Anda di halaman 1dari 11

MAKALAH MANAJEMEN REPRODUKSI INSEMINASI BUATAN

TEKNIK INSEMINASI BUATAN PADA AYAM

Dosen : Dr.Ir.Sri Wahjuningsih,M.Si

Disusun oleh :

Farah Hariyadi /165050107111013

Kelas H

FAKULTAS PETERNAKAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG

2018
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan akan ternak akan semakin meningkat sebagai konsekuensi pertambahan


jumlah penduduk serta meningkatnya pendidikan dan pendapatan masyarakat. Saat ini
permintaan daging unggas untuk dikonsumsi masyarakat adalah yang paling tinggi
dibandingkan dengan daging dari ternak lainnya. Bahkan konsumsi daging ayam ras dan
ayam buras jauh lebih tinggi dibandingkan dengan daging dari produksi ternak besar
seperti sapi dan kerbau. Kebutuhan ternak unggas semakin meningkat dan menjadi favorit
dalam pemenuhan protein hewani dikarenakan harganya yang lebih murah dibandingkan
dengan daging ternak lainnya. Melihat potensi pasar tersebut, saat ini telah banyak
perusahaan dan peternakan besar yang menekuni dan selalu melakukan inovasi dan
pengembangan teknologi dalam bidang unggas. Bahkan Inseminasi Buatan (IB) yang
selama ini dilakukan pada ternak besar sudah mulai dilakukan di ternak unggas dalam
pembibitan ayam ras pedaging, ayam ras petelur dan bahkan ayam buras.
Inovasi teknologi Inseminasi Buatan (IB), merupakan alternatif pemecahan
masalah tentang pengadaan bibit dalam waktu relatif singkat. Menurut Sastrodiharjo
(1996) teknik IB pada ayam buras adalah suatu teknik mengawinkan secara buatan dengan
memasukkan semen yang telah diencerkan dengan pengenceran tertentu ke dalam saluran
reproduksi ayam betina yang sedang bertelur. Pemanfaatan teknik IB pada industri
pembibitan ayam ras telah lama dikembangkan, sedangkan pada ayam buras baru
dikenalkan pada awal tahun 1990. Keuntungan pemanfaatan teknik IB pada ayam buras
ini disamping untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pejantan, menanggulangi
rendahnya fertilitas akibat kawin alam, untuk mengetahui dengan jelas dan pasti asal usul
tetuanya (induk dan pejantan), meningkatkan jumlah produksi telur tetas, serta upaya
pengadaan anak ayam (DOC) dalam jumlah banyak, umur seragam dan waktu yang
singkat.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa yang dimaksud dengan Inseminasi Buatan pada ayam?
 Bagaimana metode Inseminasi Buatan pada ayam?
 Bagaimana tahapan kegiatan Inseminasi Buatan pada ayam?
 Bagaimana cara pemeriksaan semen dari Inseminasi Buatan pada ayam?
 Apa kelebihan dan kekurangan Inseminasi Buatan pada ayam?
 Apa yang menjadi indikator keberhasilan Inseminasi Buatan pada ayam?

1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui pengertian dari Inseminasi Buatan pada ayam
 Untuk mengetahui metode Inseminasi Buatan pada ayam
 Untuk mengetahui tahapan kegiatan Inseminasi Buatan pada ayam
 Untuk mengetahui cara pemeriksaan semen dari Inseminasi Buatan pada ayam
 Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan Inseminasi Buatan pada ayam
 Untuk mengetahui indikator keberhasilan Inseminasi Buatan pada ayam

1.4 Manfaat

Makalah ini dibuat agar pembaca dapat memahami tentang pengertian, metode,
tahapan kegiatan, cara pemeriksaan semen, kelebihan dan kekurangan, serta indikator
keberhasilan dari Inseminasi Buatan pada ayam.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Inseminasi Buatan pada Ayam


Inseminasi Buatan (IB) atau kawin suntik pada ayam mempunyai pengertian,
memasukkan semen ke dalam alat reproduksi ayam betina yang sedang dalam periode
bertelur menggunakan alat khusus buatan manusia. Alat reproduksi ayam betina yang
dimasuki semen tersebut umumnya pada bagian vaginanya.
IB pada ayam, prinsipnya sama dengan IB pada ternak umumnya, hanya saja dalam
pelaksanaannya terdapat beberapa perbedaan. Perbedaan tersebut disebabkan oleh bentuk
tubuh dan alat reproduksinya. Dalam pelaksanaan IB tidaklah sesederhana definisinya
sebab dalam prakteknya, pelaksanaan IB meliputi penampungan semen, pengolahan
semen (evaluasi sperma, pengenceran, dan penyimpanan) serta IB nya sendiri.
Pelaksnaan IB akan berhasil apabila ayam yang di IB dalam masa periode bertelur
dan IB tersebut sebaiknya dilakukan pada saat di uterus tidak ada telurnya. IB pada ayam
sebaiknya diulangi 5 – 7 hari.

2.2 Metode Inseminasi Buatan pada Ayam


Sebelum dilakukannya IB perlu diketahui terlebih dahulu tentang saluran
reproduksi ayam betina. Saluran telur induk (Oviduct) merupakan saluran yang berbelit-
belit dengan panjang sekitar 70-80 cm dan diameter 1-5 cm pada ayam yang sedang
bertelur, sedangkan pada ayam yang tidak bertelur panjangnya 10-15 dm dengan diameter
1-7 mm (Toelihere, 1981). Saluran telur induk ayam buras terdiri dari :
a. Infundibulum (panjang 9 cm) berbentuk corong yang berfungsi untuk
menangkap ovum yang diovulasikan dan tempat terjadinya fertilisasi (Bahr dan
Bakst, 1987).
b. Magnum (panjang 33 cm), pada bagian ini terjadi pembentukan putih telur
(albumin) (Nesheim dkk, 1979).
c. Isthmus (panjang 8-10 cm) berfungsi untuk membentuk selaput membran telur
bagian dalam dan luar, serta menambahkan sejumlah air ke dalam putih telur
(Sturkie, 1976).
d. Uterus atau shell gland yang mempunyai panjang 8 cm sebagai tempat
dibentuknya kulit telur (kerabang).

Gambar 1. Organ reproduksi ayam betina (Sturkie, 1976).


e. Vagina merupakan penghubung uterus dengan kloaka dan tidak berperan
dalam proses pembentukan telur, memiliki panjang 7-12 cm. Sturkie (1976)
melaporkan bahwa antara uterus dan vagina dipisahkan oleh sphincter yang
dinamakan Utero Vaginal Junction (UVJ) yang berfungsi sebagai tempat
penyimpanan spermatozoa sementara (Sturkie,1976). Inseminasi Buatan (IB)
dengan metode deposisi semen intra Uterine, sperma didepositkan pada daerah
UVJ.

Cara pengambilan semen pada ayam yang sering dilakukan ada 3 metode yaitu :
dodokan, isap, dan urutan (massage).
1. Metode Dodokan
Pengambilan semen ayam menggunakan metode dodokan dilakukan dengan
cara ayam betina didodokan dengan posisi seperti ayam betina akan dikawini
didepan ayam yang akan diambil semennya. Disamping itu di lubang kloaka
ayam betina tersebut diberi karet tipis atau sejenisnya yang berfungsi untuk
menahan semen supaya tidak masuk ke dalam alat kelamin betina, dan untuk
menyalukan semen ke tabung penampung. Kualitas sperma yang dihasilkan
dari penampungan metode dodokan pada umumnya baik tetapi volumenya
lebih sedikit dibandingkan dengan metode urutan maupun metode isap. Pada
metode dodokan ini libido pejantan sangat baik dan tidak ada unsur paksaan
sehingga ayam jantan tidak stress.

2. Metode Urutan
Kedua cara pengambilan semen pada ayam tersebut pada dasarnya diawali
dengan pengurutan pada bagian punggung ayam untuk merangsang birahi
ayam jantan.
Urutan / massage punggung diawali dengan memegang ayam jantan secara
halus supaya ayam jantan tidak takut. Untuk operator yang tidak kidal, tangan
kiri memegang ayam pada bagian dada. Kemudian tangan kanan mengurut
bagian atas ayam dengan arah urutan dari punggung menuju ekor.
Urutan dilakukan dengan cara ibu jari tangan masuk ke bawah sayap bagian
kiri, sedangkan keempat jari tangan masuk di bawah sayap bagian kanan.
Urutan dilakukan berulang kali sampai ayam jantan merespon rangsangan
tersebut.
Respon terhadap rangsangan ini dapat dilihan dari mukosa pada bagian kloaka
yang menjadi lebih merah dan selalu membuka, sehingga jelas terlihat adanya
tonjolan organ erected copulatory. Di samping itu ujung alat kopulasi ayam
yang tidak berkembang sempurna tampak lebih besar dan mengkilap.
Setelah terlihat adanya respon rangsangan tersebut, baru dilakukan
pengambilan sperma dengan cara melakukan urutan kloaka sebagai berikut :
penampungan dengan urutan kloaka minimal harus dilakukan dengan 2 orang.
Seorang memegang ayam dan mengibakkan ekor dan seorang lagi mengurut
bagian kloaka dan mengarahkan perangsang ke lubang kloaka.
Urutan kloaka dilakukan dengan ibu jari dan jari tengah dimulai dari pangkal
kloaka ke ujungnya.
Urutan dilakukan dengan perlahan dan hati – hati dan terus diulang sampai
semen benar – benar keluar. Jika terjadi kegagalan ulangi lagi dari urutan di
daerah punggung.
3. Cara Isap
Ekor ayam disibakkan ke atas hingga kloaka bebas kemudian spuit yang
berukuran 1 cc dengan diamter 0,5 ml tanpa jarum dimasukkan ke dalam kloaka
dan usahakan lubang spuit tepat mengadap pada muara saluran semen (vas
deferens).
Selanjutnya lakukanlah penghisapan semen dengan hati – hati dan perlahan –
lahan dan usahakan agar hisapan tidak tertahan karena adanya mukosa kloaka
menempel pada spuit. Untuk mendapatkan keberhasilan pengampungan semen
pada ayam dibutuhkan ketekunan dan kesabaran. Oleh karena itu, jika
penampungan pertama gagal perlu dilakukan lagi dari awal urutan punggung
sampai semen benar – benar terhisap. Untuk mempermudah pelaksanaan
sebaiknya penampungan dilakukan 2 orang.

2.3 Tahapan Kegiatan Inseminasi Buatan pada Ayam


A. Pemilihan Bibit
Memilih induk untuk bibit. Induk yang baik harus memiliki syarat sebagai
berikut :
1. Sehat dan tidak cacat.
2. Berproduksi tinggi.
3. Minimal sudah mengalami periode peneluran pertama, umur 7 – 8
bulan.
4. Induk sedang bertelur.
Memilih pejantan untuk bibit. Pejantan yang baik harus memiliki syarat
sebagai berikut :
1. Sehat, tidak cacat, lincah dan memiliki nafsu kawin yang tinggi.
2. Umur 1-3 tahun, bertaji dengan panjang 0,50 – 1,50 cm.
3. Memiliki mutu genetik yang tinggi.
4. Mempunyai hubungan yang jauh dengan induk yang akan di
inseminasi.
5. Kandang pemeliharaan pejantan harus terpisah dengan induk.

B. Persiapan Induk dan Pejantan


1. Pakan untuk pejantan harus yang baik mutunya dengan kadar protein
minimal 17% dan dengan tambahan pemberian 1 butir telur fertil yang
sudah masuk mesin ± 5 hari. Telur dikocok hingga rata kemudian
diberikan kepada 3 ekor pejantan.
2. Pemberian anti stress juga dapat diberikan kepada induk dan pejantan.
3. Untuk merangsang banyaknya telur, dapat juga digunakan rajangan daun
mengkudu/pace yang dicampurkan pada pakan ( 10 gram/ekor).
4. Untuk memudahkan dalam melaksanakan IB, bulu di sekitar kloaka harus
digunting.
Gambar 2. Pengguntingan bulu disekitar kloaka dan peralatan IB (Udjianto, dan Denny.
2004).

C. Persiapan Alat dan Bahan


Alat yang dibutuhkan adalah : alat suntik Tuberculin Syringe ukuran 1 ml,
tabung penampung sperma, gunting, kertas tissue sedangkan bahan pengencer
yang diperlukan NaCl fisiologis 0,90 %.

D. Teknik Pengambilan Semen


1. Sebelum pengambilan sperma, ayam pejantan sebaiknya dipuasakan
kurang lebih 10 jam. Hal ini ditujukan untuk mengurangi pencemaran feces
pada sperma yang ditampung (dapat mengurangi daya tunas).
2. Untuk memudahkan dalam pelaksanaan pemerahan sperma, sebaiknya
dilakukan oleh dua orang, dengan tugas melakukan perangsangan dan
sebagai penampung sperma.
3. Satu orang memegang ayam jago (usahakan ayam dalam keadaan tenang)
yang bertugas melakukan perangsangan yaitu dengan mengurut lembut dari
pangkal paha atas hingga ke pangkal ekor sampai secara beraturan. Tanda
spesifik dari pejantan yang terangsang adalah ekor akan naik ke atas dan
keluar tonjolan dari kloaka.
4. Jika pejantan sudah terangsang, dengan jari telunjuk dan jempol langsung
menekan kloaka sampai terjadi ejakulasi. Saat terjadi ejakulasi , sperma
yang keluar segera ditampung oleh orang kedua.
5. Sperma yang sudah ditampung kalau memungkinkan dievaluasi secara
makroskopis dan mikroskopis.

2.4 Cara Pemeriksaan Semen dari Inseminasi Buatan Ayam


Pemeriksaan semen sangat diperlukan untuk mendapatkan hasil IB yang baik,
sebab semen yang kualitasnya jelek digunakan untuk IB akan merupakan pekerjaan yang
sia – sia. Pemeriksaan semen pada dasarnya dibagi menjadi dua yaitu pemeriksaan
makroskopis dan pemeriksaan mikroskopis.
A. Pemeriksaan Makroskopis
Pemeriksaan ini meliputi warna, bau, kekentalan, pH, dan volume.
- Warna, semen mempunyai warna putih krem, apabila ada warna merahnya
berarti tercampur darah, disamping itu semen juga dapat tercampur oleh
kotoran yang ada dikloaka yang menyebabkan warna semen menyimpang
dengan warna semen.
- Bau semen ayam mempunyai bau yang spesifik, apabila ada bau yang aneh
misalnya bau busuk berarti ada pembusukan semen sehingga semennya
tidak layak dipergunakan untuk IB.
- Kekentalan, pada umumnya semen mempunyai kekentalan yang pekat
sekali, sehingga apabila semen terlihat encer atau sangat encer berarti
kurang baik.
- Potensial Hidrogen (pH), merupakan variabel yang sangat mempengaruhi
kehidupan sperma. pH semen ayam berkisar 7,00 – 8,00 (pengukuran
dengan kertas lakmus = indikator pH).
- Volume, dapat diukur dengan pipet ukur. Hasil penampungan tergantung
pada kondisi ayam, lingkungan, dan faktor kemampuan (genetik) ayam.

B. Pemeriksaan Mikroskopis
Pemeriksaan mikroskopis minimal dilakukan sekali yaitu pada saat awal penentuan
ayam jantan yang semennya akan digunakan untuk IB, untuk menentukan bahwa pejantan
tersebut betul – betul dapat menghasilkan semen yang baik. Tetapi, sebaiknya sperma
ayam tersebut sebaiknya dikontrol setiap bulan sekali untuk mengetahui ada penurunan
atau bahkan pejantan tersebut spermanya tidak layak untuk IB lagi.
Pemeriksaan mikroskopis minimal meliputi gerak sperma, mortalitas sperma, dan
morfologi sperma.
- Gerak sperma, sperma yang dapat membuahi sel telur adalah sperma yang
bergerak maju (progresif motility) dan diutamakan yang geraknya cepat
sperma yang baik mempunyai gerak maju 80% keatas. Progresif motility
dibawah 80% masih baik digunakan tetapi apabila sperma yang bergerak
maju 50% kebawah sebaiknya jangan digunakan.
Selain gerak maju sperma ada yang bergerak mundur, berayun, melingkar,
dan tidak bergerak.
- Mortalitas, sperma yang mati tidak dapat membuahi sel telur, tetapi
penilaian mortalitas juga dipergunakan untuk memprediksi adanya hal – hal
yang terjadi dalam semen. Apabila semen yang tidak bergerak mencapai
40% berarti semen tersebut sudah tidak layak dipergunakan untuk IB,
walaupun sperma yang tidak bergerak tersebut belum tentu mati.
- Morfologi, sperma ayam yang normal bentuknya yang jauh berbeda dengan
sperma ternak yang lain. Kepala berbentuk silindris panjang dan
akrosomnya runcing yang berfungsi dalam pembuahan sel telur. Bagian
spermatozoa ayam terdiri dari kepala, leher, dan ekor. Panjang spermatozoa
ayam keseluruhannya kurang lebih 100 mikron (Gilbert, 1980). Semen
dianggap baik apabila abnormalitas spermanya kurang dari 15%.

C. Pengelolaan Semen
Pengelolaan semen antara lain, hindari semen dari kontak sinar matahari langsung,
penyimpanan semen di tempat yang steril dan pada suasana dingin serta melakukan
pengenceran. Pengenceran semen pada teknik IB ayam sangat diperlukan, dengan tujuan
meperbanyak volume agar, dan mempermudah dalam melakukan IB. Syarat utama
pengencer adalah mempunyai tekanan osmotik yang sesuai dengan kebutuhan sperma,
tidak mengandung racun atau bahan yang menghalangi pergerakan sperma serta
mempunyai sifat buffer yaitu menjaga pH sperma agar tidak mudah berubah. Selain itu
dapat ditambah zat – zat sebagai sumber energi. Pengenceran sperma ayam dapat
dilakukan dengan perbandingan 1 sampai 10 kali sperma. Macam pengencer antara lain :
1. NaCl fisiologis, spermatozoa ayam toleran terhadap konsentrasi NaCl 0,5
sampai 1,5% pada umumnya yang digunakan larutan NaCl fisiologis 0,9%.
2. Larutan Ringer, penggunaan larutan ringer, glukosa, maltosa, dan dextrosa
sebagai pengencer semen ayam baik secara tunggal atau dicampur dengan
kuning telur.

2.5 Kelebihan dan Kekurangan Inseminasi Buatan pada Ayam


A. Kelebihan :
1. Dapat mengefisiensikan penggunaan ayam jantan karena dapat untuk
mengawinkan betina lebih banyak.
2. Dapat mempercepat peningkatan mutu genetik karena dari pejantan yang
baik mutu genetiknya dapat digunakan untuk mengawinkan betina lebih
banyak.
3. Dapat mempercepat penyebaran bibit unggul karena semen – semen yang
telah ditampung dapat dibawa dan bentuk mengawinkan ayam betina di lain
tempat.
4. Mudah digunakan dalam perkawinan silang yang secara alam perkawinan
tersebut sulit dilakukan misalnya perkawinan ayam hutan jantan dengan
ayam kampung betina.
5. Disamping itu, walau sedikit kontribusinya yang juga merupakan
keuntungan dalam pemakaian IB pada ayam yaitu biaya pakan, kandang,
dan pemeliharaannya pejantan lebih sedikit.
B. Kekurangan :
Memerlukan ketekunan, ketelitian, serta kahati – hatian dalam
mengerjakannya. Pengambilan semen, pengelolaan semen, dan memasukkan
semen ke dalam alat reproduksi ayam betina perlu dilatih. Ketelitian semen
ayam hasil penampungan pada umumnya sedikit kurang dari satu mililiter,
semen ayam sangat pekat dan spermanya cepat mati apabila berada diluar
tubuh. Kerusakan mukosa alat reproduksi ayam akan mempengaruhi kualitas
semen dan telur ayam, disamping itu saat pelaksanaan IB dalam uterus ayam
sudah ada telurnya.

2.6 Indikator Keberhasilan Inseminasi Buatan pada Ayam


Dalam evaluasi keberhasilan dalam pelaksanaan IB dapat dilihat dari :
1. Fertilitas yaitu banyaknya telur hasil IB yang dapat dihitung dengan rumus :
Fertilitas = jumlah total telur fertil dibagi jumlah total telur yang dinyatakan
dengan persen.
2. Daya tetas yaitu banyaknya telur yang menetas yang dapat dihitung dengan
rumus :
Daya tetas = banyaknya telur yang menetas dibagi banyaknya telur yang fertil
yang dinyatakan dengan persen.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
a. Teknologi IB pada ayam sangat diperlukan untuk memperbaiki kualitas genetik, dan
memudahkan penyebaran bibit unggul.
b. Pelaksanaan IB pada ayam terdiri dari : pengambilan semen, pengenceran semen,
pemeriksaan semen sampai tahap IB.
c. Metode IB pada ayam terdiri dari metode dodokan, urutan (massage), dan cara isap.
DAFTAR PUSTAKA

Udjianto A, dan R. Denny Purnama. 2004. Inseminasi Buatan pada Ayam Buras dengan
Metode Deposisi Intra Uterine. Prosiding Temu Teknis Nasional Tenaga Fungsional
Pertanian. Vol (1) : Hal. 13 – 20.
http://eprints.undip.ac.id/21440/1/702-ki-fp-2004.pdf. Diakses pada 11/05/2018.

Anda mungkin juga menyukai