Anda di halaman 1dari 6

DIKSI (ANAPLASMOSIS)

1. Signalement
Hewan anjing bernama Diksi, ras Lokal berwarna hitam, berumur 1,5 tahun dengan berat
badan 2 kg. Pemilik dari anjing ini bernama Damar yang beralamat di Jalan waturenggong.

Gambar 1. Hewan Kasus


2. Anamnesis
Menurut pemilik anjing mengalami lemas kurang lebih 1 minggu dan tidak nafsu makan,
dan pada tubuh anjing banyak ditemukan caplak. Sistem pemeliharaannya dengan cara dilepas di
pekarangan rumah. Anjing sudah pernah di vaksin dan sudah di berikan obat cacing, pakan yang
diberikan berupa nasi di campur ayam.
3. Pemeriksaan fisik
No JenisPemeriksaan Keterangan
1 Kulit dan Kuku Normal
2 Anggota Gerak Normal
3 Muskuloskeletal Normal
4 Syaraf Normal
5 Sirkulasi Tidak Normal
6 Urogenital Normal
7 Respirasi Normal
8 Pencernaan Normal
9 Mukosa Normal
10 Limfonodus Normal

Berdasarkan pemeriksaan secara klinis atau fisik, diperoleh data untuk anjing Diksi yaitu
suhu tubuhnya 37,5oC, frekwensi pulsus 108 kali/menit, frekuensi denyut jantung 108 kali/menit,
frekuensi respirasi 24 kali/menit, capillary refill time (CRT) lebih dari 2 detik. Postur tubuh
normal, anjing terlihat lemas tetapi anjing selalu menggaruk-garuk di bagian badannya, turgor
lambat kembali dan terdapat caplak di bagian tubuh anjing.

4. Uji Laboratorium

Pada saat dilakukan pengujian, sampel berupa darah di ambil menggunakan spuit
selanjutnya dilakukan ulas darah tipis. Kemudian diamati dibawah mikroskop dan ditemukan
parasit darah anaplasma.

Gambar 2. Hasil ulas darah tipis pada anjing kasus

6. Pemeriksaan Laboratorium

a. Pemeriksaan Hematologi
Sebagai pemeriksaan penunjang dalam mendiagnosa kejadian kasus pada anjing Diksi
dilakukan pemeriksaan hematologi untuk membantu dalam menentukan diagnosa.
Tabel 1. Hasil Pemeriksaan Hematologi
Parameter Normal Hasil Keterangan
WBC 6,0-15,0 (10^9/L) 22.8 (10^9/L) Meningkat
Limposit 1,0-4,8 (10^9/L) 5.5 (10^9/L) Meningkat
Mid 0.3-1.5 (10^9/L) 2.6 (10^9/L) Meningkat
RBC 5,00-8,50 (10^12/L) 1,20 (10^12/L) Rendah
HGB 12,0-18,0 (g/dL) 3,2 (g/dL) Rendah
MCH 14,0-25,0 pg 26,9 pg Meningkat
MCHC 31,0-36,0 g/dL 61,4 g/dL Meningkat
HCT 37,0-55,0% 5,3 % Normal
PLT 160-625 (10^9/L) 73 (10^9/L) Rendah

Dari hasil uji hematologi lengkap yang telah dilakukan, diperoleh hasil, yaitu hewan kasus
mengalami leukositosis karena nilai WBC yang ditunjukkan pada hasil uji mengalami peningkatan
dari nilai normal dan mengalami limfositosis karena nilai limfosit meningkat dari normalnya. Serta
mengalami anemia makrositik hiperkromik, dilihat dari nilai RBC rendah, MCHC dan MCH
meningkat dari normalnya dan trombostopenia dilihat dari penurunan PLT
7. Identifikasi masalah

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang teramati yaitu anjing tampak lemas, terdapat bercak
darah pada kedua lubang hidung, adanya manefestasi caplak pada tubuh, hewan menggalami
pruritus. Hasil pemeriksaan ulas darah tipis ditemukan bakteri anaplasma sp. Dari hasil
pemeriksaan laboratorium di temukan kelainan berupa RBC rendah yaitu 1.20 (10^12/L), HGB
rendah 3,2 (g/dL), dan PLT rendah 73 (10^9/L).

8. Problem List

Masalah utama yang terjadi pada kasus ini adalah pada system sirkulasi yaitu terdapat
bekas darah pada kedua lubang hidung yang diduga mimisan/epitaksis. Menurut Eberts et al.
(2011), pada anjing,infeksi polimikrobial merupakan faktor penting untuk dipertimbangkan secara
diagnostik ketika memeriksa penyebab epistaksis. Epistaksis adalah sindrom klinis yang dapat
dikaitkan dengan infeksi A. phagocytophilum.

Dari hasil anamnesa di temukan caplak pada tubuh anjing dari jenis caplak Rhipichepalus
yang dapat membuat hewan merasa tidak nyaman akibat senyawa yang dikeluarkan oleh caplak
yang membuat hewan dapat mengalami rasa gatal. Caplak Rhipichepalus dapat berperan sebagai
vektor penyakit anaplasmosis (Kelly et al., 2013).

Hasil pemeriksaan ulas darah tipis ditemukan bakteri Anaplasma sp. Anaplasmosis
merupakan penyakit yang disebabkan oleh Anaplasma sp. yang dapat bersifat akut dan kronis yang
ditandai dengan adanya demam, anemia, ikterus dan kekurusan tanpa hemoglobinuria. Hewan
yang diserang oleh parasit ini adalah sapi, kerbau, unta, babi, domba, kambing, anjing dan hewan
liar (Rovid-Spickler, 2013).
Anaplasma sp. merupakan kelompok bakteri yang menyerang sel darah hewan domestik.
Sel darah yang diserang beragam, yaitu eritrosit, monosit, sel granulosit dan trombosit. Anaplasma
sp. merupakan parasit obligat intraseluler, bakteri Gram-negatif dan hidup di dalam sel darah
mamalia. Induk semangnya ialah sapi, kerbau, kambing, domba, anjing, kuda bahkan
manusia,sedangkan yang berperan sebagai inang antara dalam penyebaran bakteri ini ialah caplak
dari famili Ixodidae dan Amblyommidae (Khatat et al., 2017).

Anaplasma sp. masuk melalui gigitan caplak terinfeksi pada tubuh inang, kemudian masuk
ke dalam eritrosit melalui proses endositosis, dan terjadi pembelahan biner. Hasil pembelahan
dikeluarkan melalui permukaan sel dan bersifat menular pada eritrosit lainnya (Foley dan
Biberstein 2004). Seluruh stadium perkembangan caplak memiliki potensi menyebarkan
Anaplasma (Kocan et al. 2010).

Hematologi rutin berupa trombositopenia, serta adanya caplak pada anjing kasus
mengarahkan diagnosis kepada ehrlichiosis dan anaplasmosis. Hasil pemeriksaan hematologi rutin
menunjukkan kadar hemoglobin anjing kasus sedikit di bawah nilai normal, eosinofilia, dan
trombositopenia. Trombositopenia ditemukan pada lebih dari 80% anjing penderita anaplasmosis
(Alleman dan Wamsley, 2008; Rovid-Spickler, 2013).

9. Diagnosis

Berdasarkan pemeriksaan klinis dan pemeriksaan laboratorium dapat disimpulkan bahwa


anjing lokal bernama Diksi di diagnosa terkena penyakit parasit darah Anaplasmosis.

10. Prognosa

Prognosis dari kasus ini adalah dubius.

11. Terapi

Untuk penanganan ektoparasit dilakukan pengambilan caplak satu persatu pada tubuh
anjing, anjing dimandikan dengan menggunkan amitraz. Kemudian untuk penanganan parasit
darah, anjing diberikan antibiotik doxycycline (8 mg/kgBB, BID). Doxycycline merupakan obat
pilihan untuk mengobati anjing penderita anaplasmosis. Sebagian besar anjing menunjukkan
perbaikan klinis dalam 24-48 jam setelah pengobatan. Pada satu studi dilaporkan bahwa dua dari
delapan anjing yang terinfeksi membutuhkan hingga enam hari pengobatan tetrasiklin untuk
mengatasi tanda-tanda klinis (Carrade et al., 2009). Injeksi asam traneksamat 10mg/kgBB untuk
menghentikan epistaksis, dan diberikan terapi suportif berupa Livron B-pleks satu tablet per hari
selama 10 hari.

Resep :

R/ Doxycycycline 224 mg

Mfla da in caps no. XIV

S 2 d d cap I

R/ Livron B-pleks no. X

S 1 d d tab 1

R/ Asam traneksamat fls 100 ml No. I

Simm
Daftar Pustaka

Alleman AR, Wamsley HL. 2008. An update on anaplasmosis in dogs. Vet Medicine 103: 212-
222.

Beall MJ, Alleman AR, Breitschwerdt EB, Cohn LA, Couto CG, Dryden MW, Guptill LC, Iazbik
C, Kania SA, Lathan P, Little SE, Roy A, Sayler KA, Stillman BA, Welles EG, Wolfson
W, Yabsley MJ. 2012. Seroprevalence of Ehrlichia canis, Ehrlichia chaffeensis and
Ehrlichia ewingii in dogs in North America. Parasites and Vectors 5: 1–11.

Bhadesiya CM, Raval SK. 2015. Hematobiochemical changes in ehrlichiosis in dogs of Anand
region, Gujarat. Vet World 8: 713–717.

Carrade DD, Foley JE, Borjesson DL, Sykes JE. 2009. Canine Granulocytic Anaplasmosis: A
Review. J Vet Intern Med 23: 1129-1141.

Kelly PJ, Xu C, Lucas H, Loftis A, Abete J, Zeoli F, Stevens A, Jaegersen K, Ackerson K, Gessner
A, Kaltenboeck B, Wang C. 2013. Ehrlichiosis, Babesiosis, Anaplasmosis and
Hepatozoonosis in Dogs from St. Kitts, West Indies. PloS ONE 8: e53450.
DOI:10.1371/journal.pone.0053450.

Rovid-Spickler A. 2013. Ehrlichiosis and Anaplasmosis: Zoonotic Species. Institute For


International Cooperation In Animal Biologic. Iowa State University.

The Center of Food Security and Public Health. 2013. Ehrlichiosis and Anaplasmosis: Zoonotic
Species. Lowa State University. Institute For International Cooperation In Animal
Biologic.

Anda mungkin juga menyukai