Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN KEGIATAN PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI DOKTER

HEWAN BAGIAN REPRODUKSI


KOLEKSI OOSIT SAPI, BABI DAN MENCIT
GELOMBANG 11 H

Oleh :
I Made Agus Miyasa Jaya, S.KH 1309006017
Putu Indra Sathya, S.KH 1309006033
I Putu Agus Antara Putra, S.KH 1309006040
Ayu Chitra Adhitya Putri, S.KH 1309006041
Agnes Indah Widyanti, S.KH 1309006052
Ida Ayu Made Yuliantari, S.KH 1309006062
Teresia Irene Julianta S., S.KH 1309006088
Wahid Danang Pranatha, S.KH 1309006141
Ida Ayu Adi Diah Kencana Dewi, S.KH 1309006153

LABORATORIUM REPRODUKSI
PENDIDIKAN PROFESI DOKTER HEWAN KLINIK HEWAN
FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS UDAYANA
DENPASAR
2017
2.1.2. Koleksi Oosit Sapi, Babi dan Mencit
A. Materi
1. Alat
a. Alat bedah (pinset, gunting, scapel, blade)
b. silet
c. Spuit 1 ml, 3 ml, dan 5 ml
d. Cawan petri kecil
e. Mikroskop
f. Cawan petri (kaca)
g. Pipet pasteur
h. Kamera digital
i. Coolbox
2. Bahan
a. Ovarium mencit, sapi, dan babi
b. NaCl fisiologis
c. Tissue
B. Metode
1. Metode Aspirasi pada Sapi dan Babi
a. Langkah pertama masukkan ovarium sapi dan babi yang segar ke dalam
satu wadah yang berisi NaCl fisiologis agar jaringan tidak mengalami
autolisis.
b. Kemudian letakkan ovarium sapi dan babi masing-masing pada cawan
petri yang berbeda.
c. Kemudian siapkan spuit 3 ml yang telah berisi larutan NaCl fisiologis
sebanyak 1,5 ml.
d. Aspirasi cairan folikel dengan memasukan spuit ke dalam folikel.
e. Cairan hasil aspirasi dipindahkan ke cawan petri kemudian dilanjutkan
dengan pengamatan di bawah mikroskop.

2. Metode Slashing pada Sapi dan Babi


a. Langkah pertama masukkan ovarium sapi dan babi yang segar ke dalam
wadah berisi NaCl fisiologis agar jaringan tidak mengalami autolisis.
b. Kemudian letakkan ovarium sapi dan babi masing-masing pada cawan
petri berbeda yang berisi NaCl fisiologis sampai semua terendam
sempurna
c. Siapkan spuit 3 ml yang telah diisi NaCl fisiologis sebanyak 1,5 ml.
d. Selanjutnya ovarium ditoreh sejajar dengan porosnya menggunakan
blade/silet, kemudian dibilas menggunakan NaCl fisiologis diatas cawan
petri kaca agar oosit jatuh tepat pada cawan petri kaca.
e. Kemudian cairan hasil slashing diamati di bawah mikrokop untuk
diidentifikasi.

3. Metode Slicing pada mencit


a. Langkah pertama disiapkan mencit, kemudian di-eutanasi dengan cara
dislokasi os vertebrae cervicalis.
b. Setelah mencit mati, dilakukan nekropsi dengan incisi pada median
abdominal sampai ditemukan uterus dan ovarium pada mencit.
c. Saluran reproduksi mencit diangkat dan diletakkan dalam cawan petri
yang telah berisi NaCl fisiologis kemudian dibersihkan dari lemak yang
melekat.
d. Kemudian organ reproduksi dibagi menjadi tiga yaitu uterus, oviduk, dan
ovarium.
e. Ovarium dimasukkan ke dalam cawan petri (kaca) untuk dilakukan
slicing.
f. Tahap terakhir hasil slicing dipindahkan ke cawan petri kecil, kemudian
diamati dibawah mikroskop dan identifikasi oosit yang didapat.

Koleksi Oosit Pada Sapi, Babi dan Mencit


Tabel 1. Hasil Koleksi Oosit pada Sapi
No. Gambar Teknik Keterangan
1. Aspiration Oosit Expanded
a. commulus cells
c a b. zona pellucida
c. ooplasma
b

2. Aspiration Oosit Cumulus Oocyte


Complex’s (COC). Fase
c Germinal Vesicle Break
b Down (GVBD)
a. commulus cells
a
b. ooplasma
c. zona pellucida

3 c Slashing Oosit Expanded


b a. commulus cells
a b. ooplasma
c. zona pellucida

4 Slashing Oosit Expanded


a. commulus cells
b. ooplasma
a c. zona pellucida
b
c

Tabel 2. Hasil Koleksi Oosit pada Babi


No. Gambar Teknik Keterangan
1. Aspiration Oosit Partial
a. zona pellucida
b. commulus cells
a c. ooplasma
c
b

2. Slashing Oosit Partial


a. commulus cells
a b. zona pellucida
b c. ooplasma
c

3 Slashing Oosit Expanded


a. commulus cells
b. zona pellucida
a
c b c. ooplasma

Tabel 3. Hasil Koleksi Oosit pada Mencit


No
Gambar Teknik Keterangan
.

a
1. Organ reproduksi Organ reproduksi
pada mencit betina pada mencit betina.
b
c a. Ovarium

d b. Oviduct
c. Cornua uteri
d. Corpus uteri

2 Slicing Oosit Nude dengan


fase Germinal
Vesicle (GV)
b a. zona pellucida
a b. ooplasma

3 Slicing Oosit Partial


dengan fase
a Germinal Vesicle
c Break Down
b (GVBD)
a. commulus cells
b. zona pellucida
c. ooplasma

4 Slicing Oosit Expanded.


Fase Germinal
b Vesicle Break
a Down (GVBD)
a. commulus cells
b. ooplasma
5 Slicing Oosit Nude. Fase
Germinal Vesicle
Break Down
b
a (GVBD)
a. ooplasma
b. zona pellucida

Pembahasan

Ovarium merupakan bagian organ kelamin betina yang utama, bentuk dan
ukuran ovarium, berbeda-beda setiap spesies, umur, dan status reproduksinya. Pada
sapi ovarium berbentuk oval dan bervariasi dalam ukuran menurut struktur yang
berada di dalamnya (Sobari et al, 2012), sdangkan pada babi bentuk ovarium seperti
untaian buah anggur (Suraberata et al, 2016). Ovarium mempunyai fungsi sebagai
organ eksokrin yang dapat menghasilkan sel telur dan sebagai organ endokrin untuk
menghasilkan hormon-hormon reproduksi seperti estrogen yang dihasilkan oleh
folikel de Graaf dan progesteron yang dihasilkan oleh corpus luteum (Suraberata et
al, 2016).
Terdapat beberapa metode yang dilakukan untuk koleksi oosit pada ovarium
yaitu metode aspiration, metode slashing, dan metode slicing. Pada koleksi oosit
menggunakan 3 ovarium hewan yaitu sapi, babi, dan mencit. Koleksi oosit pada
ovarium sapi dan babi dilakukan dengan menggunakan metode aspirasi dan slashing.
Sedangkan pada ovarium mencit menggunakan metode slicing.
Hal pertama dilakukan pada metode aspirasi yaitu dengan mengambil cairan
pada folikel yang terdapat pada ovarium. Kemudian cairan tersebut dibawa kecawan
petri kemudian di indentifikasi menggunakan mikroskop. Pada metode slashing,
ovarium pada bagian folikel ditoreh menggunakan scaple/silet kemudian ditetesi
cairan NaCL fisiologis. Sementara pada metode slicing dilakukan pada mencit,
mencit di eutanasi dan di nekropsi terlebih dahulu kemudian pisahkan organ
reproduksinya, selanjutnya ovarium dicacah menggunakan scalpel yang diamati
dibawah mikroskop stereo, setelah itu hasil pencacahan tersebut diletakan pada cawan
petri kecil kemudian diamati dibawah mikroskop.
Morfologi dari oosit dibagi menjadi 4 bagian, yakni Cumulus Oocyte
Complex’s (COC) (terdapat sel-sel Cumulus Oophorus yang terdiri lebih dari 3-5
lapisan tebal), Expanded (terdapat sel-sel Cumulus Oophorus yang terdiri dari 3-5
lapisan tebal dengan salah satu bagian tidak utuh), Partial (terdapat hanya dua
lapisan sel Cumulus Oophorus), dan Nude (tidak ada yang mengelilingi oosit) (Parere
dan Lenda, 2015).
Koleksi oosit pada sapi dengan metode aspirasi dan slashing ditemukan
morfologi oosit yaitu COC (Cumulus Oocyte Complex’s) dan Expanded. Sedangkan
koleksi oosit pada babi dengan menggunakan metode yang sama ditemukan
morfologi oosit Expanded dan Partial. Sel kumulus mendukung pematangan oosit
sampai pada tahap metafase II dan berkaitan dengan pematangan sitoplasma yang
diperlukan untuk kemampuan perkembangan setelah fertilisasi (Abeydeera, 2002).
Pada metode slicing yang dilakukan ditemukan morfologi oosit Nude dengan
fase Germinal vesicle (GV) dan fase Germinal Vesicle Break Down (GVBD), oosit
Partial dengan fase Germinal Vesicle Break Down (GVBD) dan oosit Expanded
dengan fase Germinal Vesicle Break Down (GVBD). Fase GV dan GVBD menandai
oosit ada pada tahap profase. Profase terjadi saat proses mitosis oogonium menjadi
beberapa oogonia. Selanjutnya oogonia berdiferensiasi menjadi oosit primer dengan
inti yang disebut GV yang ditandai dengan adanya membran inti yang utuh dan
nukleus yang jelas. Selanjutnya, inti oosit tersebut mengalami peleburan sehingga
terbentuk GVBD yang ditandai dengan inti nukleus yang tidak nampak. Hilangnya
selaput inti dan nukleus ditandai dengan berakhir tahap profase (Chohan et al, 2003)

Daftar Pustaka
Abeydeera, L. R. 2002. In Vitro Production Of Embryos In Swine. Theriogenology,
Vol. 57, No.7, pp.256-273.
Chohan, K. R., dan Hunter A. G. 2003. Meiotic Competence Of Bovine Fetal Oocytes
Following In Vitro Maturation. Anim. Reprod. Sci. Vol.76, pp.43-51.
Parere, H., Lenda, V. 2015. Pengaruh Corpus Luteum Dan Folikel Dominan Terhadap
Kualitas Morfologi Oosit Sapi Bali-Timor. Jurnal Kajian Veteriner Vol. 3 No 1 :
63-70.
Sobari, I., Trilaksana, I. G. N. B., Suatha, I.K. 2012. Perbedaan Aktivitas Ovarium Sapi
Bali Kanan dan Kiri serta Morfologi Oosit yang Dikoleksi Menggunakan
Metode Slicing. Indonesia Medicus Veterinus. Vol 1(1) : 1-11..
Suberata, I.W., Sumardani, N.L.G., Artiningsih, N.M. 2016. Kajian Aktivitas
Ovarium Babi Betina Hasil Pemotongan Di Rumah Potong Hewan Tradisional
Di Kabupaten Badung. Majalah Ilmiah Peternakan Vol 19(2) : 80-83.

Anda mungkin juga menyukai