Oleh :
JOHANIE ULIARTHA FELLITA, S.KH
19830009
Penyebab kejadian ini adalah proses pengejanan kuat yang terjadi saat proses
defekasi pada diare kronis, proses partus terutama pada kasus distokia juga dapat
menyebabkan prolaps rektum, penyebab lainnya adalah sembelit , urolithiasis,
obstruksi anus serta obstruksi vesica urinaria. Prolapsus rektum menyebabkan
terganggunya fungsi usus mengingat peranan penting usus dalam sistem
pencernaan dalam absorbsi air dan elektrolit serta sebagai saluran pembentuk
feses. Prolapsus rektum berulang dapat diatasi dan dicegah dengan operasi
colopexy. Colopexy merupakan tindakan operasi untuk melekatkan secara
permanen kolon descenden dengan dinding abdomen untuk mencegah prolaps
rectum (Fossum, 2002).
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana teknik dan prosedur operasi colopexy yang
benar pada kucing.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Etilologi
Prolaps rektum sering terjadi pada anjing atau kucing yang mengejan
secara terus menerus. Namun, ini mungkin terjadi lebih sering pada kucing karena
kelemahan anal mereka. Ini dapat terjadi pada semua umur, tetapi lebih sering
2.2 Diagnosis
dengan memasukkan jari atau probe tumpul antara mukokutaneus anus dan usus
yang menonjol. Jika jari atau probe tumpul lewat dengan mudah, maka adanya
2.3 Prognosis
durasi, derajat prolaps, kronisitas, dan apakah itu merupakan prolaps berulang.
Prolaps rektum akut mudah diobati, tetapi penyakit kronis mungkin memerlukan
waktu.
2.4 Colopexy
dan hernia perineum. Bila jaringan rektum yang mengalami prolaps dianggap
layak dan beberapa upaya pengobatan dengan reduksi dan penempatan jahitan
tetapi tidak ada faktor predisposisi yang dapat diidentifikasi, atau jika dianggap
serosal usus besar dan dinding abdomen untuk mencegah gerakan kolon dan
hingga 3 cm lateral ke linea alba melalui peritoneum dan otot yang mendasari
dinding perut kiri. Aplikasikan tepi insisi seromuskuler ke tepi insisi dinding
beberapa jam. Analgesik sistemik harus diberikan jika perlu. Diet rendah serat
dilepas 3 sampai 5 hari setelah dijahit. Obat pelunak tinja harus diberikan selama
2.6 Komplikasi
inkontinensia fekal.
No Dokumentasi Keterangan
1 Hari ketiga luka insisi masih terlihat
basah dan bengkak
2 Hari keempat post operasi luka insisi
terlihat sedikit basah dan masih
bengkak.
Pemeriksaan Fisik
Temperature : 38,1oC
Frek. Pulsus : 115 kali/menit
Frek Nafas : 35 kali/menit
Berat Badan : 2,4 kg
Kondisi Umum : Normal
Kulit Bulu : Normal
Membran Mukosa : Normal
Muskuloskeletal : Normal
Sistem Sirkulasi : Normal
Sistem Respirasi : Normal
Sistem Digesti : Normal
Diagnosis : -
Prognosis :-
Terapi :-
3.2 Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan meliputi Benang Catgut chromic, Benang Silk,
Alkohol 70%, Betadine (Povidone Iodine), Larutan NaCl, Spuit 1 cc dan 3 cc,
Alat yang digunakan meliputi Silet, Tali restrain, Handle Scalpel, Blade,
Arteri klem, Needle holder, Towel klem, Allis tissue forceps, Drape.
3.3 Terapi
drh. Johanie
Jl. Dukuh Kupang Barat IX No. 15 Surabaya
Telp : 085817710539
SIP : 19830015
drh. Johanie
Jl. Dukuh Kupang Barat IX No. 15 Surabaya
Telp : 085817710539
SIP : 19830015
No.I
Su.e
BAB IV
PEMBAHASAN
Prolapsus rektum merupakan suatu kondisi keluarnya satu atau lebih
disebabkan karena konstipasi, parasit, dan diare. Selain itu, faktor keturunan,
gangguan prostat, dan saluran urinaria bagian bawah yang terjadi terus-menerus)
(Monsang,et al., 2014; Jattennavar,et al., 2010). Prolapsus pada rektum ini dapat
terjadi secara parsial maupun komplit, tergantung dari strukturnya yang terlibat.
dapat terjadi baik pada hewan kecil maupun pada hewan besar dan tidak
tergantung dari jenis kelamin. Prolapsus rektum lebih banyak terjadi pada hewan
yang berumur muda. Hewan akan lebih mudah mengalami prolapsus rektum
apabila hewan tersebut menderita dyschezia dan tenesmus yang terjadi secara
Reposisi rektum dilakukan apabila prolapsus rektum masih dalam derajat ringan
dan bagian mukosa hanya mengalami sedikit kerusakan. Kasus ini ditangani
dengan teknik reposisi rektum karena prolapsus masih dalam derajat ringan dan
dinding abdomen sehingga mencegah pergerakan kolon dan rectum. Tindakan ini
dilakukan ketika kucing terus menerus mengejan dan prolapsus rektum sering
untuk melekatkan secara permanen permukaan serosa kolon dan dinding abdomen
dan anastesi. Pemberian premedikasi juga ditujukan untuk mendukung kerja dari
melalui subcutan dengan dosis Atropin sebesar 0,048 ml dan Acepromazine 0,12
ml. Setelah itu biarkan obat bekerja selama 10 menit. Kemudian, ketamine
fungsi utama mengurangi sekresi kelenjar saliva terutama bila dipakai obat
bekerja menekan sistem saraf pusat termasuk pusat termoregulator dan pada
menemukan kolon dan kemudian mereposisikan kolon pada posisi yang benar
diterapkan dalam operasi Colopexy yaitu motode insisional dan metode non
insisi pada permukaan dinding abdomen dan dinding kolon sebelum diberikan
menggunakan cairan normal salin hingga dipastikan tidak ada endapan darah
dapat diberikan secara perioperatif untuk mengurangi kejadian luka infeksi pasca
operasi pada pasien yang menjalani bedah abdominal atau bedah pelvic, dimana
putih dimulai dengan menjahit linea alba dengan pola jahitan terputus sederhana.
inflamasi (berlangsung sampai hari ke-3 atau hari ke-4), fase proliferasi
(berlangsung 3-24 hari), fase maturasi dimulai pada minggu ke-3 setelah
perlukaan dan memerlukan waktu lebih dari 1 tahun (Perry and Potter, 2006).
Setelah operasi dilakukan, kucing diinjeksi dengan antibiotik cefatoxime
sodium dengan dosis 0,24 ml dan antiinflamasi Tolfedin dengan dosis 0,24 ml.
Pada hari 1 post operasi kucing juga diberikan obat peroral berupa amoxicillin,
asam mefenamat, vitamin B dan vitamin C pada pagi dan sore dengan dosis
proses penyembuhan luka dan epitelisasi serta deposisi fibroblas dari kolagen
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Prolaps rektum adalah tonjolan atau keluarnya mukosa rektum dari anus
yang sering terjadi pada anjing atau kucing yang mengejan secara terus
menerus. . Ada tiga cara pembedahan prolapsus rektum yaitu reposisi rektum,
obat secara injeksi dan oral, antibiotik, serta pemberian pakan lunak untuk
DAFTAR PUSTAKA
Battaglia, A. M. 2001. Small Animal Emergency and Critical Care : A Manual
For The Veterinary Technician. W. B. Saunders Company. USA.
Hedlund, Cheryl S. Johnson, Ann L. Schulz, Kurt S. Seim, Howard B. Willard,
Michael D. Bahr, Anne. Carrol, Gwendolyn L. 2007. Small Animal Surgery
3rd Edition. Texas: Mosby Elsevier
Larry, P., Tilley, Francis, W.K., and Smith, J. 2020. Panduan Praktik Veteriner
Anjing dan Kucing. EGC. Jakarta.
Muhadjir, I. M., Wandia, N., dan Anak, A.G.J.W. 2019. Laporan Kasus:
Prolapsus Rektum pada Kucing Persia Peaknose. Jurnal Indonesia
Medicus Veterinus. 8(5): 615-623.
Monsang, S.W., Singh, J., Madhu, D.N., Amarpal, A.M., Padwe, P., and
Kinjavdekar. 2014. SurgicalManagement of Recurrent Rectal Prolapse in
a Domestic Kitten (Felis catus) – CaseReport. Journal of Advanced
Veterinary Research. 4(3): 142-144.
Pertiwi, R.E., Widodo, S. dan Soehartono, R.H. 2004. Perbandingan Gambaran
Klinis Antara Kombinasi Atropin Sulfat – Xylazine – Ketamine dan
Kombinasi Atropin Sulfat –Midazolam – Ketamin pada Kucing. Jurnal
Forum Pascasarjana Volume 27 Nomor 2 April 2004: 123–134
Plunkett, Signe J. 2000. Emergency Procedures For The Small Animal
Veterinarian 2nd Edition. Phoenix, Arizona: W. B. Saunders Company
Potter, dan Perry, A.G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep
Proses, Dan Praktik, edisi 4Volume.2. EGC. Jakarta.
Jattennavar, P.S, and Kalmath, G.P. 2010. Complete Rectal Prolapse in a Puppy-
A Case Report.Indian J.Anim Res. 44(3): 222-223.
Sardjana, I.K.W., dan Kusmawati. 2004. Anestesi Veteriner Jilid I.UGM Press.
Yogyakarta.
Smeak, D. D. 2020. Colopexy. Department of Clinical Sciences, College of
Veterinary Medicine and Biomedical Sciences, Colorado State University,
Fort Collins, CO, USA