BAB I
PENDAHULUAN
meningkat dan terus meningkat tiap harinya. Tingginya angka permintaan produk
kelompok untuk membangun suatu usaha dalam bidang peternakan, salah satunya
perekonomian supaya usahanya dapat berjalan dalam waktu yang lama dan terus
dimana usaha tersebut harus diatur berkesinambungan dan dalam jangka waktu
yang lama. Penting sekali mempelajari dasar-dasar usaha sebelum masuk kedalam
dunia perusahaan, hal ini dapat mengefisienkan usaha dan mencegah kegagalan
dalam berusaha.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Perusahan adalah suatu benda mati apabila baru dinyatakan berdiri dengan
suatu akte pendirian yang disahkan oleh notaris (Moeljono dan Sudjanto, 2007).
dan teratur dalam waktu tertentu, untuk mendapatkan keuntungan dari produksi
2.2. Investasi
Investasi merupakan dana yang disimpan dalam jangka panjang, dan hal
ini akan berimbas kepada pemilihan saham dan time horizon yang mereka pakai
sebagai acuan (Ady, 2015). Investasi dibutuhkan bagi setiap perusahaan dengan
baku menjadi produk jadi yang siap dijual (Mulyadi, 2006). Biaya produksi dapat
dicerminkan oleh jumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan input yaitu
3
secara akuntansi sama dengan jumlah uang keluar yang tercatat, biaya tersebut
terdiri dari biaya eksplisit dan implisit (Sugiarto et al., 2007). Biaya Total yaitu
jumlah biaya tetap dan biaya variabel per satu kali proses produksi, biaya tetap
adalah biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani atau peternak dan tidak
dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi dalam suatu siklus produksi, misalnya
biaya kandang, peralatan, perbaikan, depresiasi, dan upah manajer dan biaya
operasional atau biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah sesuai dengan
2.4. Pendapatan
selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau
aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang
di dalam asset dan penurunan gross dalam kewajiban yang dinilai berdasarkan
prinsip akuntansi yang berasal dari kegiatan mencari laba (Sofyan, 2007).
posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu (Sartono, 2008). Informasi yang
4
bisa diberikan dalam neraca adalah posisi atas sumber kekayaan perusahaan atau
2.5.1. Aktiva
uang dan hak-hak yang mendapat jaminan oleh undang-undang maupun pihak-
pihak tertentu yang diperoleh dari transaksi sebelumnya (Horne dan John, 2007).
(jangka panjang), aktiva yang keberadaannya sementara didanai oleh sumber dana
yang bersifat temporer (jangka pendek) (Sawir, 2008). Aktiva lancar adalah uang
kas (tunai) atau aktiva-aktiva lainnya yang layak diharapkan dapat dicairkan
menjadi uang tunai atau dipakai habis atau dijual selama satu waktu per periode
operasi-operasi normal perusahaan, misalnya uang kas, piutang dagang dan wesel
tagih sedangkan aktiva tetap adalah aktiva suatu perusahaan yang sifatnya tetap
2.5.2. Pasiva
suatu perusahaan atau badan usaha dimasa yang mendatang yang dapat dikatakan
sebagai hutang (Munawir, 2006). Hutang timbul akibat adanya transaksi atau
dengan menyerahkan sejumlah sumber daya perusahaan pada pihak yang terkait
Pasiva lancar adalah kewajiban perusahaan yang dalam jangka waktu pendek
(kurang dari satu tahun) harus dapat dipenuhi sedangkan pasiva tetap adalah
kewajiban perusahaan yang dalam jangka waktu panjang (lebih dari satu tahun)
2.5.3. Pajak
dapat dipaksakan kepada subyek pajak dimana tidak ada balas jasa yang langsung
iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak,
pemilik usaha untuk membayar pajak jika usaha yang dimilikinya memiliki omzet
Rp. 300 juta sampai Rp. 4,8 Miliar per tahun maka pemilik memiliki wajib pajak
akan dilikuidasi atau dibubarkan, kewajiban itu dapat berupa kewajiban jangka
baik utang pokok maupun bunganya (Kuswadi, 2006). Besarnya likuiditas dan
secara efisiensi atau tidak mampu memperoleh laba yang besar maka perusahaan
2.7. Rentabilitas
perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada
7
seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan jumlah cabang
(Yusup, 2007).
Break even point (BEP) merupakan teknik analisis yang dapat digunakan
pada saat tidak untuk dan tidak rugi (Wicaksono, 2007). Break even point adalah
sebagai alat bantu dalam pengembalian keputusan untuk menutup usaha (Arifin,
2007).
ROI dapat dipakai untuk mengukur efisiensi tindakan yang dilakukan oleh
divisi dengan cara mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian
tersebut (Amrin, 2009). Return On Investment (ROI) merupakan bentuk dari rasio
dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk
menggunakan aliran kas neto atau proceed (Arifin, 2007). Payback period
B/C Ratio adalah perbandingan antara total pendapatan dan total biaya
perbandingan antara seluruh nilai kini keuntungan yang didapat dengan seluruh
nilai kini biaya yang dikeluarkan. Bila nilai B/C ratio lebih kecil dari satu maka
usaha mengalami kerugian, jika nilai B/C ratio sama dengan satu maka usaha
dalam kondisi break event point dan bila B/C ratio lebih besar dari satu maka
usaha mengalami keuntungan. Semakin besar nilai B/C ratio semakin besar
BAB III
METODOLOGI
tanggal 10 Oktober 2016 pukul 12.00 – 14.00 WIB dirumah Bapak Jembar
Jawa Tengah.
solvabilitas (debt ratio), rentabilitas, Break Even Point (BEP) dan Payback
3.3.1. Pendapatan
10
Aktiva lancar
Likuiditas (current ratio) = × 100% ............ (Palupi,
Utang lancar
2011).
2007).
3.3.5. Rentabilitas
P endapatan bersih
Rentabilitas = × 100% ....... (Mahmud et al.,
Jumlah seluruh modal
2007).
11
Biaya Tetap
BEP dalam unit = ...
Harga jual per unit-biaya produksi per unit
Investasi
Payback Period = ×12 bulan .... (Kinney dan Raiborn,
Kas Bersih
2008).
12
BAB IV
Ungaran kabupaten Semarang. Bapak Jembar menjadi anggota dan ketua KTT
Sumber Makmur yang berdiri pada tahun 2006. Awal mula berdirinya KTT
tempat. Jumlah awal sapi perah yang dipelihara oleh Bapak Jembar sebanyak 3
ekor, sedangkan saat ini jumlah sapi yang dimilki sebanyak 20 ekor. Sapi yang
Jembar perhari sebanyak 150 liter. Bapak Jembar memilih berternak sapi parah
karena daerah Lerep merupakan daerah dataran tinggi yang memiliki suhu
relatif sejuk. Susu yang dihasilkan oleh daerah Lerep terkenal memiliki kualitas
susu seperti Cimory dan Ultra Jaya. Harga jual susu perliter sebesar Rp. 5.500
dan keuntungan yang diperoleh oleh bapak Jembar perliter susu sebesar Rp.
1.224,17. Pendapatan kotor yang diperoleh bapak Jembar hasil menjual susu
dibantu oleh anggota keluarganya yang lain. Bapak jembar memiliki satu orang
13
karyawan laki-laki dan satu orang karyawan perempuan. Bapak Jembar harus
menjual 23.438,8 liter susu dalam satu tahun agar dapat mencapai titik impas.
Investasi yang dimiliki oleh bapak Jembar berupa kandang, ember plastik,
ember susu, selang, sekop, kran iar dan bak penampung air.
dikeluarkan pada usaha sapi perah bapak Jembar adalah sebesar Rp 91.480.000
10.634.950 (lampiran 1). Investasi merupakan sumber dana yang disimpan yang
merupakan jumlah dana yang bisa disusutkan dari biaya yang sesungguhnya. Hal
ini sesuai dengan pendapat Halim (2003) yang menyatakan bahwa Investasi
keuntungan di masa mendatang. Hal ini diperkuat oleh pendapat Ady (2015) yang
dikeluarkan oleh bapak Jembar terdiri dari, biaya penyusutan, gaji karyawan, sewa
lahan, PBB, biaya pakan, renovasi kandang, obat, listrik dan pemeliharaan sapi.
14
Biaya ini merupakan biaya awal dari semua proses produksi perusahaan. Hal ini
sesuai dengan pendapat Mulyadi (2000) yang menyatakan bahwa biaya produksi
merupakan suatu biaya yang digunakan untuk mengolah bahan baku menjadi
produk jadi atau siap untuk dijual, biaya produksi terdiri dari dua yaitu biaya tetap
dan biaya variabel. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sugiarto et al., (2007) yang
mendapatkan produk jadi, dimana biaya tersebut terdiri dari biaya eksplisit dan
implisit.
pendapatan kotor bapak Jembar pertahun sebanyak Rp. 66.105.050 (lampiran 3).
Pendapatan yang diperoleh oleh bapak Jembar adalah hasil dari penjualan susu
penjualan produksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Harnanto (2003) yang
melakukan transaksi penjualan yang telah dikurangi dengan biaya produksi. Hal
ini diperkuat oleh pendapat Case dan Fair (2007) yang menyatakan bahwa
pendapatan diperoleh dari hasil penjualan barang yang telah dikurangi dengan
Harga pokok produksi dapat diartikan sebagai semua biaya yang digunakan untuk
melakukan kegiatan produksi barang yang akan dijual. Hal ini sesuai dengan
merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan untuk memproduksi barang yang siap
dijual. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sugiarto et al. (2007) yang menyatakan
bahwa harga pokok produksi adalah dana yang dikeluarkan untuk memproduksi
suatu barang yang kemudian barang tersebut akan dijual dengan harapan untuk
mendapat keuntungan.
produksi. Total aktiva dan total pasiva yang dimiliki oleh perusahaan dicantumkan
didalam laporan keuangan perusahaan (Neraca Keuangan). Hal ini sesuai dengan
yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini didukung oleh Munawir (2006) bahwa
neraca keungan berisi tentang informasi sumber kekayaan yang dimiliki oleh
perusahaan.
16
4.6.1. Aktiva
jumlah neraca aktiva lancar dari usaha bapak Jembar sebesar Rp 75.600.000
(lampiran 5). Aktiva lancar merupakan sejumlah biaya yang yang dikeluarkan
oleh perusahaan dalam sekali periode. Aktiva merupakan sumber daya ekonomi,
hak dan segala bentuk barang yang mempunyai nilai uang, yang dimiliki oleh
suatu perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Horne dan John (2007) yang
transaksi sebelumnya baik berupa barang maupun uang. Hal ini diperkuat oleh
pendapat Sawir (2008) bahwa aktiva lancar merupakan sumber ekonomi yang
jumlah aktiva tetap dari perusahaan bapak Jembar sebesar Rp. 103.264.950
(lampiran 5). Aktiva tetap merupakan biaya yang permanent dan tetap yang
dikeluarkan oleh perusahaan yang digunakan dalam proses produksi. Hal ini
sesuai dengan pendapat Bastian (2005) bahwa aktiva merupakan suatu biaya yang
digunakan perusahaan dalam proses produksi. Hal ini diperkuat oleh pendapat
Yusuf (2007) menyatakan bahwa aktiva tetap merupakan biaya yang tetap yang
4.6.2. Pasiva
17
atau hutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang terdiri dari pasiva lancar
dan pasiva jangka panjang. Hal ini sesuai dengan pendapat Ramadhan (2005)
yang menyatakan bahwa pasiva disebut sebagai hutang yang dimiliki oleh suatu
perusahaan. Hal ini di perkuat oleh pendapat Hafiarni (2009) yang menyatakan
bahwa pasiva adalah kewajiban dan ekuitas yang merupakan daftar dari hutang
atau kewajiban perusahaan baik itu jangan pendek ataupun jangka panjang.
4.6.3. Pajak
Jembar sebesar Rp. 661.050,5 (lampiran 5). Pajak merupakan suatu pungutan
yang harus dibayar oleh suatu perusahaan yang dibayarkan setiap tahun. Pajak
perusahaan yang berdasarkan atas undang-undang yang berlaku. Hal ini diperkuat
oleh Andriani (2006) bahwa pajak merupakan iuran wajib pajak yang dibayarkan
Return on Investment (ROI) usaha bapak Jembar sebesar 71.539% (lampiran 6).
18
Hal tersebut mengartikan bahwa usaha peternakan sapi perah bapak Jembar
tersebut layak untuk diteruskan usahanya. Hal ini sesuai dengan pendapat
laba yang dihasilkan dengan investasi. Hal ini diperkuat oleh pendapat Blocher et
al., (2007) ROI adalah keuntungan yang dihasilkan dari perbandingan antara laba
yaitu 0,8353 (lampiran 7) yang artinya usaha peternakan sapi perah bapak Jembar
layak untuk dijalankan karena mampu membayar setiap hutang lancarnya dengan
perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendek. Hal ini sesuai dengan
perusahaan untuk membayar utang lancar atau hutang jangan pendek. Hal ini
Jembar yaitu sebesar 1,976 (lampiran 7). Solvabilitas sangat penting untuk
19
Hal ini sesuai dengan pendapat Kuswadi (2006) yang menyatakan bahwa
panjang, baik hutang pokok atau bunganya. Hal ini diperkuat oleh pendapat
waktu tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Amrin (2009) yang menyatakan
selama periode tertentu. Hal ini diperkuat oleh pendapat Munawir (2004) yang
perihitungan nilai BEP usaha bapak Jembar yaitu sebesar 23.438,8 (lampiran 8).
Nilai BEP usaha bapak Jembar sebesar 23.438,8 yang berarti bapak Jembar harus
menjual 23.438,8 liter susu dalam satu tahun agar mencapai titik impas. BEP
dilakukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wicaksono (2007) yang menyatakan
20
bahwa BEP merupakan suatu titik impas dimana perusahaan tidak mengalami
keuntungan dan kerugian. Hal ini diperkuat oleh pendapat Suryani et al., (2005)
B/C ratio yang dihasilkan yaitu 0.2862 (lampiran 9). B/C ratio yang dihasilkan
kurang dari 1 yang menunjukkan usaha peternakan sapi perah tersebut tergolong
rendah karena kurang menguntungkan. B/C ratio merupakan suatu kriteria yang
digunakan untuk mengukur mana yang lebih besar antara biaya produksi atau
pendapatan yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rachmadi (2007)
yang menyatakan bahwa B/C ratio adalah perbandingan antara total pendapatan
dengan total biaya produksi. Hal ini diperkuat oleh pendapat Cahyono (2007)
pendapatan yang dihasilkan oleh suatu perusahaan terhadap biaya produksi yang
dikeluarkan.
usaha bapak Jembar yaitu sebesar 1,202 tahun (lampiran 9). Payback Period
(PP) sebesar 1,202 tahun berarti bahwa usaha bapak Jembar untuk
bulan. Payback Period (PP) biasanya digunakan untuk mengukur lamanya dana
21
investasi untuk ditanamkan kembali. Hal ini sesuai dengan pendapat Rangkuti
(2005) yang menyatakan bahwa Payback Period (PP) merupakan suatu periode
yang menunjukkan berapa modal yang ditanamkan dapat suatu usaha dapat
kembali. Hal ini diperkuat oleh pendapat Arifin (2007) yang menyatakan bahwa
BAB V
5.1. Simpulan
dilakukan oleh bapak Jembar untuk berternak sapi perah layak untuk
dikembangkan karena nilai R/C Ratio usaha bapak Jembar tergolong tinggi dan
membutuhkan waktu lebih dari satu tahun yaitu sekitar 1,2 tahun.
5.2. Saran
praktikum.
23
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, J. 2007. Aplikasi Excel untuk Perencanaan Bisnis (Bisnis Plan). Elex
Media Komputindo Gramedia, Jakarta.
Cahyono, B. 2007. Cabai Paprika, Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Kanisius, Yogyakarta.
24
Case, D. dan Fair, R. 2007. Analisis Laporan Keuangan. UPP AMP YKPN,
Yogyakarta.
Ghufran, M. dan H.K. Kordi. 2015. Panduan Lengkap Budidaya Kuda Laut.
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Sofyan, S dan Harahap. 2007. Akuntansi Aktiva Tetap. Bumi Aksara, Jakarta.
Suryani, A., E. Hambali dan P. Suryadarma. 2005. Membuat Aneka Nata. Penebar
Swadaya, Jakarta.