Disusun oleh:
PKH 2012 - C
Maya Inaka Arhayu
(125130101111037)
(125130100111060)
Linda Febriana
(125130101111040)
Lita Oktatiurma
(125130101111045)
(125130101111046)
(125130107111025)
(125130107111046)
i
1
KATA PENGANTAR
Rasa syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat
dan hidayahNya penulis bisa tetap bersemangat dan menyelesaikan makalah dengan judul
Distokia pada Babi. Makalah ini dibuat untuk memperdalam pengetahuan mahasiswa
dalam menempuh mata kuliah Kebidanan, Kemajiran dan Gangguan Reproduksi.
Tak lupa kami ucapkan terima kasih kepada dosen Kebidanan, Kemajiran dan
Gangguan Reproduksi yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Penyusun
juga mengucapkan terima kasih kepada kolegakolega mahasiswa yang telah memberi
kontribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan ini penulis menemui banyak hambatan dan kendala. Namun,
berkat semangat kerja yang tak kenal lelah serta bantuan dari beberapa pihak, penulis dapat
mengatasi hambatan dan kendala tersebut dengan baik. Ucapan terima kasih patut kami
sampaikan kepada pihakpihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh
karena itu penulis membuka diri untuk segala saran dan kritik yang membangun. Akhirnya,
semoga makalah ini dapat menambah wawasan dan memberi manfaat.
ii
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Distokia merupakan kondisi dimana pada tahap pertama, atau terutama pada
tahap kedua, proses kelahiran sangat panjang, sulit atau tidak mungkin dilaksanakan
oleh induk hewan tanpa bantuan manusia. Distokia berasal dari kata distokia
(yunani) yang berarti kesulitan kelahiran.
Lawan kata distokia
atau kombinasi 4P (pelvis, passenger, power, dan plasenta) (Benson dan Pernoll,
2009).
Kelainan panggul yang paling umum berkaitan dengan distokia adalah ukuran
atau konfigurasi tulang, kelainan jaringan lunak jalan lahir (misal: kelainan
kongenital, luka perut jalan lahir, pelekatan ostium serviks eksterna, kondilomata
akuminata masif) dan neoplasia organ reproduksi lainnya (misal: karsinoma serviks,
kista ovarium, leiomyoma uteri), termasuk kandung kemih atau usus yang meregang
(Benson dan Pernoll, 2009).
Kelainan passenger (penumpang) (distokia janin) meliputi ukuran janin
yang terlalu besar, malposisi (misal: sungsang, letak lintang), kelainan kongenital
(misal: malpresentasi, kembar mengunci-janin A sungsang, janin B presentasi vertex)
(Benson dan Pernoll, 2009).
Distokia uteri (yaitu aktivitas uterus tidak menghasilkan kemajuan persalinan
yang normal) dimasukkan sebagai kelainan tenaga (power). Biasanya distokia uteri
meliputi hipertonik, hipotonik atau aktivitas uterus yang tidak terkordinasi, meskipun
kurangnya mengejan volunter kala dua persalinan juga dapat menghambat pelahiran
(Benson dan Pernoll, 2009).
Letak plasenta abnormal (misal: plasenta previa atau plasenta rendah di
posterior) mengurangi kapasitas pelvis karena letaknya yang berada di atas
promontorium sacrum (Benson dan Pernoll, 2009).
2.2. Kebuntingan pada Babi
Masa kebuntingan pada babi berkisar antara 111 sampai 117 hari dengan ratarata 114 hari. Lama kebuntingan ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu : umur
induk, jumlah anak dan keragaman genetic. Jumlah anak bervariasi menurut individu
hewan maupun selang kelahiran pada babi yang sama. Makin sering melahirkan,
makin banyak pula jumlah anak dan biasanya lama kebuntingan lebih pendek.
Jumlah anak yang tertinggi tejadi pada kelahiran ke 5 sampai 7, kemudian menurun
lagi. Perbedaan lama kebuntingan antar bangsa babi rata-rata 3 hari. Keragaman
genetic ( heritability ), menyebabkan periode kebuntingan pada babi di dalam satu
bangsa sekitar 30 %.
Tidak timbulnya kembali estrus merupakan satu-satunya tanda yang praktis
dalam menentukan kebuntingan pada babi, karena uji biologic dan kimiawi yang
memuaskan belum ditemukan, sedangkan kondisi anatomic tidak memungkinkan
dilakukannya palpasi rektal. Akan tetapi berhentinya estrus tidak selalu menjamin
telah terjadinya kebuntingan, disamping itu tanda tanda estrus dapat pula terjadi
selama kebuntingan muda.
Perubahan histologic dari epitel vagina yang diambil secara biopsy dari hari
ke 21 sampai 90 masa kebuntingan, memperlihatkan adanya 2 atau 3 lapis sel sel
epitel. Hal ini mungkin merupakan suatu indikasi telah terjadinya proses
kebuntingan.
Tanda-tanda kelahiran pada babi umumnya hanya didasarkan pada
pembesaran kelenjar susu dan pembengkakan atau oedema dari vulvanya. Pada babi
yang sudah sering kali beranak tanda tanda ini tidak begitu jelas. (skripsi)
Kelahiran biasanya berlangsung 1 12 jam. Akan tetapi perlu diketahui
bahwa kelahiran yang normal terdiri dari 3 tingkat ( stadium ) yaitu stadium
persiapan, stadium pembukaan dan stadium pelepasan.
1. Stadium persiapan
Pada minggu minggu terakhir sebelum melahirkan timbul gejala
gejala sebagai berikut :
a. Ikatan rahim menjadi kendor dan turun letaknya.
b. Sisi badan menjadi cekung dan pinggangnya turun ke bawah,
karena jaringan pengikat menjadi elastis.
c. Bibir kemaluan merah, membesar
d. Ambing menjadi tegang dan berisi susu, dan puting menunjukkan
warna kebiruan yang menunjukkan anak akan lahir.
e. Induk bersiap siap untuk membuat sarang.
2. Stadium pembukaan
Pada saat ini rahim mulai berkontraksi ( mengerut ). Hal ini tidak
nampak dari luar, yang bisa dilihat hanya tingkah lukanya saja. Dimana babi
nampak gelisah, tidur berdiri berulang kali, memukul mukulkan ekornya,
mengentak entakkan kaki dan sering kencing (skripsi). Pada stadium ini ditandai
oleh intensitas kontraksi dari muskulatur uterus. Karena kontraksi dimulai dari
ujung kranial uterus ( apeks kornua ), maka isi kandungan terdesak ke arah
cerviks, hal ini menyebabkan cairan alantois dan amnion yang berada dalam
membrana allantois dan amnion akan menyusup ke dalam lumen cerviks. Cerviks
yang telah merelaks atas pengaruh hormon relaksin, sedikit demi sedikit akan
terbuka. Sesuai dengan berjalannya waktu, maka kontraksi berlangsung makin
kuat. Pada babi stadium ini dapat berlangsung 2 sampai 12 jam. Hal ini
disebabkan oleh karena jumlah anak babi pada umumnya banyak, hingga rotasi
bagi semua anak dalam kandungan memerlukan banyak waktu. Akhir dari
stadium ini adalah cerviks, vagina dan vulva merupakan suatu saluran yang tidak
jelas batas-batasnya. Dari luar akan nampak penyembulan membrana allantois.
Membrana allantois akan pecah dan mulailah cairan allantois mengalir keluar.
Sementara itu kantong amnion yang berisi fetus telah pula masuk ke dalam pelvis
dan menyembul sedikit dari celah vulva. Jika kontraksi iterus berjalan terus,
kepala dan kedua kaki depan fetus masuk ke dalam ruang pelvis, maka terjadilah
rangsangan ke pusat dan sumsum tulang punggung yang diteruskan berupa refleks
ke urat daging perut dan urat daging diafragma. Apabila urat daging perut dan
difragma mulai berkontraksi bersama sama dengan kontraksi urat daging uterus,
maka selesailah stadium ini dan proses kelahiran masuk ke dalam stadium
pengeluaran fetus.
3. Stadium pengeluaran fetus
Setelah melewati stadium pembukaan dan karena bantuan dari pada
kontraksi rahim beserta kejangnya daging perut, maka janin mulai keluar. Dengan
perejanan yang berangsur angsur menjadi kerap dan kuat, fetus di dalam jalan
kelahiran didorong kuat untuk keluar. Mula mula kantong amnion pecah, cairan
amnion yang licin ini mempermudah fetus untuk meluncur melalui jalan kelahiran
yang sangat sempit itu. Tali pusar yang menghubungan antara plasenta dan fetus
segera putus. Setelah fetus keluar, beberapa detik kemudian individu baru tersebut
akan berusaha berdiri dan berjalan. Sementara induk berbaring tenang, kantong
amnion dan allantois keluar perlahan lahan beberapa menit setelah fetus
dilahirkan.
Fetus dalam kandungan mendapat suplai oksigen dari aliran darah
induk. Karena tali pusar putus pada waktu lahir, maka praktis suplai oksigen
tersebut pun akan terputus. Dengan demikian paru paru segera bekerja untuk
mendapat oksigen. Jika suplai oksigen ini terlambat, atau sama sekali terhambat,
maka meskipun fetus lahir dalam keadaan hidup yang ditandai oleh pergerakan
badannya, dapat mati seara tiba- tiba dalam waktu relatif singkat.
Babi yang akan melahirkan, biasanya berputar putar dalam kandang
dan mencari tempat yang dianggap dapat mengurangi penderitannya, kemudian
berbaring. Babi yang akan melahirkan, biasanya berputar putar dalam kandang
dan mencari tempat yang dianggap dapat mengurangi penderitannya, kemudian
berbaring.
Setelah anak pertama berjalan membentur bentur badan induknya
maka biasanya ia dapat menemukan puting susu dan mulai menyusu, kemudian
kantong allantois yang kedua menyembul keluar vulva dan selanjutnya proses
kelahiran anak yang kedua berlangsung seperti anak yang pertama. Ada kalanya
setelah anak yang kelima lahir, induk babi bergeser sedikit atau berpindah tempat,
tetapi pada umumnya tetap pada tempatnya hingga kantong allantois dan amnion
bertumpuk di bawah vulva. Plasenta fetalis tersebut kemudian dimakan oleh
induknya.
Mengenai pergiliran kelahiran, ada pendapat yang mengatakan bahwa
fetus yang lahir pada umumnya bergantian menurut urutan di dalam kornua uteri.
Jika seekor anak dari kornua kanan telah lahir, maka kornua kiri yang akan
mendapat giliran. Tetapi ada kalanya fetus yang terletak lebih jauh dari cerviks
dapat mendahului fetus yang berada dekat cerviks yang semestinya lahir terlebih
dahulu.Hal ini dapat menyebabkan terjadinya peristiwa distokia akibat
penyumbatan,dimana dua fetus berusaha lahir secara bersamaan sedangkan jalan
kelahiran tidak cukup luas untuk dapat di lewati oleh dua fetus sekaligus.Kedua
[endapat itu mungkin benar,seab ada kalanya salah satu fetus dalam keadaan mati
yang kebetulan berada di dekat cerviks,sedangkan beberapa fetus yang hidup
berada di belakangnya.Hal ini dapat diketahui apabila kelahiran dilakukan dengan
jalan pembedahan.Dalam keadaan ini kelahiran memakan waktu yang lama
karena fetuus lain yang masih hidup tidak dapat mendorong fetus yang mati.
Namun ada kalanya fetus yang mati ini dilewati dan lahir paling belakang,setelah
semua fetus dilahirkan.
4. Stadium pengeluaran plasenta
Setelah fetus lahir,uterus masih tetap berkontraksi meski tidak sehebat
waktu mengeluarkan fetus dan juga tidak di sertai dengan kontraksi urat daging
perut dan diafragma.Kontraksi ini akan melepaskan plasenta anakn dari
endometrium.Volume uterus berangsur-angsur menjadi kecil,Pengeluaran volume
dan konsentrasi ini menyebabkan kripta kripta endmetrium tempat bertautnya vili
vili anak,menjadi dangkal.Vili vili plasenta terlepas dan plasenta lebih mendekati
cerviks.Sisa sisa plasenta dan tali pusar
merupakan beban yang cukup berat untuk menarik plasenta keluar dari uterus.
Hormon-hormon yang memegang peranan dalam mengeluarkan
plasenta dari uterus adalah estrogen dan oksitosin.Hormo-hormon ini memacu
uterus untuk berkontraksi. Disamping itu oksitosin juga membantu turunanya air
susu (milk let down) dari alveoli ke dlam saluran susu,dimana aktifitas isapan
puting susu oleh anak membawa efek disekresikannya oksitosin. Setelah plasenta
dikeluarkan,cerviks mulai mengeluarkan lendir yang banyak mengandung
leucosit,cukup kental dan merupakan sumbat yang baik bagi servicks.
menghasilkan foetus yang definitif. Sebab-sebab langsung, dibagi menjadi sebabsebab maternal
Saluran pernapasan
Saluran pernapasan merupakan jalan termudah bagi mikroorganisme infeksius.
Mikroorganisme terhirup melalui hidung atau mulut dalam bentuk partikel debu.
Penyakit yang muncul umumnya adalah pneumonia, campak, tuberculosis, dan
cacar air (Harr, 2002).
a. Saluran pencernaan
Mikroorganisme dapat memasuki saluran pencernaan melalui bahan makanan atau
minuman dan dapat pula melalui jari-jari tangan yang terkontaminasi
mikroorganisme patogen. Mayoritas mikroorganisme tersebut akan dihancurkan
oleh asam klorida (HCL) dan enzim-enzim di lambung atau oleh empedu dan
enzim di usus halus. Mikroorganisme yang bertahan dapat menimbulkan penyakit.
Misalnya, demam tifoid, disentri amoeba, hepatitis A, dan kolera. Patogen ini
selanjutnya dikeluarkan malalui feses dan dapat ditransmisikan ke inang lainnya
melalui air, makanan atau jari-jari tangan yang terkontaminasi (Campbell, 2000).
b. Kulit
Kulit sangat penting sebagai pertahanan terhadap penyakit. Kulit yang tidak
mengalami perlukaan tidak dapat dipenetrasi oleh mayoritas mikroorganisme.
Beberapa mikroorganisme memasuki tubuh melalui daerah terbuka pada kulit,
folikel rambut, maupun kantung kelenjar keringat. Mikroorganisme lain
memasuki tubuh inang pada saat berada di jaringan bawah kulit atau melalui
penetrasi atau perlukaan membran mukosa. Rute ini disebut dengan rute
parenteral. Suntikan, gigitan, potongan, luka, atau pembedahan dapat membuka
rute infeksi parenteral (Pelczar, 2000).
c. Rongga mulut
10
Pada permukaan rongga mulut terdapat banyak koloni mikroorganisme. Salah satu
penyakit
yang
umum
terdapat
pada
rongga
mulut
akibat
kolonisasi
11
berdasarkan
sifat
7
12
kerusakan otak, organ reproduksi wanita, bahkan yang sedang hamil dapat
mengalami keguguran. Satwa yang dapat menularkan bakteri Salmonella ini
antara lain primata, iguana, ular, dan burung. Penularan dari bakteri
Salmonella sp. yaitu melalui makanan yang erat kaitannya dengan perjamuan
makanan (Campbell, 2000).
3. Colostridium perfringens
Ciri-ciri dari bakteri Colostridium perfringens yaitu batang gram
positif, berkapsul, sporanya ovoid (melonjong), sentral sampai eksentrik,
anaerobic, menghasilkan eksotoksin, dan menyebabkan kelemayuh (suatu
infeksi jaringan disertai gelembung gas dan keluarnya nanah) (Sacher, 2004).
8
13
14
adalah cara satu-satunya untuk membuat diagnosis sifilis primer yang pasti
(Campbell, 2000).
Sampai saat ini tidak ada vaksin terhadap sifilis. Untuk perseorangan
penggunaan kondom sangat efektif. Untuk masyarakat, cara utama
pencegahan sifilis ialah melalui pengendalian yang meliputi pemeriksaan
serologis dan pengobatan penderita. Sifilis bawaan dapat dicegah dengan
perawatan prenatal (sebelum kelahiran) yang semestinya (Hadioetomo,
2000).
10
13
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Patogenesis adalah mekanisme infeksi dan mekanisme perkembangan
penyakit. Infeksi merupakan invasi inang oleh mikroba yang memperbanyak dan
berasosiasi dengan jaringan inang. Bakteri dapat merusak sistem pertahanan inang
dimulai dari pernapasan, saluran pencernaan, kulit, dan rongga mulut.
15
11
DAFTAR PUSTAKA
Benson, Ralph C dan Pernoll Martin L. 2009. Buku Saku Obstetri & Ginekologi Edisi 9.
Jakarta: Penerbit Buku Kedoteran EGC. Hal 209.
DISTOKIA
Kondisi dimana pada tahap pertama, atau terutama pada tahap kedua, proses
kelahiran sgt panjang, sulit atau tidak mungkin dilaksanakan oleh induk hewan tanpa
bantuan manusia.
Berasal dari kata distokia (yunani) disulit toko kelahiran) bararti kesulitan kelahiran.
16