PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keberhasilan reproduksi akan sangat mendukung peningkatan populasi
dan produksi sapi. Masih banyak permasalahan yang timbul dalam peternakan
seperti permasalahan pakan dan kesehatan, khususnya gangguan reproduksi.
Gangguan reproduksi berdampak pada rendahnya fertilitas induk, sehingga
angka kebuntingan dan kelahiran pedet menurun atau dengan kata lain
efisiensi reproduksi menurun. Akibat dari semua itu adalah lambatnya
pertambahan populasi sapi dan produksi daging nasional. Gangguan
reproduksi yang umum terjadi pada sapi salah satunya adalah distokia.
Dystocia berasal dari bahasa Yunani (dys =sulit; tokos = kelahiran) yang
berarti kesulitan dalam kelahiran. Distokia dapat dialami oleh semua jenis
hewan. 3,3% kejadian distokia, dialami oleh sapi dimana kejadian ini lebih
sering terjadi pada sapi perah dibandingkan dengan sapi potong. Kejadian
distokia lebih banyak ditemukan pada kebuntingan sebelum waktunya, karena
penyakit pada uterus, kematian fetus dan kelahiran kembar atau pada
kebuntingan yang berakhir jauh melewati waktunya karena fetus terlalu besar.
(Toelihere,1985).
Penyebab distokia pada hewan terutama sapi, dibagi menjadi dua yakni
sebab-sebab dasar dan sebab-sebab langsung. Sebab-sebab dasar dibagi lagi
menjadi sebab herediter, nutrisional dan manajemen, penyakit menular,
traumatik dan sebab-sebab campuran. Sebab-sebab langsung dibagi lagi
menjadi dua kausa, yaitu kausa maternal dan kausa foetal.
Dari begitu banyak penyebab distokia ada satu penyebab yang langka
kejadiannya yaitu monster fetus. Kejadian distokia akibat moster fetus relatif
tidak umum dan sebagian besar terjadi secara sporadis tapi kejadiannya pada
ternak sapi lebih tinggi dibanding spesies lain. (Jackson,2004)
Distokia adalah suatu gangguan dari suatu proses kelahiran atau partus,
yang mana
keluarnya fetus menjadi lebih lama dan sulit, sehingga menjadi tidak mungkin
kembali bagi induk untuk mengeluarkan fetus kecuali dengan pertolongan
manusia. Pada umumnya kejadian distokia lebih sering terjadi pada sapi perah
disbanding sapi potong. Kelahiran adalah suatu proses yang sangat rumit dan
distokia dapat muncul apabila beberapa bagian dari proses tersebut mengalami
kegagalan atau menjadi tidak terkoordinasi.
Indikasi dari terjadinya distokia yaitu tahap pertama kelahiran yang
lama dan tidak progresif, sapi berdiri dengan postur abnormal selama tahap
pertama kelahiran,perejanan kuat selama 30 menit tanpa munculnya anak sap,
kegagalan anak sapi untuk dikeluarkan dalam waktu 2 jam setelah amnion
tampak pada vulva, malpresentasi, malpostur atau maldiposisi yang nyata.
Misalnya, tampaknya kepala fetus tanpa kaki depan, ekor tanpa kaki belakang,
kepala dan salah satu kaki depan, tampak korioallantois terpisah, mekonium
fetus, atau cairan amnion tercemar darah pada vulva. Tanda-tanda ini
menunjukkan bahwa hipoksia fetus mungkin ada dan kematian fetus telah
terjadi.
Untuk
memudahkan
penggambaran,
maka
penyebab
distokia
1.4 Manfaat
Pembaca dapat mengetahui seperti apa abnormalitas posisi monster
fetus yang dapat mengakibatkan distokia pada sapi dan mengetahui bagaimana
penanganannya secara fetotomi dan Caesar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Distokia
Distokia bila ditilik dari kata asalnya adalah berasal dari bahasa
Yunani yaitu Dys yang berarti sulit, dan Tokos yang berarti kelahiran.
Jadi dapat diartikan bahwa distokia adalah kesulitan dalam proses kelahiran.
Lawan dari distokia adalah Eutocia yang berarti adalah kemudahan dalam
proses kelahiran. Distokia adalah suatu gangguan dari suatu proses kelahiran
atau partus, yang mana dalam stadium pertama dan stadium kedua dari partus
itu keluarnya fetus menjadi lebih lama dan sulit, sehingga menjadi tidak
mungkin kembali bagi induk untuk mengeluarkan fetus kecuali dengan
pertolongan manusia (Ratnawati et al., 2007). Definisi posisi adalah hubungan
antara punggung fetus pada presentasi longitudinal atau kepala fetus terhadap
bagian dari pelvis induk.
Distokia merupakan bila pada stadium pertama dan terutama stadium
kedua dari kelahiran lebih lama atau menjadi sulit da tidak mungkin lagi bagi
induk mengeluarkan fetus (partus tanpa pertolongan), lawan dari distokia
adalah eutokia (Imam, 2012).
2.2 Penyebab Distokia
Menurut Tolihere (2010), penyebab distokia pada sapi antara lain:
a) Sebab-sebab herediter
Terdiri atas faktor-faktor yang terdapat pada induk
yang
Pemberian pakan yang tidak sempurna pada sapi dara yang sedang
tumbuh merupakan factor utama dalam menghambat pertumbuhan tubuh
dan pelvis. Selain itu distokia juga terjadi pada hewan betina dara yang
dikawinkan pada umur yang terlampau muda, atau betina yang cukup tua
untuk dikawinkan tetapi pertumbuhan tubuhnya sangat terhalang karena
makanan buruk, parasitisme atau penyakit. Tingkatan makanan yang rendah
merupakan sebab utama atau faktor penting dalam perkembangan penyakit
parasitisme
menahun.
Pemberian
makanan
yang
berlebihan
dapat
kontraksi uteri dan penyakit pada fetus merupakan faktor penting. Penyebab
letak sungsang belum diketahui.
f) Sebab Sebab Langsung
Kausa maternal distokia.
Faktor-faktor ini meliputi fraktura dan eksostosa pelvis.ukuran pelvis
yang kecil karena betina belum dewasa tubuh; hipoplasia herediter atau
congenital saluran kelahiran atau vulva, penyempitan cervix, vagina atau
vulva karena pertumbuhan jaringan ikat atau bekas luka dari kesulitan pada
kelahiran yang lalu.
Kausa foetal distokia
Kausa ini lebih umum dan disebabkan oleh kelainan presentasi,
posisi dan postur dan fetus yang terlampaui besar. Sebab-sebab ini meliputi :
presentasi transversal ventral dan dorsal, posisi dorso-illial atau dorso pubis,
fleksio kaki di bawah tubuh, pembengkokan kepala dan leherke ventral dan
lateral atau dorsal, anasarca atau ascites foetal, tumor fetus yang besar,
pembesaran rongga tubuh seperti otak, lambung, ginjal dan uterus,
abnormalitas fetus dan monster.
Dari penyebab diatas, kelompok kami mengambil salah satu contoh
kasus penyebab distokia yaitu Monster Fetus.
1. Definisi Monster Fetus
Monster fetus adalah ukuran fetus yang abnormal sehingga induk sulit
melahirkan secara alami. Fetus yang cacat atau fetus yang memiliki bentuk
abnormal dan ukurannya bisa melebihi ukuran fetus yang normal pada
umumnya dapat juga disebut sebagai monster fetus.
2. Jenis-jenis
Kembar Siam / Monster Ganda
Kembar siam atau monster ganda (diplophagus monster) adalah
kelompok monster yang paling umum terjadi pada kejadian distokia
akibat monster fetus. Kembar siam umumnya berasal dari satu ovum
yang dibuahi atau kembar monozygotic dimana pembelahannya
kurang sempurna sehingga menyebabkan beberapa bagian tubuhnya
masih menempel satu sama lain. Adapun beberapa variasi tingkat
pemisahan pada kembar siam yaitu :
merupakan
akibat
dari
akondroplasia
Perosomus Elumbis
Monster ini mempunyai verterbre lumbal dan korda spinal bagian
terakhir anterior yang seakan-akan normal tetapi rudimenter. Hal ini
ditandai dengan agenesis sebagian atau agenesis lengkap dari lumbal,
sacral, tulang coccigeal. Kaki belakang berubah bentuk dan mengalami
ankilosis. Kelainan primer pada kejadian ini adalah adanya hipoplasia
atau aplasia sumsum tulang belakang janin yang berakhir pada regio
thorac.
Hidrosepalus
Fetus dengan kelainan ini mempunyai kranium yang mengalami
pembesaran sehingga menyulitkan fetus memasuki dan melewati
pelvis induknya. Hal ini terjadi akibat adanya akumulasi cairan yang
berlebih pada otak fetus.Kejadian ini sering terlihat pada sapi angus.
Biasanya fetus lahir dalam keadaan mati atau mati tidak lama setelah
dilahirkan.
Anasarka Fetal
Oedema subkutan umum terdapat pada kelainan ini. Anak sapi
yang terkena sering tidak memiliki bulu dan cairan uterus induk
berkurang selain itu juga akibat ukurannya yang abnormal induk
mengalami kesulitan dengan melahirkan secara alami.
Pemeriksaan Umum
Keadaan umum harus diperiksa sebelum penanggulangan distokia.
Pemeriksaan umum memiputi kondisi fisik hewan. Pada sapi tu amungkin
terjadi paresis purpuralis atau paraplegia kebuntingan. Pada kebanyakan
kasusu distokia pulsusu akan meningkat, suhu badan akan lebih tinggidari
normal, periksa derajat pembesaran perut, warna mukosa, vulva
2.4.3
10
emfisema dan rambut sudah tanggal berarti fetus mati sekitar 24 sampai 48
jam yang lalu.
2.4.4 Alat alat kebidanan
1. Rantai dan gagang atau pemegangnya.
Rantai kebidanan lebih disukai daripada tali karena mudah dicuci dan
disterilkan, tidak habis, kuat dan tidak melukai foetus atau saluran kelamin
induk. Panjangnya dapat mencapai 25cm. 50 cm dan 100 cm.
2. Tali kebidanan.
Sebagai pengganti rantai kalau alat tersebut terakhir tidak ada. Tali
yang dimaksud terbuat dari pintalan benang. Jangan sekali-kali memakai
tali rami atau tali plastic karena dapat melukai foertus dan saluran kelamin
induk. Sebagai tempat penarikan tali dipakai sebilah kayu sepanjang
30cm. baik rantai maupun tali selalu terdapat sepasang untuk menarik
kedua kaki. Disamping itu diperlukan satu tali untuk menarik rahang
bawah dan presentasi anterior.
pengantar kawat
11
Gambar.
2.11 alat-
alat
fetotom
Anastesi
Anastesi yang dilakukan adalah anastesi epidural. Tempat penyuntikan
2.4.5
Penarikan Paksa
Dilakukan apabila uterus lemah dan fetus tidak mampu untuk
menstimulir perejanan. Dan dilakukan pada saat induk sapi telah
teranastesi epidural. Penarikan paksa adalah pengeluaran fetus dariinduk
12
fetotomi
mengurangi
fetusdan
dengan
cara
memotong
sebagian
Gambar adalah
2.12. Membuat
ikatanukuran
pada kepala
phalanx
pada
pertolongan
distokia
atau keseluruhan dari fetus, hal ini dilakukan karena untuk menghindari
bedah Caesar (sectio caesarea), pelaksanaannya tidak terlalu rumit, dapat
mengurangi trauma atau kelukaan akibat tarikan, ukuran fetus menjadi
lebih kecil sehingga mudah ditarik. Syaratnya, servik harus dalam keadaan
membuka penuh sehingga kedua tangan operator bisa masuk ke dalam
ruang uterus untuk manipulasi fetus. Akibat yang dapat ditimbulkan dari
fetotomi ini potongan fetus dapat menyebabkan kelukaan, tenaga tidak
sedikit, waktu yang lama, operator dapat mengalami kelukaan dan bisa
terjadi infeksi akibat fetus yang terinfeksi. Fetotomi dapat dilakukan bila
fetus yang dipotong sudah mati, dilatasi lintasan peranakan tidak
sempurna dan juga bila pemilik menyetujui untuk dilakukan fetotomi. Bila
terpaksa harus dilakukan fetotomi dan fetus belum mati, maka seharusnya
fetus dimatikan lebih dahulu (mercy killing) dengan cara memotong tali
pusatnya dengan gunting atau scalpel (Azmi, 2010).
13
14
BAB III
PEMBAHASAN
Penanganan kasus distokia pada sapi akibat monster fetus sulit dilakukan.
Sangat sulit untuk monster fetus lahir melalui vagina induk secara normal. Peran
dokter hewan dan bidan ternak sangat penting pada penanganan distokia. Ada dua
cara yang dapat dilakukan untuk menangani kasus distokia pada sapi akibat
monster fetus yakni fetotomi dan operasi sesar atau sectio caesaria. Bila fetus
masih hidup dalam keadaan hidup, dapat dilakukan operasi sesar untuk
menyelamatkan fetus. Bila fetus telah mati maka dapat dilakukan fetotomi.
Fetotomi
Fetotomi atau embriotomi adalah pemotongan fetus untuk mengurangi
ukurannya dengan menyisihkan berbagai bagian tertentu fetus (Toelihere,1985).
Fetotomi sebagai penanganan kasus distokia mempunyai kekurangan seperti dapat
menyebabkan luka atau ruptura uterus atau saluran kelahiran oleh alat-alat
fetotomi atau oleh tulang-tulang tajam, memerlukan banyak waktu, menguras
tenaga induk dan tenaga pelaksana sehingga dapat membahayakan induk sapi
serta pelaksana. Adapun keuntungan fetotomi pada penanganan kasus distokia
adalah lebih praktis dan cukup berhasil pada sapi, fetotomi juga lebih sering
digunakan daripada operasi sesar karena operasi sesar lebih mahal, lebih banyak
membutuhkan waktu dan tenaga dan memerlukan perhatian khusus pasca
pembedahan.
Indikasi penggunaan operasi sesar dibandingkan fetotomi bila fetus masih
hidup dan pemiliknya menginginkan demikian, atau bila fetotomi total sangat sulit
karena jalan kelahiran yang sempit. Alat-alat yang sering digunakan dalam
pelaksanaaan fetotom adalah kawat foetotom, tali atau rantai obsterik, batang
fetotom, gergaji, kait tajam.
Ada dua teknik fetotomi yang dapat digunakan yaitu fetotomi total/ lengkap
dan fetotomi parsial :
Fetotomi parsial adalah fetotomi atau pemotongan sebagian tubuh fetus yang
mengahalangi fetus keluar melalui jalan kelahiran/ saluran kelamin. Sedangkan
fetotomi total adalah fetotomi atau pemotongan keselurah bagian fetus menjadi
15
beberapa bagian yang lebih kecil sehingga fetus dapat dikeluarkan melalui jalan
kelahiran/ saluran kelamin.
Fetus Dalam Presentasi Anterior
Amputasi kepala dan leher dilakukan apabila kepala danleher membengkok
ke samping, ke bawah atau ke atas tubuh foetus. Pembetulan postur abnormal ini
dengan mutasi sering sulit atau berbahaya karena uterus yang ketat berkontraksi
menjepit leher yang membengkokatau foetus yang kering dan emfisematous.
Amputasi dapat pula dianjurkan karena pelvis induk kecil dibandingkan dengan
kepala fetus yang besar dan tidak mungkin keluar bersama-sama kedua kaki depan
melalui jalan kelahiran. Kawat foetotom dililitkan ke oangkal leher, kepala
foetotom ditekan kuat antara persendian bahu dan leher fetus, dan leher dipotong
sedekat mungkin ke tubuhnya. Kepala dan leher dapat ditarik keluar dengan
tangan atau tali atau kait mata. Penarikan kaki-kaki fetus dapat mengeluarkan
fetus kecuali bila diperlukan pemotongan lebih lanjut. Apabila pangkal tertinggal
terlampau panjang, ia hrus dilindungi dengan tangan untuk mencegah perlukaan.
Amputasi kaki depan, dilakukan untuk member cukup ruangan dan
mempermudah amputasi kepala dan leher, atau memberi ruangan untuk berlalunya
bagian tubuh lain melalui saluran kelahiran. Apabila kaki depan tertahan atau
melurus dibawah tubuh dan mutasi tidak mungkin karena efisemafoetalis atau
kontraksi dinding uterus, perlu dilakukan amputasi kaki tersebut.
Amputasi kaki depan dimulai dengan penarikan kaki tersebut secara konstan
memakai tali atau rantai obstetrik. Amputasi secara langsung, dibuat insisi
berbentuk bulan sabit pada kulit fetus dan muskulus trapesius dan muskulus
rhomboideus di dorsal scapula dengan menggunakan pisau jari, dan ujung dorsal
scapula dipisahkan dari tubuh fetus. Kawat foetotom ditempatkan pada insisi
tersebut dibawah kartilago scapula dan kepala foetotom ditekankan ke daerah
fektoral atau daerah ketiak. Batang foetotom diikat erat pada metacarpus dan
pengergajian dimulai untuk menyingkirkan kaki tersebut.
Metode amputasi secara tidak langsung, kepala foetotom ditempatkan dan
ditekankan pada dorsocaudal ujung scapula fetus, dan kawat foetotom
dilingkarkan dibawah ketiak. Batang foetotom diikat erat pada metacarpus.
Penggergajian berlangsung dengan sudut lancip, dan kawat foetoto akhirnya akan
16
muncul keluar dari ujung dorsal scapula. Dalam beberapa kasus kaki depandapat
digergaji dan disingkirkan bersama-sama dengan kepala dan leher. Amputasi kakikaki depan menghilangkan kulit pada dingding dada, sehingga mudah dilakukan
evisceratio.
Evisceratio pada presentasi anterior dilakukan untuk mengurangi ukuran fetus
pada fetus yang besar atau beremfisema atau menghilangkan cairan pada ascites
foetalis. Metode ini dapat pula dilakukan untuk mempermudah pemasukan tangan
pelaksana,untuk meneruskan kawat foetotomi ke pelvis pada kesulitan
pengeluaran pelvis disamping itu eficeratio berguna untuk pemotongan tulang
rusuk fetus untuk mengurangi ukuran dada fetus. Eficeratio dimulai dengan
memotong kaki-kaki depn memakai foetotom. Urat-urat daging diantara tulang
rusuk pertama, kedua, ketiga, keempat, dan kelima dipisahkan memakai jari atau
pisau dari tulang punggung sampai tulang dada. Untuk membuka jalan ke dalam
rongga dada dan rongga perut, maka tulang rusuk kedua, ketiga, dan kadangkadang keempat disingkirkan dengan memotongnya sedekat mungkin ketulang
punggung memakai kait tajam.
Ujung kait ditekan agak miring ke lateral pada pangkal tulang rusuk dan
dilindungi dengan tangan untuk mencegahnya meleset dan melukai dinding
saluran kelahiran. Kait ditarik secara mantap ke arah pelaksana dan rusuk
terpotong rata pada pangkalnya. Jantung dan paru-paru ditarik keluar setelah
memegang dasar jantung dan melilit pembulih darah besar dengan jari-jari. Pruparu dapat disingkirkan dengan menariknya pada percabangan trakea. Sesudah
viscera thoracalis dikeluarkan, jari-jari ditusukkan melampaui diagfragma pada
daerah pembuluh darah besar. Lmabung dan usus dapat dengan mudah
dikeluarkan dengan melilitkannya pada tangan. Hati dilepaskan dari diagfragma
dan dikeluarkan dalam bberapa bagian. Ginjal cukup kecil dan tidak perlu
dikeluarkan.
Fetus Dalam Presentasi Posterior
Fetotomi pada Presentasi Posterior dapat dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung. Pemotongan secara langsung dilakukan dengan pertama-tama
membuat suatu insisi tranversal pada kulit dan urat daging di cranial pada sayap
illium. Kawat fetotom di tempat kan pada insisi tersebut sedangkan kepala
17
fetotom di tempatkan pada diantara kedua kaki belakang. Satu kaki belakang
bersama ekor atau sebagian pelvis di gergaji dan disingkirkan. Pada pemotongan
secara tidak langsung, kepala fetotom di tempatkan di dorsal kepala illium atau
pada bagian caudal daerah lumbal. Kaki fetus direntangkan dan ikat erat pada
bagian fetotom di luar tubuh induk.
Pada waktu pemotongan, kawat fetotom bergerak melalui lekukan persendian
pada pangkal paha dan pinggul. Evisceratio pada presentasi posterior dilakukan
jika diperlukan jika untuk mengurangi ukuran fetus. Sesudah pemotongan satu
atau kedua kaki belakang, pintu ke dalam rongga perut lebih diperbesar dan
viscera ditarik keluar seperti pada presentasi anterior tetapi dengan urutan yang
berlawanan. Demikian pula pemotongan tulang rusuk dilakukan melaui urutan
yang berlawanan dengan presentasi anterior.
Selain fetotomy, penanganan pada kasus monster fetus dapat dilakukan
dengan melakukan operasi Setion cesaria.
Sectio Caesaria
Caesar
atau
Xylocain
yang
disuntikkan
untuk
memblokir
akar
18
dorsal
Sebelum dioperasi, daerah flank kiri dicuci bersih dan dicukur dengan lebar 5
cm dengan panjang 30-40 cm dan luas 20-45 cm, kemudian didesinfeksi dengan
Iodium
tincture.
Tempat
incisi ditentukan
pada jarak
telapak
tangan
uterus,
bila
ada
torsio
uteri
kembalikan
dahulu
ke
posisi
selaput
foetus
yang
longgar
dilepas
memakai
19
Efek Clenbuterol, uterus akan terus berelaksasi setelah foetus keluar. Bila
tidak menggunakan Clenbuterol, uterus akan mengkerut dengan cepat, sehingga
penjahitan dinding uterus akan sulit dilakukan (Anonymous, 1979). Penjahitan
dimulai dari dinding uterus dengan pola jahitan Lambert dengan menggunakan
chromic cat gut sampai dinding uterus tertutup dan rapat, sebaiknya semua jahitan
dilakukan dari bawah ke atas pada luka sayatan. Sesudah penjahitan, uterus
dimasukkan kembali ke dalam rongga perut, lalu bersihkan rongga perut dari
darah yang membeku dan runtuhan jaringan yang berasal dari rongga uterus
dengan Ringer Lactate yang dicampur dengan Penstrep. Pembersihan ini penting
untuk menghindari terjadinya adhesi antar organ viscera pasca operasi
(Anonymous, 2007).
Bila ronga perut sudah bersih, penutupan daerah sayatan di mulai dengan
peritoneum dengan pola jahitan simple interrupted memakai benang chromic cat
gut, musculus dan fascia di jahit dengan pola simple continous memakai benang
chromic cat gut. Kemudian kulit di tutup dengan jahitan simple interrupted
menggunakan benang nilon. Kedalam daerah sayatan di semprotkan penicillin oil
dan di bersihkan dengan menggunakan Iodium tincture 3 %. Hewan disuntik
penicillin kristal dengan dosis 3-6 juta unit atau tetracyclin dengan dosis 1-2
gr secara intra muscular. Juga disuntikkan Oksitosin 5 ml pasca operasi. Oksitosin
merupakan antidota
dari Clenbuterol.
Oksitosin
akan membuat
uterus
berkontraksi dan proses involusi segera dimulai, plasenta akan terbantu keluar
dengan adanya kontraksi uterus. Jahitan kulit pada lapisan terluar bisa dilepas
setelah 3 minggu operasi (Anonymous, 2006).
20
BAB IV
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Distokia adalah kesulitan kelahiran. Ada banyak penyebab distokia pada
hewan ternak terutama sapi. Salah satunya adalah monster fetus, monster fetux
relatif tidak umum dan sebagian besar terjadi secara sporadis tapi kejadian pada
ternak sapi relatif lebih tinggi dibandingkan spesies lainnya terutama pada ternak
sapi cross breed. Monster fetus umumnya disebabkan oleh faktor genetik selain
itu dapat pula disebabkan oleh faktor fisik, kimiawi dan juga virus.. Akibat dari
kelainan ukuran serta bentuk fetus maka penanganan untuk kasus distokia akibat
monster fetus setelah dilakukan tarik paksa namun tidak berhasil maka solusi
dianjurkan adalah dengan cara fetotomi parsial maupun total. Namun jika
dengancara fetotomi sulit maka jalan cata terakhir yaitu dengan melakukan
section caesaria.
21
DAFTAR PUSTAKA
Jackson, P.G.G. 2004. Handbook Obstetri Veteriner Edisi Kedua. Cambridge.
Gadjah Mada University Press.
Sarma, D.K, K. Ahmed, and P. M. Baruah. 2013. STERNOPAGUS CONJOINED
TWIN MONSTER IN CROSSBREDJERSEY COW. Indian Journal of
Animal Reproduction 34 (1) : June 2013.
Selvaraju, M. et al. 2010. DYSTOCIA DUE TO SCHISTOSOMUS REFLEXUS
IN A COW - A CASE REPORT. J. Vet. Anim.Sci. 2010. 41 :71-72.
Sharma, A.et al. 2013. Rare fetal monster in Holstein crossbred cow . Open
Veterinary Journal, Vol. 3(1): 8-10.
Singh,N., Ghuman, S.P.S., Singla, V.K., Honparke,M. 2012. PARTIAL
FETOTOMY FOR THE DELIVERY OF A SCOLIOTIC-ANKYLOSED
FETUS IN A COW. Indian Journal of Animal Reproduction 33 (2) : Dec.
Page : 92-93.
Toelihere, M.R. 1985. Ilmu Kebidanan pada Ternak Sapi dan Kerbau. Bogor. UI
Press.
A. Tripathi*, J.S. Mehta, G.N. Purohit, S. Sharma, K. Saini, S.K. Pathak. 2014.
Dystocia In A Cow Due To Hydrocephalic Fetus : A Case Report. Journal
of Livestock Science (ISSN online 2277-6214) 5:79-82
22