- Merupakan pedoman dan semua penduduk harus taat dan tunduk terhadap semua
pasal yang tertera di dalamnya.
3. Instruksi Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pertanian No. 18/1979
dan No. 5/Ins/Um/3/1979: Pencegahan dan pelarangan pemotongan Ternak
Sapi/Kerbau betina Bunting dan atau susu Sapi/kerbau Betina Bibit.
2. Pasal 19 ayat 2.
Pasal 1 butir j:
Kesmavet adalah segala urusan yang berhubungan langsung dengan hewan dan
bahan-bahan asal hewan yang secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi
kesehatan manusia.
Pasal 1 butir k:
Pasal 1 butir l:
Pasal 19 ayat 2:
Pasal 21:
II. a. Pemberantasan rabies pada anjing, kucing dank era, dan lain-lain
anthropozoonosis yang penting.
b. pengawasan terhadap bahan-bahan dari hewan yaitu: kulit, bulu, tulang, kuku,
tanduk dan lain-lain.
Menurut PP ini, ternak besar betina bertanduk yaitu sapid an kerbau dilarang
dipotong.
Sapi dan kerbau betina dapat dipotong bila sudah diafkir oleh petugas Dinas
Peternakan. Sapi dan kerbau tersebut diafkir dengan memberikan tanda cap bakar
S pada salah satu pahanya, karena hal-hal berikut:
1. Ternak tersebut kebetulan memiliki sifat-sifat ras yang tidak sesuai dengan
jurusan peternakan yang dituju oleh penduduk di daerah tempat tinggal ternak
tersebut.
3. Ternak tersebut ternyata majir atau ada kemungkinan besar akan majir.
Inti materi Instruksi bersama ini merupakan penegasan hal-hal yang terkandung
dalam Staatsblad 1936 No.614.
Khusus bagi hygiene daging: Bab tentang perlakuan pemotongan hewan dan
daging merupakan pedoman yang sangat berharga.
Butir b:
Daging adalah bagian-bagian dari hewan yang disembelih atau dibunuh dan lazim
dimakan manusia, kecuali yang telah diawetkan dengan cara lain daripada
pendinginan.
Butir d:
Butir f:
Zoonosa adalah penyakit yang dapat berjangkit dari hewan kepada manusia atau
sebaliknya.
Ayat 1:
Setiap hewan potong yang akan dipotong harus sehat dan telah diperiksa
kesehatannya oleh petugas pemeriksa yang berwenang.
Ayat 3:
Ayat 4:
Ayat 5:
Pasal 3:
Ayat 1 butir a:
Ayat 1 butir b:
Antar kabupaten/kotamadya daerah TK.II dalam suatu daerah TK.I: Surat ijin dari
Gubernur.
Ayat 1 butir c:
Wilayah kabupaten/Kotamadya daerah TK. II: Surat Ijin dari Bupati/walikota.
Pasal 4:
Ayat 1:
Daging hewan yang telah selesai dipotong harus segera diperiksa kesehatannya
oleh petugas pemeriksa yang berwenang.
Ayat 2:
Daging yang lulus dalam pemeriksaan, baru dapat diedarkan setelah terlebih
dahulu dibubuhi cap atau stempel oleh petugas pemeriksa yang berwenang.
Ayat 4:
Larangan mengedarkan daging yang tidak berasal dari RPH kecuali pasal 2 ayat 4.
Ayat 5:
Setiap orang atau badan dilarang menjual daging yang tidak sehat.