TUGAS
HIGIENE DAGING
125130100111040
125130100111043
125130100111045
125130100111048
125130100111050
125130100111053
125130101111039
125130101111044
lebih
dari
untuk mengetahui
adanya penyakit.
Penerapan HACCP memperpanjang masa kadaluarsa bagi produksi daging
segar. Semua saran pada penerapan pengawasan daging akan lebih
menguntungkan dengan memakai konsep HACCP walau sederhana melalui
pengawasan titik-titik kritis pada kelompok bakteri atau organism pembusuk
lainnya yang berpotensi mencemari karkas. Pengembangan konsep HACCP
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Meat inspection atau pemeriksaan daging sangat perlu dilakukan karena
sekitar 90 penyakit dan parasite dari hewan bisa ditularkan ke manusia melalui
konsumsi daging yang tidak dimasak dengan benar. Adanya pertumbuhan
mikroorganisme di dalam daging dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
batas
titik
kritis,
menguji konsep penjaminan yang dikerjakan. Paper ini dibuat agar masyarakat
umum mengetahui akan pentingnya meat inspection sehingga dapat
mengaplikasikannya dan diharapkkan dapat menghasilkan karkas yang
berkualitas.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran Rumah Potong Hewan (RPH) dalam inspeksi daging dan
distribusi untuk sampai ke konsumen (menghalalkan daging asuh) ?
2. Apa pentingnya meat inspection ?
3. Bagaimana proses penyembelihan hewan ternak oleh manusia?
4. Bagaimana cara pemeriksaan postmortem yang baik ?
5. Bagaimana cara penilaian karkas ?
6. Bagaimana stempel /cap hasil lulus pemeriksaan post mortem ?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Peran Rumah Potong Hewan (RPH) dalam Inspeksi Daging dan
Distribusi untuk Sampai ke Konsumen (Menghalalkan Daging Asuh)
Menurut Standar Nasional Indonesia (SNI 01-6159-1999) yang dimaksud
dengan Rumah Potong Hewan (RPH) adalah kompleks bangunan dengan desain
dankonstruksi khusus yang memenuhi persyaratan teknis dan hygiene tertentu
serta digunakan sebagai tempat memotong hewan potong selain unggas bagi
konsumen masyarakat. (1). Di Indonesia, terdapat 2 macam rumah potong antara
lain Rumah Pemotongan Hewan (RPH) dan Rumah Potong Ayam/Unggas
(RPA/RPU). (2)
Untuk memenuhi peningkatan permintaan akan daging dan ahsil
olahnnya, RPH memegang peran penting sebagai sarana penting yang diperlukan
untuk meningkatkan pelayanan masyarakat sekaligus pemutusan mata rantai
penularan penyakit zoonosa (dari hewan ke manusia), sehingga karkas daging
dan organ dalamnya sehat, aman dan layak dikonsumsi serta kepuasan
masyarakat.
Rumah Potong Hewan sangat memegang peranan penting dalam mata
rantai untuk mendapatkan daging yang ASUH karena setiap hewan akan
mendapat pemeriksaan ante-mortem yaitu pemeriksaan kesehatan hewan apakah
hewan yang akan dipotong tersebut dalam keadaan sehat atau tidak. Kemudian
proses pemotongan juga dilakukan sesuai dengan kaidah-kaidah kesejahteraan
hewan (animal welfare) dan juga menjaga sanitasi dan higienitasnya. Setelah
proses pemotongan, masih dilakukan post mortem, yaitu pemeriksaan yang
dilakukan untuk melihat perubahan organ dalam seperti saluran pencernaan,
jantung, hati, paru-paru dan organ lainnya. Tentunya semua proses tersebut
dilakukan oleh pihak yang kompeten, dalam hal ini adalah seorang dokter hewan
atau pengawas daging (meat inspector). (3)
Regulasi RPH diatur dalam:
Penanganan Daging
No.306/Kpts/TN.330/4/1994
Unggas
dan
Hasil
tentang Pedoman
Ikutannya,
Pemotongan
dan
Unggas
13/Permentan/OT.140/1/2010
1. Bakteri
2. Yeast
3. Mold
Tujuan program pemeriksaan daging ada 2 yaitu:
1. Menjamin bahwa yang hanya terlihat sehat, ternak secara fisiologi
normal yang disembelih untuk keperluan konsumsi dan memisahkan
ternak abnormal serta dilakukan sesuai prosedur.
2. Menjamin bahwa daging diperoleh berasal dari ternak yang
bebas
karbon
dioksida
sebelum
penyembelihan
babi,
akan
diperkirakan untuk
mencegah manifestasi epilepsi, dan oleh karena itu metode kejut listrik biasanya
tidak digunakan. Namun, masih harus dibuktikan secara eksperimental. Perlu
dicatat bahwa metode kejut listrik juga menghasilkan pelepasan berlebihan
GABA berlangsung hingga 20 menit, setidaknya pada domba.
Pada hewan yang akan disembelih, penyembelihan harus dilakukan dengan
cepat pada bagian pembuluh darah yang memasok oksigen ke otak. Pada
sebagian besar spesies, memotong kedua arteri karotid akan cukup untuk
mendorong onset yang cepat ke kematian otak. Pada sapi dan anak sapi, arteri
vertebralis terus memasok darah beroksigen ke otak setelah arteri karotid di
puncak leher dipotong dan karena itu, memotong batang brakiosefalika atau arteri
di bagian dada sangat penting.
10
dapat
menyebabkan
infeksi
pada
individu
yang
mengkonsumsinya.
4. Penyakit parasit zoonotik seperti Tricinella spiralis atau Taenia
soleum pada babi, Taenia bovis pada babi, hydatidosis/enchinococcus.
Contoh lain yang sering ditemukan yaitu adanya kista cacing pita yang
berarti daging terinfeksi cacing.
11
12
lain ada korelasi positif antara besar tulang dan daging sapi.
Sedangkan dada yang bersih, halus dan rata menunjukkan adanya
penimbunan daging. Gambar berikut menunjukkan pertumbuhan
dan penimbunan daging pada bahu, kaki depan atas dan bawah
serta dada.
13
14
b. Penilaian
dengan
Meraba
atau
15
2. Penila
ian
pada
pantat
dan
paha
3. P
enilaian
pada
kemudi
16
4. Peni
laia
n
Lolos
Pemeriksaan
Karkas
yang
telah
dilakukan
pemeriksaan
sebelum
diedarkan wajib
diberi
tanda
atau
stempel/cap
delapan
di
titik
bagian
khususnya tempat-tempat pemeriksaan kelenjar getah bening mulai dari kaki
depan punggung hingga kaki belakang. Stempel/cap sebagai identitas tanda
17
Logo RPH.
Alcohol 50 CC
Glycerin 150 CC
Kristral violet 50 CC
Aquades ad 1.000 CC
Jenis Hewan
Bentuk Stempel/Cap
Ukuran
Stempel/Cap(cm)
3
18
1.
SAPI
Bulat
Diameter = 5
2.
KERBAU
Setiap sisi = 8
3.
KUDA
Setiap sisi = 8
4.
KAMBING/
Bulat
Diameter = 3
Setiap sisi = 3
DOMBA
5.
BABI
19
bertahap lebih dari tiga decade terakhir ini. Secara klasik prosedur pemeriksaan
antemortem dan postmortem hanya ditujukan untuk mengetahui adanya penyakit.
Penerapan HACCP memperpanjang masa kadaluarsa bagi produksi daging
segar. Semua saran pada penerapan pengawasan daging akan lebih menguntungkan
dengan memakai konsep HACCP walau sederhana melalui pengawasan titik-titik
kritis pada kelompok bakteri atau organism pembusuk lainnya yang berpotensi
mencemari karkas. Pengawasan titik-titik kritis mampu mengidentifikasi pencemaran
Salmonella ke daging merah dan unggas.
Proses produksi daging merah, pencemaran utama yang sering terjadi di
RPH adalah selama proses pengulitan dan pengeluaran jeroan. Ada pula proses
pencemaran
yang
terjadi
selama
pengangkutan,
20
Gambar 1.
21
Gambar 2.
Gambar 1 dan 2: Bagan alir yang menunjukan sumber pencemaran bakteri
(Salmonella) dan penentuan titik-titik kritis (CCP) yang harus diawasi pada setiap
proses produksi daging merah.
Gambar 3.
22
Gambar 4.
Gambar 3 dan 4: Bagan alir produksi yang menunjukan sumber pencemaran
Samonella dan penentuan titik-titik kritis (CCP) yang harus diawasi pada setiap
proses produksi daging ayam.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Meat inspection atau pemeriksaan daging sangat perlu dilakukan karena
sekitar 90 penyakit dan parasite dari hewan bisa ditularkan ke manusia melalui
konsumsi daging yang tidak dimasak dengan benar. Adanya pertumbuhan
mikroorganisme di dalam daging dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya:
23
umum
agar
DAFTAR PUSTAKA
Chandra, Budiman. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Pnerbit
Buku Kedokteran EGC
European Food Safety Authority. 2004. Welfare aspects
Methods. Wageningen
Centre Lelystad,
The Netherlands.
24
Bahan
Bimbingan
Bagi Masyarakat Muslim). Aplikasia, Jumal Aplikasi llmu-ilmu Agama, Vol. VII.