Anda di halaman 1dari 13

PENDEKATAN FILSAFAT DALAM STUDI ISLAM

Disusun Guna Memenuhi Tugas

Mata Kuliah : Metodologi Studi Islam

Dosen Pengampu : Dr. Taufikin, M.S.I

Dirancang oleh :

Kelompok 1 C4MIR

1. Zunainatin Ilya (2010310072)


2. M. Yusrun Nada (2010310076)
3. Khalimatus Sa’adah (2010310082)
4. Rihun Nada (2010310093)
5. Nila Zuliana (2010310104)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYYAH

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI KUDUS

2022

1
KATA PENGANTAR

Kami mengucapkan banyak bersyukur atas kehadirat Allah SWT. Dengan izinnya
kami bisa menyelesaikan makalah pendekatalan filsafat dalam studi islam dengan waktu yang
tepat.

Kemudian kami juga ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah “Metodologi
Studi Islam” bapak Dr.Taufikin, M.S.I. yang telah memberikan tugas makalah ini kepada
kami sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali
ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Pendekatan Filsafat dalam Studi Islam” sehingga
kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui.

Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang diberikan sehingga kami dapat
menyelasaikan tugas makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin. Terima kasih pula atas
dukungan para pihak yang turut membantu terselesaikannya makalah ini, kedua orang tua,
teman-teman serta semua pihak yang penuh kebaikan dan telah membantu penulis.

Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha sekuat tenaga
dalam penyelesaian makalah ini,  tetapi tetap saja tak luput dari sifat manusiawi yang penuh
khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran penulis harapkan dari semua pihak guna
perbaikan tugas-tugas serupa di masa datang.

Kudus, 22 April 2022

Penulis

DAFTAR ISI

2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2

DAFTAR ISI..............................................................................................................................3

BAB I.........................................................................................................................................4

PENDAHULUAN......................................................................................................................4

A. Latar Belakang................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4

C. Tujuan.............................................................................................................................4

BAB II........................................................................................................................................5

PEMBAHASAN........................................................................................................................5

A. Pengertian Pendekatan Filsafat.......................................................................................5

B. Kedudukan Filsafat dalam Studi Islam...........................................................................5

C. Pedekatan Filosofis dalam Studi Islam...........................................................................7

D. Model Pendekatan Filsafat Kontemporer dalam Studi Islam.........................................9

BAB III.....................................................................................................................................14

PENUTUP................................................................................................................................14

A. Kesimpulan...................................................................................................................14

B. Saran..............................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Islam adalah agama yang komprehensif, yaitu mengatur semua bagian kehidupan
manusia, baik dalam sudut ta`bbudi, yaiu “hablumminallah”, maupun sudut mu`amalah,
yaitu aturan hukum syariat yang mengatur manusia agar dapat menjalani hidup di dunia
dengan baik yang sesuai syariat. Berbagai sudut pandang dalam belajar agama islam
sangat dibutuhkan pendekatan yang operasional dan konseptual karena dapat
memberikan pemikiran, bahwa islam itu sangat luas. kajian studi islam sangat tepat pada
kelangsungan hidup manusia, salah satunya disiplin, disiplin ilmu sudah dimulai sejak
lama, studi ini mempunyai akar yang kokoh dikalangan sarjana muslim dalam tradisi
keilmuan tradisional.1
Paradigma merupakan cara berfikir yang diperlukan untuk belajar agama islam.
Filsafat yaitu suatu bidang studi Islam, dan keberadaannya membawa kelebihan maupun
kekurangan. Sebagai seorang Muslim, memperoleh kehadiran filsafat pada studi Islam
sebagai cara untuk bersikap logis, terbuka, analitis dan objektif, untuk mengikuti
perkembangan zaman dan untuk bergerak maju. Ketika digunakan dalam studi Islam,
filsafat yang telah berusaha semaksimal mungkin untuk menggali dan mengetahui esensi
dari semua kebenaran tentu tidak terus menerus mencapai hasil yang terbesar, tetapi yang
terpenting. Apakah itu ada upaya untuk menggunakan hasil tersebut, upaya untuk
berubah menjadi yang terbaik.

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian pendekatan filsafat?


2. Bagaimana kedudukan filsafat terhadap agama?
3. Bagaimana pendekatan filosofis dalam studi islam?

C. Tujuan
1. Guna menyelesaikan tugas ulangan tengah semester
2. Untuk menambah pengetahuan pembaca terhadap pendekatan filsafat
3. Untuk menambah minat dalam membaca

1
M. Arif Khoiruddin, “Memahami Islam Dalam Perspektif Filosofis,” Jurnal Pemikiran Keislaman 29, no. 1
(2018): 59, https://doi.org/10.33367/tribakti.v29i1.565.

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Filsafat

Kata pendekatan secara etimologi dinamakan approach pada bahasa inggris.


Sedangkan filsafat berasal dari kata Yunani philo yang artinya cintadan shopia yang
bermakna bijaksana. Filsafat adalah usaha untuk kegiatan intelektual kritis, analitis, dan
sistematis. Sedangkan pendekatan filsafat menurut istilah adalah suatu pendekatan untuk
mengkaji, mengungkapkan, dan membaca ajaran dan doktrin agama dengan
menggunakan rumusan filosofis. Filsafat dapat digunakan sebagai metodologi penelitian
untuk menyampaikan hikmah ajaran agama Islam.2
Pendekatan filsafat dalam ajaran agama mempunyai kedudukan yang penting.
Pendekatan filsafat dapat berupa pelayan agama yaitu sebagai penjelasan teks-teks ajaran
Islam, seperti ajaran tentang implementasi shalat berjama’ah. Pendekatan filosofis
merupakan pemahaman yang memiliki tujuan penjelasan inti, hakikat, atau kearifan
ajaran agama.3
Pendekatan filsafat lebih menitikberatkan sudut pandang keberagamaan yang paling
dalam abstrak. Pendekatan filsafat beragama lebih menitik beratkan ketenangan dan
kedalaman jiwa. Pendekatan filsafat dalam kajian Islam, secara langsung telah diterapkan
dalam kajian-kajian penelitiannya atas doktrin dan masyarakat muslim. Dengan
pendekatan filsafat, seseorang tidak akan terjebak pada pengalaman agama yang bersifat
formalistik, yaitu mengamalkan agama dengan susah payah tetapi tidak memiliki makna
sama sekali. Dalam menggunakan pendekatan filsafat seseorang mendapatkan banyak
manfaat.4

B. Kedudukan Filsafat dalam Studi Islam

Saat berbicara tentang kedudukan filsafat dalam Islam, tentu kita terlebih dahulu
menanyakan sudut dan dimensi Islam sedang dibicarakan. Dalam banyak kasus, maka
sebaiknya kita mencegah kesalahan yang dibuat para sarjana Barat dalam beberapa abad
terakhir untuk mengidentifikasi Islam semata-mata dengan Syariah atau Kalam dan
2
M Scharfstein and Gaurf, “Pendekatan Studi Islam,” Journal of Chemical Information and Modeling 53, no. 9
(2013): 219.
3
Abdurrahman Wahid, “Eksistensi Dan Metodologi Pendekatan Filosofis Dalam Studi Islam,” EDISI : Jurnal
Edukasi Dan Sains 3, no. 3 (2021): 472–88.
4
Toni Pransiska, “Meneropong Wajah Studi Islam Dalam Kacamata Filsafat: Sebuah Pendekatan Alternatif,”
Intizar 23, no. 1 (2017): 168.

5
untuk mempelajari hubungan filosofis/metafisik melalui dimensi Islam. Selain itu, untuk
memahami peranan filsafat yang sebenarnya dalam menggarap studi Islam, perlu
dipahami keluasan dan kedalaman Islam, khususnya aspek Alhakika, yang merupakan
persimpangan “filsafat tradisional”. Dan tidak hanya metafisika, tetapi juga aspek
perspektif Islam tentang pengetahuan, ini semua terintegrasi ke dalam sejarah Islam.
Untuk memperjelas pertanyaan tentang posisi filsafat dalam berurusan dengan studi
Islam, kita harus melemparkan kembali pandangan yang tidak terpisahkan dari definisi
agama (Islam). Sebutan "agama", yang bermakna sebagai "religion" pada bahasa Inggris,
didefinisikan sebagai sistem yang mencakup "kepercayaan" dan "ritual". Setidaknya ada
dua bagian yang dapat diperhatikan pada studi agama, termasuk Islam. Pertama, iman,
sisi batin yang tak terlukiskan, arah transendental, dan sisi private kehidupan beragama.
Yang kedua, Budaya: bagian eksternal agama, sudut sosial dan sejarah agama yang bisa
diamati pada masyarakat. Kedua bagian ini dikategorikan oleh Charles Addams menjadi
pengalaman inner maupun perilaku eksternal manusia.5
Filsof keagamaan adalah pemeriksaan filosofis dari tema sentral dan konsep tradisi
keagamaan. Ini mencakup semua bidang utama filsafat, termasuk metafisika,
epistemologi, logika, etika dan teori nilai, filsafat bahasa, filsafat ilmu, hukum, sosiologi,
politik, dan sejarah. Mengenai kedudukan filsafat dalam Islam, filsafat menempati
kedudukan yang sangat penting dalam Islam, dan ada beberapa pernyataan.6
1. Dalam sejarah Islam, terdapat filosof Islam terkenal seperti Alpha Rabbie, Ibn Sina,
dan Ibn Lucido. Bahkan, mereka dipandang sebagai mata rantai dalam reunifikasi
filsafat Yunani yang menghilang di Barat dan diakui oleh orang Barat berkat dedikasi
Islam.
2. Al-Qur'an memiliki banyak ayat yang merujuk pemikiran filosofis.
3. Islam memberikan zona yang cocok pada filsafat untuk jiwa dan berkembang, tetapi
Islam melihat filsafat hanya sebagai sarana, bukan sebagai tujuan. Filsafat bias
dipakai untuk memperkuat posisi Islam, misalnya bisa digunakan untuk
memperkokoh bukti keberadaan Allah SWT.
4. Kebenaran filsafat itu relatif dan akademis. Relatif berarti relatif, bukan kebenaran
mutlak. Spekulatif bermakna kebenaran yang bersifat spekulatif dan tidak bisa
dibuktikan dengan pengalaman.
5
Benny Kurniawan, “STUDI ISLAM DENGAN PENDEKATAN FILOSOFIS Oleh: Benny Kurniawan Dosen Fakultas
Tarbiyah IAINU Kebumen Jawa Tengah Abstrak,” Saintifika Islamica 2, no. 2 (2015): 53.
6
Azis Masang, “Kedudukan Filsafat Dalam Islam,” Jurnal Pilar: Jurnal Kajian Islam Kontemporer 11, no. 1
(2020): 33–34.

6
5. Oleh karena itu, filsafat tidak harus dianggap sebagai sesuatu yang mengerikan, tetapi
harus mempelajarinya dengan baik. Jadi dapat dimanfaatkan yang positif dan
menghindari yang tidak ada manfaat bagi Islam.
6. Filosofis bisa membantu agama untuk menghadapi masalah-masalah baru dan
masalah-masalah yang tidak ada ketika Al-Qur'an diturunkan.
7. Filsafat menyokong perumusan pertanyaan-pertanyaan penting yang mengilhami
agama dengan mengacu pada penemuan-penemuan ilmu pengetahuan dan ideologi-
ideologi yang ada saat ini. Hal ini diperlukan bagi Islam untuk menanggapi segala
macam pandangan yang menyesatkan.

C. Pedekatan Filosofis dalam Studi Islam

Sebutan filsafat berawal dari bahasa Yunani filsafat dan dibagi dari 2 kata: filsafat
(cinta) atau Philia (pertemanan, daya tarik) lalu Sophia (pemahaman, kemampuan,
kecerdasan). Oleh karena itu, secara etimologis, filsafat berarti kebijaksanaan dan cinta
akan kebenaran. Perbedaan arti dari filsafat adalah filsafat pada bahasa Asing dan
Farsafa pada bahasa Arab, yang artinya penelitian yang dilaksanakan oleh seorang filsuf.
Plato menamakan Socrates seorang filsuf dapat dikatakan seperti pecinta
pengetahuan. Dalam pengertian bahasa Indonesia, kata filsafat berarti: wawasan dan
penelitian menggunakan alasan tentang dasar sesuatu yang telah ada, asal-usulnya dan
asasnya.
Karena pengaruh filsafat Yunani, umat Islam mempelajari semua aspek pemikiran
Islam, seperti kolom, fikufu, interpretasi, dan ilmu tasawuf, serta bidang filsafat dan ilmu
alam seperti kedokteran, kimia, astronomi, dan matematika. Seperti masuknya pengaruh
filosofis di bidang kolom, muncul pertanyaan tentang posisi akal beserta wahyu dalam
menetapkan kebenaran tentang apakah Tuhan memiliki sifat-sifat. Di bidang Fiqh,
pertanyaan yang sama muncul apakah hukum dapat diberlakukan atas dasar Ijtihad.
Apakah puisi dapat dimaknai atau dimaknai dalam bidang tafsir penggunaan qiyas atau
analogi. Dan dalam bidang tasawuf muncul masalah filsafat nilai, harkat dan martabat
tarekat, yaitu masalah emanasionisme.7
Cabang pendekatan filosofis dibagi menjadi 4 (Muhammad Nur, 2015, p. 9), yaitu :
1. Logika
2. Metafisika
3. Epistemologi
7
Khoiruddin, “Memahami Islam Dalam Perspektif Filosofis.”

7
4. Etika
Yang pertama adalah pemikiran. Pemikiran berasal dari bahasa asing Yunani
logo dan secara harafiah yang artinya “berpikir atau bernalar”. Logika adalah seni
penalaran yang logis dan kompak. Logika meresapi semua cara berdiskusi dengan
seseorang, membuatnya lebih teliti dan meningkatkan prosesnya. Argumen dimulai
dari titik awal dan membutuhkan pernyataan pembuka terlebih dahulu. Pernyataan
pembuka dalam logika ini disebut premis. Itu adalah premis yang memicu diskusi.
Metafisika kedua. Istilah metafisika berawal kali diciptakan pada tahun 60
sebelum masehi. Digunakan oleh filsuf Yunani Andronicas. Metafisika mengacu pada
pertanyaan paling mendasar tentang kehidupan, keberadaan, dan karakter itu sendiri,
dan metafisika secara harfiah berarti kehidupan, alam, dan segalanya.
Ketiga, istilah epistemologi, epistemologi bermula dari bahasa asing Yunani
epistemology, yang memiliki arti pengetahuan, dan logo berarti penjelasan,
pembuktian, atau teori. Epistemologi adalah kajian tentang teori atau asal usul
pengetahuan, asumsi, kepribadian, ruang lingkup, akurasi. Epistemologi berfokus
pada apa yang dapat kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuinya. Epistemologi
berkaitan dengan pengetahuan dan cara memperolehnya.
Keempat, etika. Secara harfiah, etika berarti studi tentang "perilaku" atau studi
dan penelitian tentang nilai-nilai yang kita jalani untuk membimbing hidup kita
dengan orang lain dalam komunitas kita, masyarakat dunia domestik dan
internasional. Etika berfokus pada masalah tugas, keadilan, cinta dan kebaikan.

Cara berpikir filosofis yang kritis, analitis, dan sistematis yang banyak
dipraktikkan oleh para ulama tidak dapat dipisahkan dari wahyu Allah, tetapi
menciptakan bidang-bidang baru yang memerlukan penggunaan akal. Misalnya ilmu
ushul fiqh, ilmu tasawuf, ilmu tiang.

D. Model Pendekatan Filosofis Kontemporer dalam Studi Islam

Menurut Jamali Sahrodi ada tiga model pendekatan modern atau kontemporer
dalam studi Islam, berikut adalah model pendekatan filsafat modern (kontemporer),
yaitu:

1. Model pendekatan Hermeneutika


Hermeneutika berarti menafsirkan. Kata Hermeneutika diambil dari kata kerja
dalam bahasa Yunani hermeneuein yang berarti menafsirkan, menerjemahkan, dan

8
memberi pemahaman. Nama hermeneutika ini sering di sangkut pautkan dengan
nama Hermes yaitu salah satu seorang dewa Yunani karena dikenal sebagai
pembawa pesan para dewa untuk manusia. Selain itu Hermes juga dikenal sebagai
dewa petunjuk jalan dan pelindung.

Secara terminologi Hermeneutik adalah suatu pemikiran yang mempelajari


tentang penafsiran, yang bertujuan untuk menjelaskan teks mulai dari ciri-cirinya,
baik itu objektif (arti gramatikal kata dan variasi dalam ceritanya) maupun subjektif
(maksud dari pengarang). Hermeneutika dipakai sebagai metode atau teknik analisis
dokumen yang berfungsi untuk mengetahui makna dalam kata, kalimat dan teks,
disamping itu juga berfungsi untuk menemukan instruksi dari simbol.

Kajian hermeneutika yang penting adalah kesesuaian antara teks, penulis atau
pengarang dan pembaca atau penafsir dalam dinamika penafsiran atau pemikiran
terhadap teks yang terkandung dalam teks-teks agama Islam. kekuasaan (otoritas)
untuk teks absolut hanya milik Tuhan.

Hanya Tuhan (penulis) yang mengetahui apa yang dia inginkan dalam kata-
kata-Nya seperti yang dikatakan teks. Seorang manusia sebagai pembaca atau penafsir
(reader). Anda hanya bisa menempatkan diri anda sebagai penafsir teks yang
diturunkan oleh Tuhan, dan ada segala kekurangan dan keterbatasannya. Oleh karena
itu, Keinginan dan kehendak si pengarang merupakan penafsiran yang paling tepat
dan benar serta tidak boleh berada di tangan pembaca.

Pertama kali istilah hermeneutika dijelaskan pada teori penafsiran kitab suci
dalam buku yang berjudul “Hermeneutica Siva Methodus Expondarum Sacrarum
Litterarum” oleh J.C Dannhauer. Kata hermeneutika hadir pada era ke 17, walaupun
sebetulnya kegiatan penafsiran tersebut sudah dilakukan sejak lama. Kata
hermeneutika direncanakan untuk kegiatan pemahaman kitab-kitab suci yang
dilaksanakan oleh agamawan.

Istilah hermeneutika tidak ditemukan dalam tafsir klasik al-Qur’an karena


begitu popular pada masa kemunduran. Berdasarkan pendapat Farid Esack yang
dikutip Fakhruddin Faiz dalam bukunya yang berjudul “Qur`an : Liberation and
Pluralism”, kegiatan penafsiran telah dipraktikkan oleh umat islam sejak lama,
terutama ketika berhadapan dengan al-Qur’an. Buktinya adalah sebagai berikut:

9
a. Sebuah masalah Hermeneutik telah dialami dan dipelajari berkali-kali,
meskipun belum disajikan secara akurat. Hal ini terlihat dari kajian asbab dalam
nuzul dan nasakh dan mansukh
b. Sejak munculnya penejelasan al-qur’an aktual dan literasi tafsir yang diedit pada
bentuk ilmu tafsir. Telah terjadi perbedaan antara kaidah , teori, atau metode
penafsiran.
c. Tafsir tradisonal selalu masuk dalam kategori seperti penjelasan syi’ah,
penjelasan Mu’tazilah, penjelasan hukum, dan penjelasan filosofis, hal ini
menunjukkan adanya kelompok tertentu, ideologi tertentu, era tertentu, dan
interpretasi dan cakrawala.8
2. Model Pendekatan Teologis-Filosofis.
Penggunaan pendekatan teologi-filosofis dalam Kajian islam berawal dari
munculnya pemahaman rasional pada umat Islam dari kalangan mazhab Mu’tazilah
di bawah naungan mutakallimin (ahli kalam). Madzhab Mu’tazilah memberikan
konsep teologis (ilmu kalam) berdasarkan metodologi dan epistemologi bidang
bahasa Yunani yang meresapi perkembangan psikologis dalam Islam saat itu ( pada
masa pemerintahan Bani Abbasiyah) melalui proyek penerjemahan bahasa Yunani
yang diterbitkan oleh para cendekiawan muslim. Keberadaan sekte Mu’tazilah
dengan pendekatan filosofis berusaha memberikan jawaban atas keyakinan utama
yang dibahas dalam filsafat keislaman.

Kemunculan faksi Mu'tazilah merupakan tahapan terpenting dalam sejarah


perkembangan intelektual Islam. Gerakan ini merupakan pionir yang bertujuan
untuk menginspirasi refleksi yang lebih sistematis tentang keyakinan utama Islam.
Sikap para pemikir rasionalis adalah bahwa akal menempati tempat yang serupa
sama wahyu dalam pemahaman agama. Sikap ini merupakan konsekuensi logis dari
keinginan mereka untuk berpikir sistematis. Pada saat ini, kekuasaan Umayyah
berakhir karena dampak pengaruh Helenistik di antara orang-orang. Golongan
mu’tazilah merupakan kaum rasional muslim yang cukup aktif menerima aksi
filsafat tersebut, karena pembawaan mereka yang rasional. Meskipun terdapat
beberapa ketidak senjangan dalam membagi sistem kepada paham Mu’tazilah
pangkal awal tersebut, namun tesis-tesis mereka jelas merupakan sekumpulan
doktrin yang ditegakkan pada prinsip-prinsip rasional tertentu. Pemikiran yang
8
Muzairi, Herneneutika Dalam Pemikiran Islam Dalam Hermeneutika Al-Qur’an Mazhab (Yogyakarta: islamika,
2003).

10
rasional dan sistematis merupakan suatu tuntutan agama, oleh karena itu dibidang
lainnya juga harus menghasilkan pemikiran yang rasionalis dan sistematis pula,
seperti dibidang hukum (syari’ah) yang dirintis oleh Imam Syafi’I (w. 204 H/819
M), perumus pertama prinsip-prinsip jurisprudensi (Ushûl al- fiqh). Kajian Islam
dengan pendekatan teologi-filosofis pada era filsafat Islam kontemporer, banyak
dilakukan oleh beberapa tokoh orientalis (outsider) seperti dilakukan oleh W.
Montgomery Watt melalui karyanya, Free Will and Predestination in Early
Islam(1948), Islamic Theology and Theology (1960), dan The Formative Period of
Islamic Thought(1973).

3. Model Pendekatan Tafsir Falsafi.


Menurut Muhaimin dkk memberikan penjelasan bahwa tafsir falsafi
merupakan model interpretasi Al-Quran dengan pendekatan filsafat melalui
perenungan dan penghayatan yang mendalam serta mengkajinya secara radikal
(mengakar), sistematis dan obyektif.
Tafsir Falsafi merupakan suatu tafsir yang berbentuk filsafat. Hadirnya tafsir
falsafi ini karena adanya filsafat Hellenisme yang diperkenalkan oleh umat Islam
yang berguna untuk alat yang menganalisis suatu ajaran Islam, khusunya pada Al-
Qur’an. Sejarah tafsir falsafi bermula pada zaman keemasan Islam yaitu dinasti
Abbasiyyah dan telah berkembang dengan pesat seiring dengan kebutuhan dan
kemampuan manusia dalam menginterpretasikan ayat-ayat Al-Qur’an.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Filsafat merupakan cara berfikir kritis analisis dan sistematis. Pendekatan
filsafat dalam ajaran agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat penting yaitu
filsafat dapat berupa pelayanan agama yaitu sebagai penjelas terhadap perintah Islam
misalnya mengajarkan agar melaksanakan salat berjamaah. Pendekatan filsafat lebih
menitikberatkan dimensi keberagaman yang paling dalam abstrak.

11
Pendekatan filosofis adalah pendekatan untuk mengkaji, menemukan, dan
mengkaji ajaran dan doktrin agama dengan menggunakan rumusan filosofis. Ketika
filsafat digunakan sebagai metodologi untuk studi Islam, ia memainkan peran penting
dalam studi dan dapat mengungkapkan kebijaksanaan dari setiap keyakinan Islam,
sehingga terlibat dalam praktik buta tanpa memahami esensi dari keyakinan.
B. Saran

Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan makalah


ini tetapi kenyataannya masih banyak kekurangan yang perlu penulis perbaiki. Hal
ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan yang penulis miliki. Oleh karena itu
kritik dan saran yang membangun dari teman-teman dan dosen pembimbing benar-
benar kami harapakan untuk perbaikan makalah selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Faiz, Fakhruddin. Hermeneutika Qur’ani. Yogyakarta: qalam, 2007.

Kadar, M. Yusuf. Studi Al-Qur’an. Jakarta: Amzah, 2012.

Khoiruddin, M. Arif. “Memahami Islam Dalam Perspektif Filosofis.” Jurnal Pemikiran


Keislaman 29, no. 1 (2018): 59. https://doi.org/10.33367/tribakti.v29i1.565.

Kurniawan, Benny. “STUDI ISLAM DENGAN PENDEKATAN FILOSOFIS Oleh: Benny


Kurniawan Dosen Fakultas Tarbiyah IAINU Kebumen Jawa Tengah Abstrak.”
12
Saintifika Islamica 2, no. 2 (2015): 53.

Masang, Azis. “Kedudukan Filsafat Dalam Islam.” Jurnal Pilar: Jurnal Kajian Islam
Kontemporer 11, no. 1 (2020): 33–34.
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/pilar/article/view/4910.

Muzairi. Herneneutika Dalam Pemikiran Islam Dalam Hermeneutika Al-Qur’an Mazhab.


Yogyakarta: islamika, 2003.

Pransiska, Toni. “Meneropong Wajah Studi Islam Dalam Kacamata Filsafat: Sebuah
Pendekatan Alternatif.” Intizar 23, no. 1 (2017): 168.
https://doi.org/10.19109/intizar.v23i1.1270.

Scharfstein, M, and Gaurf. “Pendekatan Studi Islam.” Journal of Chemical Information and
Modeling 53, no. 9 (2013): 219.

Wahid, Abdurrahman. “Eksistensi Dan Metodologi Pendekatan Filosofis Dalam Studi Islam.”
EDISI : Jurnal Edukasi Dan Sains 3, no. 3 (2021): 472–88.
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/edisi.

13

Anda mungkin juga menyukai