Praktikum dilaksanakan pada hari Rabu 16 Oktober 2019 pukul 09.20 – 11.00 WIB di
Laboratorium Ilmu Nutrisi dan Pakan, Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas
Diponegoro, Semarang.
Hasil pengamatan pada acara Pengujian Kualitas Bahan Pakan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil praktikum diperoleh hasil bahwa bekatul asli dan bekatul palsu
memiliki perbedaan dari segi warna, pada bekatul asli berwarna kuning kusam sedangkan
bekatul palsu berwarna Krem, dari segi tekstur bekatul asli dan palsu memiliki tekstur yang
Kasar dan memiliki bau yang khas. Menurut Hardianto dan Wahyono (2014) dalam uji kualitas
bahan pakan dengan penambahan bahan subalan dalam bahan pakan terjadi perubahan dari
bentuk, warna, bentuk partikel, kelembutan, kekerasan dan tekstur. Dari segi bentuk bekatul
asli dan bekatul palsu memiliki bentuk yang sama yaitu seperti tepung, dari segi bau bekatul
asli memiliki bau khas padi yang menyengat, sedangkan pada bekatul palsu memiliki bau khas
padi yang kurang menyengat. Menurut Rasyaf (2012) bekatul yang berkualitas baik
tepung ikan asli berbentuk tepung, bertekstur kasar, berwarna coklat tua dan memiliki aroma
khas ikan. Menurut Sullivan (2011) tepung ikan merupakan bahan pakan alternatif yang
memiliki aroma khas ikan dan bertekstur kasar. Tepung ikan subalan memiliki organoleptik
berbentuk tepung, bertekstur kasar, berwarna coklat kemerahan karena ada bahan subalan
berupa batu bata dan urea dan memiliki aroma seperti terasi. Menurut Selviani (2013) tepung
ikan subalan memiliki warna yang lebih terang karena terdapat bahan subalan yang biasanya
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil organoleptik dari bungkil kedelai asli
Rudini et al (2013) yang menyatakan bahwa warna bungkil kedelai adalah kecoklatan sampai
coklat muda dan tekstur dipengaruhi oleh kandungan minyak dan asam lemak pada bungkil
kedelai. Bungkil kedelai palsu memiliki organoleptik berbentuk seperti tepung, berterkstur
kasar, berwarna kuning gelap dan memiliki wangi khas kedelai. Menurut Khalil (1997) bungkil
kedelai yang dicampur dengan bahan subalan serbuk gergaji memiliki tekstur kasar dan warna
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil organoleptik dari tepung jagung asli dan
tepung jagung subalan memiliki bentuk seperti tepung dan bertekstur kasar. Tepung jagung asli
memiliki warna kuning, sedangkan pada tepung jagung palsu berwarna kuning pucat. Bau
tepung jagung asli seperti bau khas jagung, sementara bau tepung jagung subalan seperti bau
khas jagung dan dedak. Menurut Suarni (2009) tepung jagung mempunyai warna normal
kuning dan berbau khas jagung. Uji organoleptik bertujuan untuk mengetahui kualitas keaslian
dari bahan pakan. Menurut Subekti (2009) bahan pakan dilakukan uji warna, bau, tekstur dan
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil uji apung menunjukkan bahwa bekatul
asli yang tenggelam adalah bulir-bulir padi dan bekatul palsu yang mengapung adalah sekam.
Saat pengujian bahan pakan secara uji kontaminan, bekatul tidak langsung tenggelam tetapi
membutuhkan waktu beberapa menit untuk tenggelam. Menurut Cahyoko (1995) pakan harus
memilki daya tahan dan daya apung dalam air agar tidak langsung hancur dan tenggelam, oleh
karena itu pakan harus memilki struktur yang halus kuat dan kompak. Sekam pada bekatul
palsu mengapung disebabkan oleh berat jenis sekam yang lebih ringan daripada bekatul.
Menurut Zakariah (2012) menyatakan bahwa kandungan sekam bekatul umumnya kurang dari
13%, namun seringkali ditemukan bekatul yang kandungan sekamnya lebih dari 15% ,
sedangkan kandungan sekam bekatul maksimal hanya 15%. Bekatul yang memiliki kualitas
baik itu apabila dilakukan uji apung maka butiran butiran bekatul akan tenggelam dan apabila
terapung kualitas bekatul sudah tidak bagus, serta apabila diberi penambahan sekam pada saat
uji apung yang mengapung hanya lah sekam karena sekam bersifat kasar dan ringan. Menurut
Pongoh et al. (2015) sekam memiliki memiliki tekstur yang agak kasar dan memiliki berat jenis
yang ringan.
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil uji apung menunjukkan bahwa pada
tepung ikan asli materi yang mengapung adalah sisik ikan dan materi yang tenggelam adalah
tepung ikan. Menurut Mudjiman (2008) uji apung yang dilakukan pada tepung ikan bahan yang
mengapung hanya sisik ikan yang tersisa dari hasil pengeringan. Materi yang mengapung pada
tepung ikan subalan adalah sisik ikan dan materi yang tenggelam adalah tepung ikan dan bahan
subalan yang biasanya berupa batu bata dan urea. Menurut Huda et al. (2012) tepung ikan
subalan memiliki materi yang mengapung apabila di lakukan uji apung dan materi yang
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil uji apung menunjukkan bahwa uji daya
apung pada bungkil kedelai asli materi yang mengapung adalah kulit ari bungkil kedelai dan
materi yang tenggelam adalah bungkil kedelai. Menurut Umiyasih et al. (2010) kulit ari dan
bungkil kedelai akan terpisah bila dijatuhkan di atas air. Bungkil kedelai palsu pada uji daya
apung materi yang mengapung adalah sekam dan materi yang tenggelam adalah bungkil
kedelai. Menurut Sudarsono (2007) sekam pada bungkil kedelai palsu akan mengapung bila
dijatuhkan di atas air karena sekam lebih ringan dari bungkil kedelai.
Berdasarkan hasil praktikum didapatkan hasil uji apung menunjukkan bahwa uji daya
apung yang dilakukan pada tepung jagung asli terdapat materi yang mengapung seperti tumpi
dan materi yang tenggelam adalah biji jagung, sedangkan pada jagung subalan, materi yang
mengapung adalah tumpi dan bekatul serta materi yang tenggelam adalah biji jagung. Hal
tersebut terjadi karena adanya oksigen yang berada di partikel bahan pakan sehingga bahan pakan
mengapung. Menurut Mudjiman (2008) kondisi mengapung yang dialami pakan dikarenakan
adanya oksigen yang terperangkap di pakan tersebut. Biji jagung yang terdapat pada tepung
jagung asli terlihat lebih cepat tenggelam dibandingkan dengan biji jagung pada tepung jagung
palsu. Hal ini dikarenakan pada tepung jagung palsu terdapat bahan subalan sehingga proses
tenggelam lebih lama. Menurut Leksono et al. (2014) ukuran daya apung merupakan waktu yang
diperlukan bahan pakan untuk tenggelam dari permukaan air sampai permukaan tempat.
Tabel 3. Pengamatan Uji Genggam
Nama Bahan Pakan Uji Genggam
Bekatul Asli Menggumpal
Bekatul Palsu Ambyar
Tepung Ikan Asli Ambyar
Tepung Ikan Subalan Ambyar
Bungkil Kedelai Asli Ambyar
Bungkil Kedelai Palsu Menggumpal
Jagung Asli Ambyar
Jagung Palsu Menggumpal
Keterangan : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2019.
Berdasarkan hasi praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa uji
genggam pada bekatul asli menunjukkan menggumpal sedangkan bekatul palsu tidak
menggumpal. Menurut Rasyaf (2012) bekatul yang berkualitas baik mempunyai ciri seperti
lebih padat dan mudah digenggam karena mengandung kadar sekam yang rendah, bekatul yang
seperti ini mempunyai nilai nutrisi yang tinggi. Bekatul palsu apabila digenggam tidak
menggumpal karena bekatul dicampur dengan menggunakan bahan subalan yaitu sekam.
Menurut Kushartono (2010) bekatul yang baik apabila digenggam dalam kepalan, bekatul
tersebut menggumpal, sedangkan bekatul yang mengandung campuran sekam bila digenggam
tidak menggumpal.
Berdasarkan hasi praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa hasil uji
genggam pada tepung ikan asli tidak menggumpal.Menurut Cilia et al. (2016) tepung ikan
asli memiliki tekstur yang sedikit kasar apabila digenggam akan ambyar atau tidak
menggumpal. Uji genggam pada tepung ikan palsu tidak menggumpal. Menurut
Kushartono (2010) tepung ikan palsu ketika di lakukan uji genggam akan ambyar tid ak
menggumpal.
Berdasarkan hasi praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa hasil uji
genggam yang dilakukan pada bungkil kedelai asli tidak menggumpal. Menurut Sari (2016)
saat bungkil kedelai digenggam lalu genggaman dibuka tidak terjadi penggumpalan pada
bungkil kedelai. Bungkil kedelai yang dicampur dengan serbuk gergaji pada saat digenggam
lalu ketika genggaman dibuka bungkil kedelai subalan akan ambyar. Menurut Guntoro (2012)
bungkil kedelai tidak akan menyatu bila digenggam bersama serbuk gergaji.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan dapat diketahui bahwa uji
genggam yang dilakukan antara tepung jagung asli dan tepung jagung palsu adalah kedua
bahan tersebut ambyar saat dilakukan uji genggam. Menurut Richana et al. (2010) tepung
jagung bila digenggam tidak akan menggumpal baik bahan pakan aslinya maupun bahan pakan
yang sudah diberi campuran tetapi campurannya berbentuk sama yaitu tepung atau bubuk. Uji
genggam yang baik pada bahan pakan adalah tidak terjadi penggumpalan ketika bahan pakan
tersebut sedang dilakukan pengujian. Menurut Haris (2018) bahan pakan yang baik adalah
bahan yang ketika dilakukan pengujian tidak banyak membentuk gumpalan atau bahkan tidak
menggumpal.
Tabel 4. Pengamatan Uji Berat Jenis (Bj)
Nama Bahan Pakan Uji Bj
(gr)
Bekatul Asli 0,42
Bekatul Palsu 0,46
Tepung Ikan Asli 0,66
Tepung Ikan Subalan 0,58
Bungkil Kedelai Asli 0,76
Bungkil Kedelai Palsu 0,70
Jagung Asli 0,72
T.Jagung Palsu 0,68
Keterangan : Data Primer Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum, 2019.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan didapat hasil berupa berat jenis
bekatul asli sebesar 0,42 g/ml dan bekatul palsu sebesar 0,46 g/ml. Menurut Sutardi (2009)
bekatul asli yang baik memliki berat jenis sebesar 0,36 g/ml. Hal ini menunjukkan bahwa berat
jenis bekatul berada diatas standar karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kandungan
nutrisi bekatul dan ukuran partikel pada bekatul. Menurut Widodo (2012) nilai berat jenis
dipengaruhi oleh kandungan nurisi bahan, distribusi ukuran partikel dan karakteristik
permukaan partikel.
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan didapat hasil berupa berat jenis
pada tepung ikan asli adalah 0,66 g/ml dan uji berat jenis pada tepung ikan palsu didapatkan
hasil 0,58 g/ml. MenurutWirawan (2018) berat jenis tepung ikan palsu akan lebih tinggi
daripada berat jenis tepung ikan yang asli karena terdapat bahan subalan di dalamnya. Faktor
yang mempengaruhi tinggi berat jenis dari tepung ikan asli yaitu faktor kandungan nutrisi dan
hasil yang diperoleh terdapat ketidaksesuaian hasil karena pada saat perataan bahan pakan pada
beaker glass terlalu ditekan. Bahan subalan yang terdapat pada tepung ikan palsu adalah batu
bata dan urea. Menurut Cilia et al. (2016) batu bata yang terdapat pada tepung ikan memiliki
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan didapat hasil berupa berat jenis
pada bungkil kedelai asli adalah 0,76 g/ml dan uji berat jenis pada bungkil kedelai palsu
didapatkan hasil 0,70 g/ml. Menurut Puastuti (2008) berat jenis bungkil kedelai asli hasilnya
akan lebih tinggi dibandingkan bungkil kedelai yang dicampur dengan serbuk gergaji. Berat
jenis bungkil kedelai asli lebih besar dari bungkil kedelai palsu karena pada bungkil kedelai
palsu terdapat subalan berupa serbuk kayu. Menurut Khairat et al. (2009) berat jenis serbuk
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilaksanakan didapat hasil berupa berat jenis
pada tepung jagung asli sebesar 0,72 g/ml dan tepung jagung subalan atau palsu adalah 0,68
g/ml. Menurut Yatno (2011) tepung jagung asli memiliki nilai berat jenis 0,70 g/ml. Hasil
pengujian yang diperoleh berada diatas standar yang ada karena disebabkan oleh beberapa
factor yaitu berat jenis yang besar dipengaruhi tingkat kerapatan partikel bahan pakan dan
sangat menentukan nilai ketelitian dalam proses penyusunan ransum. Menurut Isar (2017) berat
jenis bahan pakan dipengaruhi oleh tingkat kerapatan bahan pakan, bila semakin besar nilai
Pengujian kualitas bahan pakan bekatul, tepung ikan, jagung dan bungkil kedelai
dilakukan berdasarkan uji organoleptik, uji daya apung, uji genggam dan uji berat jenis.
Pengujian organoleptik meliputi bentuk,tekstur, warna dan bau. Pengujian daya apung pada
bahan pakan asli menunjukkan tenggelam sedangkan bahan pakan palsu mengapung terkecuali
batu bata dan urea menunjukkan tenggelam. Pengujian daya genggam pada semua bahan pakan
ambyar kecuali bekatul asli dan pada bahan pakan campuran palsu menunjukkan menggumpal
saat di genggam. Berat jenis bahan pakan asli lebih besar dari bahan pakan palsu kecuali pada
tepung ikan palsu yang memiliki bahan subalan urea dan batu bata dan bekatul asli yang
Cahyoko, B. 1995. Cara Meningkatkan Budi Daya Ayam Ras Pedaging.Yayasan Pustaka
Nusatama, Yogyakarta.
Cilia, W. H. Mustika dan A. Kurnia. 2016. Pengaruh penggunaan tepung Ikan Layang
(Decapterus russelli) dengan tepung Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) dalam pakan
terhadap pertumbuhan dan tingkat kelangsungan hidup Juvenil Udang Vaname
(Litopenaeus vannamei). J. Media Akuatika. 4 (1): 177-186.
Guntoro, S. 2012. Meramu Pakan Ternak dari Limbah Perkebunan. AgroMedia Pustaka,
Jakarta.
Hardianto, R. dan D. E. Wahyono. 2014. Pemanfaatan sumber daya pakan lokal untuk
pengembangan usaha sapi potong. J. Peternakan. 1 (2): 1-11.
Haris, A. 2018. Kandungan Nutrien Silase Pakan Komplit Berbahan Dasar Jerami Jagung (Zea
mays) dengan Lama Inkubasi yang Berbeda. Program Studi Peternakan, Fakultas
Agroindustri, Universitas Mercu Buana, Yogyakarta. (Skripsi)
Isar, I. 2017. Sifat Fisik Jagung Kuning Hibrida Varietas Bima-1 Sebagai Pakan Ternak dari
Berbagai Ukuran Partikel. Program Studi Peternakan, Fakultas Peternakan, Universitas
Hasanuddin, Makassar. (Skripsi)
Khalil. 1997. Pengolahan Sumberdaya Bahan Makanan Ternak. Institut Pertanian Bogor Press,
Bogor.
Khairat, Yelmida dan A.Amri. 2009. Studi pemanfaatan serbuk gergaji sebagai bahan baku
pembuatan sodium lignosulfonat dan aplikasinya untuk meningkatkan kekuatan beton
mortar. J. Sains dan Teknologi. 8 (2): 45-49.
Kushartono, B. 2010. Penentuan Kualitas Bahan Baku Pakan dengan Cara Organoleptik. Balai
Penelitian Ternak, Bogor.
Leksono, Y. K., Y. Setiyo dan I. W. Tika. 2014. Modifikasi mesin pencetak pakan budidaya
lele berbentuk pellet dengan kebutuhan daya rendah.J. Biosistem dan Teknik Pertanian.
1(2): 1-9.
Pongoh, V. M., B. Tulung, Y. L. R. Tulung dan L. J. M. Rumokoy. 2015. Uji karakteristik fisik
dan kimia pakan lokal dan impor Kuda Pacu Minahasa. J. Zootek. 35 (1): 62-71.
Puastuti, W. 2008. Bungkil kedelai terproteksi cairan batang pisang sebagai pakan imbuhan
ternak Domba in sacco dan in vivo. J. Ilmu Ternak dan Veteriner. 11 (2): 106-18.
Rasyaf, M. 2012. Pengimbuhan enzim fitase dalam ransum Ayam Pedaging meningkatkan
pemanfaatan kalsium untuk pertumbuhan tulang dan bobot badan. J. Veteriner. 17 (3):
468-476.
Richana, N., A. Budiyanto dan I. Mulyawati. 2010. Pembuatan tepung jagung termodifikasi
dan pemanfaatannya untuk roti. Dalam: Prosiding Pekan Serealia Nasional.Maros, 27-
28 Juli 2010. Hal: 446-454.
Sari, W. 2016. Sifat Fisik Bungkil Kedelai sebagai Pakan Ternak dari Berbagai Ukuran
Partikel. Fakultas Peternakan, Universitas Hassanuddin, Makassar. (Skripsi)
Selviani Y., L. Santoso dan S. Hudaidah. 2013. Substitusi tepung ikan dengan tepung daging
dan tulang untuk pertumbuhan lobster air tawar (Cherax quadricarinatus). J. Rekayasa
dan Teknologi Budidaya Perairan. 1(2): 179-184.
Subekti, E. 2009. Ketahanan pakan ternak Indonesia. J. Ilmu-Ilmu Pertanian. 5(2): 63-71.
Sullivan, K. B. 2008. Replacement of Fish Meal by Alternative Protein Sources in Diets for
Juvenile Black Sea Bass. Department of Biology and Marine, Biology University,
North Carolina Wilmington. (Tesis)
Sutardi, T. R. 2003. Bahan Pakan dan Formulasi Ransum. Universitas Jenderal Soedirman
Press, Purwokerto.
Umiyasih, U. dan Y. N. Anggraeny. 2010. Petunjuk Teknis Ransum Seimbang, Strategi Pakan
pada Sapi Potong. Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan, Pasuruan.
Widodo, W. 2012. Formulasi Pakan Burung Ocehan dan Hias. Penebar Swadaya, Jakarta.
Wirawan, W., S. Alaydrus dan R. Nobertson. 2018. Analisis karakteristik kimia dan sifat
organoleptik tepung ikan Gabus sebagai bahan dasar olahan pangan. J. Sains dan
Kesehatan,. 1(9): 479-483.
Yatno. 2011. Fraksinasi dan sifat fisiko-kimia bungkil inti sawit. J. Agrinak. 1(1): 11-16.