Anda di halaman 1dari 7

PEMERIKSAAN ANTEMORTEM PADA AYAM

oleh :
Aldi Mahendra (2102501010117)
ArfiAnggita Yolanda (2102501010183)
Aufira Fildza Bahittah (2102501010174)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

UNIVERSITAS SYIAH KUALA


DARUSSALAM-BANDA ACEH
2023
Antemortem adalah pemeriksaan fisik kesehatan hewan dan ungags
potong sebelum disembelih. Tujuan utama pemeriksaan antemortem adalah agar
ternak yang disembelih hanya yang sehat, normal dan memenuhi syarat,
sementara itu, ternak yang sakit sebagainya tidak dipotong. Selain itu, antemortem
bertujuan agar daging dan jeroan yang akan dikonsumsi masyarakat adalah daging
yang sehat dan berkualitas serta menghindari ayam yang sakit untuk
mengeliminasi kemungkinan terjadinya pencemaran pada tempat pemotongan,
alat, dan pekerja, sebagai bahan nformasi awal untuk pemeriksaan postmortem.

Menurut Direktorat Kesmavet (2005), tujuan dari pemeriksaaan


antemortem adalah :

1. Mencegah pemotongan hewan yang secara nyata menunjukkan gejala


klinis penyakit hewan menular dan zoonosis atau tanda-tanda yang
menyimpang
2. Mendapatkan informasi sebanyak-banyaknya untuk keperluan
pemeriksaan post-mortem dan penelurusan penyakit di daerah asal ternak,
3. Mencegah kontaminasi dari hewan atau bagian-bagian hewan yang
menderita penyakit kepada petugas, peralatan RPH, dan lingkungan,
4. Menentukan status hewan dapat dipotong, ditunda atau tidak boleh
dipotong
5. Mencegah pemotongan ternak betina bertanduk produktif.

Pemeriksaan hewan hidup dapat dilakukan sebelum penyembelihan


dengan cara observasi pada hewan selama berada di tempat penenangan atau masa
puasa atau selama dalam perjalanan menuju ke lokasi penyembelihan.
Pemeriksaan dilakukan dengan memperhatikan kondisi fisiologis hewan dan
gejala penyakit atau kelainan yang terlihat dari luar. Pengamatan dilakukan pada
ayam yang diletakkan berkelompok atau dapat dilakukan secara acak dengan
mengamati secara individu. Setelah dilakukan pemeriksaan maka dapat
dikeluarkan keputusan antemortem. Perlakuan pemotongan dapat mempengaruhi
mutu daging dan kesehatan konsumen. Maka dari itu perlu dilakukan pemeriksaan
antemortem pada hewan sebelum disembelih.

Pelaksana pemeriksaan antemortem adalah dokter hewan berwenang


yang ditunjuk dan paramedik yang ditunjuk di bawah pengawasan dokter hewan
yang berwenang. Pemeriksaan antemortem dilakukan di kandang penampungan
hewan siap potong. Syarat kandang penampungan adalah bersih, kering, terang
(intensitas cahaya minimum 540 luks), serta terhindar dari panas matahari dan
hujan. Kandang untuk pengumpulan ternak harus terang agar pemeriksan dapat
bergerak dengan leluasa di antara ternak untuk melakukan pengamatan dengan
seksama terhadap ternak dalam keadaan diam/beristirahat atau dalam keadan
bergerak.

Prosedur pemeriksaan antemortem pada ayam adalah :

1. Dilakukan maksimal 24 jam sebelum penyembelihan, jika melebihi waktu


tersebut maka dilakukan pemeriksaan antemortem ulang.
2. Ayam harus diistirahatkan minimal 12 jam sebelum dipotong. Hal ini
dilakukan untuk meredakan kemungkinan stress atau kelelahan setelah
menempuh perjalanan dari peternak atau pasar hewan menuju RPH atau
tempat penyembelihan. Kadar glikogen dapat dipulihkan kembali dan
menghilangkan stress ternak agar daging yang diperoleh berkualitas.
3. Pengamatan gejala klinis dan patognomonik.
a. Pengamatan (inspeksi) yang meliputi status gizi, sistem pernafasan,
sistem pencernaan, bulu, kulit, warna jengger/pial dan ceker, dan
pergerakan kepala. Pengamatan keaktifan ayam saat ayam dalam
keadaan bergerak atau berdiri yang diamati dari segala arah. Ternak
yang mengalami kelainann kondisi fisik dibawa ke kandang khusus
untuk mendapat pemeriksaan yang lebih teliti.
b. Pengamatan kebersihan terhadap lubang-lubang kumlah seperti mulut,
telinga, hidung, dan kloaka terhadap kebasahan/kelembaban/selaput
lender. Serta kelenjar getah bening (limfoglandula), apakah ada
pembengkakan atau tidak. Harus dicatat apabila ada kotoran atau
cairan pada mata (lakrimasi) dan leleran pada hidung.
4. Pemeriksaan status gizi dan keaktifan hewan

Ciri ayam yang sehat

1. Bulu mengkilap dan rapi. Sisir dan pial berwarna cemerlang. Mata cerah
dan jernih.
2. Aktif bergerak. Ayam bukan tipikal hewan ternak yang menyendiri,
melainkan sering mematuk atau mengaruk tanah dan mengusir ayam lain
yang mencoba mencuri makanan yang disantapnya.
3. Mengeluarkan suara berkotek. Suara napas berat dan serak adalah tanda
penyakit yang harus dievaluasi.
4. Feses berwarna kehijauan atau kecoklatan, solid/liat, diselimuti bagian
putih asam urat pada bagian atas.

Keputusan Antemortem

Hasil pemeriksaan antemortem dibagi menjadi :

1. Ayam dapat dipotong tanpa syarat jika hasil pemeriksaan antemortem


menyatakan ayam sehat/normal
2. Ayam ditolak dipotong harus dipisahkan pada keranjang tanda khusus dan
dapat dilakukan pemeriksaan lanjutan
3. Ayam ditunda dipotong jika hasil pemeriksaan antemortem menyatakan
bahwa ayam memiliki kelainan atau gekala penyakit saluran pernapasan
atas (CRD, snot, dan lainnya). Selain ditunda/diakhirkan, sebaiknya
diberikan perlakuan atau penanganan tambahan pada saat pencucian
karkas, yaitu dengan menambahkan klorin dengan konsentrasi maksimum
50 ppm) dan ditolak untuk dipotong, jika hasil pemeriksaan antemortem
mengarah ke HPAI dan Salmonellosis.
Hasil Pemeriksaan Keputusan
Hewan normal/sehat Diijinkan untuk dipotong
Hewan dengan kelainan terlokasi Diijinkan untuk dipotong
(seperti tumor pada mata, pneumonia
dll)
Hewan lumpuh/ambruk karena Harus segera dipotong
kecelakaan, tetapi tidak menunjukkan
gejala penyakit
Hewan menderita atau menunjukkan Dipotong dengan pengawasan dokter
gejala sakit hewan
Hewan penderita gejala sakit yang Ditunda pemotongannya
belum dapat ditemukan penyakitnya
(menunggu hasil laboratorium)
Hewan penderita menunjukkan gejala Dilarang dipotong
penyakit akut
Direktorat kesmavet (2005)

Jadi, dalam melakukan pemeriksaan antemortem harus memperhatikan


prosedur yang tepat sehingga didapatkan karkas/daging yang benar-benar layak
untuk dikonsumsi.

Ternak yang masih boleh disembelih jika terdapat abses, menderita


kembung, patah tulang dan atau hewan tertabrak (kecelakaan). Ternak yang
disembelih dalam keadaan darurat tidak harus dilakukan di rumah potong
hewan, tetapi setelah disembelih harus diperiksa oleh dokter hewan atau petugas
Dinas Peternakan yang berwenang untuk menentukan apakah hasil pemotongan
aman bagi masyarakat yang akan mengonsumsinya.

a. Ternak yang mengalami kecelakaan, misalnya patah kaki atau cedera berat
sehingga dapat menyebabkan kematian.
b. Ternak yang terluka parah, tetapi masih hidup dan diperkirakan akan mati.
c. Ternak yang menderita sakit atau hampir mati.
d. Ternak yang disembelih untuk keperluan atau kepentingan tertentu, misalnya
kegiatan keagamaan atau kebudayaan.

Anda mungkin juga menyukai