Oleh :
MONIKA RAMADHANI
23010115130114
Oleh :
MONIKA RAMADHANI
23010115130114
Mengetahui,
Oleh :
MONIKA RAMADHANI
23010115130114
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Nomor : ………………………
Tanggal : ………………………
Mengetahui,
Oleh :
MONIKA RAMADHANI
23010115130114
Menyetujui,
Dosen Wali
PENDAHULUAN
pada beberapa tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan karena masyarakat mulai
Kebutuhan protein dapat dipenuhi melalui makanan protein nabati maupun hewani,
Kebutuhan susu dapat dapat dipenuhi melalui ternak perah salah satunya
sapi perah. Namun di Indonesia sendiri produksi susu yang dihasilkan oleh peternak
Produktivitas yang tidak maksimal dapat disebabkan karena beberapa faktor, baik
faktor internal maupun faktor eksternal. Faktor internal misalnya genetik dan faktor
perkandangan.
Pakan merupakan faktor yang penting dalam suatu usaha peternakan karena
biaya pakan 60-70% dari biaya produksi. Pakan yang diberikan mempengaruhi
agar mampu melakukan fungsi tubuhnya dengan baik dan memiliki produktivitas
yang optimal.
Tujuan dari praktek kerja lapangan ini untuk mengetahui dan mengevaluasi
kecukupan nutrien sapi perah fase laktasi. Manfaat yang diperoleh dari praktek
pemenuhan kebutuhan nutrien sapi perah fase laktasi yang diterapkan di CV. Tri
Nugraha Farm sehingga dapat mengetahui perbedaan teori yang didapat dari
TINJAUAN PUSTAKA
Sapi perah yang biasanya dipelihara oleh peternak di Indonesia adalah sapi
perha Friesian Holstein (FH) dimana memiliki rata-rata produksi susu mencapai
2400-3000 liter per laktasi. Bangsa sapi merupakan salah satu faktor yang
mempengaruhi kuantitas dan kualitas produksi susu selain breeding dan reproduksi,
masa dimana sapi menghasilkan susu mulai saat beranak sampai masa kering. Masa
laktasi pada sapi perah untuk memproduksi susu selama 305 hari dibagi menjadi 3
priode yaitu periode awal laktasi, periode laktasi tengah dan periode laktasi akhir
(Sodiqin, 2012). Masa laktasi adalah masa saat sapi perah memproduksi susu yakni
dalam kurun waktu sepuluh bulan (Syarif dan Harianto, 2011). Faktor-faktor yang
penyakit. Sapi FH memiliki ciri-ciri berbulu hitam dan putih dibeberapa bagian
tubuhnya. Faktor utama yang mempengaruhi produksi dan kualitas susu adalah
2. 2. Pemberian Pakan
kebutuhan sapi agar puncak produksinya dapat dipertahankan (Akoso, 2000). Pakan
yang diberikan harus sesuai dengan bobot badan sapi, kadar lemak susu dan
produksi susu. (Sudono dkk., 2003). Pakan yang diberikan berupa hijauan,
konsentrat dan pakan tambahan (Tutik dan Sutarto, 1996). Jenis pakan yang
diberikan akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas produksi susu serta kesehatan
ternak. Pemberian pakan sebaiknya mengandung nutrien yang seimbang agar dapat
tercapai produksi yang optimal. Sapi perah produksi tinggi apabila tidak mendapat
pakan dengan kualitas dan kuantitas yang cukup maka tidak akan mampu
2. 3. Pakan Hijauan
hasil pertanian, contohnya jerami, jagung, dedak dan sisa-sisa pabrik contohnya
bungkil-bungkilan, ampas tahu, ampas bir dan ampas kecap. Hijauan yang banyak
akan menyebabkan kadar lemak susu tinggi. (Sudono dkk., 2003). Hijauan
memiliki peran penting karena mempengaruhi kadar lemak susu yang dihasilkan.
Pemberian hijauan yang cukup akan mempengaruhi kadar lemak susu karena
hijauan akan diubah oleh mikroba rumen menjadi VFA (Vollatile Fatty Acid).
efisiensi pakan dan membantu kerja mikroba dalam rumen agar lebih cepat
Pakan sapi perah berupa hijauan dan konsentrat. Fungsi konsentrat adalah
sebagai pakan penguat (Tutik dan Sutarto, 1996). Konsentrat mengandung nutrisi
(Syarief dan Sumoprastowo,1990). Konsentrat terdiri dari bahan pakan berupa biji-
bijian dan limbah industri bahan pangan seperti jagung giling, bungkil kedelai,
dedak, bekatul, tetes dan bungkil kelapa. Pakan konsentrat mampu meningkatkan
nilai nutrien pakan agar mampu memenuhi kebutuhan ternak namun apabila
diberikan berlebih akan menurunkan produksi asam asetat sehingga kadar lemak
susu rendah (Sodiqin, 2012). Pemberian konsentrat yang terlalu banyak akan
pertumbuhan, reproduksi dan produksi air susu. Kebutuhan energi sapi perah
berdasarkan kebutuhan hidup pokok, produksi susu, kadar lemak susu dan
reproduksi. Kebutuhan protein sapi laktasi berdasarkan bobot badan, jumlah susu
dan kadar lemak yang dihasilkan (Sodiqin, 2012). Kebutuhan nutrisi ternak dan
kualitas pakan digunakan untuk menentukan pemberian pakan pada ternak agar
2017 sampai 26 Januari 2018 di CV. Tri Nugraha Farm, dusun Pongangan, desa
Semarang.
3. 1. Materi
Materi yang digunakan dalam praktek kerja lapangan adalah 11 ekor sapi
perah fase laktasi yang dibagi menjadi dua kelompok berdasarkan periode laktasi.
Kelompok I terdiri dari 6 ekor sapi perah laktasi dengan periode laktasi I dengan
rata-rata bobot badan 451,84 kg dan rata-rata produksi susu 12,93 liter. Kelompok
II terdiri dari 5 ekor sapi perah laktasi dengan periode laktasi III dengan rata-rata
bobot badan 435,42 kg dan rata-rata produksi susu 7,13 liter. Pakan yang diberikan
pada kelompok I berupa jerami dan konsentrat, pada kelompok II diberikan pakan
hijauan, jerami dan konsentrat. Peralatan yang digunakan adalah pita ukur untuk
plastik untuk wadah pakan dan sampel susu, mesin copper untuk mencacah rumput,
mobil angkut untuk mengangkut pakan konsentrat dari pabrik ke kandang, pakan
hijauan dari lahan ke kandang dan mengangkut susu ke KUD, skop, sapu dan
selang untuk sanitasi, ember dan milkcan untuk menampung susu, angkong untuk
memudahkan pengangkutan pakan, mesin pemerah untuk memerah susu dan alat
3. 2. Metode
partisipasi aktif dengan mengikuti kegiatan rutin dan melakukan pengamatan secara
langsung pada peternakan tersebut. Data yang diambil adalah bobot badan awal,
bobot badan akhir, data bulan atau periode laktasi sapi perah fase laktasi, bahan
pakan yang diberikan, jumlah pakan yang diberikan, frekuensi pemberian pakan
dan konsumsi pakan, jumlah susu yang dihasilkan dan kandungan susu ternak sapi
Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer
seperti pengukuran lingkar dada sapi, pengukuran bobot badan dilakukan pada
dengan menimbang pakan yang diberikan dengan pakan yang tersisa pada keesokan
jumlah pakan yang diberikan dikurangi dengan sisa pakan, pengukuran produksi
susu sapi dilakukan setiap pagi dan sore dan pengecekan kandungan susu melalui
lactoscan pada awal dan akhir pengamatan. Data sekunder diperoleh dari catatan
atau dokumen pada CV. Tri Nugraha Farm seperti data rekording sapi.
Konsumsi Pakan per Hari = Jumlah pakan yang diberikan – sisa pakan
Bobot badan diukur dengan menggunakan lingkar dada dan dihitung menggunakan
rumus :
(LD+22)2
Bobot badan =
100
PEMBAHASAN
4. 1. Keadaan Umum
Peternakan CV. Tri Nugraha Farm merupakan usaha peternakan sapi potong
dan sapi perah milik Bapak Rachmatullah. Didirikan pada tahun 2001 oleh Bapak
Robert dan kemudian dibeli oleh Bapak Rachmatullah untuk usaha peternakan
dengan jumah ternak awal sebanyak 70 ekor sapi Peranakan Simmental, 70 ekor
sapi Peranakan Limousin dan saat ini jumlah sapi mencapai ±300 ekor terdiri dari
sapi potong dan sapi perah. Latar belakang berdirinya usaha adalah untuk
memenuhi kebutuhan industri pembuatan sosis, bakso dan nugget di PT. Adi Boga
Cipta dan kebutuhan makanan cepat saji di restoran Hanamasa milik Bapak
Rchmatullah. CV. Tri Nugraha Farm berada di Dusun Pongangan, Desa Samirono,
dengan sistem pembagian kerja rolling antara karyawan kandang dan karyawan
sederajat.
konsentrat, lahan hijauan, lahan pengolahan limbah, kantor dan mess. Letak dan
bentuk kandang harus sesuai dengan sifat biologis ternak yang dipelihara dan iklim
4. 2. Manajemen Perkandangan
kandang sapi potong dan 2 kandang sapi perah. Sistem perkandangan yang
digunakan adalah head to head untuk sapi perah. Kandang tipe ini bermanfaat untuk
bahwa sistem perkandangan stanchion barn atau kandang tambat baik bagi
digunakan adalah tipe kandang bebas dimana tidak terdapat penyekat antar ternak
Bangunan kandang terbuat dari beton, dinding terbuat dari tembok sistem
tertutup dan semi tertutup dan atap terbuat dari asbes, serta lantai tidak terdapat alas
seperti karpet untuk memudahkan sanitasi dan kenyamanan ternak. Palung pakan
tidak terlalu rendah dan tidak terlalu tinggi memudahkan ternak untuk makan dan
minum serta mudah untuk dibersihkan. Air minum diisi secara manual yaitu saluran
pipa yang terdapat penutup di setiap palung, sehingga kadang ternak kekurangan
air minum. Yuliato dan Saparinto (2014) menyatakan bahwa palung pakan yang
ideal memiliki syarat mudah dibersihkan, todak mudah dimasuki ternak tidak
Pemberian pakan sapi perah di CV. Tri Nugraha Farm meliputi pemberian
konsentrat, jerami dan hijauan. Namun pemberian hijauan hanya dilakukan pada
ternak sapi perah yang ada di kandang atas yaitu pada sapi dengan periode laktasi
II keatas. Pakan hijauan yang diberikan yaitu rumput gajah yang di-chopping
terlebih dahulu sebelum diberikan ke ternak. Konsentrat yang diberikan berasal dari
hasil pembuatan yang dilakukan di CV. Tri Nugraha Farm dan tidak
diperjualbelikan.
namun pemberian tidak dilakukan secara rutin, hanya saat hijauan tersedia saja.
Apabila hijauan tidak diberikan maka dilakukan pemberian jerami. Konsentrat yang
dilakukan di CV. Tri Nugraha Farm terdiri dari bungkil kedelai, gaplek, bran,
bekatul, kulit kacqang, bungkil kopra, molases, CaCO3 dan premix. Ernawati dkk.,
Bahan BK PK LK SK TDN Ca P
Pakan
--%-- -------------------------------%BK---------------------------------
Konsentrat 75,94a 11,18a 1,73a 25,40a 60,57e 2,636 0,835
b b b b b b
Rumput 20,37 11,68 2,08 25,48 56,81 0,37 0,39 b
Raja
Jerami padi 78,37a 6,25 c 1,19c 32,41 c 43,2 d 0,27c 0,09 c
Sumber : a. Hasil Analisis Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan (2018)
b. Puspowardani (2008)
c. Marlina dan Askar (2004)
d. Siregar (2008)
e. Hasil perhitungan menggunakan rumus Tohar Sutardi
perah laktasi yaitukebutuhan hidup pokok dan kebutuhan untuk produksi susu serta
Konsumsi Bahan Kering (BK) sapi perah laktasi kelompok I dan II masing-
masing sebesar 11,82 kg dan 12,10 kg. Kebutuhan BK kelompok I dan II masing-
masing sebesar 12, 65 kg dan 10,28 kg. Evaluasi kecukupan BK kelompok I dan II
masing-masing sebesar -0,83 kg dan +1,82 kg. Berdasarkan hasil tersebut dapat
diketahui bahwa konsumsi BK pada kelompok I belum mencukupi kebutuhan dan
satu nutrien yang dibutuhkan sapi perah laktasi agar mengahsilkan susu dengan
kuantitas dan kualitas yang baik. Rinaldi dkk., (2016) menyatakan bahwa sapi perah
khususnya pada masa laktasi memerlukan nutrien untuk menghasilkan susu dengan
kualitas dan kuantitas yang baik, nutrien tersebut adalah bahan kering (BK), protein
kasar (PK) dan total digestible nutrien (TDN). Konsumsi bahan kering dipengaruhi
oleh beberapa faktor, diantaranya bobot badan dan produksi susu. Astuti dkk.,
(2009) menyatakan bahwa konsumsi bahan kering (BK) dipengauhi oleh berat
5,64 kg dan 6,31 kg. Kebutuhan TDN kelompok I dan II masing-masing sebesar
7,58 kg dan 5,73 kg. Evaluasi kecukupan TDN kelompok I dan II masing-masing
sebesar -1,94 kg dan +0,58 kg. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa
bahwa setelah kebutuhan untuk hidup pokok telah terpenuhi maka TDN atau energi
digunakan oleh ternak untuk pertumbuhan dan produksi. Rinaldi dkk., (2016)
menyatakan bahwa sapi perah khususnya pada masa laktasi memerlukan nutrien
untuk menghasilkan susu dengan kualitas dan kuantitas yang baik, nutrien tersebut
adalah bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan total digestible nutrien (TDN).
Faktor yang mempengaruhi kebutuhan energi pada sapi perah adalah bobot badan,
produksi susu, kadar lemak susu dan laju pertumbuhan. Akramuzzein (2009)
menyatakan bahwa kebutuhan energi sapi perah bergantung pada bobot hidup, laju
Konsumsi Protein Kasar (PK) sapi perah laktasi kelompok I dan II masing-
oleh ternak untuk hidup pokok, pertumbuhan dan produksi. Arora (1995)
menyatakan bahwa protein pakan dan protein mikrobia rumen digunakan untuk
bahwa kebutuhan protein untuk hidup pokok pada ternak ruminansia dipenuhi
dengan optimasi sintesis protein mikroba di rumen dan tambahan protein dari pakan
yang cukup. Protein kadar merupakan salah satu nutrien yang dibutuhkan sapi perah
laktasi agar mengahsilkan susu dengan kuantitas dan kualitas yang baik.
Rinaldi dkk., (2016) menyatakan bahwa sapi perah khususnya pada masa laktasi
memerlukan nutrien untuk menghasilkan susu dengan kualitas dan kuantitas yang
baik, nutrien tersebut adalah bahan kering (BK), protein kasar (PK) dan total
digestible nutrien (TDN). Protein merupakan salah satu komponen penyusun susu,
sehingga makin tinggi produksi susu makin tinggi pula protein yang dibutuhkan
ternak. Tasse dan Auza (2014) menyatakan bahwa semakin tinggi produksi susu
sapi perah maka kebutuhan proteinnya akan semakin tinggi, sehingga protein dalam
sebesar +188,26 g dan +207,59 g. Berdasarkan hasil tersebut dapat diketahui bahwa
kelompok I dan II sudah lebih dari kebutuhan. Mineral kalsium dan fosfor
dibutuhkan oleh ternak untuk proses metabolisme dan produksi. Tasse dan Auza
mineral untuk sapi laktasi yang digunakan untuk pembentukan tulang dan mineral
merupakan salah satu komponen penyusun susu. Tasse dan Auza (2014)
menyatakan bahwa defisiensi kalsium dapat mengakibatkan penurunan bobot
susu.
4. 5. Produksi Susu
Produksi susu pada sapi perah laktasi kelompok I dan II dapat dilihat pada
tabel 3.
di CV. Tri Nugraha Farm pada kelompok I baik karena menghasilkan susu yang
cukup tinggi, namun pada kelompok II masih kurang baik, hal tersebut karena
konsumsi pakan belum mencukupi kebutuhan ternak. Laryska dan Nurhajati (2013)
menyatakan bahwa pemberian pakan masih kurang atau berlebih dari kebutuhan
dengan nutrien yang dibutuhkan ternak. Tasse dan Auza (2014) menyatakan bahwa
produksi susu dipengaruhi oleh periode laktasi dan ketersediaan nutrien, apabila
ketersediaan nutrisi tidak dapat memenuhi kebutuhan untuk produksi susu maka
nutrisi hanya mampu memenuhi kebutuhan hidup pokok. Tristy (2009) menyatakan
bahwa pakan konsentrat dan hijauan dengan kandungan nutrisi yang tinggi akan
menghasilkan produksi susu yang tinggi pula. Sudono (1999) menyatakan bahwa
rata-rata produksi susu sai perah FH adalah sekitar 10 liter/ekor/hari. Produksi susu
(2016) menyatakan bahwa produksi susu dipengaruhi oleh pakan, lama bunting,
masa laktasi, masa kering, ukuran tubuh dan umur, birahi, frekuensi pemerahan,
produksi susu dipengaruhi oleh faktor genetik, frekuensi pemerahan dan lama
laktasi. Utomo dan Miranti (2010) menyatakan bahwa kualitas susu dipengaruhi
oleh kualitas pakan dimana dapat meningkatkan kecernaan nutrien dan produksi
susu.
Produksi susu dipengaruhi oleh umur ternak dimana memiliki grafik yang
mulanya naik, stabil kemudian menurun. Rinaldi dkk., (2016) menyatakan bahwa
sejak umur laktasi pertama sampai laktasi berikutnya pada umur 6-8 tahun,
produksi susu akan meningkat dan setelah umur tersebut akan menurun. Bobot
badan ternak yang tinggi akan menghasilkan produksi susu yang tinggi pula. Tasse
dan Auza (2014) menyatakan bahwa terdapat korelasi antara bobot badan dan
produksi susu, dimana sapi perah berbobot badan lebih tinggi menghasilkan
produksi susu yang lebih tinggi dibandingkan sapi perah dengan bobot badan yang
lebih rendah.
BAB V
5. 1. Simpulan
Hasil praktik kerja lapangan di CV. Tri Nugraha Farm menunjukkan bahwa
pada sapi perah kelompok I kebutuhan BK, TDN dan PK belum terpenuhi namun
5. 2. Saran
pakan dan formulasi pakan agar kebutuhan ternak terpenuhi dan dapat memperoleh
Astuti, A., A. Ali dan P. S. B. Subur. 2009. Pengaruh penggunaan high quality feed
suplement terhadap konsumsi dan kecernaan nutrien sapi perah awal laktasi.
J. Buletin Peternakan 33(2) : 81-87.
Laryska, N., dan T. Nurhajati. 2013. Peningkatan kadar lemak susu sapi perah
dengan pemberian pakan konsentrat komersial dibandingkan dengan ampas
tahu. 1(2): 79 – 89.
Parakkasi, A. 1999. Ilmu Nutrisi dan Bahan Pakan Ternak Ruminan. Universitas
Indonesia Press, Jakarta.
Sodiqin, M. 2012. Produksi Susu dan Pemberian Pakan Sapi Perah di Kawasan
Usaha Peternakan Sapi Perah Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor.
Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. (Skripsi Sarjana
Peternakan)
Sudono, A., R. F. Rosdiana, dan B. S. Setiawan. 2003. Beternak Sapi Perah Secara
Intensif. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta.
Syarif, E. K. dan B. Harianto. 2011. Buku Pintar Beternak dan Bisnis Sapi Perah.
AgroMedia Pustaka, Jakarta.
Tutuil, N. S. dan Sutarto. 1996. Beternak Sapi Perah. Musi Perkasa Utama, Jakarta
Utomo, B. dan D. P. Miranti. 2010. Tampilan produksi sapi perah yang mendapat
perrabaikan manajemen pemeliharaan. J. Caraka Tani XXV 1(3) : 21-25.