Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM

BIOLOGI

ARTHROPODA & LUMBRICUS TERRESTRIS

Oleh :
Kelas:D
Kel: 6
NAUFAL HAFIZHA R.
KIKI RIZQI SUPRIYADI
SITI SARAH
M. THORIQ AZIZ
AGUNG ADRIAN NUGRAHA
M. BILLI BERLIANDI

200110140267
200110140262
200110140266
200110140265
200110140264
200110140263

LABORATORIUM PRODUKSI TERNAK UNGGAS


FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
SUMEDANG
2014

I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dengan berakhirnya praktikum biologi yang kedua ini, kami selaku
kelompok 6 akan menyampaikan laporan akhir praktikum biologi yang berjudul
Antropoda & Lumbricus terrestris. Antropoda merupakan hewan yang memiliki
penyesuaian terhadap kehidupan di darat dengan modifikasi dalam bentuk tubuh
dan fisiologinya. Misalnya kemampuan untuk membatasi jumlah air yang hilang
dari tubuhnya, karena insecta memiliki kutikula yang berlapis lilin sehingga
menjadikan tahan air. Insecta yang baru saja kami pelajari yaitu mengenai lebah.
Lebah merupakan hewan invertebrata yang dapat menghasilkan madu. Biasanya
lebah hidup dalam satu koloni. Dan dalam satu koloni tersebut hanya terdapat satu
ekor ratu lebah. Selain lebah, contoh lain dari invertebrata adalah Fasciola
Hepatica. Fasciola Hepatica adalah cacing hati yang merupakan cacing parasit
yang hidup dalm tubuh manusia. Selain hidup dalam tubuh manusia parasit yang
merupakan hewan invertebrate juga ada yang hidup di luar tubuh induk, disebut
sebagai ektoparasit. Contoh hewan ektoparasit adalah caplak, tungu, lalat dan
nyamuk.

Banyaknya hewan invertebrata, mulai dari yang berukuran kecil hingga yang
berukuran besar dan itu meyebabkan keanekaragaman hewan. Sehingga penting
untuk kita mempelajarinya. Karena selain menyebabkan keanekaragaman hewan,
beberapa hewan invertebrata dapat berdampak negative bagi manusia. MIsalnya
Caplak yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia.

Lumbricus terrestris merupakan hewan yang merupakan hewan bertubuh


memanjang, lunak, tidak berangka dan tidak mempunyai kaki. Ujung depan
bagian tubuh cacing disebut anterior, ujung belakangnya disebut posterior,
permukaan punggung disebut dorsal, dan permukaan perut disebut ventral.
Cacing mempunyai persamaan yang khas, dan sering disebut vermis.

1.2 Maksud dan Tujuan


1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Antropoda
2. Untuk mengetahui apa yang dimaksud Lumbricus terrestris
3. Untuk mengetahui kehidupan lebah madu dan proses pembentukan madu.

1.3 Waktu dan Tempat


1. Tanggal

: kamis, 25 september 2014.

2. Jam

: 07.30-09.30 WIB.

3. Tempat

: Laboratorium Ternak Unggas, Gedung 3 lantai 2, FAPET

UNPAD.

II
TINJAUAN PUSTAKA

Ilmu yang mempelajari serangga adalah entomologi. Insekta adalah


antropoda yang memiliki penyesuaian terhadap kehidupan di darat dengan
modifikasi dalam bentuk tubuh dan fisiologinya. Misalnya kemampuan untuk
membatasi jumlah air yang hilang dari tubuhnya, karena insekta memiliki kutikula
yang berlapis lilin sehingga menjadikan tahan air. (Modul praktikum
biology,2014)
Serangga (disebut pula Insecta, dibaca insekta) adalah kelompok utama
dari hewan beruas (Arthropoda) yang bertungkai enam (tiga pasang); karena
itulah mereka disebut pula Hexapoda (dari bahasa Yunani, berarti berkaki
enam). Serangga ditemukan di hampir semua lingkungan kecuali di lautan.
Kajian mengenai peri kehidupan serangga disebut entomologi. Lebih dari
800.000 spesies insekta sudah ditemukan. Terdapat 5.000 spesies bangsa capung
(Odonata), 20.000 spesies bangsa belalang (Orthoptera), 170.000 spesies
bangsa kupu-kupu dan ngengat (Lepidoptera), 120.000 bangsa lalat dan
kerabatnya (Diptera), 82.000 spesies bangsa kepik (Hemiptera), 360.000 spesies
bangsa kumbang(Coleoptera), dan 110.000 spesies bangsa semut dan lebah
(Hymenoptera). (Anonim, 2009)
Cacing merupakan hewan bertubuh memanjang, lunak, tidak berangka dan
tidak mempunyai kaki. Ujung depan bagian tubuh cacing disebut anterior, ujung
belakangnya di sebut posterior, permukaan punggung disebut dorsal, dan
permukaan perut disebut ventral. Cacing mempunyai persamaan yang khas, dan
sering di sebut vermis. (Modul praktikum biology , 2014)

III.
ALAT, BAHAN, DAN PROSEDUR KERJA

3.1 Alat
Alat yang harus dipersiapkan adalah: pinset, gunting, bak preparat, pisau, plastik
dll.
3.2 Bahan
beberapa ekor lebah dan diharuskan membawa beberapa ekor serangga lainnya
(lalat, tungau atau caplak)

3.3 Prosedur Kerja


Amati anatomi dan histologi dari serangga, kemudian amati tingkah laku dan
diskusikan dengan asisten dan teman sekelompok. Selanjutnya buat laporan dalam
lembar kerja

IV
HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil pengamatan


Keterangan:
1.Antena
2.Mata
3.Kaki
4.Torak
5.Sayap
6.Abdomen(perut)
7.Caput(kepala)

Keterangan:
1.Testis
2.Seminal resptacle
3.Seminal vesicle
4.Seminal receptacle
5.Seminal vesicle
6.Seminal vesicle
7.Oviduck
8.Nephridiopose
9.Nephridia
10.Spermafurre
11.Testis
12.spermfurre
13.Vasdeferens
14.Ventral nerecord
15.Ovary
16.Eunnel of oviduck
17.Nephrotune

4.2 Pembahasan
Cacing
1.

Lumbricus rubellus
Lumbricus rubellus atau yang lebih dikenal dengan cacing tanah

merah memiliki kandungan protein yang tinggi membuat cacing tanah cocok
untuk menggemburkan tanah. Selain itu, cacing juga dapat dijadikan bahan
pembuatan obat, kosmetik, pelet ikan, dan lain sebagainya. Hal inilah yang
membuat cacing ini dapat diperjual belikan. Selama 12 tahun perjalanan
usahanya, Komarudin juga mencoba mengembangbiakkan cacing jenis lain
seperti tiger, cacing belang, cacing biru, dan cacing Afrika. Lumbricus rubellus
(cacing tanah) adalah nama yang umum digunakan untuk kelompok
Oligochaeta , yang kelas dan subkelasnya tergantung dari penemunya dalam
filum Annelida .
Cairan dari selom foetida Eisenia Andrei telah diteliti memiliki
sebuah aktivitas antimikroba terhadap Aeromonas hydrophila dan Bacillus
megaterium yang dikenal sebagai patogen cacing tanah. Setelah itu diperoleh
dua protein, bernama Fetidins, dari cairan selom cacing tanah dan menegaskan
bahwa aktivitas antibakteri ini disebabkan karena fetidins. Lumbricus rubellus
juga memiliki dua agen antibakteri bernama Lumbricin 1 dan Lumbricin 2.
Baru-baru ini, dua jenis faktor antibakteri yang mempunyai aktivitas seperti
lisozim dengan aktivitas hemolitik serta pengenalan pola protein bernama
selom cytolytic faktor (CCF) telah diidentifikasi dalam foetida Eisenia cacing
tanah Lysenin protein yang berbeda dan Eisenia foetida lysenin-seperti protein

memiliki beberapa kegiatan yang diberikan cytolytic hemolitik, antibakteri dan


membran-permeabilizing properti.

2.

Morfologi Lumbricus rubellus


Cacing tanah jenis Lumbricus mempunyai bentuk tubuh pipih. Jumlah

segmen yang dimiliki sekitar 90-195 dan klitelum yang terletak pada segmen
27-32. Biasanya jenis ini kalah bersaing dengan jenis yang lain sehingga
tubuhnya lebih kecil. Tetapi bila diternakkan besar tubuhnya bisa menyamai
atau melebihi jenis lain.

Tanda-tanda karakteristik :

Simetris bilateral, tubuh panjang dan jelas bersegemn-segmen.

Adanya alat gerak yang berbentuk bulu-bulu kaku pada setiap segmen
(tidak terdapat pada beberapa bentuk), Polygocaeta dengan tentakel pada
kepalanya dan setae pada bagian-bagian tubuh yang menonjol kelateral,
atau pada lobi leterales yang disebut parapodia.

Badan tertutup oleh kutikula yang licin terletak di atas epithelium yang
bersifat glanduler.

Dingding badan dan traktus digestivus dengan lapisan-lapisan oyot


circuler dan longitudinal, sedah mempunyai rongga badan (celom) dan
umumnya terbagi oleh septa.

Tractus digentivus lengkap, tubuler, memenjang sesuai sumbu badan.

Sistema kardiovaskuler adalah system tertutup, pembuluh-pembuluh darah


membujur, dengan cabang-cabang kecil kapiler pada tiap segmen, plasma
darah mengandung hemoglobin.

Respirasi dengan kulit atau branchia.

Lebah
1. Tentang Apis dorsata
Lebah Madu Apis dorsata atau yang dikenal dengan lebah hutan dalam
bahasa Inggris dinamakan Giant Honeybee. Lebah jenis ini memang sangat
besar tubuhnya jika dibandingkan dengan lebah madu lainnya, dan bahkan
tercatat paling besar, meskipun gelar yang disandang ini diberikan kepada
Apis dorsata laboriosa yang berada di wilayah pegunungan himalaya. Jenis
yang ada di Indonesia adalah Apis dorsata binghami (Sulawesi) dan Apis
dorsata dorsata (Jawa, Sumatra, Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara.
2. Teknik Pengolahan Madu dari Lebah Apis dorsata
Proses pengambilan madu lebah apis dorsata merupakan sebuah proses yang
khas dan unik. Pengambilan madu dilakukan oleh sekelompok orang yang
terdiri dari juragan tua, juragan muda, tukang sambut dan beberapa pembantu
biasanya dilakukan pada malam hari. Sarang lebah yang menyimpan madu
dipanen oleh juragan muda yang menjadi pemanjat dan kemudian diturunkan

ke tukang sambut. Dibawah sarang tersebut ditiris kemudian diperas untuk


diambil madunya.

Madu dari pohon memiliki kandungan air yang relatif tinggi sekitar 23%
25%. Kandungan ini dapat menyebabkan proses fermentasi / peragian pada
madu sehingga madu cepat mengalami kemasaman, yang berarti madu akan
mengalami penurunan kualitas. Untuk mempertahankan kualitas madu apis
dorsata, saat ini telah dikembangkan sebuah mesin yang disebut Adris Honey
Drier Modification (AHDM) yang mampu menurunkan kadar air madu hingga
17%, dimana pada kadar ini proses peragian dapat dihindari dan madu dapat
disimpan lebih lama dalam waktu mencapai 3 tahun.

V.
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1.Lebah memiliki struktur yang menyerupai belalang, namun terdapat ciri-ciri


khusus yang membedakan dengan yang lain, diantaranya ialah :
1. Lebah ini memiliki bagian mulut yang berfungsi mengisap dan
mengunyah
2. Lebah mengalami metamorfosis yang sempurna, mulai dari
cacing, larva, pupa sampai menjadi lebah dewasa.
3. Sumber bahan makanan berasal dari pollen (tepung sari) dan
nektar (cairan manis di bunga) atau ekstrafloral (cairan manis pada
bagian tanaman selain bunga)
4. Hidup secara sosial dalam koloni yang permanen. Selain itu
dikenal pula 3 kelompok pada lebah, yaitu ratu, pekerja, dan
pejantan

Pada dasarnya ada serangga bersayap dan ada pula yang tidak
bersayap. Pada serangga bersayap terdapat 18 jenis, adapun
diantaranya yang terpenting :
1. Sayap bersisik, contoh : Lepidoptera ( kupu-kupu dan ngengat
)

2. Bagian mulut berbentuk pipa disesuaikan untuk menusuk dan


menghisap, contoh Hemiptera dan Homoptera (kutu sejati)
3. Sayap depan dengan pembuluh darah seperti sayap
belakang, walaupun lebih besar dari kaki dan menutupi sayap
belakang, contoh : Orthoptera (belalang, jangkrik, kecoa ).
4. Sayap depan pendek, contoh : Permapthera ( cocopet ). Sayap
selalu panjang, Coleopthera (kumbang)
5. Bagian mulut berbentuk pipa, disesuaikan untuk menghisap,
contoh : Homopthera (kutu daun, wereng, tonggerek)
6. Serangga kecil bertubuh lunak, contoh : Psocopthera (kutu
buku). Serangga lebih besar, tubuh keras, abdomen menciut
kebagian pangkal. Contoh : Hymenopthera (lebah, tawon, semut)
7. serangga kecil, tidak lebih dari 1,5 cm panjangnya, dan
antenna panjang. Contoh : Isopthera (rayap)

Serangga tidak bersayap, terdiri dari 36 jenis, diantaranya :


1. Tubuh pipih dari samping ke samping, keras dan berambut,
bertungkai kuat, serangga pelompat, parasit yang hidup di burung
dan mamalia. Contoh : Siphonapthera (pinjal)
2. Pipih, agak menyerupai laba-laba dengan kepala yang tepat masuk
di lekukan pada thorak dengan antenna tersembunyi, cakar berkait.
Contoh Dipthera (lalat kutu, kutu domba)
3. Abdomen pada bagian pangkal menciut menjadi kerucut, kadang
antena tertekuk pada siku. Contoh : Hymenopthera (semut dan

tawon tak bersayap) 4. Tungkai belakang membesar untuk


melompat. Contoh : Orthopthera (nimfa belalang dan jangkrik)
5. Ujung tungkai memiliki 4 ruas, warna pucat, tubuhnya lunak,
hidupnya dalam kayu atau tanah. Contoh : Isopthera (rayap)

2.Lumbricus rubellus atau yang lebih dikenal dengan cacing tanah merah
memiliki kandungan protein yang tinggi membuat cacing tanah cocok untuk
menggemburkan tanah. Selain itu, cacing juga dapat dijadikan bahan
pembuatan obat, kosmetik, pelet ikan, dan lain sebagainya. Hal inilah yang
membuat cacing ini dapat diperjual belikan. Selama 12 tahun perjalanan
usahanya, Komarudin juga mencoba mengembangbiakkan cacing jenis lain
seperti tiger, cacing belang, cacing biru, dan cacing Afrika. Lumbricus
rubellus (cacing tanah) adalah nama yang umum digunakan untuk
kelompok Oligochaeta , yang kelas dan subkelasnya tergantung dari
penemunya dalam filum Annelida .

Sistem pencernaan pada cacing meliputi :


1. Rongga mulut
2. Parynx
3. Oesophagus
4. Tembolok ( crop)
5. Gizzard (lambung yang menebal untuk menggiling makanan) 6. Usus
(mulai segmen ke 19 sampai anus)

Respirasi dilakukan melalui difusi pada permukaan kulit.

Sistem peredaran darah dipompa kebagian depan oleh pembuluh darah


dorsal dan dialirkan kebagian bawah melalui sepasang aortie arch atau

jantung kedalam pembuluh sub intestinue bercabang ke usus, nefridium


dan dinding tubuh.

Sistem syaraf berupa tangga tali dengan bagian utama sepasang


ganglion otak, dimana ganglion otak dihubungkan dengan batang syaraf
ventral oleh syaraf yang terletak di kedua sisi faring, disebut dengan
circumpharingeal connectives.

Sistem reproduksi Pada kelas Oligochaetes umumnya bersifat


hemafrodit.

Alat reproduksi jantan, yaitu: 1. Dua pasang testes kecil 2. Saluran sperma
3. Ductus efferent 4. Ductus defferens 5. Lubang jantan pada segmen ke-15
6. Seminal vesicles (sebagai tempat penyimpanan sementara sperma)
Sedangkan alat reproduksi betina : 1. Dua ovary 2. Corong bersilia 3.
Oviduct terdapat pada segmen ke-14 4. Dua pasang seminal receptaclet
sebagai penerima sperma selama kopulasi disimpan sampai dibutuhkan
untuk proses fertilisasi.
5.2 Saran
Saran dalam percobaan kali ini adalah kurangnya media pembelajaran dan
harusnya dipelajari lebih dalam lagi.

DAFTAR PUSTAKA
____(2014).modul praktikum biologi fapet unpad:bagian cacing.
www.biofapet.wordpress.com diunduh pada 25/09/2014 pukul 18:00
_____(2014).modul praktikum biologi fapet unpad:bagian
insecta.www.biofapet.wordpress.com diunduh pada 25/09/2014 pukul 18:00

Anda mungkin juga menyukai