Anda di halaman 1dari 16

Desi Khairunissa R

B94192094

Protokol Breeding Soundness Examination (BSE)

Pendahuluan
Breeding Soundness Examination (BSE) merupakan sebuah metode praktis dalam
memilih sapi pejantan yang berpotensi sebagai bibit. Dalam memilih sapi pejantan terdapat
prosedur yang digunakan sebagai standar dalam penilaian BSE seperti dilakukan pemeriksaan
fisik, observasi sapi jantan terhadap keinginan dan kemampuan sapi jantan dalam melakukan
perkawinan, bebas dari penyakit sistem reproduksi, dan dalam kondisi sehat. Tujuan dari
BSE sendiri sebagaimana telah didefinisikan oleh Society of Theriogenology (SFT) adalah
untuk mengidentifikasi pejantan yang memiliki potensi sebagai bibit ketika telah berada
dilingkungan bebas. Breeding Soundness Examination/Evaluation (BSE) terdiri atas
serangkaian test atau evaluasi terhadap suatu pejantan berdasarkan fertilitas dan reproduksi,
struktur fisik dan genetik sehingga mampu meningkatkan sifat genetik dan performa
keturunannya.
Beberapa tahapan protokol BSE adalah sebagai berikut
1. PE secara umum (data medik dan genetik)
2. Pemeriksaan organ reproduksi
3. Pemeriksaan lingkar scrotum
4. Pemeriksaan libido/ kemampuan kawin
5. Koleksi dan evaluasi semen
6. Pemeriksaan mikrobiologi dan parasitologi (tidak dilakukan di lab reproduksi).

Protokol BSE

1. Pemeriksaan data umum (data medik dan genetik)


Pemeriksaan data umum seperti:
1. Nomor identitas sapi / domba
2. Umur
Dapat dilihat melalui catatan medis sebelumnya, atau melalui keausan gigi
3. Breed
Sapi (Brahman, FH, PO, Simental, Limousin, dll)
Domba (Domba ekor tipis, Domba ekor gemuk, Domba Garut, dll)
4. Bobot badan
Dapat diperkirakan melalui lingkar perut.
5. Riwayat vaksinasi
6. Pengobatan sebelumnya
7. Suhu dan pulsus nadi
8. Riwayat BSE sebelumnya
9. Nutrisi
10. Relokasi
11. Catatan kawin Tambahan
12. Perilaku kawin

2. Pemeriksaan fisik pada pejantan


Desi Khairunissa R
B94192094

Pemeriksaan dilakukan dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi dan mengukur bagian tubuh
tertentu
1. Pemeriksaan body condition score (BCS)
Body condition score atau BCS adalah metode untuk mengetahui skala kegemukan
berdasarkan pada penampakan fenotip pada 8 titik pada tubuh hewan yaitu processus
spinosus, processus transversus, legok lapar, tuber coxae (hooks), antara tuber coxae dan
tuber ischiadicus (pins), antara tuber coxae kanan dan kiri dan pangkal ekor ke tuber
ischiadicus. Metode ini dilakukan dengan inspeksi dan palpasi. Skala yang umunya
digunakan pada penentuan BCS menggunakan skala 5 (1=sangat kurus, 2= kurus,
3=sedang, 4=gemuk, 5=sangat gemuk)

Gambar 1. Titik untuk menentukan BCS

BCS 1 BCS 2 BCS 3 BCS 4 BCS 5


Gambar 2. Skala body condition score

2. Pemeriksaan kaki dan kuku


Bentuk dan konformasi kaki serta kuku dapat mempengaruhi kemampuan mounting
penjantan. Perlu dilakukan pemeriksaan pada kaki dan kuku penjantan dengan melakukan
inspeksi, palpasi, dan perkusi.
Desi Khairunissa R
B94192094

Gambar 3. (a). normal, (b). bow legged, (c). cow hocked

3. Pemeriksaan kesehatan mata dan gigi


Bagian mata dan gigi perlu dilakukan pemeriksaan dengan inspeksi dan palpasi. Hal
ini karena penjantan perlu mengidentifikasi betina yang birahi dengan menggunakan
pengelihatan dan penciuman.

4. Pemeriksaan organ reproduksi

a. Palpasi organ kelamin internal


Palpasi perektal pada organ kelamin internal dilakukan untuk mendeteksi
kelainan pada organ internal seperti inflamasi vesikula seminalis atau adanya
tumor. Organ reproduksi jantan yang dapat diperiksa dengan palpasi rektal adalah
kelenjar aksesoris seperti (ampula, vesikula seminalis dan korpus prostat)
b. Pemeriksaan testis
Testis diperiksa dengan melakukan inspeksi dan palpasi untuk menentukan
konsistensi, ukuran, dan kesimetrisan testis. Skrotum dan isinya harus bebas dan
tidak terjadi perlukaan sehingga isi kondisi internalnya dapat bergerak bebas
didalam kantong luarnya.
• Bentuk skrotum penting untuk termoregulasi testis. Beberapa bentuk abnormal
skrotum yang bisa terjadi yaitu bentuknya terlalu runcing.
• Testis harus bebas bergerak di dalam skrotum dan harus simetris.
• Semua ke-asimetris-an testis adalah abnormal dan dapat mengindikasikan
orchitis, degenerasi testis, hydrocele, atau hernia.

Gambar 4. Pemeriksaan testis dan epididimis

• Palpasi epididymis dilakukan untuk memastikan bahwa testis dapat berfungsi


dengan normal.
• Palpasi testis dilakukan untuk menilai tekstur testes, kekerasan berlebih atau
kontur tidak teratur dapat mengindikasikan fibrosis atau kalsifikasi setelah
degenerasi atau peradangan.

5. Pemeriksaan penis, preputium, dan sheath


Desi Khairunissa R
B94192094

Pemeriksaan dilakukan dengan melakukan inspeksi dan palpasi pada daerah penis.
Pemeriksaan penis, preputium dan sheath dapat menggunakan transquilizer, anastesi epidural,
dan anestesi pada N. pudendalis, Mm. retractor penis atau N. dorsalis penis.

Gambar 5. Morfologi sheath dan preputium; (a). sheath normal, (b).


abnormal sheath, (c). prolapsus preputium

6. Pengukuran lingkar skrotum


Pengukuran lingkar skrotum dilakukan pada area yang paling lebar. Cara melakukan
pengukuran dengan memegang bagian testis lalu melingkarkan alat pengukur dibagian paling
lebar seperti di gambar 6.

Gambar 6. cara pemeriksaan lingkar scrotum

Tabel 1. Ukuran skrotum pada sapi jantan Bos taurus


Umur (bulan) Minimal ukuran skrotum (cm)
12-14 28
14-16 30
16-18 31
18-20 32
20-24 33
>24 34

3. Pemeriksaan libido atau kemampuan kawin


Evaluasi dilakukan dengan menempatkan betina pada kandang jepit kemudian penjantan
dibiarkan dalam kandang dengan melihat jantan lain melakukan mounting pada betina (5-10
menit). Setelah itu penjantan dimasukkan kandang dengan beberapa betina yang telah
direstrain lalu aktivitas perkawinan dicatat (10 menit).
Desi Khairunissa R
B94192094
Desi Khairunissa R
B94192094

Tabel 2. Evaluasi Libido dan serving capacity


Skor penilaian libido Skor penilaian mating ability
0 Tidak ada ketertarikan seksual 1 Pejantan yang mampu mengawini
dengan baik
1 Tertarik seksual hanya sekali 2 Pejantan yang mencoba mounting
2 Tertarik seksual lebih dari sekali tapi tidak diselesaikan sampai
3 Aktif ikuti betina, tertarik seksual perkawinan, karena kurangnya
pengalaman atau faktor patologik
4 1 kali (mencoba) mounting, tapi tidak 3 Pejantan mau mounting tapi tidak
kopulasi dilanjutkan kawin karena betina
tidak koperatif
5 2 kali (mencoba) mounting, tidak 4 Pejantan yang tidak ada catatan
diikuti kopulasi atau kurang aktivitas seksual shg
belum dinilai
6 >2 kali mounting/ mencoba mounting,
tidak diikuti kopulasi
7 1 kali kopulasi, tidak tertarik lagi
8 1 kali kopulasi, lalu tertarik lagi
(mounting/ mencoba mounting)
9 2 kali kopulasi, tidak tertarik lagi
10 2 kali kopulasi, lalu tertarik lagi
(mounting, kawin)

4. Koleksi dan evaluasi semen


 Keleksi Semen
Koleksi semen dapat dilakukan dengan vagina buatan, masase/pemijatan, atau
elektroejakulator.
a. Alat dan bahan:
- Tabung vagina buatan dengan panjang 40-45 cm karet pengikat
- Bulb
- Coen dari bahan karet untuk penghubung tabung vagina dan tabung makro
effendorf
- Tabung makro effendorf berbahan gelas atau plastik beserta sarung pelindungnya
- Pelicin steril (KY Jelly®) dan alat untuk melumasi
- Termometer
- Air panas
b. Persiapan vagina buatan
1. Coen dipasang pada bagian vagina buatan dan diikat kuat dengan karet pengikat
2. Tabung makro effendorf dipasang sebagai tabung penampung hasil ejakulat dan
diikat kuat dengan karet pengikat pada pangkal Coen
3. Air panas yang telah disiapkan dibiarkan mendingin atau ditambahkan air dingin
dan diamati suhunya dengan termometer hingga sekitar 50°-55°C
4. Air hangat dimasukkan ke dalam vagina buatan hingga penuh
5. Udara dipompakan ke dalam vagina buatan dengan bulb
Desi Khairunissa R
B94192094

6. Bagian wadah penampung diselimuti dengan sarung pelindung hingga tidak


terpapar cahaya secara langsung
7. Pelicin steril dilumasi pada bagian dalam vagina buatan sampai maksimal 1/3
bagian depan vagina buatan menggunakan alat yang telah disiapkan
8. Suhu pada vagina buatan diperiksa, suhu diharapkan lebih tinggi dari suhu normal
(39-42oC)

c. Cara penampungan semen


1. Hewan betina ditempatkan sebagai pemancing birahi hewan jantan pada kandang
jepit
2. Hewan jantan didekatkan pada hewan betina dan biarkan hewan jantan
melakukan percumbuan
3. Kolektor semen berdiri disamping kanan sejajar dengan bagian belakang hewan
betina dan vagina buatan dipegang pada tangan kanan dengan posisi 45°
4. Pada saat hewan jantan melakukan mounting pertama kali, preputium dipegang
dengan telapak tangan kiri dan penis dan diarahkan ke samping (false mount)
5. Pada saat hewan pejantan melakukan mounting kedua kali, ujung penis diarakan
dan dimasukkan ke lubang vagina buatan
6. Penis hewan jantan akan intromisi dan ejakulasi yang ditandai suatu dorongan
yang cepat kedepan
7. Setelah ejakulasi, penis dibiarkan tetap di vagina buatan dan diikuti sampai
hewan jantan menuruni hewan betina lalu vagina buatan ditarik secara perlahan
lepas dari penis
8. Vagina buatan diputar mendatar seperti angka 8 agar semen turun semua ke
tabung penampung
9. Tabung penampung semen dilepaskan dan diberikan kode
10. Tabung penampungan ditempatkan pada wadah tertutup dan hangat lalu segera
dibawa ke laboratorium untuk dilakukan evaluasi

 Evaluasi Semen
Evaluasi semen makroskopis
1. Volume (mL) : diukur dengan pipet pengukur
Normal:
 Sapi: 7-10 ml
 Domba: 2-5 ml
2. Kekentalan/konsistensi : miringkan tabung semen dan kembalikan ke posisi semula
Kekentalan semen
Penilaian:
 Konsistensi Encer : Semen akan segera kembali ke dasar tabung
 Konsistensi Sedang : Semen akan kembali ke dasar tabung dengan kecepatan
yang lebih lama dibandingkan konsistensi encer dan semen masih menempel di
dinding tabung
Desi Khairunissa R
B94192094

 Konsistensi Kental : Semen kembali ke dasar tabung secara perlahan dan semen
menyisakan sebagian di pinggir tabung

Sedang- kental : Semen sapi/kerbau


Kental-sangat kental: Semen kambing/domba

3. Warna : pengamatan langsung


Putih-jernih : kurang/tidak baik
Krem susu : baik
Krem keabu-abuan : sangat baik
Kuning (10% ♂tertentu): normal
Merah-coklat : darah (segar-lama), akibat perlukaan di preputium
Hijau kekuning-kuningan : nanah (biasanya kerena infeksi bakteri), sapi afkir

4. Derajat keasaman: diukur dengan pH meter atau dengan pH special indicator page

5. Bau
Normal : anyir/amis
Abnormal : menyengat (infeksi bakteri)

Tabel 3 Hasil evaluasi semen domba dan sapi yang normal secara makroskopis
Parameter Domba Sapi
Volume 0,5-2 ml 6-15 ml
pH 6-7,5 6,4-6,8
Konsistensi Sedang sampai kental Sedang sampai kental
Warna Krem Putih kekuningan /putih susu
Bau Amis Amis

Evaluasi semen mikroskopis


Pemeriksaan dengan mikroskopi yang dihubungkan dengan heating table (untuk
menilai sperma pada suhu 37°C, suhu maksimal pergerakan spermatozoa)
1. Gerakan spermatozoa
a. Gerakan massa
Alat dan bahan:
Semen, kaca objek, mikroskop, heatting table
Persiapan Preparat:
Satu tetes semen diletakkan pada objek gelas yang bersih dan hangat tetesan
semen jangan terlalu cembung, agar cahaya mikroskop dapat menembus semen
tersebut.
Pengamatan : menggunakan mikroskop pembesaran 10 x 10 (100 X)
Penilaian dilakukan dengan :
1. Melihat tebal-tipisnya gelombang masa spermatozoa
2. Kecepatan gelombang spermatozoa berpindah tempat
Kriteria penilaian :
+++ (positif 3) : jika gelombang massa tebal dan cepat berpindah tempat
Desi Khairunissa R
B94192094

++ (positif 2) : Jika gelombang masa tebal tetapi lambat berpindah tempat atau
jika gelombang masa sedang tetapi cepat berpindah tempat
+ (positif 1) : Jika gelombang masa tipis dan lambat berpidah tempat
- : Tidak ada gelombang masa

b. Motilitas spermatozoa (dengan bahan pengencer)


Rasio sperma dengan bahan pengencer (NaCl fisiologi):
Semen sapi : 1:4
Semen domba/kambing : 1:8-10
Alat dan bahan:
Semen, NaCl fisiologis, kaca objek, gelas penutup, mikroskop, heatting table
Cara Pembuatan Preparat:
1. Ambil 1 tetes kecil semen dan letakkan pada kaca objek.
2. Tambahkan larutan fisiologik sesuai karakteristik semennya, homogenkan
kedua larutan tersebut.
3. Ambil 1 tetes kecil campuran larutan dan tutup dengan gelas penutup
Cara pengamatan:
1. Diatur lensa objektif mikroskop pembesaran 10X,
2. Jika fokus sudah didapatkan maka selanjutnya lensa objektif dipindahkan ke
pembesaran 400 atau 450x (10x40 atau 10x45)
3. Penilaian dilakukan dari beberapa lapang pandang (5 – 10) lapang pandang.
Penilaian : melihat perbandingan persentase motilitas (%) dan gerakan individu
(velosity) kecepatan spermatozoa bergerak ke depan. Beberapa peneliti membagi
kecepatan yang dinilai dengan scoring, ada yang membuat scoring 0-5 ada juga
yang membagi hanya 0-3.

2. Rasio spermatozoa hidup dan mati (viabilitas)


Alat dan bahan:
Semen, pewarna eosin 2%, kaca objek, spatula, mikroskop, heatting table
Persiapan preparat:
1. Sediakan tiga (3) gelas obyek yang baru, bersih dan bebas lemak (bersihkan dengan
alkohol dan keringkan dengan tisu).
2. Teteskan eosin 2% atau eosin nigrosin campurkan sedikit semen (menggunakan
gelas pengaduk).
3. Perbandingan antara larutan pewarna dan semen disesuaikan dengan karakteristik
semen tersebut. 1:3 atau 1;4 untuk sapi dan kerbau, 1:1 atau 1:2 untuk semen kuda
dan babi semen. 1:8 atau 1:10 untuk semen kambing dan domba.
4. Homogenkan campuran larutan secara cepat.
5. Ambil gelas obyek kedua, singgungkan ujungnya pada campuran tadi, lalu buat
preparat ulas pada gelas obyek ketiga.
6. Keringkan di bunsen atau heating table sampai kering (10-15 detik)
Penilaian: Spermatozoa hidup menyerap warna, sedangkan spermatozoa mati akan
menyerap warna.
Perhitungan: dilakukan pengacakan dari 10 lapang pandang dengan jumlah sel
minimal > 200 sel.
Lapang pandang Spermatozoa hidup Spermatozoa mati
Desi Khairunissa R
B94192094

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Jumlah total H M

Jumlah Hidup
Persentasi Spermatozoa hidup : x 100 %
Total Spermatozoa

3. Konsentrasi spermatozoa
Dapat dilakukan dengan cara estimasi (melihat jarak antar kepala), counting chamber,
spectrofotometer, photometer, dan spermaque.
1. Cara Perkiraan (Dengan JAK):
Alat dan bahan:
Semen, kaca objek, gelas penutup, pipet tetes, mikroskop, heatting table
Perisapan Preparat:
Teteskan semen pada sebuah gelas obyek dan tutup dengan gelas penutup, amati di
bawah mikroskop dengan pembesaran 10x10 atau 10x45.
Penilaian:
Densum : JAK (Jarak Antar Kepala) satu dengan kepala spermatozoa lainnya lebih
kecil dari panjang1 kepala (padat). konsentrasi ≥ 1000 x 106
Semi densum (SD) : JAK spermatozoa 1 dan kepala spermatozoa lainnya adalah 1-1,5
kepala. konsentrasi spermatozoa per mL adalah ≥ 500-1000 x106
Rarum ( R ) : JAK spermatozoa 1 dan kepala spermatozoa lainnya adalah 1 – 1 ekor
panjang spermatozoa konsentrasi spermatozoa per mL adalah ≥
200-500 x106
2. Perhitungan dengan Neubauer Chamber
Cara membuat preparat
1. Buat pengenceran :
Semen sapi 1:200
(5 μL semen : 995μL pengencer)
semen domba 1;500
(2 μL semen : 998 μL pengencer)
2. Ambil pengencer sesuai jumlah yang diinginkan masukkan kedalam tabung
efendorf
3. Ambil semen sesuai dengan karakteristik semen yang akan dihitung
4. Lap bagian luar dari mikropipet tips
5. Masukkan semen ke dalam cairan pengencer didalam tabung ef endorf
Desi Khairunissa R
B94192094

6. Bilas berkali kali agar seluruh semen yang ada dalam mikrotip masuk di dalam
larutan pengencer
7. Homogenkan larutan pengencer dengan semen sengan cara memutar tabung
efendorf seperti angka 8
8. Siapkan counting chamber dan tutup menggunakan gelas penutup khusus
hemositometer
9. Pastikan gelas penutup menempel rapat pada counting chamber
10. Masukkan 8-10 μL semen yang telah diencerkan kedalam counting chamber
11. Hitung semen yang ada dalam counting chamber sesuai aturan Penilaian
I. Hitung 5 kotak besar dalam kamar hitung
II. Hitung setiap 16 kotak kecil dalam kotak besar

Gambar 7 Penghitungan semen dengan Neubauer Chamber

III. Kepala spermatozoa didalam kotak dihitung 1, sedangkan kepala spermotozoa


yang dibatas garis dinilai ½ atau hanya dihitung dari 2 sisi yaitu samping kiri
dan bawah
IV. Sperma sel/mL = N x 5 x Faktor Pengenceran x 10000

4. Morfologi spermatozoa (normal dan abnormal)


Alat dan bahan:
Semen, pewarna eosin 2%, kaca objek, spatula, mikroskop, heatting table
Pembuatan Preparat:
1. Sediakan tiga (3) gelas obyek yang baru, bersih dan bebas lemak (bersihkan dengan
alkohol dan keringkan dengan tisu).
2. Teteskan eosin 2% atau eosin nigrosin campurkan sedikit semen (menggunakan
gelas pengaduk).
3. Perbandingan antara larutan pewarna dan semen disesuaikan dengan karakteristik
semen tersebut. 1:3 atau 1;4 untuk sapi dan kerbau, 1:1 atau 1:2 untuk semen kuda
dan babi semen. 1:8 atau 1:10 untuk semen kambing dan domba.
4. Homogenkan campuran larutan secara cepat.
5. Ambil gelas obyek kedua, singgungkan ujungnya pada campuran tadi, lalu buat
preparat ulas pada gelas obyek ketiga.
6. Dikeringkan > 60 detik
Perhitungan: dilakukan pengacakan dari 10 lapang pandang dengan jumlah sel
minimal > 200 sel.
Jumlah Normal
Persentasi Spermatozoa normal : x 100 %
Total Spermatozoa
Desi Khairunissa R
B94192094

Tabel 4 Hasil evaluasi semen domba dan sapi yang normal secara mikroskopis
Parameter Domba Sapi
Gerakan massa ++ ++
Gerakan individu >3 >3
Motilitas 60-80% >70%
Konsentrasi 2000-3000 juta/mL 800-2000 juta/mL
spermatozoa
Viabilitas >70% >70%
Abnormalitas <15% <15%

5. Pemeriksaan mikrobiologi dan parasitologi


Pemeriksaan mikrobiologi dan parasitologi dilakukan untuk memastikan pejantan
bebas dari berbagai penyakit mikrobiologi dan parasitologi yang merugikan dan dapat
disebarkan melalui koetus.
6. Klasifikasi breeding soundness examination (BSE)
Setelah dilakukan berbagai pemeriksaan kemudian dilakukan penilaian sehingga
dapat ditarik kesimpulan apakah seekor pejantan tersebut termasuk pejantan unggul
atau tidak dengan klasifikasi sebagai berikut
1. Bibit potensial yang memuaskan (Satisfactory Potential Breeder)
Sapi jantan harus memiliki pemeriksaan fisik yang baik dan mencapai nilai
minimum dari :
Lingkar skrotal : sesuaikan dengan umur
Motilitas sperma : >30%
Morfologi spermatozoa : >70% normal
Pejantan yang ditempatkan pada klasifikasi ini telah siap sebagai Bibit

2. Bibit potensial tidak memuaskan (Unsatisfactory Potential Breeder)


Pejantan tidak mencapai nilai minimal dari penilaian BSE. Pejantan yang
ditempatkan pada kategori ini tidak akan dijadikan bibit.

3. Penundaan klasifikasi (Classification deferred)


Pejantan dapat menjalani pemeriksaan kembali pada waktu yang berbeda.

Tambahan:
Pengolahan Semen menjadi Semen Cair dan Semen Beku yang siap untuk IB
Pengolahan Semen Cair
Semen yang telah ditampung dan dievaluasi selanjutnya dilakukan pengenceran semen
dan penyimpanan semen.
Kriteria Semen yang digunakann untuk IB
Sapi biasanya dosis 5-15 juta (0,5-1 mL)
Domba biasanya dosis 50-150 juta (0.05-0.2 mL)

Pembuatan Pengencer Semen yang dapat digunakan untuk pengolahan semen cair:
Desi Khairunissa R
B94192094

Persiapan bahan pengencer


a. Tris kuning telur
1. Disiapkan kuning telur:
1.Pecahkan telur secara perlahan pada bagian yang runcing dengan kepala pinset.
2. Buat lubang dengan diameter kurang lebih 2 cm.
3. Keluarkan putih telur dari dalam telur sebanyak-banyaknya.
4. Jika putih telur sudah hampir habis, perbesar lubang pada bagian yang runcing
tadi sampai cukup besar untuk mengeluarkan kuning telurnya.
5. Keluarkan kuning telur dan letakkan diatas kertas saring
6. Gulir-gulirkan kuning telur yang masih terbungkus selaput vitelin dengan
perlahan untuk menyerap sisa putih telur yang masih ada.
7. Pindahkan kuning telur pada kertas saring yang baru.
8. Lakukan prosedur no 6 sekali lagi, sampai putih telur betul-betul habis dan
yang tersisa hanya kuning telur yang terbungkus vitelin dan benang khalaza
9. Toreh selaput vitelin dan keluarkan kuning telurnya ke dalam gelas ukur atau
gelas piala, usahakan agar kuning telur jatuh langsung ke dasar gelas agar
mudah menghitung volumenya dan jangan biarkan selaput vitelin dan khalaza
masuk ke dalam gelas.
2. Disiapkan larutan buffer tris sebagai berikut:
Tabel 5 Komposisi bahan pengencer untuk semen sapi dan domba
Bahan Semen sapi Semen domba
Tris hidroxymetilaminomethan 1.514 g 1.49 g
Asam sitrat 1.08 g 0.825 g
Fruktosa 0.78 g 1.00 g
Aqudest ad 50 ml ad 50 ml
3. Campurkan buffer tris dengan kuning telur dengan perbandingan 4 (buffer tris):1
(kuning telur)

b. Na sitrat kuning telur


1. Timbang bahan untuk membuat larutan Na sitrat, yaitu Na Sitrat 1.16 g dan fruktosa
0.62 g
2. Dilarutkan Na sitrat dan fruktosa dalam aquadest hingga 50 ml
3. Buffer yang telat dibuat kemudian ditambah kuning telur dengan perbandingan larutan
buffer dan kuning telur 4:1

Alat dan bahan pengolahan semen cair:


Semen, pengencer semen, antibiotik, tabung penyimpan semen.
Prosedur:
1. Pengenceran Semen
Perhitungan volume total semen setelah pengenceran:
Volume Semen x Konsentrasi x %SM
Total volume=
Dosis IB (Jumlah sel/satuan vol)
Misalnya ada 5 mL semen sapi, konsentrasi 800 juta sperma/ml, motilitas 80%
sperma
5 mL x 800 x 106 x 80 %
Total Volume = ml = 320 mL
6
10 x 10 sperm/mL
Desi Khairunissa R
B94192094

Artinya: Dalam 320 ml campuran terdapat 315 mL pengecer + 5 ml Semen untuk 320
(jika pemberian IB 1 ml semen/sapi) – 640 sapi (jika pemberian IB 0,5 ml/sapi)

2. Pemberian Antibiotik
Setelah dilakukan pengenceran, campuran semen diberikan tambahan antibiotik
Penisilin 500-1000 IU/ mL semen cair
Streptomycin 0.5-1 mg/ mL semen cair

3. Penyimpanan
Semen yang telah diincerkan dan ditambah antibiotik disimpan di lemari es pada suhu
(3-5°C) dan dapat digunakan selama 3-4 hari setelah pengenceran. Lakukan pemeriksaan
motilitas dan viabilitas semen setiap harinya untuk evaluasi semen cair.

Pengolahan Semen Beku (Sistem Minitube)


Alat dan bahan:
Semen, pengencer semen, antibiotik, Straw Minitube,
Prosedur:
1. Pengenceran Semen
Pengenceran dilakukan pada suhu ruang
A. Pengenceran satu tahap
Volume Semen x Konsentrasi x %SM
Total volume=
Dosis IB (Jumlah sel/satuan vol)
Ket: Dosis IB Sapi = 25 x 106 sperma/ml
Dosis IB Domba = 100-200 x 106 sperma/ml
Volume 1 straw adalah 0,25 ml
Misalkan terdapat 5 mL semen sapi, konsentrasi 1000 juta sperma/ml, motilitas 80%
5 ml x 1000 x 106 x 80 %
Total volume= = 160 betina
25 x 106
Maka untuk meng IB 160 betina dibutuhkan semen sebanyak 0,25 ml x 160 ekor = 40 ml
Maka 5 ml semen di tambahkan 35 ml bahan pengencer.

Pembuatan pengencer:
Misalkan akan membuat 50 mL pengencer, maka:
Buffer 74% = 74% x 50 ml = 37 ml
Kuning telur 20 %= 20 % x 50 ml = 10 ml
Glycerol 6 %= 6%x50 ml= 3 ml
Campurkan ketiga larutan dan ditambahkan antibiotik.

B. Pengenceran dua tahap


Misalkan terdapat 5 mL semen sapi, konsentrasi 1000 juta sperma/ml, motilitas 80%
5 ml x 1000 x 106 x 80 %
Total volume= = 160 betina
25 x 106
Maka untuk meng IB 160 betina dibutuhkan semen sebanyak 0,25 ml x 160 ekor = 40 ml
Maka 5 ml semen di tambahkan 35 ml bahan pengencer.
Cara Kerja:
1. Membuat Pengenceran 50 ml
Desi Khairunissa R
B94192094

 Pengenceran A (Tanpa glycerol), dengan mencampurkan:


Buffer 80% = 80/100X50 = 40 ml
Kuning telur 20% = 20/100X50 = 10 ml

 Pengenceran B (dengan glycerol), dengan mencampurkan:


Buffer 68% = 68/100X50 = 34 ml
Kuning telur 20% = 20/100X50 = 10 ml
Glycerol 12% = 12/100X50 = 6 ml
2.Pencampuran semen dan pengencer.
1. semen 5 ml + ½ (vol pengencer); 17.5 ml dari pengencer A pada suhu ruang,
dihomogenkan dan disimpan dilemari es
2. Pengencer B disimpan dilemari es
3. 1 jam kemudian ditambahkan 17.5 ml lagi dari pengencer B

3. Pemberian Antibiotik
Setelah dilakukan pengenceran, campuran semen diberikan tambahan antibiotic
Penisilin 500-1000 IU/ mL semen cair
Streptomycin 0.5-1 mg/ mL semen cair

2. Pengemasan semen pada straw , dilakukan pada suhu 5°C


Straw dilabel terlebih dahulu dengan printer, lalu disusun pada katrij, lalu straw diisi
semen dengan filler (spoid) dan ujungnya di tutup dengan sealer (heating table dan
pinset) .
3. Equilibrasi, pada suhu 2-5°C selama 4-6 jam
4. Pembekuan dengan nitrogen cair bersuhu -196°C
5. Evaluasi keberhasilan semen beku
dengan cara:
1. Post Thawing Motility
Motilitas dan viabilitas setelah thowing harus >40%, baru semen beku dapat dinyataan
layak untuk digunakan.
Suhu Thawing
37°C selama 30 detik
50°C selama 12 detik
75°C selama 8 detik
2. Recovery rate
Spermatozoa motil setelah thowing
RR= x 100 %
Spermatozoa motil semen segar
Desi Khairunissa R
B94192094

Anda mungkin juga menyukai