Anda di halaman 1dari 26

1

BAB I

PENDAHULUAN

Usaha peternakan di era kini cukup banyak diminati, mengingat adanya

peningkatan jumlah penduduk sehingga kebutuhan pangan di masyarakat

meningkat dan terus meningkat tiap harinya. Tingginya angka permintaan produk

peternakan untuk mencukupi kebutuhuan merupakan alasan seseorang atau

kelompok untuk membangun suatu usaha dalam bidang peternakan, salah satunya

perusahaan peternakan. Perusahaan adalah suatu lembaga atau organisasi yang

melakukan kegiatan faktor-faktor produksi untuk menyediakan dan

mendistribusikan barang dan jasa dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan.

Seseorang yang ingin terjun ke dunia usaha harus memahami dasar-dasar

perekonomian supaya usahanya dapat berjalan dalam waktu yang lama dan terus

berkembang. Ilmu Ekonomi Perusahaan Peternakan merupakan suatu ilmu yang

harus dipelajari untuk mengetahui perekonomian dalam suatu usaha peternakan,

dimana usaha tersebut harus diatur berkesinambungan dan dalam jangka waktu

yang lama. Penting sekali mempelajari dasar-dasar usaha sebelum masuk kedalam

dunia perusahaan, hal ini dapat mengefisienkan usaha dan mencegah kegagalan

dalam berusaha.

Tujuan dari Praktikum Ekonomi Perusahaan Peternakan adalah untuk

mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan peternakan.

Manfaat dari Praktikum Ekonomi Perusahaan Peternakan adalah mengetahui

bentuk-bentuk perusahaan dan kegiatan ekonomi perusahaan peternakan.


2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perusahaan Peternakan

Perusahan adalah suatu benda mati apabila baru dinyatakan berdiri dengan

suatu akte pendirian yang disahkan oleh notaris (Moeljono dan Sudjanto, 2007).

Perusahaan peternakan merupakan usaha yang dijalankan secara terus menerus

dan teratur dalam waktu tertentu, untuk mendapatkan keuntungan dari produksi

ternak (Arifin, 2008).

2.2. Investasi

Investasi merupakan dana yang disimpan dalam jangka panjang, dan hal

ini akan berimbas kepada pemilihan saham dan time horizon yang mereka pakai

sebagai acuan (Ady, 2015). Investasi dibutuhkan bagi setiap perusahaan dengan

tujuan untuk mengadakan alat produksi baru, meningkatkan skala produksi

ataupun dalam peremajaan alat produksi agar dapat memperbaiki efisiensi

perusahaan (Wicaksono, 2007).

2.3. Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan

baku menjadi produk jadi yang siap dijual (Mulyadi, 2006). Biaya produksi dapat

dicerminkan oleh jumlah uang yang dikeluarkan untuk mendapatkan input yaitu
3

secara akuntansi sama dengan jumlah uang keluar yang tercatat, biaya tersebut

terdiri dari biaya eksplisit dan implisit (Sugiarto et al., 2007). Biaya Total yaitu

jumlah biaya tetap dan biaya variabel per satu kali proses produksi, biaya tetap

adalah biaya produksi yang dikeluarkan oleh petani atau peternak dan tidak

dipengaruhi oleh besar kecilnya produksi dalam suatu siklus produksi, misalnya

biaya kandang, peralatan, perbaikan, depresiasi, dan upah manajer dan biaya

operasional atau biaya variabel adalah biaya yang berubah-ubah sesuai dengan

perubahan produksi, seperti biaya pakan konsentrat, hijauan, mineral, obat-obatan,

serta tenaga pemelihara atau buruh (Permadi et al., 2011).

2.4. Pendapatan

Pendapatan merupakan arus masuk atau peningkatan lainnya atas aktiva

sebuah entitas atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi dari keduanya)

selama satu periode dari pengiriman atau produksi barang, penyediaan jasa, atau

aktivitas lain yang merupakan operasi utama atau sentral entitas yang sedang

berlangsung (Dyckman et al., 2006). Pendapatan dapat dikatakan kenaikan gross

di dalam asset dan penurunan gross dalam kewajiban yang dinilai berdasarkan

prinsip akuntansi yang berasal dari kegiatan mencari laba (Sofyan, 2007).

2.5. Neraca Keuangan

Neraca Keuangan merupakan salah satu laporan keuangan yang digunakan

oleh akuntan atau pemilik suatu usaha yang memberikan informasimengenai

posisi keuangan perusahaan pada suatu waktu (Sartono, 2008). Informasi yang
4

bisa diberikan dalam neraca adalah posisi atas sumber kekayaan perusahaan atau

entitas dan sumber dari pembiayaan untuk memperoleh kekayaan perusahaan

tersebut dalam suatu periode akuntansi (Munawir, 2006).

2.5.1. Aktiva

Aktiva adalah sumber ekonomi perusahaan yang dapat berwujud barang,

uang dan hak-hak yang mendapat jaminan oleh undang-undang maupun pihak-

pihak tertentu yang diperoleh dari transaksi sebelumnya (Horne dan John, 2007).

Aktiva permanen didanai dari sumber-sumber dana yang bersifat permanen

(jangka panjang), aktiva yang keberadaannya sementara didanai oleh sumber dana

yang bersifat temporer (jangka pendek) (Sawir, 2008). Aktiva lancar adalah uang

kas (tunai) atau aktiva-aktiva lainnya yang layak diharapkan dapat dicairkan

menjadi uang tunai atau dipakai habis atau dijual selama satu waktu per periode

operasi-operasi normal perusahaan, misalnya uang kas, piutang dagang dan wesel

tagih sedangkan aktiva tetap adalah aktiva suatu perusahaan yang sifatnya tetap

atau permanen yang digunakan dalam operasi-operasi penyelangaraan suatu

perusahaan (Yusup, 2007)

2.5.2. Pasiva

Pasiva merupakan suatu pengorbanan ekonomi yang harus dilakukan oleh

suatu perusahaan atau badan usaha dimasa yang mendatang yang dapat dikatakan

sebagai hutang (Munawir, 2006). Hutang timbul akibat adanya transaksi atau

peristiwa masa lalu yang mengakibatkan adanya penyelesaian di masa mendatang


5

dengan menyerahkan sejumlah sumber daya perusahaan pada pihak yang terkait

sebagai pelunasan atas kewajiban yang timbul (Mangkoesoebroto, 2006).

Pasiva lancar adalah kewajiban perusahaan yang dalam jangka waktu pendek

(kurang dari satu tahun) harus dapat dipenuhi sedangkan pasiva tetap adalah

kewajiban perusahaan yang dalam jangka waktu panjang (lebih dari satu tahun)

harus dapat dipenuhi (Yusup, 2007).

2.5.3. Pajak

Pajak adalah suatu pungutan yang merupakan hak prerogatif pemerintah

dimana pungutan tersebut didasarkan pada undang-undang dan pemungutannya

dapat dipaksakan kepada subyek pajak dimana tidak ada balas jasa yang langsung

dapat ditunjukkan penggunaannya (Mangkoesoebroto, 2006). Pajak merupakan

iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak,

yang pembayarannya menurut peraturan-peraturan tidak dapat prestasi kembali

yang langsung dapat di tunjuk, dan gunanya adalah untuk membiayai

pengeluaran-pengeluaran umum berhubungan dengan tugas negara untuk

meyelenggarakan pemerintahan (Andriani, 2006). Pajak 1% adalah kewajiban

pemilik usaha untuk membayar pajak jika usaha yang dimilikinya memiliki omzet

Rp. 300 juta sampai Rp. 4,8 Miliar per tahun maka pemilik memiliki wajib pajak

sebesar 1% dari omzet yang didapat (Ghufran dan Kordi, 2015).

2.6. Likuiditas dan Solvabilitas


6

Likuiditas adalah kemampuan perusahaan untuk membayar utang

lancarnya (kewajiban jangka pendek) (Kuswadi, 2006). Solvabilitas adalah rasio

untuk mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jika perusahaan

akan dilikuidasi atau dibubarkan, kewajiban itu dapat berupa kewajiban jangka

pendek ataupun (Amrin, 2009). Nilai standar likuiditas tergantung dengan

kemampuan masing-masing perusahaan untuk menyelesaikan kewajiban jangka

pendeknya (Yusup, 2007).

Solvabilitas adalah kemampuan untuk membayar utang jangka panjang,

baik utang pokok maupun bunganya (Kuswadi, 2006). Besarnya likuiditas dan

solvabilitas suatu usaha kalau perusahaan tidak mampu menggunakan modalnya

secara efisiensi atau tidak mampu memperoleh laba yang besar maka perusahaan

akan mengalami kesulitan keuangan dalam mengembalikan utang (Amrin, 2009).

Nilai standar solvabilitas tergantung dengan kemampuan perusahaan dalam

membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila

perusahaan dilikuidasi (Yusup, 2007).

2.7. Rentabilitas

Rentabilitas adalah kemampuan suatu usaha untuk menghasilkan laba

selama periode tertentu (Anggara, 2008). Rentabilitas atau profitabilitas

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode

tertentu (Munawir, 2006). Standar rentabilitas tergantung dengan kemampuan

perusahaan mendapatkan laba melalui semua kemampuan dan sumber yang ada
7

seperti kegiatan penjualan, kas, modal, jumlah karyawan dan jumlah cabang

(Yusup, 2007).

2.8. Break Event Point (BEP)

Break even point (BEP) merupakan teknik analisis yang dapat digunakan

perusahaan untuk mengetahui atau merencanakan jumlah produksi perusahaan

pada saat tidak untuk dan tidak rugi (Wicaksono, 2007). Break even point adalah

sebagai alat bantu dalam pengembalian keputusan untuk menutup usaha (Arifin,

2007).

2.9. ROI, Payback Period dan B/C Ratio

ROI dapat dipakai untuk mengukur efisiensi tindakan yang dilakukan oleh

divisi dengan cara mengalokasikan semua biaya dan modal ke dalam bagian

tersebut (Amrin, 2009). Return On Investment (ROI) merupakan bentuk dari rasio

profitabilitas yang dimaksudkan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan

dengan keseluruhan dana yang ditanamkan dalam aktiva yang digunakan untuk

operasi perusahaan untuk menghasilkan keuntungan (Munawir, 2006).

Payback period atau pengembalian investasi adalah suatu periode atau

jangka waktu yang diperlukan untuk dapat menutup kembali investasi

menggunakan aliran kas neto atau proceed (Arifin, 2007). Payback period

dinyatakan sebagai ekspektasi jumlah tahun yang dibutuhkan untuk memperoleh

kembali investasi awal (Brigham dan Houston, 2006).


8

B/C Ratio adalah perbandingan antara total pendapatan dan total biaya

produksi yang dikeluarkan (Cahyono, 2007). Kriteria B/C ratio adalah

perbandingan antara seluruh nilai kini keuntungan yang didapat dengan seluruh

nilai kini biaya yang dikeluarkan. Bila nilai B/C ratio lebih kecil dari satu maka

usaha mengalami kerugian, jika nilai B/C ratio sama dengan satu maka usaha

dalam kondisi break event point dan bila B/C ratio lebih besar dari satu maka

usaha mengalami keuntungan. Semakin besar nilai B/C ratio semakin besar

keuntungan usaha yang didapat (Indrawanto, 2007)


9

BAB III

METODOLOGI

3.1. Lokasi dan waktu

Praktikum Ekonomi Perusahaan yang dilaksanakan pada hari Senin

tanggal 10 Oktober 2016 pukul 12.00 – 14.00 WIB dirumah Bapak Jembar

Sudarmanto di Desa Lerep, Kecamatan Ungaran, Kabupaten Semarang, Provinsi

Jawa Tengah.

3.2. Metode praktikum

Metode praktikum yang dilakukan dalam praktikum Ekonomi Perusahaan

adalah dengan melakukan wawancara dengan Bapak Jembar Sudarmanto yaitu

memberi pertanyaan dengan menggunakan daftar questioner yang telah dibuat.

3.3. Metode Analisis Data (Rumus Perhitungan)

Rumus dalam metode analisis data untuk praktikum Ekonomi Perusahaan

meliputi Return of Inverment (ROI), rasio likuiditas (current ratio), rasio

solvabilitas (debt ratio), rentabilitas, Break Even Point (BEP) dan Payback

Period (PP) sebagai berikut:

3.3.1. Pendapatan
10

Pendapatan (I) = TR-TC ......................................... (Permadi et al., 2011)

3.3.2. Return of Investment (ROI)

ROI = Laba Setelah Pajak


X 100 % ....... (Philips dan Philips, 2006).
Total Aktiva

3.3.3. Likuiditas (current ratio)

Aktiva lancar
Likuiditas (current ratio) = × 100% ............ (Palupi,
Utang lancar

2011).

3.3.4. Solvabilitas (debt ratio)

Total Jangka panjang


Solvabilitas = ................ (Loen dan Ericson,
Total Hutang

2007).

3.3.5. Rentabilitas

P endapatan bersih
Rentabilitas = × 100% ....... (Mahmud et al.,
Jumlah seluruh modal

2007).
11

3.3.6. Break Even Point (BEP)

Total Biaya produksi


BEP =
Total Produksi

Biaya Tetap
BEP dalam unit = ...
Harga jual per unit-biaya produksi per unit

(Ghurfran dan Kordi, 2015).

3.3.7. Payback Period (PP)

Investasi
Payback Period = ×12 bulan .... (Kinney dan Raiborn,
Kas Bersih

2008).
12

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Perusahaan

Bapak Jembar Sudarmanto berumur 48 tahun dengan jumlah anggota

keluarga 5 orang merupakan seorang peternak sapi perah di daerah Lerep

Ungaran kabupaten Semarang. Bapak Jembar menjadi anggota dan ketua KTT

Sumber Makmur yang berdiri pada tahun 2006. Awal mula berdirinya KTT

berasal dari inisiatif peternak sendiri untuk mengumpulkan ternaknya di satu

tempat. Jumlah awal sapi perah yang dipelihara oleh Bapak Jembar sebanyak 3

ekor, sedangkan saat ini jumlah sapi yang dimilki sebanyak 20 ekor. Sapi yang

memproduksi susu sebanyak 10 ekor. Jumlah keseluruhan produksi susu bapak

Jembar perhari sebanyak 150 liter. Bapak Jembar memilih berternak sapi parah

karena daerah Lerep merupakan daerah dataran tinggi yang memiliki suhu

relatif sejuk. Susu yang dihasilkan oleh daerah Lerep terkenal memiliki kualitas

yang baik sehingga produksi susu di daerah Lerep didistribusikan ke perusahaan

susu seperti Cimory dan Ultra Jaya. Harga jual susu perliter sebesar Rp. 5.500

dan keuntungan yang diperoleh oleh bapak Jembar perliter susu sebesar Rp.

1.224,17. Pendapatan kotor yang diperoleh bapak Jembar hasil menjual susu

segar sebesar Rp 297.000.000. Pendapatan bersih bapak Jembar per tahun

sebanyak Rp. 66.105.050. Bapak Jembar dalam melaksanakan usahanya

dibantu oleh anggota keluarganya yang lain. Bapak jembar memiliki satu orang
13

karyawan laki-laki dan satu orang karyawan perempuan. Bapak Jembar harus

menjual 23.438,8 liter susu dalam satu tahun agar dapat mencapai titik impas.

Investasi yang dimiliki oleh bapak Jembar berupa kandang, ember plastik,

ember susu, selang, sekop, kran iar dan bak penampung air.

4.2. Investasi dan Penyusutan Perusahaan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh investasi yang

dikeluarkan pada usaha sapi perah bapak Jembar adalah sebesar Rp 91.480.000

(lampiran 1) dan penyusutan yang dikeluarkan bapak Jembar sebesar Rp

10.634.950 (lampiran 1). Investasi merupakan sumber dana yang disimpan yang

kemudian dapat memberikan keuntungan di waktu mendatang. Penyusutan sendiri

merupakan jumlah dana yang bisa disusutkan dari biaya yang sesungguhnya. Hal

ini sesuai dengan pendapat Halim (2003) yang menyatakan bahwa Investasi

didefinisikan sebagai dana yang ditanam dengan harapan untuk memperoleh

keuntungan di masa mendatang. Hal ini diperkuat oleh pendapat Ady (2015) yang

menyatakan bahwa investasi merupakan dana yang disimpan dalam jangka

panjang untuk menghasilkan laba di masa yang akan datang.

4.3. Biaya Produksi Perusahaan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh biaya

produksi perusahaan sebesar Rp 230.894.950 (lampiran 2). Biaya produksi yang

dikeluarkan oleh bapak Jembar terdiri dari, biaya penyusutan, gaji karyawan, sewa

lahan, PBB, biaya pakan, renovasi kandang, obat, listrik dan pemeliharaan sapi.
14

Biaya ini merupakan biaya awal dari semua proses produksi perusahaan. Hal ini

sesuai dengan pendapat Mulyadi (2000) yang menyatakan bahwa biaya produksi

merupakan suatu biaya yang digunakan untuk mengolah bahan baku menjadi

produk jadi atau siap untuk dijual, biaya produksi terdiri dari dua yaitu biaya tetap

dan biaya variabel. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sugiarto et al., (2007) yang

menyatakan bahwa biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk

mendapatkan produk jadi, dimana biaya tersebut terdiri dari biaya eksplisit dan

implisit.

4.4. Pendapatan Perusahaan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa

pendapatan kotor bapak Jembar pertahun sebanyak Rp. 66.105.050 (lampiran 3).

Pendapatan yang diperoleh oleh bapak Jembar adalah hasil dari penjualan susu

murni perliter. Pendapatan merupakan pemasukan yang diperoleh dari hasil

penjualan produksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Harnanto (2003) yang

menyatakan bahwa pendapatan merupakan segala sesuatu yang diperoleh ketika

melakukan transaksi penjualan yang telah dikurangi dengan biaya produksi. Hal

ini diperkuat oleh pendapat Case dan Fair (2007) yang menyatakan bahwa

pendapatan diperoleh dari hasil penjualan barang yang telah dikurangi dengan

total biaya produksi.

4.5. Penentuan Harga Pokok Produksi


15

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa

harga pokok produksi usaha tersebut sebesar Rp 4.275,83/liter (lampiran 4).

Harga pokok produksi dapat diartikan sebagai semua biaya yang digunakan untuk

melakukan kegiatan produksi barang yang akan dijual. Hal ini sesuai dengan

pendapat Mulyadi (2000) yang menyatakan bahwa harga pokok produksi

merupakan sejumlah uang yang dikeluarkan untuk memproduksi barang yang siap

dijual. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sugiarto et al. (2007) yang menyatakan

bahwa harga pokok produksi adalah dana yang dikeluarkan untuk memproduksi

suatu barang yang kemudian barang tersebut akan dijual dengan harapan untuk

mendapat keuntungan.

4.6. Neraca Keuangan Perusahaan

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa neraca keuangan

merupakan suatu laporan keuangan yang dibuat untuk mengetahui informasi

keuangan yang berada di suatu perusahaan. Neraca keuangan berisi mengenai

keuangan yang digunakan oleh perusahaan dalam melaksanakan kegiatan

produksi. Total aktiva dan total pasiva yang dimiliki oleh perusahaan dicantumkan

didalam laporan keuangan perusahaan (Neraca Keuangan). Hal ini sesuai dengan

pendapat Sartono (2008) bahwa neraca keuangan merupakan laporan keuangan

yang dimiliki oleh perusahaan. Hal ini didukung oleh Munawir (2006) bahwa

neraca keungan berisi tentang informasi sumber kekayaan yang dimiliki oleh

perusahaan.
16

4.6.1. Aktiva

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa

jumlah neraca aktiva lancar dari usaha bapak Jembar sebesar Rp 75.600.000

(lampiran 5). Aktiva lancar merupakan sejumlah biaya yang yang dikeluarkan

oleh perusahaan dalam sekali periode. Aktiva merupakan sumber daya ekonomi,

hak dan segala bentuk barang yang mempunyai nilai uang, yang dimiliki oleh

suatu perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Horne dan John (2007) yang

menyatakan bahwa aktiva merupakan sumber ekonomi yang diperoleh dari

transaksi sebelumnya baik berupa barang maupun uang. Hal ini diperkuat oleh

pendapat Sawir (2008) bahwa aktiva lancar merupakan sumber ekonomi yang

digunakan untuk kegiatan produksi perusahaan dalam sekali periode.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakuakan diperoleh hasil bahwa

jumlah aktiva tetap dari perusahaan bapak Jembar sebesar Rp. 103.264.950

(lampiran 5). Aktiva tetap merupakan biaya yang permanent dan tetap yang

dikeluarkan oleh perusahaan yang digunakan dalam proses produksi. Hal ini

sesuai dengan pendapat Bastian (2005) bahwa aktiva merupakan suatu biaya yang

digunakan perusahaan dalam proses produksi. Hal ini diperkuat oleh pendapat

Yusuf (2007) menyatakan bahwa aktiva tetap merupakan biaya yang tetap yang

dikeluarkan oleh perusahaan yang digunakan sebagai pelayanan perusahaan.

4.6.2. Pasiva
17

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh jumlah pasiva dari perusahaan

bapak Jembar sebesar Rp 178.864.950 (lampiran 5). Pasiva merupakan kewajiban

atau hutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang terdiri dari pasiva lancar

dan pasiva jangka panjang. Hal ini sesuai dengan pendapat Ramadhan (2005)

yang menyatakan bahwa pasiva disebut sebagai hutang yang dimiliki oleh suatu

perusahaan. Hal ini di perkuat oleh pendapat Hafiarni (2009) yang menyatakan

bahwa pasiva adalah kewajiban dan ekuitas yang merupakan daftar dari hutang

atau kewajiban perusahaan baik itu jangan pendek ataupun jangka panjang.

4.6.3. Pajak

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa pajak usaha bapak

Jembar sebesar Rp. 661.050,5 (lampiran 5). Pajak merupakan suatu pungutan

yang harus dibayar oleh suatu perusahaan yang dibayarkan setiap tahun. Pajak

yang dibayarkan setiap perusahaan berbeda tergantung dengan pendapatan yang

diperoleh oleh perusahaan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat

Mangkoesoebroto (2006) bahwa pajak merupakan pungutan yang dibayarkan oleh

perusahaan yang berdasarkan atas undang-undang yang berlaku. Hal ini diperkuat

oleh Andriani (2006) bahwa pajak merupakan iuran wajib pajak yang dibayarkan

kepada negara dan sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku.

4.7. Return on Investment (ROI)

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa

Return on Investment (ROI) usaha bapak Jembar sebesar 71.539% (lampiran 6).
18

Hal tersebut mengartikan bahwa usaha peternakan sapi perah bapak Jembar

menghasilkan keuntungan sebesar 71.539% dari total investasi yang dikeluarkan

dalam menjalankan usahanya, sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan

tersebut layak untuk diteruskan usahanya. Hal ini sesuai dengan pendapat

Rangkuti (2005) yang menyatakan bahwa ROI merupakan perbandingan antara

laba yang dihasilkan dengan investasi. Hal ini diperkuat oleh pendapat Blocher et

al., (2007) ROI adalah keuntungan yang dihasilkan dari perbandingan antara laba

bersih dengan investasi.

4.8. Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas Perusahaan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa

likuiditas yang diperoleh berdasarkan perhitungan untuk usaha bapak Jembar

yaitu 0,8353 (lampiran 7) yang artinya usaha peternakan sapi perah bapak Jembar

layak untuk dijalankan karena mampu membayar setiap hutang lancarnya dengan

nilai aktiva yang dimiliki. Likuiditas berguna untuk mengetahui apakah

perusahaan mampu memenuhi kewajiban jangka pendek. Hal ini sesuai dengan

pendapat Kuswadi (2006) yang menyatakan bahwa likuiditas adalah kemampuan

perusahaan untuk membayar utang lancar atau hutang jangan pendek. Hal ini

diperkuat oleh pendapat Sartono (2008) yang menyatakan bahwa likuiditas

merupakan kemampuan untuk mengukur suatu perusahaan dalam memenuhi

kewajiban atau hutang jangka pendek.

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan solvabilitas usaha bapak

Jembar yaitu sebesar 1,976 (lampiran 7). Solvabilitas sangat penting untuk
19

mengetahui kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi hutang yang dimiliki.

Hal ini sesuai dengan pendapat Kuswadi (2006) yang menyatakan bahwa

solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka

panjang, baik hutang pokok atau bunganya. Hal ini diperkuat oleh pendapat

Amrin (2009) yang menyatakan bahwa solvabilitas merupakan kemampuan

perusahaan untuk melunasi hutang jangka panjang.

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa rentabilitas usaha bapak

Jembar sebesar 74,8% (lampiran 7). Rentabilitas berguna untuk mengukur

kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dalam jangka

waktu tertentu. Hal ini sesuai dengan pendapat Amrin (2009) yang menyatakan

bahwa rentabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba

selama periode tertentu. Hal ini diperkuat oleh pendapat Munawir (2004) yang

menyatakan bahwa rentabilitas merupakan kemampuan yang dimiliki suatu

perusahaan untuk menghasilkan keuntungan pada selang waktu tertentu.

4.9. Break Event Point (BEP) Perusahaan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil

perihitungan nilai BEP usaha bapak Jembar yaitu sebesar 23.438,8 (lampiran 8).

Nilai BEP usaha bapak Jembar sebesar 23.438,8 yang berarti bapak Jembar harus

menjual 23.438,8 liter susu dalam satu tahun agar mencapai titik impas. BEP

merupakan keadaan yang menggambarkan suatu perusahaan yang tidak

mendapatkan keuntungan dan tidak mengalami kerugian terhadap usaha yang

dilakukan. Hal ini sesuai dengan pendapat Wicaksono (2007) yang menyatakan
20

bahwa BEP merupakan suatu titik impas dimana perusahaan tidak mengalami

keuntungan dan kerugian. Hal ini diperkuat oleh pendapat Suryani et al., (2005)

yang menyatakan bahwa BEP digunakan untuk menentukan besarnya volume

penjualan, dimana perusahaan tersubut sudah dapat menutupi semua biaya-biaya

tanpa mengalami kerugian dan keuntungan.

4.10. B/C Ratio dan Payback Period (PP)

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa

B/C ratio yang dihasilkan yaitu 0.2862 (lampiran 9). B/C ratio yang dihasilkan

kurang dari 1 yang menunjukkan usaha peternakan sapi perah tersebut tergolong

rendah karena kurang menguntungkan. B/C ratio merupakan suatu kriteria yang

digunakan untuk mengukur mana yang lebih besar antara biaya produksi atau

pendapatan yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rachmadi (2007)

yang menyatakan bahwa B/C ratio adalah perbandingan antara total pendapatan

dengan total biaya produksi. Hal ini diperkuat oleh pendapat Cahyono (2007)

yang menyatakan bahwa B/C ratio merupakan perbandingan antara total

pendapatan yang dihasilkan oleh suatu perusahaan terhadap biaya produksi yang

dikeluarkan.

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa Payback Period (PP)

usaha bapak Jembar yaitu sebesar 1,202 tahun (lampiran 9). Payback Period

(PP) sebesar 1,202 tahun berarti bahwa usaha bapak Jembar untuk

mengembalikan sejumlah investasi yang dikeluarkan membutuhkan waktu 14,42

bulan. Payback Period (PP) biasanya digunakan untuk mengukur lamanya dana
21

investasi untuk ditanamkan kembali. Hal ini sesuai dengan pendapat Rangkuti

(2005) yang menyatakan bahwa Payback Period (PP) merupakan suatu periode

yang menunjukkan berapa modal yang ditanamkan dapat suatu usaha dapat

kembali. Hal ini diperkuat oleh pendapat Arifin (2007) yang menyatakan bahwa

Payback Period merupakan jangka waktu pengembalian investasi.


22

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa usaha yang

dilakukan oleh bapak Jembar untuk berternak sapi perah layak untuk

dikembangkan karena nilai R/C Ratio usaha bapak Jembar tergolong tinggi dan

memperoleh keuntungan yang tergolong tinggi. Payback Period (PP) usaha

bapak Jembar untuk mengembalikan jumlah investasi yang dikeluarkan

membutuhkan waktu lebih dari satu tahun yaitu sekitar 1,2 tahun.

5.2. Saran

Praktikum kedepannya sebaiknya lebih ditentukan lagi perusahaan mana

saja yang dapat digunakan untuk dilaksanakan praktikum. Perusahaan yang

digunakan juga sebaiknya memiliki kriteria-kriteria khusus untuk dilaksanakan

praktikum.
23

DAFTAR PUSTAKA

Ady, S. U. 2015. Manajemen Psikologi dalam Investasi Saham. Andi Offset,


Yogyakarta.

Amrin, A. 2009. Bisnis, Ekonomi, Asuransi dan Keuangan Syariah. Gramedia


Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Andriani, P.J.A. 2006. Pajak dan Pembangunan. UI Press, Jakarta.

Anggara, A. 2008. Agribisnis Tanaman Perkebunan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Arifin, B. 2008. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Kompas, Jakarta.

Arifin, J. 2007. Aplikasi Excel untuk Perencanaan Bisnis (Bisnis Plan). Elex
Media Komputindo Gramedia, Jakarta.

Bastian, I. 2005. Akuntasi Sektor Publik. Erlangga, Jakarta.

Blocher, E. J., K. H. Chen., G. Cokins dan T. W. Lin. Manajemen Biaya


Penekanan Strategis. Ed. 3 Buku 2. Salemba Empat, Jakarta.

Brigham, E. F dan Houston, 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi


Sepuluh, Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto. Salemba Empat, Jakarta.

Cahyono, B. 2011. Ayam Buras Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Cahyono, B. 2007. Cabai Paprika, Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Kanisius, Yogyakarta.
24

Case, D. dan Fair, R. 2007. Analisis Laporan Keuangan. UPP AMP YKPN,
Yogyakarta.

Dyckman, T. R., E. Rolanda dan C. J. D.Dukes. 2006. Akuntansi Intermediate,


Edisi Ketiga, Jilid 1. Erlangga, Jakarta.

Ghufran, M. dan H.K. Kordi. 2015. Panduan Lengkap Budidaya Kuda Laut.
Penerbit Andi, Yogyakarta.

Hafiarni, F. 2009. Mudah Membuat Laporan Keuangan dengan Microsoft Excel.


PT. Tangga Pustaka, Jakarta.

Halim, A. 2003. Analisis Investasi. Salemba Empat, Jakarta.

Harnanto. 2003. Akuntansi Perpajakan. BPFE Fakultas Ekonomi Universitas


Gadjah Mada, Yogyakarta.

Horne, J. C. V dan M. W. J. R. John. 2007. Prinsip-Prinsip Manajemen


Keuangan Edisi Ke 2. Salemba Empat, Jakarta

Indrawanto, C. 2007. Analisis finansial agroindustri penyulingan akar wangi di


Kabupaten Garut, Jawa Barat. Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik : 78-83

Kinney, M. dan C. Raiborn. 2008. Cost Accounting: Foundations and


Evolutions. Thomson South Western, Austin.

Kuswadi. M. B. A. 2006. Memahami Rasio-rasio Keuangan bagi Orang Awam.


Elex Media Komputindo Gramedia. Jakarta
25

Loen, B dan S. Ericson. 2007. Manajemen Aktiva Pasiva Bank Devisa.


Grasindo. Jakarta.

Mahmud, U., K. Sumantadinata dan N. H. Pandjaitan. 2007. Pengkajian usaha


tambak udang windu tradisional di Kabupaten Pinrang, Sulawesi
Selatan. Jurnal MPI 2 (1) : 70-85.

Mangkoesoebroto, G. 2006. Ekonomi Publik. BPFE, Yogyakarta.

Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya Edisi 5. Aditya Media, Yogyakarta.

Munawir, S. 2006. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ke-Empat. Liberty,


Yogyakarta.

Moeljono, D. dan S, Sujatmitko. 2007. Corporate Culture Challenge to


Excellence. Elex Media Komputindo Gramedia, Jakarta.

Palupi, I. N. 2011. Analisis pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, likuiditas,


struktur aktiva dan tingkat pertumbuhan perusahaan terhadap stuktur
modal. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
(Skripsi).

Philips, P. P. dan J. J. Philips, 2006. Return on Investment (ROI) Basics. ASTD


Presss, New York.

Rachmadi, B. N. 2007. Franchising The Most Practical and Excellent Way of


Succeding. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Raharjo, S. 2006. Kiat membangun aset kekayaan. Elex Media Komputindo,


Jakarta.
26

Ramadhan, H. E. 2015. Startupreneur, Menjadi Entrepreneur Startup. Penebar


Plus, Jakarta.

Rangkuti, F. 2005. Business Plan Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan


Analisis Kasus. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sawir, A. 2004. Kebijakan Pendanaan dan Restrukturisasi Perusahaan. Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta.

Sartono, A. 2008. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. BPFE, Yogyakarta.

Sofyan, S dan Harahap. 2007. Akuntansi Aktiva Tetap. Bumi Aksara, Jakarta.

Sugiarto., T. Herlambang., Brastoro., R. Sudjana dan S. Kelana. 2007. Ekonomi


Mikro Sebuah Kajian Komprehensif. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Suryani, A., E. Hambali dan P. Suryadarma. 2005. Membuat Aneka Nata. Penebar
Swadaya, Jakarta.

Wicaksono, Y. 2007. Aplikasi Excel dalam Pengambilan Keputusan Bisnis. Elex


Media Komputindo Gramedia, Jakarta.

Yusup, M. 2007. Matematika Kelompok Akuntasi, Administrasi Perkantoran dan


Sosial. Grafindo Media Pratama, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai