Muara
Badak lebih didominasi oleh transportasi darat terutama jaringan jalan. Arahan
pengembangan transportasi darat di Bagian Wilayah Perkotaan Muara Badak
meliputi jaringan jalan dan kelengkapan rambu-rambu/ marka jalan. Untuk
pengembangan sistem jaringan transportasi darat pada Bagian Wilayah Perkotaan
Muara Badak, diprioritaskan untuk:
1. Mengembangkan jaringan transportasi darat yang lebih luas dan lebih
terencana.
2. Mengatur pengembangan penggunaan lahan dan menambah rambu-rambu,
tempat penyebrangan dan marka jalan, agar lalu lintas yang terdapat pada
kawasan SWP dapat berjalan baik dan lancar.
A. Rencana Jaringan Jalan
Rencana jaringan sistem transportasi pada SWP Muara Badak harus
direncanakan juga mengenai rencana aksesibilitasnya. Rencana aksesibilitas pada
SWP Muara Badak merupakan rencana pelebaran jaringan jalan yang belum sesuai
dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan
untuk menciptakan kemudahan dalam pergerakan yang mendorong pertumbuhan
ekonomi kawasan dan mendukung fungsi masing-masing zona. Berikut ini
dilakukan rencana pelebaran jalan pada SWP Kawasan Muara Badak sebagai
berikut.
27
Tabel 3.5 Rencana Pelebaran Jalan pada WP Muara Badak
Lebar Badan Jalan Ketentuan Lebar Rencana Pelebaran
No Nama Jalan Hierarki Jalan SBWP Kode Blok
Eksisting (m) Badan Jalan (m) Badan Jalan (m)
1 Jalan Kihajar Dewantara Kolektor Sekunder BB-01 8,5 9 0,5
2 Jalan Hasanuddin BB-02 5 6,5 1,5
3 Gang Har Jalan Lingkungan BB-05 3 6,5 3,5
4 Jalan Insan Raya Sekunder BB-05 3 6,5 3,5
5 Gang Polmas BB-05 3,5 6,5 3
6 Gang Sidorejo I BB-05 2,5 3,5 1
7 Gang Sideroje II BB-05 2,5 3,5 1
8 Gang Sideroje III BB-03 3 3,5 0,5
9 Gang SiderojeIV BB-04 2,5 3,5 1
10 Gang Karya Mandiri BB-04 1 3,5 2,5
Jalan Lingkungan
11 Gang Masjid BB-04 1,5 3,5 2
12 Gang Inayah BB-04 1,5 3,5 2
13 Gang Kihajar Dewantara BB-01 2,5 3,5 1
14 Gang Kelapa I BWP I BB-02 2,5 3,5 1
15 Gang Kelapa II BB-02 3 3,5 0,5
16 Jalan Haji Kasim GB-03 3 3,5 0,5
17 Jalan Pembaharuan GB-03 3 3,5 0,5
18 Jalan Setiabudi GB-02 3,2 3,5 0,3
19 Gang Muha GB-01 2 3,5 1,5
20 Gang Swadaya GB-01 2 3,5 1,5
21 Gang Bersatu GB-01 2 3,5 1,5
22 Gang Puncak GB-01 2 3,5 1,5
Jalan Lingkungan
23 Gang Mangga GB-01 2 3,5 1,5
24 Gang Langsat GB-01 2 3,5 1,5
25 Gang Perhimpunan GB-01 2 3,5 1,5
26 Gang Sepakat GB-01 2 3,5 1,5
27 Gang Mahoni GB-01 2 3,5 1,5
28 Gang Persatuan GB-01 2,3 3,5 1,2
29 Gang Rambutan BWP II GB-02 1,8 3,5 1,7
28
Lebar Badan Jalan Ketentuan Lebar Rencana Pelebaran
No Nama Jalan Hierarki Jalan SBWP Kode Blok
Eksisting (m) Badan Jalan (m) Badan Jalan (m)
30 Gang Markisa GB-01 1,8 3,5 1,7
31 Gang Persatuan GB-01 1,8 3,5 1,7
32 Gang Semangka GB-01 1,8 3,5 1,7
33 Gang Durian GB-01 1,8 3,5 1,7
34 Gang Damai GB-01 2 3,5 1,5
35 Gang Pelabuhan GB-01 2,3 3,5 1,2
36 Gang Bayangkara GB-01 2 3,5 1,5
37 Gang Masjid Junnah GB-01 2,5 3,5 1
38 Gang Berkah GB-01 2,5 3,5 1
39 Gang Rambutan GB-01 3 3,5 0,5
40 Gang R.A Kartini GB-01 3 3,5 0,5
41 Gang Mangga II GB-01 3 3,5 0,5
42 Gang Sidorejo II GB-01 3 3,5 0,5
43 Gang Polemaju GB-01 3 3,5 0,5
44 Gang Damai GB-01 2,5 3,5 1
45 Jalan Pelabuhan Sulaiman BI-01 6,5 7,5 1
Jalan Lokal
46 Jalan Kapitan Toko Lima BI-02 6,5 7,5 1
Sekunder
47 Jalan Kapitan Toko Lima II BI-02 6 7,5 1,5
48 Jalan Manunggal TL-01 3 3,5 0,5
49 Gang ABD Latif TL-02 3 3,5 0,5
50 Gang Melati TL-02 3 3,5 0,5
51 Gang Sakura TL-02 2 3,5 1,5
52 Gang Mawar TL-02 2 3,5 1,5
BWP
53 Gang Tulip TL-02 2 3,5 1,5
III
54 Gang Masjid Al-Ikhlas TL-02 2 3,5 1,5
Jalan Lingkungan
55 Gang Sulaiman TL-02 3 3,5 0,5
56 Gang Kepiting BI-01 2 3,5 1,5
57 Gang Bandeng BI-01 2 3,5 1,5
58 Gang Belanak BI-01 2 3,5 1,5
59 Gang Rajungan BI-01 1,7 3,5 1,8
60 Gang Tenggiri BI-01 1,7 3,5 1,8
61 Gang Kerapu BI-01 1,8 3,5 1,7
29
Lebar Badan Jalan Ketentuan Lebar Rencana Pelebaran
No Nama Jalan Hierarki Jalan SBWP Kode Blok
Eksisting (m) Badan Jalan (m) Badan Jalan (m)
62 Gang Rahman BI-01 1,5 3,5 2
63 Gang Pasir BI-01 1,5 3,5 2
64 Jalan Insan Raya BI-01 3 3,5 0,5
65 Gang Perbatasan BI-01 2,5 3,5 1
66 Gang Kakatua BI-01 2,5 3,5 1
67 Gang Kenari BI-01 3 3,5 0,5
68 Gang Merak BI-01 1,5 3,5 2
69 Gang Rajawali BI-01 2 3,5 1,5
70 Gang Merpati BI-01 1,5 3,5 2
71 Gang Titian BI-01 1,5 3,5 2
72 Gang Jalali BI-01 2 3,5 1,5
73 Gang Arwana BI-01 1,5 3,5 2
74 Gang Kakap BI-01 1,5 3,5 2
75 Gang Kampung Timur BI-01 1,5 3,5 2
Sumber : Hasil rencana, 2022
30
Berdasarkan tabel diatas dapat didapatkan data bahwa di lokasi studi pada
kawasan Muara Badak terdapat 1 jaringan jalan kolektor sekunder, 4 jaringan jalan
lingkungan sekunder dan 10 jaringan jalan lingkungan yang tersebar di SWP I.
Terdapat 3 jaringan jalan lokal sekunder dan 28 jaringan jalan lingkungan yang
tersebar SWP II. Terdapat 27 jaringan jalan lingkungan yang tersebar di SWP III.
Rencana pelebaran jaringan jalan yang akan dilaksanakan seluas 0,5 meter - 3,5
meter dari lebar jalan yang sudah terbangun. Rencana pelebaran jaringan jalan
sesuai dengan Rencana Tata Ruang Kota.
31
Gambar 3.7 Peta Rencana Jaringan Jalan WP Muara Badak
Sumber: Olahan Penulis, 2022
32
B. Rencana Jaringan Pedestrian
Pada ruas jalan WP Muara Badak belum memiliki jalur pedestrian atau jalan
pejalan kaki. Pada kondisi eksisting kebutuhan jalur pedestrian dibutuhkan pada
kawasan pusat kegiatan seperti kawasan perdagangan dan jasa, kawasan
pendidikan, kawasan perkantoran pemerintah. Penyediaan jalur pedestrian sebagai
sarana untuk pejalan kaki, dan sarana pendukung penyediaan sarana angkutan kota
yang berfungsi sebagai mengubah perjalanan untuk mengurangi pemakaian
kendaraan pribadi.
Rencana jalur pedestrian pada WP Muara Badak akan dilakukan sebagai
berikut:
1. Pada Jalan Ki Hajar Dewantara pada SWP I dengan tipe jalan 2/1 tak
terbagi, tepatnya pada kawasan pelayanan umum dan pendidikan akan
dibangun pedestrian berpagar dengan akses pada penyebrangan dengan
halte angkutan kota. Dengan dimensi total 6 meter.
2. Pada Jalan Perintis tepatnya pada kawasan perdagangan dan jasa SWP I
dengan tipe jalan 2/1 tak terbagi, akan dibangun pedestrian dengan akses
pada penyebrangan halte angkutan umum. Dengan dimensi total 7 meter
yang dapat menampung arus pejalan kaki maksimum 80 pejalan
kaki/menit.
3. Pada Jalan Cokroaminoto pada SWP II dengan tipe 2/2 tak terbagi, yang
berada pada kawasan pendidikan akan dibangun pedestrian dengan akses
pada penyebrangan dengan halte angkutan kota. Dengan dimensi total 6
meter, yang dapat menampung arus pejalan kaki maksimum 80 pejalan
kaki/menit.
4. Pada Jalan Rahmat tepatnya pada kawasan perdagangan dan jasa SWP II
dengan ripe 2/2 tak terbagi, akan dibangun pedestrian dengan akses pada
penyebrangan halte angkutan umum. Dengan dimensi total 7 meter.
5. Jalur pedestrian direncanakan dihubungkan dengan halte yang akan
direncanakan pada koridor jalan yang dilewati angkutan kota.
6. Rencana jalur pedestrian akan dilengkapi fasilitas pejalan kaki yang sesuai
dengan pedoman teknis yang sudah ada, meliputi rambu, marka, lampu
33
penerangan, jalur hijau, peneduh, dan tempat duduk, serta ramah bagi
penyandang disabilitas.
34
Gambar 3.8 Peta Rencana Jaringan Pedestrian WP Muara Badak
Sumber: Olahan Penulis, 2022
35
C. Rencana Sistem Angkutan Umum
Pada WP Muara Badak memiliki pusat kegiatan utama, yaitu pada Desa
Badak Baru Maka dalam perencanaannya perlu memiliki aksesibilitas dengan baik
yang dapat menghubungkan desa-desa yang berperan sebagai sub pusat kegiatan
utama, sehingga SWP yang sudah memiliki peran dan fungsi masing-masing dapat
saling terhubung dengan baik untuk menimbulkan kemudahan aksesibilitas
masyarakat dalam mendukung kegiatan sehari-hari. Sehingga dibutuhkan rencana
sistem angkutan umum, dengan adanya angkutan umum dapat mengarahkan WP
Muara Badak menumbuhkan bangkitan yang dapat melayani masyarakat desa-desa
yang berada pada SWP Muara Badak dan juga pada kecamatan lainnya, yang
diharapkan dapat mendorong pertumbuhan dan pemerataan perekonomian.
Pada kondisi eksisting WP Muara Badak belum dilayani oleh sistem
angkutan umum, maka dari itu akan direncanakan sistem angkutan umum dengan
trayek sebagai berikut.
2 B Jalan RA Kartini (Desa Gas Badak 1) - Jalan Kapitan Toko Lima ( Desa
Muara Badak Ilir)
Sumber: Hasil Rencana, 2022
36
Gambar 3.9 Peta Rencana Sistem Angkutan Umum WP Muara Badak
Sumber: Olahan Penulis, 2022
37
D. Rencana Sistem Terminal
Pengembangan sistem terminal yang dilakukan berdasarkan penetapan pada
RTRW Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2013-2033 yang merupakan
pengembangan terminal penumpang tipe C. Berikut merupakan rencana yang akan
dilakukan pada sistem terminal WP Muara Badak meliputi:
1. Pembangunan terminal penumpang C yang akan dilakukan pembangunan
pada lokasi strategis, yaitu berada pada Desa Badak Baru dan Desa Gas
Alam Badak 1 dan Desa Badak Ilir. Rencana pengembangan dilakukan
agara memudahkan aksesibilitas masyarakat ke antar desa untuk melakukan
kegiatan setiap harinya.
2. Untuk memudahkan dan mengatur pergerakan maka dilakukan
pembangunan halte pada lokasi yang strategis. halte ini berfungsi sebagai
tempat menaikkan dan menurunkan penumpang angkutan umum
3. Pada persebaran halte yang akan direncanakan mengikuti letak jalur
pedestrian yang sudah direncanakan yaitu pada jalan Kihajar Dewantara,
Jalan Perintis, Jalan Cokroaminoto, dan Jalan Rahmat. Penentuan titik halte
berdasarkan zonasi yang sesuai dengan tata guna lahan eksisting dan pusat
kegiatan, berikut merupakan lokasi pencana pembangunan halte di WP
Muara Badak.
38
No Lokasi Jumlah Keterangan
Persebaran Halte
39
\
40
3.2.2 Jaringan Transportasi Sungai/Laut
Pelabuhan dan jalur pelayaran angkutan sungai dibuat untuk menambatkan
atau merapatkan kapal yang akan melakukan bongkar atau memasukkan barang
serta menaik-turunkan penumpang. Pada WP Muara Badak terdapat pelabuhan
Toko Lima yang terletak Muara Badak Ilir. Pelabuhan tersebut ditujukan untuk para
nelayan sebagai tempat untuk sarana pendistribusian hasil tangkap perikanan, pada
kondisi eksisting pelabuhan Toko Lima kurang memadai karena masih berupa
bangunan kayu atau bangunan non permanen, sehingga diperlukan perencanaan
pengembangan kualitas dermaga dan perbaikan dengan meningkatkan dan
penyedian fasilitas dermaga, melalui perbaikan bangunan dermaga dengan
menggunakan bangunan permanen.
41
Tabel 3.8 Rencana penambahan jaringan Gardu listrik pada WP Muara Badak
42
Gambar 3.11 Perencanaan jaringan Gardu Listrik
Sumber : Hasil Rencana, 2022
43
3.3.2 Jaringan Telekomunikasi
Pengembangan dan penambahan jaringan telekomunikasi pada kawasan
WP Muara Badak diperlukan untuk meningkatkan cakupan dan kualitas layanan
telekomunikasi agar seluruh masyarakat yang ada pada kawasan WP dapat
menikmati layanan telekomunikasi secara merata. Selain itu juga pemeliharaan dan
perawatan terkait alat-alat pendukung layanan telekomunikasi juga diperlukan agar
dapat terus berfungsi secara maksimal. Secara keseluruhan, persebaran alat
pendukung layanan telekomunikasi yaitu ODP Wall/On yang ada pada WP Muara
Badak sudah tersebar dengan cukup merata. Kemudian terdapat total 7 (tujuh) BTS
Greenfield yang tersebar di seluruh WP Muara Badak namun persebarannya belum
merata. Berikut merupakan rencana pengembangan jaringan telekomunikasi
● Penambahan ODP Wall/On pada sebagian kecil daerah yang persebarannya
belum merata dan belum sesuai dengan jumlah ideal berdasarkan SNI yaitu
pada SWP Tanjung Limau
● Penambahan jaringan telekomunikasi berdasarkan analisis proyeksi
kebutuhan selama 20 (dua puluh) tahun.
● Pemeliharaan dan perawatan terkait jaringan telekomunikasi yang ada
seperti ODP Wall/On yang sudah rusak dan penertiban kabel utilitas
telekomunikasi yang kurang rapi. Berikut merupakan peta rencana
pengembangan jaringan telekomunikasi di seluruh WP Muara Badak
44
Gambar 3.12 Peta Perencanaan jaringan Telekomunikasi
Sumber : Hasil olahan penulis, 2022
45
3.3.3 Jaringan Sumber Daya Air
Dalam penyediaan jaringan sumber daya air pada Rencana Detail Tata
Ruang terdapat arahan rencana penembangan pada WP yaitu :
● SWP I
didominasi dengan permukiman dan perdagangan dan jasa sehingga
diperlukan adanya pemeliharaan sumber daya air dalam menjaga
ketersediaan air bersih
● SWP II
terdapat peruntukan lahan sebagai perkebunan dan perikanan sehingga
diperlukan adanya sistem irigasi dengan pengendalian sistem agar jumlah
yang digunakan tetap dapat disesuaikan dengan kebutuhan pada WP III
● SWP III
pada WP III merupakan wilayah yang letaknya berbatasan langsung dengan
laut dan sungai sehingga diperlukan adanya pengembangan sumber daya air
berupa wilayah sungai dengan memanfaatkan air sungai dan laut sebagai
sumber daya air. serta diperlukan optimalisasi pada unit air agar terhindar
dari resiko terkontaminasi.
46
Gambar 3.13 Peta Perencanaan Jaringan Sumber daya air
Sumber : Hasil olahan penulis,2022
47
3.3.4 Jaringan Air Minum
Sistem jaringan air minum pada WP Kawasan Muara Badak belum teraliri
secara merata dimana terjadi peningkatan kebutuhan seiring dengan bertambahnya
jumlah penduduk. Dari hal tersebut, maka dibutuhkan rencana jaringan air minum
yang baik agar kebutuhan masyarakat pada WP dapat terpenuhi. Berdasarkan
Peraturan Pemerintah Nomor 122 Tahun 2015 tentang Sistem penyediaan Air
Minum dan Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 2005 tentang Pengembangan
Sistem Penyediaan Air Minum, sebagai berikut:
1. Pengembangan Sistem Jaringan Air Minum adalah kegiatan yang dilakukan
untuk memenuhi kebutuhan pelayanan minimal air minum guna
memperluas jangkauan pelayanan air bersih untuk masyarakat
berpenghasilan rendah yang dilakukan secara bertahap.
2. Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan sistem jaringan air
minum.
3. Meningkatkan dan memperluas akses air secara aman melalui non perpipaan
yang terlindungi bagi masyarakat berpenghasilan rendah.
4. Mengembangkan penyediaan air minum yang terpadu dengan sistem
sanitasi
5. Mengembangkan pelayanan air minum dengan kualitas yang sesuai dengan
standar baku mutu.
Rencana Jaringan air minum pada WP Minapolitan Muara Badak
diperuntukan untuk mendukung kebutuhan dasar dan kebutuhan pengembangan
terkait air minum. Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dan dasar hukum
diatas, maka dapat disimpulkan bahwa arahan pengembangan jaringan air minum
pada WP Muara Badak adalah :
a. Optimalisasi Pelayanan Distribusi Air Minum
Memaksimalkan pelayanan distribusi air bersih untuk seluruh
masyarakat WP dilakukan berdasarkan hasil analisis yang dilakukan
sebelumnya. Rencana ini untuk meningkatkan kenyamanan masyarakat
akan kebutuhan air minum.
b. Pengendalian Air Minum
48
Mengendalikan proses penyaluran air minum agar jumlah debit
yang digunakan dapat disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat Muara
Badak dan dapat tersalurkan secara merata sehingga seluruh masyarakat
dapat menggunakan pelayanan air minum tanpa gangguan kurangnya air
bersih.
3.3.5 Jaringan Pengelolaan Air Limbah
Sistem pengolahan air limbah pada WP Muara Badak memerlukan
perhatian yang lebih serius, hal ini disebabkan karena air limbah yang ada masih
dicampur menjadi satu dengan jaringan drainase, Air limbah yang dimaksud dalam
hal ini adalah air limbah domestik berupa air kotor dari kamar mandi, dapur dan
cucian. Sistem pembuangan air limbah pada kawasan WP masih bersifat mandiri,
yaitu hanya terdapat di permukiman masing-masing warga. Sehingga perlu
direncanakan suatu sistem jaringan air limbah. Pelayanan minimal sistem
pembuangan air limbah berupa unit pengolahan kotoran manusia/tinja dilakukan
dengan menggunakan sistem setempat atau sistem terpusat agar tidak mencemari
daerah tangkapan air/resapan air baku. Sistem pembuangan air limbah setempat
diperuntukkan bagi orang perseorangan/rumah tangga. Sedangkan sistem
pembuangan air limbah terpusat diperuntukkan bagi kawasan padat penduduk
dengan memperhatikan kondisi daya dukung lahan dan SPAM (Sistem Penyediaan
Air Minum) serta mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat.
Air kotor dapat dibuang ke saluran drainase terdekat setelah melalui Bak
Pengendap (alat penyaring) dan sumur peresapan pada masing-masing rumah. Bak
ini diperlukan untuk menyaring bahan-bahan kotor dan padat yang terbawa air
kotor. Debit limbah air kotor keluarga diperhitungkan sebesar 85% dari kebutuhan
air bersih di WP Muara Badak.
49
140,946 m3/detik, dan Jl.Insan Raya dengan lebar 48 cm dan tinggi 64 cm,
intensitas air hujan 0,5 mm/jam dengan debit air sekitar 427,008 m3/detik
Sehingga untuk rencana pengembangan jaringan drainase pada Kawasan
WP Minapolitan Muara badak diperuntukan untuk mendukung kegiatan hunian
dan non hunian. Adapun rencana yang akan dilakukan berdasarkan dengan hasil
analisis yang telah dilakukan adalah sebagai berikut.
1. Dilakukan penyesuaian dimensi terhadap drainase Kawasan WP
Minapolitan Muara Badak sehingga memenuhi standar drainase
permukiman.
2. Meningkatkan dan mengoptimalkan saluran drainase yang tersedia pada
Kawasan WP Minapolitan Muara Badak.
3. Melakukan perbaikan jaringan drainase secara berkala dan menyesuaikan
dengan kebutuhan di Kawasan WP Minapolitan Muara Badak, (Desa Badak
Baru, Desa Tanjung Limau, Desa Gas Alam Badak 1 dan Desa Muara Badak
Ilir).
50
Tabel 3.9 Tabel rencana Jaringan drainase
Ketentuan Rencana Penyesuaian Dimensi
Bentuk Drainase Eksisting
Jenis Kode Drainase Drainase
No Nama Jalan SBWP
Saluran Blok Tinggi Lebar Tinggi
Lebar (cm) Lebar (cm) Lebar (cm)
(cm) (cm) (cm)
1 Gg. Polmas BB-05 51 47 50 50 - 3
2 Jl. Sidorejo BB-05 26 39 50 50 24 11
3 Gg. Sidorejo I BB-05 23 17 50 50 27 33
4 Gg. Sidorejo II BB-05 20 33 50 50 30 17
5 Gg. Sidorejo III BB-03 24 25 50 50 26 25
6 Gg. Sidorejo IV BB-04 32 15 50 50 18 35
7 Gg. Sidorejo V GB-01 41 33 50 50 9 17
BWP I
8 Gg. Kelapa I BB-02 46 32 50 50 4 18
9 Gg. Kelapa II BB-02 40 44 50 50 10 6
10 Gg. Kelapa III Terbuka BB-02 51 39 50 50 - 11
11 Gg. Kelapa IV BB-02 41 29 50 50 9 21
12 Jl. Gotong BB-03 68 37 50 50 - 13
royong
13 Gg. Masjid Nur BB-04 20 16 50 50 30 34
Jannah
14 Jl. Lain Antasari BB-02 36 15 50 50 14 35
15 Gg. Perbatasan BB-01 45 33 50 50 5 17
BWP
16 Gg. Pasir III BB-01 51 47 50 50 - 3
17 Jl. Pasar badak I Tertutup GB-03 37 29 50 50 13 21
18 Jl.Insan Raya BB-05 48 64 50 50 2 -
51
Gambar 3.14 Peta Perencanaan jaringan Drainase
Sumber : Hasil olahan penulis, 2022
52
3.3.7 Jaringan Persampahan
Aktivitas sosial-ekonomi yang terjadi di Bagian Wilayah Perkotaan
Minapolitan Muara Badak menyebabkan timbulan sampah yang terus mengalami
peningkatan. Proyeksi timbulan sampah akan mengalami peningkatan seiring
dengan peningkatan penduduk. Proyeksi timbulan sampah dapat dilihat pada tabel
sebagai berikut.
53
Tahun Desa Jumlah Jumlah Kondisi Proyeksi Timbulan
Proyeksi Penduduk Eksisting Sampah
54
Tabel 3.11 Rencana Penambahan TPS pada Bagian Wilayah Perkotaan Muara
Badak Tahun 2023-2043
55
Tahun Desa Jumlah Timbulan Kontainer/ Bak
Penduduk Sampah 1000 liter
(jiwa) (liter/hari) (unit)
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa hingga tahun 2043 kawasan
Minapolitan Muara Badak membutuhkan penambahan jumlah unit tempat
pembuangan sampah sementara, yang direncanakan adalah berupa TPS dengan jenis
kontainer/bak dengan kapasitas 1000 liter sampah. Yaitu pada Desa Badak Baru
membutuhkan penambahan 36 unit TPS, Desa Muara Badak Ilir membutuhkan 28 unit
TPS, Desa Gas Alam Badak 1 dan Desa Tanjung Limau membutuhkan penambahan
20 unit TPS. Berikut ini adalah peta rencana persebaran TPS pada kawasan
Minapolitan Muara Badak.
56
Gambar 3.10 Peta Perencanaan jaringan persampahan
Sumber : Hasil olahan penulis, 2022
57
3.3.8 Jaringan Prasarana Lainnya
1. Rencana Jalur Evakuasi Bencana
Dalam mengantisipasi terjadinya bencana di WP Kawasan
Minapolitan khususnya bencana banjir yang terjadi, maka perlu
direncanakannya jalur-jalur evakuasi bencana agar memudahkan proses
mitigasi bencana. Rencana sistem jaringan evakuasi bencana di wilayah
studi, berupa penetapan jalur evakuasi bencana. Menurut Peraturan Daerah
Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor Tahun 2013 Tentang Rencana Tata
Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara Menimbang Tahun 2013-
2033, jalur dan ruang evakuasi bencana alam sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf e terdiri atas: a. jalur evakuasi bencana alam meliputi: 1.
jaringan jalan arteri berupa jaringan jalan nasional, 2. jaringan jalan kolektor
berupa jaringan jalan provinsi, 3. jaringan jalan lokal berupa jaringan jalan
Kabupaten, dan 4. jaringan jalan lingkungan berada di seluruh kecamatan.
Untuk Jalur Evakuasi Bencana, ditetapkan pada setiap jaringan jalan
lingkungan yang ada di dalam kawasan Minapolitan.
2. Rencana Tempat Evakuasi Sementara
Untuk Rawan Bencana banjir, kebakaran hutan dan lahan, menjadi
ancaman bencana di WP Minapolitan ini. Untuk ruang evakuasi bencana
diarahkan ke zona peruntukan ruang terbuka hijau dan ruang terbuka
lainnya. Dalam Permen PUPR No.14 Tahun 2017, dijelaskan bahwa titik
kumpul harus memenuhi persyaratan teknis seperti jarak minimum titik
berkumpul dari bangunan gedung adalah 20 meter untuk melindungi
pengguna dan pengunjung bangunan gedung dari keruntuhan atau bahaya
lainnya. Titik berkumpul dapat berupa jalan atau ruang terbuka. Lokasi titik
berkumpul tidak boleh menghalangi akses dan manuver mobil pemadam
kebakaran, memiliki akses menuju ke tempat yang lebih aman, dan tidak
menghalangi dan mudah dijangkau oleh kendaraan atau tim medis.
Persyaratan lain mengenai titik berkumpul mengikuti ketentuan peraturan
perundang-undangan tentang sistem proteksi kebakaran pada bangunan
gedung dan lingkungan. Rencana sistem jaringan evakuasi bencana di
58
wilayah studi, berupa penetapan ruang evakuasi bencana berupa TES
(Tempat Evakuasi Sementara).
Dengan memperhatikan Permen PUPR No. 14 Tahun 2017, maka
penetapan titik kumpul dan rambu evakuasi bencana yaitu berupa adanya
rambu penanda Titik Kumpul/Muster Point/Assembly Point. Menurut
Singapore Civil Defence Force (SCDF), kriteria titik kumpul yaitu: (1)
Lokasi mudah dikenali dan dijangkau oleh korban. (2) Dapat menampung
korban dengan jumlah yang banyak. (3) Aman dari keruntuhan dan bahaya
lainnya. (4) Mudah diakses oleh regu penyelamat dan tidak terhalang. Selain
itu, Tempat Evakuasi Sementara (TES) berada di lokasi yang mudah di
akses masyarakat, telah umum diketahui masyarakat, dan dikelola dengan
baik. Sehingga TES diletakkan di SPU (Saran Pelayanan Umum) yaitu
masjid dan lapangan olahraga, yang tersebar di berbagai Desa. Berikut
merupakan Peta rencana jaringan Prasarana lainnya.
59
Gambar 3.11 Peta Perencanaan jalur evakuasi bencana
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
60
Gambar 3.12 Peta Perencanaan jalur evakuasi bencana
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
61
62
BAB IV
RENCANA POLA RUANG
4.1 Zona Lindung
Zona lindung merupakan zona adalah wilayah yang ditetapkan dengan
fungsi utama melindungi kelestarian Lingkungan Hidup yang mencakup sumber
daya alam dan sumber daya buatan. Berdasarkan hal tersebut, maka pengelolaan
terhadap kawasan lindung harus dilakukan dengan upaya penetapan, pelestarian
serta pengendalian terhadap pemanfaatan ruang kawasan lindung. Sehingga dengan
adanya rencana pola ruang pada zona lindung diharapkan dapat mewujudkan
kelestarian fungsi lingkungan hidup, meningkatkan daya dukung lingkungan dan
menjaga keseimbangan ekosistem antar kawasan guna mendukung proses
pembangunan berkelanjutan. Pada Bagian Wilayah Perkotaan Muara Badak terbagi
menjadi zona ruang terbuka hijau yang meliputi rimba kota, taman kecamatan dan
kelurahan serta jalur hijau. Dan juga terdapat zona ekosistem mangrove.
63
Tabel 4.1 Luas dan Persentase Zona Lindung Pada Bagian Wilayah Perkotaan Muara Badak
Lokasi
Zona Sub Zona Kode Sub Zona Luas (Ha)
SWP Blok
SWP III-A BI-05 77.29
SWP II GB-05 42.46
SWP II GB-06 42.93
Rimba Kota RTH-1
SWP I BB-06 48.28
SWP III-B TL-01 25.82
SWP III-B TL-02 55.57
Taman Kecamatan RTH-3 SWP II B-03 3.00
Zona Ruang Terbuka SWP I BB-05 1.23
Hijau (RTH) SWP I BB-01 0.07
SWP II GB-03 0.28
Taman Kelurahan RTH-4
SWP II GB-06 0,04
SWP III-B TL-01 0.55
SWP III-B TL-02 0.06
SWP I BB-02 1.17
Jalur Hijau RTH-8 SWP II GB-04 3.95
SWP III-B TL-02 2.05
SWP II GB-06 58.17
SWP III-A BI-02 4.20
Zona Ekosistem
Ekosistem Mangrove EM SWP III-A BI-03 9.02
Mangrove
SWP III-A BI-04 10.05
SWP III-B TL-03 12.44
Sumber : Hasil Rencana, 2022
64
4.1.1 Zona ruang terbuka hijau (RTH)
Menurut Peraturan Daerah Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor Tahun
2013 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara
Menimbang Tahun 2013-2033, , kawasan ruang terbuka hijau sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e seluas kurang lebih 30 (tiga puluh) persen dari luas
kawasan perkotaan terdiri atas: a. ruang terbuka hijau publik seluas kurang lebih 20
(dua puluh) persen dari luas kawasan ruang terbuka hijau meliputi: 1. hutan kota,
2. taman kota, 3. taman pemakaman umum, dan 4. jalur hijau sepanjang jalan,
sungai, dan pantai. Tujuan dalam penetapan zona Ruang Terbuka Hijau adalah
untuk menjaga ketersediaan lahan sebagai kawasan resapan air menciptakan aspek
planologis perkotaan, melalui keseimbangann antara lingkungan alam dan
lingkungan binaan yang berguna untuk kepentingan masyarakat dalam
meningkatkan keserasian lingkungan perkotaan sebagai sarana pengaman
lingkungan perkotaan yang aman, nyaman, segar, indah, dan bersih khususnya di
WP Minapolitan 4 Desa. Rencana Pola Ruang pada zona ruang terbuka hijau yaitu
dengan adanya jalur hijau. Dimana untuk jalur hijau pada Desa badak baru, terletak
di sepanjang Jl. Sulaiman dan Jl. Ki Hajar Dewantara; Desa Gas Alam Badak 1
terletak di Jl. Rahmat, Jl. Cokroaminoto, dan Jl. RA. Kartini; Desa Tanjung Limau
terletak di Jl. Muara Badak - Marangkayu; Desa Muara Badak Ilir terletak di Jl.
Kapitan Toko Lima.
65
Tabel 4.2 Rencana Zona Ruang Terbuka Hijau Kawasan Minapolitan Kecamatan Muara Badak
BB-04
66
4.1.2 Zona Ekosistem Mangrove (EM)
Ekosistem Hutan Mangrove adalah hutan yang tumbuh di daerah pasang
surut, terutama di pantai yang terlindung, laguna dan muara sungai yang tergenang
pada saat pasang dan bebas dari genangan pada saat surut yang komunitas
tumbuhannya bertoleransi terhadap garam. Tujuan penetapan zona ekosistem
mangrove (EM) yaitu :
1. Untuk melestarikan tumbuhan mangrove yang mampu menahan arus air laut
agar tidak mengikis tanah di garis pantai.
2. Untuk menyediakan tempat hidup berbagai macam biota laut seperti ikan-
ikan kecil untuk berlindung dan mencari makan
3. Untuk mempertahankan fungsi hutan mangrove sebagai penghasil oksigen
(O2) dan penyerap gas karbondioksida (CO2)
Tabel 4.3 Rencana Zona Ekosistem Mangrove Muara Badak Kawasan Minapolitan
Kecamatan Muara Badak
Gas Alam
SWP II GB-06 127.91
Badak I
BI-02 23.57
BI-04 31.41
Total
363.2
67
4.2 Zona Budidaya
Zona budidaya adalah zona yang ditetapkan karakteristik pemanfaatan ruang berdasarkan dominasi fungsi kegiatan masing-
masing zona pada kawasan.
Tabel 4.4 Luas dan Persentase Zona Budidaya di WP Kawasan Minapolitan Muara Badak
Lokasi
Zona Sub Zona Kode SubZona Luas (Ha)
Sub BWP Blok
BB-02 14.43
BB-04 12.69
SWP I
BB-05 24.58
BB-06 20.97
Zona Perkebunan Rakyat (KR) Perkebunan Rakyat KR GB-01 2.08
SWP II GB-03 7.46
GB-05 4.32
TL-03 34.504
SWP III-B
TL-02 4.06
BI-01 3.43
Perikanan Tangkap K-1 SWP III-A BI-02 10.75
BI-04 10.28
GB-01 7.54
Zona Perikanan (IK)
GB-02 13.18
SWP II
Perikanan Budidaya K-2 GB-05 34.29
GB-06 7.39
SWP III-B TL-03 67.16
SWP I BB-03 8.65
Zona Kawasan Peruntukan Kawasan Peruntukan
KPI SWP II GB-04 116.7
Industri Industri
SWP III-B TL-01 14.08
Zona Pariwisata (W) Pariwisata W SWP III-B TL-03 58.22
Zona Perumahan (R) R-2 SWP I BB-01 18.52
68
BB-03 16.19
Perumahan
BB-04 23.53
Kepadatan Tinggi
SWP III-A BB-01 9.93
BB-02 18.64
SWP I
BB-05 5.47
GB-01 13.48
SWP II GB-02 8.44
Perumahan
R-3 GB-06 12.32
Kepadatan Sedang
SWP III-A BI-04 5.92
TL-01 17.34
SWP III-B TL-02 8.98
TL-03 1.07
BB-01 0.047
SWP I
BB-04 0.02
SPU-1 GB-01 0.07
SWP II
GB-06 0.03
SWP III-A BI-01 0.01
BB-01 0.85
BB-02 0.41
SWP I
BB-03 0.07
BB-04 0.52
Zona sarana pelayanan umum Sarana Pelayanan GB-01 0.3
(SPU) Umum Skala Kota GB-02 0.08
SPU-2 SWP II GB-04 0.44
GB-05 0.03
GB-06 0.05
BI-01 0.15
SWP III-A
BI-02 0.107
TL-01 0.88
SWP III-B
TL-02 0.04
BB-01 1.23
SPU-3 SWP I
BB-02 0.63
69
BB-03 0.02
BB-04 0.55
GB-01 0.11
GB-02 1.06
SWP II
GB-05 0.01
GB-06 0.38
SWP III-A BI-01 0.08
TL-02 0.04
SWP III-B
TL-03 0.02
BB-01 9.88
Perdagangan dan
K-1 SWP I
Jasa Skala Kota BB-02 5.13
BB-03 4.48
BB-04 6.15
Zona Perdagangan dan Jasa
3.63
Skala (K) BI-01
BI-02 0.42
Perdagangan dan SWP III-A
K-2 BI-03 2.10
Jasa Skala WP
BI-05 1.92
TL-02 2.91
SWP III-B TL-03 4.95
SWP I BB-04 1.32
Zona Transportasi (TR) Transportasi TR
SWP III-A BI-01 0.38
Total
Sumber : Hasil rencana, 2022
70
4.2.1 Zona Perumahan (R)
Zona perumahan (R) adalah peruntukan ruang yang terdiri dari kelompok
rumah tinggal yang mewadahi kehidupan dan penghidupan masyarakat yang
dilengkapi dengan fasilitasnya. Tujuan penataan zona perumahan ( R ) adalah :
1. Menyediakan lahan untuk pengembangan hunian dengan kepadatan yang
bervariasi
2. Mengakomodasi berbagai tipe hunian dalam rangka mendorong penyediaan
hunian untuk semua lapisan masyarakat
3. Merefleksikan pola-pola pengembangan yang diinginkan masyarakat pada
lingkungan-lingkungan hunian yang ada dan untuk masa yang akan
datang,sesuai kebutuhannya
71
Tabel 4.5 Rencana Pola Ruang Zona Perumahan Kepadatan Tinggi (R-2) di WP
Kawasan Minappolitan Muara Badak
Tabel 4.6 Rencana Pola Ruang Zona Perumahan Kepadatan Sedang (R-3) di WP
Kawasan Minapolitan Muara Badak
72
Sub Zona Kode SWP Desa Blok Luas (Ha)
73
1. Untuk menyediakan ruang bagi kegiatan-kegiatan perikanan dengan
fasilitasnya dalam upaya memenuhi lapangan kerja perekonomian
lainnya.
2. Untuk mengembangkan sektor-sektor basis tertentu agar dapat
meningkatkan produktivitas daerah.
Dalam pengembangan ruang untuk zona perikanan (IK) yang akan
dikembangkan di WP Kawasan Minapolitan meliputi sub zona perikanan tangkap
(IK-1) dan sub zona perikanan budidaya (IK-2). Pengembangan zona perikanan
tersebar di SWP III yaitu Desa Muara Badak Ilir sebagai SWP III-A dan Desa
Tanjung Limau sebagai SWP III-B. Adapun rencana pengembangan zona
perikanan di WP Kawasan Minapolitan Muara Badak yang dapat dilihat pada tabel
berikut.
74
5. Untuk memelihara keharmonisan kehidupan dengan masyarakat yang
berada disekitar wilayah perkebunan
Tabel 4.9 Rencana Pola ruang Industri di WP Kawasan Minapolitan Muara Badak
75
Tanjung
SWP III-B TL-01 14
Limau
Sumber : Hasil Rencana, 2022
76
b. Sarana Pelayanan Umum (SPU) Peribadatan
Sarana Pelayanan Umum (SPU) Peribadatan pada wilayah perencanaan
Muara Badak akan direncanakan dengan memperhatikan kondisi komposisi
penduduk berdasarkan pemeluk agama. Agar dapat memenuhi skala
pelayanan akan sarana kebutuhan peribadatan, maka standar yang
digunakan adalah SNI 03-1733-2004 Tentang Standar Pedoman
Perencanaan Lingkungan Permukiman Kota dan Peraturan Bersama
Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri No. 9 Tahun 2006 dan No. 8
Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil
Kepala Daerah Dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama,
Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah
Ibadat.
c. Sarana Pelayanan Umum (SPU) Kesehatan
Sarana Pelayanan Umum (SPU) kesehatan pada wilayah perencanaan
Muara Badak akan direncanakan berdasarkan pada ukuran jumlah
penduduk yang dapat terlayani secara optimal baik ditinjau dari segi
pelayanan maupun optimalisasi sumber daya yang tersedia (tenaga
kesehatan dan gedung). Oleh karena itu, jangkauan pelayanan kesehatan di
Bagian Wilayah Perkotaan Muara Badak harus menjadi perhatian dan
menjadi skala prioritas untuk dapat memberikan kualitas kesehatan kepada
masyarakat, sehingga tingkat pemahaman dan pengetahuan terhadap
kondisi kesehatan menjadi meningkat, dan tentunya ditunjang oleh tenaga
ahli di bidang kesehatan (medis dan paramedis).
d. Sarana Pelayanan Umum (SPU) Olahraga
Sarana Pelayanan Umum (SPU) olahraga pada wilayah perencanaan Muara
Badak akan direncanakan berdasarkan analisis kebutuhan terhadap jumlah
penduduk juga harus disesuaikan dengan standar sarana dan prasarana
pengembangan Bagian Wilayah Perkotaan Muara Badak. Kondisi eksisting
dan kebutuhan sarana peribadatan di Bagian Wilayah Perkotaan Badak.
77
Perkotaan Muara Badak sesuai kebutuhan yang akan direncanakan pada tahun
perencanaan sebagai berikut.
Tabel 4.11 Rencana Zona Sarana Pelayanan Umum (SPU) di Bagian Wilayah
Perkotaan Muara Badak
Rencana Zona Sarana Lokasi Total
Luas
Pelayanan Umum Luas
Desa SWP Blok (Ha)
(SPU) (Ha)
BB-01 0.047
Badak Baru SWP I
BB-04 0.02
Sarana Pelayanan Umum GB-01 0.07
Gas Alam Badak 1 SPU-1 SWP II
Skala Kota GB-06 0.03
SWP III-
Muara Badak Ilir BI-01 0.01
A
BB-01 0.85
BB-02 0.41
Badak Baru SWP I
BB-03 0.07
BB-04 0.52
GB-01 0.3
GB-02 0.08
Sarana Pelayanan Umum
Gas Alam Badak 1 SPU-2 SWP II GB-04 0.44
Skala Kecamatan
GB-05 0.03
GB-06 0.05
SWP III- BI-01 0.15
Muara Badak Ilir
A BI-02 0.107
SWP III- TL-01 0.88
Tanjung Limau
B TL-02 0.04
BB-01 1.23
BB-02 0.63
Badak Baru SWP I
BB-03 0.02
BB-04 0.55
SPU-3
GB-01 0.11
Sarana Pelayanan Umum GB-02 1.06
Gas Alam Badak 1 SWP II
Skala Kelurahan GB-05 0.01
GB-06 0.38
SWP III-
Muara Badak Ilir BI-01 0.08
A
SWP III- TL-02 0.04
Tanjung Limau
B TL-03 0.02
Sumber : Hasil Rencana, 2022
78
dengan garis sempadan lainnya, di sisi utara jalan arteri tidak boleh ditanam
pepohonan, mendirikan bangunan dan dilarang membakar di atas jalur pipa.
Struktur pelayanan perdagangan dan jasa terdiri atas:
• Skala regional dapat berupa pusat-pusat perdagangan dan jasa
• Skala kecamatan dapat berupa pertokoan
• Skala lingkungan dapat berupa toko lingkungan.
Zona perdagangan dan jasa terletak di sepanjang jalan arteri masuk dalam
wilayah administrasi Desa Badak Baru, Gas Alam I, dan desa Muara Badak Ilir.
Lokasi ini telah dimulai dengan banyaknya pertokoan dan usaha jasa. Beberapa
pemicu bangkitan zona perdagangan dan jasa karena fungsi jalan arteri, zona
industri, zona pendidikan dan pariwisata.
A. Skala Kota
Zona Perdagangan dan Jasa pada WP Muara Badak yang direncanakan pada
skala kota, sebagai berikut.
Tabel 4.12 Rencana Zona Perdagangan dan Jasa Skala Kota pada WP Muara
Badak
Sub Zona Kode SWP Kelurahan Blok Luas (Ha)
Skala Kota K-1 SWP I Badak Baru BB-01 9.88
BB-02 5.13
BB-03 4.48
BB-04 6.15
Sumber : Hasil Rencana Penulis, 2022
Berdasarkan pada tabel rencana perdagangan dan jasa pada skala kota yang
ada pada WP Muara Badak ini dengan adanya kondisi eksisting juga maka dapat
diketahui luasan yang akan dikembangkan sebagai zona perdagangan dan jasa skala
kota.
B. Skala WP
Zona Perdagangan dan Jasa pada WP Muara Badak yang direncanakan pada
skala WP, sebagai berikut.
Tabel 4.13 Rencana Zona Perdagangan dan Jasa Skala WP pada WP Muara Badak
Sub Zona Kode SWP Kelurahan Blok Luas (Ha)
Skala WP K-2 SWP II Gas Alam GB-01 11.82
Badak I GB-02 16.73
GB-05 11.82
GB-06 11.43
79
SWP III-A Muara Badak BI-01 3.62
Ilir BI-02 0.42
BI-03 2.10
BI-05 1.92
SWP III-B Tanjung TL-02 2.91
Limau TL-03 4.905
Sumber : Hasil Rencana Penulis, 2022
Berdasarkan pada tabel rencana perdagangan dan jasa pada skala WP pada
WP Muara Badak dengan adanya kondisi eksisting juga maka dapat diketahui
luasan yang akan dikembangkan sebagai zona perdagangan dan jasa skala WP
seluas.
80
Gambar 3.13 Peta Rencana Pola Ruang NLP 01
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
81
Gambar 3.14 Peta Rencana Pola Ruang NLP 02
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
82
Gambar 3.15 Peta Rencana Pola Ruang NLP 03
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
83
Gambar 3.16 Peta Rencana Pola Ruang NLP 04
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
84
Gambar 3.17 Peta Rencana Pola Ruang NLP 05
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
85
Gambar 3.18 Peta Rencana Pola Ruang NLP 06
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
86
Gambar 3.19 Peta Rencana Pola Ruang NLP 07
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
87
Gambar 3.20 Peta Rencana Pola Ruang NLP 08
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
88
Gambar 3.21 Peta Rencana Pola Ruang NLP 09
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
89
Gambar 3.22 Peta Rencana Pola Ruang NLP 10
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
90
Gambar 3.23 Peta Rencana Pola Ruang NLP 11
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
91
Gambar 3.24 Peta Rencana Pola Ruang NLP 12
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
92
Gambar 3.25 Peta Rencana Pola Ruang NLP 13
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
93
Gambar 3.26 Peta Rencana Pola Ruang NLP 14
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
94
Gambar 3.27 Peta Rencana Pola Ruang NLP 15
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
95
Gambar 3.28 Peta Rencana Pola Ruang NLP 16
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
96
Gambar 3.29 Peta Rencana Pola Ruang NLP 17
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
97
Gambar 3.30 Peta Rencana Pola Ruang NLP 18
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
98
Gambar 3.31 Peta Rencana Pola Ruang NLP 19
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
99
Gambar 3.32 Peta Rencana Pola Ruang NLP 20
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
100
Gambar 3.33 Peta Rencana Pola Ruang NLP 21
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
101
Gambar 3.34 Peta Rencana Pola Ruang NLP 22
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
102
Gambar 3.35 Peta Rencana Pola Ruang NLP 23
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
103
Gambar 3.36 Peta Rencana Pola Ruang
Sumber : Hasil Olahan Penulis, 2022
104
105
BAB V
KETENTUAN PEMANFAATAN RUANG
5.1 Program Pemanfaatan Ruang Prioritas
Program pemanfaatan ruang prioritas merupakan program perwujudan
rencana pola ruang dan rencana jaringan prasarana dalam bentuk program
pembangunan. Rencana pola ruang dan jaringan prasarana disusun untuk mencapai
tujuan pengembangan WP. Oleh karena itu, program-program pembangunan akan
menjadi sarana untuk mencapai tujuan tersebut.
5.1.1 Program Perwujudan Rencana Struktur Ruang
Program perwujudan rencana struktur ruang merupakan program yang
dilakukan guna perencanaan terhadap pola ruang dapat terwujud, yang didasarkan
pada Peraturan Menteri ATR No. 11 Tahun 2021 Tentang Tata Cara Penyusunan,
Peninjauan Kembali, Revisi, dan Penerbitan Persetujuan Substansi Rencana Tata
Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten, Kota, dan Rencana Detail Tata Ruang, yang
mana program perwujudan Rencana Struktur ruang ini mencakup dengan program
pengembangan pusat pelayanan, sistem jaringan transportasi dan sistem jaringan
prasarana wilayah. Program perwujudan Struktur Ruang pada WP Kawasan
Minapolitan Muara Badak, sebagai berikut.
A. Perwujudan Pusat Pelayanan di WP
Adanya perwujudan pusat pelayanan diharapkan dapat mendukung
perwujudan rencana struktur ruang serta mendukung program penataan ruang
pada WP Kawasan Minapolitan Muara Badak. Adapun perwujudan pusat
pelayanan pada WP Kawasan Minapolitan Muara Badak adalah sebagai berikut:
1. Pengembangan SWP I diarahkan sebagai pusat pelayanan kegiatan yang
meliputi pusat kegiatan perdagangan dan jasa, pelayanan umum dan
pemerintahan, ruang terbuka hijau, permukiman serta pelayanan
transportasi, yang didukung dengan program pengadaan dan perbaikan
sarana dan prasarana guna menunjang pengembangan pusat pelayanan WP
Kawasan Minapolitan Muara Badak.
2. Pengembangan SWP II diarahkan sebagai pusat pelayanan kegiatan yang
meliputi pusat perdagangan dan jasa, perumahan dan permukiman, pusat
106
pelayanan industri kecil menengah serta pelayanan umum yang didukung
dengan program pengembangan ruang terbuka hijau.
3. Pengembangan SWP III diarahkan sebagai pusat kegiatan perumahan dan
permukiman, perdagangan skala lingkungan, industri olahan, perikanan
tangkap dan perikanan budidaya yang didukung dengan program
pengembangan ruang terbuka hijau serta pengadaan jalur hijau.
B. Perwujudan Jaringan Transportasi
Dalam perwujudan rencana jaringan transportasi tidak terlepas dari jaringan
jalan pada Kawasan Perencanaan Muara Badak. Berdasarkan Peraturan Daerah
Kabupaten Kutai Kartanegara Nomor 9 Tahun 2013 Tentang Rencana Tata Ruang
Wilayah Kabupaten Kutai Kartanegara Tahun 2013-2033 Pada Pasal 10 dan pasal
11 berkaitan dengan Sistem Jaringan Prasarana Utama Transportasi Darat.
1. Program Pengembangan Transportasi Darat
Adapun program perwujudan jaringan Transportasi Darat adalah sebagai
berikut:
a. Program pelebaran ruas jalan lokal pada WP dengan Rencana
pelebaran jaringan jalan yang akan dilaksanakan seluas 0,5 meter - 3,5
meter dari lebar jalan yang sudah terbangun
b. Program penyediaan pedestrian, trayek angkutan umum, sistem
terminal dan halte.
2. Program Perwujudan Transportasi Laut
Adapun rencana perwujudan transportasi laut adalah sebagai berikut
a. Program peningkatan fasilitas pelabuhan pada WP III dengan
perbaikan bangunan pelabuhan menjadi permanen, serta kelengkapan
sarana pelabuhan untuk menunjang pendistribusian hasil tangkap
perikanan.
C. Perwujudan Sistem Jaringan Prasarana
1. Perwujudan Jaringan Energi dan Kelistrikan
Pengembangan jaringan energi dan kelistrikan dilakukan dengan
program penambahan jaringan yang akan masuk perumahan, termasuk
penyediaan trafo pembagi. Penambahan jaringan akan menjadi
tanggung jawab dari dinas PU dan pemeliharaan serta pengembangan
107
jaringan akan menjadi tanggung jawab dari PLN. Adapun Bentuk
perwujudan rencana jaringan energi/kelistrikan pada WP Muara Badak
meliputi:
1. Pengembangan pipa jaringan gas dan minyak bumi.
2. Pengolahan terhadap energi gas dan minyak bumi guna
memenuhi kebutuhan pasokan (supply).
3. infrastruktur pembangkitan listrik dan sarana pendukung berupa
pengembangan dan peningkatan sumber daya energi listrik
tenaga diesel (PLTD).
4. Jaringan transmisi tenaga listrik antar sistem berupa
pengembangan kabel bawah tanah.
5. Jaringan distribusi tenaga listrik berupa saluran udara tegangan
menengah (SUTM), saluran udara tegangan rendah (SUTR),
dan saluran kabel tegangan menengah (SKTM); dan 4. Gardu
listrik berupa pengembangan gardu induk.
2. Perwujudan Jaringan Telekomunikasi
Perwujudan dari program pembangunan jaringan telekomunikasi yaitu:
1. Pembangunan BTS Green Field ataupun ODP Wall/On pada
SWP Tanjung Limau yang kondisi eksistingnya belum
memenuhi standar serta pembangunan untuk seluruh WP untuk
pemenuhan kebutuhan selama 20 (dua puluh tahun) kedepan.
2. Pemeliharaan dan perawatan jaringan telekomunikasi yaitu BTS
Green Field dan ODP Wall/On yang sudah terbangun dan yang
nantinya akan terbangun.
3. Perwujudan Jaringan Sumber Daya Air
Adapun program pengembangan jaringan sumber daya air
adalah sebagai berikut:
1. Pengendalian sumber daya air pada WP 1 dalam menjaga
ketersediaan air bersih
2. Pengelolaan sistem irigasi pada WP II dengan pengendalian
sistem agar jumlah yang digunakan tetap dapat disesuaikan
dengan kebutuhan
108
3. Pengembangan sumber daya air di WP III pada wilayah sungai
dan laut serta optimalisasi unit air dalam menjaga ketersediaan
air bersih.
4. Perwujudan Jaringan Air Minum
Air minum merupakan kebutuhan pokok semua manusia,
sehingga ketersediaan air minum pada suatu kota sangat diperlukan.
Kebutuhan air minum terdiri dari kebutuhan domestik yang didasarkan
pada standar kebutuhan penduduk sebesar 60 liter/orang dan kebutuhan
non domestik yang didasarkan sesuai jenis fasilitasnya. Berikut
merupakan pola penyediaan air minum:
1. Membuat program penyusunan untuk pengembangan sistem
penyediaan air minum.
2. Melakukan pemeliharaan berkelanjutan pada sistem penyediaan
air minum yang sudah ada.
3. Melakukan penanganan sistem penyediaan air minum yang
meliputi:
a. pengendalian prioritas air dengan melakukan pemeriksaan
secara teratur sesuai peraturan teknis yang berlaku pada WP
Kawasan Minapolitan Muara badak.
b. menetapkan volume air minum minimal untuk kebutuhan
rumah tangga sebesar 60 liter/hari/orang.
5. Perwujudan Jaringan Pengelolaan Air Limbah
Program yang cocok untuk mewujudkan jaringan pengelolaan
air limbah guna menangani permasalahan jaringan air limbah pada
Bagian Wilayah Perkotaan Muara Badak Diantaranya adalah sebagai
berikut:
a. Program pengawasan dan pemeliharaan secara rutin pada sistem
penyaluran tercampur pada WP Kawasan Minapolitan Muara
Badak.
b. Program penerapan sistem penyaluran limbah tercampur dengan
memanfaatkan saluran atau drainase air hujan yang telah ada
109
dengan cara merehabilitasi fungsi saluran atau redesain saluran
yang ada.
c. Program pengembangan sistem instalasi pengolahan air limbah
6. Perwujudan Jaringan Drainase
Perwujudan rencana jaringan drainase diperlukan pada
kawasan WP Muara Badak perkotaan guna mengantisipasi dampak
terhadap permasalahan yang ditimbulkan yaitu banjir. Rencana
pengembangan jaringan drainase yang ada adalah dengan meningkatkan
pengembangan fungsi saluran drainase yang ada sebagai sistem
pengaliran dan penampungan. Berikut ini merupakan perwujudan
rencana pengembangan sistem jaringan drainase yang ada pada Wilayah
Perkotaan Muara Badak
6.2.1. Mengadakan kegiatan pembersihan jaringan drainase secara
rutin pada WP Muara badak untuk melancarkan aliran yang
disebabkan sedimentasi.
6.2.2. Dengan menutup saluran pembuangan limbah rumah tangga
yang mengalir ke jaringan drainase.
7. Perwujudan Jaringan Persampahan
Adapun program perwujudan jaringan persampahan yang dapat
dilakukan guna menangani permasalahan jaringan persampahan pada
Wilayah Perkotaan Muara Badak adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan kebutuhan prasarana dan sarana persampahan
sesuai dengan tingkat pelayanan yang direncanakan.
b. Perencanaan rute pengangkutan sampah.
c. Optimalisasi kerjasama instansi terkait dengan pihak swasta
dalam mengembangkan TPA sementara dengan sistem ramah
lingkungan.
d. Pendampingan kepada masyarakat untuk program 3R berbasis
masyarakat.
110
a. Rencana jalur-jalur evakuasi bencana guna memudahkan proses
mitigasi bencana. Untuk Jalur Evakuasi Bencana, ditetapkan pada
setiap jaringan jalan lingkungan yang ada di dalam kawasan
Minapolitan.
b. Tempat Evakuasi Sementara diletakkan di SPU (Saran Pelayanan
Umum) yaitu masjid dan lapangan olahraga, yang tersebar di
berbagai Desa. Dimana untuk Desa Badak Baru, TES berada di
masjid al muttaqien (jalan ki hajar dewantara), dan lapangan bola di
Gg. Polmas. Desa Gas Alam Badak 1, TES berada di masjid al
istiqomah (jalan rahmat), dan lapangan olahraga. Desa Tanjung
Limau, TES berada lapangan olahraga. dan Desa Muara Badak Ilir,
TES berada di lapangan olahraga.
111
a. Memberlakukan pelarangan penebangan hutan mangrove guna
mencegah terjadinya abrasi pantai dan meminimalisir kerusakan
ekosistem pada hutan mangrove.
b. Melakukan rehabilitas pada kawasan hutan mangrove yang
mengalami kerusakan akibat alih fungsi lahan sehingga dapat
kembali menjadi hutan mangrove dengan fungsi sebagai zona
lindung.
B. Perwujudan Zona Budidaya di WP
1. Perwujudan Zona Perumahan (R)
zona perumahan pada WP Kawasan Minapolitan Muara Badak
direncanakan melalui berbagai program sebagai berikut:
a. Peningkatan kualitas perumahan dengan melengkapi sarana,
prasarana, dan utilitas umum pada zona perumahan.
b. Pengembangan zona perumahan baru yang sesuai dengan
kebutuhan sarana, prasarana dan utilitas umum untuk zona
perumahan.
c. Optimalisasi standar intensitas bangunan sebagai upaya dalam
mencegah timbulnya lingkungan perumahan yang tidak teratur.
d. Penanganan/revitalisasi perumahan kumuh
2. Perwujudan Zona Perikanan (IK)
Perwujudan zona perikanan pada WP Kawasan Minapolitan
Muara Badak direncanakan melalui berbagai program sebagai berikut:
a. Pengembangan dan penataan kawasan tambak.
b. Pemanfaatan teknologi perikanan budidaya ramah lingkungan .
c. Pengadaan TPI (Tempat Pelelangan Ikan) di kawasan pelabuhan
perikanan.
d. Pengembangan fasilitas pengolahan hasil perikanan
(pengeringan/penggaraman dan pengolahan makanan).
e. Pengembangan kegiatan jasa dan perdagangan di pelabuhan
perikanan.
f. Penguatan dan perbaikan pelayanan jaringan pelabuhan.
g. Pembangunan infrastruktur pokok dan pendukung
112
3. Perwujudan Zona Perkebunan Rakyat (KR)
Perwujudan pada zona perkebunan rakyat pada WP Kawasan
Minapolitan Muara Badak, adalah sebagai berikut :
• Program pengoptimalan pengelolaan sumber daya alam.
• Program penyediaan kebutuhan bahan baku bagi industri dalam dan
luar negeri.
• Program peningkatan produktivitas, nilai tambah dan daya saing.
• Program pemeliharaan kelestarian lingkungan dan keanekaragaman
hayati.
• Program pemeliharaan keharmonisan kehidupan dengan masyarakat
yang berada di sekitar wilayah perkebunan.
4. Perwujudan Zona Kawasan Peruntukan Industri (KPI)
Perwujudan pada zona kawasan peruntukan industri pada WP
Kawasan Minapolitan Muara Badak berdasarkan pada program :
• Program industri ramah lingkungan.
• Program peningkatan kualitas sumber daya dan tenaga kerja lokal
5. Perwujudan Zona Pariwisata (W)
Perwujudan pada zona pariwisata pada WP Kawasan
Minapolitan Muara Badak berdasarkan pada program :
• Program pengembangkan kegiatan konservasi mangrove
• Program rehabilitasi mangrove secara berkala
• Program kerjasama antara pemerintah kota maupun dinas–dinas
terkait untuk membangun sarana dan prasarana Mangrove
6. Perwujudan Zona Sarana Pelayanan Umum (SPU)
Zona Sarana Pelayanan Umum (SPU) adalah kelompok kegiatan
yang berupa sarana pendidikan, sarana kesehatan, sarana peribadatan,
sarana pelayanan umum/pemerintahan dan olahraga dengan skala
pelayanan yang ditetapkan dalam rencana kota. Zona Sarana Pelayanan
Umum (SPU) antara lain meliputi sub zona pelayanan skala kota,
kecamatan dan kelurahan. Berikut adalah tujuan pengembangan.
a. Sarana Kesehatan
113
• Penyediaan lahan untuk pengembangan sarana kesehatan yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, guna menjamin
ketersedian sarana kesehatan yang menjangkau seluruh
masyarakat.
• Kelengkapan fasilitas yang dimiliki pada setiap jenis sarana
kesehatan yaitu pada jenis sarana kesehatan Rumah Sakit,
Puskesmas, Apotik, Praktek Dokter/Bidan, Klinik dan
Posyandu.
• Pola pengembangan sarana kesehatan adalah dapat mendukung
kebutuhan masyarakat pada lingkungan hunian dan perkotaan di
masa yang akan datang.
b. Sarana Pendidikan
• Penyediaan lahan untuk pengembangan sarana pendidikan yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, guna menjamin
ketersedian sarana pendidikan yang menjangkau seluruh
masyarakat.
• Kelengkapan fasilitas yang dimiliki pada setiap jenis sarana
pendidikan yaitu pada jenis sarana pendidikan SMA, SMP, SD
dan Taman Kanak-kanak.
• Pola pengembangan sarana pendidikan adalah dapat
mendukung kebutuhan masyarakat pada lingkungan hunian dan
perkotaan di masa yang akan datang.
c. Sarana Peribadatan
• Penyediaan lahan untuk pengembangan sarana peribadatan
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, guna menjamin
ketersedian sarana peribadatan yang menjangkau seluruh
masyarakat.
• Kelengkapan berbagai tipe/jenis sarana peribadatan serta
fasilitas yang dimiliki sarana peribadatan.
• Pola pengembangan sarana peribadatan adalah dapat
mendukung kebutuhan masyarakat pada lingkungan hunian dan
perkotaan di masa yang akan datang.
114
d. Sarana Pelayanan Umum dan Pemerintahan
• Penyediaan lahan untuk pengembangan sarana pelayanan umum
dan pemerintahan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat,
guna menjamin ketersedian sarana pelayanan umum dan
pemerintahan yang menjangkau seluruh masyarakat.
• Kelengkapan berbagai tipe/jenis sarana peribadatan serta
fasilitas yang dimiliki sarana pelayanan umum dan
pemerintahan.
• Pola pengembangan sarana pelayanan umum dan pemerintahan
adalah dapat mendukung kebutuhan masyarakat pada
lingkungan hunian dan perkotaan di masa yang akan datang.
e. Sarana Olahraga
• Penyediaan lahan untuk pengembangan sarana olahraga yang
sesuai dengan kebutuhan masyarakat, guna menjamin
ketersedian sarana olahraga yang menjangkau seluruh
masyarakat.
• Kelengkapan berbagai tipe/jenis sarana peribadatan serta
fasilitas yang dimiliki sarana olahraga.
• Pola pengembangan sarana olahraga adalah dapat mendukung
kebutuhan masyarakat pada lingkungan hunian dan perkotaan di
masa yang akan datang.
7. Perwujudan Zona Perdagangan dan Jasa (K)
Adapun program-program sebagai perwujudan zona
perdagangan dan jasa yakni sebagai berikut :
1. Perencanaan penataan dan pengendalian kawasan Zona
perdagangan dan jasa.
2. Pembangunan, pengendalian dan pemeliharaan kawasan Sub-
Zona perdagangan dan jasa skala WP.
3. Pembangunan, pengendalian dan pemeliharaan kawasan Sub-
Zona perdagangan dan jasa skala SWP.
4. Peningkatan kualitas pasar tradisional.
5. Pengembangan sub zona perdagangan dan jasa deret
115
6. Penataan pedagang kaki lima (PKL) dengan pembuatan shelter
pada sebagian zona perdagangan dan jasa.
8. Perwujudan Zona Transportasi (TR)
Adapun program-program sebagai perwujudan zona
transportasi yakni sebagai berikut:
1. Program peningkatan fungsi jalan dengan pelebaran jalan
dan pemeliharaan
2. Program perwujudan Angkutan Umum Kota
3. Melakukan penyedian lahan untuk pembangunan terminal
khusus, serta penempatan tempat pemberhentian angkutan
umum berupa halte pada pusat-pusat kegiatan yang ada
pada setiap WP
4. Pengembangan pelabuhan sebagai pelabuhan dengan
fasilitas sarana sebagai khusus pengembangan kegiatan
minapolitan
116
7. Penegasan deliniasi terhadap zona lindung, baik ruang
terbuka hijau maupun ekosistem mangrove
8. Penataan dan perlindungan zona lindung ruang terbuka hijau
dan ekosistem mangrove
117
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)
2. Dana Bagi Hasil (DBH)
3. Dana Alokasi Umum (DAU)
4. Dana Alokasi Khusus (DAK)
5. Pos pendapatan lain yang sah
118
diarahkan untuk membiayai proyek-proyek sosial, fasilitas- fasilitas
lingkungan dengan skala yang lebih kecil dan sarana-sarana lingkungan dan
saluran drainase, dan sarana lainnya yang dilakukan dalam bentuk gotong-royong
sebagai bentuk usaha pembangunan di dalam skala lingkungan yang sebagai
penarik minat dan menumbuhkan swadaya masyarakat.
5.4 Instansi Pelaksana
Dalam proses pelaksanaan rencana RDTR Bagian Wilayah Perkotaan
Muara Badak, perlu didukung dengan adanya suatu koordinasi antar instansi
sektoral yang terkait. Adapuninstasi sektoral yang terkait dalam pengelolaan dan
pembangunan, meliputi BAPEDDA Kabupaten Kutai Kartanegara, Dinas
Perhubungan Kabupaten Kutai Kartanegara, Dinas Pekerjaan Umum (PU)
Kabupaten Kutai Kartanegara, UMKM dan Perindustrian Kabupaten Kutai
Kartanegara, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Kutai Kartanegara,
Dinas Perdagangan Kabupaten Kutai Kartanegara, Dinas Pangan, Pertanian dan
Perikanan Kabupaten Kutai Kartanegara, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten
Kutai Kartanegara, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten
Kutai Kartanegara, PT. PLN Kabupaten Kutai Kartanegara, PDAM Kabupaten
Kutai Kartanegara, serta pemerintah Kecamatan, Kelurahan, dan Swasta yang
berkaitan langsung.
Pelaksanaan koordinasi yang dilakukan diharapkan dapat dimulai pada saat
penyusunan rencana, dengan adanya kesepakatan dalam penyusunan dalam tahap
pelaksanaan, evaluasi terhadap rencana dapat berjalan dengan baik, dengan adanya
kebijakan-kebijakan yang akan dituangkan dalam program-program pembangunan
dalam RDTR WP Muara Badak yang akan diselaraskan dengan kebijakan dari dinas
sektoral terkait. Dalam menjamin terlaksananya program pembangunan daerah
yang dirumuskan dalam RDTR, diperlukan sosialisasi baru dalam pengadaaan
dengan penyediaan fasilitas pelayanan umum maupun upaya pemeliharaannya.
Dapat dilakukan kerjasama dengan swasta, dimana kerjasama yang dilakukan
memberikan kemudahan yang saling menguntungkan kedua belah pihak melalui
kemudahan dalam prosedur dan perizinan usaha meningkatkan perekonomian.
Serta dalam proses pemantauan dan evaluasi terhadap rencana diharapkan adanya
119
kerjasama partisipatif aktif dari dinas tim pelaksana, maupun dari masyarakat untuk
mengawasi setiap perkembangan proses pelaksanaan rencana pembangunan.
120
Tabel 5.1 Ketentuan Kegiatan dan Pemanfaatan ruang (ITBX) Rencana Detail Tata Ruang (RDTR) Pada WP Muara Badak
121
Pengembangan SWP I, III- APBD Kabupaten, BUMN (PT.
saluran udara dan A, III-B Investor, PLN)
gardu induk Masyarakat
122
jaringan dan SWP
telekomunikasi III A dan
SWP III B
Penanganan Sistem
Penyediaan air
minum Meliputi:
Pengendalian
prioritas air dan
penetapan volume air
minum sebesar 60
liter/hari/orang.
perbaikan jaringan
drainase secara
berkala serta
123
menyesuaikan dengan SWP I,
kebutuhan SWP III A
dan SWP
III B
Meningkatkan dan
Mengoptimalkan
fungsi jaringan
drainase
Pengembangan SWP 1,
vegetasi pada ruang SWP II,
terbuka hijau (RTH) SWP III-
A, SWP
III-B
124
7. Rencana Pengembangan Zona ekosistem mangrove
Mengakomodasi
berbagai tipe hunian
dalam rangka
mendorong
penyediaan hunian
untuk semua lapisan
masyarakat
125
Merefleksikan pola-
pola pengembangan
yang diinginkan
masyarakat pada
lingkungan-
lingkungan hunian
yang ada dan untuk
masa yang akan
datang,sesuai
kebutuhannya
126
Pembangunan TPI SWP III-A APBD Dinas PU
(Tempat Pelelangan (BI-01)
Ikan)
127
11. Rencana Pengembangan Zona Peruntukan Industri
Peningkatan kualitas
sumber daya dan
tenaga kerja lokal
128
Pelayanan Umum dan Kutai
Pemerintahan, serta Kartanegara,
sarana olahraga yang Dinas PUPR
sesuai dengan
kebutuhan
masyarakat.
Kelengkapan
berbagai tipe/jenis
sarana serta fasilitas
yang dimiliki sarana;
kesehatan,
pendidikan,
peribadatan dan
Pelayanan Umum dan
Pemerintahan, serta
sarana olahraga
Pengembangan zona
perdagangan dan jasa
dengan bangunan
vertikal
129
Dinas
Perhubungan
130
131
BAB VI
PERATURAN ZONASI
6.1 Ketentuan Umum
6.1.1 Klasifikasi Zona
Tabel 6.1 Rencana Zona Sarana Pelayanan Umum (SPU) di Bagian Wilayah
Perkotaan Muara Badak
Zona Lindung
Zona Budidaya
Zona Perdagangan dan Jasa Skala Perdagangan dan Jasa Skala K-2
(K) WP?
132
6.1.2 Daftar Kegiatan
Daftar kegiatan merupakan suatu daftar yang berisi rincian kegiatan yang
ada dan mungkin ada, atau prospektif dikembangkan pada suatu zona yang
ditetapkan. Adapun berikut ini merupakan daftar atau jenis kegiatan yang ada dan
mungkin ada dikembangkan pada suatu zona peruntukan di WP Muara Badak yang
dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6.2 Rencana Zona Sarana Pelayanan Umum (SPU) di Bagian Wilayah
Perkotaan Muara Badak
Taman Kecamatan
Taman Kelurahan
Jalur Hijau
Perkebunan Kelapa
Perikanan Tangkap
Olahan Perikanan
Pengolahan Ikan
Rumah Kopel
Rumah Deret
Townhouse
Rumah Susun
Guest House
133
No. Sub Zona Kegiatan
Rumah Kost
Asrama
Rumah Dinas
Rumah Sederhana
Rumah Sedang
Rumah Mewah
SD
SMP
SMA
Puskesmas
Puskesmas Pembantu
Posyandu
Praktek Dokter
Apotek
Klinik
Masjid
Gereja
Musholla/Langgar
Kantor Kecamatan
Kantor Kelurahan
Lapangan Olahraga
Taman Bermain
Gedung Olahraga
Warung
Toko
134
No. Sub Zona Kegiatan
Pasar Tradisional
Supermarket
Jasa Hotel
Jasa bangunan
Jasa Komunikasi
Jasa Pemakaman
0.07
SWP I BB-01 28.40 RTH-4 Taman Kelurahan
135
Kode Luas Total
SWP Kode Zona Luas (Ha) Peruntukan
Blok (Ha)
BB-02 38.34
136
Kode Luas Total
SWP Kode Zona Luas (Ha) Peruntukan
Blok (Ha)
SWP II
GB-02 23.51
137
Kode Luas Total
SWP Kode Zona Luas (Ha) Peruntukan
Blok (Ha)
Kawasan Peruntukan
KPI
Industri
GB-04 116.7
K-2 11.82
GB-05 87.01
58.17
EM Hutan Mangrove
GB-06 127.91
138
Kode Luas Total
SWP Kode Zona Luas (Ha) Peruntukan
Blok (Ha)
TR Pelabuhan
SWP III-
IK-1 10.75 Perikanan Tangkap
A
BI-02 23.57
BI-03 25.69
BI-04 31.41
139
Kode Luas Total
SWP Kode Zona Luas (Ha) Peruntukan
Blok (Ha)
92.62
TL-01 SPU-2 0.88 Sarana Pelayanan Umum
Kawasan Peruntukan
KPI
Industri
SPU-2 0.
140
Adapun penentuan tersebut berdasarkan ketentuan teknis I, T, B dan X. Berikut
merupakan ketentuan teknis kesesuaian perijinan pada pemanfaatan ruang.
A. Klasifikasi I = Pemanfaatan Diperbolehkan/Diizinkan
Kegiatan dan penggunaan lahan bersifat sesuai dengan peruntukkan ruang
yang direncanakan. Sehingga pemerintah kabupaten/kota tidak dapat
melakukan tindakan lain terhadap kegiatan dan penggunaan lahan pada
klasifikasi I.
B. Klasifikasi T = Pemanfaatan Bersyarat Secara Terbatas
Pemanfaatan bersyarat secara terbatas bermakna bahwa kegiatan dan
penggunaan
lahan dibatasi dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Pembatasan pengoperasian, yaitu pembatasan waktu operasi
kegiatan dalam subzona dan pembatasan jangka waktu pemanfaatan
lahan untuk kegiatan yang diusulkan
2. Pembatasan luas yaitu pembatasan luas maksimum suatu kegiatan
dalam subzona dan persil untuk mengurangi dominansi pemanfaatan
ruang
3. Pembatasan jumlah pemanfaatan yaitu pembatasan pemanfaatan
jika pemanfaatan telah mampu melayani kebutuhan dan belum
memerlukan tambahan
C. Klasifikasi B = Pemanfaatan Bersyarat Tertentu
Pemanfaatan bersyarat tertentu bermakna bahwa untuk mendapatkan izin
atas suatu kegiatan atau penggunaan lahan diperlukan persyaratan-
persyaratan tertentu yang dapat berupa persyaratan umum dan persyaratan
khusus, dapat dipenuhi dalam bentuk inovasi atau rekayasa teknologi.
Persyaratan dimaksud diperlukan mengingat pemanfaatan ruang tersebut
memiliki dampak yang besar bagi lingkungan sekitarnya Contoh
persyaratan umum antara lain :
a. Dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
b. Dokumen Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL) dan Upaya
Pemanfaatan Lingkungan (UPL)
c. Dokumen Analisis Dampak Lalu-Lintas (ANDALIN)
141
d. Pengenaan disinsentif
D. Klasifikasi X = Pemanfaatan Yang Tidak Diperbolehkan
Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi X
memiliki sifat tidak sesuai dengan peruntukan lahan yang direncanakan dan
dapat menimbulkan dampak yang cukup besar bagi lingkungan di
sekitarnya. Kegiatan dan penggunaan lahan yang termasuk dalam klasifikasi
X tidak boleh diizinkan pada zona yang bersangkutan.
tabel sesuai zona.
142
pertamanan/penghijauan dengan luas persil/kavling. KDH minimal
digunakan untuk mewujudkan RTH dan diberlakukan secara umum pada
suatu zona. KDH minimal ditetapkan dengan mempertimbangkan tingkat
pengisian atau peresapan air dan kapasitas drainase.
143
1. Zona Perumahan
a. Sub Zona Rumah Kepadatan Tinggi (R-2)
- KDB maksimal 70%;
- KLB maksimum 2,4;
- KDH minimal 10%;
- Kepadatan bangunan 100 -1000 rumah/hektar
b. Sub Zona Rumah Kepadatan Sedang (R-3)
- KDB maksimal 70%;
- KLB maksimum 2,4;
- KDH minimal 15%;
- Kepadatan bangunan 40 -100 rumah/hektar
2. Zona Kawasan Peruntukan Industri (KPI)
- KDB maksimal 50%;
- KLB maksimum 1,5;
- KLB diatas 1,5 harus mendapat persetujuan dari
instansi teknis terkait;
- KDH minimal 30% dari keseluruhan lahan kawasan
industri
3. Zona Sarana Pelayanan Umum (SPU)
a. Sarana Pelayanan Umum Skala Kota (SPU-1)
- KDB maksimum 70%;
- KLB maksimum 2,1;
- KLB diatas 2,1 harus mendapat persetujuan dari
Instansi teknis terkait;
- KDH minimal 20% dari keseluruhan lahan sarana
pelayanan umum skala kota
b. Sarana Pelayanan Umum Skala Kecamatan (SPU-2)
- KDB maksimum 70%;
- KLB maksimum 1,4;
- KLB diatas 1,4 harus mendapat persetujuan dari
Instansi teknis terkait;
144
- KDH minimal 20% dari keseluruhan lahan sarana
pelayanan umum skala kecamatan
c. Sarana Pelayanan Umum Skala Kelurahan (SPU-3)
- KDB maksimum 70%;
- KLB maksimum 1,4;
- KLB diatas 1,4 harus mendapat persetujuan dari
Instansi teknis terkait;
- KDH minimal 20% dari keseluruhan lahan sarana
pelayanan umum skala kelurahan
4. Zona Perdagangan dan Jasa (K)
- KDB maksimum 70%;
- KLB maksimum 2,1;
- KLB diatas 2,1 harus mendapat persetujuan dari
Instansi teknis;
- KDH minimal 20% dari keseluruhan lahan
perumahan dan perdagangan/jasa
5. Zona Transportasi (TR)
- KDB maksimum sebesar 70%;
- KLB maksimum 2,1;
- KDH minimal 10% dari keseluruhan lahan kawasan
transportasi
6.2.3 Ketentuan Tata Bangunan
Menurut Peraturan Menteri ATR BPN Nomor 11 Tahun 2021, ketentuan
tata bangunan adalah ketentuan yang mengatur bentuk, besaran, peletakan, dan
tampilan bangunan dalam suatu zona guna memberikan keselamatan serta
keamanan dalam bangunan. Rencana tata bangunan ini merupakan
penyelenggaraan bangunan beserta lingkungannya sebagai wujud pemanfaatan
ruang yang mencangkup berbagai aspek seperti pembentukan citra/karakteristik
fisik lingkungan, besaran, dan konfigurasi dari elemen-elemen blok bangunan,
ketinggian dan evaluasi lantai bangunan sehingga dapat menciptakan berbagai
kualitas ruang yang dapat menyesuaikan terhadap ragam kegiatan yang ada.
A. Arahan Zonasi Kawasan Lindung
145
1. Perlindungan Setempat
Pada zona sempadan pantai berhutan bakau/mangrove memiliki ketentuan
tata bangunan sebagai berikut:
1) Ketinggian maksimum bangunan 10 meter dengan lantai bangunan maksimal
2 lantai.
2) Tidak ada ketentuan bentuk bangunan, warna bangunan, dan bahan bangunan.
namun harus tetap memperhatikan keindahan dan keserasian lingkungan
sekitar.
B. Arahan Zonasi Kawasan Budidaya
1. Zona Perumahan (R)
a) Sub Zona Rumah Kepadatan Tinggi (R-2)
1) Ketinggian maksimum bangunan pada zona perumahan setinggi 15 meter
dengan jumlah lantai bangunan sebanyak 3 lantai
2) Jumlah minimum Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah setengah dari
rumaja.
3) Jarak bebas minimum antar bangunan perumahan yang mempunyai
kepadatan tinggi tidak bersusun adalah jarak bebas samping selebar 1
meter dan jarak bebas belakang selebar 1 meter.
4) Tidak ada ketentuan bentuk bangunan, warna bangunan, dan bahan
bangunan. namun harus tetap memperhatikan keindahan dan keserasian
lingkungan sekitar.
b) Sub Zona Rumah Kepadatan Sedang (R-3)
1) Ketinggian maksimum bangunan pada zona perumahan setinggi 12 meter
dengan jumlah lantai bangunan sebanyak 2 lantai
2) Jumlah minimum Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah setengah dari
rumaja.
3) Jarak bebas minimum antar bangunan perumahan yang mempunyai
kepadatan tinggi tidak bersusun adalah jarak bebas samping selebar 1,5
meter dan jarak bebas belakang selebar 1,5 meter.
4) Tidak ada ketentuan bentuk bangunan, warna bangunan, dan bahan
bangunan. namun harus tetap memperhatikan keindahan dan keserasian
lingkungan sekitar.
146
2. Zona Perdagangan dan Jasa (K)
a) Sub Zona Perdagangan dan Jasa Skala WP (K-2)
1) Ketinggian maksimum bangunan pada zona perumahan setinggi 25 meter
dengan jumlah lantai bangunan sebanyak 5 lantai
147
3) Jarak bebas minimum antar bangunan perumahan yang mempunyai
kepadatan tinggi tidak bersusun adalah jarak bebas samping selebar 1,5
meter dan jarak bebas belakang selebar 1,5 meter.
4) Tidak ada ketentuan bentuk bangunan, warna bangunan, dan bahan
bangunan. namun harus tetap memperhatikan keindahan dan keserasian
lingkungan sekitar.
4. Zona Sarana Pelayanan Umum (SPU)
a) Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kota (SPU-1)
1) Ketinggian maksimum bangunan pada zona perumahan setinggi 18 meter
dengan jumlah lantai bangunan sebanyak 3 lantai
2) Jumlah minimum Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah setengah dari
rumaja.
3) Tidak ada ketentuan bentuk bangunan, warna bangunan, dan bahan
bangunan. namun harus tetap memperhatikan keindahan dan keserasian
lingkungan sekitar.
b) Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala Kecamatan (SPU-2)
1) Ketinggian maksimum bangunan pada zona perumahan setinggi 18 meter
dengan jumlah lantai bangunan sebanyak 3 lantai
2) Jumlah minimum Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah setengah dari
rumaja.
3) Tidak ada ketentuan bentuk bangunan, warna bangunan, dan bahan
bangunan. namun harus tetap memperhatikan keindahan dan keserasian
lingkungan sekitar.
c) Sub Zona Sarana Pelayanan Umum Skala RW (SPU-3)
1) Ketinggian maksimum bangunan pada zona perumahan setinggi 18 meter
dengan jumlah lantai bangunan sebanyak 3 lantai
2) Jumlah minimum Garis Sempadan Bangunan (GSB) adalah setengah dari
rumaja.
3) Tidak ada ketentuan bentuk bangunan, warna bangunan, dan bahan
bangunan. namun harus tetap memperhatikan keindahan dan keserasian
lingkungan sekitar.
148
6.2.4 Ketentuan Prasarana dan Sarana Minimum
Ketentuan prasarana dan sarana pendukung minimum mengatur jenis
prasarana dan sarana yang harus ada pada setiap zona peruntukan WP Muara
Badak. Ketentuan prasarana dan sarana minimum merupakan kelengkapan dasar
fisik lingkungan dalam rangka menciptakan lingkungan yang nyaman, melalui
penyediaan prasarana dan sarana minimum yang sesuai dengan peruntukan zona,
sehingga zona dapat berfungsi semaksimal mungkin.
A. Jalur Pedestrian
Jalur pedestrian atau jalur pejalan kaki merupakan ruang yang
digunakan untuk berjalan kaki. Jalur pedestrian secara umum berfungsi
memfasilitasi pergerakan pejalan kaki yang berfungsi sebagai sirkulasi
pergerakan dari satu tempat ketempat lain dengan mudah, lancar, aman, dan
nyaman bagi pejalan kaki. Pada WP Muara Badak kondisi eksisting
pedestrian belum sesuai dengan standar, maka diperlukan perencanaan
pembangunan pedestrian yang sesuai dengan standar nasional. Adapun
ketentuan jalur pejalan kaki adalah sebagai berikut.
1. Sesuai dengan Dirjen Cipta Karya menetapkan untuk jalan lokal harus
memiliki lebar pedestrian sebesar 6 meter dengan dilengkapi oleh
vegetasi dan jalur disabilitas.
2. Wajib menyediakan jalur pejalan kaki yang terpisah dengan bahu jalan
dengan lebar minimal 1 meter.
3. Jalur pejalan kaki dilengkapi dengan fasilitas pejalan kaki, seperti
lampu, peneduh, dan fasilitas penyeberangan
4. Terintegrasi dengan tempat parkir atau jalur sepeda
B. Prasarana Lainnya
Ketentuan kelengkapan prasarana merupakan penunjang dalam
pemanfaatan zona, dalam peraturan zonasi dalam ketentuan peraturan
zonasi harus menyediakan jaringan telekomunikasi, jaringan listrik,
jaringan air bersih, jaringan air limbah, jaringan drainase, dan jaringan
persampahan. Berikut merupakan ketentuan prasarana dan sarana minimum
pada WP Muara Badak.
1. Jaringan Telekomunikasi
149
Penyedian kebutuhan sambungan telepon dan jaringan
Telekomunikasi yang meliputi,
a) Tiap lingkungan rumah perlu dilayani sambungan telepon rumah
dan telepon umum sejumlah 0,13 sambungan telepon rumah per
jiwa atau dengan menggunakan asumsi berdasarkan tipe rumah,
b) Jaringan telepon ini dapat diintegrasikan dengan jaringan
pergerakan (jaringan jalan) dan jaringan prasarana / utilitas lain
c) stasiun telepon otomat (STO) untuk setiap 3.000 – 10.000
sambungan dengan radius pelayanan 3 – 5 km dihitung dari copper
center, yang berfungsi sebagai pusat pengendali jaringan dan
tempat pengaduan pelanggan.
2. Jaringan Listrik
Adapun Persyaratan, Kriteria, dan Kebutuhan yang perlu
dipenuhi, antara lainsebagai berikut:
a) setiap lingkungan perumahan harus mendapatkan daya listrik
dari PLN atau dari sumber lain
b) setiap unit rumah tangga harus dapat dilayani daya listrik
minimum 450 VA per jiwa dan untuk sarana lingkungan
sebesar 40% dari total kebutuhan rumah tangga.
c) Disediakan gardu listrik untuk setiap 200 KVA daya listrik
yang ditempatkan pada lahan yang bebas dari kegiatan umum
3. Jaringan Air Bersih
Jaringan Air bersih secara umum, merupakan kebutuhan
masyarakat sehingga setiap rumah harus memiliki atau mendapat
layanan air bersih yang sudah memenuhi persyaratan untuk
keperluan rumah tangga.
a) Tersedia jaringan kota atau lingkungan sampai dengan
sambungan rumah
b) Satu kran umum disediakan untuk jumlah 250 jiwa pemakai,
kapasitas minimum untuk kran umum adalah 30
liter/orang/hari, dengan radius pelayanan adalah 100 meter.
150
c) Tersedianya Hidran untuk daerah komersial jarak antara
kran kebakaran 100 meter, untuk daerah perumahan jarak
antara kran maksimum 200 meter
4. Jaringan Air Limbah
Jaringan Air limbah merupakan salah satu kebutuhan rumah
tangga untuk dilengkapi yang sudah memiliki ketentuan dan
persyaratan teknik yang diatur dalam peraturan yang telah berlaku.
Adapun syarat, kriteria dan kebutuhan jaringan air limbah adalah
sebagai berikut:
a) Rumah tangga harus dilengkapi dengan sistem pembuangan
air limbah yang telah memenuhi ketentuan yang berlaku,
Jika tidak memiliki tangki septik, perlu dilengkapi dengan
pembuangan air limbah .
b) Jika tidak memungkinkan pembangunan bidang resapan
pada tiap rumah, maka harus dibuat dengan resapan bersama
yang akan melayani beberapa rumah.
5. Jaringan Drainase
Adapun ketentuan dan persyaratan jaringan drainase adalah
sebagai berikut:
a) Badan Penerima Air yang terdiri dari : Sumber Air di
Permukaan Tanah (Laut, Sungai, Danau), Sumber Air di
Bawah Permukaan Tanah (Air Tanah Akifer
b) Bangunan Perlengkapan meliputi: Gorong-gorong,
pertemuan saluran, Bangunan Terjunan, jembatan,street
intlet, pompa, dan pintu air.
6. Jaringan Persampahan
Jaringan persampahan merupakan salah satu kebutuhan
untuk rumah tangga yang perlu memperhatikan Ketentuan dan
persyaratan teknis yang telah diatur pada peraturan salah satunya
ketentuan yang berlaku pada SNI 19-2454-2002 tentang Tata cara
teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan. Berikut
ketentuan jaringan persampahan.
151
Tempat sampah dengan volume sudah dibedakan
berdasarkan jenis sampahnya (organik dan anorganik) serta
diangkut menggunakan gerobak berkapasitas 1,5 m3 dengan
metode angkut tidak tetap.
152
jarak sempadan pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke
arah darat.
6.2.6 Ketentuan Pelaksanaan
Ketentuan pelaksanaan adalah aturan yang berhubungan pada pelaksanaan
penerapan peraturan daerah RDTR dan Peraturan Zonasi yang terdiri atas :
1. Variansi ketentuan pemanfaatan yang memberikan kelonggaran
untuk menyesuaikan dengan kondisi tertentu dengan mengikuti
ketentuan massa ruang yang ditetapkan dalam peraturan zonasi. Hal
ini dimaksudkan guna menampung dinamika pemanfaatan ruang
mikro serta sebagai dasar penerapan kebijakan.
2. Ketentuan pemberian insentif bagi kegiatan pemanfaatan ruang
yang sejalan dengan rencana tata ruang dan memberikan dampak
positif bagi masyarakat serta yang memberikan disinsentif bagi
kegiatan pemanfaatan ruang yang tidak sejalan dengan rencana tata
ruang dan memberikan dampak negatif bagi masyarakat.
a. Insentif diberikan apabila pemanfaatan ruang sesuai dengan
rencana struktur ruang, rencana pola ruang, dan indikasi
arahan peraturan zonasi yang diatur dalam Peraturan Daerah
ini dalam bentuk: pembebasan atau pemberian keringanan
pajak;
1. Pemberian kompensasi, atau ganti rugi.
2. Pemberian imbalan, santunan, atau bantuan.
3. Dukungan rekomendasi untuk pengembangan akses
permodalan, kelembagaan, atau usaha.
4. Pengumuman kepada publik.
5. Dukungan penyediaan infrastruktur tertentu.
6. Pemberian penghargaan.
b. Disinsentif dikenakan terhadap pemanfaatan ruang yang
perlu dicegah, dibatasi, atau dikurangi keberadaannya
berdasarkan ketentuan dalam Peraturan Daerah ini dalam
bentuk:
1. Pajak daerah dengan kelipatan tinggi.
153
2. Pembatasan penyediaan infrastruktur.
3. Pencabutan izin, penghentian atau penutupan
usaha/kegiatan.
4. Pembongkaran atau pemusnahan aset tertentu.
5. Relokasi paksa
6. Pengumuman kepada publik.
7. Pelaksanaan kegiatan atau tindakan tertentu.
8. Pelarangan dan penuntutan.
6.3 Perumusan Teknik Peraturan Zonasi
Teknik pengaturan zonasi berfungsi untuk memberikan fleksibilitas dalam
penerapan peraturan zonasi dasar dan memberikan pilihan penanganan terhadap
lokasi tertentu sesuai dengan karakteristik, tujuan pengembangan dan permasalahan
yang dihadapi pada zona tertentu, sehingga sasaran pengendalian pemanfaatan
ruang dapat tercapai dengan efektif. Teknik pengaturan zonasi adalah sebuah aturan
yang disediakan guna mengatasi kekakuan aturan dasar sehingga menjadi fleksibel
dalam pelaksanaan pembangunan. Teknik pengaturan zonasi ini harus direncanakan
sejak awal, mengenai teknik apa saja yang akan digunakan kemudian didukung oleh
perangkat dan kelembagaan yang dapat dipertanggungjawabkan. Teknik
pengaturan zonasi pada kawasan Muara badak sebagai berikut:
1. Bonus Zoning
Bonus zoning adalah teknik pengaturan zonasi yang memberikan izin
kepada pengembang untuk meningkatkan intensitas pemanfaatan ruang
melebihi aturan dasar dengan imbalan pengembang tersebut harus
menyediakan sarana publik tertentu dengan adanya konpensasi. Konpensasi
pembangunan sarana publik diutamakan untuk dilaksanakan pada zona/sub
zona yang menggunakan atau menerapkan bonus zoning. Bonus zoning juga
dapat dilaksanakan pada kawasan lain dengan adanya persyaratan tertentu
berdasarkan keputusan Pemerintah Daerah. Terdapat beberapa penerapan
bonus zoning harus memperhatikan beberapa kriteria sebagai berikut.
a. Diberikan pada pengembang yang belom atau tidak pernah menambah
intentitas pemanfaatan ruang
154
b. Hanya dapat diberlakukan pada zona komersial, seperti zona
perkantoran, zona perumahan, khususnya untuk rumah sususn
c. Harus didahului dengan adanya analisis kesesuaian dan kemampuan
lahan serta analisis daya dukung dan daya tampung lingkungan
Berdasarkan Kriteria penetapan bonus zoning maka pada bagian Wilayah
Perencanaan Muara Badak dilakukan teknik pengaturan zonasi pada zona
perdagangan dan jasa untuk menambahkan intensitas pemanfaaatan ruang, serta
melakukan pengembangan yang ada guna mendukung kawasan minapolitan WP
Muara Badak.
155
ZONA ZONA BUDIDAYA
Zona
ZONA LINDUNG Kawas Zona
ZONA
N Zona Zona an Zona Zona Perdagan Zona
SARANA
o. Perkebunan Perikan Perunt Peruma Pariwi gan dan Transpo
PELAYANAN
Rakyat an ukan han sata Jasa rtasi
UMUM
Industr Skala
i
I SP SP
KEGIATAN RT RT RT RT E
KR K
IK
KPI
R- R-
W U-
SP
U-
K-
K-2 TR
H-1 H-3 H-4 H-8 M -2 2 3 U-2 1
-1 1 3
KEGIATAN PERUMAHAN
1. Rumah Tunggal X X X X X T X X X T I T X X X T T X
2. Rumah Kopel X X X X X X X X X I I X X X X T T X
3. Rumah Deret X X X X X X X X X I I X X X X T T X
4. Townhouse X X X X X X X X X T I X X X X X X X
5. Rumah Susun X X X X X X X X B I I X B X X X X X
6. Asrama X X X X X X X X B I I B T X X X X X
7. Rumah Kost X X X X X X X X X I I X T X X X X X
8. Guest House X X X X X X X X B B T X X X X X X X
9. Rumah Dinas X X X X X X X X B I I X T B T X X X
1
Rumah Atas Air X X X X X X T T X I I X X X X X X X
0.
1
Rumah Sederhana X X X X X T X X X I I X X X X X X X
1.
1
Rumah Sedang X X X X X T X X X I I X X X X X X X
2.
1
Rumah Mewah X X X X X X X X X T I X X X X X X X
3.
KEGIATAN PERDAGANGAN DAN JASA
1. Ruko X X X X X X X X X T T I X T T I I X
156
ZONA ZONA BUDIDAYA
Zona
ZONA LINDUNG Kawas Zona
ZONA
N Zona Zona an Zona Zona Perdagan Zona
SARANA
o. Perkebunan Perikan Perunt Peruma Pariwi gan dan Transpo
PELAYANAN
Rakyat an ukan han sata Jasa rtasi
UMUM
Industr Skala
i
I SP SP
KEGIATAN RT RT RT RT E
KR K
IK
KPI
R- R-
W U-
SP
U-
K-
K-2 TR
H-1 H-3 H-4 H-8 M -2 2 3 U-2 1
-1 1 3
2. Warung X X X X X X X X X T T I X T T T T X
3. Toko X X X X X X X X X T T I T T T I I X
4. Pasar Tradisional X X X X X X X X X T T X T X X I I X
5. Supermarket X X X X X X X X X T T X T I I T T X
Pasar perbelanjaan dansentra X X
6. X X X X X X X T T X T I I X X X
oleh-oleh
7. Jasa hotel X X X X X X X X X T T X T T I X X X
8. Jasa lembaga keuangan (Bank) X X X X X X X X X T T X T T T X X X
9. Jasa bangunan X X X X X X X X X T T X T T X X X X
1 Penjualan kendaraan bermotor X X
X X X X X X X T T X T T X X X X
0. dan perlengkapan
1 X X
Panti pijat kesehatan X X X X X X X T T X T T X X I X
1.
1 X X
Jasa komunikasi X X X X X X X T T X T T X T I X
2.
1 X X
Jasa pemakaman X X X X X X X T T X T I X I X X
3.
1 Jasa riset dan pengembangan X X
X X X X X X X T T X T I X I I X
4 iptek
KEGIATAN PERIKANAN
157
ZONA ZONA BUDIDAYA
Zona
ZONA LINDUNG Kawas Zona
ZONA
N Zona Zona an Zona Zona Perdagan Zona
SARANA
o. Perkebunan Perikan Perunt Peruma Pariwi gan dan Transpo
PELAYANAN
Rakyat an ukan han sata Jasa rtasi
UMUM
Industr Skala
i
I SP SP
KEGIATAN RT RT RT RT E
KR K
IK
KPI
R- R-
W U-
SP
U-
K-
K-2 TR
H-1 H-3 H-4 H-8 M -2 2 3 U-2 1
-1 1 3
Pengeringan dan penggaraman X X
3. X X X X I I X X T1 X X X X X X X
ikan
4. Penangkapan ikan di laut X X X X X X I B X X X X X X X X X X
Penangkapan ikan di perairan X X
5. X X X X I I X X X X X X X X X X
umum
6. Pengemasan kepiting X X X X X X I I X T1 T1 X X X X I I X
1. TK/PAUD X X X X X X X X X X X X I I I X X X
2. SD X X X X X X X X X X X X I I I X X X
3. SMP X X X X X X X X X X X X I I I X X X
4. SMA X X X X X X X X X X X X I I I X X X
5. Rumah Sakit X X X X X X X X X X X X I X X X X X
6. Puskesmas X X X X X X X X X X X X X I X X X X
7. Puskesmas Pembantu X X X X X X X X X X X X X X T X X X
8. Posyandu X X X X X X X X X T I X X T I X X X
9. Prakter Dokter X X X X X X X X X B T X I T X X X X
1 X X
0.
Apotek X X X X X X X B T X I I I B X X
1 X X
Klinik X X X X X X B X X X T T T X X X
1.
1 X X
Masjid X X X X X X T I I X T I I X X X
2.
158
ZONA ZONA BUDIDAYA
Zona
ZONA LINDUNG Kawas Zona
ZONA
N Zona Zona an Zona Zona Perdagan Zona
SARANA
o. Perkebunan Perikan Perunt Peruma Pariwi gan dan Transpo
PELAYANAN
Rakyat an ukan han sata Jasa rtasi
UMUM
Industr Skala
i
I SP SP
KEGIATAN RT RT RT RT E
KR K
IK
KPI
R- R-
W U-
SP
U-
K-
K-2 TR
H-1 H-3 H-4 H-8 M -2 2 3 U-2 1
-1 1 3
1 X X
Gereja X X X X X X T I I X T I I X X X
3.
1 X X
Mushollah/langgar X X X X X X T I I B T I I T T X
4.
1 X X
Kantor Kecamatan X X X X X X X T I X X I X X X X
5.
1 X X
Kantor Kelurahan/Desa X X X X X X X T I X X X I X X X
6.
1 T X
Lapangan Olahraga X T X X X X X X X X I T T X X X
7.
1 X X
Taman Bermain X T1 X X X X X X X X X T I X X X
8.
1 X X
Gedung Olahraga X X X X X X X X X X T T X T T X
9.
1. Rimba Kota I X X I I X X X I I I B I I I T T X
2. Taman Kecamatan X I X I X X X X I T T B I T I I I X
3. Taman Kelurahan X X I I X X X X I T T B I T I I I X
4. Jalur Hijau I I I I X I X X I I I B I I I I I X
KEGIATAN INDUSTRI
159
ZONA ZONA BUDIDAYA
Zona
ZONA LINDUNG Kawas Zona
ZONA
N Zona Zona an Zona Zona Perdagan Zona
SARANA
o. Perkebunan Perikan Perunt Peruma Pariwi gan dan Transpo
PELAYANAN
Rakyat an ukan han sata Jasa rtasi
UMUM
Industr Skala
i
I SP SP
KEGIATAN RT RT RT RT E
KR K
IK
KPI
R- R-
W U-
SP
U-
K-
K-2 TR
H-1 H-3 H-4 H-8 M -2 2 3 U-2 1
-1 1 3
KEGIATAN TRANSPORTASI
160
DAFTAR PUSTAKA
Adiwibowo, C. R. (2020). Pengembangan Kawasan Strategis Minapolitan Melalui
Klasifikasi Wilayah Di Kabupaten Kutai Kartanegara. SPECTA Journal of
Technology, 4(1), 14–21. https://doi.org/10.35718/specta.v4i1.146
Alya Sarah Maulida1, C. R. (2020). PENGEMBANGAN KAWASAN MINAPOLITAN.
Pengembangan Kawasan Strategis Minapolitan Melalui Klasifikasi Wilayah di
Kabupaten Kutai Kartanegara.
Angka, D. (2018). Muara badak.
Analisis, T., & Fisik, A. (2007). P e d o m a n. 20.
ATR/BPN. (2018). Lampiran III.1 Rincian Analisis dalam Penyusunan RDTR.
Berau, K. (2006). Bab II Geologi. 6–24.
Badan Pusat Statistik Kabupaten Kutai Kartanegara. (2021). Bps.go.id.
https://kukarkab.bps.go.id/publication/2021/02/26/97c166049f230cf1dfac6e5e/ka
bupaten-kutai-kartanegara-dalam-angka-2021.html
Direkrtorat Jenderal Cipta Karya PUPR. (2007). Buku Panduan Pengembangan Air
Minum. Pupr, 20, 1–47.
DPU Direktorat Jendral Cipta Karya Direktorat Air Bersih. (2000). Modul Proyeksi
Kebutuhan Air Dan Identifikasi Pola Fluktuasi Pemakaian Air. Perencanaan
Jaringan Pipa Transmisi Dan Distribusi Air Minum, 1–16.
Effendi, M. I. (1997). Budidaya Perikanan. Yayasan Pustaka Nusantara. Yogyakarta.
KALTIM, B. (2008). Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kalimantan
Timur Tahun 2005-2025. 1–12.
Kabupaten Kutai Kartanegara Dalam Angka 2022
Kabupaten Kutai Kartanegara. (n.d.). Retrieved November 1, 2022, from
http://geoportal.kukarkab.go.id:8080/geonetwork/srv/eng/catalog.search#/search?r
esultType=details&sortBy=relevance&from=1&to=20
Kecamatan Muara Badak Dalam Angka 2019
Konsep Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan, BPIW Manfaatkan Data dan Informasi
Geologi - BPIW. (n.d.). Retrieved November 1, 2022, from
https://bpiw.pu.go.id/article/detail/konsep-pembangunan-infrastruktur-
berkelanjutan-bpiw-manfaatkan-data-dan-informasi-geologi
161
KPBU - Mewujudkan Infrastruktur Berkelanjutan: Aspek, Pembiayaan, dan Manfaat.
(n.d.). Retrieved November 1, 2022, from https://kpbu.kemenkeu.go.id/read/1134-
1302/umum/kajian-opini-publik/mewujudkan-infrastruktur-berkelanjutan-aspek-
pembiayaan-dan-manfaat
Lampiran IV Permen ATR BPN 11-2021
Leza, Y. L., Rafi’i, A., & Syahrir, M. (2021). ANALISIS LUASAN DAN KERAPATAN
MANGROVE DI DESA TANJUNG LIMAU KECAMATAN MUARA BADAK
MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT-8. Jurnal Aquarine, 6(1 Mar), 25.
Masterplan Kawasan Minapolitan Kabupaten Lampung Tengah Tahun 2020-2030
MKJI 1997 - [Download PDF]. (2015). Fdokumen.com; fdokumen.com.
https://fdokumen.com/download/mkji-1997
Pasrepan, K., & Pasuruan, K. (2013). Penyusunan Rencana Detail Tata Ruang ( RDTR )
Kawasan Perkotaan dan Kawasan Perdesaan Kecamatan Pasrepan serta Peraturan
Zonasi Lokasi : LAPORAN FAKTA DAN ANALISA Tahun Anggaran 2013.
PERATURAN DAERAH NOMOR 09 TAHUN 2013 RTRW KUTAI KARTANEGARA
TAHUN 2013-2033
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No.20/PRT/M.2007 tentang Pedoman Teknik Analisis
Fisik dan Lingkungan, Ekonomi Serta Sosial Budaya
PERGUB.50.2013.pdf. (n.d.).
PERDA NO. 09 TAHUN 2013 RENCANA TATA RUANG WILAYAH TAHUN 2013 -
2033
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN
PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN
2018 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DETAIL TATA
RUANG DAN PERATURAN ZONASI KABUPATEN/KOTA
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR PER.18/MEN/2012
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012
TENTANG RENCANA TATA RUANG PULAU KALIMANTAN
PERDA NO. 09 TAHUN 2013 RENCANA TATA RUANG WILAYAH TAHUN 2013 -
2033
162
Rahayu Subekti, L. K. (2013). KEBIJAKAN TATA RUANG DI KABUPATEN KUTAI
KARTANEGARA (STUDI VALORISASI RUANG).
RENCANA KERJA TAHUNAN DINAS LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2019
RENCANA STRATEGIS (RENSTRAS) DINAS PERHUBUNGAN
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA TAHUN 2016-2021
Rencana Kerja Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kutai Kartanegara Tahun 2018
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD)KABUPATEN KUTAI
KARTANEGARA TAHUN 2023
Republik Indonesia. (2020). Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 14 Tahun 2020 Tentang Pedoman Penyusunan Basis
Data Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi, Kabupaten dan Kota serta Peta
Rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota. 109.
RPJPD KUKAR 2005-2025 (4).pdf. (n.d.).
SNI 03-1733-2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan
SNI 3242:2008 Tentang Pengelolaan Sampah Permukiman
Unsur, D. A. N. K., & Dasar, U. P. P. (2010). 1. Simbol, Notasi, Dan Kode Unsur, Unsur-
Unsur Perairan Peta Dasar. 48–63.
PUIL 2000. (2000). Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (PUIL 2000). DirJen
Ketenagalistrikan, 2000(Puil), 562.
163