Anda di halaman 1dari 2

MASERISASI FETUS

Maserasi fetus adalah kondisi patologis reproduksi selama masa kebuntingan, fetus
mengalami kematian diikuti infeksi sehingga fetus mengalami penghancuran dan terbentuk gas
di dalam uterus. Umumnya kasus kematian fetus terjadi sekitar 40 hari kebuntingan. (Junaidi,
2013). Tanda klinis yang biasanya ada pada induk-induk yang mengalami maseras fetus seperti
perdarahan seperti pada saat rupture uterus atau tanda-tanda adanya infeksi. (Junaidi, 2013).
Maserasi fetus yaitu kematian fetus yang terjadi dipertengahan, atau sepertiga akhir
masa kebuntingan, tidak memberikan inhibisi pada corpus luteum. Suatu keadaan mengapa
fetus masih dipertahankan di dalam uterus karena masih adanya fetus yang masih hidup atau
adanya corpus luteum yang masih ada, dan ada hubungannya dengan fetus tunggal atau ganda.
Maserasi yang ada hubungan dengan corpus luteum persisten. Karena pemeliharaan
fetus ini dilakukan oleh progesterone yang dihasilkan corpus luteum, pada spesies lainnya
progesterone dihasilkan plasenta fetus setelah pertengahan masa kebuntingan dan corpus
luteum telah involusi. Maserasi fetus juga dapat berasal dari mumifikasi fetus yang diikuti oleh
invasi ke uterus dan berakibat maserasi dari uterus.
Menurut Kustritz, (2003) maserasi fetus juga dapat disebabkan oleh efek samping
pemberian progesterone terkait dosis, umur, dan spesies pasien. Pemberian progesterone
selama fase kehamian, akan mengakibatkan maskulinisasi fetus betina, kematian fetus,
maserasi atau mumifikasi.
Maserasi fetus dapat terjadi pada beberapa spesies, namun sering terjadi pada sapi, dan
jarang dilaporkan pada anjing dan kucing. Hal ini terjadi karena konsekuen dari kegagalan
pengaborsian fetus, akibat inertia uterus. Bakteri kemudian masuk kedalam uterus melalui
dilatasi serviks, dan kombinasi dari putrefaksi dan autolysis jaringan lunak yang dihancurkan,
dan meninggalkan massa tulang fetus di dalam uterus. Kadang-kadang benda ini dapat melekat
pada dinding uterus sehingga sulit dikeluarkan (Arthur, 2001)
GELAJA KLINIS
Tanda klinis yang terlihat adalah keluar leleran berbau busuk dari lubang vagina
selama masa kebuntingan. Pada sapi, dapat terpalpasi fragmen tulang yang besar dalam uterus
selama pemeriksaan rektal. Fragmen-fragmen tulang juga dapat dideteksi dari tulang yang
menonjol keluar dari serviks ke dalam vagina. Maserasi fetus juga dapat dideteksi dengan
ultrasonografi (USG). Pada hewan kecil fragmen tulang dapat di deteksi dengan X-ray
(rontgen) (Jackson, 2004)..
PROGNOSA
Prognosa untuk penanganan kasus maserasi fetus adalah dubius. Tingkat
kesembuhannya (resolusi) baik, namun untuk tingkat fertilitas hewan penderita akan turun, dan
disarankan berhati-hati jika nantinya hewan tersebut akan dikawinkan kembali (Jackson,
2004).
Youngquist dan Threlfall (2007) mengatakan, kerusakan endometrium akibat
fragmen-fragmen tulang pada maserasi fetus akan mengakibatkan prognosis yang jelek untuk
kembali ke fertilitas semula. Januaidi (2013), melaporkan 21% kucing yang mengalami
kelainan reproduksi akan mengalami kegagalan menghasilkan embrio yang berkembang atau
matang.
TREATMENT
Terapi jarang membuahkan hasil yang memuaskan, hal ini dikarenakan sulitnya
mengeluarkan fragmen-fragmen tulang yang tersisa dalam uterus. Jika jari tangan dapat
memasuki lubang serviks seperti hewan besar maka hal ini memungkinkan fragmen-fragmen
tulang dapat dikeluarkan dan diikuti denganpembersihan uterus.
Suntikan prostaglandin lokal dalam berbagai laporan memberikan hasil yang
memuaskan dalam mendilatasi lubang serviks (Jackson, 2004). Stillbestrol atau estradiol juga
dilaporkan menyebabkan relaksasi cervix dan involusi corpus luteum. ± 80% Maserasi dengan
penyuntikan tunggal estrogen cukup dan fetus keluar 37-72 jam kemudian. Dosis tinggi tunggal
estrogen biasanya pada sapi berhasil mendilatasi cervix atau expulsi fetus 24-36 jam.
(Wawung, 2006)
Histeretomy (sectio caesaria) dan Ovariehisterektomy dapat dilakukan namun hal
ini jarang dilakukan karena pertimbangan ekonomi. Pada hewan kecil histeretomy atau
ovarihisterektomy diperlukan dan juga diperlukan dalam usaha mencegah terjadinya toksikasi
dari uterin inertia primer (Jackson, 2004)
Ovarihisterektomi adalah prosedur pembedahan untuk mengangkat ovarium dan uterus,
untuk mencegah estrus, sterilisasi, mencegah tumor, menangani pyometra, metritis, neoplasia,
kiste, trauma, torsio uteri, prolapses uteri, prolapses, vagina, dan mencegah gangguan endokrin
(Sudisma, 2006). Dalam kesempatan ini akan dibahas penanganan maserasi fetus dengan
ovarihsiterektomi.

Anda mungkin juga menyukai