keluarga 5 orang merupakan seorang peternak sapi perah di daerah Lerep Ungaran
kabupaten Semarang. Bapak Jembar menjadi anggota dan ketua KTT Sumber
Makmur yang berdiri pada tahun 2006. Awal mula berdirinya KTT berasal dari
awal sapi perah yang dipelihara oleh Bapak Jembar sebanyak 3 ekor, sedangkan
saat ini jumlah sapi yang dimilki sebanyak 20 ekor. Sapi yang memproduksi susu
sebanyak 150 liter. Bapak Jembar memilih berternak sapi parah karena daerah
Lerep merupakan daerah dataran tinggi yang memiliki suhu relatif sejuk. Susu yang
dihasilkan oleh daerah Lerep terkenal memiliki kualitas yang baik sehingga
dan Ultra Jaya. Harga jual susu perliter sebesar Rp. 5.500 dan keuntungan yang
diperoleh oleh bapak Jembar perliter susu sebesar Rp. 1.224,17. Pendapatan kotor
yang diperoleh bapak Jembar hasil menjual susu segar sebesar Rp 297.000.000.
Pendapatan bersih bapak Jembar per tahun sebanyak Rp. 66.105.050. Bapak
Jembar dalam melaksanakan usahanya dibantu oleh anggota keluarganya yang lain.
Bapak jembar memiliki satu orang karyawan laki-laki dan satu orang karyawan
perempuan. Bapak Jembar harus menjual 23.438,8 liter susu dalam satu tahun agar
dapat mencapai titik impas. Investasi yang dimiliki oleh bapak Jembar berupa
kandang, ember plastik, ember susu, selang, sekop, kran iar dan bak penampung air.
dikeluarkan pada usaha sapi perah bapak Jembar adalah sebesar Rp 91.480.000
(lampiran 1). Investasi merupakan sumber dana yang disimpan yang kemudian dapat
dana yang bisa disusutkan dari biaya yang sesungguhnya. Hal ini sesuai dengan
pendapat Halim (2003) yang menyatakan bahwa Investasi didefinisikan sebagai dana
Hal ini diperkuat oleh pendapat Ady (2015) yang menyatakan bahwa investasi
merupakan dana yang disimpan dalam jangka panjang untuk menghasilkan laba di
biaya pakan, renovasi kandang, obat, listrik dan pemeliharaan sapi. Biaya ini
merupakan biaya awal dari semua proses produksi perusahaan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Mulyadi (2000) yang menyatakan bahwa biaya produksi merupakan suatu
biaya yang digunakan untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi atau siap
untuk dijual, biaya produksi terdiri dari dua yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Hal
ini diperkuat oleh pendapat Sugiarto et al., (2007) yang menyatakan bahwa biaya
produksi merupakan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan produk jadi, dimana
pendapatan kotor bapak Jembar pertahun sebanyak Rp. 66.105.050 (lampiran 3).
Pendapatan yang diperoleh oleh bapak Jembar adalah hasil dari penjualan susu
penjualan produksi. Hal ini sesuai dengan pendapat Harnanto (2003) yang
melakukan transaksi penjualan yang telah dikurangi dengan biaya produksi. Hal ini
diperkuat oleh pendapat Case dan Fair (2007) yang menyatakan bahwa pendapatan
diperoleh dari hasil penjualan barang yang telah dikurangi dengan total biaya
produksi.
4.5. Penentuan Harga Pokok Produksi
harga pokok produksi usaha tersebut sebesar Rp 4.275,83/liter (lampiran 4). Harga
pokok produksi dapat diartikan sebagai semua biaya yang digunakan untuk
melakukan kegiatan produksi barang yang akan dijual. Hal ini sesuai dengan
pendapat Mulyadi (2000) yang menyatakan bahwa harga pokok produksi merupakan
sejumlah uang yang dikeluarkan untuk memproduksi barang yang siap dijual. Hal ini
diperkuat oleh pendapat Sugiarto et al. (2007) yang menyatakan bahwa harga pokok
produksi adalah dana yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang yang
kemudian barang tersebut akan dijual dengan harapan untuk mendapat keuntungan.
Total aktiva dan total pasiva yang dimiliki oleh perusahaan dicantumkan didalam
laporan keuangan perusahaan (Neraca Keuangan). Hal ini sesuai dengan pendapat
Sartono (2008) bahwa neraca keuangan merupakan laporan keuangan yang dimiliki
oleh perusahaan. Hal ini didukung oleh Munawir (2006) bahwa neraca keungan berisi
4.6.1. Aktiva
jumlah neraca aktiva lancar dari usaha bapak Jembar sebesar Rp 75.600.000
(lampiran 5). Aktiva lancar merupakan sejumlah biaya yang yang dikeluarkan oleh
perusahaan dalam sekali periode. Aktiva merupakan sumber daya ekonomi, hak dan
segala bentuk barang yang mempunyai nilai uang, yang dimiliki oleh suatu
perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Horne dan John (2007) yang menyatakan
bahwa aktiva merupakan sumber ekonomi yang diperoleh dari transaksi sebelumnya
baik berupa barang maupun uang. Hal ini diperkuat oleh pendapat Sawir (2008)
bahwa aktiva lancar merupakan sumber ekonomi yang digunakan untuk kegiatan
jumlah aktiva tetap dari perusahaan bapak Jembar sebesar Rp. 103.264.950 (lampiran
5). Aktiva tetap merupakan biaya yang permanent dan tetap yang dikeluarkan oleh
perusahaan yang digunakan dalam proses produksi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Bastian (2005) bahwa aktiva merupakan suatu biaya yang digunakan perusahaan
dalam proses produksi. Hal ini diperkuat oleh pendapat Yusuf (2007) menyatakan
bahwa aktiva tetap merupakan biaya yang tetap yang dikeluarkan oleh perusahaan
hutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan yang terdiri dari pasiva lancar dan pasiva
jangka panjang. Hal ini sesuai dengan pendapat Ramadhan (2005) yang menyatakan
bahwa pasiva disebut sebagai hutang yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Hal ini di
perkuat oleh pendapat Hafiarni (2009) yang menyatakan bahwa pasiva adalah
kewajiban dan ekuitas yang merupakan daftar dari hutang atau kewajiban perusahaan
4.6.3. Pajak
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa pajak usaha bapak Jembar
sebesar Rp. 661.050,5 (lampiran 5). Pajak merupakan suatu pungutan yang harus
dibayar oleh suatu perusahaan yang dibayarkan setiap tahun. Pajak yang dibayarkan
perusahaan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Mangkoesoebroto (2006) bahwa
pajak merupakan pungutan yang dibayarkan oleh perusahaan yang berdasarkan atas
undang-undang yang berlaku. Hal ini diperkuat oleh Andriani (2006) bahwa pajak
merupakan iuran wajib pajak yang dibayarkan kepada negara dan sesuai dengan
Return on Investment (ROI) usaha bapak Jembar sebesar 71.539% (lampiran 6). Hal
tersebut mengartikan bahwa usaha peternakan sapi perah bapak Jembar menghasilkan
untuk diteruskan usahanya. Hal ini sesuai dengan pendapat Rangkuti (2005) yang
menyatakan bahwa ROI merupakan perbandingan antara laba yang dihasilkan dengan
investasi. Hal ini diperkuat oleh pendapat Blocher et al., (2007) ROI adalah
keuntungan yang dihasilkan dari perbandingan antara laba bersih dengan investasi.
likuiditas yang diperoleh berdasarkan perhitungan untuk usaha bapak Jembar yaitu
0,8353 (lampiran 7) yang artinya usaha peternakan sapi perah bapak Jembar layak
untuk dijalankan karena mampu membayar setiap hutang lancarnya dengan nilai
mampu memenuhi kewajiban jangka pendek. Hal ini sesuai dengan pendapat
Kuswadi (2006) yang menyatakan bahwa likuiditas adalah kemampuan perusahaan
untuk membayar utang lancar atau hutang jangan pendek. Hal ini diperkuat oleh
untuk mengukur suatu perusahaan dalam memenuhi kewajiban atau hutang jangka
pendek.
yaitu sebesar 1,976 (lampiran 7). Solvabilitas sangat penting untuk mengetahui
kemampuan suatu perusahaan dalam melunasi hutang yang dimiliki. Hal ini sesuai
kemampuan perusahaan untuk membayar hutang jangka panjang, baik hutang pokok
atau bunganya. Hal ini diperkuat oleh pendapat Amrin (2009) yang menyatakan
panjang.
sebesar 74,8% (lampiran 7). Rentabilitas berguna untuk mengukur kemampuan suatu
perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dalam jangka waktu tertentu. Hal ini
Hal ini diperkuat oleh pendapat Munawir (2004) yang menyatakan bahwa rentabilitas
perihitungan nilai BEP usaha bapak Jembar yaitu sebesar 23.438,8 (lampiran 8). Nilai
BEP usaha bapak Jembar sebesar 23.438,8 yang berarti bapak Jembar harus menjual
23.438,8 liter susu dalam satu tahun agar mencapai titik impas. BEP merupakan
dan tidak mengalami kerugian terhadap usaha yang dilakukan. Hal ini sesuai dengan
pendapat Wicaksono (2007) yang menyatakan bahwa BEP merupakan suatu titik
impas dimana perusahaan tidak mengalami keuntungan dan kerugian. Hal ini
diperkuat oleh pendapat Suryani et al., (2005) yang menyatakan bahwa BEP
tersubut sudah dapat menutupi semua biaya-biaya tanpa mengalami kerugian dan
keuntungan.
B/C ratio yang dihasilkan yaitu 0.2862 (lampiran 9). B/C ratio yang dihasilkan
kurang dari 1 yang menunjukkan usaha peternakan sapi perah tersebut tergolong
rendah karena kurang menguntungkan. B/C ratio merupakan suatu kriteria yang
digunakan untuk mengukur mana yang lebih besar antara biaya produksi atau
pendapatan yang dihasilkan. Hal ini sesuai dengan pendapat Rachmadi (2007) yang
menyatakan bahwa B/C ratio adalah perbandingan antara total pendapatan dengan
total biaya produksi. Hal ini diperkuat oleh pendapat Cahyono (2007) yang
menyatakan bahwa B/C ratio merupakan perbandingan antara total pendapatan yang
usaha bapak Jembar yaitu sebesar 1,202 tahun (lampiran 9). Payback Period (PP)
sebesar 1,202 tahun berarti bahwa usaha bapak Jembar untuk mengembalikan
Period (PP) biasanya digunakan untuk mengukur lamanya dana investasi untuk
ditanamkan kembali. Hal ini sesuai dengan pendapat Rangkuti (2005) yang
menunjukkan berapa modal yang ditanamkan dapat suatu usaha dapat kembali. Hal
ini diperkuat oleh pendapat Arifin (2007) yang menyatakan bahwa Payback Period
5.1. Simpulan
dilakukan oleh bapak Jembar untuk berternak sapi perah tidak layak untuk
dikembangkan karena nilai solvabilitas usaha bapak Jembar tergolong rendah dan
keuntungan yang diperoleh bapak Jembar tergolong rendah. Payback Period (PP)
5.2. Saran
praktikum.
DAFTAR PUSTAKA
Arifin, J. 2007. Aplikasi Excel untuk Perencanaan Bisnis (Bisnis Plan). Elex Media
Komputindo Gramedia, Jakarta.
Cahyono, B. 2007. Cabai Paprika, Teknik Budidaya dan Analisis Usaha Tani.
Kanisius, Yogyakarta.
Case, D. dan Fair, R. 2007. Analisis Laporan Keuangan. UPP AMP YKPN,
Yogyakarta.
Ghufran, M. dan H.K. Kordi. 2015. Panduan Lengkap Budidaya Kuda Laut.
Penerbit Andi, Yogyakarta.
Hafiarni, F. 2009. Mudah Membuat Laporan Keuangan dengan Microsoft Excel. PT.
Tangga Pustaka, Jakarta.
Loen, B dan S. Ericson. 2007. Manajemen Aktiva Pasiva Bank Devisa. Grasindo.
Jakarta.
Rangkuti, F. 2005. Business Plan Teknik Membuat Perencanaan Bisnis dan Analisis
Kasus. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sofyan, S dan Harahap. 2007. Akuntansi Aktiva Tetap. Bumi Aksara, Jakarta.