coklat tua dengan tekstur yang agak kasar dan terdapat butir-butir kecil,
sedangkan bekatul palsu berwarna coklat muda dan dengan tekstur yang lebih
halus. Hal ini sesuai dengan pendapat Pujiati (2010) bahwa bungkil kedelai
merupakan hasil sisa dari pembuatan minyak kedelai, bungkil kedelai dengan
kualitas yang baik masih terdapat butir-butir kecil pecahan kedelai dengan tekstur
yang kasar. Uji genggam pada bungkil kedelai menghasilkan bahwa bungkil
kedelai asli akan menggumpal sedangkan bungkil kedelai palsu akan ambyar
palsu tidak sama. Uji apung pada bungkil kedelai diperoleh bahwa bungkil kedelai
pembutan minyak kedelai sehingga berat jenis bungkil lebih kecil dibanding
dengan air sedangkan bungkil kedelai palsu akan tenggelam karena terdapat
kontaminan dari bahan lain. Hal ini sesuai dengan pendapat Zakariah (2012)
bahwa bungkil kedelai dengan kualitas yang baik ditandai dengan mengapungnya
dan dapat meminimalkan pemalsuan bahan pakan. Uji berat jenis bungkil kedelai
asli sebesar 0,70232 gr/ml sedangkan bungkil kedelai palsu sebesar 0,53475
gram/ml. Menurut Zakariah (2012) bahwa berat jenis bungkil kedelai dengan
kualitas yang baik sebesar 0,680 gr/ml. Uji berat jenis bungkil kedelai asli yang
dilakukan tergolong normal sedangkan pada pengujian bungkil kedelai palsu nilai
berat jenis dibawah nilai normal. Rendahnya berat jenis bungkil kedelai palsu
menandakan bahwa nilai kerapatan bungkil kedelai palsu rendah. Nilai kerapatan
pakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Yatno (2011) bahwa semakin tinggi berat
jenis maka semakin tinggi pula nilai kerapatan suatu bahan pakan yang
Pujiati, A. 2010. Pengaruh menir kedelai, tepung ikan dan bungkil kelapa sawit
Peternakan)
Yatno. 2011. Fraksinasi dan sifat fisiko-kinia bungkil inti sawit. Jurnal Agrinak 1
(1) : 11 – 16