(PPDH)
ROTASI INTERNA HEWAN KECIL
RUMAH SAKIT HEWAN JAKARTA (RSHJ)
Kasus:
Feline Infectious Peritonitis pada Kucing
Oleh:
Anindya Nurrachmi Kusumaningtyas
15013010111033
: Persia
Warna Bulu
: Coklat
: 0,7 Kg
Suhu
: 39,0
Defekasi
: Normal
Urinasi
: Normal
Vomit
: Tidak ada
Batuk
: Tidak ada
Flu
: Tidak ada
Discharge mata
: Tidak ada
Discharge hidung
: Tidak ada
Palpasi Abdomen
Limfonodus
Membran mukosa
: ikterus
Palpasi trakea
Telinga
Oral
Kulit
Temuan Klinis
Berdasarakan pemeriksaan fisik, kucing Cookie mengalami ascites (penimbunan
cairan dirongga abdomen.
Pemeriksaan Lanjutan
Pemeriksaan lanjutan dilakukan dengan pemeriksaan rivalta test dan pemeriksaan
mikroskopis cairan FIP.
Diagnosa
Feline Infectious Peritonitis
Diferensial diagnosa
Lymphoma dan Bacterial Peritonitis
Prognosa
Mala/ Pesima/ Infausta
Pemeriksaan Penunjang
Rivaltas Test
Pembahasan
Feline Infectious Peritonitis (FIP) adalah penyakit menular yang
disebabkan oleh feline coronavirus (FcoV), yakni virus RNA yang dapat dengan
mudah bermutasi. Terdapat dua tipe FcoV yakni Feline Enteric Corona Virus
(FECV) dan Feline Infectious Peritonitis Virus (FIPV). Kedua virus ini tidak
memiliki perbedaan secara genetik, namun menimbulkan akibat yang berbeda
pada kucing yang terinfeksi. Pada beberapa kasus, kucing yang menderita FECV
dapat mengalami FIPV, karena virus FECV bermutasi menjadi FIPV, sedangkan
FIPV yang merupakan hasil mutasi tidak dapat bermutasi lagi. Feline Coronavirus
dapat bertahan hidup selama 7 minggu dalam lingkungan yang kering dan dapat
ditransmisikan secara indirect (via litter tray, sepatu, baju dll). Diferensial
diagnosa dari penyakit ini adalah lymphoma dan bacterial peritonitis, karena
penyakit ini menunjukan gejala yang sama yakni ascites.
FIPV biasanya menyerang kucing yang berumur 3 bulan hingga 2-3 tahun.
Infeksi FIP sering terjadi di lingkungan dengan kondisi yang padat (breeding
cattery). Kucing yang rentan terinfeksi FCOV adalah kucing yang kontak dengan
feses kucing yang asimtomatik. Gejala yang umumnya muncul pada kasus FIP
adalah lethargy, anoreksia, berat badan yang menurun drastis, demam yang naik
turun, pertumbuhan yang tidak normal pada kitten, dan ikterus. FIP menunjukan
bentuk klinis effusive (wet/ basah) dan non-effusive (dry/ kering). FIP dengan
bentuk effusive akan menunjukan gejala ascites (penimbunan cairan dirongga
abdomen), pleural effusion sehingga mengakibatkan gejala dyspnea, tachpynea,
dan cyanotic moucous membran. FIP dengan bentuk non-effusive akan
menunjukan gejala klinis sesuai dengan organ yang terinfeksi. Gambaran darah
yang sering muncul pada kasus FIP adalah leukopenia pada awal infeksi,
leukositosis dengan neutrofilia dan limfopenia, serta hiperbilirubinemia dan
hiperbilirubinuria. Pada kasus kucing Cookie, bentuk FIP yang muncul adalah
effusive dengan gejala ascites atau penimbunan cairan di rongga abdomen.
Patogenesis dari FIP sehingga dapat menyebabkan ascites adalah FcoV
menginfeksi monosit, kemudian monosit yang terinfeksi melepaskan sitokin
seperti TNF dan IL 1. Sitokin tersebut akan menyebabkan ekspresi adhesi pada
endhotel. Monosit yang terinfeksi akan kontak dengan molekul adhesi dan lengket
di endotelium. Terjadi interaksi antara monosit dengan berbagai molekul adhesi.
Monosit kemudian melepaskan metalloproteinase yang akan melemahkan
pertautan antar sel endotel dan menyebabkan diapedesis dan keluarnya sel plasma.
Monosit
kemudian
berdiferensiasi
menjadi
makrofag
yang
aktif
yang
FIP
adalah
immunofluorescent
staining
terhadap
antigen
coronavirus, rivaltas test, dan PCR. Pada kasus kucing Cookie, pemeriksaan
penunjang yang digunakan adalah Rivaltas test. Rivaltas test adalah tes
sederhana untuk membedakan cairan transudat dengan cairan eksudat. Teknik
Rivaltass test adalah dengan meneteskan cairan efusi yang telah diwarnai dengan
metilen blue pada tabung yang berisi cairan terdestilasi dengan asam asetat. Efusi
akibat FIP, akan menghasilkan eksudat yang bersisi molekul proinflamasi yang
akan mengambang dan jatuh perlahan seperti ubur-ubur. Jika hasilnya negatif atau
transudat, efusi akan jatuh kebawah. Pada kasus kucing Cookie, pemeriksaan
dengan Rivaltas test menunjukan hasil positif eksudat. Cairan eksudat tersebut
kemudian dilakukan pemeriksaan mikroskopis dan ditemukan neutrofilia yang
merupakan tanda yang menciri pada FIP.
Tidak ada terapi yang efektif untuk FIP, terapi yang diberikan bersifat
suportif. Terapi yang dapat diberikan adalah obat-obatan, abdominocentensis dan
eutanasia. Pada kasus kucing Cookie, obat yang diberikan berupa antibiotik
ampisilin yang bersifat broad spectrum untuk menghindari infeksi sekunder dan
vitamin Biosalamin. Abdominocentesis adalah teknik untuk mengeluarkan masa
air dalam rongga abdomen. Pada teknik abdominocentesis, cairan yang
dikeluarkan tidak boleh semua dalam satu waktu, hal ini disebabkan akan
mengakibatkan syok karena gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh. Jumlah
cairan yang dikeluarkan adalah 1/3 bagian atau dalam kasus kucing Cookie adalah
100 ml.
Pencegahan yang dapat dilakukan untuk menghindari penularan FIP
adalah dengan memelihara 3 ekor kucing dalam 1 rumah, rutin membersihkan
litter, menjauhkan tempat makan dari litter karena rute penularannya via fecaloral, dan membersihkan lingkungan dengan detergent dan desinfektan jika
ditemui kasus FIP.
Penutup
Kesimpulan
Feline Infectious Peritonitis adalah penyakit dengan prognosa yang
bersifat infausta. Terapi yang diberikan bersifat suportif karena tidak ada obat
yang efektif untuk kasus FIP.
Saran
Apabila memungkinkan pada kasus Feline Infectious Peritonitis yang lain
dilakukan pemeriksaan lanjutan seperti imunofluorscent antigen dan PCR.
Daftar Pustaka
Addie, Diane et al. Feline Infectious Peritonitis ABCD Guidelines on Prevention
and Management. Journal of Feline Medicine and Surgery 2009(11) 595604.
Barker, Emi and Taker, S. Feline Infectious Peritonitis, How Can We Get A
Diagnosis?. www.felineupdate.oc.uk
Norsworthy, Gary D et al. The Feline Patient Fourth Edition. Wiley Blackwell.
Tilley, Larry P., and Smith, FWK Jr. The 5 Minute Veterinary Consult Canine and
Feline Third Edition.