Oleh:
BAGUS NANDA GOVINDA MURIA SIDDHI
NIM. 1809611061
GELOMBANG 13 KELOMPOK C
LABORATORIUM
KOASISTENSI DIAGNOSTIK ILMU LABORATORIK
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2018
1
COLIBASILLOSIS PADA AYAM BROILER
Bagus Nanda Govinda Muria Siddhi
Mahasiswa Program Profesi Dokter Hewan
Laboratorium Diagnostik Ilmu Laboratorik
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana
Jln. PB. Sudirman, Denpasar, Bali, Telp/Fax (0361)
Email: bagusnandagovinda@gmail.com
ABSTRAK
2
PENDAHULUAN
3
Studi ini bertujuan untuk menentukan agen penyebab pada hewan kasus
dengan nomor protokol 195/KO-PPDH/08/X/2018 sehingga diagnosis definitif
dapat ditegakkan.
Materi
Spesimen yang digunakan dalam pemeriksaan histopatologi diambil dari
organ yang mengalami perubahan secara makroskopis maupun organ yang diduga
mengalami perubahan berdasarkan gejala klinis.
Laboratorium Spesimen
Patologi Hati, Jantung, Paru paru, Ginjal, Otak
Parasitologi Feses
Mikrobiologi Hati, Jantung, Paru paru
Metode
Metode yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah melalui
survei langsung ke lapangan dengan melakukan pemeriksaan klinis hewan,
melakukan pengamatan terhadap lingkungan sekitar, melukakan wawancara
terhadap pemilik hewan, dan masyarakat sekitar. Nekropsi dilakukan di
laboratorium Patologi Anatomi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana.
Untuk meneguhkan diagnosa, dilakukan pada laboratorium Mikrobiologi dan
Parasitologi.
4
tissue cassette dan dilakukan fiksasi dalam 5 larutan NBF 10%. Setelah fiksasi,
dilakukan dehidrasi bertingkat dengan cara merendam potongan organ secara
berturut-turut kedalam alkohol 70%, 80%, 90%, 96% dan alkohol absolut (98%)
selama beberapa jam. Kemudian dilakukan clearing atau penjernihan dengan
merendam potongan organ dalam Xylol atau Toulena atau Benzena, lalu infiltrasi
dengan paraffin cair (blocking) menggunakan alat embedding set kemudian
didinginkan hingga paraffin mengeras. Blok yang sudah dingin dilakukan
disectioning atau pemotongan dengan alat microtome± 4-5 mikron. Setelah
pemotongan selanjutnya diletakkan mengambang pada waterbath (waterbathing)
beberapa detik dengan temperature hangat (37-39oC). Potongan hasil waterbath
diletakkan pada gelas objek kemudian di inkubasikan. Preparat kemudian di
rehidrasi bertingkat menggunakan Xylol I, II dan III (masing-masing selama 5
menit), Etanol I dan II selama 5 menit dan Aquades selama 1 menit. Tahap
selanjuntnya adalah tahap pewarnaan (staining) dengan metode Haemotoxylin-
Eosin selama 15 menit dan mounting media. Preparat histopatologi diamati di
bawah mikroskop dan dicatat perubahan mikroskopik yang ditemukan.
Metode Kualitatif
5
sedikit lalu letakkan pada objek gelas. Tutup object glass dengan cover glass
dan lakukan pengamatan dibawah mikroskop.
Apung, Pemeriksaan dilakukan dengan mengambil feses sebesar biji kemiri
(± 3 g), dimasukan ke dalam gelas beker, ditambahkan dengan aquades 30
ml dan diaduk hingga homogen. Kemudian larutan disaring, dimasukkan ke
dalam tabung sentrifuge sampai ¾ volume tabung, sentrifugasi dilakukan
dengan kecepatan 1500 rpm selama 3 menit. Setelah itu supernatannya
dibuang dan ditambahkan NaCl jenuh sampai volumenya ¾ tabung dan
kembali dengan kecepatan 1500 rpm selama 3 menit. Kemudian tabung
diletakkan pada rak tabung secara tegak lurus, tambahkan larutan NaCl
jenuh dengan cara diteteskan menggunakan pipet sampai permukaan
menjadi cembung dan dibiarkan selama 3 menit. Tempelkan cover glass di
atas permukaan cairan yang cembung, lalu tempelkan pada objek gelas dan
periksa di bawah mikroskop.
Metode Kuantitatif
6
Pemeriksaan Laboratorium Mikrobiologi
Sampel yang digunakan adalah Hati, jantung dan paru paru yang disimpan
dalam freezer untuk kemudian dilakukan pengujian lebih lanjut.
7
positif akan berwama ungu kebiruan karena menyerap zat warna Crystal Violet
sedangkan bakteri Gram negatif akan berwarna merah karena menyerap zat
warna Safranin.
b. Uji Oksidase
Dilakukan dengan cara mengusapkan koloni kuman pada kertas oksidase,
kemudian amati perubahan warna yang terjadi bila hasil positif ditandai dengan
perubahan warna kertas oksidase berwama ungu.
c. Uji Katalase
Dilakukan dengan cara mengambil koloni yang dicurigai pada media selektif
dengan needle steril dan dioleskan pada objek glass kemudian ditetesi H2O2
3%. Kemudian homogenkan. Amati ada tidaknya gelembung gas yang
dihasilkan bakteri yang bereaksi dengan H2O2 3%.
d. Uji Biokimia
Uji Triple Sugar Iron Agar (TSIA), untuk mengetahui ada tidaknya
kemampuan bakteri untuk memfermentasi karbohidrat, produksi H2S dan
gas. Penanaman kuman pada media TSIA dilakukan dengan cara koloni
kuman diambil dari media Nutrient Agar menggunakan needle steril
kemudian ditusukkan pada bagian tegak dari media lalu digoreskan pada
bagian miring media, selanjutnya media tersebut diinkubasikan selama 24
jam pada suhu 370 C. Fermentasi karbohidrat ditandai adanya perubahan
warna pada media TSIA dari merah menjadi kuning. Produksi H2S ditandai
dengan perubahan warna media menjadi hitam. Adanya gas dapat diamati
dengan adanva gelembung gas dan keretakan pada media atau media menjadi
terangkat keatas
Penanaman pada Media Sulfid Indol Motility (SIM), untuk mengetahui
sifat kuman dalam memproduksi H2S, Indol dan untuk mengetahui
pergerakan kuman (motilitas). Penanaman kuman pada media SIM dilakukan
dengan cara mengambil koloni kuman dan media TSIA menggunakan needle
steril kemudian ditusukkan pada bagian tegak dari medium, selanjutnya
media tersebut dinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37oC. Produksi H2S
ditandai dengan media berwama hitam, produksi indol dapat dilihat setelah
ditetesi dengan reagen Erlich/Kovac’s sebanyak 3-5 tetes kedalam media.
8
Bila indol positif akan terbentuk cicin merah pada permukaan media
sedangkan apabila motil, maka akan lerlibat kuman tumbuh tidak hanya
disekitar tempat tusukan.
Penanaman pada Media Methyl Red (MR), untuk mengetahui sifat kuman
dalam memproduksi asam tunggal atau campuran dan asetil metil karbinol.
Uji dilakukan dengan cara mengambil koloni dengan ossa steril kemudian
dicelupkan pada media. Media diinkubasikan dengan suhu 37o C selama 24
jam. Setelah inkubasi, tabung ditetesi dengan reagen MR. Hasil positif
ditandai dengan adanya warna merah pada media.
Penanaman pada Media Simmon Cimat Agar (SCA), untuk mengetahui
sifat kuman dalam menggunakan sitrat sebagai sumber karbon atau tidak.
Koloni kuman diambil menggunakan ossa steril kemudian diusapkan pada
permukaan medium mulai dari panghal sampai ke ujung yang sama pada
media SCA. Kemudian diinkubasikan selama 24 jam pada suhu 37o C. Hasil
positif ditandai dengan perubahan warna media dari hijau menjadi biru.
Uji Gula-gula, meliputi uji glukosa dan laktosa menggunakan media
berbentuk cair dengan tabung durham di dalamnya. Uji ini dilakukan untuk
mengetahui adanya fermentasi gula. Dilakukan dengan cara mengambil
koloni pada media biakan dengan ossa steril kemudian dicelupkan pada
masing-masing media. Media diinkubasikan pada suhu 37oC selama 24 jam.
Hasil positif apabila media berubah warna sedangkan adanya produksi gas
dapat diamati apabila tabung durham berisi gelembung gas atau terangkat ke
atas.
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Ayam broiler yang mengalami suatu penyakit telah di nekropsi dengan
nomor protokol 195/KO-PPDH/08/X/2018. Sampel dikirim ke laboratorium untuk
mengetahui agen penyebab penyakit guna meneguhkan diagnosa penyakit.
Pemeriksaan dilakukan di laboratorium patologi, mikrobiologi dan parasitologi
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana. Hasil pemeriksaan disajikan
secara rinci pada tabel berikut :
Signalement
Anamnesa
10
tersebut sebelumnya sudah pernah mendapatkan penanganan medis seperti
vaksinasi dan vitamin.
Tanda Klinis
Ayam kasus terlihat lemas, Tidak mau makan sehingga menyebabkan
Anoreksia. Selain itu bulu pada ayam kasus terlihat kusam, dan mengalami diare
Epidemiologi
a. Hospes,Hospes pada kasus ini adalah Ayam Broiler berumur 16 hari,
berjenis kelamin jantan dan merupakan hewan ternak. Populasi sebanyak
6060 ekor, diantaranya menderita sakit sebanyak 108 ekor dan 36 ekor
mengalami kematian dalam kurun waktu 5 hari.
b. Agen, Berdasarkan wawancara pemilik, Ayam kasus sudah pernah di
vaksinasi dan vitamin, maka kemungkinan infeksi oleh virus dapat
diminimalisir
c. Lingkungan,Peternakan berlokasi di Banjar Perang, Desa Penarungan,
Kecamatan Abiansemal, Kabupaten Badung Manajemen pemeliharaan
Ayam bapak I Wayan Sudarma merupakan sistem pemeliharaan secara
tradisional. Kandang yang digunakan adalah kandang permanen dengan
menggunakan lantai semen serta menggunakan atap asbes. Jenis pakan yang
diberikan berupa pakan starter (gemilang comfeed), sedangkan untuk air
minum berasal dari air PAM.
Tabel 2. Data Epidemiologi Penyakit
11
Hasil Uji Laboratorium Patologi
Hasil pemeriksaan patologi anatomi
A B
12
A
13
C
B
A
100x
40x
B
A
A 400X
100x
Gambar 11. Hati ; Hepatitis Supurativa ;(A)Terdapat jaringan fibrin , (B) sel
peradangan yang berupa heterofil
Gambar 12. Ginjal ;Nefritis Hemoragica ; (A) Ditemukan infiltrasi sel darah pada
ginjal
14
Hasil Uji Laboratorium Parasitologi
Hasil Pemeriksaan :
15
Identifikasi Bakteri
Uji Oksidase
Uji Katalase
Katalase (+) yang ditunjukkan dengan
adanya gelembung udara setelah koloni
diusapkan pada kaca objek yang sudah
ditetesi reagen H2O2 3 %, yang berarti
bakteri memproduksi enzim katalase yang
mendukung bakteri aerobik.Uji Biokimia
16
Uji Biokimia
Uji Methyl Red
Uji Simon
(MR)
Citrat Agar
(SCA) : Methyl Biakan bakteri
Red pada media MR :
Tidak ada
ada perubahan
perubahan
warna menjadi
warna atau
sitrat negative merah, setelah
(-), yang ditetesi reagen
mengindikasi MR, yang berarti
bahwa bakteri hasil positif (+).
tidak Bakteri memiliki
menggunakan kemampuan untuk
sitrat sebagai memanfaatkan
sumber glukosa dengan
karbon. memproduksi
asam yg stabil
17
Hasil Uji TSIA (Triple Sugar Iron Agar):
18
Pembahasan
Berdasarkan analisis signalement, anamnesa, dan gejala klinis, untuk
mendapatkan diagnosa definitif maka dilakukan pemeriksaan laboratorium yang
sesuai. Ada beberapa sampel yang diambil yaitu Otak,paru-paru,Jantung,Hati,
ginjal, dan feses. Pemeriksaan sampel dibeberapa laboratorium, diantaranya
laboratorium patologi, laboratorium parasitologi, dan laboratorium mikrobiologi.
19
Jika dilihat dari data epidemologi jumlah ayam yang sakit sebanyak 108
ekor dan yang mati sebanyak 36 ekor dari total populasi ayam pada kandang itu
sebanyak 6060 ekor. Ayam yang menunjukkan gejala yang sama jarang bergerak
dan lebih sering bergerombol. Pakan yang diberikan adalah pakan starter,
sedangkan air yang digunakan adalah air PAM. Vaksinasi sudah dilakukan.
Berdasarkan data yang diperoleh dapat dihitung tingkat morbiditas (perbandingan
antara jumlah hewan sakit akibat suatu penyakit tertentu dengan populasi
terancam), tingkat mortalitasnya (perbandingan antara jumlah hewan yang mati
akibat suatu penyakit tertentu dengan populasi terancam), serta case fatality rate
(perbandingan antara jumlah hewan yang mati akibat suatu penyakit dengan jumlah
hewan yang sakit) pada peternakan tersebut (Dharma dan Putra, 1997). Tingkat
morbiditas dari kejadian kasus pada peternakan ayam milik Bapak Wayan Sudarma
yaitu sebesar 1,78 %, tingkat mortalitas, 0,59 % dan case fatality rate 33 %. Menurut
Owusu-Asiedu et al (2003), tingkat morbiditas, mortalitas, dan tingkat fatalitas
kasus bukan hanya disebabkan oleh agen penyebab suatu penyakit, tetapi juga
dipengaruhi oleh manajemen pemeliharaan hewan tersebut. Data tersebut
menunjukkan bahwa tingkat morbiditas dan mortalitas yang masih rendah. Hal ini
dapat disebabkan ayam broiler pada peternakan ini telah memperoleh vaksinasi
sebelumnya sehingga memiliki kekebalan terhadap virus serta pemeliharaan ayam
yang dikandangkan juga menyebabkan kemungkinan terinfeksi parasit (helminth)
rendah, sehingga agen penyebab yang dicurigai adalah bakteri. Namun angka case
fatality rate yang tinggi, dapat disimpulkan bahwa tingkat virulensi bakteri yang
menginfeksi ayam broiler dikategorikan tinggi sehingga menyebabkan kematian
yang cepat. Nekropsi pada hewan kasus dilakukan untuk mengetahui perubahan
yang terjadi pada organ secara patologi anatomi dan secara histopatologi, sekaligus
untuk mengambil spesimen untuk pemeriksaan lebih lanjut (pemeriksaan
laboratorium).
20
sebagian besar rongga abdomen dan thorax, atau disebut juga pengkejuan (Gambar
2); dan yang paling banyak mengalami pengkejuan dalam kasus ini adalah Jantung
(Gambar 5); dan Hati (Gambar 6). Selain itu didapati adanya perdarahan pada otak,
lobus paru-paru, dan ginjal. Pada kejadian enterik Colibacillosis, kelainan yang
tampak hanya berupa gastroenteritis saja. Pada unggas kelainan yang dapat
ditemukan antara lain perikarditis berfibrin, peritonitis, kantong hawa yang
menebal dan ditutupi cairan fibrin, salphingitis, opthalmia, dan pada anak ayam
ditemukan omphalitis, enteritis serta synovitis (Pudjiatmoko, 2014).
21
atau perihepatitis. Menurut Saif et al, (2008) pada epikardium akan ditemukan
akumulasi sel sel limfoid dan sel-sel plasma. Hati akan mengalami fibrosis dan
kongesti. Pada trakea dan paru-paru akan ditemui sel-sel limfoid, kongesti,
membran serosa, edema, epitel hiperplasia, dan dipermukaan sel alveoli akan
ditemukan heterofil, Pada ginjal akan ditemukan infiltrasi sel heterofil, infiltrasi sel
darah dan nekrosis.. Infiltrasi sel radang yang mendominasi adalah sel
polimorfonuklear heterofil yang menandakan infeksi akut dan munculnya radang
diakibatkan oleh agen bakteri. (Berata, et al, 2015)
22
bakteri enterik, karena kandungan eosin akan menghambat pertumbuhan bakteri
Gram positif, sedangkan Methylen Blue sebagai indikator fermentasi laktosa dan
sukrosa yang ditunjukkan oleh adanya perubahan warna (Giovanardi et al., 2005).
Hasil dari isolasi pada media EMB akan tampak koloni berbentuk bulat, sirkuler
dan halus berwarna hijau metalic sheen. Selanjutnya dilakukan primer test yaitu uji
katalase dan uji oksidase. Hasil uji katalase adalah positif, ditunjukkan dengan
terbentuknya gelembung gas setelah koloni bakteri diusapkan pada objek glass
yang telah ditetesi larutan H2O2 3%. Hasil tersebut menunjukkan sifat bakteri
dalam menghasilkan enzim katalase yang digunakan mikroorganisme untuk
menguraikan hidrogen peroksida menjadi H2O (air) dan O2 (Oksigen). Sementara
uji oksidase menunjukkan hasil negatif ditandai dengan tidak terjadinya perubahan
warna pada kertas oksidase, sehingga menyatakan bakteri ini adalah bakteri enterik.
Koloni bakteri yang tumbuh dari uji Triple Sugar Iron Agar TSIA),
berikutnya dilakukan pada media Sulfide Indol Motility (SIM). Hasil yang
didapatkan yaitu tidak terbentuk H2S (sulfid negatif) yang ditandai dengan tidak
adanya warna hitam pada daerah sekitar tusukan, adanya pergerakan bakteri
ditandai dengan adanya kekaburan pada daerah tusukan, serta adanya cincin merah
setelah ditetesi reagen Kovac’s. Uji indol positif menunjukkan bakteri yang diuji
menghasilkan enzim tryptophanase yang akan memecah asam amino tryptophan
dengan hasil akhir indol, asam piruvat dan NH3 (amoniak). Reaksi indol biasanya
terdeteksi setelah ditetesi reagan Kovac’s. Warna merah sebagai akibat dari indol
yang terbentuk bereaksi dengan aldehyde dalam reagen. Lapisan alkohol merah
terbentuk seperti cincin dibagian atass media yang menandakan indol positif.
Sedangkan pada media Simon Citrat Agar (SCA), hasilnya negatif ditandai dengan
tidak terjadi perubahan warna (media tetap berwarna hijau). Hal ini menunjukan
23
bakteri tidak mampu memanfaatkan sitrat sebagai sumber untuk kebutuhan
hidupnya, namun mampu memanfaatkan asam amino tritofan sebagai sumber
energinya (Mikrobiologi, 2008).. Selanjutnya uji MR (Methyl red), didapatkan hasil
positif menunjukkan terjadinya perubahan warna menjadi merah setelah
ditambahkan reagen methyl red. Uji Methyl Red merupakan uji untuk mengetahui
ada tidaknya produk asam campuran dari fermentasi glukosa melalui jalur
fermentasi asam campuran berupa asam laktat, asam asetat, asam format dan asam
suksinat (Cappucino et al., 2011). Menurut Waluyo (2004), jika terjadi perubahan
menjadi warna merah/merah muda menandakan bahwa bakteri ini menghasilkan
asam-asam campuran sebagai hasil fermentasinya yakni berupa metilen glikogen.
Terbentuknya asam campuran akan menurunkan pH sampai 5,0 atau kurang. Hasil
pengujian dengan gula-gula didapatkan bahwa bakteri mampu memfermentasi
glukosa, sukrosa dan laktosa yang ditandai dengan perubahan warna pada media
gula-gula yang semula berwarna merah menjadi berwarna kuning. Quinn et al.,
(2002), menyatakan bahwa E. coli mampu memfermentasikan berbagai media
gula-gula seperti glukosa, fruktosa, sukrosa, manitol, trehalosa dan sorbitol.
24
pencegahan penyakit dan vaksinasi yang sesuai. Selain itu, seleksi ayam yang
berkualitas baik harus dilakukan secara ketat sejak awal pemeliharaan, mencegah
pencemaran bakteri pada air minum dan pakan
SIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
25
Kampung (Gallus Domesticus) Di Pasar Lambaro Aceh Besar. Junal
Medika Veterinaria. Vol 9(1): 54-56.
Kabir, Sml. 2010. Avian Colibacillosis And Salmonellosis: A Closer Look At
Epidemiology, Pathogenesis, Diagnosis, Control And Public Health
Concerns. Int. J.Environ. Res. Public Health 2010, 7, 89-114;
Doi:10.3390/Ijerph7010089.
Leboffe Mj Dan Be Pierce. 2011. A Photographic Atlas For The Microbiology
Laboratory 4th Edition. Morton Publishing Company: Amerika Serikat.
Lee, M.D. And H.A. Lawrence. 1998. Colibacillosis. In A Laboratory Manual For
The Isolation An Identification Of Avian Pathogen. American Association
Of Avian Pathologist. Fourth Ed. Pennsylvania: Pp: 14−16.
Prastyo, Didik Dan I Nengah Kartika. 2017. Analisis Faktor-Faktor Yang
Mempengaruhi Produksi Ayam Broiler Di Kecamatan Marga, Kabupaten
Tabanan. Denpasar : Piramida. Vol. Xiii No. 2 : 77 – 86.
Pudjiatmoko. 2014. Manual Penyakit Unggas. Subdit Pengamatan Penyakit Hewan
Direktorat Kesehatan Hewan Direktorat Jenderal Peternakan Dan
Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian, Jakarta
Quinn, J., Markey, K., Carter, E., Donnelly, J., Leonard, C. 2002. Veterinary
Microbiology And Microbial Diseases. Black Well Scientific Publications,
Oxford, London
Rukmana R. 2003. Intensifikasi Dan Kiat Pengembangan Ayam Buras.Yogyakarta
(Id): Kanisius Owusu-Asiedu Et Al (2003)
Saif, Ym, Fadly Am, Glisson Jr, Mcdougald Lr, Nolan Lk, Swayne De. 2008.
Disease Of Poultry 12th Edition. Blackwell-Publisihing. Oxford.
Sodikoff, C. [1995] Laboratory Profiles Of Small Animal Diseases: A Guide To
Laboratory Diagnosis
Tarmudji. 2003. Kolibasilosis Pada Ayam: Etiologi, Patologi dan Pengendaliannya.
Bogor : Wartazoa Vol. 13
Vegad, J.L. 2007. A Colour Atlas Of Poultry Diseases An Aid To Farmers And
Poultry Professionals. International Book Distributing Co.
Waluyo, Lud. 2004. Mikrobiologi Umum. Unm Press: Malang
26