Disusun Oleh :
Alexsandra Cipta Kusumah Bangsa
231311007
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................1
DAFTAR ISI...................................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................3
PENDAHULUAN...........................................................................................................................3
A. Latar Belakang.....................................................................................................................3
B. Rumusan Masalah................................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................5
PEMBAHASAN..............................................................................................................................5
A. Tanggung Jawab Ilmuwan Muslim Dalam Berbangsa Dan Bernegara...............................5
B. Kedudukan, Kewajiban Ilmuwan Dalam Masyarakat, Umat Dan Bangsa..........................8
C. Pengertian Ilmu, Iman dan Amal.........................................................................................9
1. Definisi Ilmu....................................................................................................................9
1. Definisi Iman.................................................................................................................10
2. Definisi Amal.................................................................................................................11
D. Iman, Ilmu Dan Amal Sebagai Pilar Peradaban................................................................13
BAB III..........................................................................................................................................17
PENUTUP.....................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Allah SWT menulis dengan jelas dalam surah Al- Mudattsir ayat 38, Artinya:
“Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang telah dilakukannya” (Qs. Al-
Mudatsir:38) Dari kontek ayat ini, kita tahu bahwa Allah SWT menciptakan manusia
dengan segala potensinya memiliki “tugas” untuk tunduk dan patuh terhadap hukum-
hukum Allah SWT dan suatu saat nanti pada saat yang ditentukan oleh Allah semua
manusia akan diminta pertanggung jawabannya sebagai bukti bahwa manusia sebagai
pengemban amanah Allah SWT. Dalam melakukan misinya, manusia diberi petunjuk
bahwa dalam hidup ada dua jalan yaitu, jalan baik dan jalan yang buruk. Artinya: “ kami
telah menunjukkan kepadanya dua jalan. ( kebaikan dan keburukan ) ”Q.S Al-Balad ( 90 )
ayat 10. Proses menerima petunjuk ini adalah bagaimana manusia mengembangkan
kemampuan potensi akal ( ratio ) nya dalam memahami “alam” yang telah diciptakan dan
disediakan oleh Allah SWT sebagai saran dan sumber belajar, kemudian ketika “ilmu”
sudah dimiliki diharapkan manusia dapat berkarya (beramal) dengan ilmunya untuk terus
membina hubungan vertical dan horizontal. Manusia yang mau mengembangkan potensi
akalnya dapat memanfaatkan pengetahuannya tersebut untuk pencerahan dirinya dan
memiliki tanggung jawab moral dan menyebarkan kepada sesama, mereka biasa disebut
ilmuwan, cendikiawan atau intelektual.
Tanggung jawab ilmuwan dalam pengembangan ilmu sekurang-kurangnya
berdimensi religious atau etis dan social. Pada intinya, dimensi religious atau etis seorang
ilmuwan hendaknya tidak melanggar kepatutan yang dituntut darinya berdasarkan etika
umum dan etika keilmuan yang ditekuninya. Sedangkan dimensi sosial pengembangan
ilmu mewajibkan ilmuwan berlaku jujur, mengakui keterbatasannya bahkan kegagalannya,
mengakui temuan orang lain, menjalani prosedur ilmiah tertentu yang sudah disepakati
dalam dunia keilmuan atau mengkomunikasikan hal baru dengan para sejawatnya atau
kajian pustaka yang sudah ada untuk mendapatkan konfirmasi, menjelaskan hasil-hasil
temuannya secara terbuka dan sebenar-benarnya sehingga dapat dimengerti orang lain
sebagaimana ia juga memperoleh bahan-bahan dari orang lain guna mendukung teori-teori
yang dikembangkannya. Karena tanggung jawab ilmuwan merupakan ikhtiar mulia
sehingga seorang ilmuwan tidak mudah tergoda, apalagi tergelincir untuk
menyalahgunakan ilmu.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan dari latar belakang di atas, penulis mengangkat masalah yaitu (1)
Bagaimana tanggung jawab ilmuwan muslim dalam berbangsa dan bernegara?; (2)
Bagaimana kedudukan, kewajiban ilmuwan dalam masyarakat , umat dan bangsa ?; (3)
Apa peran Iman, ilmu dana mal sehingga menjadi pilar peradaban ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan dari penulisan ini ialah untuk menambang wawasan berkaitan
dengan Islam Dan Ilmu Pengetahuan dan memberikan gambaran tentang tanggung jawab
ilmuan dalam berbangsa dan bernegara
BAB II
PEMBAHASAN
Mereka memisahkan antara agama dan akhirat, antara ilmu dan perilaku, antara
ilmu dan etika, antara agama dan ilmu, antara individu dan masyarakat nantara agama
dengan sosial atau negara. Hal ini disebabkan karena mereka asal ikut saja terhadap
pendapat yang dikatakan oleh pakar dari barat. Akibatnya mereka tidak akan dapat
melebihi orang barat. Mereka akan selalu tergantung dengan barat serta pola berpikirnya.
Apa-apa yang tidak sesuai dengan cara berpikir orang barat akan dikritik, diragukan atau
bahkan ditolak.
Karena tidak paham sejarah barat, banyak ilmuwan yang terjebak cara berpikir
orang barat. Misalnya, banyak orang amat menyukai atau positivisme, reduksionisme,
behaviorisme. Sebaliknya ada juga yang amat tidak suka dengan positivisme, sebagai
gantinya mereka menganut hermeneutika atau kontruktivisme dll, sehingga semuanya
dianggap relatif, tidak ada kebenaran absolut, bahkan manusia tidak mungkin memahami
kebenaran atau kebenaran itu sendiri tidak ada. Namun mereka tidak paham mengapa
timbul aliran-aliran tersebut dan latar belakang aliran pemikiran tersebut. Paham seperti
humanisme, relativisme, dsb. telah menjadi anutan dan patokan mereka. Bahkan yang lebih
memprihatinkan lagi, sebagian ilmuwan muslim tidak menyadari pola pikirnya telah
terjebak dan tersumbat dengan paham-paham sesat dari barat tersebut.
Adapun salah satu sendi masyarakat modern adalah ilmu dan teknlogi. Kaum
ilmuwan tidak boleh picik dan menganggap ilmu ilmu dan teknologi itu alpha dan omega
dari segala-galanya, masih terdapat banyak lagi sendi-sendi lain yang menyangga
peradaban manusia yang baik. Demikian juga masih terdapat kebenaran-kebenaran lain di
samping kebenaran kebenaran keilmuan yang melengkapi harkat kemanusiaan yang hakiki.
Namun bila kaum ilmuwan konsekuen dengan pandangan hidupnya, baik secara intelaktual
maupun secara moral, maka salah satu penyangga masyarakat modern itu kan berdiri
dengan kukuh. Berdirinya piral penyangga keilmuan ini merupakan tanggung jawab social
seorang ilmuan. Kita tidak bisa lari padanya sebab hal ini merupakan bagian dari hakikat
ilmu itu sendiri. Biar bagaimanapun kita tidak akan pernah bisa melarikan diri dari diri kita
sendiri.
B. Kedudukan, Kewajiban Ilmuwan Dalam Masyarakat, Umat Dan Bangsa
1. Definisi Ilmu
Ilmu dari unsur etimologi didefinisikan sebagai tahayung kemudian
dijabarkan menjadi kata pengetahuan. Kata ilmu ini sendiri pertama kali berasal dari
bahasa arab yaitu “Alima-ya’lamu” yang artinya memperoleh hakikat ilmu,
mengetahui dan yakin.Selain ilmu yang berasal dari bahasa arab muncul pula istilah
sains atau science. Namun, pengertian ilmu secara umum adalah sekumpulan
pengetahuan yang diatur secara rapi dan sistematis. Kumpulan ini didasarkan dan
didapat dari hasil pengalaman, pengamatan serta penelitian yang kemudian dikaitkan
dengan pemikiran yang cermat dan teliti. Tentunya, hasil dari penelitian tersebut
harus bisa dipertanggungjawabkan secara ilmiah dan melalui metode yang telah di
susun.
Ilmu berarti memahami hakikat sesuatu, baik dengan memahami
esensinya atau memutuskan sesuatu atasnya. Baik yang bersifat teoritis maupun
praktis. Untuk ilmu yang bersifat teoritis, jika sudah diketahui, tuntaslah sebagai
mana kita mengetahui berbagai benda semesta. Namun, Ilmu yang praktis tidak
dikatakan tuntas sebelum ilmu tersebut diamalkan, seperti pengetahuan tentang
berbagai ibadah. Ilmu pun ada yang bersifat intelektual dan bersifat sam’iyah. Ilmu
yang bersifat intelektual ialah ilmuyang dapat dipahami melalui akal, sedangkan ilmu
sam’iyah adalah ilmu yang hanya dapat dipahami melalui wahyu. Menurut
pemahaman para sosiolog, ilmu merupakan pengetahuan yang saling
menyempurnakan serta kumpulan prinsip dan primis umum yang berkaitan dengan
hakikat fenomena tertentu. Ilmu memiliki unsur bermacam-macam diantaranya
logika, ilmu hitung, astronomi, psikologi dan yang lainnya. Dalam hal ini,
Berdasarkan konsep islam pun, Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang saling
menyempurnakan dan merupakan prinsip-prinsip umum yang berkaitan dengan
kehidupan itu sendiri.
1. Definisi Iman
2. Definisi Amal
Kata Amal artinya pekerjaan.Dalam bahasa arab kata amal dipakai untuk
semua bentuk pekerjaan. Tidak seperti anggapan sebagian masyarakat Muslim, yang
mengembalikan kata amal dengan kata ibadah dan memahaminya sebatas kegiatan
ritual seperti pergi ke masjid, membaca al-quran, shalat , puasa, haji, zakat, sedekah
dan sebagainnya.Dalam Al-Qur’an, kata amal tebagi kepada ‘amalus-shalih
(pekerjaan baik) dan ‘amalun ghairus-shalih (pekerjaan yang tidak baik). ‘amalun
ghairus-shalih disebut pula dengan ‘amalus-sayyi-ah (amal salah),termasuk pula ke
dalam katagori ‘amalus-syaithan (pekerjaan setan) dan ‘amalus-mufsidin (pekerjaan
pelaku kebinasaan). Umat islam diperintahkan melakukan ‘amalus-shalih dan wajib
menjauhi ‘amalus-sayyi-ah.
Amal merupakan satu aplikasi yang hasil dari gabungan ilmu dan iman
kerana kebenaran iman dapat di lihat amal soleh seseorng .
"Demi masa. Sesungguhnya manusia berada dalam kerugian. Kecuali
orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh, serta saling menasihati
untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran."(Surah Al-Asr : 1-3).
“Allah tidak menerima iman tanpa amal perbuatan dan tidak pula
menerima amal perbuatan tanpa iman”. [HR. Ath-Thabrani]
Berdasarkan bukti dan dalil di atas tidak sempurna iman dan ilmu
seseorang itu melainkan dengan disulami dengan amal yang terhasil kefahaman dari
ilmu ,dan penyatuan yang hadir dari hasil penyaksian bahwanya benar hasilnya ,
anggota badan itu yang bergerak demi merealisasikan ilmu dan iman dengan amal
nya .
Persoalan Ilmu, Iman dan Amal merupakan persoaalan inti dalam islam.
Bagi kaum muslimin , iman adalah panduan hidup untuk terus berhubungan dengan
Allah SWT. Ekspresi Iman dalam islam diwujudkan dalam berbagai amal praktis.
Satu diantaranya adalah melalui ekspresi sains. Di sini iman memberikan panduan
kepada manusia mengenai konsep realitas yang harus di imani, dan jalan untuk
memberikan panduan kepada manusia mengenani konsep realitas yang harus di
imani.
Dalam pandangan islam, antara agama, ilmu pengetahuan, teknologi dan
seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang terintegrasi kedalam suatu
sistem yang disebut dinul islam. Di dalamnya terkandung tiga unsur pokok, yaitu
akidah, syari’ah dan akhlak, dengan kata lain Iman, Ilmu dan Amal. Sebagaimana
digambarkan dalam Al-Quran yang artinya :
“Tidakkah kamu perhatikan Allah telah membuat perumpamaan kalimat
yg baik (Dinul Islam) seperti sebatang pohon yg baik,akarnya kokoh(menghujam ke
bumi) dan cabangnya menjulang ke langit. Pohon itu mengeluarkan buahnya setiap
musim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan – perumpamaan itu
agar manusia selalu ingat" ( QS : 14 ;24-25).
Ayat diatas mengindentikkan bahwa Iman adalah akar, Ilmu adalah
pohon yg mengeluarkan dahan dan cabang-cabang ilmu
pengetahuan.Sedangkan Amal ibarat buah dari pohon itu identik dengan teknologi
dan seni. Ipteks dikembangkan diatas nilai-nilai iman dan ilmu akan menghasilkan
amal saleh bukan kerusakan alam. Islam adalah agama wahyu yang mengatur sistem
kehidupan yang paripurna. Keparipurnaannya terletak pada tiga aspek yaitu : aspek
Aqidah, aspek ibadah dan aspek akhlak. Meskipun diakui aspek pertama sangat
menentukan,tanpaintegritas kedua aspek berikutnya dalam perilaku kehidupan
muslim, maka makna realitas kesempurnaan Islam menjadi kurang utuh, bahkan
diduga keras akan mengakibatkan degradasi keimanan pada diri muslim, sebab
eksistensi prilaku lahiriyah seseorang muslim adalah perlambang batinnya.
Keutuhan ketiga aspek tersebut dalam pribadi Muslim sekaligus
merealisasikan tujuan Islam sebagai agama pembawa kedamaian, ketentraman dan
keselamatan. Sebaliknya pengabaian salah satu aspek akan mengakibatkan kerusakan
dan kehancuran. Agama (Iman) berfungsi untuk memberikan arah bagi seorang
ilmuwan untuk mengamalkan Ilmunya. Dengan didasari oleh keimanan yang kuat,
pengembangan ilmu dan teknologi akan selalu dapat dikontrol beradapada jalur yang
benar. Sebaliknya, tampa dasar keimanan ilmu dan teknologi dapat disalahgunakan
sehingga mengakibatkan kehancuran orang lain dan lingkungan.
PENUTUP
Berdasar penjabaran yang telah disampaikan, bahwa keimanan manusia telah Allah
tulisakan dalam Al-Quran dan telah disebutkan pula As-Sunnah. Tingkat keimanan seseorang
berbeda-beda. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa keimanan seorang dapat berubah
menjadi lebih baik melalui beberapa tingkat, mulai dari dasar hingga tingkatan yang lebih tinggi.
Namun karena keimanan seseorang dari hati, terkadang iman ini dapat naik ataupun turun.
Tetapi, apabila masing-masing dari kita dapat beristiqomahinsyallah iman kita akan tetap terjaga.
Setiap orang bertanggung jawab atas apa yang dilakukan, begitupun seorang ilmuwan. Seorang
ilmuwan memiliki komitmen yang tinggi untuk membina dan membangun masyarakat. Sebagian
tanggung jawab moralnya terhadap keilmuan yang dimiliki serta tanggung jawab perannya
sebagai bagian dari masyarakat. Sebagai seorang yang bekerja dan mendalami ilmu pengetahuan
dengan tekun dan sungguh-sunggu, seorang ilmuwan memiliki tanggung jawab sebagai penyeru
ke jalan Allah SWT dan petunjuk ke jalan yang benar (amar ma’ruf nahi mungkar). Kewajiban
ilmuwan terhadap bangsa yaitu sebagai khalifah Allah SWT di bumi. Karena sebagai hamba
yang dipercayai oleh Allah SWT, maka seorang ilmuwan harus bertanggung jawab atas amanat
yang dipikulnya.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak kekurangan terutama
mengenai tata bahasa dan juga refrensi. Juga kita sebagai mahasiswa semester awal menyadari
akan kekurangan itu. Maka, penulis berharap apabila terdapat kesalahan mohon dimaklumi dan
dimaafkan karena keterbatasan penulis. Juga kritik ataupun saran, sangat diharapkan agar di
kemudian hari dapat menghasilkan makalah maupun karya tulis yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA