Anda di halaman 1dari 16

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Keadaan Umum Perusahaan

Bapak Jembar Sudarmanto berumur 48 tahun dengan jumlah anggota

keluarga 5 orang merupakan seorang peternak sapi perah di daerah Lerep Ungaran

kabupaten Semarang. Bapak Jembar menjadi anggota dan ketua KTT Sumber

Makmur yang berdiri pada tahun 2006. Awal mula berdirinya KTT berasal dari

inisiatif peternak sendiri untuk mengumpulkan ternaknya di satu tempat. Jumlah

awal sapi perah yang dipelihara oleh Bapak Jembar sebanyak 3 ekor, sedangkan

saat ini jumlah sapi yang dimilki sebanyak 20 ekor. Sapi yang memproduksi susu

sebanyak 10 ekor. Jumlah keseluruhan produksi susu bapak Jembar perhari

sebanyak 150 liter. Bapak Jembar memilih berternak sapi parah karena daerah

Lerep merupakan daerah dataran tinggi yang memiliki suhu relatif sejuk. Susu yang

dihasilkan oleh daerah Lerep terkenal memiliki kualitas yang baik sehingga

produksi susu di daerah Lerep didistribusikan ke perusahaan susu seperti Cimory

dan Ultra Jaya. Harga jual susu perliter sebesar Rp. 5.500 dan keuntungan yang

diperoleh oleh bapak Jembar perliter susu sebesar Rp. 1.224,17. Pendapatan kotor

yang diperoleh bapak Jembar hasil menjual susu segar sebesar Rp 297.000.000.

Pendapatan bersih bapak Jembar per tahun sebanyak Rp. 66.105.050. Bapak

Jembar dalam melaksanakan usahanya dibantu oleh anggota keluarganya yang lain.
Bapak jembar memiliki satu orang karyawan laki-laki dan satu orang karyawan

perempuan. Bapak Jembar harus menjual 23.438,8 liter susu dalam satu tahun agar

dapat mencapai titik impas. Investasi yang dimiliki oleh bapak Jembar berupa

kandang, ember plastik, ember susu, selang, sekop, kran iar dan bak penampung air.

4.2. Investasi dan Penyusutan Perusahaan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh investasi yang

dikeluarkan pada usaha sapi perah bapak Jembar adalah sebesar Rp 91.480.000

(lampiran 1) dan penyusutan yang dikeluarkan bapak Jembar sebesar Rp 10.634.950

(lampiran 1). Investasi merupakan sumber dana yang disimpan yang kemudian dapat

memberikan keuntungan di waktu mendatang. Penyusutan sendiri merupakan jumlah

dana yang bisa disusutkan dari biaya yang sesungguhnya. Hal ini sesuai dengan

pendapat Halim (2003) yang menyatakan bahwa Investasi didefinisikan sebagai dana

yang ditanam dengan harapan untuk memperoleh keuntungan di masa mendatang.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Ady (2015) yang menyatakan bahwa investasi

merupakan dana yang disimpan dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di

masa yang akan datang.

4.3. Biaya Produksi Perusahaan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh biaya produksi

perusahaan sebesar Rp 230.894.950 (lampiran 2). Biaya produksi yang dikeluarkan


oleh bapak Jembar terdiri dari, biaya penyusutan, gaji karyawan, sewa lahan, PBB,

biaya pakan, renovasi kandang, obat, listrik dan pemeliharaan sapi. Biaya ini

merupakan biaya awal dari semua proses produksi perusahaan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Mulyadi (2000) yang menyatakan bahwa biaya produksi merupakan suatu

biaya yang digunakan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi atau siap

untuk dijual, biaya produksi terdiri dari dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Hal

ini diperkuat oleh pendapat Sugiarto et al., (2007) yang menyatakan bahwa biaya

produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk jadi, dimana

biaya tersebut terdiri dari biaya eksplisit dan implisit.

4.4. Pendapatan Perusahaan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa

pendapatan kotor bapak Jembar pertahun sebanyak Rp. 66.105.050 (lampiran 3).

Pendapatan yang diperoleh oleh bapak Jembar adalah hasil dari penjualan susu

murni perliter. Pendapatan merupakan pemasukan yang diperoleh dari hasil

penjualan produksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Harnanto (2003) yang

menyatakan bahwa pendapatan merupakan segala sesuatu yang diperoleh ketika

melakukan transaksi penjualan yang telah dikurangi dengan biaya produksi. Hal ini

diperkuat oleh pendapat Case dan Fair (2007) yang menyatakan bahwa pendapatan

diperoleh dari hasil penjualan barang yang telah dikurangi dengan total biaya

produksi.
4.5. Penentuan Harga Pokok Produksi

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa

harga pokok produksi usaha tersebut sebesar Rp 4.275,83/liter (lampiran 4). Harga

pokok produksi dapat diartikan sebagai semua biaya yang digunakan untuk

melakukan kegiatan produksi barang yang akan dijual. Hal ini sesuai dengan

pendapat Mulyadi (2000) yang menyatakan bahwa harga pokok produksi merupakan

sejumlah uang yang dikeluarkan untuk memproduksi barang yang siap dijual. Hal ini

diperkuat oleh pendapat Sugiarto et al. (2007) yang menyatakan bahwa harga pokok

produksi adalah dana yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang yang

kemudian barang tersebut akan dijual dengan harapan untuk mendapat keuntungan.

4.6. Neraca Keuangan Perusahaan

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa neraca keuangan

merupakan suatu laporan keuangan yang dibuat untuk mengetahui informasi

keuangan yang berada di suatu perusahaan. Neraca keuangan berisi mengenai

keuangan yang digunakan oleh perusahaan dalam melaksanakan kegiatan produksi.

Total aktiva dan total pasiva yang dimiliki oleh perusahaan dicantumkan didalam

laporan keuangan perusahaan (Neraca Keuangan). Hal ini sesuai dengan pendapat

Sartono (2008) bahwa neraca keuangan merupakan laporan keuangan yang dimiliki
oleh perusahaan. Hal ini didukung oleh Munawir (2006) bahwa neraca keungan berisi

tentang informasi sumber kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan.

4.6.1. Aktiva

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa

jumlah neraca aktiva lancar dari usaha bapak Jembar sebesar Rp 75.600.000

(lampiran 5). Aktiva lancar merupakan sejumlah biaya yang yang dikeluarkan oleh

perusahaan dalam sekali periode. Aktiva merupakan sumber daya ekonomi, hak dan

segala bentuk barang yang mempunyai nilai uang, yang dimiliki oleh suatu

perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Horne dan John (2007) yang menyatakan

bahwa aktiva merupakan sumber ekonomi yang diperoleh dari transaksi sebelumnya

baik berupa barang maupun uang. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sawir (2008)

bahwa aktiva lancar merupakan sumber ekonomi yang digunakan untuk kegiatan

produksi perusahaan dalam sekali periode.

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakuakan diperoleh hasil bahwa

jumlah aktiva tetap dari perusahaan bapak Jembar sebesar Rp. 103.264.950 (lampiran

5). Aktiva tetap merupakan biaya yang permanent dan tetap yang dikeluarkan oleh

perusahaan yang digunakan dalam proses produksi. Hal ini sesuai dengan pendapat

Bastian (2005) bahwa aktiva merupakan suatu biaya yang digunakan perusahaan

dalam proses produksi. Hal ini diperkuat oleh pendapat Yusuf (2007) menyatakan

bahwa aktiva tetap merupakan biaya yang tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan

yang digunakan sebagai pelayanan perusahaan.


4.6.2. Pasiva

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh jumlah pasiva dari perusahaan bapak

Jembar sebesar Rp 178.864.950 (lampiran 5). Pasiva merupakan kewajiban atau

hutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang terdiri dari pasiva lancar dan pasiva

jangka panjang. Hal ini sesuai dengan pendapat Ramadhan (2005) yang menyatakan

bahwa pasiva disebut sebagai hutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Hal ini di

perkuat oleh pendapat Hafiarni (2009) yang menyatakan bahwa pasiva adalah

kewajiban dan ekuitas yang merupakan daftar dari hutang atau kewajiban perusahaan

baik itu jangan pendek ataupun jangka panjang.

4.6.3. Pajak

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa pajak usaha bapak Jembar

sebesar Rp. 661.050,5 (lampiran 5). Pajak merupakan suatu pungutan yang harus

dibayar oleh suatu perusahaan yang dibayarkan setiap tahun. Pajak yang dibayarkan

setiap perusahaan berbeda tergantung dengan pendapatan yang diperoleh oleh

perusahaan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Mangkoesoebroto (2006) bahwa

pajak merupakan pungutan yang dibayarkan oleh perusahaan yang berdasarkan atas

undang-undang yang berlaku. Hal ini diperkuat oleh Andriani (2006) bahwa pajak
merupakan iuran wajib pajak yang dibayarkan kepada negara dan sesuai dengan

aturan-aturan yang berlaku.

4.7. Return on Investment (ROI)

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa

Return on Investment (ROI) usaha bapak Jembar sebesar 71.539% (lampiran 6). Hal

tersebut mengartikan bahwa usaha peternakan sapi perah bapak Jembar menghasilkan

keuntungan sebesar 71.539% dari total investasi yang dikeluarkan dalam

menjalankan usahanya, sehingga dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut layak

untuk diteruskan usahanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Rangkuti (2005) yang

menyatakan bahwa ROI merupakan perbandingan antara laba yang dihasilkan dengan

investasi. Hal ini diperkuat oleh pendapat Blocher et al., (2007) ROI adalah

keuntungan yang dihasilkan dari perbandingan antara laba bersih dengan investasi.

4.8. Likuiditas, Solvabilitas dan Rentabilitas Perusahaan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa

likuiditas yang diperoleh berdasarkan perhitungan untuk usaha bapak Jembar yaitu

0,8353 (lampiran 7) yang artinya usaha peternakan sapi perah bapak Jembar layak

untuk dijalankan karena mampu membayar setiap hutang lancarnya dengan nilai

aktiva yang dimiliki. Likuiditas berguna untuk mengetahui apakah perusahaan

mampu memenuhi kewajiban jangka pendek. Hal ini sesuai dengan pendapat
Kuswadi (2006) yang menyatakan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan

untuk membayar utang lancar atau hutang jangan pendek. Hal ini diperkuat oleh

pendapat Sartono (2008) yang menyatakan bahwa likuiditas merupakan kemampuan

untuk mengukur suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau hutang jangka

pendek.

Berdasarkan hasil praktikum yang dilakukan solvabilitas usaha bapak Jembar

yaitu sebesar 1,976 (lampiran 7). Solvabilitas sangat penting untuk mengetahui

kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi hutang yang dimiliki. Hal ini sesuai

dengan pendapat Kuswadi (2006) yang menyatakan bahwa solvabilitas merupakan

kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka panjang, baik hutang pokok

atau bunganya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Amrin (2009) yang menyatakan

bahwa solvabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk melunasi hutang jangka

panjang.

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh bahwa rentabilitas usaha bapak Jembar

sebesar 74,8% (lampiran 7). Rentabilitas berguna untuk mengukur kemampuan suatu

perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini

sesuai dengan pendapat Amrin (2009) yang menyatakan bahwa rentabilitas

merupakan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba selama periode tertentu.

Hal ini diperkuat oleh pendapat Munawir (2004) yang menyatakan bahwa rentabilitas

merupakan kemampuan yang dimiliki suatu perusahaan untuk menghasilkan

keuntungan pada selang waktu tertentu.


4.9. Break Event Point (BEP) Perusahaan

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil

perihitungan nilai BEP usaha bapak Jembar yaitu sebesar 23.438,8 (lampiran 8). Nilai

BEP usaha bapak Jembar sebesar 23.438,8 yang berarti bapak Jembar harus menjual

23.438,8 liter susu dalam satu tahun agar mencapai titik impas. BEP merupakan

keadaan yang menggambarkan suatu perusahaan yang tidak mendapatkan keuntungan

dan tidak mengalami kerugian terhadap usaha yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan

pendapat Wicaksono (2007) yang menyatakan bahwa BEP merupakan suatu titik

impas dimana perusahaan tidak mengalami keuntungan dan kerugian. Hal ini

diperkuat oleh pendapat Suryani et al., (2005) yang menyatakan bahwa BEP

digunakan untuk menentukan besarnya volume penjualan, dimana perusahaan

tersubut sudah dapat menutupi semua biaya-biaya tanpa mengalami kerugian dan

keuntungan.

4.10. B/C Ratio dan Payback Period (PP)

Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil bahwa

B/C ratio yang dihasilkan yaitu 0.2862 (lampiran 9). B/C ratio yang dihasilkan

kurang dari 1 yang menunjukkan usaha peternakan sapi perah tersebut tergolong

rendah karena kurang menguntungkan. B/C ratio merupakan suatu kriteria yang

digunakan untuk mengukur mana yang lebih besar antara biaya produksi atau

pendapatan yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rachmadi (2007) yang
menyatakan bahwa B/C ratio adalah perbandingan antara total pendapatan dengan

total biaya produksi. Hal ini diperkuat oleh pendapat Cahyono (2007) yang

menyatakan bahwa B/C ratio merupakan perbandingan antara total pendapatan yang

dihasilkan oleh suatu perusahaan terhadap biaya produksi yang dikeluarkan.

Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa Payback Period (PP)

usaha bapak Jembar yaitu sebesar 1,202 tahun (lampiran 9). Payback Period (PP)

sebesar 1,202 tahun berarti bahwa usaha bapak Jembar untuk mengembalikan

sejumlah investasi yang dikeluarkan membutuhkan waktu 14,42 bulan. Payback

Period (PP) biasanya digunakan untuk mengukur lamanya dana investasi untuk

ditanamkan kembali. Hal ini sesuai dengan pendapat Rangkuti (2005) yang

menyatakan bahwa Payback Period (PP) merupakan suatu periode yang

menunjukkan berapa modal yang ditanamkan dapat suatu usaha dapat kembali. Hal

ini diperkuat oleh pendapat Arifin (2007) yang menyatakan bahwa Payback Period

merupakan jangka waktu pengembalian investasi.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Berdasarkan hasil praktikum dapat disimpulkan bahwa usaha yang

dilakukan oleh bapak Jembar untuk berternak sapi perah tidak layak untuk

dikembangkan karena nilai solvabilitas usaha bapak Jembar tergolong rendah dan

keuntungan yang diperoleh bapak Jembar tergolong rendah. Payback Period (PP)

usaha bapak Jembar untuk mengembalikan jumlah investasi yang dikeluarkan

membutuhkan waktu lebih dari satu tahun.

5.2. Saran

Praktikum kedepannya sebaiknya lebih ditentukan lagi perusahaan mana

saja yang dapat digunakan untuk dilaksanakan praktikum. Perusahaan yang

digunakan juga sebaiknya memiliki kriteria-kriteria khusus untuk dilaksanakan

praktikum.
DAFTAR PUSTAKA

Ady, S. U. 2015. Manajemen Psikologi dalam Investasi Saham. Andi Offset,


Yogyakarta.

Amrin, A. 2009. Bisnis, Ekonomi, Asuransi dan Keuangan Syariah. Gramedia


Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Andriani, P.J.A. 2006. Pajak dan Pembangunan. UI Press, Jakarta.

Anggara, A. 2008. Agribisnis Tanaman Perkebunan. Penebar Swadaya, Jakarta.

Arifin, B. 2008. Analisis Ekonomi Pertanian Indonesia. Kompas, Jakarta.

Arifin, J. 2007. Aplikasi Excel untuk Perencanaan Bisnis (Bisnis Plan). Elex Media
Komputindo Gramedia, Jakarta.

Bastian, I. 2005. Akuntasi Sektor Publik. Erlangga, Jakarta.


Blocher, E. J., K. H. Chen., G. Cokins dan T. W. Lin. Manajemen Biaya Penekanan
Strategis. Ed. 3 Buku 2. Salemba Empat, Jakarta.

Brigham, E. F dan Houston, 2006. Dasar-dasar Manajemen Keuangan, Edisi Sepuluh,


Alih Bahasa Ali Akbar Yulianto. Salemba Empat, Jakarta.

Cahyono, B. 2011. Ayam Buras Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Cahyono, B. 2007. Cabai Paprika, Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Kanisius, Yogyakarta.

Case, D. dan Fair, R. 2007. Analisis Laporan Keuangan. UPP AMP YKPN,
Yogyakarta.

Dyckman, T. R., E. Rolanda dan C. J. D.Dukes. 2006. Akuntansi Intermediate,


Edisi Ketiga, Jilid 1. Erlangga, Jakarta.

Ghufran, M. dan H.K. Kordi. 2015. Panduan Lengkap Budidaya Kuda Laut.
Penerbit Andi, Yogyakarta.

Hafiarni, F. 2009. Mudah Membuat Laporan Keuangan dengan Microsoft Excel. PT.
Tangga Pustaka, Jakarta.

Halim, A. 2003. Analisis Investasi. Salemba Empat, Jakarta.

Harnanto. 2003. Akuntansi Perpajakan. BPFE Fakultas Ekonomi Universitas


Gadjah Mada, Yogyakarta.
Horne, J. C. V dan M. W. J. R. John. 2007. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan
Edisi Ke 2. Salemba Empat, Jakarta

Indrawanto, C. 2007. Analisis finansial agroindustri penyulingan akar wangi di


Kabupaten Garut, Jawa Barat. Balai Penelitian Tanaman Obat dan
Aromatik : 78-83

Kinney, M. dan C. Raiborn. 2008. Cost Accounting: Foundations and Evolutions.


Thomson South Western, Austin.

Kuswadi. M. B. A. 2006. Memahami Rasio-rasio Keuangan bagi Orang Awam.


Elex Media Komputindo Gramedia. Jakarta

Loen, B dan S. Ericson. 2007. Manajemen Aktiva Pasiva Bank Devisa. Grasindo.
Jakarta.

Mahmud, U., K. Sumantadinata dan N. H. Pandjaitan. 2007. Pengkajian usaha


tambak udang windu tradisional di Kabupaten Pinrang, Sulawesi Selatan.
Jurnal MPI 2 (1) : 70-85.

Mangkoesoebroto, G. 2006. Ekonomi Publik. BPFE, Yogyakarta.

Mulyadi. 2000. Akuntansi Biaya Edisi 5. Aditya Media, Yogyakarta.

Munawir, S. 2006. Analisis Laporan Keuangan, Edisi Ke-Empat. Liberty, Yogyakarta.

Moeljono, D. dan S, Sujatmitko. 2007. Corporate Culture Challenge to Excellence.


Elex Media Komputindo Gramedia, Jakarta.
Palupi, I. N. 2011. Analisis pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, likuiditas,
struktur aktiva dan tingkat pertumbuhan perusahaan terhadap stuktur
modal. Fakultas Ekonomi Universitas Sebelas Maret, Surakarta. (Skripsi).

Philips, P. P. dan J. J. Philips, 2006. Return on Investment (ROI) Basics. ASTD


Presss, New York.

Rachmadi, B. N. 2007. Franchising The Most Practical and Excellent Way of


Succeding. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Raharjo, S. 2006. Kiat membangun aset kekayaan. Elex Media Komputindo,


Jakarta.

Ramadhan, H. E. 2015. Startupreneur, Menjadi Entrepreneur Startup. Penebar Plus,


Jakarta.

Rangkuti, F. 2005. Business Plan Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis
Kasus. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Sawir, A. 2004. Kebijakan Pendanaan dan Restrukturisasi Perusahaan. Gramedia


Pustaka Utama, Jakarta.

Sartono, A. 2008. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. BPFE, Yogyakarta.

Sofyan, S dan Harahap. 2007. Akuntansi Aktiva Tetap. Bumi Aksara, Jakarta.

Sugiarto., T. Herlambang., Brastoro., R. Sudjana dan S. Kelana. 2007. Ekonomi


Mikro Sebuah Kajian Komprehensif. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Suryani, A., E. Hambali dan P. Suryadarma. 2005. Membuat Aneka Nata. Penebar
Swadaya, Jakarta.

Wicaksono, Y. 2007. Aplikasi Excel dalam Pengambilan Keputusan Bisnis. Elex


Media Komputindo Gramedia, Jakarta.

Yusup, M. 2007. Matematika Kelompok Akuntasi, Administrasi Perkantoran dan


Sosial. Grafindo Media Pratama, Bandung.

Anda mungkin juga menyukai