Anda di halaman 1dari 16

Makalah

Dokter Hewan Sebagai Profesi

Oleh

Fadhila Putri Atmanda

130210160005

UNIVERSITAS PADJADJARAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN HEWAN

2016
DAFTAR ISI

Daftar isi .................................................................................................................. i

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1

1.1 Latar belakang ..................................................................................... 1


1.2 Tujuan ................................................................................................. 2
1.3 Manfaat ............................................................................................... 2

BAB 2 ISI ............................................................................................................ 3

2.1 Otoritas Veteriner Indonesia ............................................................... 3


2.2 Sejarah Kata Veteriner ........................................................................ 6
2.3 Logo Veteriner di Idonesia .................................................................. 6
2.4 Pengertian Dokter Hewan ....................................................................7
2.5 Sumpah Profesi Dokter Hewan ........................................................... 9
2.6 Etika Profesi Dokter Hewan .............................................................. 10
2.7 Standar Kompetensi Profesi Dokter Hewan ...................................... 11
2.8 Tantangan Profesi Dokter Hewan ...................................................... 12

BAB 3 PENUTUP .............................................................................................. 13

3.1 Kesimpulan ........................................................................................ 13

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 14


BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Veteriner adalah segala sesuatu urusan yang terkait dengan hewan dan
penyakit hewan. Kita biasa mengenal veteriner dengan sebutan dokter hewan.
Dokter hewan sendiri adalah orang yang memiliki profesi di bidang kedokteran
hewan, sertifikat kompetensi, dan kewenangan veteriner dalam melaksanakan
penyelenggaraan kesehatan Hewan.
Di Indonesia sendiri aturan tentang veteriner telah ditetapkan dalam pasal
65-67 Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2009 tentang Peternakan dan Kesehatan
Hewan. Berkaitan dengan Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945
Veteriner berperan dalam kesehatan masyarakat veteriner yaitu segala
urusan yang berhubungan dengan hewan dan produk hewan yang secara langsung
atau tidak langsung mempengaruhi kesehatan manusia serta kesejahteraan hewan
yang adalah berhubungan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran
perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi
hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang
dimanfaatkan manusia.
One Health merupakan aktivitas global yang penting berdasarkan konsep
bahwa kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan/ekosistem bersifat saling
bergantung satu sama lain atau interdependen, dan tenaga yang bekerja dalam area
tersebut akan dapat memberikan pelayanan terbaik dengan saling berkolaborasi
untuk mencapai pemahaman yang lebih baik mengenai semua faktor yang terlibat
dalam penyebaran penyakit, kesehatan ekosistem, serta kemunculan zoonotic baru
dan agen zoonotic, juga kontaminan dan toksin lingkungan yang dapat
menyebabkan morbiditas dan mortalitas substansial, serta berdampak pada
pertumbuhan sosioekonomik, termasuk pada negara berkembang. Disini peran
dokter hewan sangat diperlukan dalam adanya penyakit zoonotic atau zoonosis yang
bisa menular dari hewan kepada manusia. Zoonosis bisa ditularkan melalui kontak
langsung antara manusia dengan hewan atau juga bisa menular dari produk hasil
hewan yang digunakan atau dikonsumsi sehari-hari.

1.2 TUJUAN
Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas ujian tengah semester
dalam mata kuliah Penghayatan Profesi Veteriner dan untuk mengetahui lebih
dalam tentang profesi dokter hewan.

1.3 MANFAAT
Manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut,
Agar memahami tentang seluk beluk profesi kedokteran hewan secara luas
Agar pembaca dapat mendapat ilmu baru tentang profesi dokter hewan
Agar mahasiswa yang sedang mendalami studi tentang kedokteran hewan
dapat mengetahui ranah saat bekerja

BAB II
ISI

2.1 OTORITAS VETERINER DI INDONESIA

Di era globalisasi, perkembangan dan pertumbuhan banyak negara


ditentukan oleh performans dari kebijakan dan ekonomi pertanian, dan pada
gilirannya berkaitan langsung dengan kualitas kelembagaan veteriner (veterinary
services). Kelembagaan veteriner perlu beroperasi berdasarkan prinsip-prinsip
ilmiah (scientifically-based principles) dan secara teknis tidak bergantung dan kebal
terhadap tekanan politik dari segala pihak. Untuk mendorong kemajuan
perdagangan hewan dan produk hewan baik bilateral maupun internasional, semua
negara harus mematuhi ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam Perjanjian Sanitary
and Phytosanitary (SPS Agreement) dari Organisasi Perdagangan Dunia dan juga
standar, pedoman dan rekomendasi yang dibuat OIE.
UU Veteriner perlu memuat tentang kelembagaan kesehatan hewan,
terutama yang menyangkut kewenangan atau otoritas yang diperlukan untuk
mewujudkan kredibilitas dan mandat yang dimiliki dalam melaksanakan segala
sesuatu yang berkaitan dengan penentuan kebijakan, penyelenggaraan kegiatan
operasional danevaluasi diri sendiri (self evaluation). Kredibilitas kelembagaan
veteriner harus dimaksudkan hanya kepada pengguna jasa pelayanan yang diberikan
tetapi juga kepada negara lain. Kerangka legal harus dimiliki oleh otoritas veteriner,
sehingga penyelenggaraan kekuasaan tertinggi menyangkut kebijakan teknis
veteriner tidak bisa diintervensi begitu saja oleh kekuasaan yang lebih tinggi di luar
veteriner. Dalam aturan OIE, pemegang kekuasaan tertinggi veteriner yang
mewakili negaranya dalam Sidang Umum Tahunan OIE yang disebut Chief of
Veterinary Officer (CVO).
Untuk menjalankan otoritas tersebut, pada dasarnya harus dipegang
oleh seseorang yang memiliki kompetensi yang dijustifikasi dari kualifikasi
akademik dan profesionalisme. Tingkat kapabilitas dinilai dari kemampuan untuk
menjalankan tugas secara otonom dan bebas dari pengaruh-pengaruh komersial,
finansial,hirarhikal dan politik yang bisa mempengaruhi keputusan teknis dengan
cara-cara yang bertentangan dengan ketentuan OIE dan Perjanjian SPS. Empat
komponen dasar yang saat ini sedang dikembangkan dan akan diperkenalkan oleh
OIE untuk menilai kredibilitas suatu kelembagaan otoritas veteriner adalah :

1. Sumberdaya manusia dan keuangan.


2. Otoritas teknis dan kapabilitas.
3. Interaksi dengan stakeholders.
4. Akses pasar (access to markets).

Sebagai negara anggota Organisasi Kesehatan Hewan Dunia Office Internationl


des Epizooticae (OIE),Indonesia melalui otoritas veterinernya mempunyai
kewajiban untuk melaporkan penyakit hewan yang hidup di darat (terresterial
animals) dan hewan akuatik (aquatic animals) yang terjadi di seluruh wilayah
Negara. UU Veteriner harus mempunyai kekuatan untuk mengharuskan
setiap Pemerintahan Daerah untuk secara bertingkat melaporkan penyakit-penyakit
yang termasuk dalam daftar OIE. Kapabilitas teknis kelembagaan otoritas veteriner
dalam mengembangkan dan mengaplikasikan tindakan sanitary dan prosedur
berdasarkan ilmiah (science-based procedure) yang mendukung tindakan tersebut,
ditentukan oleh kompetensi dalamberbagai aspek seperti:

1. Diagnosis penyakit.
2. Analisa risiko (risk analysis)
3. Karantina.
4. Surveilans epidemiologi
5. Deteksi dini (early detection) dan respons darurat (emergency response)
6. Isu baru muncul (emerging issues)
7. Inovasi teknikal
8. Kedokteran hewan dan biologik veteriner.

Dalam memperkuat akses pasar, maka kapasitas teknis kelembagaan


otoritas veteriner ditentukan sejauh mana dapat melakukan hal-hal seperti:
1. Penyiapan peraturan perundangan
2. Pemenuhan stakeholder terhadap peraturan perundangan
3. Sertifikasi (certification)
4. Penelusuran (traceability)
5. Perwilayahan bebas penyakit (zoning)
6. Kompartementalisasi (compartmentalization).

2.2 SEJARAH KATA VETERINER

Versi 1 :
Di zaman Romawi Kuno dikenal bangsa Etruscans yang sangat menyukai kuda
dan sapi. Hal ini tampak dari gambar-gambar yang merupakan peninggalan kuno.
Hewan pada masa itu mempunyai nilai sakral ataupun nilai martabat dan pada
ritual-ritual khusus digunakan sebagai hewan kurban .
Setiap keberhasilan atau kemenangan,dilakukan perayaan dengan hewan
kurban yang diberi nama-nama khusus. Kumpulan beberapa hewan kurban yang
terdiri dari kombinasi beberapa jenis hewan antara lain babi (sus) ,biri-biri (ovis) ,
sapi jantan (bull) disebut souvetaurilia. Sedangkan orang-orang yang mengurus
hewan-hewan sakral yang akan dijadikan kurban tadi disebut sou-vetaurinarii
yang kemudian diyakini sebagai lahirnya istilah veterinarius

Versi 2 :
Kemungkinan dari terminologi lain yaitu masih di masa Romawi, dikenal
hewan beban sebagai veterina dan suatu kamp penyimpanan hewan-hewan
tersebut disebut veterinarium. Term veterinarii juga digunakan pada dukumen
kuno sebagai orang yang memiliki kekebalan khusus karena memiliki
kompetensi khusus.
Dalam jurnal American Veterinary Medical Association 1972, diuraikan sejarah
bagaimana para ilmuwan kedokteran jaman dahulu memerlukan hewan coba
untuk pengembangan ilmu kedokteran manusia,namun mereka memerlukan
veterinarius untuk menangani hewan-hewan tersebut dan bukan Ferrarius.
Untuk itu ternyata diperlukan veterinarius yang berpendidikan agar memahami
apa yang diperlukan. Kemudian timbulah gelar-gelar Ph.D (Doctor of Philosophy)
yang merupakan awal dari para Veterinarius menjadi medical doctor atau
Doctor of Veterinary Medicine.

2.3 LOGO VETERINER DI INDONESIA

Dokter hewan atau veteriner di Indonesia diwadahi dalam sebuah organisasi


yang dinamakan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI). Perhimpunan
mempunyai logo yang spesifik melambangkan profesi kedokteran di bidang
veteriner sebagai lambang pengenal organisasi PDHI.

a. Logo PDHI berbentuk lingkaran warna ungu dengan warna dasar putih dimana
warna ungu merupakan warna khas profesi veteriner internasional
b. Lambang V yang berada ditengah diambil dari huruf pertama kata Veteriner
c. Ditengah huruf V terdapat tongkat tiga mahkota yang mencirikan profesi medik
yaitu mengangkat sumpah profesi, berkode etik dan kompetensi layananannya
dijamin dengan perizinan
d. Gambar ular yang meliliti tongkat yang merupakan lambang profesi medik
(profesi penyembuh). Lambang profesi penyembuh harus ada dalam setiap
lambang ONT.
e. Didalam lingkaran di bawah huruf V terdapat tulisan PDHI (Perhimpunan
Dokter Hewan Indonesia)

Profesi kesehatan di zaman dahulu kala dimanapun, berakar dari Mythologi dan
hal-hal gaib (magic). Di zaman Yunani kuno, cerita tentang dewa-dewa penyakit
dan penyembuh antara lain Apollo, Chiron (digambarkan sebagai manusia
berbadan kuda=centaur) dan murid-muridnya antara lain yang terkenal adalah
Asklepios (latin:Aesculapius) seorang manusia biasa yang berkemampuan
menyembuhkan penyakit manusia dan hewan.
Simbol dari Aesculapius adalah Ular (As) dan Melingkar (klepios) di batang
pohon dimana ular tidak beracun ini merupakan lambang sacral cara penyembuhan
zaman kuno. Simbol kedokteran kemudian mengambil dari simbol Aesculapius,
sedangkan profesi kedokteran hewan (veteriner) ada yang mengambil Centaur atau
Aesculapius.

2.4 Pengertian Dokter Hewan


Dokter hewan adalah seseorang yang mempunyai ilmu kedokteran hewan
yang terlatih dan mempunyai izin untuk mengobati dan mencegah penyakit hewan.
Profesi dokter hewan dilandasi oleh hukum dan mempunyai kompetensi (UU No.
18/2009 tentang peternakan dan kesehatan hewan). Salah satu ikrarnya yaitu Saya
akan memberikan pertimbangan utama untuk kesehatan pasien saya, kepentingan
tertinggi si pemilik dan kesejahteraan sesama manusia.

Profesi dokter hewan memberikan pelayan berdasarkan :

A. Berdasarkan Keahlian spesies


1. Menangani hewan pangan/farm animal
2. Menangani hewan hobby/kesayangan/kepentingan khusus
3. Menangani hewan liar/satwa liar termasuk untuk konservasi.
4. Menangani hewan aquatik/air untuk pangan dan konservasi
5. Menangani hewan laboratorium untuk ilmu kedokteran manusia dan ilmu
pengetahuan lainnya.

B. Berdasarkan Keahlian Keilmuan


1. Dalam bidang praktisi medik veteriner terbagi atas praktisi hewan ternak dan
praktisi spesies individu antara lain : Ahli Bedah, Ahli Mata, Ahli Reproduksi,
Ahli Penyakit Dalam, Ahli Dermatologi, Ahli Pathologi Klinik, Ahli Nutrisi
Klinik, Ahli Akupunktur Veteriner, .
2. Dalam bidang veteriner/konsultan antara lain : Ahli Epidemiologi, Ahli
Kesehatan Masyarakat Veteriner, Ahli Kesehatan Daging, Ahli Kesehatan Susu,
Ahli Mikrobiologi, Ahli Virologi.

Kompetensi Layanan Medis Veteriner Terhadap Hewan terdiri atas 2 kategori yaitu
sebagai berikut
a. Layanan medik untuk hewan secara kelompok (herd health), hal ini umumnya
di peternakan peternakan dan oleh dinas-dinas pemerintah/puskeswan-
puskeswan.
b. Layanan medik untuk hewan secara individual (individual health), hal ini
umumnya pada praktisi hewan kecil, di kebun binatang dan hewan hobi.

Lapangan pekerjaan dokter hewan menurut OIE ada 33 bidang kerja dokter hewan
di 110 negara :
1. Food technology
2. Food inspection
3. Food hygiene
4. Consumer protection
5. Laboratories
6. Legislation
7. Artificial breeding
8. Zoos
9. Laboratory animals
10. Animal Welfare
11. Zoonosis
12. Veterinary medicine
13. Clinical health care
14. Disease control
15. Exotic diseases
16. Epidemiology
17. Quarantine
18. Livestock and animal products
19. Aquaculture
20. Wildlife
21. Environmental protection
22. Nutrition
23. Parasitology
24. Teaching
25. Research and development
26. Livestock marketing
27. Publications
28. Economics
29. Import animal production
30. Livestock industry organizations
31. Administration
32. International Cooperation
33. Professional organizations

2.5. Sumpah Profesi Dokter Hewan

Sumpah hipocrates merupakan sumpah yang menjadi dasar perkembangan


etika medis. Dalam sumpah hipocrates terdapat 7 prinsip utama yang harus
dijalankan oleh seorang pekerja medis yaitu tidak merugikan, membawa kebaikan,
menjaga kerahasiaan, otonomi pasien, berkata benar, berlaku adil, dan
menghormati privasi.

Sumpah dokter hewan juga mengacu terhadap sumpah profesi medis


kedokteran tetapi ditambahkan tentang kesejahteraan hewan. Berikut merupakan isi
dari sumpah dokter hewan :
Dengan diterimanya diri saya masuk profesi kedokteran hewan, saya bersumpah:
1. Akan mengabdikan diri saya, ilmu pengetahuan dan keterampilan yang saya
miliki kepada perbaikan mutu, peringanan penderitaan serta perlindungan
hewan demi kesejahteraan masyarakat
2. Akan menggunakan ilmu pengetahuan dan keterampilan yang saya miliki
berlandaskan perikemanusiaan dan kasih sayang kepada hewan
3. Akan memberikan pertimbangan utama untuk kesembuhan, kesehatan dan
kesejahteraan pasien saya, kepentingan tertinggi klien dengan mempertaruhkan
kehormatan profesi dan diri saya
4. Akan selalu menjunjung tinggi kehormatan dan tradisi luhur profesi Kedokteran
Hewan dengan memegang teguh Kode Etik Profesi saya.Sumpah ini saya
ucapkan dihadapan Tuhan Yang Maha Esa
2.6. Etika Profesi Dokter Hewan

Etika adalah segala nilai yang baik dan yang buruk atau yang benar dan yang
salah yang disepakati oleh sekumpulan orang/masyarakat yang memiliki
kepentingan atau profesi yang sama. Pada Etika Veteriner (Veterinary Ethics)
adalah membahas mengenai isu moral dalam hubungan ilmu kedokteran dengan
hewan. Dalam hal ini ada dua (2) aspek etika yang dibahas yaitu :
a. Etika mengenai bagaimana dokter hewan / profesi veteriner dan tenaga-tenaga
pendukungnya (paramedis, perawat hewan, dll) memperlakukan hewan atau
dalam praktek kedokteran.
b. Etika mengenai hewan-hewan yang berada di tangan manusia perlu dijaga hak
dan mendapatkan perlindungan dengan kajian/argumentasi ilmiahnya maupun
animal behaviour mengapa spesies hewan tersebut perlu diperlakukan tertentu
serta manfaatnya.

Ada 4 jenis etika veteriner yaitu sebagai berikut :


1. Etika Veteriner Deskriptif, adalah yang secara umum perilaku sebagai profesi
dan individu yang langsung terlihat baik buruknya oleh masyarakat.
2. Etika Veteriner Profesi (profesional), adalah kesepakatan organisasi profesinya.
3. Etika Veteriner Administratif, adalah yang diatur pemerintah, berkekuatan
hukum dan dapat diberi sanksi.
4. Etika Veteriner Normatif, adalah norma-norma etika yang benar dan tepat yang
dalam berperilaku sebagai profesi veteriner termasuk terhadap hewan atau
disepakati sebagai norma-norma Kesejahteraan Hewan.

2.7 Standar Kompetensi Profesi Dokter Hewan

1. Memiliki wawasan di bidang etika veteriner, legislasi veteriner dan


penghayatan profesi veteriner;
2. Mampu menangani penyakit-penyakit pada hewan besar, hewan kecil, unggas,
hewan eksotik, satwa lSiar, satwa aquatik dan hewan laboratorium;
3. Memiliki wawasan di bidang sistem kesehatan nasional;
4. Merniliki keterampilan dalam melakukan:
Pendiagnosaan secara fisik, laboratorik (mikrobiologi, parasitologi,
patologi dan patologi klinik) dan epidemiologist terhadap penyakit serta
disfungsi hewan, disamping juga penanganannya secara medik, operatif dan
populatif;
Penulisan resep dan penyusunan nutrisi hewan;
Pemeriksaan nekropsi hewan;
Pemeriksaan kebuntingan, penanganan gangguan reproduksi dan aplikasi
teknologi reproduksi;
Pengawasan bahan makanan asal hewan dan produk olahannya, scjak
hewan hidup sampai pada konsumen;
Pengendalian kesehatan hewan, penyakit zoonosis dan pelestarian
lingkungan;
Pengawasan dan pengendalian mutu, serta pemakaian dan peredaran obat
hewan, bahan-bahan biologis, serta material genetis.

2.8 Tantangan Profesi Dokter Hewan

A. Tantangan Internal Profesi.


Permasalahan terbesar yang menjadi tantangan profsi dokter hewan di
Indonesia adalah kualifikasi etika veteriner dan kompetensi profesi individual
dokter hewan yang harus dijamin dengan rekomendasi organisasi profesi (PDHI)
dan kedudukan hukum profesi dokter hewan untuk memperoleh otoritas
(kewenangan) yang wajar sebagai profesi kedokteran yaitu otoritas medis veteriner
dan otoritas veteriner yang perlu dikukuhkan dengan Undang-undang dan aturan-
aturan hukum lainnya agar dapat efektif dalam menjalankan profesinya

B. Tantangan Eksternal Profesi


Indonesia turut serta menandatangai perjanjian GATT yang menjadi dasar
kesepakatan-kesepakatan perdagangan internasional memlalui WTO. Perdagangan
ini termasuk pula disektor hewan dan produk hewan yang menuntut berbagi
persyaratan yang perlu dipersiapkan oleh setiap negara anggota WTO termasuk
Indonesia. Kemampuan Indonesia untuk dapat diperhitungkan dan diperlakukan
setara dalam tataran internasional sangat tergantung kepada berbagi konsep
pemikiran yang dituangkan menjadi aturan dan pedoman yanag meliput pula
profesionalisme SDM dokter hewan.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Profesi dokter hewan berasal semenjak adanya domestikasi hewan untuk


kepentingan manusia. Banyak lapangan kerja selain menjadi praktisi yang
berhubungan dengan dokter hewan. Peran dokter hewan sangat penting untuk
mewujudkan adanya keselarasan dalam kesehatan manusia, hewan, dan ekosistem.
Dibutuhkan juga untuk menjadi pemerhati kesejahteraan hewan dan untuk
peningkatan mutu produk hasil hewan yang dikonsumsi secara langsung maupun
atau tidak lansung oleh masyarakat.
Dokter hewan diharapkan bisa bekerjasama dan bersinergi dengan profesi lain
yang berkaitan dalam mewujudkan One Health dan juga meningkatkan kompetensi
agar bisa menjadi dokter hewan yang berkualitas dan berwawasan luas.
DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia NO 95 Tahun 2012.


http://jdih.ristekdikti.go.id/?q=system/files/perundangan/11502476814.pdf.
Diakses pada tanggal 30 Oktober 2016
Moerad. 2010. Otoritas Veteriner Di Indonesia
http://www.wsava.org/sites/default/files/ART%20PDHI%20(IVMA%20in%20Ind
onesia).pdf Diakses pada tanggal 30 Oktober 2016
Indohun. 2014. Pedoman Aplikasi Hard Skill One Health
http://www.indohun.org/wp-content/uploads/2015/07/Pedoman-Aplikasi-
Hardskill-OH-Konsep-dan-Pengetahuan-tentang-One-Health.pdf Diakses pada
tanggal 30 Oktober 2016
Munawaroh. 2014. Anggaran Dasar Rumah Tangga Perhimpunan Dokter
Hewan Indonesia
http://journal.ipb.ac.id/index.php/hemera/article/download/4624/3110 Diakses
pada tanggal 30 Oktober 2016

Anda mungkin juga menyukai