Anda di halaman 1dari 14

ACARA II

PENGUJIAN KUALITAS
BAHAN PAKAN
HASIL DAN PEMBAHASAN

Praktikum dilaksanakan mulai bulan September-November 2019 di

Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian,

Universitas Diponegoro, Semarang.

Hasil pengamatan pada acara Pengujian Kualitas Bahan Pakan sebagai

berikut :

Tabel 1. Pengamatan Uji Organoleptik


Nama Bahan Pakan Bentuk Tekstur Warna Bau
Bekatul Asli Tepung Halus Krem Khas

Bekatul Palsu Tepung Kasar Krem Khas

Tepung Ikan Asli Tepung Kasar Coklat cerah Amis

Tepung Ikan Tepung Kasar Coklat gelap Amis tidak

Subalan menyengat

Bungkil Kedelai Asli Tepung Kasar Coklat muda Khas bungkil

kedelai

Bungkil Kedelai Tepung Halus Coklat muda Khas seperti

Palsu kayu

Jagung Asli Tepung Kasar Merah Khas jagung

kekuningan

Jagung Palsu Tepung Kasar Kecoklatan Bau sekam

Keterangan : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2019.
Hasil pengamatan uji organoleptik bahwa pada bekatul asli memiliki tekstur

halus dan berwarna krem. Menurut Sarbini et al. (2009) bahwa bekatul memiliki

tekstur yang halus, warna coklat muda dan bau khas seperti beras. Uji organoleptik

pada bekatul palsu hampir sama dengan organoleptik bekatul asli hanya terdapat

perbedaan warna yang disebabkan adanya campuran sekam pada bahan pakan

tersebut yang mengakibatkan warna menjadi kecoklatan. Menurut Farid (2011)

bahwa adanya campuran sekam pada bekatul yang merubah warna bahan pakan

menjadi agak kecoklatan.

Hasil pengamatan uji organoleptik bahwa pada tepung ikan asli memiliki

warna coklat cerah dan memiliki bau yang amis. Menurut Kurniasari (2018) bahwa

ikan yang diolah menjadi tepung ikan akan berubah warna menjadi coklat hal ini

dikarenakan terdapat proses pemanasan. Selain itu pada tepung ikan subalan hampir

sama dengan organoleptik tepung ikan asli hanya terdapat perbedaan warna yang

disebabkan, adanya campuran batu bata yang halus mengakibatkan warna menjadi

lebih merah. Menurut Rasyaf (2008) bahwa adanya campuran batu bata pada

tepung ikan akan menyebabkan perubahan warna menjadi merah bata.

Hasil pengamatan uji organoleptik bahwa pada bungkil kedelai memiliki

tekstur kasar dengan warna coklat muda dan memiliki bau khas bungkil kedelai.

Menurut Sari (2016) bahwa bungkil kedelai memiliki tekstur butiran kasar dan

warna kecoklatan. Bungkil kedelai palsu hampir sama dengan organoleptik bekatul

asli hanya terdapat perbedaan kandungan nutrisi yang disebabkan adanya campuran

serbuk kayu yang akan mengurangi kandungan protein. Menurut


Mukodiningsih (2014) bahwa adanya campuran bahan lain yang terdapat pada

suatu bahan pakan akan mengurangi kualitas protein yang terkandung di dalamnya.

Hasil pengamatan uji organoleptik bahwa pada jagung asli memiliki

organoleptik tekstur kasar, warna kuning kemerahan dan bau khas jagung. Menurut

Tanur (2009) bahwa jagung memiliki tekstur yang keras dan kasar serta aroma khas

jagung. Subalan pada tepung jagung hampir sama dengan organoleptik tepung

jagung asli hanya terdapat perbedaan warna yang disebabkan adanya penambahan

bekatul yang mengakibatkan perubahan warna dan tekstur menjadi warna krem.

Menurut Ma’rifat (2014) bahwa adanya campuran bekatul dalam tepung jagung

yang mengakibatkan perubahan warna menjadi lebih krem dan tekstur yang agak

kasar.

Tabel 2. Pengamatan Uji Daya Apung


Nama Bahan Pakan Mengapung Tenggelam
Bekatul Asli Kulit ari Bekatul

Bekatul Palsu Sekam Bekatul

Tepung Ikan Asli Tepung ikan Tepung ikan (tulang)

Tepung Ikan Subalan Tepung ikan Serbuk batu bata, urea

Bungkil Kedelai Asli Kulit ari Bungkil kedelai

Bungkil Kedelai Palsu Serbuk kayu, kulit ari Bungkil kedelai

Jagung Asli Kulit ari Jagung

Jagung Palsu Bekatul Jagung

Keterangan : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2019.
Hasil pengamatan uji daya apung bahwa pada bekatul asli bahan yang

mengapung adalah sebagian bekatul asli dan terdapat butiran beras yang tenggelam

sedangkan pada bekatul palsu terdapat sekam yang mengapung dipermukaan air.

Menurut Hartadi et al. (1980) bahwa uji daya apung pada bahan pakan bekatul asli

tenggelam tetapi bekatul palsu ada yang mengapung berupa sekam. Penyebab

bekatul tenggelam yaitu karena mempunyai berat jenis yang lebih besar daripada

air. Menurut Puspitarini (2012) bahwa bekatul memiliki berat jenis yang besar

sehingga menyebabkan tenggelam jika diletakkan pada air.

Hasil pengamatan uji apung bahwa pada bahan pakan tepung ikan asli yang

mengapung adalah tepung daging ikan dan yang tenggelam adalah tulang ikan

sedangkan pada bahan pakan tepung ikan palsu yang mengapung adalah tepung

daging dan yang tenggelam adalah tulang ikan dan batu bata. Menurut Ridla (2014)

bahwa tepung ikan yang asli bila diuji apung maka tulang ikan akan tenggelam pada

dasar wadah. Mengapung atau tenggelamnya suatu bahan pakan dipengaruhi berat

jenis dari bahan pakan. Menurut Puspitarini (2012) bahwa berat jenis akan

mempengaruhi tenggelam atau mengapungnya bahan pakan saat diuji daya

apungnya di air.

Hasil pengamatan uji apung bahwa pada bahan pakan bungkil kedelai asli

yang mengapung adalah kulit ari dan yang tenggelam adalah bungkil kedelai,

sedangkan pada bahan pakan bungkil kedelai palsu yang mengapung adalah serbuk

kayu dan yang tenggelam adalah bungkil kedelai. Menurut Ridla (2014) bahwa

pada uji apung bungkil kedelai asli maka yang tenggelam adalah bungkil kedelai,

sedangkan yang mengapung adalah kulit ari. Serbuk kayu digunakan sebagai bahan
subalan karena mengandung selulosa dan lignin. Menurut Otay et al. (2014) bahwa

serbuk kayu dari limbah industri kayu yang digunakan campuran sebagai bahan

pakan dengan kandungan nutrisi berupa selulosa, lignin, pentosan air dan abu.

Hasil pengamatan uji apung bahwa pada bahan pakan jagung asli yang

mengapung adalah kulit ari jagung dan yang tenggelam adalah biji jagung,

sedangkan pada bahan pakan jagung palsu bahan yang mengapung adalah bekatul

dan yang tenggelam adalah biji jagung. Menurut pendapat Aini et al. (2009) bahwa

pada pengujian apung bahan pakan jagung maka yang tenggelam adalah biji jagung,

sedangkan kulit ari atau tumpi akan mengapung. Kulit ari mengapung dipermukaan

air karena memiliki berat jenis yang lebih kecil daripada air.

Menurut Zakariah dan Aksari (2012) bahwa bahan pakan yang mengapung artinya

mengandung berat jenis yang lebih kecil dari air.

Tabel 3. Pengamatan Uji Genggam


Nama Bahan Pakan Uji Genggam
Bekatul Asli Menggumpal

Bekatul Palsu Ambyar

Tepung Ikan Asli Menggumpal

Tepung Ikan Subalan Ambyar

Bungkil Kedelai Asli Ambyar

Bungkil Kedelai Palsu Ambyar

Jagung Asli Ambyar

Jagung Palsu Ambyar

Keterangan : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2019.
Hasil pengamatan uji daya genggam bahwa pada bahan pakan bekatul

diperoleh hasil pada bekatul asli menggumpal dan bekatul palsu ambyar. Bekatul

yang asli memiliki tekstur yang menggumpal karena tanpa adanya campuran

sekam. Menurut dari Setiawan (2010) bahwa kualitas bekatul yang baik ditandai

dengan apabila dilakukan uji genggam pada bekatul maka akan menggumpal,

kualitas bekatul yang kurang baik ditandai adanya sekam pada bekatul menyebakan

bakatul tidak menggumpal pada saat digenggam. Bahan pakan bekatul yang baik

yaitu tetap menggumpal setelah dilakukan uji genggam. Menurut

Mufarrihah (2009) bahwa bekatul dengan kualitas yang baik yaitu setelah

digenggam tetap menggumpal.

Hasil pengamatan uji genggam pada bahan pakan tepung ikan diperoleh hasil

bahwa pada tepung ikan asli akan menggumpal dan tepung ikan subalan akan

ambyar. Tepung ikan yang dicampur dengan batu bata akan mengakibatkan kualitas

tepung ikan menjadi kurang baik. Menurut dari Wahyu et al. (2016) bahwa tepung

ikan subalan memiliki kualitas yang kurang baik dan apabila digenggam akan

ambyar karena memiliki kerapatan yang rendah akibat penambahan urea. Bahan

pakan tepung ikan yang baik memiliki tekstur yang menggumpal. Menurut

Irene (2019) bahwa tepung ikan memiliki tekstur yang menggumpal ketika

digenggam.

Hasil pengamatan uji genggam bahan pakan bungkil kedelai asli dan

bungkil kedelai palsu pada praktikum diperoleh hasil bahwa bungkil kedelai asli

dan bungkil kedelai palsu keduanya ambyar saat dilakukan uji genggam. Menurut

Sari (2016) bahwa bungkil kedelai yang berkualitas baik mempunyai ciri-ciri fisik
yaitu lebih padat. Bungkil kedelai yang berkualitas baik tidak mempunyai

kandungan serbuk kayu. Menurut Munthe et al. (2018) bahwa penyebab

menurunnya kualitas bahan pakan adalah salah satunya karena bahan pakan

dicampur dengan subalan seperti sekam padi dan serbuk kayu.

Hasil pengamatan uji genggam bahan pakan jagung pada praktikum diperoleh

hasil bahwa jagung asli ambyar dan jagung subalan menggumpal. Jagung palsu

memiliki kualitas lebih rendah dibandingkan dengan jagung asli.

Menurut Tsaniyah dan Hermawan (2015) bahwa jagung yang tercampur dengan

subalan akan menurunkan kualitas nutrisi dari bahan baku pakan. Bahan pakan

tepung jagung memiliki tekstur ambyar karena proses penggilingan. Menurut

Aini et al. (2016) bahwa jagung yang telah digiling memiliki tekstur ambyar hal

tersebut disebabkan karena biji jagung yang bersifat keras.

Tabel 4. Pengamatan Uji Berat Jenis (Bj)


Nama Bahan Pakan Uji Bj
Bekatul Asli 0,62 g/ml

Bekatul Palsu 0,59 g/ml

Tepung Ikan Asli 0,81 g/ml

Tepung Ikan Subalan 0,84 g/ml

Bungkil Kedelai Asli 1,08 g/ml

Bungkil Kedelai Palsu 0,86 g/ml

Jagung Asli 0,94 g/ml

Jagung Palsu 0,86 g/ml

Keterangan : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2019.
Hasil pengamatan uji berat jenis bahan pakan bekatul asli didapatkan hasil

bahwa bekatul asli mempunyai nilai berat jenis 0,62 g/ml hasil ini lebih tinggi dari

penelitian Zakaria dan Aksari (2012) bahwa berat jenis bahan pakan bekatul

berkisar dari 0,35 sampai 0,40 g/ml. Berat jenis bekatul palsu 0,59 g/ml, hasil yang

diperoleh lebih rendah dari berat jenis bekatul asli karena dipengaruhi oleh adanya

penambahan bahan subalan. Menurut Pasaribu et al. (2013) bahwa dengan

penambahan bahan subalan pada bahan pakan dapat mempengaruhi berat jenis

bahan pakan tersebut.

Hasil pengamatan uji berat jenis bahan pakan tepung ikan asli didapatkan

hasil bahwa tepung ikan asli mempunyai nilai berat jenis 0,81 g/ml. Hasil ini lebih

tinggi dari hasil penelitian Sahu et al. (2017) bahwa berat jenis tepung ikan asli

yaitu 0,24 g/ml. Berat jenis tepung ikan palsu 0,84 g/ml, hasil yang diperoleh lebih

tinggi dari berat jenis tepung ikan asli karena adanya bahan pakan campuran atau

subalan dalam bahan pakan tersebut. Menurut Suparjo et al. (2011) bahwa berat

jenis bahan pakan dipengaruhi oleh ada atau tidaknya bahan lain seperti bahan

subalan.

Hasil pengamatan uji berat jenis bahan pakan bungkil kedelai asli

mempunyai nilai berat jenis 1,08 g/ml, hasil yang didapat lebih tinggi dari hasil

penelitian Tillman et al. (1998) bahwa berat jenis bungkil kedelai asli berkisar dari

0,594 sampai 0,610 g/ml. Berat jenis bungkil kedelai palsu 0,86 g/ml, hasil yang

diperoleh lebih rendah dari berat jenis bungkil kedelai asli dikarenakan adanya

bahan lain yang ditambahkan sebaagai bahan subalan dengan berat jenis lebih
rendah dari bungkil kedelai. Menurut Suparjo et al. (2011) bahwa berat jenis bahan

pakan dipengaruhi oleh ada atau tidaknya bahan lain seperti bahan subalan.

Hasil pengamatan uji berat jenis bahan pakan jagung asli mempunyai nilai

berat jenis 0,94 g/ml lebih tinggi dari hasil penelitian Tillman et al. (1998) bahwa

berat jenis jagung asli sebesar 0,62 g/ml. Berat jenis jagung palsu 0,86 g/ml lebih

rendah dariberat jenis jagung asli dikarenakan adanya penambahan bahan lain

dengan berat jenis lebih rendah yang menggantikan sebagian bahan pakan jagung

asli. Menurut Pasaribu et al. (2013) bahwa bahan subalan pada bahan pakan dapat

mempengaruhi berat jenis bahan pakan tersebut.


SIMPULAN

Berdasarkan praktikum yang telah dilaksanakan pada pengujian bahan

pakan yang asli dan palsu menggunakan uji organoleptik, uji genggam, uji

kontaminan dan uji berat jenis. Bahan pakan yang menggumpal saat dilakukan uji

genggam yaitu bekatul asli dan tepung ikan asli, sedangkan bahan pakan yang

ambyar yaitu bekatul palsu, tepung ikan subalan, bungkil kedelai asli, bungkil

kedelai palsu, jagung asli dan jagung palsu.


DAFTAR PUSTAKA

Aini, N., G. Wijonarko dan B, Sustriawan. 2016. Sifat fisik, kimia, dan fungsional
tepung jagung yang diproses melalui fermentasi. J. Agritech 36(2): 160 ̶ 169.

Aini. N., P. Hariyadi, T. R. Muchtadi dan N. Andarwulan. 2009. Hubungan sifat


kimia dan rheologi tepung jagung putih dengan fermentasi spomntan butiran
jagung. J. Agritech 32 (1): 33 ̶ 43.

Farid, A. 2011. Pengaruh Pengomposan dan Macam Sumber Karbohidrat terhadap


Pertumbuhan dan Hasil Jamur Merang. Fakultas Sains dan Matematika,
Universitas Hasanuddin, Makasar. (Skripsi)

Hartadi, H., Reksohadiprajo dan Tillman. 1980. Tabel Komposisi Pakan untuk
Indonesia. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.

Irene, T. 2019. Pengaruh Konsentrasi Na-CMC Terhadap Sifat Fisikokimia Dan


Organoleptik Tepung Ikan Tongkol (Euthynnus Affinis) Tergranulasi.
Fakultas Teknologi Pangan. Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya.
(Skripsi)

Kurniasari, F. 2018. Karakteristik Sifat Fisikokimia Dan Organoleptik Biskuit


Kaya Protein Dengan Substitusi Tepung Ikan Nila (Oreochromis Niloticus)
Dan Tepung Ikan Teri (Stolephorus Sp) Universitas Muhammadiyah Malang,
Malang. (Skripsi)

Ma’rifat, Muh Ilham. 2014. Pemanfaatan Koro Pedang (Canavalia ensiformis)


Sebagai Bahan Dasar Pembuatan Tempe dengan Penambahan Konsentrasi
Bahan Isi dari Jagung dan Bekatul yang Berbeda. Universitas
Muhammadiyah Surakarta. (Thesis)

Mufarrihah, L. 2009. Pengaruh Penambahan Bekatul Dan Amplas Tahu Pada


Media Terhadap Pertumbuhan Dan Produksi Jamur Tiram Putih (Pleorotus
Ostreatus). Universitas Islam Negeri Malang, Malang. (Skripsi)

Mukodiningsih, S. 2014. Pengedalian Mutu Pakan. Universitas Diponegoro Press,


Semarang.

Munthe, R., M, Daud dan Yaman, M. A. 2018. Pengaruh Substitusi Pakan


Fermentasi Mengandung Azolla Sp terhadap kualitas semen pejantan
kamaras. J. Ilmiah Mahasiswa Pertanian 3(1): 336 ̶ 346.

Otay, V. A., M. A. V. Manese, G. D. Lenzun dan P. O. V. Waleleng. 2014. Analisis


biaya ransum penggunaan serbuk gergaji hasil rekayasa sebagai pengganti
sebagian ransum itik petelur di desa tounelet kecamatan kakas kabupaten
minahasa. J. Zootek 34(2): 49 ̶ 56.
Pasaribu, N., D. Sofia dan S. Indira. 2013. Pengaruh jenis dan konsentrasi bahan
penstabil terhadap karakteristik minuman dari bekatul selama penyimpanan.
J. Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Pelita Harapan 2(1): 89 ̶ 100.

Puspitarini, R. 2012. Kandungan Serat, Lemak, Sifat Fisik dan Tingkat Penerimaan
Es Krim dengan Penambahan berbagai Jenis Bekatul Beras dan Ketan.
Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro, Semarang. (Skripsi).

Rasyaf,I. M. 2008. Panduan Beternak Ayam Pedaging. Penebar Swadaya, Jakarta.

Ridla, M. 2014. Pengenalan Bahan Makanan Ternak. IPB Press, Bogor.

Sahu, B. B., Das, K. C., Barik, N. K., Paikaray, A., Agnibesh, A., Mohapatra, S.,
and Jayasankar, P. 2017. Development of Fish Hydrolysate (Bind-Add+)
incorporated extruded pellets and its performance in Tilapia (Oreochromis
niloticus) feeding trial. J. Research and Science 4(1): 119 ̶ 125.

Sarbini, D., S. Rahmawaty dan P. Kurnia. 2009. Uji fisik, organoleptik, dan
kandungan zat gizi biskuit tempe-bekatul dengan fortifikasi fe dan zn untuk
anak kurang gizi. J. Penelitian Sains dan Teknologi 10(1): 18 ̶ 26.

Sari, W. 2016. Sifat Fisik Bungkil Kedelai sebagai Pakan Ternak dari Berbagai
Ukuran Partikel. Fakultas Peternakan. Universitas Hassanudin, Makassar.
(Skripsi).

Setiawan, A. 2010. Kandungan Serat Kasar dan Protein Kasar Bekatul yang
Difermentasi Achidothermus cellulolyticus dan Aspergillus terreus dari
Cairan Rumen Sapi. Fakultas Kedokteran Hewan. Universitas Airlangga,
Surabaya. (Skripsi)

Suparjo, K., G. Wiryawan, E. B Laconi dan D. Mangunwidjaja. 2011. Performa


kambing yang diberi kulit buah kakao terfermentasi. J. Sains dan Teknologi
Pertanian 34(1): 35 ̶ 41.

Tanur, A. E. 2009. Pengaruh Proporsi Kedelai: Jagung Manis Terhadap Sifat


Fisikokimia Dan Organoleptik Minuman Sari Kedelai Jagung
Manis. Universitas Katolik Widya Mandala, Surabaya. (Skripsi)

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawiro Kusuma, dan S.


Lebdosoekoekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Universitas Gadjah
Mada Press, Yogyakarta.

Tsaniyah, L., dan H, Hermawan. 2015. Pengendalian Proses Produksi Bahan Pakan
Bungkil Sawit dalam Perspektif Keamanan Pangan. J. Operations Excellence
7(2): 121 ̶ 131.
Wahyu, T. Handoyo dan L. Assadad. 2016. Karakterisasi Proses dan Kualitas
Tepung Ikan Di Beberapa Pengolahan Skala Kecil. Seminar Nasional Hasil
Penelitian Peternakan dan Pertanian. Yogyakarta 13 Agustus 2016. Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada. Hal. 197 ̶ 205.

Zakariah dan M. Aksari. 2012. Uji Kontrol Kualitas Bahan Pakan di Indonesia.
Universitas Gadjah Mada Press, Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai