Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

PENGERTIAN DAN PRINSIP DALAM PARADIGMA ILMU ISLAM


TERAPAN (Rahmaatan Lil Alamin)
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Mata Kuliah : Ilmu Islam Terapan
Dosen Pengampu : Partono M.Pd.I.

Disusun Oleh Kelompok 1 :


1. Siti Atika Rahmawati (2310410071)
2. Tasya Noor Aqidah (2310410072)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS


FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI
TAHUN 2023/2024

1
Kata Pengantar
Puji Syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang atas rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Adapun tema dari makalah
iniadalah “Pengertian dan prinsip dalam paradigma ilmu Islam terapan ”.
Pada kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya
kepadadosen mata kuliah Ilmu Islam Terapan yang telah memberikan tugas terhadap kami.
Kami juga ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak yang turut membantu dalam
pembuatan makalah ini.
Kami jauh dari sempurna dan ini merupakan langkah yang baik dari studi yang
sesungguhnya. Oleh karena itu, keterbatasan waktu dan kemampuan kami, maka kritik dan
saran yang membangun senantiasa kami harapkan. Semoga makalah ini dapat berguna bagi
kami pada khususnya dan pihak lain yang berkepentingan pada umumnya.

Kudus, 03 Maret 2024

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR....................................................................................................................ii
DAFTAR ISI...................................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................4
A. Latar Belakang..................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah.............................................................................................................4
C. Tujuan................................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................5
A. Pengertian Paradigma Ilmu ............................................................................................5
B. Pengertian Paradigma Islam............................................................................................5
C. Prinsip Ilmu Islam Terapan.............................................................................................6
BAB III PENUTUP........................................................................................................................7
A. Kesimpulan........................................................................................................................7
B. Saran...................................................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................................8

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Islam hadir membawa rahmat bagi alam semesta. Dalam sejarah, keberhasilan
islam untuk membangun dunia, dan sekaligus memeratakan rahmat dan kesejahteraan
manusia masih dapat diakui. Namun dalam sejarah pula, dapat dapat ditemukan
kegagalannya untuk mensejahterakan manusia. Di Indonesia sekarang ini, dimana
mayoritas penduduk memeluk agama islam, keberhasilan tersebut belum dikatakan
tercapai, kau tidak dipandang mengalami kegagalan. Pada dasarnya ilmu tentang
islam sudah sangat berkembang, bahkan sudah dimulai sejak masa sahabat dan
tabi’in.
Paradigma ilmu islam terapan muncul sebagai respons terhadap kebutuhan
yang mendesak untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip dan nilai-nilai islam ke dalam
pengembangan dan penerapan pengetahuan ilmiah. selama berabad-abad, peradaban
islam telah menghasilkan kemajuan ilmiah yang luar biasa, namun kontribusinya
terhadap ilmu pengetahuan modern seringkali diabaikan atau dikecilkan. dengan
kebangkitan kembali minat baru-baru ini pada peran islam dalam kemajuan
pengetahuan, paradigma ilmu islam terapan menawarkan kerangka kerja untuk
mengartikulasikan dan memajukan perspektif unik ini.
Paradigma ilmu islam terapan mengakui bahwa pengetahuan ilmiah tidak
netral atau bebas nilai. sebaliknya, itu dibentuk oleh asumsi filosofis dan kepercayaan
metafisik yang mendasarinya. tradisi islam kaya akan perspektif metafisik yang khas,
seperti doktrin tauhid (keesaan tuhan), keseimbangan alam, dan peran manusia
sebagai khalifah (penjaga) bumi. prinsip-prinsip ini memiliki implikasi mendalam
bagi cara kita memahami dan berinteraksi dengan dunia alam, serta pengembangan
dan penerapan teknologi.
Paradigma ilmu islam terapan tidak berusaha untuk menciptakan disiplin ilmu
yang terpisah atau menggantikan ilmu pengetahuan modern. sebaliknya, ia
menawarkan lensa unik melalui mana pengetahuan ilmiah dapat diperkaya dan
diperluas. ini mendorong para ilmuwan dan insinyur untuk mempertimbangkan
implikasi etika dan sosial dari penelitian mereka, serta untuk mencari solusi yang
sesuai dengan nilai-nilai islam seperti keadilan, keberlanjutan, dan martabat manusia.
Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip dan nilai-nilai islam ke dalam
pengembangan dan penerapan pengetahuan ilmiah, paradigma ilmu islam terapan
berpotensi untuk berkontribusi pada pemahaman yang lebih komprehensif dan
humanistik tentang dunia. ini dapat menginspirasi inovasi yang lebih bertanggung
jawab dan berkelanjutan, serta mempromosikan kemajuan yang selaras dengan
aspirasi agama dan etika umat manusia.

4
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian dari Paradigma Ilmu?
2. Apa Pengertian dari Paradigma Islam?
3. Apa Prinsip dari Ilmu Islam Terapan?
C. Tujuan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Paradigma Ilmu.
2. Untuk Mengetahui Pengertian Paradigma Islam.
3. Untuk Mengetahui Prinsip- Prinsip Dari Ilmu Islam Terapan.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Paradigma Ilmu
Islam telah lama mengalami kemerosotan ilmu pengetahuan. Puncak Islam
pada tahunberakhir pada Dinasti Abbasiyah pada Abad Pertengahan. Sampai saat ini,
dalam bidang ilmu pengetahuan, para ilmuwan dan umat Islam pada umumnya masih
tertinggal dibandingkan Barat. Hampir semua penemuan dan teori baru ilmu
pengetahuan modern selalu muncul dari jantung Barat. Memang benar bahwa
beberapa ilmu pengetahuan baru yang muncul telah memberikan kontribusi positif
terhadap kemajuan zaman. Namun muncul beberapa pengetahuan yang justru
menyebabkan kerusakan alam dan logika hingga saling menghancurkan antar
manusia. Hal ini terjadi karena ilmu pengetahuan lahir sebagai ilmu yang murni
sekuler, tidak berdasarkan etika dan moralitas yang benar. Oleh karena itu, sudah tiba
saatnya Islam menguasai ilmu pengetahuan agar misi kemanusiaan Khalifah benar-
benar dapat terlaksana dengan kaffah.
Paradigma keilmuan Islam merupakan kajian yang erat kaitannya dengan
perspektif pemahaman terhadap permasalahan yang muncul.Munculnya suatu pola
merupakan hasil penelitian ilmiah yang dilakukan secara intensif hingga tahun,
akhirnya ditemukan sesuatu yang baru hingga muncul pola baru. Dalam perspektif
Islam, mempelajari ilmu adalah beribadah kepada Allah dan mempunyai tujuan
tertentu dalam prosesnya. mencari ilmu. Sains juga memungkinkan manusia
mempelajari alam semesta yang diciptakan Tuhan.
Untuk hidup di dunia, kita memerlukan ilmu yang dapat menunjang kehidupan
di dunia, untuk mempersiapkan kita menghadapi kehidupan selanjutnya. Apa jadinya
jika ilmu agama dipisahkan dari ilmu umum? Sedangkan umat Islam meyakini bahwa
sumber segala cabang ilmu pengetahuan ada pada satu, khususnya Allah SWT sebagai
Tuhan semesta alam yang menciptakan segala sesuatu. Hal ini bukanlah sesuatu yang
diyakini oleh para ilmuwan Barat, karena sebagian ilmuwan Barat percaya bahwa
pengetahuan dapat ditemukan dengan melakukan penelitian ilmiah dan mengingkari
keberadaan Tuhan sebagai sumber utamanya. Oleh karena itu, penting untuk
mempertimbangkan lebih lanjut sikap kita dalam memahami ini agar tidak terjadi
pemisahan antara ilmu agama dan kebudayaan umum.
Paradigma merupakan terminologi kunci dalam model perkembangan ilmu-
ilmu pengetahuan yang untuk pertama kali diperkenalkan oleh Thomas S. Kuhn.
Konsep yang diperkenalkannya dipopulerkan oleh Robert Friedrichs, melalui bukunya
Sociology of Sociology. Dalam karya ini, paradigma dirumuskan sebagai pandangan
mendasar dari sesuatu disiplin ilmu tentang apa yang menjadi pokok persoalan yang
semestinya dipelajari. Rumusan ini juga disepakati oleh George Ritzer. Keberpihakan
filosofi tentang pandangan dasar ini melahirkan suatu pandangan dunia, perspektif
umum, dan metode pemecahan masalah yang oleh Michael Patton Quinn juga disebut

6
paradigma. Pemahaman ini diterima pula Yvonna S. Lincoln dan Egon G. Guba.
Sebagai kumpulan sistemik pengetahuan tentang sesuatu atau hubungan antara dua
atau lebih sesuatu yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah ilmu islam juga memiliki
paradigma.1
Thomas Kuhn, paradigma sebagai seperangkat keyakinan-keyakinan mendasar
yang dijadikan sebagai navigasi yang memandu Tindakan-tindakan kita, baik
Tindakan keseharian maupun dalam investigasi ilmiah.selanjutnya ia mengartikannya
sebagai (a) a set of assumption, and (b) the beliefs concerning. yaitu sebuah asumsi
yang dianggap benar secara (given). Supaya bisa sampai pada asumsi tersebut maka,
diperlukan adaanya perlakuan empiric (melalui pengamatan)yang dapat
menyimpulkan hal tersebut: accepted assume to be true.Dengan demikan paradigma
dapat dikatakan sebagai mental window, sempat yang terdapat “frame” yang tidak
membutuhkan pembuktian akan pembenarannya karena masyarakat pendukung
paradigma telah memiliki kepercayaan demikian.
Paradigma merupakan cara masing-masing orang memandang dunia, dan
memandang persoalan. Alur berfikir seseorang terbentuk karena pengalaman dan
pilihan-pilihan. Kebijakan harus dianalisis dikarenakan pertama, karena biasanya ada
beberaapa factor kebijakan yang menjadi lemah. Kedua, karena masyarakat
mempunyai fungsi control. Ketiga, faktor pandangan hidup. Keempat, faktor tradisi.
Al-Qur’an sebagai paradigma pengembangan ilmu pengetahuan yaitu: Sumbel ilmu,
aqidah, akhlak, sosial, ekonomi, politik, science ibadah, sejarah dan hukum-hukum.
Al-Qur’an sebagai paradigma yaitu dengan cara menjadiakan Al-Qur’an sebagai
paradigma keilmuan islam sekaligus sebagai ideologi.

B. Pengertian Paradigma Islam


Paradigma merupakan suatu sistem keyakinan yang menilai realitas yang ada
dalam kehidupan. Adapun Islam adalah agama yang diturunkan oleh Allah SWT
kepada Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa Sallam untuk mengatur pekerjaan
hamba dengan penciptanya, pekerjaan hamba terhadap dirinya sendiri, dan pekerjaan
hamba terhadap masing-masing. lainnya. Oleh karena itu, paradigma Islam berarti
suatu sistem keyakinan yang menjadikan Islam sebagai nilai untuk menilai realitas
kehidupan. Metode penelitian pendidikan Islam merupakan metode penelitian yang
bertujuan untuk memecahkan permasalahan yang ada dengan menggunakan
perspektif paradigma Islam.
1. Paradigma Islam Ahkami

Paradigma ahkami terbukti menjadi penanda perkembangan intelektual


pada masa ini dalam kajian Al-Qur’an, Sunnah dan fiqih. Bahasa utamanya
adalah Khithab atau wahyu Allah. Jika kita mengukur arah aliran pemahaman
dalam bahasa ilmiah maka dalam paradigma ahkami, baik dalam ilmu Al-

1
Kadir, Muslim Abdul,2003, Ilmu Islam Terapan, Yogyakarya:Pustaka Pelajar

7
Qur’an, Sunnah maupun fiqh, sumber aliran pemahaman harus selalu wahyu
Allah SWT. Atau ajaran agama Islam. Akal manusia tentu mempunyai
aktivitas, namun perannya berusaha memposisikan diri untuk membentuk isi
wahyu, bukan mempunyai kebebasan untuk menjadi sumbernya. Wahyu atau
agama diposisikan sebagai “Subyek”.

2. Paradigma Islam Falsafi

Pemahaman Islam dengan menggunakan pemikiran filosofis dikenal


juga dengan ilmu kalam. Istilah kalam muncul dan terkenal pada masa
pemerintahan Bani Abbas, lebih tepatnya pada masa Khalifah al Maâmun,
ketika umat Islam ikut berdebat mengenai kallam Allah (al Qurâan), dalam hal
ini muncul pertanyaan. Pertanyaannya apakah Kallam Allah itu makhluk
hidup.2 Namun, jauh sebelum bibit perbincangan ilmu Kalam muncul, tercetus
oleh terbunuhnya Bin Affan, sahabat Utsman, hingga berujung pada
penolakan Muawiyyah. dari khilafah yang sah yaitu Ali bin Abi Thalib,
penolakan tersebut akhirnya menjadi penyebab terjadinya Perang Siffin dan
berakhir dengan tahkim. Sikap Ali yang menerima tipu muslihat Amr Bin Ash
akhirnya berujung pada kekalahan Ali. menyatakan ketidak puasannya
terhadap beberapa prajuritnya.3 Beberapa prajurit yang tidak puas dengan
tahkim mengambil keputusan sendiri dan menyimpang dari jalan Ali
kemudian menyerahkan segalanya pada keputusan Allah atau yang dikenal
dengan semboyan hukma ilallah, dan mereka meninggalkan barisan dan
dikenal sebagai khawarij.

Arti ilmu kalam berasal dari kata yang mempunyai arti dalam bahasa
arab. Namun ilmu ini tidak ada kaitannya dengan ilmu linguistik. 4 Kalam yang
dimaksud berbicara dengan menggunakan penalaran yang mendalam. 5 Di
Indonesia, khususnya di kawasan Asia Tenggara, ilmu kalam berkembang
menjadi mazhab Asyariyah. Ciri-cirinya adalah ciri-ciri khas sekte Islam yang
banyak dipelajari. Hal ini dipengaruhi oleh ideologi ahlussunah wal jamaah.
Dari sini dapat dipahami bahwa topik ilmu kalam berbeda dengan topik yang
dibahas pada model ahkami, jika pada model ahkami topik bahasanya adalah
wahyu, maka dalam ilmu kalam topik bahasanya adalah wahyu. Pokok
bahasan adalah pemahaman manusia terhadap wahyu. Disebutnya kalam
karena pembahasannya hanya bersifat teoritis, disajikan dengan kata-kata,
tidak ada hubungannya dengan permasalahan praktis atau praktek yang
sebenarnya.

Pembahasan dalam ilmu kalam dapat dipahami adalah cara berpikir


yang digunakan adalah pemikiran filosofis. Muslim menjelaskan bahwa dalam
paradigma filsafat, pelaku kegiatan intelektual adalah orang-orang yang
beriman. Sumber bimbingan selalu bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah,
subjek kajian tidak terlepas dari apa yang terkandung dalam Al-Quran, dan

8
objek kajiannya adalah pemahaman manusia terhadap subjek tersebut. Pokok
bahasan kajian Al-Quran, ilmu kalam, adalah persoalan aqidah. Topik kajian
ini penting karena merupakan landasan keimanan. Jika fiqih berkaitan dengan
aspek kegiatan praktis (syariah), maka aqidah memberikan landasan keimanan
masyarakat kepada Allah swt.

3. Paradigma Islam Wijdani

Dalam model ini yang menjadi objek kajiannya adalah pengalaman


manusia berada dekat dengan Allah SWT. Dikenal juga dengan sebutan
tasawuf. Tasawuf mempunyai banyak makna, Muhammad bin Ali al Qassab
mengartikan tassawuf sebagai akhlak yang terpuji, yang ditunjukkan oleh
manusia, bagi umat yang mulia, serta umat yang mulia.34 Abu Bakar al
Kattani menjelaskan bahwa tasawuf adalah pembersih hati dan saksi hakikat
yang hakiki. realitas. , dikenal juga dengan sebutan al shafaâ wa almusyahadah
(secara harfiah berarti kejelasan dan kesaksian)35 Syekh Abdul Qadir Al
Jailani menjelaskan bahwa tasawuf berasal dari kata al shafa yang mempunyai
makna sakral. Artinya hati disucikan dengan mengonsumsi makanan halal,
benar-benar memahami Allah SWT. 36 Dari berbagai penafsiran dapat
disimpulkan bahwa tasawuf adalah cara orang beriman mencapai tempat di
sisi Allah SWT.

Manusia yang mengamalkan tasawuf adalah sufi. Seberapa dekat


seorang Sufi mencapai pengalaman ini tergantung pada seberapa besar ia
berusaha mendekati-Nya. Beberapa tokoh sufi dan tingkat kedekatannya
dengan Allah antara lain Rabiah Al Adawiyah dengan mahabbahya, Abu
Yazid Albustami dengan ittihadnya, ada tingkatan tertentu yang tidak
disepakati oleh Ahlussunah, khususnya tingkat hulul Al Hallaj dan wahdatul
wujud dari Ibnul orang Arabi. Nuansa konstruksi aktivitas ini membuat Al
Ghazali membatasinya dengan menegaskan bahwa pengalaman tertinggi
adalah ilmu. Dijelaskan bahwa dalam pembahasan ini yang menjadi pokok
kajian bukanlah wahyu Allah swt. seperti pada model Ahkami, namun sudah
dalam implementasi ajaran agama yang sama dengan model filosofis namun
dalam dimensi yang berbeda. Paradigma filsafat yang menjadi objek kajiannya
adalah pemahaman manusia terhadap Allah SWT. Sedangkan model filosofis
yang menjadi objek kajiannya adalah ekspresi keagamaan umat beriman yang
bertujuan untuk memperoleh pengalaman kedekatan dengan Tuhan.
Keterbatasan model filosofis adalah bahwa ia hanya merupakan ruang lingkup
realisasi pengalaman tasawuf. Materi pengalaman keagamaan yang menjadi
kajian tasawuf sering disebut wijdani, sehingga model terpadunya adalah
model wijdani.

9
C. Prinsip Paradigma

Dasar prinsip bahwa ajaran islam berlaku untuk semua umat manusia seperti
yang ditafsirkan oleh al-Maraghy, Sayid Quthub, al-Maududi dan lain-lainnya, maka
islam masa kini, dalam sosok dasarnya, memiliki persamaan dengan islam masa Rasul
Allah. Unsur dasar disini diukur dari sifat keberagaman, baik masa lalu, ataupun masa
kini, yang merupakan respon kepada wahyu tuhan dan kemudian diaktualisasikan
dalam pikiran, perbuatan dan gejala sosial. Dengan meminjam terminologi filsafat,
maka dapat ditemukan persamaan esensi, meskipun dengan perbedaan tampilan
empiris, karena perbedaan ruang waktu pelaksanaan dengan berbagai konsekuensi
praktisnya. jika islam masa kini bermaksud mengulangi islam masa lalu, maka
persoalannya adalah keniscayaan untuk menemukan cara yang mampu mengantar
mereka agar sampai pada tujuan tersebut. Pentingnya menggunakan prinsip dalam
paradigma islam yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga
kemaslahatan umat islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah. Hal ini menjadi
sangat penting karena orang islam, dalam konteks ruang dan waktu berbeda dengan
Rasulullah yang berupaya untuk melaksanakan ajaran islam.6
Rahmatan li al-alamin terdapat pada surat al-Anbiya’ ayat 107. Al-Raghib al-
Isfahany menjelaskan, bahwa pengertian kosakata “Rahmah” ini adalah kelemah-
lembutan yang membuahkan kebaikan bagi penerimanya. Kandungan ini sejalan
dengan pendapat Mahmud Hidjazyyang menyatakan bahwa tujuan risalah para Rasul
Allah untuk meletakkan dasar dan prinsip keadilan, pemerataan kesejahteraan dan
kemakmuran, serta keteraturan social. Ahmad Musthofa al-Maraghy lebih
menekankan pada peluang orang berimanuntuk memperoleh kemakmuran dunia dan
akhirat.
Dalam Al-Qur'an tidak ada seorang pun yang dijuluki rahmat, kecuali Nabi
Muhammad SAW. dan tidak ada satupun makhluk yang mempunyai sifat-sifat Allah
ar-Rahim, kecuali Nabi Muhammad SAW. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT
Qs. AT-Taubah (9) ayat 128 yang artinya “Sesungguhnya telah datang kepadamu
seorang rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaan yang kamu
alami, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, penyantun dan
penyayang terhadap orang-orang yang beriman.

6
Kadir, Muslim Abdul,2003, Ilmu Islam Terapan, Yogyakarya:Pustaka Pelajar

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Paradigma keilmuan Islam merupakan kajian yang erat kaitannya
dengan perspektif pemahaman terhadap permasalahan yang
muncul.Munculnya suatu pola merupakan hasil penelitian ilmiah yang
dilakukan secara intensif hingga tahun, akhirnya ditemukan sesuatu yang baru
hingga muncul pola baru. Dalam perspektif Islam, mempelajari ilmu adalah
beribadah kepada Allah dan mempunyai tujuan tertentu dalam prosesnya.
mencari ilmu. Sains juga memungkinkan manusia mempelajari alam semesta
yang diciptakan Tuhan.
Paradigma Islam berarti suatu sistem keyakinan yang menjadikan
Islam sebagai nilai untuk menilai realitas kehidupan. Metode penelitian
pendidikan Islam merupakan metode penelitian yang bertujuan untuk
memecahkan permasalahan yang ada dengan menggunakan perspektif
paradigma Islam.
Paradigma ahkami terbukti menjadi penanda perkembangan intelektual
pada masa ini dalam kajian Al-Qur’an, Sunnah dan fiqih. Bahasa utamanya
adalah Khithab atau wahyu Allah. Jika kita mengukur arah aliran pemahaman
dalam bahasa ilmiah maka dalam paradigma ahkami, baik dalam ilmu Al-
Qur’an, Sunnah maupun fiqh, sumber aliran pemahaman harus selalu wahyu
Allah SWT. Atau ajaran agama Islam.
Pembahasan dalam ilmu kalam dapat dipahami adalah cara berpikir
yang digunakan adalah pemikiran filosofis. Muslim menjelaskan bahwa dalam
paradigma filsafat, pelaku kegiatan intelektual adalah orang-orang yang
beriman. Sumber bimbingan selalu bersumber dari Al-Quran dan As-Sunnah,
subjek kajian tidak terlepas dari apa yang terkandung dalam Al-Quran, dan
objek kajiannya adalah pemahaman manusia terhadap subjek tersebut.
Model filosofis yang menjadi objek kajiannya adalah ekspresi
keagamaan umat beriman yang bertujuan untuk memperoleh pengalaman
kedekatan dengan Tuhan. Keterbatasan model filosofis adalah bahwa ia hanya
merupakan ruang lingkup realisasi pengalaman tasawuf. Materi pengalaman

11
keagamaan yang menjadi kajian tasawuf sering disebut wijdani, sehingga
model terpadunya adalah model wijdani.
Dasar prinsip bahwa ajaran islam berlaku untuk semua umat manusia
seperti yang ditafsirkan oleh al-Maraghy, Sayid Quthub, al-Maududi dan lain-
lainnya, maka islam masa kini, dalam sosok dasarnya, memiliki persamaan
dengan islam masa Rasul Allah. Pentingnya menggunakan prinsip dalam
paradigma islam yang diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga
kemaslahatan umat islam yang berdasarkan Al-Qur’an dan Sunnah.

B. Saran
Kami harap bagi pembaca bila menemukan kekeliruan atau kata yang
mempunyai makna menyinggung ataupun salah dalam penerapan dalam kehidupan
pembaca bertentangan maka kami mohon maaf, karena kami pembuat makalah ini
hanya ciptaan yang mungkin masih memiliki kekurangan.

DAFTAR PUSTAKA

Shihab, M. Quraish. 1996. Wawasan Alquran: Tafsir maudhu’i Atas Pelbagai


Persoalan Umat. Bandung: mizan.
Kadir, Muslim Abdul,2003, Ilmu Islam Terapan, Yogyakarya:Pustaka Pelajar
Irawan Deni, 2014. ISLAM DAN PEACE BUILDING. Religi, jilid 10, No.2.
Lorens Bagus, Kamus Filsafat (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2002),h. 779.

12
13

Anda mungkin juga menyukai