Anda di halaman 1dari 133

STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBIBITAN ITIK

(Kasus: CV. Usaha Unggas, Kampung Demplot, Desa Mekar Sari,


Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

SKRIPSI

AFRISYA MEIZI
H34080129

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
RINGKASAN

AFRISYA MEIZI. Studi Kelayakan Usaha Pembibitan Itik (Kasus: CV.


Usaha Unggas, Kampung Demplot, Desa Mekar Sari, Kecamatan Rumpin,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat). Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas
Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan
SUHARNO).

Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan.


Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan
masyarakat akan produk-produk peternakan meningkat setiap tahunnya.
Peternakan sebagai penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral sangat
dibutuhkan seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi guna
meningkatkan kualitas hidup. Salah satu produk yang dihasilkan dari peternakan
yaitu daging. Unggas merupakan salah satu hewan penghasil daging.
Perkembangan industri perunggasan merupakan salah satu penggerak dalam
sektor pertanian Indonesia. Salah satu jenis unggas yang terlihat perkembangan
produksinya adalah itik. Itik mempunyai keunggulan tersendiri sebagai unggas
penghasil telur dibandingkan ayam. Salah satu produsen unggas di Jawa Barat
adalah CV. Usaha Unggas yang terletak di Kampung Demplot, Desa Mekar Sari,
Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor. Walaupun CV. Usaha Unggas memiliki
lahan peternakan dan jumlah stok yang tergolong besar, namun perusahaan ini
belum dapat memenuhi jumlah permintaan pasar itik khususnya, Adanya
permasalahan yang dihadapi seperti tidak selalu habisnya stok DOD yang
ditawarkan pada saat-saat tertentu membuat CV. Usaha Unggas ini juga merintis
usaha pembesaran itik. Hal ini dilakukan karena jika sewaktu-waktu DOD tidak
terjual, maka DOD itu akan dibesarkan sendiri.. Perlu dilakukan kajian ulang
dalam rencana ini untuk menghindari resiko yang tidak bisa dihindari.
Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka penelitian ini
bertujuan untuk: 1) Menganalisis kelayakan usaha pembibitan itik yang dilakukan
CV. Usaha Unggas dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, aspek
hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek lingkungan; 2)
Menganalisis kelayakan finansial usaha pembibitan itik pada dilakukan CV.
Usaha Unggas; dan 3) Menganalisis sensitivitas kelayakan usaha apabila terjadi
perubahan pada variabel usaha pembibitan itik pada CV. Usaha Unggas.
Analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif dan
kuantitatif. Analisis kualitatif dilakukan untuk memperoleh gambaran tentang
aspek-aspek pembibitan itik secara umum meliputi analisis aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen, aspek hukum, dan aspek sosial ekonomi dan budaya,
serta aspek lingkungan. Analisis kuantitatif meliputi analisis kelayakan finansial
usaha pembibitan itik. Analisis kelayakan finansial ini menggunakan perhitungan
kriteria-kriteria investasi yaitu, Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Payback Period (PBP), dan analisis
switching value. Data yang diperoleh diolah secara manual dengan menggunakan
program komputer Microsoft Excel.
Penelitian ini dilakukan di CV. Usaha Unggas yang terletak di Kampung
Demplot, Desa Mekar Sari, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat.
Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan
bahwa CV. Usaha Unggas merupakan usaha di bidang peternakan unggas yang
memiliki komoditi dengan jenis yang unggul, dalam kasus ini produk yang
digunakan adalah itik jenis hibrida.
Berdasarkan aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta
aspek lingkungan, usaha ini layak untuk dijalankan. Hal ini karena bibit DOD
hibrida memiliki peluang pasar yang tinggi; kondisi iklim lokasi sangat cocok
untuk usaha pembibitan serta sarana dan prasarana usaha juga mendukung;
organisasi serta pembagian tugas dan wewenang yang jelas sehingga memberikan
kemudahan dalam koordinasi diantara karyawan; mendapat izin usaha dari
kelurahan setempat; dan usaha pembibitan itik ini membawa dampak baik kepada
sosial ekonomi dan lingkungan sekitar.
Berdasarkan hasil analisis finansial dari usaha pembibitan itik, nilai NPV,
IRR, Net B/C, dan Payback Period yang diperoleh telah memenuhi ukuran
kelayakan berdasarkan kriteria investasi. Hasil analisis kriteria kelayakan finansial
CV Usaha Unggas berdasarkan dua skenario, menunjukan bahwa Skenario I
dilihat dari kriteria NPV, IRR, net B/C, dan PBP lebih menguntungkan
dibandingkan dengan Skenario II. Masing-masing nilai yang diperoleh pada
skenario I adalah NPV sebesar Rp 177.740.355,80, IRR: 148,34 persen, Net B/C:
6,11 dan PBP: 1,35 tahun atau setara dengan satu tahun empat bulan empat hari.
Sedangkan pada skenario II hasil yang diperoleh dari pendekatan NPV adalah Rp
106.989.779,57, IRR : 97,61 persen, Net B/C : 4,16 dan PBP : 2,14 tahun, atau
dua tahun satu bulan 21 hari. Dengan demikian secara finansial, usaha pembibitan
itik layak untuk dijalankan.
Dari hasil analisis sensitivitas, nilai kepekaan skenario I dan skenario II
terhadap harga pakan pur didapatkan nilai kriteria kelayakan skenario II yang
lebih kecil dibandingkan nilai kriteria kelayakan pada skenario I. Hasil
perbandingan tersebut menunjukan skenario II lebih peka atau sensitif terhadap
perubahan baik dari penurunan harga DOD maupun kenaikan biaya pakan pur.
STUDI KELAYAKAN USAHA PEMBIBITAN ITIK
(Kasus: CV. Usaha Unggas, Kampung Demplot, Desa Mekar Sari,
Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)

AFRISYA MEIZI
H34080129

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk


memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis

DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2012
Judul Skripsi : Studi Kelayakan Usaha Pembibitan Itik (Kasus: CV. Usaha
Unggas, Kampung Demplot, Desa Mekar Sari, Kecamatan
Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)
Nama : Afrisya Meizi
NIM : H34080129

Disetujui,
Pembimbing

Dr. Ir. Suharno, M.Adev


NIP. 19610610 198611 1 001

Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor

Dr. Ir. Nunung Kusnadi, M.S


NIP. 19580908 198403 1 002

Tanggal Lulus :
PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul “Studi Kelayakan
Usaha Pembibitan Itik (Kasus: CV. Usaha Unggas, Kampung Demplot, Desa
Mekar Sari, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)” adalah karya
saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi
manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan
maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan
dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, Agustus 2012

Afrisya Meizi
H34080129
RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat pada tanggal 29


April 1991. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara dari pasangan
Bapak Zulkifli dan Ibu Misni Elyati.
Penulis mengawali pendidikan dasar di SD Negeri 21 Padang Luar pada
tahun 1996 dan pendidikan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2005 di
MTs Negeri 1 Bukittinggi. Pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada
tahun 2008 di SMA Negeri 3 Bukittinggi. Pada tahun yang sama, penulis
berkesempatan melanjutkan pendidikannya di Institut Pertanian Bogor lewat jalur
SNMPTN sebagai mahasiswa Program Sarjana Agribisnis, Departemen
Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Studi
Kelayakan Usaha Pembibitan Itik (Kasus: CV. Usaha Unggas, Kampung
Demplot, Desa Mekar Sari, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)”.
Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi
pada Program Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.
Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian di CV. Usaha Unggas yang
merupakan salah satu usaha yang bergerak dibidang pembibitan dan pembesaran
unggas di Kabupaten Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
kelayakan usaha pembibitan itik dari aspek non finansial dan aspek finansial, serta
menganalisis tingkat kepekaan (sensitivitas) usaha pembibitan itik pada CV.
Usaha Unggas.
Upaya memberikan yang terbaik telah dilakukan secara optimal dalam
penyusunan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak
yang terkait dan bagi pembaca pada umumnya.

Bogor, Agustus 2012

Afrisya Meizi
UCAPAN TERIMA KASIH

Penulisan skripsi yang berjudul “Studi Kelayakan Usaha Pembibitan Itik


(Kasus: CV. Usaha Unggas, Kampung Demplot, Desa Mekar Sari, Kecamatan
Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat)” ini tidak terlepas dari bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Sehingga skripsi ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya sebagai salah satu syarat kelulusan.
Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih dan
penghargaan kepada:
1. Dr. Ir. Suharno, M. Adev selaku dosen pembimbing terima kasih atas
bimbingan, motivasi dan arahannya selama penulis menyusun skripsi ini.
2. Tintin Sarianti, S.P, M.M selaku dosen penguji utama pada ujian sidang
penulis yang telah meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan
saran demi perbaikan skripsi ini.
3. Anita Primaswari Widhiani, S.P, M.Si selaku dosen penguji komisi
pendidikan Departemen Agribisnis pada ujian sidang penulis yang telah
meluangkan waktunya serta memberikan kritik dan saran demi perbaikan
skripsi ini.
4. Ferryanto William K.,S.P, M.Si sebagai dosen evaluator yang telah
memberikan masukan, dan saran sebagai bekal turun lapang, serta
kesediaan waktu untuk berdiskusi.
5. Bapak H. Zulkifli, S.Pd dan Ibu Hj. Misni Elyati selaku orang tua penulis
atas cinta dan kasih sayang, serta doa dan dukungan, baik moral maupun
material selama ini, semoga ini bisa menjadi persembahan yang terbaik.
6. Vini Agra Meizi, Afif Aulia Zulmi, dan M. Farhat Zikra Zulmi sebagai
adik-adik penulis, terimakasih atas cinta dan kasih sayang serta dukungan,
hiburan, dan semangat yang diberikan kepada penulis selama ini.
7. Bapak Mustafa dan Bapak Budi, atas izin dan kesempatan yang diberikan
untuk melakukan penelitian di CV. Usaha Unggas serta telah memberikan
informasi selama penelitian.
8. Layra Nichi Sari atas kesediaannya menjadi pembahas dalam seminar
hasil skripsi yang telah memberikan masukan dan koreksi untuk perbaikan
skripsi ini.
9. Sahabat-sahabatku tercinta Layra, Ria, dan Dhiska, terimakasih atas
persahabatan, canda tawa, dan kesetiaan yang diberikan dalam empat
tahun di IPB, semoga persahabatan kita berlanjut untuk seterusnya.
10. Teman-teman Agriminang Nezi, Jauhar, Nisa, Gebry, Diki, dan Ervan,
terimakasih atas semangat dan persahabatan selama masa perkuliahan di
IPB.
11. Teman-teman Kemawita, keluarga besar IPMM, teman-teman perwira 48,
seluruh staf dan dosen Agribisnis Institut Pertanian Bogor, teman-teman
Agribisnis khususnya angkatan 45 atas kebersamaan dan perjuangannya
yang telah kita lalui, semoga rasa kekeluargaan dan kebersamaan tetap
terjaga.
12. Teman-teman satu gladikarya Linda, Hartati, Andre, dan Dharma, serta
teman-teman satu bimbingan Dhienar dan Liber, terimakasih untuk
semangat dan sharing yang diberikan selama penyusunan skripsi ini.
13. Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah
membantu terselesaikannya skripsi ini.
Semoga Allah SWT mencatat dan membalas semua amal baik ini dengan
balasan yang lebih baik.

Bogor, Agustus 2012

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ................................................................................ iii

DAFTAR GAMBAR ............................................................................ iv

DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................ v

I. PENDAHULUAN ..................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................ 7
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................ 9
1.4 Manfaat Penelitian ........................................................ 10
II. TINJAUAN PUSTAKA .......................................................... 11
2.1 Usaha Ternak Itik ......................................................... 12
2.1.1 Biologi Komoditi Itik ........................................ 12
2.1.2 Output Ternak Itik ............................................. 13
2.2 Teknis Budidaya ........................................................... 14
2.2.1 Pembibitan .......................................................... 15
2.2.2 Pemeliharaan ....................................................... 15
2.2.3 Pakan .................................................................. 15
2.3 Biaya .............................................................................. 16
2.4 Penerimaan ..................................................................... 16
2.5 Penelitian Terdahulu ........................................................ 16
III. KERANGKA PEMIKIRAN .................................................... 20
3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual ..................................... 20
3.1.1 Studi Kelayakan Bisnis ........................................ 20
3.1.2 Manfaat Studi Kelayakan Bisnis .......................... 23
3.1.3 Teori Biaya dan Manfaat ..................................... 24
3.1.4 Analisis Finansial ................................................ 25
3.1.5 Analisis Sensitivitas ............................................. 26
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional .................................... 27
IV. METODE PENELITIAN .......................................................... 29
4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................... 29
4.2 Data dan Instrumentasi .................................................... 29
4.3 Metode Pengumpulan Data ............................................. 29
4.4 Metode Pengolahan Data ................................................. 30
4.5 Analisis Kelayakan Non Finansial ................................... 30
4.6 Analisis Kelayakan Investasi ........................................... 34
4.7 Asumsi Dasar yang Digunakan ....................................... 37

i
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ................................... 40
5.1 Lokasi Perusahaan .......................................................... 40
5.2 Sejarah dan Perkembangan Perusahaan ........................... 40
5.3 Visi dan Misi Perusahaan ................................................ 42
5.4 Deskripsi Kegiatan Usaha ............................................... 42
VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL ......... 44
6.1 Aspek Pasar .................................................................... 44
6.1.1 Analisis Peluang Pasar ......................................... 44
6.1.2 Analisis Pesaing .................................................. 45
6.1.3 Bauran Pemasaran ............................................... 46
6.1.4 Strategi Pemasaran .............................................. 48
6.2 Aspek Teknis ................................................................... 49
6.2.1 Lokasi Usaha ....................................................... 49
6.2.2 Luas Produksi ...................................................... 52
6.2.3 Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan ............. 52
6.2.4 Proses Produksi ................................................... 52
6.2.5 Layout ................................................................. 57
6.3 Aspek Manajemen ........................................................... 59
6.4 Aspek Hukum .................................................................. 61
6.5 Aspek Sosial, Ekonomi dan Budaya ................................. 62
6.6 Aspek Lingkungan ........................................................... 63
VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL ................... 65
7.1 Proyeksi Arus Kas (Cash Flow) ...................................... 65
7.1.1 Arus Kas Masuk .................................................. 66
7.1.2 Arus Kas Keluar .................................................. 69
7.2 Analisis Laba Rugi .......................................................... 81
7.3 Analisis Kelayakan Investasi ........................................... 82
7.4 Analisis Kepekaan (Sensitivitas) ..................................... 86
7.5 Analisis Harga Pokok Produksi (HPP) dan Break Even
Point (BEP) .................................................................... 88
7.5.1 Harga Pokok Produksi ......................................... 88
7.5.2 Break Even Point (BEP) ...................................... 89
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 91
8.1 Kesimpulan ..................................................................... 91
8.2 Saran ............................................................................... 92
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................... 93

LAMPIRAN ......................................................................................... 95

ii
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman
1. Konsumsi Daging Segar per Kapita per Tahun Produk Peternakan
2009-2010 ................................................................................... 1
2. Produksi Daging Itik Tahun 2008 – 20011 (ton) ........................... 3
3. Produksi Telur Itik Tahun 2008 – 2011 (ton) ................................ 3
4. Analisis Pemenuhan Kebutuhan Bibit Itik Tahun 2008 – 2010 ...... 4
5. Populasi Itik Tahun 2007-2011 .................................................... 5
6. Produksi dan Kontribusi daging Ternak di kabupaten Bogor
Tahun 2009-2010 ........................................................................ 6
7. Padat Tebar Itik per m2 Lantai Kandang Menurut Umur ............... 52
8. Produksi dan Panen DOD Tahun Pertama ..................................... 66
9. Produksi dan Panen DOD Tahun ke-2 sampai Tahun ke-6
skenario I ..................................................................................... 67
10. Produksi dan Panen DOD Tahun ke-2 sampai Tahun ke-6
skenario II ................................................................................... 68
11. Produksi dan Panen Itik Tahun ke-2 sampai Tahun ke-6 ............... 69
12. Hasil Analisis Kriteria Kelayakan Investasi Skenario I ................ 84
13. Perbandingan Hasil Kelayakan Usaha pada Dua Skenario ........... 85
14. Perbandingan Hasil Analisis Sensitivitas CV. Usaha Unggas ........ 86
15. Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP) .................................... 88
16. Perhitungan BEP Unit .................................................................. 90

iii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman
1 Grafik Ternak Unggas Tahun 2007-2011. .................................. 2
2. Kerangka Pemikiran Operasional ............................................. 28
3. Grafik Hubungan NPV dan IRR ............................................... 35
4. DOD Hibrida ........................................................................... 47
5. Periode Itik Bertelur ................................................................. 53
6. Pembuatan Jamu Herbal ........................................................... 56
7. Layout Peternakan .................................................................... 59
8. Struktur Organisasi CV. Usaha Unggas ................................... 61
9. Grafik Hubungan NPV dan IRR Skenario I .............................. 83
10. Grafik Hubungan NPV dan IRR Skenario II ............................. 85

iv
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman
1. Rincian Penerimaan ................................................................. 96
2. Rincian Biaya Variabel Skenario I ........................................... 97
3. Rincian Biaya Variabel Skenario II .......................................... 98
4. Rincian Biaya Tetap ................................................................ 99
5. Rincian Biaya Investasi .......................................................... 100
6. Rincian Nilai Sisa ................................................................... 101
7. Rincian Biaya Re-investasi ...................................................... 102
8. Rincian Biaya Penyusutan ....................................................... 103
9. Proyeksi Laba Rugi Skenario I ................................................. 104
10. Proyeksi Arus Kas (Cash Flow) Skenario I .............................. 106
11. Proyeksi Laba Rugi dan Cash Flow Nilai Sensitivitas
Peningkatan Harga Pakan Pur sebesar 39 Persen ..................... 109
12. Proyeksi Laba Rugi dan Cash Flow Nilai Sensitivitas Penurunan
Harga Jual DOD sebesar 8,3 Persen ......................................... 110
13. Proyeksi Laba Rugi Skenario II ............................................... 111
14. Proyeksi Arus Kas (Cash Flow) Skenario II ............................. 113
15. Proyeksi Laba Rugi dan Cash Flow Nilai Sensitivitas
Peningkatan Harga Pakan Pur sebesar 39 Persen ..................... 116
16. Proyeksi Laba Rugi dan Cash Flow Nilai Sensitivitas Penurunan
Harga Jual DOD sebesar 8,3 Persen ......................................... 117
17. Dokumentasi CV Usaha Unggas ............................................... 118

v
I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Salah satu aktivitas ekonomi dalam agribisnis adalah bisnis peternakan.
Agribisnis bidang ini utamanya dilatarbelakangi oleh fakta bahwa kebutuhan
masyarakat akan produk-produk peternakan meningkat setiap tahunnya.
Peternakan sebagai penyedia protein, energi, vitamin, dan mineral sangat
dibutuhkan seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi guna
meningkatkan kualitas hidup. Salah satu produk yang dihasilkan dari peternakan
adalah daging. Konsumsi masyarakat Indonesia terhadap daging secara umum
meningkat setiap tahunnya. Hal ini dapat dilihat dari Tabel 1 yang menunjukkan
peningkatan konsumsi daging per kapita per tahun dari tahun 2009-2010.
Hasilnya mengindikasikan bahwa pengembangan agribisnis sektor ini masih
dibutuhkan. Terkait dengan ide pengembangan, studi kelayakan juga dibutuhkan
pada subsektor ini, untuk menjamin bahwa pengembangannya sejalan dengan
pertimbangan logis aktivitas usaha.

Tabel 1. Konsumsi Daging Segar per Kapita per Tahun Produk Peternakan 2009-
2010
Tahun (kg) R (%)
No Komoditi 2009 2010 Non Unggas
Unggas
1 Sapi 0,334 0,367 10
2 Kerbau 0,014 0,017 21
9,9
3 Kambing 0,025 0,024 -4
4 Babi 0,188 0,211 12
5 Ayam ras 3,050 3,514 15
Ayam 0,501 0,602
6
kampung 20 15,7
Unggas 0,043 0,048
7
lainnya 12
Daging 0,043 0,032
8
Lainnya -26
Total 4,199 4,816
Sumber: Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012 (diolah)

Secara nasional, perkembangan konsumsi berbagai jenis ternak


menunjukkan peningkatan yang besar, terutama untuk ternak unggas. Berdasarkan
Tabel 1 terlihat peningkatan secara signifikan terjadi pada konsumsi hewan
unggas yaitu lebih dari satu setengah kali lipat dibandingkan dengan hewan bukan
unggas.
Perkembangan industri perunggasan merupakan salah satu penggerak
dalam sektor pertanian Indonesia. Komoditas unggas mempunyai prospek pasar
yang sangat baik. Hal tersebut didukung oleh karakteristik produk unggas yang
dapat diterima oleh masyarakat Indonesia dengan harga yang relatif murah. Selain
itu, produk unggas juga mudah diperoleh karena sudah merupakan barang publik.
Salah satu ternak unggas yang cukup populer di masyarakat adalah itik
(Simanjuntak 2005). Meskipun tidak sepopuler ternak ayam, itik semakin disukai
masyarakat untuk diusahakan sehingga usaha ternak itik semakin berkembang.
Perkembangan usaha ternak itik dapat dilihat dari jumlah populasi itik yang
cenderung mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1.

1.200.000
1.000.000
800.000
600.000
400.000
200.000
-
2007 2008 2009 2010 2011
Ayam Ras Pedaging
(.000 ekor) 891.659 902.052 1.026.379 986.872 1.041.968

Ayam Buras (.000 ekor) 272.251 243.432 249.963 257.544 274.893


Ayam Ras Petelur (.000
ekor) 111.489 107.955 111.418 105.201 110.300

Itik (.000 ekor) 35.867 39.840 40.676 44.302 49.392

Sumber: Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012


Gambar 1. Grafik ternak Unggas Tahun 2007-2011

Itik mempunyai keunggulan tersendiri sebagai unggas penghasil telur


dibandingkan ayam. Kelebihan dari ternak ini adalah itik lebih tahan penyakit
dibandingkan dengan ayam ras sehingga pemeliharaannya mudah dan tidak
mengandung banyak resiko.

2
Telur dan daging masih menjadi produk utama dari usaha ternak itik.
Sampai saat ini telur dan daging itik banyak dimanfaatkan sebagai salah satu
sumber protein karena harganya murah. Bagi masyarakat menengah ke bawah,
telur dan daging itik merupakan alternatif terbaik untuk memenuhi kebutuhan
pangan. Permintaan akan itik juga mengalami peningkatan. Hal tersebut tentunya
berpengaruh langsung terhadap peningkatan produksi itik. Berdasarkan data yang
dipublikasikan oleh Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan pada
Tabel 2 dan 3 menunjukkan bahwa tingkat produksi daging dan telur itik
mengalami peningkatan.

Tabel 2. Produksi Daging Itik Tahun 2008 – 2011


tahun (ton)
Provinsi
2007 2008 2009 2010 2011
Jawa Barat 4,093 4,987 5,131 6,183 7,430
Jawa Tengah 3,096 3,029 3,180 3,081 3,434
Jawa Timur 1,423 1,443 2,098 1,906 1,914
Banten 21,155 3,746 3,358 3,490 3,627
DKI Jakarta 3,504 3,504 2,909 2,962 3,315
Indonesia 44,105 30,980 25,782 25,999 29,180
Sumber: Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012 (diolah)

Tabel 3. Produksi Telur Itik Tahun 2008 – 20011


tahun (ton)
Provinsi
2007 2008 2009 2010 2011
Jawa Barat 42,726 43,822 53,560 64,540 77,561
Jawa Tengah 29,601 25,051 40,474 34,846 35,194
Jawa Timur 17,302 17,542 25,502 25,892 26,515
Kalimantan 20,349 24,178 24,938 27,734 29,733
Selatan
Sulawesi 10,186 13,261 15,129 16,610 18,945
Selatan
Indonesia 207,535 200,969 236,427 245,038 265,789
Sumber: Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012 (diolah)

3
Masih rendahnya produksi daging itik dan masih terfokusnya usaha ternak
itik untuk menghasilkan telur sementara permintaan daging itik diperkirakan terus
meningkat, dapat menjadi peluang bagi peternak untuk mengembangkan usaha
ternak itik pedaging. Namun usaha ternak itik pedaging ini haruslah didahului
dengan adanya usaha pemenuhan bahan baku dalam melakukan usaha pembesaran
itik, yaitu berupa DOD (Day Old Duck). Pembibitan itik merupakan subsistem
agribisnis hulu dalam usaha peternakan itik.

Tabel 4. Analisis Pemenuhan Kebutuhan Bibit Itik Tahun 2008 – 2010


Tahun
No Uraian
2008 2009 2010
1 Populasi (juta ekor) 49.0 53.0 65.0
2 Daging itik lokal (ribu ton)
 Kebutuhan 13.5 13.9 14.3
 Pemenuhan 13.5 13.9 14.3
3 Telur itik lokal (ribu ton)
 Kebutuhan 174.0 184.0 193.0
 Pemenuhan 174.0 184.0 193.0
4 DOD itik lokal (ribu ton)
 Kekurangan kelebihan (7.0) (0.3) 3.1
untuk daging
 Kekurangan untuk telur (17.0) (7.0) (4.0)
 Jumlah kekurangan (24.0) (7.3) (0.9)
5 Jumlah Penduduk (juta jiwa) 226.8 229.4 232.0
Sumber: Ditjennak 2011

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4, terdapat kekurangan bibit itik


pada tahun 2008, namun kekurangan bibit tersebut turun pada tahun 2009 dan
2010. Hal tersebut terjadi karena adanya pengaturan penggunaan populasi itik
untuk penyediaan bibit (DOD). Populasi itik ini bila diatur dengan baik
menggunakan prinsip-prinsip pembibitan, maka diperkirakan permintaan daging
dan telur itik terpenuhi dan populasi tumbuh sesuai dengan target.

4
Mengenai penyebarannya, usaha ternak itik di Indonesia tersebar di
hampir seluruh provinsi dengan sentra itik terbesar nasional berada di Provinsi
Jawa Barat. Populasi itik di Jawa Barat pada tahun 2011 mencapai 11.862.599
ekor atau sekitar 24 persen dari populasi nasional. Jawa Barat, Jawa Tengah,
Kalimantan Selatan, Jawa Timur, dan Sulawesi Barat merupakan lima provinsi
dengan populasi itik terbesar yang jumlahnya mencapai lebih dari 50 persen
populasi nasional (Ditjennak 2012).

Tabel 5. Populasi Itik Tahun 2007-2011


Tahun (ekor)
Provinsi
2007 2008 2009 2010 2011
Jawa Barat 6.534.753 7.962.095 8.191.708 9.871.091 11.862.599
Jawa tengah 4,541,807 4,530,868 4,848,263 5,006,163 5,551,814
Kalimantan 3,771,176 4,137,949 4,158,452 4,354,121 4,605,310
Selatan
Jawa Timur 2,464,623 4,344,838 3,632,813 3,688,275 3,746,676
Sulawesi 1,799,266 1,871,992 2,127,371 2,516,539 3,611,379
Barat
Indonesia 35,866,833 39,839,520 40,675,995 44,301,805 49,391,628
Sumber: Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan 2012 (diolah)

Kabupaten Bogor dapat dikatakan belum menjadikan itik sebagai


komoditas ternak unggulan penghasil daging meskipun berada di Provinsi Jawa
Barat yang merupakan sentra itik terbesar. Berdasarkan data Disnakan Kabupaten
Bogor (2011), produksi daging itik di Kabupaten Bogor menunjukan angka yang
masih rendah dibandingkan dengan produksi daging ternak lainnya. Produksi
daging itik di Kabupaten Bogor yang rendah menyebabkan kontribusi daging itik
terhadap produksi daging Kabupaten Bogor juga rendah. Pada tahun 2009
produksi daging itik di Kabupaten Bogor sebesar 83,721 ton dengan kontribusi
sebesar 0,1 persen terhadap produksi daging di Kabupaten Bogor. Pada tahun
2010 mengalami peningkatan produksi daging menjadi 85,462 ton namun
kontribusi terhadap produksi daging Kabupaten Bogor justru turun menjadi hanya

5
0,09 persen. Jumlah produksi daging itik di Kabupaten Bogor jauh lebih rendah
dibandingkan dengan produksi daging ternak lainnya seperti sapi, kambing,
domba, dan ayam.

Tabel 6. Produksi dan Kontribusi Daging Ternak di Kabupaten Bogor Tahun


2009 – 2010
No Jenis 2009 Kontribusi 2010 Kontribusi R
Daging (ton) (%) (ton) (%) (%)
1 Sapi 11.153.409 12,75 10.790.992 11,39 -3,25
2 Kerbau 238.800 0,27 262.268 0,28 9,83
3 Kambing 796.475 0,91 869.807 0,92 9,21
4 Domba 2.700.532 3,09 3.183.134 3,36 17,87
5 Ayam Ras 71.540.084 81,81 78.340.100 82,68 9,51
6 Ayam Buras 934.193 1,07 1.220.336 1,29 30,63
7 Itik 83.721 0,10 85.462 0,09 2,08
Jumlah 87.447.214 100,00 94.752.099 100,00 8,35
Sumber: Disnakan Kabupaten Bogor 2011 (diolah)

Produksi daging itik yang rendah dibandingkan dengan produksi daging


ternak lainnya mengindikasikan peternak yang mengusahakan ternak itik
pedaging di Kabupaten Bogor masih rendah. Namun kondisi ini dapat menjadi
peluang bagi peternak untuk melakukan usaha mulai dari pembibitan hingga
pembesaran itik. Pengembangan usaha ternak itik ini cukup terbuka, baik untuk
pasar dalam negeri maupun ekspor.
Indonesia memiliki keanekaragaman itik lokal yang mempunyai
keunggulan adaptasi dan produksi tinggi1. Berdasarkan argumen di atas bisa
dimengerti bahwa banyak pelaku usaha yang melihat pengembangan usaha itik
sebagai bidang yang perlu dimasuki.

1
Stusi Kelayakan Bisnis Itik. http://caedw.blogspot.com [Maret 2012]

6
Sejalan dengan ide pengembangan usaha analisis kelayakan finansial
menjadi bagian yang penting. Analisis kelayakan adalah upaya penilaian atas
proyek yang didasarkan pada apakah proyek tersebut nantinya secara finansial
menguntungkan atau tidak. Dengan diketahui layak atau tidaknya usaha tersebut
maka membantu pengembangan dan perencanaan usaha di masa mendatang. Studi
kelayakan finansialnya agar dapat diteliti secara ilmiah dan detail mencakup
kriteria Pay Back Period (PBP), Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return
(IRR), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), dan Break Even Point (BEP).Selain itu
diperlukan pula analisis kelayakan non finansial yang akan mengkaji kelayakan
usaha dari berbagai aspek seperti asper pasar, aspek teknis, aspek menajemen,
aspek hukum, dan aspek sosial, ekonomi, dan budaya, serta aspek lingkungan.
Adanya peluang bisnis usaha pembibitan itik di Kecamatan Rumpin
Kabupaten Bogor menjadikan daya tarik investor untuk berinvestasi. Pemilik CV.
Usaha Unggas adalah salah seorang yang mampu membaca peluang bisnis
tersebut dengan mendirikan peternakan yang khusus memelihara unggas, dengan
salah satu bisnisnya di bidang pembibitan itik. Peternakan ini terletak di
Kecamatan Rumpin yang merupakan salah satu daerah sentra peternakan unggas.
Dengan hadirnya usaha CV. Usaha Unggas, diharapkan tidak hanya
menguntungkan bagi peternaknya sendiri, tetapi juga memiliki manfaat bagi
masyarakat sekitar dan sebagai pemasukan pendapatan pemerintah daerah
setempat.

1.2. Perumusan Masalah


Salah satu produsen unggas di Jawa Barat adalah CV. Usaha Unggas. CV.
Usaha Unggas ini memproduksi ayam arab (ayam kampung petelur), ayam arab
siap telur, DOC ayam kampung jawa, DOC ayam broiler, DOD bebek jantan dan
betina mojosari, DOD bebek peking, DOD tiktok, DOD entok, pakan ternak, telur
ayam kampung merah, telur ayam kampung, dll. Khusus untuk peternakan itiknya
sendiri, CV. Usaha Unggas berlokasi di Kampung Demplot, Desa Mekar Sari,
Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor.

CV. Usaha Unggas merupakan salah satu perusahaan peternakan yang


bergerak dalam bidang usaha pembibitan itik . Usaha pembibitan itik ini memulai
prosesnya dengan pemeliharaan itik petelur. Lalu itik tersebut dikawinkan dan

7
telur yang diproduksi ditetaskan dengan menggunakan mesin tetas. Akhir dari
kegiatan ini yaitu menghasilkan produk utama berupa DOD (Day Old Duck).
Usaha dijalankan selama umur bisnis yang disesuaikan dengan umur ekonomis
kandang yaitu selama enam tahun.
Sejarah dimulainya usaha dibidang pembibitan itik ini berawal dari adanya
informasi mengenai permintaan itik yang tinggi. Permintaan daging itik di pasaran
cukup tinggi, tetapi sumber pasokan daging saat ini sebagian besar merupakan itik
afkir, sehingga pedagang kekurangan stok dan akhirnya memotong itik betina
yang masih produktif. Belum terpenuhinya permintaan pasar untuk menyuplai itik
adalah salah satu alasan pemilik memulai usaha itik. Selain peluang pasar yang
besar, jumlah kompetitor juga tidak terlalu banyak pada daerah Jabodetabek.
Namun dari sisi peternakan pembesaran juga terdapat kekurangan pasokan
bahan baku utama pembesaran itik, yaitu DOD. Pemilik pun mencoba merambah
bisnis pembibitan DOD. Permintaan dari restoran di Jakarta mencapai 100 ekor
itik per hari dari satu restoran. Dan untuk permintaan pasar, satu lapak
membutuhkan 100 ekor per hari, sedangkan jumlah lapak di satu pasar jumlahnya
mencapai 48 lapak. Hal ini menyebabkan pengusaha yang bergerak dibidang
pembesaran itik mencari sumber bahan baku untuk itik yang akan dibesarkan.
Adanya gap antara permintaan dan penawaran yang terdapat di pasar menjadikan
usaha ini menjadi sebuah peluang usaha yang baik.
Sebagaimana suatu proyek atau bisnis yang dibangun dan telah
menghabiskan biaya investasi yang cukup besar, CV. Usaha Unggas diharapkan
dapat mendatangkan manfaat yang lebih besar daripada biaya yang
dikeluarkannya. Gambaran mengenai biaya dan manfaat dapat diketahui melalui
cash flow perusahaan dari hasil studi kelayakan usaha.
Studi kelayakan usaha perlu dilakukan pada CV. Usaha Unggas baik dari
aspek non finansial maupun finansial. Hal itu untuk memastikan bahwa usaha
pembibitan itik layak untuk dijalankan dan mengetahui tingkat kelayakan dari
usaha pembibitan itik pedaging tersebut.
Adanya permasalahan yang dihadapi seperti tidak selalu habisnya stok
DOD yang ditawarkan pada saat-saat tertentu membuat CV. Usaha Unggas ini

8
juga merintis usaha pembesaran itik. Hal ini dilakukan karena jika sewaktu-waktu
DOD tidak terjual, maka DOD itu akan dibesarkan sendiri.
CV. Usaha Unggas tidak terlepas dari lingkungan bisnis yang senantiasa
berubah. Terdapat beberapa ketidakpastian yang memungkinkan terjadinya
perubahan-perubahan yang akan mempengaruhi kelayakan usaha pembesaran itik
pedaging. Setidaknya peternakan dihadapkan pada adanya potensi peningkatan
harga pakan pur, dan penurunan harga jual DOD. Adanya potensi perubahan dari
variabel input dan output tersebut di atas dapat mempengaruhi kelayakan usaha
dari aspek finansial. Oleh karena itu, perlu dilakukan analisis switching value
untuk melihat kepekaan (sensitivitas) usaha pembibitan itik pada CV. Usaha
Unggas dari adanya kemungkinan perubahan-perubahan pada variabel input dan
output produksi. Analisis kepekaan (sensitivitas) tepat dilakukan pada CV. Usaha
Unggas mengingat peternakan ini telah lumayan lama didirikan sehingga
perusahaan telah mengalami adanya perubahan harga pakan pur, dan harga bibit.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan yang dikaji
dalam penelitian ini antara lain:
1. Bagaimana kelayakan usaha pembibitan itik yang dilakukan CV.
Usaha Unggas dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek
manajemen, aspek hukum, aspek sosial ekonomi dan budaya, serta
aspek lingkungan?
2. Bagaimana kelayakan finansial usaha pembibitan itik pada CV. Usaha
Unggas?
3. Bagaimana tingkat kepekaan kelayakan usaha apabila terjadi
perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan
biaya?

1.3. Tujuan Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah tersebut, maka
penelitian ini bertujuan untuk:
1. Menganalisis kelayakan usaha pembibitan itik yang dilakukan CV.
Usaha Unggas dilihat dari aspek pasar, aspek teknis, aspek

9
manajemen, aspek hukum, aspek sosial ekonomi dan budaya, serta
aspek lingkungan.
2. Menganalisis kelayakan finansial usaha pembibitan itik yang akan
dilakukan CV. Usaha Unggas.
3. Menganalisis tingkat kepekaan kelayakan usaha apabila terjadi
perubahan pada faktor-faktor yang dapat mempengaruhi manfaat dan
biaya dari usaha tersebut.

1.4. Manfaat Penelitian


Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pihak investor, sebagai
pemilik modal yang memiliki kepentingan langsung tentang keuntungan yang
akan diperoleh serta jaminan keselamatan atas modal yang ditanamkannya; bagi
pihak kreditor, dimana dari pihak ini dana bisa dipinjamkan yang pada akhirnya
keputusan pemberian pinjaman dipertimbangkan setelah melakukan kajian ulang
studi kelayakan bisnis yang telah dibuat sebelumnya; bagi pihak manajemen
perusahaan, sebagai pihak yang memberikan kebijakan terhadap langkah
perencanaan dari studi kelayakan bisnis tersebut sebagai bentuk realisasi dari ide
proyek dalam rangka meningkatkan laba perusahaan; bagi pihak pemerintah dan
masyarakat, ini disebabkan karena adanya kebijakan pemerintah yang akan
mempengaruhi kebijakan perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung
terkait prioritas pemerintah sebagai unsur pendukung rencana yang akan
dijalankan. Bagi mahasiswa dan kalangan akademisi, diharapkan penelitian
penelitian ini dapat memberikan pengetahuan mengenai pengembangan
pembibitan itik dan kelayakannya, serta dapat menjadi referensi untuk penelitian
selanjutnya. Bagi pembaca, diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai
referensi atau rujukan ketika terjun ke dunia usaha atau pemilihan bisnis dalam
pengambilan keputusan.

10
II. TINJAUAN PUSTAKA

Studi kelayakan usaha adalah suatu penelitian tentang layak atau tidaknya
suatu usaha dilakukan dengan menguntungkan secara terus menerus. Studi
kelayakan sangat diperlukan oleh banyak kalangan, khususnya terutama bagi para
investor yang selaku pemrakarsa, bank selaku pemberi kredit, dan pemerintah
yang memberikan fasilitas tata peraturan hukum dan perundang-undangan, yang
tentunya kepentingan semuanya itu berbeda satu sama lainya. Investor
berkepentingan dalam rangka untuk mengetahui tingkat keuntungan dari investasi,
bank berkepentingan untuk mengetahui tingkat keamanan kredit yang diberikan
dan kelancaran pengembaliannya, pemerintah lebih menitik-beratkan manfaat dari
investasi tersebut secara makro baik bagi perekonomian, pemerataan kesempatan
kerja, dan lain lain.
Beberapa alasan yang mendasar bagi kegiatan studi kelayakan adalah
alasan bahwa kondisi yang akan datang dipenuhi dengan ketidakpastian, maka
diperlukan pertimbangan-pertimbangan tertentu karena di dalam studi kelayakan
terdapat berbagai aspek yang harus dikaji dan diteliti kelayakannya sehingga hasil
daripada studi tersebut digunakan untuk memutuskan apakah sebaiknya proyek
atau bisnis layak dikerjakan atau ditunda atau bahkan dibatalkan. Hal ini
menunjukan bahwa dalam studi kelayakan akan melibatkan banyak tim dari
berbagai ahli yang sesuai dengan bidang atau aspek masing-masing seperti
ekonom, hukum, psikolog, akuntan, perekayasa teknologi dan lain sebagainya.
Studi kelayakan biasanya digolongkan menjadi dua bagian yang
berdasarkan pada orientasi yang diharapkan oleh suatu perusahaan yaitu
berdasarkan orientasi laba, yang dimaksud adalah studi yang menitik-beratkan
pada keuntungan yang secara ekonomis, dan orientasi tidak pada laba (social),
yang dimaksud adalah studi yang menitik-beratkan suatu proyek tersebut bisa
dijalankan dan dilaksanakan tanpa memikirkan nilai atau keuntungan ekonomis.
2.1. Usaha Ternak Itik
Saragih (1998), berpendapat bahwa dilihat dari pengusahaan, kegiatan
ekonomi berbasis peternakan dapat diselenggarakan oleh dua golongan
kepengusahaan, yaitu: (1) peternakan rakyat; dan (2) perusahaan peternakan.
Kemudian dari tingkat komersialisasinya usaha peternakan dikelompokkan
menjadi empat pola usaha yaitu: (1) usaha sampingan; (2) cabang usaha; (3) usaha
pokok; dan (4) industri peternakan.
Menurut Samosir (1983), dengan kebutuhan modal yang relatif kecil,
adanya pendapatan setiap hari, dan tidak adanya hambatan sosial budaya dalam
pemeliharaannya, merupakan beberapa hal yang menguntungkan ternak itik
dibandingkan dengan ternak besar. Sebagai sumber penghasil daging, itik
sebenarnya memiliki beberapa kelebihan dibandingkan dengan hewan ternak
lainnya. Menurut Williamson dan Payne (1993), itik memiliki sifat lebih mudah
beradaptasi dengan lingkungan karena tidak terpengaruh iklim, lebih mudah
dalam perawatan karena tidak rentan terhadap penyakit, pemeliharaannya lebih
organik, tidak memerlukan pakan khusus, dan modal yang diperlukan untuk
membuka usaha peternakan itik pun relatif kecil.
Telur dan daging itik merupakan komoditi ekspor yang dapat memberikan
keuntungan besar. Kebutuhan akan telur dan daging pasar internasional sangat
besar dan masih tidak seimbang dari persediaan yang ada. Hal ini dapat dilihat
bahwa baru dua negara Thailand dan Malaysia yang menjadi negara pengekspor
terbesar. Hingga saat ini budidaya itik masih merupakan komoditi yang menjanji
untuk dikembangkan secara intensif. Di Indonesia, ternak itik merupakan ternak
unggas penghasil telur yang cukup potensial disamping ayam.

2.1.1. Biologi Komoditi Itik


Menurut Suharno dan Amri (1995), itik menurut tipenya dikelompokkan
dalam tiga golongan, yaitu: (1) itik petelur seperti Indian Runner, Khaki
Campbell, Buff (Buff Orpington), dan CV 2000-INA; (2) itik pedaging seperti
Peking, Rouen, Aylesbury, Muscovy, dan Cayuga; dan (3) itik ornamental (itik
kesayangan/hobby) seperti East India, Call (Grey Call), Mandariun, Blue
Swedish, Crested, Wood.

12
Jenis bibit unggul yang diternakkan, khususnya di Indonesia ialah jenis itik
petelur seperti itik tegal, itik khaki campbell, itik alabio, itik mojosari, itik bali,
itik CV 2000-INA, dan itik-itik petelur unggul lainnya yang merupakan produk
dari BPT (Balai Penelitian Ternak) Ciawi, Bogor.

2.1.2. Output ternak itik


Menurut Yulidc (2011), terdapat beberapa bagian dari itik yang bisa
dipasarkan, yaitu:
1. Telur Itik
Telur berwarna hijau kebiru-biruan merupakan produk utama dari
peternak itik. Telur ini sebagian komoditas terbagi menjadi dua macam,
yaitu telur konsumsi dan telur tetas. Sebagai barang yang dikonsumsi, telur
itik banyak diperdagangkan baik dalam keadaan segar maupun olahan.
Telur asin merupakan salah satu bentuk olahan dari telur itik. Sebagai telur
tetas, peternak harus memelihara beberapa pejantan agar telur yang
dihasilkan dapat ditetaskan.
2. Bibit Itik
Bisnis dalam peternakan itik ternyata tidak hanya terbatas pada
telurnya saja. Dengan bermodalkan alat-alat penetasan (baik yang alami
maupun buatan, kita dapat menjadi produsen bibit anak itik (DOD)).
Harga jual bibit jauh lebih tinggi daripada harga telur itik, sekalipun itik
tersebut baru saja memecahkan kulit telur penyelubung dirinya. Harga
DOD bisa Rp 3.500,00 sampai Rp 6.500,00 per ekornya. Harga jual bibit
umur 2 minggu menjadi lebih menggiurkan lagi karena bisa mencapai Rp
10.000,00 per ekornya.
3. Itik Dara
Menjadi produsen itik dara juga memberi suatu peluang bisnis
yang menarik bagi peternak itik. Itik dara yang berumur 4-6 bulan yang
siap bertelur paling banyak dicari peternak itik. Harga jual itik dara juga
cukup tinggi, diawal tahun 2011 harganya mencapai Rp 35.000,00 per
ekor.

13
4. Itik Pedaging
Daging itik merupakan makanan yang lezat cita rasanya jika yang
memasak cukup berpengalaman. Selain itu, kandungan gizinya juga setara
dengan daging ayam dan ternak lainnya. Pada penetasan itik, selalu
ditemukan 50 persen jantan. Oleh karena itu, bila itik jantan yang 50
persen ini dimanfaatkan secara optimal sebagai penghasil daging, tentu
akan lebih menguntungkan lagi.
5. Bulu Itik
Bulu itik yang halus bisa menjadi salah satu mata dagang ekspor
yang dapat menghasilkan devisa yang cukup baik. Bulu itik juga
dibutuhkan untuk campuran pakan ternak. Selain itu, bulu itik biasanya
dimanfaatkan sebagai pengisi mainan anak, bantal, mantel, dan lain-lain.
6. Faeces (Kotoran)
Kotoran itik dapat mendatangkan keuntungan karena dapat
digunakan sebagai pupuk. Berdasarkan analisa kimia, setiap ton kotoran
itik memberi hasil 22 lbs (9,99 kg) Nitrogen (N), 29 lbs (13,17 kg) Asam
Fasfat, dan 10 lbs (4,54 kg) Potash (K).2

2.2. Teknis Budidaya


Kunci keberhasilan usaha produksi ternak itik terletak pada pelaksanaan
program tata laksana pemeliharaan itik sampai umur 22 minggu. Kesalahan nutrisi
pada masa pertumbuhan ini bisa menyebabkan itik terlambat mencapai
kedewasaan kelamin sehingga itik tidak bisa berproduksi pada umur yang
diharapkan. Dalam usaha ternak itik secara intensif, ada tiga evaluasi pokok yang
memiliki andil keberhasilan yakni : (1) bibit itik; karakteristik ekonominya dalam
menunjang keberhasilan usaha adalah 20 persen; (2) makanan itik; dalam
menunjang keberhasilan usaha mempunyai andil sebesar 30 persen; dan (3) tata
laksana pemeliharaan, termasuk kandang, cara pemeliharaan dan keterampilan,
memegang peranan paling besar yakni 50 persen.3

2
Yulidc. 2011. Budidaya Ternak Itik Tanpa Air. http://www.perpuskita.com [Februari 2012]
3
Eniza Saleh.2004. Pengelolaan Ternak Itik di Pekarangan Rumah. http://librari.usu.ac.id
[Februari 2012]

14
2.2.1. Pembibitan
Ternak itik yang dipelihara harus benar-benar merupakan ternak unggul
yang telah diuji keunggulannya dalam memproduksi hasil ternak yang diharapkan.
Menurut Suharno dan Amri (1995), dalam pemilihan bibit terdapat tiga cara untuk
memperoleh bibit itik yang baik adalah sebagai berikut : (1) membeli telur tetas
dari induk itik yang dijamin keunggulannya; (2) memelihara induk itik yaitu
pejantan ditambah betina itik unggul untuk mendapatkan telur tetas kemudian
meletakannya pada mentok, ayam atau mesin tetas, (3) membeli DOD (Day Old
Duck) dari pembibitan yang sudah dikenal mutunya maupun yang telah mendapat
rekomendasi dari dinas peternakan setempat. Ciri DOD yang baik adalah tidak
cacat (tidak sakit) dengan warna bulu kuning mengkilap.

2.2.2. Pemeliharaan
Menurut Suharno dan Amri (1995), dalam pemeliharaan itik ada beberapa
hal yang harus diperhatikan, yaitu: (1) sanitasi dan tindakan preventif, sanitasi
kandang mutlak diperlukan dalam pemeliharaan itik dan tindakan preventif
(pencegahan penyakit) perlu diperhatikan sejak dini untuk mewaspadai timbulnya
penyakit; (2) pengontrol penyakit, dilakukan setiap saat dan secara hati-hati serta
menyeluruh. Cacat dan tangani secara serius bila ada tanda-tanda kurang sehat
pada itik; dan (3) pemberian pakan, pemberian pakan itik tersebut dalam tiga fase,
yaitu fase stater (umur 0–8 minggu), fase grower (umur 8–18 minggu), dan fase
layar (umur 18–27 minggu). Pakan ketiga fase tersebut berupa pakan jadi dari
pabrik (secara praktisnya) dengan kode masing-masing fase.

2.2.3. Pakan
Pakan alternatif yang diberikan dapat terdiri dari bahan baku yang
ditambah konsentrat (campuran bahan-bahan yang berkadar protein tinggi, tetapi
berenergi rendah). Bahan pakan yang dapat dipilih antara lain dedak/bekatul,
jagung tepung ikan, bungkil kedelai, bungkil kelapa, ampas tahu, daging
kelapa/kopra, sargum, dan menir.

15
2.3. Biaya
Lipsey et al. (1995), mendefinisikan biaya atau pengeluaran adalah nilai
input yang dikeluarkan untuk memproduksi output. Biaya mencakup suatu
pengukuran nilai sumberdaya yang harus dikorbankan sebagai akibat dari
aktivitas-aktivitas yang bertujuan mencari keuntungan. Berdasarkan volume
kegiatan, biaya dibedakan atas biaya tetap dan biaya variabel. Biaya variabel
adalah biaya yang jumlah totalnya berubah-ubah sebanding dengan perubahan
volume kegiatan (Boediono 1998).
Murtidjo (1999), menyatakan bahwa biaya-biaya dalam usaha ternak itik
antara lain: (1) biaya tetap, terdiri dari biaya tanah (pajak usaha, pajak bumi dan
bangunan, iuran koperasi, sewa, taksiran biaya penggunaan tanah milik sendiri),
biaya sarana produksi tahan lama (kandang itik, peralatan kandang, kantor dan
gudang, peralatan kantor dan gudang, ternak itik), biaya sarana produksi rutin
bulanan (upah tenaga kerja, biaya listrik); dan (2) biaya tidak tetap, terdiri dari
biaya jasa (persentase upah jasa pemasaran produksi), biaya obat-obatan dan
vaksin, biaya makanan ternak dan biaya kerusakan produksi (biaya kerusakan
telur dan lain-lain).

2.4. Penerimaan
Samuelsen dan Nordhaus (1996), menyatakan bahwa penerimaan adalah
harga dikalikan dengan kuantitas atau total hasil penjualan. Soekartawi et al.
(1986), mendefinisikan penerimaan adalah : (1) penerimaan tunai, yaitu nilai uang
yang diterima dari penjualan produk; dan (2) penerimaan kotor, yaitu produk total
usaha dalam jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun tidak dijual.

2.5. Penelitian Terdahulu yang Relevan


Penelitian mengenai studi kelayakan sudah banyak dilakukan oleh
beberapa peneliti sebelumnya. Namun jenis proyek yang diteliti berbeda. Andi
Crhistiawan (2002), melakukan penelitian mengenai analisis kemitraan dan
kelayakan finansial usaha peternakan ayam potong peternak plasma PT. Mitra
Asih Abadi Purwokerto. Cakupan penelitian dalam analisis kelayakan usaha
peternakan ayam potong secara finansial terbagi menjadi dua skala besar dan
skala kecil. Secara finansial usaha peternakan usaha ayam potong skala besar dan

16
skala kecil layak untuk diusahakan. Pada analisis finansial skala besar diperoleh
nilai NPV sebesar 323.106 juta, Net B/C 12,08 dan IRR 240,78 persen.
Sedangkan analisis finansial untuk skala kecil diperoleh NPV sebesar 38.079 juta,
Net B/C 3,49 dan IRR 75,03 persen. Hasil analisis payback period, usaha
peternakan ayam potong skala besar dapat mengembalikan biaya investasi dalam
waktu lima bulan, sedangkan skala kecil dalam waktu dua tahun enam bulan.
Berdasarkan kriteria kelayakan tersebut, dimana NPV bernilai positif, Net B/C
lebih besar dari satu dan IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku (16,5
persen), maka secara finansial usaha peternakan ayam potong skala besar dan
skala kecil layak untuk diusahakan.
Laeli Komalasari (2008), meneliti tentang Kelayakan Finansial Peternakan
Ayam Broiler Terpadu. Penelitian ini adalah menganalisis kelayakan finansial
peternakan ayam broiler terpadu pada kapasitas 10.000 dan 25.000 ekor. Hasil
analisis kelayakan finansial dan analisis switching value dapat disimpulkan bahwa
peternakan ayam broiler terpadu pada skala 10.000 ekor tidak layak diusahakan.
Dengan meningkatkan skala usaha menjadi 25.000 ekor maka usaha menjadi
layak. Peningkatan nilai indikator kelayakan finansial dari 10.000 menjadi 25.000
ekor cukup besar. Artinya bila usaha peternakan ayam broiler dilakukan secara
integrasi dengan skala usaha yang relatif besar maka usaha semakin layak secara
finansial dibandingkan bila usaha peternakan ayam broiler saja.
Hasil analisis kelayakan diperoleh nilai NPV sebesar Rp 1.1481.498.164,
Net B/C lebih besar dari satu yaitu 1,59 dan IRR sebesar 30,60 persen. Jangka
waktu pengembalian investasi selama tiga tahun dua bulan 12 hari. Dari analisis
kelayakan finansial maka peternakan ayam broiler terpadu merupakan model
terbaik untuk diterapkan, dan untuk usaha tersebut diperlukan modal awal sebesar
Rp 2.854.611.767. Kombinasi usaha antara pabrik pakan dan peternakan ayam
broiler dengan kapasitas 25.000 ekor layak untuk diusahakan. Analisis switching
value menunjukkan bahwa batas maksimum penurunan harga jual ayam broiler
yang dapat membuat usaha tetap layak sebesar 11,08 persen dan kenaikan harga
DOC maksimal 62,73 persen.
Indriani Ikapertiwi Kusumawardani (2010), melakukan analisis kelayakan
finansial usaha peternakan ayam broiler. Analisis data dilakukan dengan

17
menggunakan analisis kelayakan finansial (Net Present Value), Benefit Cost
Ratio, Internal Rate of Return dan Pay Back Periode serta analisis sensitivitas
terhadap perubahan tingkat harga, baik tingkat harga input maupun tingkat harga
output. Hasil perhitungan kelayakan finansial pada peternakan X didapatkan
usaha peternakan X selama 10 tahun ke depan yaitu 2007 – 2017 menunjukkan
bahwa dengan menggunakan tingkat suku bunga deposito 7,00 persen maka
didapatkan nilai NPV yang positif, yaitu sebesar Rp. 752.504.929,86. Nilai BCR
sebesar 1,04. Nilai IRR yang didapat dari hasil perhitungan adalah 27,58 persen
dengan Pay Back Period tiga tahun delapan bulan. Berdasarkan kriteria
kelayakan, dimana NPV bernilai positif, BCR lebih dari satu dan IRR lebih besar
dari tingkat suku bunga yang berlaku, maka secara finansial usaha peternakan X
layak untuk dijalankan.
Hasil sensitivitas menunjukkan bahwa usaha peternakan X rentan terhadap
perubahan harga. Hasil analisis switching value peningkatan harga DOC sampai
dengan 28,71 persen masih dinyatakan layak dan akan menjadi tidak layak jika
kenaikan harga DOC lebih dari 28,71 persen, analisis switching value peningkatan
harga pakan akan menjadikan usaha peternakan X tidak layak pada peningkatan
harga pakan lebih dari 10,31 persen dan analisis switching value penurunan harga
jual ayam broiler lebih dari 4,40 persen akan menyebabkan usaha peternakan X
menjadi tidak layak dan mengalami kerugian.
Mulatsih et al. (2010), melakukan penelitian mengenai intensifikasi usaha
peternakan itik petelur dalam rangka peningkatan pendapatan rumah tangga
pinggir kota. Salah satu tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
kelayakan usaha ternak itik secara intensif. Analisis keuntungan dilakukan pada
dua kategori yaitu pemeliharaan mulai dari DOD (kategori I) dan pemeliharaan
mulai dari itik dara (kategori II). Selama periode usaha 10 tahun dan dengan biaya
investasi sebesar Rp 11.550.000,00 (kategori I) dan Rp 47.050.000,00 (kategori
II), NPV yang diperoleh sebesar Rp 19.695.093,00 (kategori I) dan Rp
179.405.378,00 (kategori II). Nilai Net B/C pada kategori I sebesar 1,42 dan
kategori II sebesar 5,94. Nilai IRR pada periode yang sama kategori I sebesar
34,76 persen dan kategori II sebesar 159 persen. Nilai Payback period pada
kategori I selama dua tahun tujuh bulan dan kategori II selama 8 bulan. Secara

18
umum usaha peternakan itik tersebut layak untuk dilaksanakan dari aspek
finansial. Penelitian Mulatsih et al. (2010) tidak meneliti mengenai aspek non
finansial dan analisis nilai pengganti.
Penilitian yang dilakukan identik dengan penelitian yang dilakukan oleh
Indriani Ikapertiwi Kusumawardani (2010), mengenai analisis kelayakan finansial
usaha peternakan ayam broiler. Namun peneliti juga meneliti tentang kelayakan
usaha dari aspek non finansial.
Terdapat beberapa kesamaan dengan penelitian terdahulu dengan topik
kelayakan usaha ternak non itik misalnya ayam terutama dalam hal topik
penelitian yakni kelayakan usaha ternak, mengambil kasus pada perusahaan
peternakan. Selain itu, persamaan penelitian analisis kelayakan usaha pembibitan
itik Pada CV. Usaha Unggas dengan keempat penelitian sebelumnya adalah
adanya persamaan alat analisis untuk menentukan kelayakan non-finansial dan
finansial. Alat analisis kelayakan finansial adalah NPV (Net Present Value), IRR
(Internal Rate of Return), Net B/C (Net Benefit-Cost Rasio) dan PBP (Payback
Period). Untuk aspek nilai kelayakan non-finansial digunakan pembahasan dari
aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, serta aspek sosial dan lingkungan.
Sedangkan perbedaan analisis kelayakan usaha pembibitan itik pada CV.
Usaha Unggas dengan kelima penelitian sebelumnya yaitu, pada penelitian ini,
dianalisis mengenai kelayakan pembibitan itik yang bukan merupakan sebuah
proyek lagi, namun merupakan sebuah usaha yang telah dijalankan selama
beberapa tahun yang berlokasi di Kampung Demplot, Desa Mekar Sari,
Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jadi analisis kebekaan yang
dilakukan pun dilakukan karena telah terdapat pengalanan akan perubahan harga
yang terjadi. Selain itu belum adanya penelitian terdahulu mengenai kelayakan
usaha pada perusahaan ini. Dilihat dari waktu, tempat penelitian, dan
kompleksitas permasalahannya penelitian ini memiliki perbedaan dengan
penelitian terdahulu.

19
III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

3.1.1. Studi Kelayakan Bisnis


Bisnis adalah kegiatan yang dilakukan oleh individu dan sekelompok
orang (organisasi) yang menciptakan nilai (create value) melalui penciptaan
barang dan jasa (create of good and service) untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dan memperoleh keuntungan melalui transaksi. Bisnis sebagai suatu
sistem yang memproduksi barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan
masyarakat (bussinessis then simply a system that produces goods and service to
satisfy the needs of our society) (Huat 1990)4.
Menurut Brown dan Petrello (1976), bisnis ialah suatu lembaga yang
menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh masyarakat 5. Apabila
kebutuhan masyarakat meningkat, maka lembaga bisnis pun akan meningkat pula
perkembangannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut, sambil memperoleh laba
(Business is an institution which produces goods and services demanded by
people). Griffin dan Ebert (1996) mengatakan, “Business is an organization that
provides goods or services in order toearn provit”6. Sejalan dengan definisi
tersebut, aktifitas bisnis melalui penyediaan barang dan jasa bertujuan untuk
menghasilkan profit (laba). Suatu perusahaan dikatakan menghasilkan laba
apabila total penerimaan pada suatu periode (Total Revenues) lebih besar dari total
biaya (Total Costs) pada periode yang sama. Laba merupakan daya tarik utama
untuk melakukan kegiatan bisnis, sehingga melalui laba pelaku bisnis dapat
mengembangkan skala usahanya untuk meningkatkan laba yang lebih besar.
Setiap bisnis atau perusahaan berusaha mengolah bahan untuk dijadikan
produk yang diperlukan oleh konsumen produk dapat berupa barang atau jasa.
Tujuan perusahaan membuat produk adalah untuk mendapatkan laba, yakni
imbalan yang diperoleh perusahaan dari penyediaan suatu produk bagi konsumen.

4
Novianto. 2009. Konsep dan Fungsi Bisnis. http://tris.staff.gunadarma.ac.id [Maret 2012]
5
Ahmad Buldani. 2010. Pengertian Bisnis. http://abuligious.blogspot.com [Februari 2012]
6
Novianto. 2009. Konsep dan Fungsi Bisnis. http://tris.staff.gunadarma.ac.id [Maret 2012]
Analisis bisnis adalah suatu metode untuk menentukan pilihan berbagai
penggunaan yang kompetitif dari sumberdaya-sumberdaya dengan cara sederhana.
Pada dasarnya analisis bisnis adalah menaksir manfaat dan biaya suatu usaha serta
merumuskannya menjadi alat ukur yang berlaku umum. Menurut Kasmir dan
Jakfar (2007), Studi Kelayakan Bisnis merupakan suatu kegiatan yang
mempelajari secara mendalam tentang suatu usaha atau bisnis yang akan
dijalankan, dalam rangka menentukan layak atau tidaknya usaha tersebut
dijalankan. Kelayakan artinya penelitian yang dilakukan secara mendalam
tersebut dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang sedang atau akan
dijalankan tersebut dilakukan untuk menentukan apakah usaha yang sedang atau
akan dijalankan akan memberikan manfaat yang lebih besar dibandingkan dengan
biaya yang dikeluarkan sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
Menurut Kadariah et al (1978), adapun tujuan analisis kegiatan usaha
adalah: (1) menghindari keuntungan yang dicapai dari investasi suatu usaha; (2)
menghindari pemborosan sumberdaya dengan tidak melaksanakan usaha yang
tidak menguntungkan; (3) mengadakan penilaian terhadap peluang investasi yang
ada, sehingga dapat dipilih alternatif usaha yang paling menguntungkan; dan (4)
menentukan prioritas usaha.
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), suatu usaha dapat berhasil
apabila memenuhi kriteria manfaat investasi sebagai berikut: (1) manfaat
ekonomis terhadap usaha itu sendiri; (2) manfaat bagi negara tempat usaha itu
dilaksanakan; dan (3) manfaat sosial tersebut bagi masyarakat di sekitar tempat
usaha.
Dalam melakukan studi kelayakan perlu memperhatikan aspek-aspek yang
berkaitan secara seksama untuk menentukan bagaimana manfaat yang akan
diperoleh dari suatu investasi tertentu dan harus dipertimbangkan pada setiap
tahap dalam perencanaan usaha dan siklus pelaksanaan. Secara umum aspek-
aspek yang diteliti dalam studi kelayakan bisnis meliputi aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek soial ekonomi, aspek lingkungan,
dan aspek finansial.

21
1. Aspek Pasar
Berkaitan dengan adanya peluang pasar untuk suatu produk yang
akan di tawarkan oleh suatu proyek tersebut. Mencakup potensi pasar
(jumlah konsumen potensial, konsumen yang mempunyai keinginan atau
hasrat untuk membeli) dan perkembangan/ pertumbuhan penduduk (daya
beli dan pemasaran yang menyangkut tentang strategi yang digunakan
untuk meraih sebagian pasar potensial atau peluang pasar atau seberapa
besar pengaruh strategi tersebut dalam meraih besarnya market share)
2. Aspek Teknis
Aspek teknis yaitu analisa yang berhubungan dengan input proyek
(penyediaan) dan output (produksi) berupa barang dan jasa. Aspek teknis
memiliki pengaruh yang besar terhadap kelancaran jalannya usaha.
Evaluasi ini mempelajari kebutuhan-kebutuhan teknis proyek, seperti
karakteristik produk yang diusahakan, lokasi di mana proyek akan
didirikan dan sarana pendukungnya, serta layout bangunan yang dipilih
(Husnan dan Suwarsono 2000).
Dalam suatu usaha, hubungan aspek-aspek teknis sangat
menentukan keberhasilan usaha terutama keberhasilan proses produksi.
Masing-masing komponen dalam aspek teknis ini saling terkait satu sama
lain dan ketidaklayakan salah satu komponen akan mengganggu proses
produksi secara keseluruhan.
3. Aspek Manajemen
Aspek ini berhubungan dengan penetapan institusi atau lembaga
proyek yang harus mempertimbangkan struktur kelembagaan, pola sosial
dan budaya yang ada pada suatu daerah atau negara setempat. Aspek ini
meneliti sistem manajerial suatu usaha antara lain kesanggupan dan
keahlian staf dalam menangani masalah proyek. Evaluasi aspek
manajemen operasional bertujuan untuk menentukan secara efektif dan
efisien mengenai bentuk badan usaha yang dipilih, struktur organisasi
yang akan digunakan, jenis-jenis pekerjaan yang diperlukan agar usaha
tersebut dapat berjalan dengan lancar serta kebutuhan biaya gaji dan upah
tenaga kerja (Umar 2005).

22
4. Aspek Hukum
Berkaitan dengan keberadaan secara legal dimana proyek akan
dibangun yang meliputi ketentuan hukum yang berlaku termasuk
sertifikat, akte pendirian perusahaan dari notaris setempat PT/ CV atau
berbentuk badan hukum lainnya, NPWP, dan izin lainnya yang diperlukan
dalam menjalankan usaha. Suatu perusahaan yang layak, perlu memenuhi
persyaratan legalitas agar mempermudah hubungan ke luar perusahaan,
memiliki kekuatan hukum, diakui serta terikat kebijakan hukum yang berlaku.
5. Aspek Ekonomi dan Sosial
Berkaitan dengan dampak yang diberikan kepada masyarakat
karena adanya suatu proyek tersebut. Dari sudut ekonomi, apakah proyek
dapat mengubah atau justru mengurangi income per capita panduduk
setempat. Seperti seberapa besar tingkat pendapatan per kapita penduduk,
pendapatan nasional atau upah rata-rata tenaga kerja setempat atau UMR,
dll. Dari segi sosial, apakah dengan keberadaan proyek wilayah menjadi
semakin ramai, lalulintas semakin lancar, adanya jalur komunikasi,
penerangan listrik dan lainnya, pendidikan masyarakat setempat.
6. Aspek Finansial
Berkaitan dengan sumber dana yang akan diperoleh dan proyeksi
pengembaliannya dengan tingkat biaya modal dan sumber dana yang
bersangkutan. Menurut Gittinger (1986), aspek-aspek finansial dari
persiapan dan analisis usaha menerangkan pengaruh-pengaruh finansial
dari suatu usaha yang diusulkan terhadap para peserta.

3.1.2. Manfaat Studi Kelayakan Bisnis


Manfaatnya dalam studi adalah sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan, baik persetujuan ataupun penolakan terhadap kelayakan
suatu rencana bisnis yang akan direalisasikan sesuai dengan kepentingan pihak
yang terkait didalamnya.
Adapun pihak-pihak yang membutuhkan laporan studi kelayakan bisnis
adalah sebagai berikut: (1) pihak investor, investor adalah pemilik modal yang
memiliki kepentingan langsung tentang keuntungan yang akan diperoleh serta

23
jaminan keselamatan atas modal yang ditanamkannya; (2) pihak kreditor, dari
pihak ini dana bisa dipinjamkan yang pada akhirnya keputusan pemberian
pinjaman dipertimbangkan setelah melakukan kajian ulang studi kelayakan bisnis
yang telah dibuat sebelumnya; (3) pihak manajemen perusahaan, sebagai pihak
yang memberikan kebijakan terhadap langkah perencanaan dari studi kelayakan
bisnis tersebut sebagai bentuk realisasi dari ide proyek dalam rangka
meningkatkan laba perusahaan; (4) pihak pemerintah dan masyarakat, ini
disebabkan karena adanya kebijakan pemerintah yang akan mempengaruhi
kebijakan perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung terkait
prioritas pemerintah sebagai unsur pendukung rencana yang akan dijalankan; dan
(5) bagi tujuan pembangunan ekonomi, sebagai analisis manfaat yang akan
didapat dan biaya yang akan ditimbulkan oleh proyek terhadap perekonomian
nasional. Aspek-aspek yang perlu dianalisis untuk mengetahui biaya dan manfaat
tersebut antar lain ditinjau dari aspek kebijakan pemerintah, distribusi nilai
tambah pada seluruh masyarakat, nilai investasi per tenaga kerja, pengaruh sosial,
serta analisis kemanfaatan dan beban sosial.

3.1.3. Teori Biaya dan Manfaat


Dalam menganalisis suatu usaha tujuan analisis harus disretai dengan
defenisi biaya dan manfaat. Menurut Mulyadi (2001), biaya adalah pengorbanan
sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi, sedang
terjadi atau yang kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Biaya dapat
dibedakan sebagai berikut: (1) biaya modal, yaitu pengeluaran yang akan
memberikan manfaat/benefit pada periode akuntansi atau pengeluaran yang akan
dapat memberikan manfaat pada periode akuntansi yang akan datang; (2) biaya
operasional, yaitu kebutuhan dana yang diperlukan pada saat usaha mulai
dilaksanakan; dan (3) biaya lainnya seperti pajak, bunga, dan pinjaman
Manfaat adalah sesuatu yang dapat menimbulkan kontribusi terhadap suatu
bisnis. Manfaat (benefit) dapat dibedakan menjadi: (1) manfaat langsung (direct
benefit) yaitu manfaat yang diperoleh dari adanya kenaikan fisik dan atau dari
penurunan biaya; (2) manfaat tidak langsung (indirect benefit) yaitu manfaat yang
disebabkan adanya usaha tersebut dan biasanya dirasakan oleh orang-orang
tertentu dan masyarakat berupa adanya effect multiplier, skala ekonomi yang lebih

24
besar dan adanya perubahan produktifitas tenaga kerja disebabkan keahlian; dan
(3) manfaat yang tidak dapat dilihat dan sulit dinilai dengan uang (intangible
benefit) misalnya perbaikan pendapatan, peningkatan ketahanan nasional, dan
lain-lain.

3.1.4. Analisis Finansial


Menurut Husnan dan Sarwono (2000), analisis finansial adalah analisis
yang digunakan untuk membandingkan antara biaya dan manfaat untuk
menentukan apakah suatu usaha akan menguntungkan selama umur usaha.
Analisis finansial terdiri dari:
1. Net Present Value (NPV)
Keuntungan netto suatu usaha adalah pendapatan bruto dikurangi
jumlah biaya. Maka, NPV suatu proyek adalah selisih present value arus
benefit dengan present value arus biaya. Suatu proyek dapat dinyatakan
bermanfaat untuk dilaksanakan apabila NPV proyek tersebut sama atau
lebih besar dari nol. Jika NPV samadengan nol, berarti proyek tersebut
mengembalikan persis sebesar social opportunity cost faktor produksi
modal. Jika NPV lebih kecil dari nol, proyek tidak dapat menghasilkan
senilai biaya yang dipergunakan dan oleh sebab itu pelaksanaannya harus
ditolak (Gray, Clive, dkk. 1992).
2. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C Rasio)
Rasio manfaat dan biaya atau net benefit cost (B/C ratio) adalah
nilai nilai perbandingan antara jumlah present value yang bernilai positif
(pembilang) dengan present value yang bemilai negatif (penyebut). Nilai
net B/C ratio menunjukkan besarnya tingkat tambahan manfaat pada setiap
tambahan biaya sebesar satu rupiah (Husan dan Suwarsono 2000).
3. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return adalah discount rate yang menyamakan
nilai sekarang (present value) dari arus kas masuk dan nilai investasi usaha
atau dapat didefenisikan sebagai tingkat bunga yang menyamakan nilai
sekarang (present value) dari arus kas yang diharapkan di masa datang.
Dengan kata lain, IRR adalah discount rate yang menghasilkan NPV sama
dengan nol. Jika biaya modal suatu usaha lebih besar dari IRR, maka NPV

25
menjadi negatif, sehingga usaha tersebut tidak layak untuk diambil
(Kasmir dan Jakfar, 2007).

4. Payback Period (PBP)


Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk
menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas,
dengan kata lain payback period merupakan rasio antara pengeluaran
investasi dengan cash inflow yang hasilnya merupakan satuan waktu
(Umar, 2005). Selama proyek dapat mengembalikan modal/ investasi
sebelum berakhirnya umur proyek, berarti proyek masih dapat
dilaksanakan.

3.1.5. Analisis Sensitivitas


Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis untuk dapat melihat
pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah. Tujuan
analisis sensitivitas yaitu: (1) menilai apa yang akan terjadi dengan hasil analisis
kelayakan suatu kegiatan investasi atau bisnis apabila terjadi perubahan didalam
perhitungan biaya atau manfaat; (2) analisis kelayakan suatu usaha ataupun bisnis
perhitungan umumnya didasarkan pada proyeksi-proyeksi yang mengandung
ketidakpastian tentang apa yg akan terjadi di waktu yang akan datang; dan (3)
analisis pascainvestasi yang digunakan untuk melihat apa yang akan terjadi
dengan kondisi ekonomi dan hasil analisa bisnis jika terjadi perubahan atau
ketidaktepatan dalam perhitungan biaya atau manfaat.
Bisnis sangat sensitif atau peka terhadap perubahan akibat beberapa hal,
yaitu : (1) perubahan harga (terutama harga output), (2) keterlambatan, (3)
kenaikan biaya ("cast over run"), (4) ketidaktepatan dan perkiraan hasil
(produksi). Terutama bila cara produksi baru yang sedang diusulkan yang dipakai
sebagai ukuran atau informasi agronomis terutama didasarkan pada hasil
penelitian. Analisis sentivitas dilihat terhadap kelayakan bisnis terhadap
perbedaan dari perkiraan hasil bisnis dengan hasil yang betul-betul dihasilkan di
lokasi bisnis.

26
3.2. Kerangka Pemikiran Operasional
Peluang pengembangan usaha peternakan itik cukup prospektif dengan
pasar domestik yang cukup potensial. Usaha pembibitan itik memiliki prospek
yang berkembang di masa yang akan datang. Pembibitan itik merupakan mata
rantai penting dalam suplai itik nasional yang dituntut dapat memberikan
kontribusi besar dalam penyediaan bahan baku maupun bahan jadi bagi industri
ternak nasional.
Dalam usaha pembibitan itik, setiap biaya yang dikeluarkan dalam proses
produksi baik biaya tetap maupun biaya variabel perlu diperhitungkan. Hal ini
agar beberapa tarif yang ditetapkan dalam proses pembibitan serta harga jual
produk. Biaya-biaya yang dikeluarkan adalah biaya tetap dan variabel atau disebut
biaya produksi.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan suatu usaha dari
pembibitan itik. Usaha pembibitan itik memiliki produktivitas yang berbeda-beda.
Untuk itu diperlukan analisis kelayakan untuk menghasilkan keuntungan optimal.
Dalam penilaian kelayakan usaha maka ada beberapa komponen yang harus
dilihat yaitu biaya produksi, pendapatan, serta analisis finansial (NPV, IRR, Net
B/C, Discount PP). Dengan menganalisa beberapa komponen ini, maka dapat
diketahui bahwa secara finansial apakah usaha pembibitan itik di tempat
penelitian layak untuk dikembangkan. Kerangka pemikiran operasional yang
digunakan dapat dilihat pada gambar 2.

27
Usaha pembibitan itik

 Adanya tren permintaan terhadap itik,


namun terkendala pada pemenuhan
jumlah kebutuhan pasar
 Adanya prospek dan peluang bisnis
itik

Apakah usaha pembibitan itik CV. Usaha


Unggas layak dijalankan

Aspek non Finansial: Aspek Finansial :

 Aspek pasar  Analisis Kriteria Investasi (NPV, IRR, Net B/C,


 Aspek teknis PBP)
 Analisis Sensitivitas
 Aspek manajemen
 Aspek sosial,
ekonomi dan
budaya
Skenario I Skenario II
 Aspek Lingkungan
(usaha pembibitan (usaha pembibitan +
itik) pembesaran itik)

Pengusahaan pembibitan itik

Layak Tidak Layak

Usaha terus dilanjutkan dan dapat menjadi Dilakukan perbaikan dan


bahan masukan bagi pemilik CV. Usaha pengembangan usaha atau
Unggas maupun pengusaha baru. diinvestasikan ke usaha lain

Gambar 2. Kerangka Pemikiran Operasional

28
IV. METODE PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian


Penelitian ini dilakukan di CV Usaha Unggas, yaitu unit usaha peternakan
yang terletak di Kampung Demplot, Desa Mekar Sari, Kecamatan Rumpin,
Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pengambilan data dilakukan pada bulan April
sampai Mei 2012.

4.2. Data dan Instrumentasi


Data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pengamatan, wawancara peternak
dengan panduan kuisioner yang telah dipersiapkan.
Data sekunder yang digunakan adalah data yang berhubungan dengan
permasalahan penelitian. Data sekunder diperoleh dari lembaga dan instansi
terkait yang relevan dengan penelitian.

4.3. Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari:
(1) Interview, yaitu pengumpulan data yang berasal dari wawancara secara
langsung dengan responden, dalam hal ini adalah konsumen yaitu peternak
pembesaran itik untuk mengetahui jumlah produk yang diterima dan siklus
penerimaan produk tersebut dan pada produsen yaitu pihak manajemen
perusahaan dan karyawan untuk mengetahui informasi internal perusahaan; (2)
Observasi, yaitu dengan cara pengamatan langsung secara sistematis terhadap
aktivitas perusahaan. disini dilakukan pengamatan secara langsung terhadap
kegiatan pada perusahaan tersebut; (3) Dokumentasi, yaitu suatu cara
pengumpulan data dengan mempelajari catatan-catatan yang ada pada perusahaan
yang dianggap perlu; (4) Studi pustaka, yaitu guna menunjang pengumpulan data
di lapangan, diperlukan studi kepustakaan dimana digunakan literature yang
berhubungan dengan judul penelitian. Selain itu juga digunakan data praktis yang
didapat dari surat kabar, majalah, dan buletin.
4.4. Metode Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif
diolah secara deskriptif. Analisis data meliputi analisis kelayakan usaha dan
analisis sensitifitas. Data kuantitatif diolah dengan menggunakan komputer
(program Microsoft Excel).

4.5. Analisis Kelayakan Non Finansial


Pada penelitian ini, analisis kelayakan non finansial akan mengkaji
kelayakan usaha dari berbagai aspek seperti asper pasar, aspek teknis, aspek
menajemen, aspek hukum, dan aspek sosial, ekonomi, dan budaya serta aspek
lingkungan.
1. Aspek Pasar
Ibrahim (2003) menjelaskan bahwa analisis pasar dilakukan dengan tujuan
untuk menguji serta menilai sejauh mana pemasaran dari produk yang dihasilkan
dapat mendukung pengembangan usaha atau proyek yang dilaksanakan. Husnan
dan Suwarsono (2000) menyatakan aspek pasar mempelajari tentang permintaan,
penawaran, program pemasaran, dan pangsa pasar (market share) perusahaan.
2. Aspek Teknis
Aspek teknis memiliki pengaruh yang besar terhadap kelancaran jalannya
usaha. Menurut Ibrahim (2003) aspek teknis merupakan kelanjutan dari aspek
pemasaran, kegiatan ini timbul apabila sebuah gagasan usaha atau proyek yang
direncanakan telah menunjukan peluang yang cukup cerah dilihat dari segi
pemasaran. Aspek pokok yang perlu dibahas dalam aspek teknis produksi antara
lain masalah lokasi, luas produksi, proses produksi, peralatan yang digunakan,
serta lingkungan yang berhubungan dengan proses produksi.
Menurut Husnan dan Suwarsono (2000) aspek teknis merupakan suatu
aspek berkenaan dengan proses pembangunan usaha secara teknis dan
pengorganisasiannya setelah usaha tersebut selesai dibangun. Penilaian terhadap
aspek ini penting dilakukan sebelum suatu usaha dijalankan. Penentuan aspek
teknis perusahaan menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan teknis dan operasi.
Sedangkan menurut Nurmalina et al. (2009) aspek teknis meliputi pembahasan
menganai lokasi bisnis, luas produksi, proses produksi, layout, dan pemilihan
jenis teknologi dan equipment.

30
Berdasarkan beberapa pendapat menganai aspek teknis maka terdapat hal-
hal yang perlu diperhatikan terkait aspek teknis antara lain:
a) Lokasi usaha
Lokasi usaha untuk perusahaan industri mencakup dua
pengertian, yaitu lokasi lahan pabrik dan lokasi bukan pabrik.
Lokasi bukan pabrik mengacu pada lokasi untuk kegiatan yang
secara langsung tidak berkaitan dengan proses produksi, yaitu
lokasi pembangunan administrasi perkantoran dan pemasaran.
Terdapat beberapa variabel yang dapat diperhatikan dalam
pemilihan lokasi usaha. Variabel tersebut di dibedakan menjadi
dua golongan besar, yaitu variabel utama (primer) dan variabel
bukan utama (sekunder). Variabel utama meliputi ketersediaan
bahan mentah, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply
tenaga kerja, dan fasilitas transportrasi. Sedangkan variabelvariabel
sekunder terdiri dari hukum dan peraturan yang berlaku, iklim dan
keadaan tanah, sikap dari masyarakat setempat (adat istiadat) dan
perencanaan masa depan perusahaan.
b) Skala Operasional atau Luas Produksi
Skala operasional atau luas produksi adalah jumlah produk
yang seharusnya diproduksi untuk mencapai keuntungan optimal.
Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam penentuan luas
produksi yaitu batasan permintaan, persediaan kapasitas mesin,
jumlah dan kemampuan tenaga kerja pengelola proses produksi,
kemampuan finansial dan manajemen, serta kemungkinan adanya
perubahan teknologi produksi di masa yang akan datang.
c) Layout atau Tata Letak Alur Produksi
Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk
dan penempatan fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan.
Dengan demikian pengertian layout mencakup layout site (layout
lokasi usaha), layout pabrik, layout bangunan bukan pabrik dan
fasilitas-fasilitasnya.

31
d) Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan
Prinsip-prinsip yang dipegang dalam penentuan jenis
teknologi dan peralatan antara lain seberapa jauh derajat
mekanisasi yang diinginkan, manfaat ekonomi yang diharapkan,
ketepatan teknologi dengan bahan mentah yang digunakan,
keberhasilan penggunaan jenis teknologi tersebut di tempat lain
yang memiliki ciri-ciri mendekati lokasi usaha, kemampuan
pengetahuan penduduk (tenaga kerja setempat), dan kemungkinan
pengembangannya serta pertimbangan kemungkinan adanya
teknologi lanjutan.
e) Proses Produksi
Menurut Nurmalina et al. (2009) terdapat tiga jenis proses
produksi yaitu proses produksi yang terputus-putus, kontinu, dan
kombinasi. Pada proses produksi perlu mempertimbangakan risiko
produksi yang mungkin terjadi dari usaha agar analisis tidak over
estimate. Menurut Kadarsan (1992) risiko dan ketidakpastian
menjelaskan suatu keadaan yang meumungkinkan adanya berbagai
macam hasil usaha atau berbagai macam akibat dari usaha-usaha
tertentu. Harwood et al. (1999) menyatakan bahwa sumber risiko
pada kegiatan pertanian meliputi: 1) risiko produksi; 2) risiko
harga atau pasar; 3) risiko institusi; serta 4) risiko finansial.
3. Aspek Manajemen
Menurut Ibrahim (2003) aspek manajemen berhubungan dengan institusi
atau lembaga proyek yang harus mempertimbangkan struktur kelembagaan, pola
sosial dan budaya yang ada pada suatu daerah atau negara setempat. Pengkajian
aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola usaha dan struktur
organisasi yang ada (Husnan & Suwarsono 2000). Usaha yang dijalankan akan
berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional mulai dari
merencanakan, melaksanakan, sampai dengan mengendalikan agar tidak terjadi
penyimpangan. Demikian pula dengan struktur organisasi yang dipilih harus
sesuai dengan bentuk dan tujuan usahanya.

32
Pada proyek pertanian, perusahaan harus mempertimbangkan kemampuan
manajerial para petani yang akan ikut serta dalam proyek. Jika petani memiliki
pengalaman terbatas pada masalah produksi, maka mereka harus diberikan waktu
yang cukup agar dapat meningkatkan kemampuan mereka (Gittinger 1986).
Menurut Husnan dan Suwartono (1994) hal yang perlu diperhatikan dalam aspek
manajemen ini adalah bentuk badan usaha yang digunakan, jenis pekerjaan yang
diperlukan agar usaha dapat berjalan dengan lancar, persyaratan-persyaratan yang
diperlukan untuk menjalankan perusahaan tersebut, struktur organisasi yang
digunakan, dan penyediaan tenaga kerja yang dibutuhkan.
4. Aspek Hukum
Aspek hukum berkaitan dengan legalitas perusahaan. Analisis
aspek hukum terdiri dari bentuk badan usaha yang digunakan, jaminan-
jaminan yang dapat diberikan apabila hendak meminjam dana, serta akta,
sertifikat, dan izin yang diperlukan dalam menjalankan usaha (Nurmalina
et al. 2009).
5. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya
Dalam aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang akan dinilai adalah
seberapa besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan budaya
terhadap masyarakat keseluruhan. Pada aspek sosial yang dipelajari
diantaranya penambahan kesempatan kerja atau pengurangan
pengangguran, semakin ramainya daerah lokasi bisnis, memperlancar lalu
lintas, adanya penerangan listrik, telepon, dan sarana lainnya. Aspek sosial
memperhatikan manfaat dan pengorbanan sosial yang mungkin dialami
oleh masyarakat di sekitar lokasi bisnis. Pada aspek ekonomi suatu bisnis
diantaranya dapat memberikan peluang peningkatan pendapatan asli
daerah (PAD), pendpatan dari pajak, dan dapat menambah aktivitas
ekonomi. Dari aspek sosial sejauhmana bisnis dapat secara budaya
mengubah jenis kebudayaan pada masyarakat (Nurmalina et al. 2009).
6. Aspek Lingkungan
Aspek ini mempelajari bagaimana pengaruh bisnis tersebut
terhadap lingkungan apakah dengan adanya bisnis menciptakan
lingkungan semakin baik atau semakin rusak. Mereka yang merancang

33
atau menganalisis kegiatan investasi harus mempertimbangkan masalah
dampak lingkungan yang merugikan.

4.6. Analisis Kelayakan Investasi


Analisis yang digunakan untuk mengetahui kelayakan usaha dapat diukur
melalui perhitungan Net Present Value (NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C),
Internal Rate of Return (IRR), dan Payback Period (PBP). Analisis kelayakan
investasi dilakukan dengan terlebih dahulu menyusun aliran tunai diskontokan
(discounted cashflow) karena adanya pengaruh waktu terhadap nilai uang atau
semua biaya dan manfaat yang akan datang harus diperhitungkan.
1. Net Present Value (NPV),
Net Present Value digunakan untuk menilai manfaat investasi
dengan ukuran nilai kini (present value) dari keuntungan bersih proyek.
NPV menunjukkan keuntungan yang akan diperoleh selama umur
investasi, merupakan jumlah nilai penerimaan arus tunai pada waktu
sekarang dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama waktu tertentu.
Perumusannya sebagai berikut (Kadariah et al. 1999):

Dimana:
Bt = Penerimaan (Benefit) tahun ke-t (Rupiah)
Ct = Biaya (cost) tahun ke-t (Rupiah)
n = Umur ekonomis proyek (Tahun)
i = Tingkat suku bunga/ discount rate (persen)
t = periode (Tahun)
Kriterianya adalah:
Jika NPV > 0, maka secara finansial usaha layak untuk
dilaksanakan karena manfaat yang diperoleh lebih besar dari biaya. Jika
NPV = 0, maka manfaat investasi sama dengan tingkat social opportunity
cost of capital, secara finansial proyek sulit dilaksanakan karena manfaat
yang diperoleh hanya cukup untuk menutupi biaya yang dikeluarkan. Jika

34
NPV < 0, maka investasi tidak layak untuk dilaksanakan, hal ini
dikarenakan manfaat yang diperoleh lebih kecil dari biaya/tidak cukup
untuk menutup biaya yang dikeluarkan.
2. Internal Rate of Return (IRR)
Internal Rate of Return merupakan suku bunga maksimal (discount
rate) untuk sampai pada NPV bernilai sama dengan nol (seimbang),
dengan kata lain Internal Rate of Return adalah tingkat rata-rata
keuntungan intern tahunan dinyatakan dalam satuan persen. Jika diperoleh
dari IRR lebih besar dari tingkat diskonto yang berlaku, maka proyek
layak untuk dilaksanakan. Sebaliknya jika nilai IRR lebih kecil dari
tingkat suku bunga yang berlaku maka proyek tersebut tidak layak untuk
dilaksanakan. Perumusannya adalah sebagai berikut (Kadariah et al.
1999):

Dimana:
NPV1 = NPV yang bernilai positif
NPV2 = NPV yang bernilai negatif
i1 = discount rate yang menghasilkan NPV positif
i2 = discount rate yang menghasilkan NPV negatif

NPV1

IRR
NPV2 i1 i2

Gambar 3. Grafik hubungan NPV dan IRR


3. Net Benefit Cost Ratio (Net B/C),
Net B/C ratio merupakan perbandingan antara nilai sekarang dari
keuntungan bersih yang positif dengan nilai sekarang dari keuntungan
bersih yang negatif. Angka tersebut menunjukkan tingkat besarnya
tambahan manfaat pada setiap tambahan biaya sebesar satu satuan uang.

35
Kriteria yang digunakan untuk pemilihan ukuran Net B/C ratio dari
manfaat proyek adalah memilih semua proyek yang nilai B/C rasionya
sebesar satu atau lebih jika manfaat didiskontokan pada tingkat biaya
opportunitis capital (Gittinger, 1986), tetapi jika nilai Net B/C < 1, maka
proyek tersebut tidak layak untuk dilaksanakan. Rumus yang digunakan
adalah (Kadariah et al. 1999):

Dimana:
Net B/C = Nilai Benefit-cost ratio
Bt = Penerimaan yang diperoleh pada tahun ke-t
Ct = Biaya yang dikeluarkan pada tahun ke-t
n = Umur ekonomis proyek
i = discount rate (persen)
t = periode
untuk pembilang yaitu Bt-Ct > 0 dan penyebut yaitu Bt-Ct < 0
4. Payback of Period (PBP)
Payback of Period (PBP) dilakukan untuk mengetahui jangka
waktu pengembalian investasi. Payback Period merupakan jangka waktu
periode yang dibutuhkan untuk membayar kembali semua biaya-biaya
yang telah dikeluarkan di dalam investasi suatu proyek. Semakin cepat
waktu pengembalian, semakin baik proyek tersebut untuk diusahakan.

PP

Dimana:
PP = Waktu yang diperlukan untuk mengembalikan modal/investasi
(Tahun/bulan)
I = Besarnya biaya investasi yang diperlukan (Rupiah)
Ab = Manfaat bersih rata-rata per tahun (Rupiah)

36
Selama proyek dapat mengembalikan modal/investasi sebelum
berakirnya umur proyek, berarti proyek masih dapat dilaksanakan.
5. Analisis Sensitivitas
Analisis sensitivitas merupakan suatu analisis untuk dapat melihat
pengaruh-pengaruh yang akan terjadi akibat keadaan yang berubah-ubah.
Bisnis sangat sensitif atau peka terhadap perubahan akibat beberapa hal,
yaitu : (1) perubahan harga (terutama harga output), (2) keterlambatan, (3)
kenaikan biaya ("cast over run"), (4) ketidaktepatan dan perkiraan hasil
(produksi). Terutama bila cara produksi baru yang sedang diusulkan yang
dipakai sebagai ukuran atau informasi agronomis terutama didasarkan
pada hasil penelitian. Analisis sentivitas dilihat terhadap kelayakan bisnis
terhadap perbedaan dari perkiraan hasil bisnis dengan hasil yang betul-
betul dihasilkan di lokasi bisnis.

4.7. Asumsi Dasar yang Digunakan


1. Lahan yang digunakan adalah lahan milik sendiri, luasan lahan yang ada
seluas 500 m2.
2. Umur proyek adalah enam tahun berdasarkan pada umur kelayakan
kandang. Hal ini didasarkan pada pertimbangan bahwa kandang dan
peralatan investasi lainnya yang merupakan aset penting dalam usaha jika
dijumlahkan merupakan biaya investasi terbesar. Sumber modal yang
digunakan berdasarkan pada dua skenario, skenario I merupakan usaha
yang usahanya 100 % pembibitan itik, sedangkan skenario II merupakan
usaha pembibitan itik ditambah usaha pembesaran itik; dalam hal ini
terdapat sewaktu-waktu stok DOD yang tidak terserap oleh pasar.
3. Jumlah hari dalam satu bulan adalah 30 hari dan kapasitas kandang besar
menampung 500 ekor itik petelur (400 ekor indukan betina dan 100 ekor
indukan jantan) dan 500 ekor itik dewasa lainnya jika ada pembesaran dan
tiap unit kandang kecil dapat menampung 100 ekor DOD.
4. Setiap masa produksi DOD maupun pembesaran diasumsikan produk yang
dihasilkan habis terjual.
5. Kegiatan penjualan produk dilakukan satu kali dalam seminggu. Total
kemampuan menghasilkan DOD sebanyak 1.325 ekor per minggu.

37
Perhitungan ini didasarkan dari rataan produksi telur itik hibrida yang
mencapai 265 butir per tahun. Maka dari 400 indukan betina jumlah yang
dihasilkan perminggu adalah sekitar 2.200 butir, dan yang berhasil
ditetaskan adalah 60 persen yaitu sekitar 1.325 ekor DOD.
6. Harga jual DOD adalah Rp 6.000,00 per ekor, itik dewasa Rp 22.000,00
per ekor dan nilai ternak afkir Rp 35.000,00 per ekor. Harga ini ditetapkan
berdasarkan harga rata-rata di lapang yang berlaku pada saat penelitian.
7. Nilai penerimaan/penjualan usaha pada skenario I pada tahun pertama
belum mencapai 100 persen, dikarenakan pada tahun tersebut, sembilan
bulan pertama digunakan untuk pembangunan proyek dan persiapan
lainnya.
8. Biaya yang dikeluarkan terdiri dari biaya investasi dan biaya operasional.
Biaya investasi dan operasional dikeluarkan pada tahun pertama dan biaya
reinvestasi yang dikeluarkan untuk peralatan-peralatan yang sudah habis
umur ekonomisnnya. Biaya operasional terdiri dari biaya tetap dan
variabel.
9. Harga input dan output yang digunakan adalah konstan hal ini untuk
mempermudah perhitungan cash flow.
10. Nilai sisa dihitung berdasarkan perhitungan metode garis lurus dimana
harga beli dibagi umur ekonomis. Sedangkan untuk harga tanah
dasumsikan sama harga beli dengan harga jual pada akhir umur proyek.
11. Tipe lahan adalah kelas A3, mengingat lokasi peternakan jauh dari
keramaian dan jalan yang dilewati merupakan jalan desa.
12. Setiap kelahiran DOD sebanyak satu ekor, dari total anak yang dilahirkan
tingkat kematian sebesar lima persen.
13. Setiap itik yang dibesarkan ataupun itik petelur, tingkat kematian sebesar
15 persen.
14. Tingkat suku bunga yang digunakan untuk modal sendiri adalah tingkat
suku bunga deposito BI bulan April-Mei 2012 sebesar 5,75 persen.
Pemakaian suku bunga deposito BI dikarenakan BI merupakan bank
sentral Indonesia.

38
15. Nilai sisa pada akhir umur proyek diasumsikan bernilai nol, kecuali
barang-barang yang masih memiliki umur ekonomis lebih dari enam
tahun.
16. Besarnya pajak yang digunakan berdasarkan undang-undang Republik
Indonesia No. 36 tahun 2008 tentang pajak yang ditetapkan tarif pajak
penghasilan sebesar 25 persen.

39
V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

5.1. Lokasi Perusahaan


CV. Usaha Unggas terletak di Kampung Demplot, Desa Mekar Sari,
Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih karena
lokasi ini merupakan salah sentra peternakan unggas yang berpotensi di daerah
Jabodetabek.
Perusahaan ini bergerak dalam usaha unggas, dimana ternak yang
diusahakan tidak hanya itik, namun juga beternak ayam. Oleh karena itu
kandangnya pun harus terpisah. Berdasarkan keterangan pemilik, kandang itik
memiliki syarat-syarat tertentu. Diantaranya harus berjarak 1,5 km dari kandang
ayam, dan lokasi harus dekat dengan kuburan. Selain hal tersebut merupakan
mitos, pemilihan lokasi harus di dekat kuburan adalah karena lingkungan tersebut
biasanya sepi dan menghindarkan itik dari keramaian. Hal ini juga merupakan
pertimbangan agar warga tidak terganggu dengan polusi bau, karena wilayah
kuburan biasanya di luar pemukiman warga.

5.2. Sejarah dan Perkembangan Perusahaan


CV. Usaha Unggas merupakan perusahaan yang bergerak di bidang
peternakan dan perdagangan unggas. CV. Usaha Unggas berdiri pada tahun 1999.
Pada awalnya perusahaan ini hanya bersifat sebagai usaha sampingan. Pemilik
memulai usaha ini dengan beternak ayam arab dengan produk awal berupa DOC,
telur konsumsi, dan karkas. Sumber modal usaha ini adalah modal dari tiga orang
pemilik dan pinjaman KUR BRI. Tujuan jangka pendek perusahaan ini adalah
menambah penghasilan, sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah
pemberdayaan masyarakat.
Seiring dengan meningkatnya tingkat permintaan konsumen atas produk
yang diproduksi oleh CV. Usaha Unggas ini, para pemilik perusahaan mulai
mengembangkan usahanya. Usaha ini menjadi mata pencaharian utama bagi
mereka, bukan lagi sampingan. Pada tahun 2005 keadaan perusahaan sudah lebih
stabil dan pemilik mulai merintis bidang ternak itik. Hal ini karena pemilik
melihat sebuah peluang pasar yang bagus.
Permintaan daging itik di pasaran cukup tinggi, tetapi sumber pasokan
daging saat ini sebagian besar merupakan itik afkir, sehingga pedagang
kekurangan stok dan akhirnya memotong itik betina yang masih produktif. Belum
terpenuhinya permintaan pasar untuk menyuplai itik adalah salah satu alasan
pemilik memulai usaha itik. Selain peluang pasar yang besar, jumlah kompetitor
juga tidak terlalu banyak pada daerah Jabodetabek.
Usaha di bidang ini dilakukan dengan sistim kemitraan. Pemilik dalam
bidang ini lebih fokus pada bidang pembibitan dan pembesaran itik. Pada
perusahaan ini membeli lahan seluas 500 m2 dan membuat kandang. Disamping
itu, perusahaan juga membeli itik indukan sebanyak 500 ekor dan dua unit mesin
tetas. Dalam usaha ini, pemilik menetaskan telur dari hasil mengawinkan indukan.
Setelah tahap penyortiran, bibit yang dihasilkan akan diambil oleh mitra yang
berjumlah enam orang untuk dibesarkan. Kandang yang dimiliki oleh pemilik
dipergunakan seperlunya hanya pada saat-saat mitra tidak mengambil bibit
tersebut, contohnya pada hari liburan dan hari raya, atau sekedar untuk dibesarkan
sendiri. Bibit-bibit ini dibesarkan pada kandang sederhana yang dipersiapkan.
Mitra yang diberdayakan merupakan penduduk setempat. Perusahaan
menyediakan pakan untuk ternak, sementara mitra menyediakan kandang. Hasil
dari penjualannya itik yang sudah besar dibagi sesuai dengan kesepakatan. Selain
mitra yang diberdayakan dari penduduk setempat, tenaga kerja yang dipekerjakan
juga merupakan penduduk setempat. Karena daerah ini pada awalnya memang
merupakan daerah peternakan, maka tenaga kerja yang direkrut sudah
berpengalaman dalam hal ini.
Sampai saat ini, perusahaan mengembangkan kemitraannya ke Tulung
Agung, Jawa Timur. Hal ini disebabkan oleh rongrongan masyarakat pada
perusahaan ini. Semakin besar perusahaan, maka semakin banyak pula permintaan
dari masyarakat setempat. Oleh karena itu pemilik mengambil inisiatif untuk
membatasi produksinya di daerah ini dan melakukan kemitraan dengan peternak
di wilayah Jawa Timur. Mitra ini menyediakan DOD itik hibrida yang merupakan
hasil perkawinan silang antara itik peking dan itik mojosari. Setelah DOD ini
dipasok, sebagian dijual dan sebagian dibesarkan sendiri oleh CV. Usaha Unggas.

41
Semakin stabilnya perusahaan, maka pihak pelanggan dan mitra pun
menyarankan untuk menyediakan sebuah tempat yang nyaman untuk bertransaksi
ataupun untuk memasarkan produknya. Pemilik pun mengembangkan lagi
usahanya dengan menyewa sebuah kios yang terletak di pasar prumpung, Gunung
Sinder. Kios ini juga berfungsi sebagai kantor sederhana bagi perusahaan.
Keahlian yang dimiliki oleh para pemilik pun menjadi salah satu aset
perusahaan. Dalam satu tahun terakhir mereka melakukan pelatihan dan sharing
tentang bagaimana cara untung beternak unggas. Kegiatan ini direspon positif dan
banyak diminati berbagai kalangan. Pelatihan ini telah dilakukan sebanyak tujuh
kali.

5.3. Visi dan Misi Perusahaan


CV. Usaha Unggas memiliki visi menjadi perusahaan terbaik dalam
kemitraan usaha unggas. Misi yang dilakukan diantaranya menghasilkan produk
yang berkualitas tinggi, memberikan pelayanan terbaik kepada pelanggan,
mengembangkan kemitraan yang menguntungkan, mengejar efisiensi dan
produktivitas yang tinggi, mengembangkan dan membentuk SDM yang
berkualitas, dan membangun perusahaan dengan budaya hidup terbaik.

5.4. Deskripsi Kegiatan Usaha


CV. Usaha Unggas merupakan perusahaan peternakan dengan fokus bisnis
pada kemitraan unggas. Kegiatan utama yang dilakukan yaitu penetasan dan
pembesaran unggas. Dalam bisnis itik, perusahaan ini menetaskan itik dari
indukan yang dimiliki dan menjualnya dalam bentuk produk utama yaitu Day Old
Duck (DOD). Alur produksi pada CV. Usaha Unggas diawali dengan
mengawinkan indukan dan menghasilkan telur, melakukan penyortiran,
menetaskan telur dalam mesin tetas dan menyerahkan proses pembesaran pada
mitra. Dalam hal ini perusahaan bertidak sebagai pemasok. Proses dari
mengawinkan hingga bertelur memakan waktu 28 hari. Harga jual DOD ini
berkisar antara Rp 6.000,00 hingga Rp 6.500,00 per ekor.
Sisa dari bibit yang tidak diambil mitra dibesarkan sendiri. Bibit itik ini
selanjutnya itik dipelihara selama kurang lebih dua bulan untuk mencapai bobot
sekitar 1,2 kilogram. Setelah itu produk dijual pada pengumpul yang berjumlah

42
tiga orang. Harga jual itik dengan ukuran tersebut yaitu Rp 22.000,00 per ekor.
Namun pada saat terjadi penurunan produksi, harga yang ditawarkan menjadi Rp
26.000,00 hingga Rp 28.000,00 per ekor.
Pendistribusian produk ke mitra dilakukan melalui dua alternatif.
Alternatif pertama perusahaan mengantarkan produk ke mitra sedangkan alternatif
kedua mitra yang mengambil produk dari perusahaan.
Kegiatan promosi dilakukan melalui layanan internet dan kemitraan.
Selain itu kegiatan pelatihan juga menjadi salah satu bentuk promosi tak langsung
untuk memperluas kemitraan. Mitra yang ditargetkan yaitu orang-orang dalam
masa pensiun dan peternak yang kekurangan bibit untuk dibesarkan. Kegiatan
promosi juga dapat dilakukan melalui bantuan dari para peternak lain misalnya
ketika terjadi tukar informasi diantara para peternak mengenai bisnis itik.

43
VI. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK NON FINANSIAL

Analisis yang dilakukan terhadap aspek non finansial penting untuk


dilakukan karena dapat memberikan gambaran terhadap usaha yang akan maupun
sedang dijalankan. Walaupun aspek non finansial belum ada keseragaman yang
pasti tentang aspek apa saja yang menjadi acuan untuk diteliti. Namun pada
penelitian ini yang dilakukan terhadap aspek non finansial meliputi aspek pasar,
aspek teknis, aspek manajemen, aspek hukum, aspek sosial, ekonomi dan budaya,
serta aspek lingkungan.

6.1. Aspek Pasar

6.1.1. Analisis Peluang Pasar


1. Permintaan
Informasi dari berbagai sumber misalnya media menyatakan
bahwa permintaan itik tinggi dan semakin meningkat. Walaupun data
mengenai hal tersebut belum pasti, namun dari beberapa pengakuan dari
pemasok dan penjual, mereka mengkonfirmasi hal tersebut. Menurut
pemilik CV. Usaha Unggas, daerah Jakarta yang menjadi salah satu tujuan
pemasarannya pun masih mengalami kekurangan pasokan. Dari
permintaan masing-masing pengumpul yang berjumlah 3 orang, sampai
saat ini hanya terpenuhi 1/5 saja7. Berapapun hasil DOD yang ditawarkan
selalu dibagi rata pada para pengumpul tersebut. Sebagai contohnya,
kebutuhan DOD oleh satu orang pengumpul sebanyak 2000 ekor per
minggunya, namun yang diterima dari CV. Usaha Unggas hanyalah
sebanyak 400 ekor saja. Kekurangan dari permintaan ini dipenuhi dari
peternakan serupa.

7
hasil wawancara langsung dengan peternak
Pada CV. Usaha Unggas peluang pasar diperoleh dari adanya
jalinan kemitraan dengan beberapa peternakan dan pengumpul.
Pengumpul yang datang untuk mengambil pasokan dari CV. Usaha
Unggas ini biasanya menyuplai itik ke restoran ataupun menjualnya
langsung ke pasar. Permintaan dari restoran di Jakarta mencapai 100 ekor
itik per hari dari satu restoran. Dan untuk permintaan pasar, satu lapak
membutuhkan 100 ekor per hari, sedangkan jumlah lapak di satu pasar
jumlahnya mencapai 48 lapak.
Permintaan tidak hanya datang dari daerah Jabodetabek, melainkan
dari dalam dan luar Pulau Jawa. Untuk beberapa mitra tetap terdapat
kesepakatan. Namun bila terjadi penurunan produksi, perusahaan hanya
bisa membagi rata hasil produksinya. Hal ini biasanya diterima dengan
baik oleh para mitranya mengingat mitra tersebut rata-rata sudah
berpengalaman dan mengetahui kondisi yang terjadi.
2. Penawaran
Seperti halnya permintaan, data mengenai penawaran itik di tingkat
industri juga belum lengkap. Namun berdasarkan pemberitaan di berbagai
media baik elektronik ataupun cetak menginformasikan bahwa penawaran
itik lebih kecil dibandingkan dengan permintaannya. Begitu juga dengan
pernyataan dari pemasok.
Penawaran di tingkat perusahaan yaitu pada CV. Usaha Unggas,
ditunjukan dengan kemampuan peternakan melakukan produksi.
Kemampuan produksi tersebut didasarkan dari jumlah indukan sebanyak
500 ekor. Dalam satu minggu, DOD yang dihasilkan berjumlah 1.000
sampai 1.500 ekor.

6.1.2. Analisis Pesaing


Pesaing utama dari CV. Usaha Unggas yaitu peternak lain yang mampu
mempertahankan kestabilan stoknya. Loyalitas mitra sangat berperan dalam hal
ini. Biasanya bila terjadi kekurangan stok, mitra akan mendapatkan jumlah yang
lebih sedikit dari pada awalnya. Kekurangan stok menjadikan harga melambung.
Namun biasanya, karena faktor utama penyebab kekurangan stok adalah cuaca

45
yang memburuk, maka peternak lain pun mengalami hal yang sama. Maka
kenaikan harga sama-sama terjadi.
Mitra yang kekurangan produk dapat meminta ke CV. Usaha Unggas,
begitu juga sebaliknya, CV. Usaha Unggas dapat mengambil produk dari
mitranya, salah satunya yaitu peternak yang berada di wilayah Jawa Timur, karena
terdapat perbedaan keadaan cuaca. Selain itu, dengan berkembangnya kemitraan,
CV. Usaha Unggas mendapatkan pelanggan dari rekomendasi mitra yang lain dan
juga sebaliknya. Persaingan terjadi apabila ada peternak yang bernegosiasi dengan
pelanggan yang sama. Namun, karena adanya kemitraan, jadi sejauh ini tidak
terdapat masalah dalam pemasaran produk. Terjadinya kelebihan permintaan juga
menyebabkan stok yang disediakan selalu habis.

6.1.3. Bauran Pemasaran


Bauran pemasaran yang diterapkan oleh CV. Usaha Unggas meliputi
price, product, place, dan promotion. Tujuan menerapkan bauran pemasaran
diharapkan mengetahui tingkat intensitas persaingan sesama pelaku usaha,
sehingga produk yang dihasilkan ketika dipasarkan dapat diterima oleh konsumen.
Selain itu juga menguntungkan bagi pelaku usaha yang akan menjalankan suatu
usaha.
1. Harga (price)
CV. Usaha Unggas menghasilkan produk utama yaitu DOD dijual
dalam satuan ekor. Harga DOD yang ditetapkan berkisar antara Rp
6.000,00 hingga Rp 6.500,00 per ekor. Sedangkan satu ekor itik dengan
berat 1,2 kilogram dijual dengan harga Rp 22.000,00, dengan penambahan
rata-rata Rp 1.000,00 untuk setiap kenaikan 0,1 kilogram bobotnya. Itik
afkir dijual dengan harga Rp 35.000,00 per ekor.
2. Produk (product)
Produk utama yang dihasilkan dari CV. Usaha Unggas adalah
DOD, itik petelur, dan itik pedaging. Produk yang dapat dihasilkan dalam
satu minggu produksi sebesar 1.000 hingga 1.500 ekor DOD.

46
Gambar 4. DOD Hibrida

Selain itu untuk pembesaran itik diperlukan waktu hingga dua


bulan untuk mencapai berat rata-rata 1,2 kilogram. Produk dijual dalam
bentuk DOD dikemas box. Selain itu perusahaan juga menjual itik afkir
yang telah berusia dua tahun.

3. Tempat (place)
Dalam mendistribusikan produk ke pelanggan terdapat beberapa
cara yang disesuaikan dengan permintaan dari pelanggan tersebut.
Pelanggan ataupun mitra dapat mengambil sendiri DOD ataupun itik dari
CV. Usaha Unggas. Cara lain ialah dilakukan pengiriman produk untuk
mitra ataupun pelanggan. Jika daerah pengiriman disekitar wilayah
Jabodetabek, biasanya mitra tidak dikenakan biaya, namun jika lokasi
mitra diluar wilayah ini maka mereka pun dikenai biaya pengiriman.
Sebagian besar mitra yang membeli langsung adalah pedagang
pengumpul.
Rantai pemasaran pada peternakan ini ada empat dalam
mendistribusikan produk yang dihasilkan, yaitu:
a. Rantai pertama yaitu dari CV. Usaha Unggas  Mitra pembesaran
 CV. Usaha Unggas  Pengumpul  Konsumen.
b. Rantai kedua yaitu dari CV. Usaha Unggas  Mitra pembesaran
 Konsumen.
c. Rantai ketiga adalah CV. Usaha Unggas  Mitra pembesaran 
Restoran.
d. Rantai keempat adalah CV. Usaha Unggas  Pengumpul 
Konsumen.

47
Dalam perencanaannya peternakan memilih rantai pertama yaitu
dari CV. Usaha Unggas memberikan DOD ke mitra untuk dibesarkan,
setelah besar diambil lagi untuk dijual pada pengumpul, setelah itu
pengumpul biasanya akan menjual pada konsumen akhir di pasar. Cara ini
dipilih karena dinilai paling efisien dan tidak menguras banyak tenaga
kerja di kandang. Selain itu juga sesuai dengan misi perusahaan yaitu
mengembangkan kemitraan yang menguntungkan.
Daerah tujuan pemasaran utama yaitu daerah Jabodetabek dengan
daerah pemasaran utama Jakarta. Antara lain daerah Tanjung Priok,
Klender, dan Pos (Tanggerang). Peternakan ini juga melayani permintaan
dalam dan luar Jawa. Alternatif distribusi bisa melalui jalur darat dan
udara.
4. Promosi (promotion)
Proses promosi dilakukan dengan media internet. CV. Usaha
Unggas memiliki beberapa situs website internet, salah satunya
usahaunggas.blogspot.com. Selain itu juga terdapat media facebook dan
layanan email. Promosi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang terus
berlangsung membuat CV. Usaha Unggas dikenal masyarakat. Pelatihan
dan sharing yang rutin diagendakan secara tidak langsung juga menjadi
salah satu saluran promosi peternakan ini. Selain itu, terdapat juga
beberapa stasiun TV yang datang untuk meliput dan tidak mengenakan
biaya promosi pada peternakan ini, antara lain tvOne dan transTV.

6.1.4. Strategi Pemasaran


Strategi pemasaran terdiri dari tiga bagian, yaitu segmentation, targetting,
dan positioning. Pasar dari produk CV. Usaha Unggas disegmentasikan
berdasarkan georgafis, skala usaha, dan kepemilikan modal. Dari segi geografis,
pasar dibedakan menjadi pasar Jabodetabek, luar Jabodetabek, Jawa Barat, Pulau
Jawa, dan luar Pulau Jawa. Dari segi skala usaha, dalam kemitraan dibedakan
menjadi usaha skala kecil dan menengah.
Target pemasaran utama CV. Usaha Unggas pada saat ini yaitu mitra CV.
Usaha Unggas, peternak kecil, dan peternak menengah yang mandiri. Sesuai
dengan tujuan perusahaan untuk memberdayakan masyarakat, maka mitra yang

48
dipilih adalah mitra yang mampu mengelola produksi, namun kekurangan suplai
dan pengalaman. CV. Usaha Unggas memposisikan diri sebagai peternakan
penghasil unggas, mulai dari bibit hingga dewasa di wilayah Bogor.
Berdasarkan analisis aspek pasar, dapat dikatakan bahwa CV. Usaha
Unggas layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan masih terbukanya peluang
pasar dari DOD dan itik pedaging. Bahkan menurut pemilik, berapapun jumlah
produk yang dihasilkan, pasti akan terserap oleh pasar.

6.2. Aspek Teknis


Aspek teknis merupakan suatu aspek yang berkenaan dengan proses
pembangunan bisnis secara teknis dan pengoperasiannya setelah bisnis tersebut
selesai dibangun. Beberapa aspek teknis yang perlu dianalisis dalam studi
kelayakan bisnis diantaranya lokasi bisnis, luas produksi, pemilihan jenis
teknologi dan peralatan, dan proses produksi (Nurmalina et al. 2009).

6.2.1. Lokasi Usaha


CV. Usaha Unggas terletak di Kampung Demplot, Desa Mekar Sari,
Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi ini dipilih karena
lokasi ini merupakan salah sentra peternakan unggas yang berpotensial di daerah
Jabodetabek. Sedangkan kios yang digunakan sebagai kantor pemasaran terletak
di dekat pasar prumpung, Gunung Sindur.
Analisis pada lokasi usaha menunjukan bahwa CV. Usaha Unggas
memilih lokasi yang tepat. Hal ini dikarenakan semua variabel utama dapat
dipenuhi dengan baik. Variabel-variabel utama antara lain meliputi ketersediaan
bahan baku, letak pasar yang dituju, tenaga listrik dan air, supply tenaga kerja, dan
fasilitas transportasi.
1. Ketersediaan Bahan Baku
Bahan baku merupakan komponen penting dalam proses produksi.
Pada CV. Usaha Unggas bahan baku yang diperlukan berupa input
produksi yang diantaranya indukan itik, pakan, obat-obatan, vitamin, dan
vaksin. Jumlah indukan itik yaitu 500 ekor. Indukan itik ini aktif
berproduksi dalam dua tahun. Setelah dua tahun berproduksi, itik afkir
dijual dan diganti dengan indukan baru. Kebutuhan indukan dipenuhi dari

49
pemasok yang berasal dari Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi,
Bogor.
Jenis itik yang dihasilkan dan dibudidayakan yaitu jenis itik lokal
(mojosari), itik hibrida, dan itik peking. Itik hibrida merupakan hasil
perkawinan antara itik peking dan itik mojosari. Hasil perkawinan ini
memiliki keunggulan tersendiri. Itik hibrida mampu panen lebih cepat
dibandingkan dengan itik jenis lain. Nafsu makannya tinggi dan tingkat
mortalitasnya rendah.
Kebutuhan pakan terdiri dari pakan buatan pabrik dan pakan
buatan sendiri. Pakan pabrik yang berupa pakan starter, pakan grower, dan
pakan pur didapatkan dari toko pakan. Kebutuhan pakan strarter cukup
tinggi terutama untuk itik umur 1 – 14 hari, dilanjutkan dengan pakan
grower untuk itik umur >14 hari, karena pada umur tersebut itik
memerlukan komposisi nutrisi pakan yang tepat yang terdapat pada pakan
buatan pabrik.
Pakan buatan sendiri dipenuhi dengan cara membuat ransum pakan
yang terdiri dari campuran pakan pur, dedak, menir, limbah sayuran pasar,
dan mineral. Alternatif lainnya adalah sisa mie dan sisa roti. Bahan-bahan
tersebut cukup banyak tersedia di sekitar lokasi usaha seperti di toko
sarana pertanian dan pasar parung, sehingga memudahkan untuk
mendapatkannya.
Selain bahan baku, pemilihan lokasi peternakan juga
mempertimbangkan kemudahan mendapatkan peralatan dan ketersediaan
lahan. Peralatan kerja dapat diperoleh dari pasar terdekat yang banyak
terdapat disekitar lokasi kandang sehingga banyak alternatif pemilihan
pemasok peralatan. Lahan cukup banyak tersedia di sekitar lokasi
peternakan. Lokasi yang juga merupakan tempat peternakan unggas,
memudahkan kemitraan dengan warga sekitar.
2. Letak Pasar yang Dituju
Semakin banyaknya pedagang yang menjual itik karena
permintaan itik terus meningkat, mengakibatkan banyaknya mitra maupun
pengumpul yang bekerjasama dengan CV. Usaha Unggas. Pengumpul

50
yang datang pada umumnya menjual itik di wilayah Jabodetabek dan
sekitarnya. Namun tidak jarang CV. Usaha Unggas menerima permintaan
dari dalam dan luar Jawa. Lokasi peternakan ke daerah pemasaran dapat
dikatakan cukup strategis karena Bogor sendiri merupakan wilayah
Jabodetabek yang merupakan salah satu target pasar utama. Melihat jarak
yang tidak terlalu jauh, maka lokasi perusahaan cukup strategis dengan
daerah pemasaran.
3. Supply Tenaga Kerja
Tenaga kerja cukup mudah didapatkan dari lokasi sekitar
peternakan. Hal ini disebabkan penduduk disekitar perusahaan rata-rata
memiliki pengalaman beternak. Tenaga kerja diperlukan pada proses
pembibitan dan bekerja di kandang. Selain itu juga ada yang bekerja
sebagai supir untuk pengiriman dan penjaga kios. Hingga saat ini,
perusahaan tidak kesulitan dalam mendapatkan tenaga kerja.
4. Ketersediaan Air dan Listrik
Air dan listrik merupakan variabel yang sangat penting pada CV.
Usaha Unggas. Fungsi utama air yaitu untuk minum itik dan
membersihkan peralatan kerja. Fungsi utama listrik yaitu sebagai
penghangat suhu kandang dan untuk penetasan. Suhu udara untuk bibit
hingga umur dua minggu harus tetap hangat. Selain itu, listrik juga
berfungsi untuk penerangan di malam hari.
5. Fasilitas Transportasi
Transportasi terutama dibutuhkan dalam mengangkut input dan
output produksi misalnya mengangkut pakan dan mengirim produk. Untuk
kegiatan harian peternakan masih menggunakan fasilitas transportasi yang
berupa sepeda motor. Untuk menyuplai DOD, perusahaan mengirim
langsung pada mitra dengan biaya transportasi ditanggung sepenuhnya
oleh perusahaan jika lokasi berada disekitar Bogor. Untuk jarak jauh,
seperti daerah Bandung, perusahaan menggunakan mobil pick up dengan
biaya pengiriman ditanggung oleh pembeli.

51
6.2.2. Luas Produksi
Luas produksi dapat dilihat dari jumlah produk yang sebaiknya diproduksi
untuk mencapai keuntungan maksimum. Pada CV. Usaha Unggas, luas produksi
dapat diukur dari kapasitas mesin tetas dan kapasitas kandang. CV. Usaha Unggas
memiliki dua unit mesin dengan kapasitas mesin tetas maksimum adalah 6.000
telur per unit. Sedangkan untuk produk sampingan berupa itik dewasa, CV. Usaha
Unggas memiliki beberapa kandang. Kapasitas kandang besar optimum pada CV.
Usaha Unggas sekitar 1.000 ekor itik. Kapasitas kandang tersebut disesuaikan
dengan ukuran kandang yaitu 20 meter x 5 meter atau luas kandang 100 m2, yang
terdapat pada CV. Usaha Unggas sebanyak dua unit. Selain itu juga terdapat
kandang kecil dengan ukuran 3 meter x 1,8 meter sebanyak 10 unit. Masing-
masing kandang dapat menampung DOD sampai 100 ekor. Berdasarkan
wawancara dengan pemilik, padat tebar itik umur >14 hari per m2 lantai kandang
yaitu delapan ekor. Padat tebar itik dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Padat Tebar Itik per m2 Lantai Kandang Menurut Umur


Umur Padat Tebar per m2 (Ekor)
1-14 hari 25
>14 hari 8
Sumber: hasil wawancara dengan peternak 2012 (diolah)

6.2.3. Pemilihan Jenis Teknologi dan Peralatan


Teknologi dan peralatan yang digunakan bertujuan untuk mempermudah
jalannya usaha pembesaran itik. Teknologi dan peralatan yang terdapat pada CV.
Usaha Unggas diantaranya mesin tetas, instalasi listrik, instalasi air, dan peralatan
kerja. Keberadaan teknologi dan peralatan tersebut diharapkan dapat mendukung
jalannya proses produksi. Hal itu dikarenakan peralatan-peralatan tersebut
memiliki peran yang penting dalam produksi sehingga proses produksi menjadi
optimal.

6.2.4. Proses Produksi


1. Pola Produksi
Satu siklus produksi penetasan itik memerlukan waktu sekitar 28
hari, sedangkan pembesaran itik pedaging dimulai dari DOD hingga panen

52
memerlukan waktu sekitar dua bulan. Kegiatan utama yaitu pembibitan
dilakukan dengan berpola sehingga setiap hari pasti ada kegiatan produksi.
Indukan yang menghasilkan telur berselisih hari bertelurnya, sehingga
telur yang dihasilkan tidak terputus.
Itik petelur umumnya memiliki masa produktif selama 18-24 bulan
sejak tahap belajar bertelur pada umur 5-6 bulan. Itik petelur dapat
melewati 1-3 periode bertelur. Namun, itik hibrida pada CV. Usaha
Unggas melakukan produksi hingga 2 periode. Selanjutnya itik petelur itu
dijual sebagai betina afkir.
Selama masa produktif, itik betina mampu bertelur rata-rata 60-85
persen tergantung jenisnya. Pada itik hibrida sendiri rata-rata telur yang
dihasilkan mencapai 70 persen. Angka itu diartikan, dari 400 ekor itik
petelur, maka produksi rata-rata mencapai 280 butir per hari. Puncak
produksi telur 94 persen (10-15 persen lebih tinggi dari itik jenis lainnya).
Umur pertama bertelur 18 minggu (4,5 bulan) atau satu bulan lebih awal
dari jenis itik lainnya. Masa produksi telurnya 10-12 bulan per siklus,
tanpa rontok bulu.

94%90%
85%
80%80% 80%80%
70% 70%70%70% 70%70%
60% 60% 60%
50%50%50% 50%
40%
30%

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Gambar 5. Periode Itik Bertelur


Untuk kegiatan pembesaran itik, perusahaan mengerjakannya
sebagai usaha sambilan, jadi siklus produksi sesuai dengan kondisi
tertentu. Penyebabnya adalah mitra yang berhalangan mengambil DOD
pada hari hari tertentu seperti hari libur dan lebaran.

53
2. Pengelolaan Usaha Ternak
a. Kebutuhan Indukan
Awalnya kebutuhan indukan dipenuhi dari pemasok yang
berasal dari Balai Penelitian Ternak (Balitnak) Ciawi, Bogor.
Balitnak menyediakan itik hibrida yang merupakan hasil
perkawinan silang antara itik mojosari dan itik peking. Namun,
setelah beberapa tahun berusaha, perusahaan dapat membesarkan
itik hibrida sendiri dan menyortir itik dengan kualitas yang baik
dan dijadikan indukan untuk itik generasi selanjutnya. Selain itu,
indukan tersebut juga dipasok ke daerah Tulung Agung, Jawa
Timur, yang merupakan mitra CV. Usaha Unggas untuk
pembibitan DOD.
Alasan pemilihan itik jenis ini adalah karena itik hibrida
mampu panen lebih cepat dibandingkan itik jenis lainnya. Selain
itu, sifat yang diwarisi dari salah satu induknya yaitu itik peking
yang juga memiliki keunggulan. Itik peking memiliki nafsu makan
yang tinggi, postur lebih besar, kantung telur betina besar, dan
tingkat mortalitas (kematian) lebih rendah.
b. Pemberian Pakan
Pemberian pakan dibedakan sesuai dengan perbedaan umur
itik. Untuk pakan indukan atau itik petelur, pakan yang diberikan
adalah pakan pur sebanyak 2 ons per ekor per hari. Sedangkan
untuk pembesaran itik, itik pada umur antara 1-14 hari, itik
diberikan pakan yang seluruhnya merupakan pakan buatan pabrik
yakni pakan jenis broiler (BR 511). Hal tersebut dilakukan
berdasarkan pertimbangan bahwa kebutuhan nutrisi pada umur 1-
14 hari sangat tinggi dan perlu formulasi pakan yang lengkap.
Formulasi nutrisi yang lengkap biasanya sudah terdapat pada pakan
pabrik. Pada umur >14 hari minggu itik diberikan pakan campuran
yaitu dengan membuat ransum. Ransum pakan yang terdiri dari
campuran pakan pur, dedak menir, limbah sayuran pasar, dan
mineral. Alternatif lainnya adalah sisa mie dan sisa roti.

54
Pemberian pakan dan pembuatan ransum disesuaikan
dengan SOP (Standar Operational Procedure) yang terdapat di CV
usaha Unggas. Prosedur dalam SOP tersebut misalnya mengenai
waktu pemberian pakan, jumlah pemberian pakan, dan pembuatan
ransum pakan. Jumlahnya sangat ditentukan karena itik merupakan
unggas yang “jago makan”, dengan kata lain berapapun kuantitas
pakan yang disediakan pasti habis dimakannya. Oleh karena itu
perlu pengontrolan dalam segi ini. Selain untuk menjaga kualitas
itik, pengaturan ini juga untuk meminimalisir biaya produksi.
c. Kebutuhan Air dan Pemberian Minum Itik
Kebutuhan akan air digunakan terutama untuk minum itik.
Untuk keperluan minum itik, air harus selalu tersedia di kandang.
Hal ini dikarenakan itik pada dasarnya unggas air yang
memerlukan banyak air. Penggantian air minum dilakukan setelah
air dalam tempat minum terlihat kotor. Selain untuk keperluan
minum itik, air digunakan untuk mencuci peralatan misalnya
tempat pakan dan tempat minum. Kebutuhan air dapat dipenuhi
dari instalasi air yang telah dibangun. Instalasi air menggunakan
sumur dengan mesin pompa air untuk mengalirkan air dari sumur
hingga ke perkandangan.
d. Vitamin dan Vaksin
Tujuan diberikannya vitamin yakni agar nafsu makan itik
bertambah sehingga akan mempengaruhi pertumbuhan dan bobot
badan itik. Selain itu agar itik lebih kebal dari penyakit. Selain itu,
CV Usaha Unggas juga membuat jamu herbal sendiri. Jamu herbal
merupakan campuran temulawak, kuyit, dan kayu manis.
Campuran tersebut direbus kemudian disaring. Jamu ini berkhasiat
sebagai antibodi agar itik rentan dan tidak diserang oleh penyakit.
Selain itu jamu ini juga dapat meningkatkan pertumbuhan karena
berfungsi sebagai penambah nafsu makan. Pemberian jamu ataupun
vitamin dilakukan dengan cara dicampur dengan air minum.
Komposisi vitamin dalam campuran dengan air yakni 200 gram

55
vitamin dilarutkan ke dalam air satu liter. Sedangkan komposisi
jamu herbal dalam campuran dengan air yakni dua sendok jamu
dilarutkan ke dalam satu liter air.

Gambar 6. Pembuatan Jamu Herbal


e. Penanganan Penyakit
Beberapa jenis penyakit yang sering menyerang itik antara
lain: batulismus (keracunan), fowl cholera (kolera unggas),
salmonellosis (parathypus), penyakit lumpuh, dan penyakit bubul
(Departemen Pertanian 1990 dalam Oktavia 2005). Adapun cara
terbaik untuk menghindari serangan penyakit menurut Widhyarti
(2003), adalah dengan memelihara itik dalam kandang yang
memadai, baik sanitasi maupun luasnya (kepadatan kandang), serta
pemberian pakan yang mencukupi jumlah, gizi, dan kesegarannya.
Penanganan terhadap itik yang terkena penyakit yaitu diisolasi dan
diberikan pengobatan. Obat yang diberikan pada CV. Usaha
Unggas berupa bubuk sachet dengan merk medion. Takaran yang
diberikan antara 1–2 sedot.
Selain penyakit, kematian juga dapat disebabkan oleh faktor
selain penyakit. Kematian terutama terjadi pada saat masih DOD
yang disebabkan karena bibit saling injak. Penyebabnya adalah
padat tebar itik terlalu padat atau pada saat pemberian pakan saling
berebutan sehingga terjadi saling injak. Namun, adanya pengaturan
tebar itik perkandang pada CV. Usaha Unggas dapat memperkecil
resiko kematian karena terinjak. Kematian yang tidak bisa
dihindarkan terjadi akibat faktor alam. Perubahan cuaca yang

56
signifikan menyebabkan kematian pada DOD maupun itik. Faktor
human error juga salah satu penyebab kematian itik.
f. Kegiatan Pembesaran Itik
Pembesaran itik merupakan kegiatan sampingan bagi CV.
Usaha Unggas. Proses produksi yang dilakukan yaitu membesarkan
itik pedaging dari itik umur 0 hari (Day Old Duck/ DOD) hingga
itik dewasa yang siap dijual dengan bobot sekitar 1,2 kilogram per
ekor. Periode produksi yang dilakukan sekitar dua bulan. Tata
laksana pengelolaan pembesaran itik dilakukan berdasarkan
pengetahuan yang didapat dari hasil studi lapangan di peternakan
yang sudah lebih dulu berdiri, uji coba dan pengalaman.
Terdapat beberapa tahapan dalam kegiatan pembesaran itik
pedaging. Tahapan produksi tersebut berupa tahap persiapan, tahap
pemeliharaan itik starter, grower, dan finisher, dan tahap
pemasaran. Kegiatan diawali dengan pengkondisian kandang
dilakukan agar kandang sesuai dengan keperluan pembesaran. Pada
pemeliharaan itik tahap starter, DOD ditempatkan pada induk
buatan yang telah disediakan. Tahap pemeliharaan starter dimulai
dengan pemeliharaan itik umur 1-14 hari. Setelah itu, itik disortir
dan dipisahkan untuk dilanjutkan pada tahap pemeliharaan grower.
Perbedaan pada setiap tahapan pemeliharaan yaitu pada pemberian
pakan baik jumlah, komposisi, maupun waktunya.
Setelah itik berumur lebih dari 14 hari komposisi pakan
berubah. Tahap grower dan finisher ini sampai itik berumur dua
bulan. Pada umur tersebut bobot itik hidup mencapai antara 1,0-1,3
kilogram. Setelah itu itik dipasarkan menurut bobotnya.

6.2.5. Layout
Layout merupakan keseluruhan proses penentuan bentuk dan penempatan
fasilitas-fasilitas yang dimiliki suatu perusahaan. Fasilitas yang terdapat di CV.
Usaha Unggas terdiri dari kandang, peralatan pemeliharaan, instalasi listrik,
instalasi air, dan mesin tetas.

57
CV. Usaha Unggas memiliki dua unit mesin tetas dengan kapasitas mesin
tetas maksimum adalah 6.000 telur per unit. CV. Usaha Unggas memiliki
beberapa jenis kandang, yaitu sebanyak dua unit kandang itik dewasa dan 10 unit
kandang DOD. Ukuran kandang besar yaitu 20 meter x 5 meter atau luas kandang
100 m2. Sedangkan kecil berukuran 3 meter x 1,8 meter sebanyak 10 unit. Sistem
sirkulasi udara cukup baik karena dinding di atas satu meter terbuat dari kawat
ram yang memungkinkan udara masuk. Hal itu juga mempengaruhi pencahayaan
sehingga sinar matahari dapat masuk ke dalam kandang.
Pusat instalasi listrik berada pada ruangan penetasan telur. Instalasi air
berpusat di area sekitar kandang. Selain itu jarak rumah karyawan berada di
sekitar lokasi peternakan. Didalam kandang terdapat penerangan untuk menjaga
suhu ruangan hangat. Pada area kandang juga disediakan ruangan untuk
menyimpan pakan dan menyimpan peralatan, dan penampungan sementara
kotoran.
Keran untuk air pembersihan dan minum terdapat di luar kandang yaitu di
depan kandang. Pada bagian depan kandang juga terdapat arena bermain itik.
Sesekali itik dapat bermain di tempat tersebut. Terdapat juga kolam sederahana
untuk tempat berenang itik. Gambaran layout peternakan dapat dilihat pada
Gambar 7.

58
1 2 3 4

8 9
6
7
10

Keterangan:
1. Ruang Penetasan
2. Tempat pemeliharaan indukan
3. Tempat pemeliharaan tahap grower
4. Tempat pemeliharaan DOD
5. Pusat instalasi air
6. Kolam tempat bermain itik
7. Tempat penyimpanan peralatan
8. Tempat penyimpanan pakan
9. Tempat penyimpanan kotoran sementara
10. Tempat bermain itik
Gambar 7. Layout Peternakan

Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek teknis, dapat dikatakan CV.


Usaha Unggas layak dijalankan. Hal itu dikarenakan peternakan telah melakukan
produksi uji coba dan telah belajar dari peternakan yang telah ada sebelumnya.
Selain itu perlu mewaspadai ancaman penyakit dan faktor penyebab kematian
lainnya. Peternakan perlu memproduksi DOD dan itik sesuai kapasitas mesin dan
kandang untuk mengoptimalkan penerimaan.

6.3. Aspek Manajemen


Manajemen memiliki peran yang besar dalam memadukan sumberdaya
yang dimiliki sehingga arah dan tujuan perusahaan dapat tercapai. Manajemen
berperan dalam mengelola sumberdaya yang dimiliki perusahaan. Variabel umum
yang dipelajari dari aspek manajemen yaitu berkaitan dengan bentuk perusahaan,

59
struktur organisasi, deskripsi setiap jabatan, jumlah tenaga kerja, menentukan
siapa anggota direksi dan tenaga-tenaga inti, dan sistem pemberian upah.
CV. Usaha Unggas merupakan perusahaan patungan atau bentuk usaha
bersama. Sebagai usaha bersama, permodalan berasal dari para anggotanya.
Pemilik perusahaan ini sebanyak tiga orang yang berperan aktif dalam kegiatan
perusahaan. Pembagian posisi dan keuntungan didasarkan dari jumlah investasi
dan pembagian kerja. Ketiga pemilik ini memiliki posisi tertinggi pada
perusahaan.
Salah satu dari pemilik yaitu Bapak Budi berperan sebagai direktur. Tugas
daripada direktur diantaranya mencari pelanggan dan memperluas daerah
pemasaran, mendistribusikan produk ke pelanggan, meninjau jalannya proses
pembesaran itik, berperan aktif membantu anak kandang, dan mengontrol kualitas
produk.
Pemilik lainnya yaitu Bapak Mustafa memiliki posisi sebagai manajer
keuangan dan satu pemilik lain, Bapak Ali, bertanggung jawab dalam bidang
komunikasi dan informasi. Namun selain dari mengelola keuangan ataupun
komunikasi dan informasi, kedua pemilik ini juga bertugas untuk bertanggung
jawab penuh pada pengadaan input produksi, proses produksi, membantu
pemasaran, dan tugas-tugas-tugas lain yang dilimpahkan dari direktur.
Pada bagian produksi, terdapat tiga orang karyawan bagian penetasan dan
dua orang karyawan pada kandang. Karyawan pada kandang bertugas
melaksanakan kegiatan di kandang yang bersifat teknis misalnya memberi pakan
dan minum itik, dan membersihkan kandang dan peralatan. Selain itu terdapat
satu karyawan pada kios, dan satu orang supir untuk bagian pengiriman produk.
Struktur organisasi pada CV Usaha Unggas terdapat pada Gambar 8.

60
Direktur
Site Manager Manajer Komunikasi
dan Informasi

Bagian Penetasan Bagian Kandang Bagian Distribusi dan


Pemasaran

K K K K K Supir K. Kios

Keterangan : K = Karyawan
Gambar 8. Struktur Organisasi CV. Usaha Unggas

Sistem pemberian upah yakni upah bulanan. Besarnya gaji bulanan yang
diterima karyawan kandang dan karyawan penetasan yakni Rp 500.000,00 per
bulan. Karyawan pendistribusian mendapatkan gaji yang lebih tinggi yakni supir
sebanyak Rp 1.200.000,00 per bulan dan karyawan kios sebanyak Rp 950.000,00
per bulan. Selain dengan sistem upah, juga terdapat bonus apabila dalam
penjualan perusahaan mendapatkan keuntungan yang dinilai tinggi tergantung dari
keputusan pemilik perusahaan.
Untuk pemilik sebenarnya tidak mendapatkan gaji atau upah karena
keuntungan dari usaha itulah yang merupakan gaji atau upah para pemilik. Namun
karena pemilik berperan aktif, maka gajinya diperhitungkan sebagai tenaga kerja.
Masing-masing dari ketiga pemilik ini mendapatkan gaji sebanyak Rp
2.000.000,00 perbulan. Setelah itu sisa keuntungannya baru dibagi lagi sesuai
posisi dan jumlah saham. Pembagian keuntungan antara Bapak Budi, Bapak
Mustafa dan Bapak Ali adalah 45 : 35 : 20. Berdasarkan analisis aspek
manajemen, usaha ini sudah layak dijalankan. Hal ini dikarenakan telah memiliki
garis koordinasi yang jelas dan tegas.

6.4. Aspek Hukum


Aspek hukum berkenaan dengan bentuk badan usaha yang digunakan dan
legalitas usaha. CV. Usaha Unggas merupakan perusahaan patungan atau usaha

61
bersama. Hal ini didasarkan pada proses berdirinya perusahaan didirikan oleh
beberapa orang dan modal usaha merupakan modal bersama daripada para
pendirinya. Perusahaan dijalankan sepenuhnya oleh pemilik dan risiko kerugian
ditanggung oleh pemilik.
Aspek legal yang telah didapatkan yaitu berupa Surat Keterangan Domisili
Usaha (SKDU) dari kelurahan. Dengan demikian, perusahaan telah terdaftar di
kelurahan setempat sehingga perusahaan diakui secara legal keberadaannya.
Menurut pemaparan pihak manajemen bahwa peternakan terjamin keamananya
karena sudah mendapatkan izin dari kelurahan setempat.
Berdasarkan aspek hukum, CV. Usaha Unggas belum dapat dikatakan
layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan perusahaan hanya memiliki izin dari
kelurahan, RW, dan RT setempat. Peternakan belum memiliki aspek legal yang
mencirikan suatu bentuk perusahan misalnya persekutuan komanditer dan belum
tercatat dalam akta notaris yang dikarenakan skala usaha yang dijalankan masih
merupakan skala kecil. Menurut SK Menteri Pertanian No
362/Ktps/TN.120/5/1990 tentang ketentuan dan tata cara pelaksanaan pemberian
izin dan pendaftaran usaha peternakan dijelaskan bahwa jika populasi ternak itik
dalam suatu peternakan > 1500 ekor, maka harus mengajukan izin usaha
peternakan.
Perusahaan juga perlu memiliki peraturan internal yang disepakati diantara
para pemilik sehingga setiap pihak yang terlibat di dalam CV. Usaha Unggas
dapat menjalankan hak dan kewajibannya serta dapat memudahkan penyelesaian
apabila terjadi konflik internal perusahaan.

6.5. Aspek Sosial, Ekonomi, dan Budaya


Dalam aspek sosial, ekonomi, dan budaya yang dianalisis adalah seberapa
besar bisnis mempunyai dampak sosial, ekonomi, dan budaya terhadap
masyarakat keseluruhan. Pada aspek sosial, pengaruh dari didirikannya CV.
Usaha Unggas adalah menciptakan lapangan pekerjaan baru. Peternakan mampu
menyerap tenaga kerja dari daerah sekitar lokasi perusahaan. Dengan demikian,
peternakan berperan dalam menyediakan lapangan pekerjaan baru. Dari aspek
ekonomi tentunya dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dengan adanya

62
kesempatan kerja baru. CV. Usaha Unggas juga menyisihkan sebagian
keuntungannya untuk dana sosial bagi wilayah setempat.
Selain itu dapat menambah aktivitas ekonomi baik pada bagian hulu
maupun bagian hilir agribisnis. Pada aktivitas hulu, semakin berkembangnya
usaha pada hulu produksi misalnya penyediaan DOD sebagai bahan baku bagi
mitra. Begitu pula dalam aktivitas hilir dengan penyuplaian itik pada mitra
ataupun pengumpul.
Dari segi budaya, bisnis ini tidak merugikan budaya setempat. Justru
dengan adanya bisnis ini bisa mempopulerkan mengkonsumsi daging itik. Hal ini
dikarenakan daging unggas yang sangat popular selama ini adalah daging ayam.
Adanya kegiatan usaha pada tahap pembesaran dapat menjadi alternatif usaha
selain usaha yang telah umum dilakukan yaitu usaha itik petelur. Dengan
demikian usaha ternak itik pedaging terutama pada tahap pembibitan dan
pembesaran menjadi populer di masyarakat.
Berdasarkan aspek sosial, ekonomi, dan budaya dapat dikatakan CV.
Usaha Unggas layak dijalankan. Hal ini dikarenakan banyaknya dampak positif
yang ditimbulkan misalnya menyediakan lapangan pekerjaan baru, menggiatkan
kegiatan ekonomi off farm agribisnis itik, dan mempopulerkan mengkonsumsi
daging itik untuk meningkatkan gizi masyarakat, dan memberikan alternatif dalam
melakukan usaha ternak yaitu tahap pembibitan dan pembesaran.

6.6. Aspek Lingkungan


Aspek lingkungan mempelajari bagaimana pengaruh bisnis terhadap
lingkungan, apakah dengan adanya bisnis menciptakan lingkungan semakin baik
atau semakin rusak. Limbah dari sisa produksi merupakan salah satu aspek yang
perlu diperhatikan pengaruhnya terhadap lingkungan. Pada CV. Usaha Unggas
limbah yang dihasilkan berupa kotoran ternak.
Sebenarnya kotoran itik tidak menjadi ancaman bagi timbulnya
pencemaran lingkungan apabila penanganan yang dilakukan sudah sesuai. Namun
pada CV. Usaha Unggas belum memiliki unit pengelolahan limbah. Untuk
mengatasi hal ini, pekerja CV. Usaha Unggas mengumpulkan kotoran tersebut.
Menurut pemilik, mereka membiarkan pekerjanya mengumpulkan kotoran
tersebut untuk dijual pada pengolah pupuk kandang. Kotoran tersebut dijadikan

63
sebagai bahan baku pupuk kandang. Hasil penjualan ini dapat menambah
pendapatan para pekerja. Dengan demikian kotoran itik justru berdampak positif
bagi lingkungan karena menjadi pupuk, dan bermanfaat bagi para pekerja untuk
menambah penghasilan.
Penanganan kotoran yang dilakukan CV. Usaha Unggas yakni
pembersihan kotoran dari kandang, penempatan pada karung, penyimpanan, dan
penjualan. Pembersihan dilakukan secara rutin setiap dua minggu sekaligus
mengganti alas sekam sehingga kandang selalu terjaga kebersihannya.
Selain dari limbah produksi, potensi pencemaran yang mungkin terjadi
adalah berupa bau kotoran. Namun hal ini tidak menjadi masalah besar bagi
warga sekitar karena posisi kandang jauh dari pemukiman warga. Walaupun
demikian, untuk menangani pencemaran ini sekaligus untuk kesehatan itik,
kandang senantiasa dijaga kebersihannya. Pembersihan kandang dilakukan setiap
dua minggu sehingga bau kotoran dapat diminimalkan.
Dampak positif lainnya terhadap lingkungan ialah CV. Usaha Unggas
memanfaatkan limbah sayuran pasar setiap harinya. Hal ini dapat mengurangi
sampah dari limbah sayuran pasar.
Berdasarkan analisis aspek lingkungan, dapat dikatakan CV. Usaha
Unggas layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan adanya dampak positif
terhadap lingkungan yakni sebagai penyedia pupuk kandang. Selain itu upaya
mengantisipasi pencemaran udara berupa bau sudah diantisipasi dengan
membangun kandang yang cukup jauh dari permukiman warga, dan dilakukan
pembersihan secara rutin dan teratur sehingga kandang terjamin kebersihannya.

64
VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana CV. Usaha


Unggas dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Penilaian layak atau tidak
usaha tersebut dari aspek finansial menggunakan kriteria kelayakan investasi.
Kriteria kelayakan investasi yang dapat digunakan diantaranya Net Present Value
(NPV), Net Benefit Cost Ratio (Net B/C), Internal Rate of Return (IRR), dan
Payback Period (PBP). Analisis kriteria kelayakan investasi tersebut
menggunakan arus kas (cash flow) untuk mengetahui besarnya manfaat dan biaya
yang dikeluarkan selama umur bisnis.
Selain menyusun cash flow, dalam penelitian ini juga akan dilakukan
analisis laba rugi. Dari hasil analisis laba rugi dapat diketahui jumlah pajak yang
harus dibayarkan perusahaan yang akan mempengaruhi cash flow perusahaan
yaitu sebagai pengurang atas manfaat bersih (net benefit) yang diterima
perusahaan. Selain itu, melalui laporan laba rugi dapat dihitung Break Even Point
(BEP) dan Harga Pokok Produksi (HPP) yang berguna dalam pengelolaan bisnis.
CV. Usaha Unggas dihadapkan pada kemungkinan perubahan variabel yang
mempengaruhi cash flow. Perusahaan perlu mengetahui sejauh mana perubahan
tersebut mempengaruhi aliran kas yang pada akhirnya mempengaruhi kelayakan
usaha. Perubahan pada variabel input dan output hingga saat ini memang belum
terjadi karena usaha masih relatif baru. Oleh karena itu, dalam penelitian ini akan
dilakukan analisis nilai pengganti (switching value). Analisis nilai pengganti
(switching value) dilakukan terhadap variabel yang berpotensi mempengaruhi
kelayakan usaha apabila terjadi perubahan dalam jumlah tertentu misalnya
penurunan volume produksi.

7.1. Proyeksi Arus Kas (Cash flow)


Aktivitas dalam bisnis diantaranya dapat dilihat dari penerimaan dan
pengeluaran perusahaan. Aliran penerimaan dan pengeluaran tersebut dikenal
dengan istilah aliran kas (cash flow). Suatu aliran kas (cash flow) terdiri dari
beberapa unsur yang nilainya disusun berdasarkan tahapan-tahapan kegiatan
bisnis. Unsur-unsur dalam cash flow diantaranya, inflow (arus kas masuk), outflow
(arus kas keluar), dan manfaat bersih.
7.1.1. Arus Kas Masuk
Arus kas masuk adalah segala sesuatu yang dapat meningkatkan
pendapatan proyek. Pada CV. Usaha Unggas penerimaan berasal dari produk
utama, produk sampingan, itik afkir, dan nilai sisa. Produk utama perusahaan
berupa DOD (Day Old Duck) sedangkan produk sampingan berupa itik dewasa.
Nilai sisa berasal dari peralatan investasi atau re-investasi yang tidak habis
dipakai selama umur bisnis. Rincian arus kas skenario 1 dan skenario 2 masuk
dapat dilihat pada Lampiran 1.
1. Penerimaan Penjualan DOD
Pada CV. Usaha Unggas DOD dijual dalam satuan ekor. Harga jual
DOD yaitu sebesar Rp 6.000,00 per ekor. Pada tahun pertama hanya
berproduksi selama tiga bulan, karena adanya persiapan bisnis di awal
tahun. Dalam satu minggu, jumlah DOD yang diproduksi sebanyak 1.325
ekor. Tingkat kelangsungan hidup DOD adalah 85 persen, sehingga dalam
satu bulan dengan jumlah produksi 5.300 ekor awalnya, jumlah yang
bertahan adalah 4.505 ekor. Penerimaan tahun pertama dengan harga
satuan itik Rp 6.000,00 adalah Rp 81.090.000,00. Produksi dan panen
DOD tahun pertama dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Produksi dan panen DOD tahun pertama


Bulan Jumlah produksi
SR (%) Jumlah DOD dijual (ekor)
ke- (ekor)
1 5.300 85 4.505
2 5.300 85 4.505
3 5.300 85 4.505
total DOD dijual (ekor) 13.515
harga DOD per ekor (Rp) 6.000
Nilai (Rp) 81.090.000
Sumber : hasil wawancara dengan peternak 2012 (diolah)

Pada tahun kedua hingga ke enam, produksi dilakukan satu tahun


penuh tiap tahunnya. Dalam satu minggu, jumlah DOD yang diproduksi
sebanyak 1325 ekor, sehingga dalam satu bulan dengan jumlah produksi

66
5.300 ekor. Dengan 85 persen tingkat kelangsungan hidup itik, jumlah
yang bertahan adalah 4.505 ekor. Penerimaan tahun ke-2 hingga tahun ke-
6 dengan harga satuan itik Rp 6.000,00 pada skenario I adalah Rp
324.360.000,00 per tahun sedangkan pada skenario II adalah Rp
297.330.000,00 per tahun. Produksi dan panen DOD tahun pertama dapat
dilihat pada Tabel 9 dan Tabel 10.

Tabel 9. Produksi dan panen DOD tahun ke-2 sampai tahun ke-6
skenario I
Jumlah DOD dijual tahun ke- (ekor)
Bulan ke- Jumlah produksi (ekor) SR
2 3 4 5 6
1 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505
2 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505
3 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505
4 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505
5 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505
6 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505
7 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505
8 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505
9 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505
10 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505
11 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505
12 5.300 85% 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505
total DOD dijual (ekor) 54.060 54.060 54.060 54.060 54.060
harga DOD per ekor (Rp) 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000

Nilai (Rp.000) 324360 324360 324360 324360 324360

Sumber : hasil wawancara dengan peternak 2012 (diolah)

67
Tabel 10. Produksi dan panen DOD tahun ke-2 sampai tahun ke-6
skenario II
Jumlah Jumlah Dibesar- Jumlah DOD dijual tahun ke- (ekor)
Bulan SR
produksi DOD kan
ke- (%) 2 3 4 5 6
(ekor) (ekor) (ekor)*)
1 5.300 85 4.505 1.126 3.379 3.379 3.379 3.379 3.379
2 5.300 85 4.505 - 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505
3 5.300 85 4.505 - 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505
4 5.300 85 4.505 - 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505
5 5.300 85 4.505 - 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505
6 5.300 85 4.505 - 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505
7 5.300 85 4.505 1.126 3.379 3.379 3.379 3.379 3.379
8 5.300 85 4.505 - 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505
9 5.300 85 4.505 - 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505
10 5.300 85 4.505 - 4.505 4.505 4.505 4.505 4.505
11 5.300 85 4.505 1.126 3.379 3.379 3.379 3.379 3.379
12 5.300 85 4.505 1.126 3.379 3.379 3.379 3.379 3.379
total DOD dijual (ekor) 49.555 49.555 49.555 49.555 49.555
harga DOD per ekor (Rp) 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000
Nilai (Rp.000) 397330 397330 397330 397330 397330

Keterangan : *) bulan 1, 7, dan 12 diasumsikan terdapat 1 minggu libur, sehingga


mitra meliburkan diri dan tidak mengambil DOD ke peternakan,
sedangkan bulan 8 diasumsikan terdapat 1 minggu libur lebaran.
Sumber : hasil wawancara dengan peternak 2012 (diolah)
2. Penerimaan Penjualan Itik Dewasa
Jumlah pembesaran itik dewasa pada CV. Usaha Unggas sekitar
4.505 ekor dalam satu tahun. Hal ini terjadi pada skenario II. Pada tahun
pertama usaha, tidak ada itik yang dibesarkan. Pembesaran itik dimulai
pada tahun ke-2 sampai tahun ke-6. Tingkat kelangsungan hidup itik pada
CV Usaha Unggas sangat besar, yaitu 95 persen. Sehingga total itik yang
dijual dalam satu tahun adalah 4.279 ekor. Harga itik dengan bobot satu
kilogram yaitu Rp 20.000,00. Penambahan 0,1 kilogram bobot itik
menambah harga Rp 1.000,00. Rata-rata bobot itik yang dijual yaitu 1,2
kilogram dengan penjualan seharga Rp 22.000,00. Penerimaan dari
penjualan itik dewasa adalah sebesar Rp 93.133.600,00 per tahun.
Produksi dan panen itik tahun ke-2 sampai tahun ke-6 dapat dilihat pada
Tabel 11.

68
Tabel 11. Produksi dan panen itik tahun ke-2 sampai tahun ke-6
Jumlah
Bulan SR Jumlah panen tahun ke- (ekor)
produksi
ke- (%)
(ekor) 2 3 4 5 6
1 1.126 95 1.070 1.070 1.070 1.070 1.070
7 1. 126 95 1.070 1.070 1.070 1.070 1.070
8 1. 126 95 1.070 1.070 1.070 1.070 1.070
12 1. 126 95 1.070 1.070 1.070 1.070 1.070
total panen (ekor) 4.279 4.279 4.279 4.279 4.279
harga itik per ekor (Rp) 22.000 22.000 22.000 22.000 22.000
Nilai (Rp.00) 93.133.6 93.133.6 93.133.6 93.133.6 93.133.6
Sumber : hasil wawancara dengan peternak 2012 (diolah)
3. Penerimaan Penjualan Itik Afkir
Itik afkir merupakan itik yang sudah habis masa reproduksinya.
Itik indukan pada CV. Usaha Unggas habis masa produksinya setelah fua
tahun. Dari 500 ekor indukan itik, pada akhir dua tahun setelahnya hanya
tersisa sebanyak 475 ekor, karena tingkat kelangsungan hidup itik adalah
95 persen. Total pendapatan dari hasil jual itik afkir yang harga per
ekornya Rp 35.000,00 adalah Rp 16.625.000,00. Pendapatan dipeoleh
pada akhir tahun ke-2, ke-4 dan ke-6 produksi.
4. Penerimaan Nilai Sisa
Nilai sisa berasal dari nilai investasi yang tidak habis nilai
ekonomisnya pada akhir umur bisnis yaitu tahun ke-6. Peralatan itu
diantaranya meja, kursi, dan sepeda motor. Pada CV. Usaha Unggas,
jumlah nilai sisa sebesar Rp 13.840.000,00. Perincian nilai sisa dapat
dilihat dalam Lampiran 6.

7.1.2. Arus Kas Keluar (Outflow)


Arus kas keluar adalah komponen biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan. Biaya yang dikeluarkan dibedakan menjadi biaya investasi dan biaya
operasional. Biaya investasi merupakan biaya yang harus dikeluarkan untuk
mendapatkan faktor-faktor produksi yang akan digunakan dalam proses produksi.
Sedangkan biaya operasional adalah biaya yang dikeluarkan agar usaha bisa
berlangsung.

69
1. Biaya Investasi
Biaya investasi dikeluarkan pada awal tahun pertama bisnis. Biaya
ini digunakan untuk membangun kandang, membeli indukan itik, membeli
lahan, dan mengadakan mesin dan peralatan yang diperlukan dalam usaha
pembibitan dan pembesaran itik. Rincian biaya investasi diuraikan pada
lampiran 5. Rincian biaya investasi dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Indukan Itik
Indukan itik merupakan investasi yang paling pokok dalam
usaha pembibitan itik. CV. Usaha Unggas memiliki 500 ekor itik
petelur. Satu ekor indukan itik dibeli dengan harga Rp 50.000,00.
Jadi pembelian indukan itik menghabiskan biaya Rp
25.000.000,00. Indukan ini berproduksi sampai dua tahun. Setelah
masa produktifnya habis, itik dijual dengan harga per ekor Rp
35.000,00.
b. Lahan
Lahan dipergunakan sebagai tempat pembangunan kandang,
kolam, dan tempat bermain itik. Lahan dibeli dengan luas 500 m2 .
Harga beli luas per m2 adalah Rp 20.000,00. Jadi total harga
pembelian lahan ialah Rp 10.000.000,00.
c. Kandang
Kandang merupakan salah satu komponen investasi pokok
pada CV. Usaha Unggas. Peternakan memiliki dua kandang besar
dan 10 kandang kecil untuk DOD. Kandang besar pada CV. Usaha
Unggas terbagi dua, yaitu kandang indukan dan kandang
pembesaran. Kandang indukan merupakan kandang permanen dan
tertutup. Kandang ini berfungsi sebagai tempat bertelur dan tempat
untuk tidur bagi itik. Kandang pembesaran ada bagian yang
tertutup dan ada pula bagian yang terbuka. Kandang tertutup
berfungsi sebagai tempat tidur dan makan itik, sehingga itik tidak
langsung terkena matahari ataupun hujan. Sebagian kandang
dengan atap yang terbuka digunakan untuk tempat bermain itik.
Ditempat terbuka ini dibuatkan pula kolam sederhana. Dalam

70
kandang tersebut, untuk memisahkan umur itik dibuat sekat-sekat
dari bilah-bilah bambu.
Pembangunan kandang menghabiskan biaya yang cukup
besar yakni mencapai Rp 13.000.000,00. Umur ekonomis kandang
diperkirakan sekitar enam tahun operasional.
d. Instalasi Air
Instalasi air dibangun untuk menjamin ketersediaan
pasokan air untuk keperluan peternakan. Umur ekonomis instalasi
air selama enam tahun. Pembangunan instalasi air menghabiskan
biaya sekitar Rp 2.500.000,00. Biaya tersebut digunakan dalam
pembuatan sumur galian, pembelian selang, paralon, mesin pompa
air, lem paralon, keran air, dan biaya pemasangan.
e. Tempat Pakan dan Minum
Tempat pakan dan minum merupakan peralatan yang
penting dalam peternakan itik pedaging. Tempat pakan dan minum
berfungsi untuk tempat makan dan minum itik yang disediakan di
kandang. Tempat pakan yang terdapat di CV. Usaha Unggas
terbagi dua, yaitu ukuran besar dan ukuran kecil. Tempat
berukuran satu liter berjumlah 60 buah, sedangkan tempat
berukuran dua liter berjumlah 50 buah. Harga setiap tempat pakan
yang berukuran satu liter sekitar Rp 4.500,00. Sedangkan untuk
tempat pakan berukuran dua liter berharga Rp 9.000,00 per buah.
Umur ekonomis tempat pakan dan minum dapat diperkirakan
selama dua tahun.
f. Bola Lampu
Fungsi utama lampu adalah untuk digunakan dalam induk
buatan. Induk buatan diperuntukan bagi bibit yang berumur 0
hingga umur tiga minggu. Induk buatan sangat penting untuk
menjadikan ruangan tetap hangat sehingga seolah itik berada
dengan induknya. Selain itu itik dewasa pun juga memerlukan
kehangatan di kandangnya. Jumlah bola lampu yang digunakan per
100 ekor itik berjumlah dua bola. Harga setiap bola lampu yaitu Rp

71
4.000,00. Umur ekonomis bola lampu diperkirakan selama dua
tahun.
g. Mesin Tetas
Dalam usaha pembibitan itik mesin tetas sangat penting
penggunaannya. CV. Usaha Unggas memiliki dua unit mesin tetas
dengan kapasitas 600 butir telur per unit. Harga mesin tetas
perunitnya ialah Rp 2.500.000,00. Mesin ini terbuat dari bahan
multiplex. Umur ekonomis mesin ini diperkirakan sekitar enam
tahun.
h. Serokan
Serokan digunakan sebagai peralatan pembersihan kandang.
Peternakan memiliki dua buah serokan. Harga beli serokan yaitu
Rp 5.000,00 per buah. Umur ekonomis serokan yaitu selama tiga
tahun.
i. Ember
Ember digunakan untuk diantaranya mencuci peralatan,
tempat menuangkan pakan dari karung, dan penggunaan lainnya.
Peternakan memiliki tiga buah ember dengan ukuran besar. Ember
diperoleh dari toko perkakas setempat dengan harga Rp 15.000,00
per buah. Umur ekonomis ember diperkirakan mencapai dua tahun.
j. Sepatu Boot
Sepatu boot digunakan untuk kerja para karyawan. Hal ini
supaya kebersihan badan karyawan dapat terjaga mengingat
kandang banyak kotoran ternak itik, sisa pakan, dan sekam.
Peternakan memiliki inventaris sepatu boot sebanyak dua buah.
Harga setiap sepatu yaitu Rp 60.000,00. Umur ekonomis sepatu
boot selama dua tahun.
k. Meja dan Kursi
Meja dan kursi merupakan investasi untuk kelengkapan
administrasi perusahaan. Perusahaan membeli meja dengan harga
Rp 400.000,00 dan kursi dengan harga Rp 200.000,00. Umur

72
ekonomis meja dan kursi ini diperkirakan 10 tahun sejak
pembelian.
l. Sepeda Motor
Sepeda motor digunakan sebagai alat transportasi bagi
karyawan untuk membeli kebutuhan variabel perusahaan, maupun
untuk mendistribusikan produk untuk daerah dalam jarak
jangkauan yang tidak jauh. Harga beli sepeda motor adalah Rp
9.000.000. Umur ekonomis sepeda motor diperkirakan 10 tahun.
Selain melakukan investasi, perusahaan juga melakukan
reinvestasi. Reinvestasi dilakukan untuk mengganti peralatan investasi
yang telah habis umur ekonomisnya. Pada awal tahun ke-3 dan ke-5
perusahaan melakukan reinvestasi untuk peralatan investasi seperti
indukan, tempat pakan dan minum, ember besar, sepatu boot dan bola
lampu dengan jumlah biaya reinvestasi sebesar Rp 26.405.000,00. Pada
tahun ke-4 jumlah biaya reinvestasi yang dikeluarkan hanya sebesar Rp
10.000,00 untuk membeli serokan. Total biaya reinvestasi selama umur
bisnis mencapai Rp 52.100.000,00. Rincian biaya reinvestasi dapat dilihat
dalam Lampiran 7.
2. Biaya Operasional
Biaya operasional dikeluarkan secara berkala selama proyek berjalan.
Biaya operasional meliputi biaya tetap dan biaya variabel.
a. Biaya Tetap
Biaya tetap merupakan biaya yang secara total tidak mengalami
perubahan, walaupun ada perubahan volume produksi atau penjualan
(dalam batas tertentu). Biaya tetap pada CV. Usaha Unggas meliputi biaya
sewa kios, biaya gaji karyawan kandang, biaya gaji karyawan penetasan,
biaya gaji karyawan penjualan dan pendistribusian (supir dan karyawan
kios), biaya listrik, biaya komunikasi, biaya pemeliharaan kandang, biaya
sekam, dan sapu lidi, biaya pemeliharaan mesin tetas, sewa mobil pick-up,
gaji pemilik sebagai tenaga kerja diperhitungkan, pajak dan perawatan
sepeda motor, THR karyawan, dan biaya kemanusiaan.

73
Biaya tetap yang dikeluarkan pada tahun ke-1 sebesar Rp
38.054.750,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-6 dibutuhkan biaya tetap
masing-masing sebesar Rp 140.372.000,00, Rp 142.356.250,00, Rp
142.340.500,00, Rp 142.324.750,00, dan Rp 142.309.000.
1) Biaya Sewa Kios
Kios ini mulai disewa pada empat tahun terakhir. Besarnya
biaya sewa kios yang bertempat di dekat Pasar Prumpung, yaitu Rp
5.000.000,00 per tahun. Namun karena kios tidak hanya menjual/
mendistribusikan DOD atau itik saja, melainkan mendistribusikan
DOC, ayam, dan produk lainnya juga, maka diambil asumsi untuk
pembagian pembayaran sewa kios. Dari usaha ternak itik,
dibayarkan sebanyak Rp 2.000.000 per tahun untuk menyewa kios.
2) Gaji Karyawan Kandang dan Karyawan Penetasan
Gaji karyawan kandang dan karyawan penetasan
dibayarkan perbulan. Karyawan kandang bertugas membersihkan
kandang dan memberi makan ternak. CV Usaha Unggas memiliki
dua orang karyawan di peternakan. Masing-masing gaji karwayan
kandang adalah Rp 500.000,00. Begitu juga untuk karyawan
bagian penetasan. Total karyawan pada bagian penetasan adalah
tiga orang. Masing-masing karyawan dibayarkan gajinya setiap
bulan dengan besar Rp 500.000,00 per orang.
Total gaji karyawan kandang pada tahun ke-1 sebesar Rp
3.000.000,00. Sedangkan total gaji pada tahun ke-2 sampai tahun
ke-6 masing-masing sebesar Rp 12.000.000,00 per tahun. Total
gaji karyawan penetasan pada tahun ke-1 sebesar Rp
4.500.000,00. Sedangkan total gaji pada tahun ke-2 sampai tahun
ke-6 masing-masing sebesar Rp 18.000.000,00 per tahun.
3) Gaji Karyawan Kios
Karyawan kios bertugas menjaga dan melakukan segala
aktifitas distribusi dan penjualan pada kios. Karyawan kios
berjumlah dua orang, namun yang diperhitungkan dari usaha itik

74
adalah satu orang. Besarnya gaji yang diberikan untuk karyawan
ini adalah Rp 950.000,00 perbulan.
4) Gaji Supir
Supir bertugas untuk distribusi produk ke mitra atau
konsumen. Supir menggunakan mobil pick up yang disediakan
perusahaan. Supir digaji perbulan sebesar Rp 1.200.000,00.
5) Biaya Sekam
Sekam digunakan sebagai alas untuk itik supaya lantai tidak
terlalu lembab dan kandang tidak terlalu bau. Sekam yang
dibutuhkan sebanyak 10 karung per minggu. Harga setiap karung
sekam sebesar Rp 5.000,00. Dengan demikian biaya sekam pada
setiap bulan sebesar 40 karung dikalikan Rp 5.000,00 per karung
hasilnya adalah Rp 200.000,00. Pada tahun ke-1 dilakukan
sembilan bulan produksi sehingga biaya sekam yang dikeluarkan
sebesar Rp 1.800.000,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-6 biaya sekam
yang diperlukan sebesar Rp 2.400.000,00 per tahun.
6) Biaya Pemeliharaan Kandang
Pada setiap awal siklus produksi, peternakan menyiapkan
kesiapan produksi misalnya membersihkan halaman kandang dan
sekitarnya, dan melakukan perbaikan kandang yang terlihat rusak.
Biaya tersebut dirangkum ke dalam biaya pemeliharaan kandang.
Besarnya biaya pemeliharaan kandang yaitu Rp 300.000,00 per
tahun. Pada tahun ke-1 tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya
pemeliharaan kandang, sehingga biaya yang dikeluarkan sebesar
Rp 100.000,00.
7) Biaya Pemeliharaan Mesin Tetas
Pada setiap bulan, peternakan membersihkan mesin tetas
agar tingkat kegagalan produksi dapat diminimalisasi. Besarnya
biaya pemeliharaan mesin tetas yaitu Rp 300.000,00 per tahun.
Pada tahun ke-1 tidak terlalu banyak mengeluarkan biaya
pemeliharaan mesin tetas, sehingga biaya yang dikeluarkan sebesar
Rp 100.000,00.

75
8) Biaya Komunikasi
Biaya komunikasi adalah biaya untuk pembelian pulsa.
Menurut pemilik, pembelian pulsa tidak diperhitungkan, melainkan
memakai dana pribadi. Namun jika diasumsikan, pemakaian pulsa
setiap tahunnya khusus untuk peternakan itik sekitar Rp
600.000,00 per tahun. Sedangkan untuk tahun pertama
diasumsikan sekitar Rp 400.000,00.
9) Biaya Listrik
Biaya listrik tetap yang dikeluarkan setiap bulan sebesar Rp
50.000,00. Biaya tetap listrik per bulan diantaranya berupa biaya
beban listrik, dan pemakaian penerangan kandang. Jumlah bulan
dalam satu tahun yaitu 12 bulan. Dengan demikian biaya listrik
tetap per tahun sebesar Rp 600.000,00. Sedangkan untuk tahun
pertama biaya listrik yang terpakai adalah Rp 150.000,00.
10) Biaya Sewa Mobil Pick-up
CV Usaha Unggas telah memiliki mobil pick-up
sebelumnya pada saat usaha bisnis ayam. Namun untuk
memperhitungkan biayanya, maka diasumsikan menjadi biaya
sewa mobil pick-up. Mobil ini digunakan empat kali dalam sebulan
dengan asumsi satu kali pemakaian dikenakan biaya Rp 50.000,00.
Dengan asumsi ini maka penggunaan dalam satu bulan
mengeluarkan biaya Rp 200.000,00.
Besarnya biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama
adalah Rp 600.000,00. Sedangkan total biaya untuk tahun ke-2
sampai tahun ke-6 adalah Rp 2.400.000,00 per tahun.
11) Gaji Pemilik
Gaji pemilik diperhitungkan sebagai tenaga kerja,
diasumsikan gaji masing-masing pemilik yang diperhitungkan
adalah Rp 2.000.000,00 per bulan. Karena CV Usaha Unggas
memiliki tiga orang pemilik yang aktif, maka total biaya untuk gaji
mereka setiap bulan adalah Rp 6.000.000,00.

76
Besarnya biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama
adalah Rp 18.000.000,00. Sedangkan total biaya untuk tahun ke-2
sampai tahun ke-6 adalah Rp 72.000.000,00 per tahun.
12) Biaya Pajak Sepeda Motor
Biaya yang dikeluarkan untuk pajak sepeda motor adalah
1,75 persen dari nilai jual motor. Karena tiap pertambahan tahun
sepeda motor mengalami penyusutan, maka biaya yang
dikeluarkan dari tahun pertama sampai tahun ke-6 masing-masing
adalah Rp 141.750,00, Rp 126.000,00, Rp 110.250,00, Rp
94.500,00, Rp 78.750,00, dan Rp 63.000,00.
13) Biaya Perawatan Sepeda Motor
Biaya yang dikeluarkan untuk perawatan sepeda motor
pada tahun pertama adalah Rp 60.000,00. Sedangkan biaya
perawatan untuk tahun selanjutnya adalah Rp 240.000,00 per
tahun.
14) THR Karyawan
THR atau Tunjangan Hari Raya diberikan pada masing-
masing karyawan sebesar Rp 500.000,00. Jumlah karyawan pada
CV. Usaha Unggas adalah sembilan orang, maka per tahunnya
total THR yang dikeluarkan adalah Rp 3.500.000,00.
15) Biaya Sapu Lidi
Sapu lidi menjadi biaya tetap karena umur ekonomisnya
tidak lebih dari satu tahun. Sapu lidi yang dibutuhkan sebanyak
dua buah per tahun. Harga sapu lidi yaitu Rp 3.000,00 per buah.
Dengan demikian biaya yang dibutuhkan untuk pembelian sapu lidi
sebesar Rp 6.000,00 per tahun.
16) Biaya Kemanusiaan
Biaya Kemanusiaan adalah pendapatan yang disisihkan
CV. Usaha Unggas untuk membantu lingkungan di sekitar tempat
usaha. Besarnya biaya yang dikeluarkan pada tahun pertama adalah
Rp 300.000,00. Pada tiap tahun berikutnya biaya yang dikeluarkan
adalah Rp 1.500.000,00.

77
b. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang jumlahnya tergantung dengan
jumlah produk yang akan dihasilkan. Pada CV. Usaha Unggas biaya
variabel berupa biaya pakan broiler, pakan pur, pakan starter, dedak, sisa
sayuran, sisa mie, obat-obatan, jamu herbal, box pengiriman, dan bensin.
Pada skenario I tidak terdapat biaya variabel untuk pembesaran
DOD. Rincian jumlah biaya variabel untuk masing-masing skenario dapat
dilihat pada Lampiran 2 dan Lampiran 3. Rincian penggunaan biaya
variabel dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Biaya Pakan Pur
Pakan pur diberikan untuk itik indukan. Jumlah yang
diberikan yaitu sebanyak 0,12 kilogram per hari per ekor itik.
Kebutuhan pakan pur untuk pemeliharaan 500 ekor itik yaitu 60
kilogram perhari. Dalam satu karung pakan memiliki netto 50
kilogram sehingga pakan pur yang diperlukan sebanyak 1,2
karung. Harga pakan pur yaitu Rp 180.000,00 per karung sehingga
biaya yang diperlukan untuk pembelian pakan pur dalam satu
bulan sebanyak Rp 6.480.000,00.
Pada tahun ke-2 hingga ke-6 biaya untuk pembelian pakan
pur yang diperlukan sebesar Rp 77.760.000,00 per tahun.
Sedangkan pada tahun ke-1 biaya pakan pur yang diperlukan
sebesar Rp 19.440.000,00.
2) Biaya Pakan Starter
Pakan starter diberikan kepada DOD dari umur 0 hingga
umur 14 hari. Jumlah yang diberikan adalah dua kg per 100 ekor
DOD. Jenis pakan starter yang digunakan adalah pakan broiler
(BR) 511. Untuk DOD yang akan dijual, diperhitungkan umur ke-0
nya, maka jumlah pakan yang diberikan adalah 4.800 ekor
dikalikan 0,02 kilogram yaitu 120 kilogram per hari satu hari
dalam jangka produksi satu bulan. Sedangkan untuk DOD yang
akan dibesarkan yaitu sebanyak 4.080 ekor per tahun, diberikan
hingga umur 14 hari. Jumlah yang dikonsumsi setiap harinya

78
adalah 0,02 kilogram per ekor. Harga pakan BR 511 ini adalah Rp
260.000.000 per 50 kilogram.
3) Biaya Pakan Grower
Pakan grower diberikan kepada itik yang berumur besar
dari 14 hari. Jenis pakan yang diberikan adalah BR 512 atau BR
611. Pakan yang dikonsumsi tidak banyak, namun dicampur
dengan dedak dan mineral. Harga pakan ini adalah Rp 3.750,00 per
kg. Setiap itik diberikan 0,12 kilogram pakan grower hingga
berumur dua bulan.
4) Biaya Dedak
Dedak diberikan untuk itik umur 14 hari-2 bulan. Jumlah
yang diberikan yaitu sebanyak 3,5 kilogram per hari per 1.000 ekor
itik. Kebutuhan dedak untuk pemeliharaan 4.080 itik pembesaran
dan 500 itik indukan ekor itik yaitu 3,15 kilogram per hari. Harga
dedak yaitu Rp 2.000,00 per kilogram.
5) Biaya Sisa Sayuran dan Mie
Limbah sayuran pasar dan mie diberikan untuk itik umur 14
hari–2 bulan. Jumlah yang diberikan masing-masing yaitu
sebanyak 50 kilogram per hari per 1.000 ekor itik. Satu karung sisa
sayuran dan satu karung mie memiliki netto masing-masing
sebesar 25 kilogram. Harga limbah sayuran dan mie yaitu Rp
750,00 dan Rp 700,00 per karung.
6) Biaya Bensin
Biaya yang dikeluarkan untuk membeli bensin sekitar Rp
500.000,00 per bulan. Bensin dipergunakan untuk kendaraan yang
dipergunakan untuk distribusi dan kebutuhan lainnya. Pada tahun
ke-2 hingga ke-6 dikeluarkan sebanyak Rp 6.000.000,00 per tahun,
sedangkan untuk tahun pertama dikeluarkan biaya sebanyak Rp
1.500.000,00.

79
7) Biaya Obat-obatan
Biaya obat-obatan dikeluarkan untuk membeli obat-obatan
kimia. Pada CV. Usaha Unggas penggunaan obat herbal lebih
besar dibandingkan kimia. Biaya obat-obatan kimia tidak lebih dari
Rp 35.000,00 per bulan. Pada tahun ke-2 hingga ke-6 produksi
biaya untuk pembelian obat-obatan yang diperlukan sebesar Rp
420.000,00 per tahun. Pada tahun ke-1 biaya obat-obatan yang
diperlukan sebesar Rp 105.000,00.
8) Biaya Jamu Herbal
Biaya jamu herbal adalah biaya yang dikeluarkan untuk
membuat jamu herbal yang berfungsi sebagai obat ataupun vitamin
bagi itik. Bahan-bahan yang diperlukan untuk pembuatan temu
lawak yaitu temulawak, kunyit, dan kayu manis. Bahan-bahan
tersebut direbus, disaring, kemudian ditutup untuk fermentasi
selama seminggu. Pembuatan jamu herbal dilakukan setiap bulan
dengan biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 100.000,00.
Pada tahun ke-2 hingga tahun ke-6 produksi biaya untuk
pembuatan jamu herbal sebanyak Rp 1.200.000,00 per tahun. Pada
tahun pertama biaya yang dikeluarkan sebanyak Rp 300.000,00.
9) Biaya Box Pengiriman
Box pengiriman digunakan untuk pengiriman DOD. Dalam
satu minggu dibutuhkan paling banyak 40 box. Harga box adalah
Rp 15.000,00 per 80 buah. Jadi biaya yang dikeluarkan dalam satu
bulan adalah Rp 30.000,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-6 biaya
untuk box pengiriman yang diperlukan sebesar Rp 360.000,00 per
tahun. Pada tahun ke-1 biaya box pengiriman yang diperlukan
sebesar Rp 90.000,00.
10) Biaya Variabel Listrik
Biaya variabel listrik yaitu biaya listrik yang digunakan
pada mesin tetas. Biaya ini disesuaikan dengan jumlah telur tetas
itik yang diproduksi. Oleh karena itu biaya biaya listrik dibedakan

80
menjadi biaya variabel dan biaya tetap. Untuk penetasan telur itik
diperlukan biaya listrik sebesar Rp 120.000,00 per bulan produksi.
Pada tahun pertama biaya listrik yang dikeluarkan sebesar
Rp 360.000,00. Pada tahun ke-2 hingga ke-6 biaya untuk listrik
yang diperlukan sebesar Rp 1.440.000,00 per tahun.

7.2. Analisis Laba Rugi


Analisis laba rugi dilakukan untuk mengetahui perkembangan laba usaha
setiap tahunnya. Laba bersih merupakan hasil dari penerimaan dikurangi biaya
tetap dan biaya variabel. Selain itu, terdapat komponen yang dapat mengurangi
laba bersih yaitu biaya penyusutan dan pajak penghasilan. Rincian perhitungan
rugi laba, dimana perhitungan rugi laba akan berpengaruh terhadap pajak
penghasilan usaha, yang secara otomatis akan mempengaruhi hasil perhitungan
cashflow tersebut.
Peralatan investasi pada CV. Usaha Unggas dianggap tidak memiliki nilai
sisa (nilai sisa = 0) karena peralatan investasi tersebut tidak memiliki nilai jual
ketika sudah habis umur ekonomisnya. Kecuali untuk sepeda motor, kursi, dan
meja yang masih layak dipakai karena umur ekonomisnya lebih lama, maka
setelah enam tahun masih memiliki nilai sisa.
Pada CV. Usaha Unggas besarnya penyusutan per tahun dari tahun ke-1
hingga ke-6 sebesar Rp 17.402.500,00. Rincian biaya penyusutan dapat dilihat
dalam Lampiran 8. Besarnya tarif pajak penghasilan mengacu pada Undang-
Undang Republik Indonesia No. 36 tahun 2008 tentang pajak yang ditetapkan tarif
pajak penghasilan sebesar 25 persen. Total pajak penghasilan yang harus
dibayarkan selama umur proyek pada skenario I yaitu Rp 97.755.738,00, dan pada
skenario II sebesar Rp 61.203.325,00.
Berdasarkan proyeksi laba rugi skenario I pada CV. Usaha Unggas
menunjukan bahwa selama umur proyek, total laba bersih yang didapatkan
perusahaan sebesar Rp 294.683.700,00 . Rata-rata laba bersih per tahun sebesar
Rp 49.113.950,00. Rincian proyeksi laba rugi skenario I dapat dilihat dalam
Lampiran 9.
Proyeksi laba rugi skenario II pada CV. Usaha Unggas menunjukan bahwa
total laba bersih yang didapatkan perusahaan sebesar Rp 185.296.463,00 . Rata-

81
rata laba bersih per tahun sebesar Rp 30.882.744,00. Rincian proyeksi laba rugi
skenario II dapat dilihat dalam Lampiran 13.
Dapat dilihat dari hasil laba bersih yang dihasilkan menunjukan bahwa
skenario I memperoleh laba bersih lebih besar dibandingkan pada skenario II. Hal
ini dikarenakan adanya usaha pembesaran itik pada skenario II. Hal ini karena
terdapat lebih banyak jumlah biaya variabel yang dikeluarkan pada skenario II
yang juga melakukan usaha di bidang pembesaran itik, sedangkan skenario I
hanya usaha pembibitan saja.

7.3. Analisis Kelayakan Investasi


Analisis kelayakan investasi dilakukan untuk mengetahui tingkat
kelayakan usaha dari aspek finansial. Skenario usaha yang digunakan terdiri dari
dua skenario yaitu, skenario I merupakan usaha pembibitan saja dengan asumsi
seluruh DOD yang diproduksi terserap oleh pasar. Sedangkan skenario II
merupakan usaha pembibitan dan pembesaran itik, dengan asumsi pembesaran
hanya dilakukan pada saat terdapat DOD yang tidak terserap pasar. Modal usaha
pada CV Usaha Unggas menggunakan modal bersama sehingga tingkat diskonto
yang digunakan yaitu tingkat suku bunga Bank Indonesia sebagai Bank Sentral
Indonesia. Suku bunga diskonto BI pada saat penelitian (April-Mei 2012) yaitu
sebesar 5,75 persen. Penggunaan suku bunga diskonto juga sebagai discount rate
juga dikarenakan adanya time value of money atau keadaan dimana sejumlah uang
di masa kini nilainya lebih berharga daripada nilai uang di masa mendatang.
Kriteria yang digunakan dalam analisis finansial pada CV Usaha Unggas
yaitu Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit Cost
Ratio (Net B/C), dan Payback Period (PP). Besarnya NPV menggambarkan nilai
kini dari manfaat bersih yang diperoleh dari bisnis selama umur bisnis tersebut.
Perusahaan dikatakan layak untuk dijalankan apabila memiliki NPV besar dari 0.
Hasil perhitungan pada skenario I, Net Present Value pada CV. Usaha Unggas
yaitu sebesar Rp 177.740.355,80. Hasil perhitungan NPV tersebut menunjukan
bahwa CV. Usaha Unggas akan mendapatkan manfaat kini bersih dari usaha yang
dijalankan selama umur proyek sebesar Rp 177.740.355,80. CV. Usaha Unggas
dikatakan layak untuk dijalankan karena NPV yang dihasilkan besar dari nol.
Nilai IRR mengindikasikan besarnya kemampuan usaha untuk memberikan

82
pengembalian atas modal yang dikeluarkan. IRR merupakan discount rate yang
dapat membuat nilai NPV sama dengan nol. Dengan kata lain, ketika IRR sama
dengan nilai discount rate yang digunakan dalam analisis finansial maka usaha
tersebut tidak menghasilkan keuntungan bersih karena NPV yang dihasilkan
bernilai nol. Selain itu opportunity cost atas deposito yang mungkin akan
didapatkan menjadi tidak ada karena pada saat modal ditanamkan pada bank
sebagai deposito, pemilik tidak memiliki biaya imbangan yang harus dikorbankan
ketika modal didepositokan. Perusahaan dikatakan layak untuk dijalankan ketika
IRR yang dihasilkan lebih besar dari discount rate yang ditentukan dalam analisis.
Berdasarkan perhitungan pada cash flow didapatkan, nilai IRR pada CV.
Usaha Unggas sebesar 148,34 persen. Hal itu menunjukan bahwa usaha mampu
memberikan pengembalian atas modal yang dikeluarkan sebesar 148,34 persen.
Berdasarkan IRR, dapat dikatakan bahwa CV. Usaha Unggas layak untuk
dijalankan karena IRR yang dihasilkan yaitu 148,34 persen lebih besar dari
tingkat diskonto yang digunakan yaitu sebesar 5,75 persen.
NPV
(Rp)

177.740.355,80

IRR i
(%)
5,75 148,34

Gambar 9. Grafik Hubungan NPV dan IRR Skenario I

Nilai Net B/C menunjukan seberapa besar manfaat yang akan didapatkan
atas biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan proyek. Perusahaan dikatakan layak
untuk dijalankan apabila nilai Net B/C besar dari 1. Nilai Net B/C pada CV.
Usaha Unggas yaitu 6,11 yang artinya setiap Rp 1 yang dikeluarkan sebagai biaya
akan menghasilkan manfaat bersih sebesarRp 6,11. Berdasarkan kriteria Net B/C
usaha CV. Usaha Unggas layak untuk dijalankan.

83
Payback Period (PBP) menunjukan seberapa lama modal investasi yang
telah dikeluarkan dapat kembali. Perusahaan dikatakan layak untuk dijalankan
apabila nilai PBP lebih kecil dari umur proyek. Nilai PBP pada CV. Usaha
Unggas yaitu 1,35 tahun yang artinya adalah modal investasi yang telah
ditanamkan perusahaan akan kembali setelah 1,35 tahun atau kurang lebih satu
tahun empat bulan empat hari sejak usaha dijalankan. CV. Usaha Unggas
dikatakan layak untuk dilaksanakan karena PBP terjadi pada tahun ke-1,35 yang
masih berada dalam umur proyek dimana proyek dilakukan hingga tahun ke-6.

Tabel 12. Hasil Analisis Kriteria Kelayakan Investasi Skenario I


No Kriteria Kelayakan Hasil Penilaian
1 NPV Rp 177.740.355,80
2 IRR 148,34%
3 Net B/C 6,11
4 PP 1,35 tahun

Berdasarkan hasil analisis menggunkan kriteria investasi tersebut di atas


dapat disimpulkan bahwa CV Usaha Unggas layak untuk dijalankan berdasarkan
aspek finansial. Dengan demikian, usaha pembibitan dan pembesaran itik pada
CV Usaha Unggas dapat direalisasikan selama umur proyek yaitu enam tahun.
Rincian arus kas (cash flow) skenario I dapat dilihat dalam Lampiran 10.
Hasil analisis skenario II dengan usaha dibidang pembibitan dan
pembesaran itik, diperoleh nilai NPV lebih besar dari pada nol yaitu sebesar
106.989.779,57 rupiah. Artinya pengusahaan pembibitan itik yang dijalakan
memberikan manfaat positif selama umur proyek menurut nilai sekarang akan
menghasilkan keuntungan sebesar 106.989.779,57 rupiah dengan suku bunga
deposito 5,75 persen, sehingga dari kriteria tersebut usaha ini layak untuk
dilaksanakan.
Dilihat dari nilai IRR pada skenario satu yaitu sebesar 97,61 persen nilai
tersebut menunjukan lebih besar dari tingkat suku bunga diskonto sebesar 97,61
persen. Berdasarkan kriteria IRR usaha ini layak untuk dijalankan.

84
NPV
(Rp)

106.989.779,57

IRR
i (%)
5,75 97,61

Gambar 10. Grafik Hubungan NPV dan IRR Skenario II

Nilai net benefit cost ratio (Net B/C) yang diperoleh sebesar 4,16 nilai
tersebut menunjukan lebih dari satu. Artinya bahwa setiap nilai pengeluaran
sekarang sebesar 1,00 rupiah akan memberikan manfaat bersih sebesar 4,16
rupiah. Nilai tersebut menunjukan usaha ini layak untuk dijalankan.
Payback Periode yang diperoleh adalah selama 2,14 tahun setara dengan
dua tahun satu bulan 21 hari. Hal ini menunjukan kemampuan tingkat
pengembalian modal pada skenario II CV. Usaha Unggas lebih kecil dari pada
umur proyek. Rincian arus kas (cash flow) skenario II dapat dilihat dalam
Lampiran 14.

Tabel 13. Perbandingan Hasil Kelayakan Usaha pada Dua Skenario


No. Kriteria Kelayakan Skenario I Skenario II
1 NPV (Rp) 177.740.355,80 106.989.779,57
2 IRR (%) 148,34 97,61
3 Net B/C 6,11 4,16
4 PBP (tahun) 1,35 2,14

Hasil perbandingan dua skenario tersebut pada Tabel 13. Secara umum
skenario I lebih layak dibandingkan dengan skenario II. Tingkat penerimaaan
yang diperoleh pada skenario I lebih besar dibandingkan hasil skenario II.
Investasi ini layak meskipun discount factor yang dipakai 15 persen. Oleh karena
itu usulan investasi ini sangat menjanjikan, baik skenario I maupun skenario II.

85
7.4. Analisis Kepekaan (Sensitivitas)

Analisis sensitivitas pada CV. Usaha Unggas dilakukan terhadap variabel-


variabel yang paling mempengaruhi kelayakan usaha. Pada CV. Usaha Unggas,
variabel yang dianggap paling mempengaruhi kelayakan usaha menurut
pengalaman beberapa tahun belakangan adalah kenaikan harga pakan pur, dan
penurunan harga jual produk. Analisis nilai sensitivitas dilakukan terhadap
peningkatan harga pakan pur dikarenakan biaya untuk pakan pur merupakan biaya
terbesar dalam biaya variabel pada CV. Usaha Unggas yaitu sebesar 78,9 persen
dari total biaya variabel. Selain terhadap pakan pur, analisis sensitifitas dilakukan
terhadap penurunan harga jual produk karena sebagian besar pendapatan berasal
dari hasil penjualan produk.
Dari fluktuasi harga selama beberapa tahun terakhir, didapatkan informasi
bahwa harga DOD itik terendah adalah Rp 5.500,00 per ekor. Jika dibandingkan
dengan harga yang berlaku saat ini yaitu Rp 6.000,00 per ekor, maka harga DOD
mengalami penurunan sebesar Rp 500,00 atau 8,3 persen. Sedangkan harga pakan
pur tertinggi mencapai Rp 250.000,00 per karungnya, jika dibandingkan dengan
harga yang berlaku saat ini yaitu Rp 180.000,00 per karung, maka terdapat
kenaikan sekitar 39 persen.

Tabel 14. Perbandingan Hasil Analisis Sensitifitas CV. Usaha Unggas


Nilai Kepekaan
Harga Jual DOD Harga Pakan
Kriteria Kelayakan
harga Rp 5.500 Pur Rp 250.000
per ekor per karung
Skenario I NPV (Rp) 106.497.941,7 97.987.270,2
Net B/C 3,79 3,54
IRR (%) 87 81
Skenario II NPV (Rp) 41.296.344,8 23.499.301,5
Net B/C 2,2 1,75
IRR (%) 43 30

Berdasarkan hasil perhitungan (Tabel 14) nilai kepekaan skenario I dan


skenario II terhadap harga pakan pur didapatkan nilai kriteria kelayakan skenario

86
II yang lebih kecil dibandingkan nilai kriteria kelayakan pada skenario I. Hasil
perbandingan tersebut menunjukan skenario II lebih peka atau sensitif terhadap
perubahan baik dari penurunan harga DOD maupun kenaikan biaya pakan seperti
pada Tabel 14. Semakin sensitif terhadap suatu perubahan dampak usaha yang
akan dijalankan semakin beresiko.
Berdasarkan hasil perhitungan nilai sensitifitas, perusahaan perlu
mewaspadai fluktuasi harga input dan output produksi. Hasil perhitungan
sensitivitas dapat bermanfaat bagi pemilik dan pengelola CV. Usaha Unggas
dalam menjalankan usahanya. Hal ini disebabkan oleh pernahnya terjadi
penurunan harga dimasa lalu yang menyebabkan adanya potensi penurunan harga
jual DOD kembali di masa yang akan datang. Begitu pula dengan fluktuasi harga
pakan pur. Hal ini perlu dicermati pemilik dan pengelola perusahaan. Pengelola
perlu memperhatikan potensi terjadinya penurunan harga jual DOD dengan
melakukan tindakan preventif terhadap penurunan harga jual DOD tersebut.
Alternatif yang dapat dilakukan yaitu dengan menurunkan tingkat persaingan dan
melakukan efisiensi biaya. Tingkat persaingan dapat diturunkan dengan cara
memperbaiki kualitas produk. Sementara itu, efisiensi biaya dilakukan untuk
menurunkan biaya produksi. Salah satu alternatif yang perlu dipertimbangkan
dalam melakukan efisiensi usaha atau biaya yaitu dengan menambah skala usaha.
Hal itu dikarenakan skala usaha peternakan sangat menentukan efisiensi usaha
(Siregar dan Ilham 2002). Memperbesar skala usaha sampai batas tertentu akan
mengakibatkan turunnya biaya produksi rata-rata. Hal ini dalam ilmu ekonomi
dikenal sebagai skala usaha dengan hasil bertambah (increasing return to scale),
yang kemudian menghasilkan economies of scale yang tinggi. Perluasan
selanjutnya sampai pada suatu titik minimum, dalam hal dimana biaya produksi
rata-rata tidak berubah (constant return to scale) dan bila dilanjutkan perluasan
tersebut akan mengakibatkan naiknya biaya produksi rata-rata (decreasing return
to scale).
Proyeksi laba rugi dan arus kas (cash flow) nilai pengganti untuk
peningkatan harga pakan pur dan penurunan volume produksi dapat dilihat
masing-masing dalam Lampiran 11, 12, 15, dan 16.

87
7.5. Analisis Harga Pokok Produksi (HPP) dan Break Even Point (BEP)

7.5.1. Harga Pokok Produksi (HPP)


Harga Pokok Produksi (HPP) merupakan cara penentuan harga
berdasarkan biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu produk dan
besarnya harga pokok produksi merupakan acuan yang digunakan oleh produsen
dalam penetapan harga jual produk. Penentuan HPP dilakukan pada harga DOD
dengan menggunakan skenario I, karena DOD merupakan produk utama yang
dihasilkan. Harga pokok penjualan yang menguntungkan bagi suatu usaha yaitu
apabila lebih besar dari harga pokok produksi. Demikian juga pada CV. Usaha
Unggas yang perlu mengetahui harga pokok penjualan DOD apakah telah berada
di atas atau di bawah harga pokok produksi.
Perhitungan harga pokok produksi mengacu pada laporan laba rugi untuk
mengetahui jumlah total biaya tetap, biaya variabel, dan output yang dihasilkan.
Biaya tetap dalam perhitungan harga pokok produksi sudah termasuk biaya
penyusutan. Sedangkan output yang dihasilkan berupa DOD karena DOD
merupakan variabel penerimaan yang paling besar yaitu mencapai 75-78 persen
dari total penerimaan perusahaan.
Berdasarkan perhitungan, HPP untuk satu ekor DOD adalah Rp 4.572,61.
Nilai HPP lebih rendah daripada harga penjualan sehingga perusahaan akan
mendapatkan keuntungan apabila harga jual yang ditetapkan sebesar harga
penjualan saat ini yaitu Rp 6.000,00 per ekor DOD. Perhitungan HPP secara
terinci dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15. Perhitungan Harga Pokok Produksi (HPP)


Uraian Jumlah
Total biaya Tetap (TFC) Rp37.904.750
Total Biaya Variabel (TVC) Rp23.894.100
Jumlah DOD yang dihasilkan (Q) 13.515 ekor
HPP = (TFC + TVC) / Q Rp4.572,61

88
7.5.2. Break Even Point (BEP)

Break Even Point (BEP) adalah suatu keadaan usaha yang berada pada
titik impas yaitu pada saat tingkat produksi atau besarnya pendapatan sama
dengan besarnya pengeluaran perusahaan sehingga pada saat itu, perusahaan tidak
mengalami keuntungan maupun kerugian. Perhitungan BEP dilakukan terhadap
DOD dengan menggunakan skenario I, karena DOD merupakan produk utama
yang dihasilkan.
Perhitungan BEP yang dilakukan dalam analisis ini adalah BEP unit. Nilai
BEP unit digunakan untuk mengetahui jumlah DOD yang harus dihasilkan dan
dijual oleh CV. Usaha Unggas sehingga usaha berada pada kondisi tidak untung
atau rugi.
Variabel yang digunakan dalam perhitungan BEP berasal dari laporan laba
rugi selama umur bisnis yaitu total biaya tetap, biaya variabel per unit, dan harga
jual DOD. Biaya tetap dalam perhitungan BEP merupakan seluruh biaya tetap dan
biaya penyusutan investasi. Total biaya tetap selama umur bisnis yaitu Rp
744.607.250,00. Biaya variabel per unit merupakan seluruh biaya variabel yang
dikeluarkan selama umur bisnis yang dibagi dengan jumlah output yang
dihasilkan. Total biaya variabel selama umur bisnis yaitu Rp 510.813.150,00 dan
jumlah DOD yang dihasilkan yaitu 283.815 ekor sehingga biaya variabel per unit
sebesar Rp 1.799,87. Harga jual DOD yaitu Rp 6.000,00 per ekor. Berdasarkan
perhitungan, nilai BEP unit pada CV Usaha Unggas yaitu 177.282 ekor DOD.
Artinya adalah usaha akan mencapai titik dimana tidak untung atau rugi ketika
berhasil menjual DOD sebanyak 177.282 ekor dari hasil produksi perusahaan.
Dengan kata lain, selama umur proyek dipastikan usaha akan mengalami
keuntungan karena total DOD yang akan dihasilkan sebanyak 283.851 ekor yang
lebih besar dari BEP unit. Rincian perhitungan BEP dapat dilihat pada Tabel 16.

89
Tabel 16. Perhitungan BEP Unit
Uraian Jumlah
Total biaya Tetap (TFC) Rp 744.607.250,00
Total Biaya Variabel (TVC) Rp 510.831.150,00
Jumlah DOD yang dihasilkan (Q) 283.815 ekor
Biaya variabel satu ekor DOD (AVC = TVC/Q) Rp 1.799,87
Harga penjualan (P) Rp 6.000,00
BEP = TFC / (P-AVC) 177.282 ekor

90
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1. Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari penelitian mengenai Studi Kelayakan Usaha
Pembibitan Itik (Kasus: CV. Usaha Unggas, Kampung Demplot, Desa Mekar
Sari, Kecamatan Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat), sebagai berikut:
1. Berdasarkan aspek non finansial yang terdiri dari aspek pasar, aspek
teknis, aspek manajemen, aspek sosial ekonomi dan budaya, serta aspek
lingkungan usaha ini layak untuk dijalankan. Hal ini karena bibit DOD
hibrida memiliki peluang pasar yang tinggi; kondisi iklim lokasi sangat
cocok untuk usaha pembibitan serta sarana dan prasarana usaha juga
mendukung; organisasi serta pembagian tugas dan wewenang yang jelas
sehingga memberikan kemudahan dalam koordinasi diantara karyawan,
mendapat izin usaha dari kelurahan setempat; dan usaha pembibitan itik
ini membawa dampak baik kepada sosial ekonomi dan lingkungan sekitar.
2. Berdasarkan hasil analisis finansial dari usaha pembibitan itik, nilai NPV,
IRR, Net B/C, dan Payback Period yang diperoleh telah memenuhi ukuran
kelayakan berdasarkan kriteria investasi. Hasil analisis kriteria kelayakan
finansial CV Usaha Unggas berdasarkan dua skenario, menunjukan bahwa
Skenario I dilihat dari kriteria NPV, IRR, net B/C, dan PBP lebih
menguntungkan dibandingkan dengan Skenario II. Masing-masing nilai
yang diperoleh pada skenario I adalah NPV sebesar Rp 177.740.355,80,
IRR: 148,34 persen, Net B/C: 6,11 dan PBP: 1,35 tahun atau setara dengan
satu tahun empat bulan empat hari. Sedangkan pada skenario II hasil yang
diperoleh dari pendekatan NPV adalah Rp 106.989.779,57, IRR : 97,61
persen, Net B/C : 4,16 dan PBP : 2,14 tahun, atau dua tahun satu bulan 21
hari. Dengan demikian secara finansial, usaha pembibitan itik layak untuk
dijalankan.
3. Dari hasil analisis sensitivitas, nilai kepekaan skenario I dan skenario II
terhadap harga pakan pur didapatkan nilai kriteria kelayakan skenario II
yang lebih kecil dibandingkan nilai kriteria kelayakan pada skenario I.
Hasil perbandingan tersebut menunjukan skenario II lebih peka atau
sensitif terhadap perubahan baik dari penurunan harga DOD maupun
kenaikan biaya pakan pur.

8.2. Saran
1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan saran yang dapat
diberikan pada usaha pembibitan itik di CV. Usaha Unggas yaitu,
sebaiknya perusahaan tetap melakukan peningkatan kapasitas produksi
dengan menambah jumlah indukan sehingga dapat memenuhi permintaan
yang selama ini belum mampu dipenuhi oleh perusahaan. Selain dapat
memenuhi permintaan terhadap perusahaan maka secara tidak langsung
akan menambah pendapatan perusahaan. Penambahan jumlah produksi
produk sampingan yang berupa itik dewasa sangat berpengaruh terhadap
perubahan pendapatan.
2. Untuk penelitian selanjutnya diharapkan adanya perbaikan dan tambahan
skenario yang digunakan. Aspek yang dikaji dalam skenario bisa berupa
penambahan atau pengembangan skala usaha. Hal ini dimaksudkan agar
terdapatnya perbandingan antara usaha yang telah ada sekarang dengan
usaha dengan skala yang lebih besar dan kelebihannya terhadap investasi
atau penggunaan peralatan yang optimal.

92
DAFTAR PUSTAKA

Andy C. 2002. Analisis Kemitraan dan Kelayakan Finansial Usaha Peternakan


Ayam Potong Peternak Plasma PT. Mitra Asih Abadi Purwokerto
[skripsi]. Bogor: Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Boediono. 1998. Ekonomi Mikro. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.

Direktorat Jendral Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2012. Statistik Peternakan


dan Kesehatan Hewan 2011. Jakarta : CV. Karya Cemerlang

Gittinger, J.P. 1986. Evaluasi Proyek-proyek Pertanian. Jakarta : UI-Press

Gray, C, l. K. Sabur, P. Simanjuntak, P. F. I Haspaitella. 1992. Pengantar


Evaluasi Proyek. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Husnan S, Suwarsono. 2000. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta : Penerbit dan


Pencetak AMP YKPN.

Indriani IK. 2010. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Peternakan Ayam Broiler
(Studi Kasus Usaha Peternakan X Di Desa Polokarto, Kecamatan
Bekonang, Solo) [skripsi]. Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen.
Institut Pertanian Bogor.

Kadariah et al. 1978. Evaluasi Proyek Analisis Ekonomis. Edisi Kedua. Jakarta :
Lembaga Penerbit Fakultas Ekonimi. Universitas Indonesia.

Kadariah, L. Karlina, C. Gray. 1999. Pengantar Evaluasi Proyek. Edisi Revisi.


Jakarta : Lembaga Penerbit Fakultas Ekonimi. Universitas Indonesia.

Kasmir dan Jakfar. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor : Prenada Media

Laeli K. 2008. Kelayakan Finansial Peternakan Ayam Broiler Terpadu [skripsi].


Bogor: Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Institut Pertanian Bogor.

Lipsey, R. G. P. N. Courant, D. C. Purvis dan p. O. Steiner. 1995. Pengantar


Mikroekonomi. 10th Edit. Terjemahan.Wasana, J dan Kirbrandoko. Jakarta
: Binarupa Aksara.

Mulatsih S, Sumiati, Tjakradidjaja AS. 2010. Intensifikasi Usaha Peternakan Itik


Dalam Rangka Peningkatan Pendapatan Rumah Tangga Pinggir Kota.
Laporan Akhir Program Ipteks Bagi Masyarakat (IbM). Bogor: Pusat
Studi Hewan Tropika Lembaga Penelitian dan Pengabdian Pada
Masyarakat, Institut Pertanian Bogor.

Mulyadi. 2001. Akuntansi Manajemen. Edisi ketiga. Jakarta: Penerbit Salemba


Empat.
Murtidjo, B.A. 1999. Mengelola Itik. Yogyakarta : Kanisius.

Nurmalina R, Sarianti T, Karyadi A. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Bogor:


Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor.

Oktavia H. 2005. Evaluasi Kelayakan Usaha Pembibitan Itik di Desa Kagokan


Kecamatan Gatak Kabupaten Sukoharjo Jawa Tengah [skripsi]. Bogor:
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Samosir DJ. 1983. Ilmu Ternak Itik. Jakarta : PT Gramedia dan Pemda DKI
Jakarta.

Samuelson, P. A., and W. D. Nordhaus. 1996. Ekonomi. 12th Edit. Terjemahan.


Wasana, K. Jakarta : Penerbit Erlangga.

Saragih B. 1998. Kumpulan Pemikiran Agribisni Paradigma Baru Pembangunan


Ekonomi Berbasis Pertanian. Jakarta : CV Nasional.

Siregar M, Ilham N. 2003. Upaya Peningkatan Efisiensi Usaha Ternak Ditinjau


dari Aspek Agribisnis yang Berdaya Saing. Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Sosial Ekonomi Pertanian.

Soekartiwi, A. Soehardjo, J. Dillon and J. B. Hardaker. 1986. Ilmu Usahatani dan


Penelitian untuk Pengembangan Petani Kecil. Jakarta : UI-Press.

Suharno B, Amri K. 1995. Beternak Itik secara Intensif. Jakarta : PT Penebar


Swadaya.

Suharno B, Nazaruddin. 1994. Ternak Komersial. Jakarta : PT Penebar Swadaya.

Umar, Husein. 2007. Studi Kelayakan Bisnis. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Windhyarti S S. 2003. Beternak Itik Tanpa Air. Edisi Revisi. Jakarta: Penebar
Swadaya.

Williamson GA, Payne WJA. 1993. Pengantar Peternakan di Daerah Tropis. Ed


Ke-3. Darmadja D. penerjemah; DjagraIB, editor. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. Terjemahan dari: An Introduction to Animal
Husbandary in The Tropics, Third Edition.

94
LAMPIRAN
Lampiran 1. Rincian Penerimaan

1. Rincian Penerimaan Skenario I


Tahun ke
No Sumber Penerimaan
1 2 3 4 5 6
1 DOD 81.090.000 324.360.000 324.360.000 324.360.000 324.360.000 324.360.000
2 Itik Afkir - 16.625.000 - 16.625.000 - 16.625.000
3 Nilai Sisa - - - - - 13.840.000
Total Penerimaan 81.090.000 340.985.000 324.360.000 340.985.000 324.360.000 354.825.000

2. Rincian Penerimaan Skenario II


Tahun ke
No Sumber Penerimaan
1 2 3 4 5 6
1 DOD 81.090.000 297.330.000 297.330.000 297.330.000 297.330.000 297.330.000
2 Itik - 94.133.600 94.133.600 94.133.600 94.133.600 94.133.600
3 Itik Afkir - 16.625.000 - 16.625.000 - 16.625.000
4 Nilai Sisa - - - - - 13.840.000
Total Penerimaan 81.090.000 408.088.600 391.463.600 480.088.600 391.463.600 421.928.600
Lampiran 2. Rincian Biaya Variabel Skenario I

Tahun ke-
No Uraian
1 2 3 4 5 6
1 Pakan Pur 19.440.000 77.760.000 77.760.000 77.760.000 77.760.000 77.760.000
2 Pakan Starter (DOD) 1.653.600 6.614.400 6.614.400 6.614.400 6.614.400 6.614.400
3 Dedak Menir 315.000 2.679.075 2.679.075 2.679.075 2.679.075 2.679.075
4 Sisa Sayuran 67.500 472.725 472.725 472.725 472.725 472.725
5 Sisa Mie 63.000 441.210 441.210 441.210 441.210 441.210
6 Bensin 1.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
7 Obat-obatan 105.000 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000
8 Jamu Herbal 300.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
9 Box pengiriman 90.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000
10 Biaya Variabel Listrik 360.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000
Total Biaya Variabel 23.894.100 97.387.410 97.387.410 97.387.410 97.387.410 97.387.410
Lampiran 3. Rincian Biaya Variabel Skenario II

Tahun ke-
No Uraian
1 2 3 4 5 6
1 Pakan Pur 19.440.000 77.760.000 77.760.000 77.760.000 77.760.000 77.760.000
2 Pakan Starter (DOD) 1.653.600 6.614.400 6.614.400 6.614.400 6.614.400 6.614.400
3 Pakan Starter (pembesaran) - 6.559.280 6.559.280 6.559.280 6.559.280 6.559.280
4 Pakan grower - 91.226.250 91.226.250 91.226.250 91.226.250 91.226.250
5 Dedak Menir 315.000 2.679.075 2.679.075 2.679.075 2.679.075 2.679.075
6 Sisa Sayuran 67.500 472.725 472.725 472.725 472.725 472.725
7 Sisa Mie 63.000 441.210 441.210 441.210 441.210 441.210
8 Bensin 1.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
9 Obat-obatan 105.000 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000
10 Jamu Herbal 300.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
11 Box pengiriman 90.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000
12 Biaya Variabel Listrik 360.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000
Total Biaya Variabel 23.894.100 195.172.940 195.172.940 195.172.940 195.172.940 195.172.940
Lampiran 4. Rincian Biaya Tetap

Tahun ke-
No Uraian
1 2 3 4 5 6
1 Sewa Kios - - 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
2 Gaji PJ Kandang 3.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
3 Gaji Supir 3.600.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000
4 Gaji karyawan kios 2.850.000 11.400.000 11.400.000 11.400.000 11.400.000 11.400.000
5 Gaji Karyawan penetasan 4.500.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
6 Biaya Sekam 600.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
7 Pemeliharaan Kandang 100.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
8 Pemeliharaan mesin tetas 100.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
9 Biaya Komunikasi 400.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
10 Biaya Listrik 150.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
11 Sewa mobil Pick-up 600.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
12 Gaji Pemilik 18.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000
13 Pajak sepeda motor 141.750 126.000 110.250 94.500 78.750 63.000
14 Perawatan sepeda motor 60.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000
15 THR karyawan 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000
16 Biaya sapu lidi 3.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000
17 Biaya kemanusiaan 300.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000
Total Biaya Tetap 38.904.750 139.772.000 141.756.250 141.740.500 141.724.750 141.709.000
Lampiran 5. Rincian Biaya Investasi

No Uraian Volume Satuan Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)


1 Indukan Itik 500 ekor 50.000 25.000.000
2 Lahan 500 m2 20.000 10.000.000
3 Kandang
Kandang besar 2 unit 1.500.000 3.000.000
Kandang Kecil 10 unit 1.000.000 10.000.000
4 Instalasi Air
Biaya pemasangan dan gali sumur 1 unit 1.500.000 1.500.000
Mesin Pompa 1 unit 1.000.000 1.000.000
5 Tempat makan dan minum
ukuran 1 liter 60 buah 4.500 270.000
ukuran 2 liter 50 buah 9.000 450.000
6 Bola Lampu 40 unit 4.000 160.000
7 Mesin Tetas 2 unit 2.500.000 5.000.000
8 Serokan 2 buah 5.000 10.000
9 Ember 3 buah 15.000 45.000
10 Sepatu Boot 2 buah 60.000 120.000
11 Meja 1 buah 400.000 400.000
12 Kursi 1 buah 200.000 200.000
13 Sepeda Motor 1 unit 9.000.000 9.000.000
Total biaya investasi 66.155.000
Lampiran 6. Rincian Nilai Sisa

Umur Sisa
Biaya Penyusutan
No Investasi Nilai beli Ekonomis Umur Nilai sisa
(tahun) (per tahun) ekonomis
1 Indukan Itik 25.000.000 2 12.500.000 0 0
2 Lahan 10.000.000 - - - 10.000.000
3 Kandang besar 3.000.000 6 500.000 0 0
4 Kandang Kecil 10.000.000 6 1.666.667 0 0
Biaya pemasangan dan gali
5 1.500.000 6 250.000 0 0
sumur
6 Mesin Pompa 1.000.000 6 166.667 0 0
tempat makan minum ukuran 1
7 270.000 2 135.000 0 0
liter
tempat makan minum ukuran 2
8 450.000 2 225.000 0 0
liter
9 Bola Lampu 160.000 2 80.000 0 0
10 Mesin Tetas 5.000.000 6 833.333 0 0
11 Serokan 10.000 3 3.333 0 0
12 Ember 45.000 2 22.500 0 0
13 Sepatu Boot 120.000 2 60.000 0 0
14 Meja 400.000 10 40.000 4 160.000
15 Kursi 200.000 10 20.000 4 80.000
16 Sepeda Motor 9.000.000 10 900000 4 3.600.000
Total Nilai Sisa 13.840.000
Lampiran 7. Rincian Biaya Re-investasi

Umur
Tahun ke-
No Uraian Ekonomis Nilai (Rp)
(tahun) 1 2 3 4 5 6
1 Indukan Itik 2 25.000.000 0 0 25.000.000 0 25.000.000 0
2 Lahan - 10.000.000 0 0 0 0 0 0
3 Kandang besar 6 3.000.000 0 0 0 0 0 0
4 Kandang Kecil 6 10.000.000 0 0 0 0 0 0
Biaya pemasangan dan gali
5 6 1.500.000 0 0 0 0 0 0
sumur
6 Mesin Pompa 6 1.000.000 0 0 0 0 0 0
tempat makan minum ukuran
7 2 270.000 0 0 270.000 0 270.000 0
1 liter
tempat makan minum ukuran
8 2 450.000 0 0 450.000 0 450.000 0
2 liter
9 Bola Lampu 2 160.000 0 0 160.000 0 160.000 0
10 Mesin Tetas 6 5.000.000 0 0 0 0 0 0
11 Serokan 3 10.000 0 0 0 10.000 0 0
12 Ember 2 45.000 0 0 45.000 0 45.000 0
13 Sepatu Boot 2 120.000 0 0 120.000 0 120.000 0
14 Meja 10 400.000 0 0 0 0 0 0
15 Kursi 10 200.000 0 0 0 0 0 0
16 Sepeda Motor 10 9.000.000 0 0 0 0 0 0
Total Biaya Reinvestasi 66.155.000 - - 26.045.000 10.000 26.045.000 -
Lampiran 8. Rincian Biaya Penyusutan

No Uraian Nilai Beli Nilai sisa Umur Ekonomis Penyusutan per tahun
(Rp) (Rp) (tahun) (Rp)
1 Indukan Itik 25.000.000 - 2 12.500.000
2 Lahan 10.000.000 - - 0
3 Kandang besar 3.000.000 - 6 500.000
4 Kandang Kecil 10.000.000 - 6 1.666.667
5 Biaya pemasangan dan gali sumur 1.500.000 - 6 250.000
6 Mesin Pompa 1.000.000 - 6 166.667
7 tempat makan minum ukuran 1 liter 270.000 - 2 135.000
8 tempat makan minum ukuran 2 liter 450.000 - 2 225.000
9 Bola Lampu 160.000 - 2 80.000
10 Mesin Tetas 5.000.000 - 6 833.333
11 Serokan 10.000 - 3 3.333
12 Ember 45.000 - 2 22.500
13 Sepatu Boot 120.000 - 2 60.000
14 Meja 400.000 160.000 10 40.000
15 Kursi 200.000 80.000 10 20.000
16 Motor 9.000.000 3.600.000 10 900.000
Total Biaya Penyusutan 17.402.500
Lampiran 9. Proyeksi Laba Rugi Skenario I

Tahun ke-
No Uraian
1 2 3 4 5 6
A. PENERIMAAN
1 DOD 81.090.000 324.360.000 324.360.000 324.360.000 324.360.000 324.360.000
2 Itik Afkir 16.625.000 - 16.625.000 - 16.625.000
Total Penerimaan 81.090.000 340.985.000 324.360.000 340.985.000 324.360.000 340.985.000
B. PENGELUARAN
a. Biaya Variabel
1 Pakan Pur 19.440.000 77.760.000 77.760.000 77.760.000 77.760.000 77.760.000
2 Pakan Starter (DOD) 1.653.600 6.614.400 6.614.400 6.614.400 6.614.400 6.614.400
3 Dedak Menir 315.000 2.679.075 2.679.075 2.679.075 2.679.075 2.679.075
4 Sisa Sayuran 67.500 472.725 472.725 472.725 472.725 472.725
5 Sisa Mie 63.000 441.210 441.210 441.210 441.210 441.210
6 Bensin 1.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
7 Obat-obatan 105.000 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000
8 Jamu Herbal 300.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
9 Box pengiriman 90.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000
10 Biaya Variabel Listrik 360.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000
Total Biaya Variabel 23.894.100 97.387.410 97.387.410 97.387.410 97.387.410 97.387.410
Laba Kotor 57.195.900 243.597.590 226.972.590 243.597.590 226.972.590 243.597.590
b. Biaya Tetap
1 Sewa Kios - - 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
2 Gaji PJ Kandang 3.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
3 Gaji Supir 3.600.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000
4 Gaji karyawan kios 2.850.000 11.400.000 11.400.000 11.400.000 11.400.000 11.400.000
5 Gaji Karyawan penetasan 4.500.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
6 Biaya Sekam 600.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
7 Pemeliharaan Kandang 100.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
8 Pemeliharaan Mesin Tetas 100.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
9 Biaya Komunikasi 400.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
Lanjutan Lampiran 9. Proyeksi Laba Rugi Skenario I

Tahun ke-
No Uraian
1 2 3 4 5 6
10 Biaya Listrik 150.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
11 Sewa mobil Pick-up 600.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
12 Gaji Pemilik 18.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000
13 Pajak sepeda motor 141.750 126.000 110.250 94.500 78.750 63.000
14 Perawatan sepeda motor 60.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000
15 THR karyawan 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000
16 Biaya sapu lidi 3.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000
17 Biaya kemanusiaan 300.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000
18 Biaya Penyusutan 17.402.500 17.402.500 17.402.500 17.402.500 17.402.500 17.402.500
Total Biaya Tetap 55.307.250 157.174.500 159.158.750 159.143.000 159.127.250 159.111.500
Laba Bersih sebelum pajak 1.888.650 86.423.090 67.813.840 84.454.590 67.845.340 84.486.090
Pajak (25%) 472.163 21.605.773 16.953.460 21.113.648 16.961.335 21.121.523
Laba Bersih 1.416.488 64.817.318 50.860.380 63.340.943 50.884.005 63.364.568
Lampiran 10. Proyeksi Arus Kas (Cash Flow) Skenario I

No Uraian Tahun ke-


1 2 3 4 5 6
A. INFLOW
1 DOD 81.090.000 324.360.000 324.360.000 324.360.000 324.360.000 324.360.000
3 Itik Afkir - 16.625.000 - 16.625.000 - 16.625.000
4 Nilai Sisa - - - - - 13.840.000
Total Inflow 81.090.000 340.985.000 324.360.000 340.985.000 324.360.000 354.825.000
B. OUTFLOW
a. Biaya Investasi
1 Indukan Itik 25.000.000 - 25.000.000 - 25.000.000 -
2 Lahan 10.000.000 - - - - -
3 Kandang besar 3.000.000 - - - - -
4 Kandang Kecil 10.000.000 - - - - -
5 Biaya pemasangan dan gali sumur 1.500.000 - - - - -
6 Mesin Pompa 1.000.000 - - - - -
7 tempat makan minum ukuran 1 liter 270.000 - 270.000 - 270.000 -
8 tempat makan minum ukuran 2 liter 450.000 - 450.000 - 450.000 -
9 Bola Lampu 160.000 - 160.000 - 160.000 -
10 Mesin Tetas 5.000.000 - - - - -
11 Serokan 10.000 - - 10.000 - -
12 Ember 45.000 - 45.000 - 45.000 -
13 Sepatu Boot 120.000 - 120.000 - 120.000 -
14 Meja 400.000 - - - - -
15 Kursi 200.000 - - - - -
16 Sepeda Motor 9.000.000 - - - - -
Total Biaya Investasi 66.155.000 - 26.045.000 10.000 26.045.000 -
b. Biaya Variabel
1 Pakan Pur 19.440.000 77.760.000 77.760.000 77.760.000 77.760.000 77.760.000
2 Pakan Starter (DOD) 1.653.600 6.614.400 6.614.400 6.614.400 6.614.400 6.614.400
3 Dedak Menir 315.000 2.679.075 2.679.075 2.679.075 2.679.075 2.679.075
Lanjutan Lampiran 10. Proyeksi Arus Kas (Cash Flow) Skenario I

No Uraian Tahun ke-


1 2 3 4 5 6
4 Sisa Sayuran 67.500 472.725 472.725 472.725 472.725 472.725
5 Sisa Mie 63.000 441.210 441.210 441.210 441.210 441.210
6 Bensin 1.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
7 Obat-obatan 105.000 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000
8 Jamu Herbal 300.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
9 Box pengiriman 90.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000
10 Biaya Variabel Listrik 360.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000
Total Biaya Variabel 23.894.100 97.387.410 97.387.410 97.387.410 97.387.410 97.387.410
c. Biaya Tetap
1 Sewa Kios - - 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
2 Gaji PJ Kandang 3.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
3 Gaji Supir 3.600.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000
4 Gaji karyawan kios 2.850.000 11.400.000 11.400.000 11.400.000 11.400.000 11.400.000
5 Gaji Karyawan penetasan 4.500.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
6 Biaya Sekam 600.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
7 Pemeliharaan Kandang 100.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
8 Pemeliharaan Mesin Tetas 100.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
9 Biaya Komunikasi 400.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
10 Biaya Listrik 150.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
11 Sewa mobil Pick-up 600.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
12 Gaji Pemilik 18.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000
13 Pajak sepeda motor 141.750 126.000 110.250 94.500 78.750 63.000
14 Perawatan sepeda motor 60.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000
15 THR karyawan 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000
16 Biaya sapu lidi 3.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000
17 Biaya kemanusiaan 300.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000
Total Biaya Tetap 37.904.750 139.772.000 141.756.250 141.740.500 141.724.750 141.709.000
Total Biaya Operasional 61.798.850 237.159.410 239.143.660 239.127.910 239.112.160 239.096.410
Lanjutan Lampiran 10. Proyeksi Arus Kas (Cash Flow) Skenario I

No Uraian Tahun ke-


1 2 3 4 5 6
Total Outflow 127.953.850 237.159.410 265.188.660 239.137.910 265.157.160 239.096.410
Manfaat bersih sebelum pajak (46.863.850) 103.825.590 59.171.340 101.847.090 59.202.840 115.728.590
Pajak 25 % 472.163 21.605.773 16.953.460 21.113.648 16.961.335 21.121.523
Net Benefit (47.336.013) 82.219.818 42.217.880 80.733.443 42.241.505 94.607.068
DF (DR= 5,75 %) 0,946 0,894 0,846 0,800 0,756 0,715
PV net benefit (44.762.187) 73.521.737 35.698.938 64.555.309 31.940.191 67.645.876
PV benefit/tahun 76.680.851 304.912.004 274.274.962 272.655.191 245.259.259 253.706.711
PV cost/tahun 120.996.548 212.070.182 224.240.380 191.217.187 200.494.045 170.958.540
NPV Rp177.740.355,80
PV + 273.362.050
PV - (44.762.187)
Net B/C 6,106986051
IRR 148,34%
Rata-rata penerimaan bersih 49.113.950
PP 1,346969649
Lampiran 11. Proyeksi Laba Rugi dan Cash Flow Nilai Sensitivitas Peningkatan Harga Pakan Pur sebesar 39 Persen
PROYEKSI LABA RUGI
No Uraian Tahun ke-
1 2 3 4 5 6
A. PENERIMAAN
1 DOD 81.090.000 324.360.000 324.360.000 324.360.000 324.360.000 324.360.000
2 Produk Lainnya - 16.625.000 - 16.625.000 - 16.625.000
Total penerimaan 81.090.000 340.985.000 324.360.000 340.985.000 324.360.000 340.985.000
B. PENGELUARAN
a. Biaya Variabel
1 Pakan Pur 27.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000
2 Biaya Variabel Lainnya 4.454.100 19.627.410 19.627.410 19.627.410 19.627.410 19.627.410
Total Biaya Variabel 31.454.100 127.627.410 127.627.410 127.627.410 127.627.410 127.627.410
Laba Kotor 49.635.900 213.357.590 196.732.590 213.357.590 196.732.590 213.357.590
b. Total Biaya Tetap 55.307.250 157.174.500 159.158.750 159.143.000 159.127.250 159.111.500
Laba Bersih Sebelum Pajak (5.671.350) 56.183.090 37.573.840 54.214.590 37.605.340 54.246.090
Pajak (25 %) - 14.045.773 9.393.460 13.553.648 9.401.335 13.561.523
Laba Bersih (5.671.350) 42.137.318 28.180.380 40.660.943 28.204.005 40.684.568
CASH FLOW
No Uraian Tahun ke-
1 2 3 4 5 6
A. TOTAL INFLOW 81.090.000 340.985.000 324.360.000 340.985.000 324.360.000 354.825.000
B. OUTFLOW
a. Total Biaya Investasi 66.155.000 - 26.045.000 10.000 26.045.000 -
b. Biaya Variabel
1 Pakan Pur 27.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000
2 Biaya Variabel Lainnya 4.454.100 19.627.410 19.627.410 19.627.410 19.627.410 19.627.410
Total Biaya Variabel 31.454.100 127.627.410 127.627.410 127.627.410 127.627.410 127.627.410
c. Total Biaya Tetap 37.904.750 139.772.000 141.756.250 141.740.500 141.724.750 141.709.000
TOTAL OUTFLOW 135.513.850 267.399.410 295.428.660 269.377.910 295.397.160 269.336.410
Net Benefit (54.423.850) 73.585.590 28.931.340 71.607.090 28.962.840 85.488.590
Pajak - 14.045.773 9.393.460 13.553.648 9.401.335 13.561.523
Net Benefit After tax (54.423.850) 59.539.818 19.537.880 58.053.443 19.561.505 71.927.068
DF (DR=5,75%) 0,946 0,894 0,846 0,800 0,756 0,715
PV Net Benefit (51.464.634) 53.241.067 16.520.999 46.420.143 14.791.097 51.429.239
NPV Rp97.987.270,2
Net B/C 3,54
IRR 81%
PP 2,279
Lampiran 12. Proyeksi Laba Rugi dan Cash Flow Nilai Sensitivitas Penurunan Harga Jual DOD sebesar 8,3 Persen
PROYEKSI LABA RUGI
No Uraian Tahun ke-
1 2 3 4 5 6
A. PENERIMAAN
1 DOD 74.332.500 297.330.000 297.330.000 297.330.000 297.330.000 297.330.000
2 Produk Lainnya - 16.625.000 - 16.625.000 - 16.625.000
Total penerimaan 74.332.500 313.955.000 297.330.000 313.955.000 297.330.000 313.955.000
B. PENGELUARAN
a. Total Biaya Variabel 23.894.100 97.387.410 97.387.410 97.387.410 97.387.410 97.387.410
Laba Kotor 50.438.400 216.567.590 199.942.590 216.567.590 199.942.590 216.567.590
b. Total Biaya Tetap 55.307.250 157.174.500 159.158.750 159.143.000 159.127.250 159.111.500
Laba Bersih Sebelum Pajak (4.868.850) 59.393.090 40.783.840 57.424.590 40.815.340 57.456.090
Pajak (25 %) - 14.848.273 10.195.960 14.356.148 10.203.835 14.364.023
Laba Bersih (4.868.850) 44.544.818 30.587.880 43.068.443 30.611.505 43.092.068
CASH FLOW
No Uraian Tahun ke-
1 2 3 4 5 6
A. INFLOW
1 DOD 74.332.500 297.330.000 297.330.000 297.330.000 297.330.000 297.330.000
2 Produk Lainnya - 16.625.000 - 16.625.000 - 30.465.000
TOTAL INFLOW 74.332.500 313.955.000 297.330.000 313.955.000 297.330.000 327.795.000
B. OUTFLOW
a. Total Biaya Investasi 66.155.000 - 26.045.000 10.000 26.045.000 -
b. Total Biaya Variabel 23.894.100 97.387.410 97.387.410 97.387.410 97.387.410 97.387.410
c. Total Biaya Tetap 37.904.750 139.772.000 141.756.250 141.740.500 141.724.750 141.709.000
TOTAL OUTFLOW 127.953.850 237.159.410 265.188.660 239.137.910 265.157.160 239.096.410
Net Benefit (53.621.350) 76.795.590 32.141.340 74.817.090 32.172.840 88.698.590
Pajak - 14.848.273 10.195.960 14.356.148 10.203.835 14.364.023
Net Benefit After tax (53.621.350) 61.947.318 21.945.380 60.460.943 21.969.005 74.334.568
DF (DR=5,75%) 0,946 0,894 0,846 0,800 0,756 0,715
PV Net Benefit (50.705.768) 55.393.876 18.556.753 48.345.205 16.611.487 53.150.648
NPV Rp106.497.941,7
Net B/C 3,79
IRR 87%
PP 2,122
Lampiran 13. Proyeksi Laba Rugi Skenario II

No Uraian Tahun ke-


1 2 3 4 5 6
A. PENERIMAAN
1 DOD 81.090.000 297.330.000 297.330.000 297.330.000 297.330.000 297.330.000
2 Itik - 94.133.600 94.133.600 94.133.600 94.133.600 94.133.600
3 Itik Afkir - 16.625.000 - 16.625.000 - 16.625.000
Total Penerimaan 81.090.000 408.088.600 391.463.600 408.088.600 391.463.600 408.088.600
B. PENGELUARAN
a. Biaya Variabel
1 Pakan Pur 19.440.000 77.760.000 77.760.000 77.760.000 77.760.000 77.760.000
2 Pakan Starter (DOD) 1.653.600 6.614.400 6.614.400 6.614.400 6.614.400 6.614.400
3 Pakan Starter (pembesaran) - 6.559.280 6.559.280 6.559.280 6.559.280 6.559.280
4 Pakan grower - 91.226.250 91.226.250 91.226.250 91.226.250 91.226.250
5 Dedak Menir 315.000 2.679.075 2.679.075 2.679.075 2.679.075 2.679.075
6 Sisa Sayuran 67.500 472.725 472.725 472.725 472.725 472.725
7 Sisa Mie 63.000 441.210 441.210 441.210 441.210 441.210
8 Bensin 1.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
9 Obat-obatan 105.000 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000
10 Jamu Herbal 300.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
11 Box pengiriman 90.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000
12 Biaya Variabel Listrik 360.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000
Total Biaya Variabel 23.534.100 193.732.940 193.732.940 193.732.940 193.732.940 193.732.940
Laba Kotor 57.555.900 214.355.660 197.730.660 214.355.660 197.730.660 214.355.660
b. Biaya Tetap
1 Sewa Kios - - 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
2 Gaji PJ Kandang 3.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
3 Gaji Supir 3.600.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000
4 Gaji karyawan kios 2.850.000 11.400.000 11.400.000 11.400.000 11.400.000 11.400.000
5 Gaji Karyawan penetasan 4.500.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
6 Biaya Sekam 600.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
Lanjutan Lampiran 13. Proyeksi Laba Rugi Skenario II

No Uraian Tahun ke-


1 2 3 4 5 6
7 Pemeliharaan Kandang 100.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
8 Pemeliharaan Mesin Tetas 100.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
9 Biaya Komunikasi 400.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
10 Biaya Listrik 150.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
11 Sewa mobil Pick-up 600.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
12 Gaji Pemilik 18.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000
13 Pajak sepeda motor 141.750 126.000 110.250 94.500 78.750 63.000
14 Perawatan sepeda motor 60.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000
15 THR karyawan 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000
16 Biaya sapu lidi 3.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000
17 Biaya kemanusiaan 300.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000
18 Biaya Penyusutan 17.402.500 17.402.500 17.402.500 17.402.500 17.402.500 17.402.500
Total Biaya Tetap 55.307.250 157.174.500 159.158.750 159.143.000 159.127.250 159.111.500
Laba Bersih Sebelum Pajak 2.248.650 57.181.160 38.571.910 55.212.660 38.603.410 55.244.160
Pajak (25%) 562.163 14.295.290 9.642.978 13.803.165 9.650.853 13.811.040
Laba Bersih 1.686.488 42.885.870 28.928.933 41.409.495 28.952.558 41.433.120
Lampiran 14. Proyeksi Arus Kas (Cash Flow) Skenario II

Tahun ke-
No Uraian
1 2 3 4 5 6
A. INFLOW
1 DOD 81.090.000 297.330.000 297.330.000 297.330.000 297.330.000 297.330.000
2 Itik - 94.133.600 94.133.600 94.133.600 94.133.600 94.133.600
3 Itik Afkir - 16.625.000 - 16.625.000 - 16.625.000
4 Nilai Sisa - - - - - 13.840.000
Total Inflow 81.090.000 408.088.600 391.463.600 408.088.600 391.463.600 421.928.600
B. OUTFLOW
a. Biaya Investasi
1 Indukan Itik 25.000.000 - 25.000.000 - 25.000.000 -
2 Lahan 10.000.000 - - - - -
3 Kandang besar 3.000.000 - - - - -
4 Kandang Kecil 10.000.000 - - - - -
5 Biaya pemasangan dan gali sumur 1.500.000 - - - - -
6 Mesin Pompa 1.000.000 - - - - -
7 tempat makan minum ukuran 1 liter 270.000 - 270.000 - 270.000 -
8 tempat makan minum ukuran 2 liter 450.000 - 450.000 - 450.000 -
9 Bola Lampu 160.000 - 160.000 - 160.000 -
10 Mesin Tetas 5.000.000 - - - - -
11 Serokan 10.000 - - 10.000 - -
12 Ember 45.000 - 45.000 - 45.000 -
13 Sepatu Boot 120.000 - 120.000 - 120.000 -
14 Meja 400.000 - - - - -
15 Kursi 200.000 - - - - -
16 Sepeda Motor 9.000.000 - - - - -
Total Biaya Investasi 66.155.000 - 26.045.000 10.000 26.045.000 -
b. Biaya Variabel
1 Pakan Pur 19.440.000 77.760.000 77.760.000 77.760.000 77.760.000 77.760.000
2 Pakan Starter (DOD) 1.653.600 6.614.400 6.614.400 6.614.400 6.614.400 6.614.400
Lanjutan Lampiran 14. Proyeksi Arus Kas (Cash Flow) Skenario II

Tahun ke-
No Uraian
1 2 3 4 5 6
3 Pakan Starter (pembesaran) - 6.559.280 6.559.280 6.559.280 6.559.280 6.559.280
4 Pakan grower - 91.226.250 91.226.250 91.226.250 91.226.250 91.226.250
5 Dedak Menir 315.000 2.679.075 2.679.075 2.679.075 2.679.075 2.679.075
6 Sisa Sayuran 67.500 472.725 472.725 472.725 472.725 472.725
7 Sisa Mie 63.000 441.210 441.210 441.210 441.210 441.210
8 Bensin 1.500.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000 6.000.000
9 Obat-obatan 105.000 420.000 420.000 420.000 420.000 420.000
10 Jamu Herbal 300.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000 1.200.000
11 Box pengiriman 90.000 360.000 360.000 360.000 360.000 360.000
12 Biaya Variabel Listrik 360.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000 1.440.000
Total Biaya Variabel 23.534.100 193.732.940 193.732.940 193.732.940 193.732.940 193.732.940
c. Biaya Tetap
1 Sewa Kios - - 2.000.000 2.000.000 2.000.000 2.000.000
2 Gaji PJ Kandang 3.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000 12.000.000
3 Gaji Supir 3.600.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000 14.400.000
4 Gaji karyawan kios 2.850.000 11.400.000 11.400.000 11.400.000 11.400.000 11.400.000
5 Gaji Karyawan penetasan 4.500.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000 18.000.000
6 Biaya Sekam 600.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
7 Pemeliharaan Kandang 100.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
8 Pemeliharaan Mesin Tetas 100.000 300.000 300.000 300.000 300.000 300.000
9 Biaya Komunikasi 400.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
10 Biaya Listrik 150.000 600.000 600.000 600.000 600.000 600.000
11 Sewa mobil Pick-up 600.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000 2.400.000
12 Gaji Pemilik 18.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000 72.000.000
13 Pajak sepeda motor 141.750 126.000 110.250 94.500 78.750 63.000
14 Perawatan sepeda motor 60.000 240.000 240.000 240.000 240.000 240.000
15 THR karyawan 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000 3.500.000
16 Biaya sapu lidi 3.000 6.000 6.000 6.000 6.000 6.000
Lanjutan Lampiran 14. Proyeksi Arus Kas (Cash Flow) Skenario II

Tahun ke-
No Uraian
1 2 3 4 5 6
17 Biaya kemanusiaan 300.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000 1.500.000
Total Biaya Tetap 37.904.750 139.772.000 141.756.250 141.740.500 141.724.750 141.709.000
Total Biaya Operasional 61.438.850 333.504.940 335.489.190 335.473.440 335.457.690 335.441.940
Total Outflow 127.593.850 333.504.940 361.534.190 335.483.440 361.502.690 335.441.940
Manfaat bersih sebelum pajak (46.503.850) 74.583.660 29.929.410 72.605.160 29.960.910 86.486.660
Pajak 25 % 562.163 14.295.290 9.642.978 13.803.165 9.650.853 13.811.040
Net Benefit (47.066.013) 60.288.370 20.286.433 58.801.995 20.310.058 72.675.620
DF (DR= 5,75 %) 0,946 0,894 0,846 0,800 0,756 0,715
PV net benefit (44.506.868) 53.910.429 17.153.966 47.018.693 15.357.102 51.964.468
PV benefit/tahun 76.680.851 364.916.676 331.016.969 326.311.935 295.998.497 301.687.078
PV cost/tahun 120.656.123 298.223.264 305.709.015 268.256.086 273.344.068 239.847.450
NPV Rp106.989.779,57
PV + 185.404.660
PV - (44.506.868)
Net B/C 4,16575395
IRR 97,61%
Rata-rata penerimaan bersih 30.882.744
PP 2,142134797
Lampiran 15. Proyeksi Laba Rugi dan Cash Flow Nilai Sensitivitas Peningkatan Harga Pakan Pur sebesar 39 Persen
PROYEKSI LABA RUGI
No Uraian Tahun ke-
1 2 3 4 5 6
A. PENERIMAAN
1 DOD 81.090.000 297.330.000 297.330.000 297.330.000 297.330.000 297.330.000
2 Produk Lainnya - 110.758.600 94.133.600 110.758.600 94.133.600 110.758.600
Total penerimaan 81.090.000 408.088.600 391.463.600 408.088.600 391.463.600 408.088.600
B. PENGELUARAN
a. Biaya Variabel
1 Pakan Pur 27.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000
2 Biaya Variabel Lainnya 4.454.100 117.412.940 117.412.940 117.412.940 117.412.940 117.412.940
Total Biaya Variabel 31.454.100 225.412.940 225.412.940 225.412.940 225.412.940 225.412.940
Laba Kotor 49.635.900 182.675.660 166.050.660 182.675.660 166.050.660 182.675.660
b. Total Biaya Tetap 55.307.250 157.174.500 159.158.750 159.143.000 159.127.250 159.111.500
EBIT (5.671.350) 25.501.160 6.891.910 23.532.660 6.923.410 23.564.160
Pajak (25 %) - 6.375.290 1.722.978 5.883.165 1.730.853 5.891.040
EAT (5.671.350) 19.125.870 5.168.933 17.649.495 5.192.558 17.673.120
CASH FLOW
No Uraian Tahun ke-
1 2 3 4 5 6
A. TOTAL INFLOW 81.090.000 408.088.600 391.463.600 408.088.600 391.463.600 421.928.600
B. OUTFLOW
a. Total Biaya Investasi 66.155.000 - 26.045.000 10.000 26.045.000 -
b. Biaya Variabel
1 Pakan Pur 27.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000 108.000.000
2 Biaya Variabel Lainnya 4.454.100 117.412.940 117.412.940 117.412.940 117.412.940 117.412.940
Total Biaya Variabel 31.454.100 225.412.940 225.412.940 225.412.940 225.412.940 225.412.940
c. Total Biaya Tetap 37.904.750 139.772.000 141.756.250 141.740.500 141.724.750 141.709.000
TOTAL OUTFLOW 135.513.850 365.184.940 393.214.190 367.163.440 393.182.690 367.121.940
Net Benefit (54.423.850) 42.903.660 (1.750.590) 40.925.160 (1.719.090) 54.806.660
Pajak - 6.375.290 1.722.978 5.883.165 1.730.853 5.891.040
Net Benefit After tax (54.423.850) 36.528.370 (3.473.568) 35.041.995 (3.449.943) 48.915.620
DF (DR=5,75%) 0,946 0,894 0,846 0,800 0,756 0,715
PV Net Benefit (51.464.634) 32.664.013 (2.937.207) 28.019.948 (2.608.615) 34.975.611
NPV Rp23.499.301,5
Net B/C 1,75
IRR 30%
PP 6,712
Lampiran 16. Proyeksi Laba Rugi dan Cash Flow Nilai Sensitivitas Penurunan Harga Jual DOD sebesar 8,3 Persen
PROYEKSI LABA RUGI
No Uraian Tahun ke-
1 2 3 4 5 6
A. PENERIMAAN
1 DOD 74.332.500 272.552.500 272.552.500 272.552.500 272.552.500 272.552.500
2 Produk Lainnya - 110.758.600 94.133.600 110.758.600 94.133.600 110.758.600
Total penerimaan 74.332.500 383.311.100 366.686.100 383.311.100 366.686.100 383.311.100
B. PENGELUARAN
a. Total Biaya Variabel 23.534.100 193.732.940 193.732.940 193.732.940 193.732.940 193.732.940
Laba Kotor 50.798.400 189.578.160 172.953.160 189.578.160 172.953.160 189.578.160
b. Total Biaya Tetap 55.307.250 157.174.500 159.158.750 159.143.000 159.127.250 159.111.500
Laba Bersih Sebelum Pajak (4.508.850) 32.403.660 13.794.410 30.435.160 13.825.910 30.466.660
Pajak (25 %) - 8.100.915 3.448.603 7.608.790 3.456.478 7.616.665
Laba Bersih (4.508.850) 24.302.745 10.345.808 22.826.370 10.369.433 22.849.995
CASH FLOW
No Uraian Tahun ke-
1 2 3 4 5 6
A. INFLOW
1 DOD 74.332.500 272.552.500 272.552.500 272.552.500 272.552.500 272.552.500
2 Produk Lainnya - 110.758.600 94.133.600 110.758.600 94.133.600 124.598.600
TOTAL INFLOW 74.332.500 383.311.100 366.686.100 383.311.100 366.686.100 397.151.100
B. OUTFLOW
a. Total Biaya Investasi 66.155.000 - 26.045.000 10.000 26.045.000 -
b. Total Biaya Variabel 23.534.100 193.732.940 193.732.940 193.732.940 193.732.940 193.732.940
c. Total Biaya Tetap 37.904.750 139.772.000 141.756.250 141.740.500 141.724.750 141.709.000
TOTAL OUTFLOW 127.593.850 333.504.940 361.534.190 335.483.440 361.502.690 335.441.940
Net Benefit (53.261.350) 49.806.160 5.151.910 47.827.660 5.183.410 61.709.160
Pajak - 8.100.915 3.448.603 7.608.790 3.456.478 7.616.665
Net Benefit After tax (53.261.350) 41.705.245 1.703.308 40.218.870 1.726.933 54.092.495
DF (DR=5,75%) 0,946 0,894 0,846 0,800 0,756 0,715
PV Net Benefit (50.365.343) 37.293.224 1.440.297 32.159.431 1.305.790 38.677.176
NPV Rp41.296.344,8
Net B/C 2,20
IRR 43%
PP 4,606
Lampiran 17. Dokumentasi CV Usaha Unggas

Logo CV. Usaha Unggas Tampak Luar CV. Usaha Unggas

Kandang Pembesaran Kolam dan Tempat bermain itik

Kandang DOD DOD itik hibrida

Distribusi dengan pick up Distribusi dengan motor

118

Anda mungkin juga menyukai