Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN

UJIAN KASUS MANDIRI


“COLOPEXY”

Oleh :
JOHANIE ULIARTHA FELLITA, S.KH
19830009

PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN


DEPARTEMEN BEDAH RADIOLOGI
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS WIJAYA KUSUMA SURABAYA
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Gangguan pada sistem pencernaan hewan merupakan salah satu hal yang
paling penting untuk diperhatikan karena berkaitan dengan pertumbuhan serta
perkembangan hewan. Pada gangguan sistem pencernaan yang sering dapat terjadi
salah satunya ialah prolapsus rektum. Prolapsus rektum adalah tonjolan keluar
jaringan rektum melalui anus. Hewan yang menderita gangguan pencernaan
seperti prolapsus rektum umumnya akan akan menunjukan dychezia dan tenesmus
terkait dengan penyakit radang usus besar. Prolaps yang terjadi dalam waktu lama
akan menyebabkan mukosa terbuka mengalami ulserasi atau nekrosis, kecuali
pada awal prolaps tidak ada tenesmus. Prolapsus umumnya terjadi pada hewan
muda dan tua karena konstipasi, endoparasit, diare, faktor keturunan, kehilangan
daya spincher ani dan pelonggaran selaput lendir rectum (Slatter, 2003).

Penyebab kejadian ini adalah proses pengejanan kuat yang terjadi saat proses
defekasi pada diare kronis, proses partus terutama pada kasus distokia juga dapat
menyebabkan prolaps rektum, penyebab lainnya adalah sembelit , urolithiasis,
obstruksi anus serta obstruksi vesica urinaria. Prolapsus rektum menyebabkan
terganggunya fungsi usus mengingat peranan penting usus dalam sistem
pencernaan dalam absorbsi air dan elektrolit serta sebagai saluran pembentuk
feses. Prolapsus rektum berulang dapat diatasi dan dicegah dengan operasi
colopexy. Colopexy merupakan tindakan operasi untuk melekatkan secara
permanen kolon descenden dengan dinding abdomen untuk mencegah prolaps
rectum (Fossum, 2002).

1.2 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana teknik dan prosedur operasi colopexy yang
benar pada kucing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etilologi

Prolaps rektum sering terjadi pada anjing atau kucing yang mengejan

secara terus menerus. Namun, ini mungkin terjadi lebih sering pada kucing karena

kelemahan anal mereka. Ini dapat terjadi pada semua umur, tetapi lebih sering

terjadi pada hewan muda.

2.2 Diagnosis

Cara membedakan antara prolaps rectum dan intususepsi, dilakukan

dengan memasukkan jari atau probe tumpul antara mukokutaneus anus dan usus

yang menonjol. Jika jari atau probe tumpul lewat dengan mudah, maka adanya

intususepsi dan bukan prolaps rektum.

2.3 Prognosis

Prognosisnya tergantung pada etiologi yang mendasari, keparahan. dan

durasi, derajat prolaps, kronisitas, dan apakah itu merupakan prolaps berulang.

Prolaps rektum akut mudah diobati, tetapi penyakit kronis mungkin memerlukan

waktu.

2.4 Colopexy

Colopexy sebagian besar dilakukan untuk pengobatan prolaps rektal kronis

dan hernia perineum. Bila jaringan rektum yang mengalami prolaps dianggap

layak dan beberapa upaya pengobatan dengan reduksi dan penempatan jahitan

purse-string tidak berhasil, colopexy diperlukan. Colopexy juga diindikasikan dan


dianggap sebagai pilihan pengobatan lini pertama ketika prolaps rektal berulang

tetapi tidak ada faktor predisposisi yang dapat diidentifikasi, atau jika dianggap

akibat kelemahan anus (Smeak, 2020).

Colopexy dilakukan untuk membuat tarikan permanen antara permukaan

serosal usus besar dan dinding abdomen untuk mencegah gerakan kolon dan

rektum. Colopexy paling sering digunakan untuk mencegah prolaps rektum

berulang. Teknik insisi dan noninsisi sama-sama efektif. Colopexy dapat

dilakukan secara laparoskopi menggunakan teknik serupa. Kemungkinan

komplikasi adalah infeksi akibat penetrasi jahitan lumen kolon

Masukkan kolon ke dinding perut, buat sayatan seromuskular sepanjang 3

hingga 5 cm di sepanjang batas antimesenterik kolon. Buat sayatan serupa 2

hingga 3 cm lateral ke linea alba melalui peritoneum dan otot yang mendasari

dinding perut kiri. Aplikasikan tepi insisi seromuskuler ke tepi insisi dinding

abdomen dengan dua garis jahitan menerus sederhana.


2.5 Perawatan

Penyebab prolaps dicegah kekambuhan. Enema retensi dari Kaopectate

atau opioid epidural dapat menghilangkan tenesmus pasca operasi selama

beberapa jam. Analgesik sistemik harus diberikan jika perlu. Diet rendah serat

harus diberikan saat jahitan purse-string . Jahitan purse-string umumnya dapat

dilepas 3 sampai 5 hari setelah dijahit. Obat pelunak tinja harus diberikan selama

2 hingga 3 minggu setelah dilakukanpenangananprolaps rectum.

2.6 Komplikasi

Kemungkinan komplikasi dari pengurangan jaringan prolapses rektum adalah

tenesmus, dyschezia, hematochezia, dan rekurensi. Komplikasi tambahan reseksi

termasuk perdarahan, kebocoran, stenosis dubur, infeksi, dehiscence, dan

inkontinensia fekal.

Proses Kesembuhan Luka

No Dokumentasi Keterangan
1 Hari ketiga luka insisi masih terlihat
basah dan bengkak
2 Hari keempat post operasi luka insisi
terlihat sedikit basah dan masih
bengkak.

3 Hari kelima post operasi luka insisi


masih terdapat kebengkakan dan
daerah insisi sedikit mengering.

4 Hari keenam luka insisi terlihat


menutup dan mongering,benang yang
lain sudah terlepas namun masih
terdapat kebengkakan.

5 Hari ketujuh luka mengering dan


masih terdapat kebengkakan.
6 Hari kedelapan luka insisi mengering
namun masih terdapat kebengkakan.

Pembahasan penyembuhan luka


Proses penyembuhan luka adalah salah satu hal terpenting dalam
pelaksanaan pasien pasca pembedahan yakni menyatukan kedua tepi luka
berdekatan dan saling berhadapan, jaringan yang dihasilkan sangat sedikit
biasanya dalam waktu 10 sampai 14 hari, repitalisasi secara normal sudah
sempurna dan biasanya hanya menyisahkan jaringan paruh tipis yang dengan
cepat memudar dengan warna merah muda menjadi putih (Morison, 2004).
Fase hemostasis terjadi sesaat setelah luka yang ditandai dengan
pembentukan agregasi trombosit. Proses ini diperlukan untuk menutup kerusakan
yang terjadi pada pembuluh darah. Fase berikutnya adalah inflamasi terjadi 1–4
hari setelah luka. Fase ini ditandai dengan infiltrasi sel neutrofil dan makrofag
pada jaringan luka. Sel makrofag akan mengeluarkan mediator inflamasi dan
enzim-enzim untuk memulai fase selanjutnya, yaitu fase proliferasi.
Fase proliferasi terjadi 4 sampai 21 hari setelah terjadinya luka, ditandai
dengan angiogenesis, deposisi kolagen, pembentukan jaringan granuloma,
kontraksi luka, dan epitelisasi. Fase yang terakhir adalah remodeling yang terjadi
21 hari sampai dengan 2 tahun setelah terjadi luka. Fase ini ditandai dengan
pembentukan jaringan baru yang telah utuh. Proses penyembuhan luka
dipengaruhi oleh faktor-faktor baik lokal maupun sistemik, salah satunya
perawatan luka, oleh karena itu perawatan luka yang baik akan mempercepat
proses penyembuhan luka dan juga pembentukan jaringan yang baik, (Rosa dkk.
2017).
Penyembuhan luka akut maupun kronis juga dapat menggunakan energi
dari lemak. Asam lemak, merupakan komponen khusus untuk proliferasi sel luka,
inflamasi luka, dan fungsi sel luka. Jadi apabila asupan diet mengandung kadar
tinggi monosaturated fatty acid dan omega 3 polyunsaturated fatty acid dapat
dikatakan ideal, karena komponen lipid responsibel pada pertumbuhan jaringan
dan penyembuhan luka termasuk proses produksi matriks ekstraselular dan
kolagen. Protein telah diketahui diperlukan untuk penyembuhan luka dan apabila
kekurangan akan menghambat penyembuhan baik luka akut maupun kronik.
Aktivitas penyembuhan luka diperankan oleh dipeptida dan polipeptida. Beberapa
asam amino seperti glutamin, leusin, arginin juga mempunyai aktivitas anabolic.
Mikronutrien diperlukan sebagai kofaktor dalam sintesis energi dan protein.
Apabila kebutuhan energi meningkat, kebutuhan mikronutrien juga meningkat.
Variasi jumlah dan peranan mikronutrien yang diperlukan ditentukan oleh besar
luka. Vitamin berfungsi sebagai stimulan awitan proses penyembuhan luka dan
epitelisasi serta deposisi fibroblas dari kolagen. Vitamin B kompleks dan vitamin
C, yaitu vitamin larut air yang perlu diberikan setiap hari. Glutamin dan arginin
adalah komponen lain yang juga diperlukan untuk aktivitas anabolik yaitu
memperbaiki sintesis protein.
BAB III

MATERI DAN METODE

3.1 Ambulatoir Pasien

Tanggal : 06 April 2021 No : 01


Nama Hewan : En Nama Pemilik : Johanie
Jenis Hewan : Domestik Alamat : Dukuh Kupang
Jenis Kelamin : Jantan No. Telp : 085817710539
Warna Bulu : Hitam putih
Umur : 7 bulan
Anamnesa : Nafsu makan, minum normal; urinasi dan defekasi normal

Pemeriksaan Fisik
Temperature : 38,1oC
Frek. Pulsus : 115 kali/menit
Frek Nafas : 35 kali/menit
Berat Badan : 2,4 kg
Kondisi Umum : Normal
Kulit Bulu : Normal
Membran Mukosa : Normal
Muskuloskeletal : Normal
Sistem Sirkulasi : Normal
Sistem Respirasi : Normal
Sistem Digesti : Normal
Diagnosis : -
Prognosis :-
Terapi :-
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan meliputi Benang Catgut chromic, Benang Silk,

Alkohol 70%, Betadine (Povidone Iodine), Larutan NaCl, Spuit 1 cc dan 3 cc,

Tampon, Ultrafix, Atropin sulfat, Acepromazine Maleate, Ketamine, Vicilline,

Cefotaxime Sodium, Tolfedine, asam mefenamat, amoxicillin, vitamin B dan C.

Alat yang digunakan meliputi Silet, Tali restrain, Handle Scalpel, Blade,

Gunting metzenbaum, Gunting tajam tumpul, Pinset anatomis, Pinset Chirurgis,

Arteri klem, Needle holder, Towel klem, Allis tissue forceps, Drape.

3.3 Terapi

Nama Obat Perhitungan Dosis Dosis Total Waktu


Atropin 0,02 ml/kg x 2,4 0,048 ml/SC premedikasi
Acepromacine 0,05ml/kg x 2,4 0,12 ml/SC premedikasi
Ketamine 0,2 ml/kg x 2,4 0,48 ml/SC anestesi
Cefotaxime
0,1 ml/kg x 2,4 0,24 ml/IM Post-operatif
Sodium
Tolfedin 0,1 ml/kg x 2,4 0,24ml/IM Post-operatif
Amoxycillin 25 mg/kg x 2,4 x 10 600 mg/PO Post-operatif
Asam mefenamat 15 mg/kg x 2,4 x 10 360 mg/PO Post-operatif
Vitamin C 1/5 tab x 10 2 tab/PO Post-operatif
Vitamin B 1/5 tab x 10 2 tab/PO Post-operatif

drh. Johanie
Jl. Dukuh Kupang Barat IX No. 15 Surabaya
Telp : 085817710539
SIP : 19830015

Surabaya, 06 April 2021

Resep Obat Post Operasi


 Obat Oral
R/ Amoxycillin 60,0 mg

Asam Mefenamat 36,0 mg

Vitamin C 1/5 tab

Vitamin B 1/5 tab

m.f.l.a. pulv. da in caps td No. X


 Obat Luar

drh. Johanie
Jl. Dukuh Kupang Barat IX No. 15 Surabaya
Telp : 085817710539
SIP : 19830015

Surabaya, 06 April 2021

R/ Povidone Iodine 10% fl 10 ml

No.I

Su.e

BAB IV

PEMBAHASAN
Prolapsus rektum merupakan suatu kondisi keluarnya satu atau lebih

lapisan rektum melalui orificium ani. Prolapsus rektum merupakan konsekuensi

dari gangguan mengejan yang parah atau persisten. Prolapsus umumnya

disebabkan karena konstipasi, parasit, dan diare. Selain itu, faktor keturunan,

kehilangan daya spinchter ani, pelonggaran selaput lendir rektum, pelonggaran

antara rektum dengan jaringan perineal, gangguan digesti lainnya (tenesmus,

gangguan prostat, dan saluran urinaria bagian bawah yang terjadi terus-menerus)

dapat menjadi faktor penyebab terjadinya prolapsus pada hewan muda

(Monsang,et al., 2014; Jattennavar,et al., 2010). Prolapsus pada rektum ini dapat

terjadi secara parsial maupun komplit, tergantung dari strukturnya yang terlibat.

Prolapsus rektum parsial, hanya terjadi pengeluaran mukosa, sedangkan pada

prolapsus rektum komplit keluarnya semua lapisan mukosa. Prolapsus rektum

dapat terjadi baik pada hewan kecil maupun pada hewan besar dan tidak

tergantung dari jenis kelamin. Prolapsus rektum lebih banyak terjadi pada hewan

yang berumur muda. Hewan akan lebih mudah mengalami prolapsus rektum

apabila hewan tersebut menderita dyschezia dan tenesmus yang terjadi secara

terus menerus dalam waktu yang lama (Monsang,et al., 2014).

Muhadjir, dkk., (2019) menyatakan prolapsus rektum pada hewan dapat

ditangani dengan melakukan tindakan pembedahan maupun tanpa pembedahan.

Tindakan pembedahan yang dilakukan adalah dengan melakukan amputasi

rektum. Amputasi rektum dilakukan jika prolapsus sudah mengalami nekrosis.

Reposisi rektum dilakukan apabila prolapsus rektum masih dalam derajat ringan
dan bagian mukosa hanya mengalami sedikit kerusakan. Kasus ini ditangani

dengan teknik reposisi rektum karena prolapsus masih dalam derajat ringan dan

bagian mukosa hanya mengalami sedikit kerusakan. Melakukan tindakan

Colopexy, untuk melekatkan secara permanen permukaan serosa kolon dan

dinding abdomen sehingga mencegah  pergerakan kolon dan rectum. Tindakan ini

dilakukan ketika kucing terus menerus mengejan dan prolapsus rektum sering

terjadi pada kucing tersebut.

Pada pembedahan yang dilakukan yaitu menggunakan tindakan colopexy,

untuk melekatkan secara permanen permukaan serosa kolon dan dinding abdomen

sehingga mencegah  pergerakan kolon dan rectum. Tahapan sebelum melakukan

pembedahan, prosedur yang dilakukan yakni pasien diberikan obat premedikasi

dan anastesi. Pemberian premedikasi juga ditujukan untuk mendukung kerja dari

obat anestesi umum (Battaglia, 2001).

Premedikasi yang diberikan berupa kombinasi Atropine dan Acepromazin

melalui subcutan dengan dosis Atropin sebesar 0,048 ml dan Acepromazine 0,12

ml. Setelah itu biarkan obat bekerja selama 10 menit. Kemudian, ketamine

diberikan secara intramuscular sebesar 0,48 ml. Digunakannya Atropin sebagai

premedikasi anastesi dikarenakan Atropin merupakan antikolinergik dengan

fungsi utama mengurangi sekresi kelenjar saliva terutama bila dipakai obat

anestetik yang menimbulkan hipersekresi kelenjar saliva. Acepromazin maleat

bekerja menekan sistem saraf pusat termasuk pusat termoregulator dan pada

umumnya menguatkan kerja obat-obat anestetik, hipnotik dan sedatif analgesik

(Sardjana dan Kusumawati, 2004). Ketamin merupakan analgesik yang bekerja


kuat pada sistem saraf pusat melalui saraf simpatomimetik dan parasimpatolitik

(Pertiwi et al., 2004).

Ketika laparotomy sudah dilakukan, maka selanjutnya yaitu mencari dan

menemukan kolon dan kemudian mereposisikan kolon pada posisi yang benar

untuk dipertautkan dengan dinding abdomen. Ada 2 metode yang dapat

diterapkan dalam operasi Colopexy yaitu motode insisional dan metode non

insisional. Pada kucing en digunakan colopexy metode insisional. Metode

insisional adalah metode yang pada proses perlekatanya menggunakan proses

insisi pada permukaan dinding abdomen dan dinding kolon sebelum diberikan

jahian. Kolon dipertautkan dengan benang absorbable menggunakan pola jahitan

terputus sederhana sebanyak 4 jahitan. Setelah itu, membersihkan bekas jahitan

menggunakan cairan normal salin hingga dipastikan tidak ada endapan darah

disekitar abdomen. Sebelum menutup abdomen diberikan Viccillin. Viccillin

dapat diberikan secara perioperatif untuk mengurangi kejadian luka infeksi pasca

operasi pada pasien yang menjalani bedah abdominal atau bedah pelvic, dimana

mungkin timbul kontaminasi peritoneal. Menutup rongga abdomen kucing hitam

putih dimulai dengan menjahit linea alba dengan pola jahitan terputus sederhana.

Kemudian dilanjutkan menjahit lapisan subkutan dengan pola menerus sederhana.

Dan terakhir lapisan kulit menggunakan pola jahitan terputus sederhana.

Lama penyembuhan luka berdasarkan fase penyembuhan luka adalah fase

inflamasi (berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4), fase proliferasi

(berlangsung 3-24 hari), fase maturasi dimulai pada minggu ke-3 setelah

perlukaan dan memerlukan waktu lebih dari 1 tahun (Perry and Potter, 2006).
Setelah operasi dilakukan, kucing diinjeksi dengan antibiotik cefatoxime

sodium dengan dosis 0,24 ml dan antiinflamasi Tolfedin dengan dosis 0,24 ml.

Pada hari 1 post operasi kucing juga diberikan obat peroral berupa amoxicillin,

asam mefenamat, vitamin B dan vitamin C pada pagi dan sore dengan dosis

terlampir. Penggunaan antibiotika post operasi bertujuan untuk mencegah

terjadinya infeksi. Tolfedin dan asam mefenamat diberikan karena merupakan

antiinflamasi nonsteroid (NSAID). Vitamin berfungsi sebagai stimulan awitan

proses penyembuhan luka dan epitelisasi serta deposisi fibroblas dari kolagen

(Larry, et al., 2020).

BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Prolaps rektum adalah tonjolan atau keluarnya mukosa rektum dari anus

yang sering terjadi pada anjing atau kucing yang mengejan secara terus

menerus. . Ada tiga cara pembedahan prolapsus rektum yaitu reposisi rektum,

amputasi rektum dan colopexy. Colopexy merupakan tindakan untuk

penanganan prolapsus rectum yang berulang. Prosedur colopexy adalah

membuat perlekatan antara lapisan serosa dari kolon dengan dinding

abdomen. Pengobatan pasca operasi colopexy adalah dengan pemberian terapi

obat secara injeksi dan oral, antibiotik, serta pemberian pakan lunak untuk

mempercepat kesembuhan luka operasi pada kucing tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Battaglia, A. M. 2001. Small Animal Emergency and Critical Care : A Manual
For The Veterinary Technician. W. B. Saunders Company. USA.
Hedlund, Cheryl S. Johnson, Ann L. Schulz, Kurt S. Seim, Howard B. Willard,
Michael D. Bahr, Anne. Carrol, Gwendolyn L. 2007. Small Animal Surgery
3rd Edition. Texas: Mosby Elsevier
Larry, P., Tilley, Francis, W.K., and Smith, J. 2020. Panduan Praktik Veteriner
Anjing dan Kucing. EGC. Jakarta.
Muhadjir, I. M., Wandia, N., dan Anak, A.G.J.W. 2019. Laporan Kasus:
Prolapsus Rektum pada Kucing Persia Peaknose. Jurnal Indonesia
Medicus Veterinus. 8(5): 615-623.
Monsang, S.W., Singh, J., Madhu, D.N., Amarpal, A.M., Padwe, P., and
Kinjavdekar. 2014. SurgicalManagement of Recurrent Rectal Prolapse in
a Domestic Kitten (Felis catus) – CaseReport. Journal of Advanced
Veterinary Research. 4(3): 142-144.
Pertiwi, R.E., Widodo, S. dan Soehartono, R.H. 2004. Perbandingan Gambaran
Klinis Antara Kombinasi Atropin Sulfat – Xylazine – Ketamine dan
Kombinasi Atropin Sulfat –Midazolam – Ketamin pada Kucing. Jurnal
Forum Pascasarjana Volume 27 Nomor 2 April 2004: 123–134
Plunkett, Signe J. 2000. Emergency Procedures For The Small Animal
Veterinarian 2nd Edition. Phoenix, Arizona: W. B. Saunders Company
 Potter, dan Perry, A.G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep
Proses, Dan Praktik, edisi 4Volume.2. EGC. Jakarta.
Jattennavar, P.S, and Kalmath, G.P. 2010. Complete Rectal Prolapse in a Puppy-
A Case Report.Indian J.Anim Res. 44(3): 222-223.
Sardjana, I.K.W., dan Kusmawati. 2004. Anestesi Veteriner Jilid I.UGM Press.
Yogyakarta.
Smeak, D. D. 2020. Colopexy. Department of Clinical Sciences, College of
Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Colorado State University,
Fort Collins, CO, USA

Anda mungkin juga menyukai