Oleh :
RIDHA NURFALAH ABWAH
C 020 18 022
c. Epidemiologi
Berdasarkan penelitian, bahwa 73,3% dari strain bakteri yang diisolasi dari
pus kucing yang luka adalah Staphylococcus aureus, sehingga dapat disimpulkan
bahwa serangan bakteri ini yang paling umum menyebabkan orhitis pada kucing.
Di Kota Makassar sendiri prevalensi dari orchitis adalah 30-40% (Robert, 2014).
d. Patologi Anatomi
Patofisiologi paling umum disebabkan infeksi bakteri, virus, maupun
trauma. Dalam kasus orchitis infeksius, kucing akan menyebabkan sejumlah sel
darah putih menjadi semakin tinggi. Jika akar penyebabnya ialah prostatitis atau
sistitis, urinalisis, nanah, atau kelebihan protein maka pengujian antibodi harus
dilakukan untuk menentukan apakah organisme tersebut menular dari akar
masalahnya atau tidak (Laboffa, 2008).
e. Diagnosa
Dalam melakukan diagnosa infeksi orchitis dilakukan dengan melihat
gejala klinis, riwayat kasus dan didasarkan pada isolasi dan identifikasi bakteri.
Cara mendiagnosa hal yang mendasari orchitis kucing biasanya dokter hewan
akan melakukan pemeriksaan fisik secara menyeluruh terhadap kucing yang
mengikuti latar belakang gejala dan kejadian yang dapat memicu kondisi
epididimitis kucing. (Quinn, 2002).
Jika pada kucing terdapat luka terbuka maka luka tersebut harus diperiksa
untuk memastikan apakah luka tersebut terdapat infeksi bakteri atau tidak. Selain
itu kultur bakteri juga bisa diambil pada pus nya. Berdasarkan hal tersebut, maka
akan dilakukan pengujian dengan melakukan kultur pada sampel pus
menggunakan media diferensial dan media selektif untuk menegakkan diagnosa.
Kemudian dilakukan penanaman pada media Nutrient Agar (NA) untuk melihat
apakah bakteri tumbuh atau tidak. Kemudian dilakukan pewarnaan Gram.
Kemudian media yang digunakan sebagai media selektif adalah Mannitol Salt
Agar (MSA) (Dabbagh, 2017).
III. Materi dan Metode
a. Materi
Alat
Alat yang digunakan antara lain : labu erlenmeyer, tabung reaksi, cawan petri, ose,
rak tabung reaksi, incubator, mikroskop, bunsen, gelas ukur, sendok tanduk, objec
glass, timbangan, pipet tetes.
Bahan
Bahan yang digunakan antara lain : Sampel pus pasien, aquabides, spritus,
larutan NaCl 0,9 %, Media NA (Nutrien Agar), Media MSA (Mannitol Salt
Agar), kertas label, alumunium foil, masker dan handscoen, crystal violet, air
fuschin, lugol, alkohol 96%, aquades.
b. Metode
Sterilisasi Alat
Seluruh alat dan bahan yang akan digunakan disterilisasi didalam autoclave
selama 20 menit pada suhu sebesar 121°C yang sebelumnya dicuci bersih,
kemudian dikeringkan dan dibungkus lalu disimpan pada sterilisator.
A. Anamnesis
Pemilik Nadila
Alamat BTP
Kecamatan/Kabupaten Makassar
B. Gejala klinis
Gejala klinis yang tampak pada penderita adalah tampak lemas, nafsu makan
menurun, oliguria, dan adanya pus di daerah skrotum.
D. Pemeriksaan Lab
Pada hasil pemeriksaan Lab :
Pada kultur pertama dimedia NA, dengan metode tuang ditemukan
pertumbuhan bakteri. Setelah itu dilakukan kultur kembali pada koloni
bakteri yang paling mendekati karakteristik Staphylococcus aureus pada
media :
a. NA : Tampak bentukan koloni bakteri
Gambar 5. Penampakan
bakteri hasil pewarnaan
gram
c. MSA : Tampak koloni berwarna kuning
B. Hasil Laboratorium
Dengan melihat gejala klinis kucing didiagnosa suspect Staphylococcus
aureus . Gejala klinis tersebut sering dikelirukan dengan bakteri lainnya seperti
Pseudomonas aeroginosa dan Streptococcus. Penegakan diagnosa maka
dilakukan pengujian laboratorium diagnostik. Laboratorium diagnostik dimulai
dengan menumbuhkan bakteri pada media dasar yaitu media Nutrient Agar dan
media selektif yaitu Mannitol Salt Agar. Setelah inkubasi maka dilakukan
pewarnaan gram untuk melihat koloni bakteri kemudian dilanjutkan dengan
menumbuhkan pada media selektif.
Pada media NA bakteri Staphylococcus aureus tumbuh pada media umum
tersebut. Pada pewarnaan gram yang dilakukan, diperoleh hasil pengamatan yaitu
bakteri berbentuk coccus (bulat), bergerombol seperti buah anggur dan berwarna
ungu, hal tersebut sesuai yang diungkapkan oleh Dewi (2013) Staphylococcus sp.
merupakan bakteri gram positif dan berbentuk kokus yang menghasilkan warna
ungu pada pewarnaan gram, tersusun dalam kelompok-kelompok tidak teratur
(menyerupai buah anggur), dapat pula tersusun empat-empat membentuk rantai.
Warna ungu pada pewarnaan gram disebabkan karena bakteri mempertahankan
warna pertama, yaitu gentian violet. Perbedaan sifat gram dipengaruhi oleh
kandungan pada dinding sel, yaitu bakteri gram positif kandungan peptidoglikan
lebih tebal jika dibanding dengan gram negatif (Dewi, 2013).
Bakteri juga tumbuh pada uji media Mannitol Salt Agar (MSA), yang
merupakan uji yang dilakukan untuk mengetahui kemampuan memfermentasi
mannitol pada Staphylococcus aureus. Hasil positif ditunjukkan Staphylococcus
aureus pada media mannitol salt agar (MSA) dengan adanya pertumbuhan koloni
berwarna putih kekuningan karena kemampuan memfermentasi mannitol, yaitu
fenol acid yang dihasilkan, menyebabkan perubahan phenol red pada agar yang
berubah dari merah menjadi berwarna kuning (Austin, 2006). Media MSA yang
mengandung konsentrasi garam NaCl yang tinggi (7,5-10%). MSA menjadi media
selektif untuk pertumbuhan Staphylococcus aureus. Hal ini dikarenakan
Staphylococcus aureus mampu bertahan dan tumbuh dalam media dengan
konsentrasi garam yang cukup tinggi.
VI. Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Berdasarkan dari gejala klinis dan hasil pengujian laboratorium diagnostik
yaitu adanya pus, hasil dari isolasi dan identifikasi dari bakteri maka dapat
disimpulkan bahwa terdapat infeksi Staphylococcus aureus pada sampel kucing
tersebut, dengan karakteristik bakteri yang diamati yaitu bulat, menonjol, bewarna
ungu dan bergerombol. Penyakit karena bakteri Staphylococcus aureus dalam
pengendalian dan pencegahannya sangat penting untuk memperhatikan
manajemen pemeliharaan pada hewan kesayangan seperti kucing untuk mencegah
timbulnya luka yang mencegah terjadinya infeksi bakteri Staphylococcus aureus.
B. Saran
Berdasarkan Pembahasan diatas, maka dapat disarankan bahwa diharapkan
adanya pengujian lebih lanjut seperti uji biokimia dalam mengidentifikasi
penyebab dari penyakit tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Austin, T.X. 2010. Manitol salt agar. Austin Community College District.http: //
www. austincc.edu/microbugz/html/mannitol_salt_agar.html. [22-03-
10].
Capita R., C. Alonso-Calleja, M. C. Garcı´a-Ferna´ndez, and B. Moreno.2002
.Characterization of Staphylococcus aureus Isolated from Poultry
Meat in Spain. Department of Food Hygiene and Food Technology,
Veterinary Faculty University of Leo´n.
Dabbagh. 2017. Practical Bacteriology Laboratory Manual. King Saud
University
Dewi., A.K. 2013. Isolasi, Identifikasi dan Uji Sensitivitas Staphylococcus aureus
terhadap Amoxicillin dari Sampel Susu Kambing Peranakan Ettawa
(PE) Penderita Mastitis Di Wilayah Girimulyo, Kulonprogo,
Yogyakarta.Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada,
Yogyakarta.
Leboffe M J. Pierce B E. 2008. Microbiology: Laboratory theory and application,
brief edition. Colorado: Morton Publishing Company.
Parker, and Tony C. B. 2000. Staphylococcus aureus. Di dalam Lund, B. M.,
Baird Parker, T. C, dan G.W.Gould (eds.). 2000. The
Microbiological Safety and Quality of Food. Volume II. Aspen
Publisher Inc., Maryland.
Pedersen, NC. 2014. Pathogenesis of Orchitis Infection. Journal of Feline
Medicine and Surgery. 10(6): 529-541
Quinn PJ, Markey BK, Carter ME, Donnelly WJ, Leonard FC. 2002. Veterinary
Microbiology and Microbial Disease. USA: Blackwell Science.
Radji, dan Maksum. 2011. Buku Ajar Mikrobiologi: Panduan Mahasiswa Farmasi
& Kedokteran. EGC. Jakarta.
Robert, A. 2014. Chronic Fibrinous and Necrotic Orchitis In A Cat. The
Canadian Veterinary Jurnal.
Dokumentasi Kegiatan