Anda di halaman 1dari 25

EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN SAPI PERAH FASE LAKTASI DI

CV. TRI NUGRAHA FARM DUSUN PONGANGAN DESA SAMIRONO


KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

LAPORAN PRAKTEK KERJA LAPANGAN

Oleh :

MONIKA RAMADHANI
23010115130114

PROGRAM STUDI S-1 PETERNAKAN


FAKULTAS PETERNAKAN DAN PERTANIAN
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN SAPI PERAH FASE LAKTASI DI
CV. TRI NUGRAHA FARM DUSUN PONGANGAN DESA SAMIRONO
KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

Oleh :

MONIKA RAMADHANI
23010115130114

Mengetahui,

Kepala Laboratorium Dosen Pembimbing


Ilmu Nutrisi dan Pakan Praktek Kerja Lapangan

Dr. Ir. Eko Pangestu, M. P. Dr. Ir. Eko Pangestu, M. P.


NIP. 19571030 198603 1 002 NIP. 19571030 198603 1 002
EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN SAPI PERAH FASE LAKTASI DI
CV. TRI NUGRAHA FARM DUSUN PONGANGAN DESA SAMIRONO
KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

Oleh :

MONIKA RAMADHANI
23010115130114

Menyetujui,
Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Eko Pangestu, M. P.


NIP. 19571030 198603 1 002

Proposal ini telah dicatat


Di Program Studi S-1 Peternakan

Nomor : ………………………
Tanggal : ………………………

Mengetahui,

Ketua Program Studi


S-1 Peternakan

Dr. drh. Enny Tantini Setiatin, M.Sc


NIP. 19640104 199103 1 001
EVALUASI KECUKUPAN NUTRIEN SAPI PERAH FASE LAKTASI DI
CV. TRI NUGRAHA FARM DUSUN PONGANGAN DESA SAMIRONO
KECAMATAN GETASAN KABUPATEN SEMARANG

Oleh :

MONIKA RAMADHANI
23010115130114

Menyetujui,

Dosen Wali

Dr. Dra. Turrini Yudiarti, M.Sc


NIP. 19591202 198703 1 002
BAB I

PENDAHULUAN

Usaha peternakan di Indonesia mengalami peningkatan yang cukup baik

pada beberapa tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan karena masyarakat mulai

menyadari pentingnya pemenuhan terhadap kebutuhan gizi terutama protein.

Kebutuhan protein dapat dipenuhi melalui makanan protein nabati maupun hewani,

salah satu produk peternakan yang dikonsumsi masyarakat untuk mencukupi

kebutuhan protein adalah susu.

Kebutuhan susu dapat dapat dipenuhi melalui ternak perah salah satunya

sapi perah. Namun di Indonesia sendiri produksi susu yang dihasilkan oleh peternak

lokal masih belum dapat mencukupi kebutuhan masyarakat Indonesia.

Produktivitas yang tidak maksimal dapat disebabkan karena beberapa faktor, baik

faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal misalnya genetik dan faktor

ekternal diantaranya pakan, lingkungan, manajemen pemeliharaan dan

perkandangan.

Pakan merupakan faktor yang penting dalam suatu usaha peternakan karena

biaya pakan 60-70% dari biaya produksi. Pakan yang diberikan mempengaruhi

produktivitas ternak karena diberikan dengan tujuan memenuhi kebutuhan ternak

agar mampu melakukan fungsi tubuhnya dengan baik dan memiliki produktivitas

yang optimal.

Tujuan dari praktek kerja lapangan ini untuk mengetahui dan mengevaluasi

kecukupan nutrien sapi perah fase laktasi. Manfaat yang diperoleh dari praktek

kerja lapangan ini adalah memperoleh informasi, pengetahuan, pengalaman dan


kemampuan mengenai manajemen pemenuhan kebutuhan nutrien sapi perah fase

laktasi. Selain itu, dapat mengetahui secara langsung tentang manajemen

pemenuhan kebutuhan nutrien sapi perah fase laktasi yang diterapkan di CV. Tri

Nugraha Farm sehingga dapat mengetahui perbedaan teori yang didapat dari

perkuliahan dengan kondisi di lapangan, sehingga dapat membekali diri dengan

keterampilan dan mampu menerapkan ilmu yang telah diperoleh.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Sapi Perah Laktasi

Sapi perah yang biasanya dipelihara oleh peternak di Indonesia adalah sapi

perha Friesian Holstein (FH) dimana memiliki rata-rata produksi susu mencapai

2400-3000 liter per laktasi. Bangsa sapi merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kuantitas dan kualitas produksi susu selain breeding dan reproduksi,

pakan, pemeliharaan, perkandangan dan kesehatan ternak. Masa laktasi merupakan

masa dimana sapi menghasilkan susu mulai saat beranak sampai masa kering. Masa

laktasi pada sapi perah untuk memproduksi susu selama 305 hari dibagi menjadi 3

priode yaitu periode awal laktasi, periode laktasi tengah dan periode laktasi akhir

(Sodiqin, 2012). Masa laktasi adalah masa saat sapi perah memproduksi susu yakni

dalam kurun waktu sepuluh bulan (Syarif dan Harianto, 2011). Faktor-faktor yang

mempengaruhi produksi sapi perah diantaranya manajemen perkandangan,

reproduksi, metode pemerahan, tata laksana pemberian pakan dan pengendalian

penyakit. Sapi FH memiliki ciri-ciri berbulu hitam dan putih dibeberapa bagian

tubuhnya. Faktor utama yang mempengaruhi produksi dan kualitas susu adalah

pakan (Sudono dkk., 2003).

2. 2. Pemberian Pakan

Pemberian pakan pada masa laktasi harus benar-benar sesuai dengan

kebutuhan sapi agar puncak produksinya dapat dipertahankan (Akoso, 2000). Pakan
yang diberikan harus sesuai dengan bobot badan sapi, kadar lemak susu dan

produksi susu. (Sudono dkk., 2003). Pakan yang diberikan berupa hijauan,

konsentrat dan pakan tambahan (Tutik dan Sutarto, 1996). Jenis pakan yang

diberikan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi susu serta kesehatan

ternak. Pemberian pakan sebaiknya mengandung nutrien yang seimbang agar dapat

tercapai produksi yang optimal. Sapi perah produksi tinggi apabila tidak mendapat

pakan dengan kualitas dan kuantitas yang cukup maka tidak akan mampu

menghasilkan susu dengan optimal (Sodiqin, 2012).

2. 3. Pakan Hijauan

Sapi perah dapat mengonsumsi berbagai jenis hijauan maupun sisa-sisa

hasil pertanian, contohnya jerami, jagung, dedak dan sisa-sisa pabrik contohnya

bungkil-bungkilan, ampas tahu, ampas bir dan ampas kecap. Hijauan yang banyak

akan menyebabkan kadar lemak susu tinggi. (Sudono dkk., 2003). Hijauan

memiliki peran penting karena mempengaruhi kadar lemak susu yang dihasilkan.

Pemberian hijauan yang cukup akan mempengaruhi kadar lemak susu karena

hijauan akan diubah oleh mikroba rumen menjadi VFA (Vollatile Fatty Acid).

pemberian pakan hijauan sebaiknya dicacah terlebih dahulu agar meningkatkan

efisiensi pakan dan membantu kerja mikroba dalam rumen agar lebih cepat

mencerna pakan (Sodiqin, 2012).


2. 4. Pakan Konsentrat

Pakan sapi perah berupa hijauan dan konsentrat. Fungsi konsentrat adalah

sebagai pakan penguat (Tutik dan Sutarto, 1996). Konsentrat mengandung nutrisi

tinggi namun serat kasar yang rendah dibandingkan dengan hijauan

(Syarief dan Sumoprastowo,1990). Konsentrat terdiri dari bahan pakan berupa biji-

bijian dan limbah industri bahan pangan seperti jagung giling, bungkil kedelai,

dedak, bekatul, tetes dan bungkil kelapa. Pakan konsentrat mampu meningkatkan

nilai nutrien pakan agar mampu memenuhi kebutuhan ternak namun apabila

diberikan berlebih akan menurunkan produksi asam asetat sehingga kadar lemak

susu rendah (Sodiqin, 2012). Pemberian konsentrat yang terlalu banyak akan

menyebabkan kadar lemak susu rendah. (Sudono dkk., 2003).

2. 5. Kebutuhan Nutrien Sapi Laktasi

Kebutuhan pada sapi perah didasarkan pada kebutuhan hidup pokok,

pertumbuhan, reproduksi dan produksi air susu. Kebutuhan energi sapi perah

berdasarkan kebutuhan hidup pokok, produksi susu, kadar lemak susu dan

reproduksi. Kebutuhan protein sapi laktasi berdasarkan bobot badan, jumlah susu

dan kadar lemak yang dihasilkan (Sodiqin, 2012). Kebutuhan nutrisi ternak dan

kualitas pakan digunakan untuk menentukan pemberian pakan pada ternak agar

mampu mencapai produksi yang optimal (Santosa, 2010).


BAB III

MATERI DAN METODE

Praktek Kerja Lapangan (PKL) dilaksanakan pada tanggal 26 Desember

2017 sampai 26 Januari 2018 di CV. Tri Nugraha Farm, dusun Pongangan, desa

Samirono, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. PKL. Analisis proksimat

dilaksanakan pada tanggal 22 Januari sampai 29 Januari 2018 di Laboratorium Ilmu

Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro,

Semarang.

3. 1. Materi

Materi yang digunakan dalam praktek kerja lapangan adalah 11 ekor sapi

perah fase laktasi yang dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan periode laktasi.

Kelompok I terdiri dari 6 ekor sapi perah laktasi dengan periode laktasi I dengan

rata-rata bobot badan 451,84 kg dan rata-rata produksi susu 12,93 liter. Kelompok

II terdiri dari 5 ekor sapi perah laktasi dengan periode laktasi III dengan rata-rata

bobot badan 435,42 kg dan rata-rata produksi susu 7,13 liter. Pakan yang diberikan

pada kelompok I berupa jerami dan konsentrat, pada kelompok II diberikan pakan

hijauan, jerami dan konsentrat. Peralatan yang digunakan adalah pita ukur untuk

mengukur lingkar dada, timbangan untuk menimbang sampel pakan, kantong

plastik untuk wadah pakan dan sampel susu, mesin copper untuk mencacah rumput,

mobil angkut untuk mengangkut pakan konsentrat dari pabrik ke kandang, pakan

hijauan dari lahan ke kandang dan mengangkut susu ke KUD, skop, sapu dan
selang untuk sanitasi, ember dan milkcan untuk menampung susu, angkong untuk

memudahkan pengangkutan pakan, mesin pemerah untuk memerah susu dan alat

tulis untuk mencatat hasil pengamatan selama Praktik Kerja Lapangan.

3. 2. Metode

Metode yang digunakan dalam pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan adalah

partisipasi aktif dengan mengikuti kegiatan rutin dan melakukan pengamatan secara

langsung pada peternakan tersebut. Data yang diambil adalah bobot badan awal,

bobot badan akhir, data bulan atau periode laktasi sapi perah fase laktasi, bahan

pakan yang diberikan, jumlah pakan yang diberikan, frekuensi pemberian pakan

dan konsumsi pakan, jumlah susu yang dihasilkan dan kandungan susu ternak sapi

perah fase laktasi.

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer

meliputi wawancara langsung dengan pemilik dan karyawan peternakan dan

pengamatan keadaan umum peternakan serta pengukuran langsung di lapangan,

seperti pengukuran lingkar dada sapi, pengukuran bobot badan dilakukan pada

awal pengamatan dan akhir pengamatan dengan tujuan untuk mengetahui

pertambahan bobot badan harian (PBBH), pengukuran konsumsi pakan dilakukan

dengan menimbang pakan yang diberikan dengan pakan yang tersisa pada keesokan

harinya sebelum pemberian pakan berikutnya, konsumsi dihitung dengan cara

jumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan sisa pakan, pengukuran produksi

susu sapi dilakukan setiap pagi dan sore dan pengecekan kandungan susu melalui
lactoscan pada awal dan akhir pengamatan. Data sekunder diperoleh dari catatan

atau dokumen pada CV. Tri Nugraha Farm seperti data rekording sapi.

Konsumsi Pakan per Hari = Jumlah pakan yang diberikan – sisa pakan

Konsumsi BK per Hari = (Jumlah pakan yang diberikan x % BK pakan) –

(sisa pakan x % BK sisa)

Konsumsi TDN per Hari = Konsumsi BK x % TDN pakan

Konsumsi PK per Hari = Konsumsi BK x % PK pakan

Konsumsi Ca per Hari = Konsumsi BK x % Ca pakan

Konsumsi P per Hari = Konsumsi BK x % P pakan

Bobot badan diukur dengan menggunakan lingkar dada dan dihitung menggunakan

rumus :

(LD+22)2
Bobot badan =
100

Pertambahan bobot badan harian dihitung dengan rumus :

Bobot akhir - Bobot awal


PBBH =
Lama pemeliharaan
BAB IV

PEMBAHASAN

4. 1. Keadaan Umum

Peternakan CV. Tri Nugraha Farm merupakan usaha peternakan sapi potong

dan sapi perah milik Bapak Rachmatullah. Didirikan pada tahun 2001 oleh Bapak

Robert dan kemudian dibeli oleh Bapak Rachmatullah untuk usaha peternakan

dengan jumah ternak awal sebanyak 70 ekor sapi Peranakan Simmental, 70 ekor

sapi Peranakan Limousin dan saat ini jumlah sapi mencapai ±300 ekor terdiri dari

sapi potong dan sapi perah. Latar belakang berdirinya usaha adalah untuk

memenuhi kebutuhan industri pembuatan sosis, bakso dan nugget di PT. Adi Boga

Cipta dan kebutuhan makanan cepat saji di restoran Hanamasa milik Bapak

Rchmatullah. CV. Tri Nugraha Farm berada di Dusun Pongangan, Desa Samirono,

Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Jumlah karyawan sebanyak 30 orang

dengan sistem pembagian kerja rolling antara karyawan kandang dan karyawan

pembuatan konsentrat. Mayoritas pendidikan karyawan adalah tamatan SMA

sederajat.

Luas area peternakan sekitar 3 ha yang terdiri dari bangunan kandang,

gudang jerami, gudang penyimpanan konsentrat jadi, tempat pengolahan

konsentrat, lahan hijauan, lahan pengolahan limbah, kantor dan mess. Letak dan

bentuk kandang harus sesuai dengan sifat biologis ternak yang dipelihara dan iklim

setempat. Lokasi peternakan terletak di daerah dataran tinggi. Suhu rata-rata


didaerah tersebut sekitar 27oC pada siang hari dan 19oC pada malam hari. Hal ini

sesuai dengan pendapat ...

4. 2. Manajemen Perkandangan

Kandang sapi di CV. Tri Nugraha Farm berjumlah 5 kandang yaitu 3

kandang sapi potong dan 2 kandang sapi perah. Sistem perkandangan yang

digunakan adalah head to head untuk sapi perah. Kandang tipe ini bermanfaat untuk

memudahkan pemberian pakan dan sanitasi. Prihanto (2009) yang menyatakan

bahwa sistem perkandangan stanchion barn atau kandang tambat baik bagi

ternakkarena memudahkan sanitasi dan pemerahan pada ternak. Kandang yang

digunakan adalah tipe kandang bebas dimana tidak terdapat penyekat antar ternak

sehingga ternak bebas untuk bergerak.

Bangunan kandang terbuat dari beton, dinding terbuat dari tembok sistem

tertutup dan semi tertutup dan atap terbuat dari asbes, serta lantai tidak terdapat alas

seperti karpet untuk memudahkan sanitasi dan kenyamanan ternak. Palung pakan

tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi memudahkan ternak untuk makan dan

minum serta mudah untuk dibersihkan. Air minum diisi secara manual yaitu saluran

pipa yang terdapat penutup di setiap palung, sehingga kadang ternak kekurangan

air minum. Yuliato dan Saparinto (2014) menyatakan bahwa palung pakan yang

ideal memiliki syarat mudah dibersihkan, todak mudah dimasuki ternak tidak

terinjak-injak dan terbuat dari bahan yang tidak membahayakan ternak.


4. 3. Manajemen Pemberian Pakan

Pemberian pakan sapi perah di CV. Tri Nugraha Farm meliputi pemberian

konsentrat, jerami dan hijauan. Namun pemberian hijauan hanya dilakukan pada

ternak sapi perah yang ada di kandang atas yaitu pada sapi dengan periode laktasi

II keatas. Pakan hijauan yang diberikan yaitu rumput gajah yang di-chopping

terlebih dahulu sebelum diberikan ke ternak. Konsentrat yang diberikan berasal dari

hasil pembuatan yang dilakukan di CV. Tri Nugraha Farm dan tidak

diperjualbelikan.

Pakan hijauan diberikan setelah pemberian konsentrat pagi sebanyak 6 kg,

namun pemberian tidak dilakukan secara rutin, hanya saat hijauan tersedia saja.

Apabila hijauan tidak diberikan maka dilakukan pemberian jerami. Konsentrat yang

diberikan ke ternak merupakan konsentrat hasil formulasi dan pengolahan yang

dilakukan di CV. Tri Nugraha Farm terdiri dari bungkil kedelai, gaplek, bran,

bekatul, kulit kacqang, bungkil kopra, molases, CaCO3 dan premix. Ernawati dkk.,

(2010) menyatakan bahwa pemberian konsentrat dilakukan untuk menlengkapi gizi

pada ternak sehingga produksi dan pertumbuhan ternak menjadi optimal.

Tabel 1. Kandungan Nutrisi Pakan

Bahan BK PK LK SK TDN Ca P
Pakan
--%-- -------------------------------%BK---------------------------------
Konsentrat 75,94a 11,18a 1,73a 25,40a 60,57e 2,636 0,835
b b b b b b
Rumput 20,37 11,68 2,08 25,48 56,81 0,37 0,39 b
Raja
Jerami padi 78,37a 6,25 c 1,19c 32,41 c 43,2 d 0,27c 0,09 c
Sumber : a. Hasil Analisis Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan (2018)
b. Puspowardani (2008)
c. Marlina dan Askar (2004)
d. Siregar (2008)
e. Hasil perhitungan menggunakan rumus Tohar Sutardi

4. 4. Kecukupan Nutrien Pakan

Evaluasi kecukupan nutrien dilakukan dengan menghitung kebutuhan sapi

perah laktasi yaitukebutuhan hidup pokok dan kebutuhan untuk produksi susu serta

menghitung konsumsi nutrien. Hasil perhitungan evaluasi disajikan dalam tabel 2.

Tabel 2. Evaluasi Kecukupan Nutrien Sapi Perah


Kelompok Evaluasi BK TDN PK Ca P
-- kg (BK)-- ------------- g (BK) -------------
Konsumsi 9,45 5,73 1002,64 41,33 27,14
1 Kebutuhan 10,28 5,73 1010,13 41,94 27,77
Evaluasi +1,82 +0,58 +263,49 +207,59 +54,77
Konsumsi 11,82 5,64 1187,80 247,51 78,53
2 Kebutuhan 9,45 5,73 1002,64 41,33 27,14
Evaluasi +0,83 -1,94 -312,31 +188,26 +40,10

Kelompok Evaluasi BK TDN PK Ca P


----- kg (BK) ----- ------------ g (BK) ------------
Konsumsi 12,10 6,31 1273,62 249,53 82,54
1 Kebutuhan 12,65 7,58 1500,11 59,25 38,43
Evaluasi -0,55 -1,27 -226,49 +190,28 +44,11
Konsumsi 11,82 5,64 1187,80 247,51 78,53
2 Kebutuhan 9,45 5,73 1002,64 41,33 27,14
Evaluasi +2,37 -0,09 -185,16 +206,18 +51,39

4. 4. 1. Evaluasi Kecukupan Bahan Kering

Konsumsi Bahan Kering (BK) sapi perah laktasi kelompok I dan II masing-

masing sebesar 11,82 kg dan 12,10 kg. Kebutuhan BK kelompok I dan II masing-

masing sebesar 12, 65 kg dan 10,28 kg. Evaluasi kecukupan BK kelompok I dan II

masing-masing sebesar -0,83 kg dan +1,82 kg. Berdasarkan hasil tersebut dapat
diketahui bahwa konsumsi BK pada kelompok I belum mencukupi kebutuhan dan

kelompok II sudah mencukupi kebutuhan. Bahan Kering (BK) merupakan salah

satu nutrien yang dibutuhkan sapi perah laktasi agar mengahsilkan susu dengan

kuantitas dan kualitas yang baik. Rinaldi dkk., (2016) menyatakan bahwa sapi perah

khususnya pada masa laktasi memerlukan nutrien untuk menghasilkan susu dengan

kualitas dan kuantitas yang baik, nutrien tersebut adalah bahan kering (BK), protein

kasar (PK) dan total digestible nutrien (TDN). Konsumsi bahan kering dipengaruhi

oleh beberapa faktor, diantaranya bobot badan dan produksi susu. Astuti dkk.,

(2009) menyatakan bahwa konsumsi bahan kering (BK) dipengauhi oleh berat

badan ternak, produksi susu dan kualitas pakan.

4. 4. 2. Konsumsi Total Digestible Nutrien (TDN)

Konsumsi TDN sapi perah laktasi kelompok I dan II masing-masing sebesar

5,64 kg dan 6,31 kg. Kebutuhan TDN kelompok I dan II masing-masing sebesar

7,58 kg dan 5,73 kg. Evaluasi kecukupan TDN kelompok I dan II masing-masing

sebesar -1,94 kg dan +0,58 kg. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa

konsumsi TDN pada kelompok I belum memenuhi kebutuhan namun pada

kelompok II sudah mencukupi kebutuhan. Konsumsi TDN digunakan oleh ternak

untuk hidup pokok, pertumbuhan dan produksi. Parakkasi (1999) menyatakan

bahwa setelah kebutuhan untuk hidup pokok telah terpenuhi maka TDN atau energi

digunakan oleh ternak untuk pertumbuhan dan produksi. Rinaldi dkk., (2016)

menyatakan bahwa sapi perah khususnya pada masa laktasi memerlukan nutrien

untuk menghasilkan susu dengan kualitas dan kuantitas yang baik, nutrien tersebut
adalah bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan total digestible nutrien (TDN).

Faktor yang mempengaruhi kebutuhan energi pada sapi perah adalah bobot badan,

produksi susu, kadar lemak susu dan laju pertumbuhan. Akramuzzein (2009)

menyatakan bahwa kebutuhan energi sapi perah bergantung pada bobot hidup, laju

pertumbuhan, produksi susu dan kadar lemak susu.

4. 4. 3. Konsumsi Protein Kasar

Konsumsi Protein Kasar (PK) sapi perah laktasi kelompok I dan II masing-

masing sebesar 1187,80 g dan 1273,62 g. Kebutuhan PK kelompok I dan II masing-

masing sebesar 1500,11 g dan 1010,13 g. Evaluasi kecukupan PK kelompok I dan

II masing-masing sebesar -312,31 g dan +263,49 g. Berdasarkan hasil tersebut

dapat diketahui bahwa konsumsi PK pada kelompok I belum mencukupi kebutuhan

namun pada kelompok II sudah mencukupi kebutuhan. Konsumsi PK digunakan

oleh ternak untuk hidup pokok, pertumbuhan dan produksi. Arora (1995)

menyatakan bahwa protein pakan dan protein mikrobia rumen digunakan untuk

pertumbuhan, produksi dan reproduksi. Nuswantara dkk., (2006) menyatakan

bahwa kebutuhan protein untuk hidup pokok pada ternak ruminansia dipenuhi

dengan optimasi sintesis protein mikroba di rumen dan tambahan protein dari pakan

yang cukup. Protein kadar merupakan salah satu nutrien yang dibutuhkan sapi perah

laktasi agar mengahsilkan susu dengan kuantitas dan kualitas yang baik.

Rinaldi dkk., (2016) menyatakan bahwa sapi perah khususnya pada masa laktasi

memerlukan nutrien untuk menghasilkan susu dengan kualitas dan kuantitas yang
baik, nutrien tersebut adalah bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan total

digestible nutrien (TDN). Protein merupakan salah satu komponen penyusun susu,

sehingga makin tinggi produksi susu makin tinggi pula protein yang dibutuhkan

ternak. Tasse dan Auza (2014) menyatakan bahwa semakin tinggi produksi susu

sapi perah maka kebutuhan proteinnya akan semakin tinggi, sehingga protein dalam

ransum perlu ditingkatkan untuk mendukung produksi susu.

4. 4. 4. Konsumsi Mineran Kalsium (Ca) dan Fosfor (P)

Konsumsi Ca sapi perah laktasi kelompok I dan II masing-masing sebesar

247,51 g dan 249,53 g dan. Kebutuhan Ca kelompok I dan II masing-masing sebesar

59,25 g dan 41,94 g. Evaluasi kecukupan Ca kelompok I dan II masing-masing

sebesar +188,26 g dan +207,59 g. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa

konsumsi Ca pada kelompok I dan II sudah mencukupi kebutuhan. Konsumsi P sapi

perah laktasi kelompok I dan II masing-masing sebesar 78,53 g dan 82,54 g.

Kebutuhan P kelompok I dan II masing-masing sebesar 38,43 g dan 27,77 g.

Evaluasi kecukupan P kelompok I dan II masing-masing sebesar +40,10 g dan

+54,77 g. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa konsumsi P pada

kelompok I dan II sudah lebih dari kebutuhan. Mineral kalsium dan fosfor

dibutuhkan oleh ternak untuk proses metabolisme dan produksi. Tasse dan Auza

(2014) menyatakan bahwa mikronutrien berupa mineral Ca dan P merupakan

mineral untuk sapi laktasi yang digunakan untuk pembentukan tulang dan mineral

dalam susu. Kecukupan akan Ca akan meningkatkan produksi susu karena Ca

merupakan salah satu komponen penyusun susu. Tasse dan Auza (2014)
menyatakan bahwa defisiensi kalsium dapat mengakibatkan penurunan bobot

badan pada ternak, sedangkan terpenuhinya kalsium akan meningkatkan produksi

susu.
4. 5. Produksi Susu

Produksi susu pada sapi perah laktasi kelompok I dan II dapat dilihat pada

tabel 3.

Tabel 3. Produksi susu

Kelompok No Periode Laktasi Produksi Susu (liter/hari)


I 1 I 9,12
2 I 11,18
3 I 9,2
4 I 19,86
5 I 8,61
6 I 19,6
Rata-rata 12,93
Kelompok No Periode Laktasi Produksi Susu (liter/hari)
II 1 III 7,51
2 III 6,01
3 III 8,44
4 III 1,23
5 III 12,47
Rata-rata 7,13

Produksi susu rata-rata sapi perah kelompok I sebesar 12,93 liter/ekor/hari

sedangkan pada kelompok II sebesar 7,13 liter/ekor/hari. Banyaknya produksi susu

di CV. Tri Nugraha Farm pada kelompok I baik karena menghasilkan susu yang

cukup tinggi, namun pada kelompok II masih kurang baik, hal tersebut karena

konsumsi pakan belum mencukupi kebutuhan ternak. Laryska dan Nurhajati (2013)

menyatakan bahwa pemberian pakan masih kurang atau berlebih dari kebutuhan

menjadi salah satu penyebab ketidaksesuaian kandungan nutrisi yang dikonsumsi

dengan nutrien yang dibutuhkan ternak. Tasse dan Auza (2014) menyatakan bahwa

produksi susu dipengaruhi oleh periode laktasi dan ketersediaan nutrien, apabila

ketersediaan nutrisi tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk produksi susu maka

nutrisi hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok. Tristy (2009) menyatakan
bahwa pakan konsentrat dan hijauan dengan kandungan nutrisi yang tinggi akan

menghasilkan produksi susu yang tinggi pula. Sudono (1999) menyatakan bahwa

rata-rata produksi susu sai perah FH adalah sekitar 10 liter/ekor/hari. Produksi susu

dipengaruhi oleh genetik, kondisi ternak, lama laktasi, frekuensi pemerahan,

kondisi lingkungan, pakan dan manajemen pemeliharaan ternak. Rinaldi dkk.,

(2016) menyatakan bahwa produksi susu dipengaruhi oleh pakan, lama bunting,

masa laktasi, masa kering, ukuran tubuh dan umur, birahi, frekuensi pemerahan,

calving interval dan kebutuhan nutrien. Anggraeni (2007) menyatakan bahwa

produksi susu dipengaruhi oleh faktor genetik, frekuensi pemerahan dan lama

laktasi. Utomo dan Miranti (2010) menyatakan bahwa kualitas susu dipengaruhi

oleh kualitas pakan dimana dapat meningkatkan kecernaan nutrien dan produksi

susu.

Produksi susu dipengaruhi oleh umur ternak dimana memiliki grafik yang

mulanya naik, stabil kemudian menurun. Rinaldi dkk., (2016) menyatakan bahwa

sejak umur laktasi pertama sampai laktasi berikutnya pada umur 6-8 tahun,

produksi susu akan meningkat dan setelah umur tersebut akan menurun. Bobot

badan ternak yang tinggi akan menghasilkan produksi susu yang tinggi pula. Tasse

dan Auza (2014) menyatakan bahwa terdapat korelasi antara bobot badan dan

produksi susu, dimana sapi perah berbobot badan lebih tinggi menghasilkan

produksi susu yang lebih tinggi dibandingkan sapi perah dengan bobot badan yang

lebih rendah.
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5. 1. Simpulan

Hasil praktik kerja lapangan di CV. Tri Nugraha Farm menunjukkan bahwa

pada sapi perah kelompok I kebutuhan BK, TDN dan PK belum terpenuhi namun

kebutuhan Ca dan P sudah terpenuhi, sedangkan pada kelompok II kebutuhan BK,

TDN, PK, Ca dan P sudah terpenuhi.

5. 2. Saran

Saran yang diberikan yaitu perlu dilakukan perbaikan sistem pemberian

pakan dan formulasi pakan agar kebutuhan ternak terpenuhi dan dapat memperoleh

produktivitas yang optimal.


DAFTAR PUSTAKA

Akaramuzzein. 2006. Program Evaluasi Pemberian Pakan Sapi [Perah untuk


Tingkat Peternak dan Koeprasi Mneggunakan Microsoft Access. Fakulta
Peternakan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi Sarjana Peternakan)

Akoso, B. T. 2000. Kesehatan Sapi Panduan bagi Petugas Teknis, Penyuluh,


Mahasiswa dan Peternak. Kanisius, Yogyakarta.

Anggraeni, A. 2006. Productivity og Holstein-Friesien dairy cattle mantened ynder


two system in Central Java, Indonesia. Departement of Agriculture,
University of Newcastle upon Tyne, Newcastle. (Thesis of PhD degree)

Arora, S. P. 1995. Pencernaan Mikrobia pada Ruminansia. Gadjah Mada University


Press. Yogyakarta.

Astuti, A., A. Ali dan P. S. B. Subur. 2009. Pengaruh penggunaan high quality feed
suplement terhadap konsumsi dan kecernaan nutrien sapi perah awal laktasi.
J. Buletin Peternakan 33(2) : 81-87.

Laryska, N., dan T. Nurhajati. 2013. Peningkatan kadar lemak susu sapi perah
dengan pemberian pakan konsentrat komersial dibandingkan dengan ampas
tahu. 1(2): 79 – 89.

Nuswantara, L. K., M. Soejono, R. Utomo, B. P. Widyobroto dan H. Hartadi.2006.


parameter fermentasi rumen pada sapi peranakan Friesien Holstein yang
diberi pakan basal jerami padi dengan suplementasi sumber nitrogen dan
energy berbeda. J.ITAA 31(4) : 268-275.

Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Bahan Pakan Ternak Ruminan. Universitas
Indonesia Press, Jakarta.

Rinaldi, R., I. Hernaman dan B. Ayuningsih. 2016. Evaluasi kecukupan nutrien


pada sapi perah laktasi produksi sedang milik anggota koperasi di Koperasi
Peternakan Bandung Selatan (KPBS) Pangalengan. E- journal

Santosa, U. 2011. Mengelola Peternakan Sapi secara Profesional. Penebar


Swadaya, Jakarta.

Sodiqin, M. 2012. Produksi Susu dan Pemberian Pakan Sapi Perah di Kawasan
Usaha Peternakan Sapi Perah Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor.
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi Sarjana
Peternakan)

Sudono, A., R. F. Rosdiana, dan B. S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara
Intensif. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.

Syarief, M. Z. dan C. D. A. Sumoprastowo. 1990. Ternak Perah. Yasaguna, Jakarta

Syarif, E. K. dan B. Harianto. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah.
AgroMedia Pustaka, Jakarta.

Tasse, A. M. Dan F. A. Auza. 2014. Konsentrasi asam lemak tidak teresterifikasi


(Nonesterified Fatty Acid, NEFA), albumin, kalsium dan fosfor dalam
plasma sebagai indikator status nutrisi sapi perah laktasi. JITRO. 1(1) : 70-
78.

Tristy, N. H. 2009. Hubungan antara kecepatan pemerahan dengan produksi susu


sapi perah di peternakan sapi perah Rakyat Rahmawati Jaya Pangadegan
Jakarta Selatan. Skripsi.Program Studi Ilmu Produksi dan teknologi
Peternakan. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Tutuil, N. S. dan Sutarto. 1996. Beternak Sapi Perah. Musi Perkasa Utama, Jakarta

Utomo, B. dan D. P. Miranti. 2010. Tampilan produksi sapi perah yang mendapat
perrabaikan manajemen pemeliharaan. J. Caraka Tani XXV 1(3) : 21-25.

Anda mungkin juga menyukai