Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan reproduksi akan sangat mendukung peningkatan populasi dan
produksi sapi. Masih banyak permasalahan yang timbul dalam peternakan seperti
permasalahan pakan dan kesehatan, khususnya gangguan reproduksi. Gangguan
reproduksi berdampak pada rendahnya fertilitas induk, sehingga angka kebuntingan dan
kelahiran pedet menurun atau dengan kata lain efisiensi reproduksi menurun. Akibat dari
semua itu adalah lambatnya pertambahan populasi sapi dan produksi daging nasional.
Gangguan reproduksi yang umum terjadi pada sapi salah satunya adalah distokia.
Distokia adalah suatu gangguan dari suatu proses kelahiran atau partus, yang
mana dalam stadium pertama dan stadium kedua dari partus itu keluarnya fetus menjadi
lebih lama dan sulit, sehingga menjadi tidak mungkin kembali bagi induk untuk
mengeluarkan fetus kecuali dengan pertolongan manusia. Pada umumnya kejadian
distokia lebih sering terjadi pada sapi perah disbanding sapi potong. Kelahiran adalah
suatu proses yang sangat rumit dan distokia dapat muncul apabila beberapa bagian dari
proses tersebut mengalami kegagalan atau menjadi tidak terkoordinasi.
Indikasi dari terjadinya distokia yaitu tahap pertama kelahiran yang lama dan
tidak progresif, sapi berdiri dengan postur abnormal selama tahap pertama
kelahiran,perejanan kuat selama 30 menit tanpa munculnya anak sap, kegagalan anak sapi
untuk dikeluarkan dalam waktu 2 jam setelah amnion tampak pada vulva, malpresentasi,
malpostur atau maldiposisi yang nyata. Misalnya, tampaknya kepala fetus tanpa kaki
depan, ekor tanpa kaki belakang, kepala dan salah satu kaki depan, tampak korioallantois
terpisah, mekonium fetus, atau cairan amnion tercemar darah pada vulva. Tanda-tanda ini
menunjukkan bahwa hipoksia fetus mungkin ada dan kematian fetus telah terjadi.
Untuk memudahkan penggambaran, maka penyebab distokia dibedakan menjadi
Sebab-sebab herediter, sebab-sebab nutrisional dan manajemen sebab-sebab infeksius.
sebab-sebab traumatic, dan sebab-sebab lain (abnormalitas presentasi, posisi dan posture).
Dalam paper ini, kelompok kami akan membahas lebih jauh tentang distokia karena
abnormalitas posisi fetus pada sapi.

1.2 Tujuan
Pembuatan paper ini bertujuan untuk memberi gambaran tentang distokia yang
terjadi pada sapi yang disebabkan oleh abnormalitas posisi fetusnya. Bagaimana gambaran
abnormalitasnya, serta cara penanganannya.
1.3 Manfaat
Pembaca dapat mengetahui seperti apa abnormalitas posisi fetus yang dapat
mengakibatkan distokia pada sapi dan mengetahui bagaimana penanganannya.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Distokia dan Posisi Fetus
Distokia bila ditilik dari kata asalnya adalah berasal dari bahasa Yunani yaitu Dys
yang berarti sulit, dan Tokos yang berarti kelahiran. Jadi dapat diartikan bahwa distokia
adalah kesulitan dalam proses kelahiran. Lawan dari distokia adalah Eutocia yang berarti
adalah kemudahan dalam proses kelahiran. Distokia adalah suatu gangguan dari suatu
proses kelahiran atau partus, yang mana dalam stadium pertama dan stadium kedua dari
partus itu keluarnya fetus menjadi lebih lama dan sulit, sehingga menjadi tidak mungkin
kembali bagi induk untuk mengeluarkan fetus kecuali dengan pertolongan manusia
(Ratnawati et al., 2007). Definisi posisi adalah hubungan antara punggung fetus pada
presentasi longitudinal atau kepala fetus terhadap bagian dari pelvis induk.
2.2 Penyebab-Penyebab Dasar Distokia
Menurut Tolihere (2010), penyebab distokia pada sapi antara lain:
a) Sebab-sebab herediter
Terdiri atas faktor-faktor yang terdapat pada induk yang berpredisposisi terhadap
distokia seperti hipoplasia vulva, vagina atau uterus, atau disebabkan oleh faktor-faktor
tersembunyi atau gen-gen resesif pada induk dan pejantan yang dapat menghasilkan
fetus yang defektif misalnya kasus monster fetus.
b) Sebab-sebab nutrisional dan manajemen
Pemberian pakan yang tidak sempurna pada sapi dara yang sedang tumbuh merupakan
factor utama dalam menghambat pertumbuhan tubuh dan pelvis.

Gambar 1. Tulang pelvis sapi

Jarak antara sacrum dan pubis (sacropubis) juga menentukan dalam kejadian distokia,
normalnya berukuran 19,0 sampai 24,1 serta bisiliaca normalnya berdiamater 14,6
sampai 19,0.
c) Sebab-sebab infeksius
3

Kejadian infeksi pada sistem reproduksi juga mempengaruhi terjadinya distokia pada
saat kelahiran seperti endometritis.
d) Sebab-sebab traumatik
Sebab-sebab traumatik memang jarang ditemukan. Hernia ventralis dan ruptur tendon
prepubis menyebabkan distokia karena ketidaksanggupan kontraksi abdominal yang
ditimbulkannnya, sehingga induk tidak dapat mendorong fetus keluar. Torsio uteri dapat
disebabkan oleh slip, jatuh atau terguling secara tiba-tiba.
e) Sebab-sebab lain
Penyebab lain disebabkan oleh kelainan presentasi, posisi dan postur fetus.
2.3 Cara Penanganan Distokia
Penanganan pada kasus distokia dapat dilakukan dengan:
1. Mutasi, mengembalikan presentasi, posisi dan postur fetus agar normal dengan cara di
2.

dorong (repulsi), diputar (rotasi) dan ditarik (retraksi).


Penarikan paksa dilakukan apabila uterus lemah dan fetus tidak mampu untuk
menstimulir perejanan. Dan dilakukan pada saat induk sapi telah teranastesi epidural.

Gambar 2. Membuat ikatan pada kepala dan phalanx pada


pertolongan distokia

3. Pemotongan janin (Fetotomi) dilakukan apabila presentasi, posisi dan postur janin yang
abnormal tidak bisa diatasi dengan mutasi/ penarikan paksa.

4. Operasi Secar (Sectio Caesaria), merupakan alternatif terakhir apabila semua cara tidak
berhasil. Operasi ini dilakukan dengan pembedahan perut (laparotomy) dengan alat dan
kondisi yang steril

Gambar 3. Titik-titik pemotongan fetus (fetotomy) pada


persentasi
longitudinal
anterior
dan
presentasi longitudinal posterior

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Posisi Normal Fetus
Secara normal posisi fetus adalah posisi dorso sacral pada presentasi longitudinal
(anterior dan posterior) dengan postur yang normal.

Gambar 4. Posisi fetus normal presentasi longitudinal


anterior

3.2 Macam-Macam Abnormalitas Posisi Fetus dan Penanganannya


Kelainan posisi pada fetus dapat dibedakan menjadi, yaitu:
a) Pada presentasi longitudinal dengan posisi dorso pubis, dorso illial kanan dan dorso
illial kiri.
b) Pada presentasi transversal dengan posisi cephalo illial kanan, cephalo illial kiri,
cephalo pubis dan cephalo sacral.
Berikut adalah macam posisi fetus yang abnormal yang menyebabkan distokia pada
sapi beserta cara penanganannya.
3.2.1

Posisi cephalo pubis


Presentasi
: Transversal ventral
Postur

: Unilateral carpal flexion

Penanganan

: Fetus direpulsi, lalu dilakukan versi menjadi presentasi

longitudinal anterior, lalu dilakukan rotasi 90 berlawanan arah jarum jam dan
dilakukan ekstensi untuk mereposisi kepala fetus dan menangani carpal flexion,
kemudian dilakukan tarik paksa.

Gambar 5. Posisi cephalo pubis

3.2.2

Posisi chepalo illial kanan


Presentasi

: Transversal dorsal

Postur

: Normal

Penanganan

: Fetus direpulsi kemudian dilakukan versi untuk memperoleh

presentasi longitudinal anterior, lalu dilakukan rotasi 90 searah jarum jam dan
dilakukan ekstensi apabila postur fetus belum normal, setelah itu fetus bisa
dikeluarkan dengan cara ditarik paksa.

Gambar 6. Posisi cephalo illial kanan

3.2.3

Posisi cephalo illial kiri


Presentasi

: Transversal dorsal

Postur

: Normal

Penanganan

: Fetus di repulsi, kemudian dilakukan versi menjadi posisi dorso

illial kanan pada presentasi longitudinal anterior lalu dirotasi 90 berlawanan arah
jarum jam, kemudian lakukan ekstensi apabila postur fetus masih belum normal,
setelah itu lakukan tarik paksa.

Gambar 7. Posisi cephalo illial kiri

3.2.4

Posisi dorso illial kiri


Presentasi
: Longitudinal anterior
Postur

: Normal

Penanganan

: Fetus direpulsi, kemudian dirotasi 90 searah jarum jam,

kemudian lakukan tarik paksa.

Gambar 8. Posisi dorso illial kiri

3.2.5

Posisi dorso illial kanan


Presentasi

: Longitudinal anterior

Postur

: Normal

Penanganan

: Fetus direpulsi, kemudian dirotasi 90 berlawanan arah jarum

jam, lalu ditarik paksa.


3.2.6

Posisi dorso pubis


Presentasi

: Longitudinal anterior

Posisi

: Dorso pubis

Postur

: Normal

Penanganan

: Fetus direpulsi, kemudian dirotasi 180 searah jarum jam

(sesuaikan dengan arah umbilicalis) lalu tarik paksa.

Gambar 9. Posisi dorso pubis

3.2.7

Posisi cephalo sacrum


Presentasi

: Transversal ventral

Postur

: Normal

Penanganan

: Fetus direpulsi, kemudian diversi hingga menjadi presentasi

longitudinal anterior posisi dorso ilial kanan, lalu dirotasi 90 berlawanan arah
jarum jam (atau ikuti posisi umbilicalis), lakukan ekstensi apabila postur fetus
masih belum normal, kemudian lakukan tarik paksa.

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Distokia adalah suatu gangguan dari suatu proses kelahiran atau partus, yang mana
dalam stadium pertama dan stadium kedua dari partus itu keluarnya fetus menjadi lebih
lama dan sulit. Distokia bisa disebabkan karena abnormalitas presentasi, posisi dan postur
fetus. Kelainan posisi pada fetus yaitu pada presentasi longitudinal dengan posisi dorso
pubis, dorso illial kanan dan dorso illial kiri serta pada presentasi transversal dengan posisi
cephalo illial kanan, cephalo illial kiri, cephalo pubis dan cephalo sacral.
4.2 Saran
Guna menghindari terjadinya distokia pada sapi, sebaiknya induk sapi diberikan
nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan dan dikontrol kesehatan dan perkembangan
kebuntingannya. Apabila kejadian distokia tidak dapat dihindari atau sudah terjadi, maka
penanganan yang cepat dan tepat sangat diperlukan untuk keselamatan induk dan anak.

10

DAFTAR PUSTAKA
Bajcsy, .C. 2007. Dystocia due to abnormal postures, positions and presentations. Szent
Istvn University, Faculty of Veterinary Science Clinic for Large Animals.
Jackson, P.G. 2007. Handbook Obstetrik Veteriner. Edisi ke-2. Diterjemahkan oleh Aris Junaidi.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Ratnawati, D., Pratiwi, W.C, Affandhy, L. 2007. Petunjuk Teknis Penanganan Gangguan
Reproduksi pada Sapi Potong. Pasuruan: Pusat Penelitian dan Pengembangan
Peternakan.
Toelihere, M.R. 2010. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. Jakarta: UI Press.

11

Anda mungkin juga menyukai