Dirancang oleh :
Kelompok 1 C4MIR
FAKULTAS TARBIYAH
2022
1
KATA PENGANTAR
Kami mengucapkan banyak bersyukur atas kehadirat Allah SWT. Dengan izinnya
kami bisa menyelesaikan makalah pendekatalan filsafat dalam studi islam dengan waktu yang
tepat.
Kemudian kami juga ucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah “Metodologi
Studi Islam” bapak Dr.Taufikin, M.S.I. yang telah memberikan tugas makalah ini kepada
kami sehingga dapat memicu motifasi kami untuk senantiasa belajar lebih giat dan menggali
ilmu lebih dalam khususnya mengenai “Pendekatan Filsafat dalam Studi Islam” sehingga
kami dapat menemukan hal-hal baru yang belum kami ketahui.
Terima kasih juga kami sampaikan atas petunjuk yang diberikan sehingga kami dapat
menyelasaikan tugas makalah ini dengan usaha semaksimal mungkin. Terima kasih pula atas
dukungan para pihak yang turut membantu terselesaikannya makalah ini, kedua orang tua,
teman-teman serta semua pihak yang penuh kebaikan dan telah membantu penulis.
Terakhir kali sebagai seorang manusia biasa yang mencoba berusaha sekuat tenaga
dalam penyelesaian makalah ini, tetapi tetap saja tak luput dari sifat manusiawi yang penuh
khilaf dan salah, oleh karena itu segenap saran penulis harapkan dari semua pihak guna
perbaikan tugas-tugas serupa di masa datang.
Penulis
DAFTAR ISI
2
KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I.........................................................................................................................................4
PENDAHULUAN......................................................................................................................4
A. Latar Belakang................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................4
C. Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II........................................................................................................................................5
PEMBAHASAN........................................................................................................................5
BAB III.....................................................................................................................................14
PENUTUP................................................................................................................................14
A. Kesimpulan...................................................................................................................14
B. Saran..............................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................15
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Islam adalah agama yang komprehensif, yaitu mengatur semua bagian kehidupan
manusia, baik dalam sudut ta`bbudi, yaiu “hablumminallah”, maupun sudut mu`amalah,
yaitu aturan hukum syariat yang mengatur manusia agar dapat menjalani hidup di dunia
dengan baik yang sesuai syariat. Berbagai sudut pandang dalam belajar agama islam
sangat dibutuhkan pendekatan yang operasional dan konseptual karena dapat
memberikan pemikiran, bahwa islam itu sangat luas. kajian studi islam sangat tepat pada
kelangsungan hidup manusia, salah satunya disiplin, disiplin ilmu sudah dimulai sejak
lama, studi ini mempunyai akar yang kokoh dikalangan sarjana muslim dalam tradisi
keilmuan tradisional.1
Paradigma merupakan cara berfikir yang diperlukan untuk belajar agama islam.
Filsafat yaitu suatu bidang studi Islam, dan keberadaannya membawa kelebihan maupun
kekurangan. Sebagai seorang Muslim, memperoleh kehadiran filsafat pada studi Islam
sebagai cara untuk bersikap logis, terbuka, analitis dan objektif, untuk mengikuti
perkembangan zaman dan untuk bergerak maju. Ketika digunakan dalam studi Islam,
filsafat yang telah berusaha semaksimal mungkin untuk menggali dan mengetahui esensi
dari semua kebenaran tentu tidak terus menerus mencapai hasil yang terbesar, tetapi yang
terpenting. Apakah itu ada upaya untuk menggunakan hasil tersebut, upaya untuk
berubah menjadi yang terbaik.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1. Guna menyelesaikan tugas ulangan tengah semester
2. Untuk menambah pengetahuan pembaca terhadap pendekatan filsafat
3. Untuk menambah minat dalam membaca
1
M. Arif Khoiruddin, “Memahami Islam Dalam Perspektif Filosofis,” Jurnal Pemikiran Keislaman 29, no. 1
(2018): 59, https://doi.org/10.33367/tribakti.v29i1.565.
4
BAB II
PEMBAHASAN
Saat berbicara tentang kedudukan filsafat dalam Islam, tentu kita terlebih dahulu
menanyakan sudut dan dimensi Islam sedang dibicarakan. Dalam banyak kasus, maka
sebaiknya kita mencegah kesalahan yang dibuat para sarjana Barat dalam beberapa abad
terakhir untuk mengidentifikasi Islam semata-mata dengan Syariah atau Kalam dan
2
M Scharfstein and Gaurf, “Pendekatan Studi Islam,” Journal of Chemical Information and Modeling 53, no. 9
(2013): 219.
3
Abdurrahman Wahid, “Eksistensi Dan Metodologi Pendekatan Filosofis Dalam Studi Islam,” EDISI : Jurnal
Edukasi Dan Sains 3, no. 3 (2021): 472–88.
4
Toni Pransiska, “Meneropong Wajah Studi Islam Dalam Kacamata Filsafat: Sebuah Pendekatan Alternatif,”
Intizar 23, no. 1 (2017): 168.
5
untuk mempelajari hubungan filosofis/metafisik melalui dimensi Islam. Selain itu, untuk
memahami peranan filsafat yang sebenarnya dalam menggarap studi Islam, perlu
dipahami keluasan dan kedalaman Islam, khususnya aspek Alhakika, yang merupakan
persimpangan “filsafat tradisional”. Dan tidak hanya metafisika, tetapi juga aspek
perspektif Islam tentang pengetahuan, ini semua terintegrasi ke dalam sejarah Islam.
Untuk memperjelas pertanyaan tentang posisi filsafat dalam berurusan dengan studi
Islam, kita harus melemparkan kembali pandangan yang tidak terpisahkan dari definisi
agama (Islam). Sebutan "agama", yang bermakna sebagai "religion" pada bahasa Inggris,
didefinisikan sebagai sistem yang mencakup "kepercayaan" dan "ritual". Setidaknya ada
dua bagian yang dapat diperhatikan pada studi agama, termasuk Islam. Pertama, iman,
sisi batin yang tak terlukiskan, arah transendental, dan sisi private kehidupan beragama.
Yang kedua, Budaya: bagian eksternal agama, sudut sosial dan sejarah agama yang bisa
diamati pada masyarakat. Kedua bagian ini dikategorikan oleh Charles Addams menjadi
pengalaman inner maupun perilaku eksternal manusia.5
Filsof keagamaan adalah pemeriksaan filosofis dari tema sentral dan konsep tradisi
keagamaan. Ini mencakup semua bidang utama filsafat, termasuk metafisika,
epistemologi, logika, etika dan teori nilai, filsafat bahasa, filsafat ilmu, hukum, sosiologi,
politik, dan sejarah. Mengenai kedudukan filsafat dalam Islam, filsafat menempati
kedudukan yang sangat penting dalam Islam, dan ada beberapa pernyataan.6
1. Dalam sejarah Islam, terdapat filosof Islam terkenal seperti Alpha Rabbie, Ibn Sina,
dan Ibn Lucido. Bahkan, mereka dipandang sebagai mata rantai dalam reunifikasi
filsafat Yunani yang menghilang di Barat dan diakui oleh orang Barat berkat dedikasi
Islam.
2. Al-Qur'an memiliki banyak ayat yang merujuk pemikiran filosofis.
3. Islam memberikan zona yang cocok pada filsafat untuk jiwa dan berkembang, tetapi
Islam melihat filsafat hanya sebagai sarana, bukan sebagai tujuan. Filsafat bias
dipakai untuk memperkuat posisi Islam, misalnya bisa digunakan untuk
memperkokoh bukti keberadaan Allah SWT.
4. Kebenaran filsafat itu relatif dan akademis. Relatif berarti relatif, bukan kebenaran
mutlak. Spekulatif bermakna kebenaran yang bersifat spekulatif dan tidak bisa
dibuktikan dengan pengalaman.
5
Benny Kurniawan, “STUDI ISLAM DENGAN PENDEKATAN FILOSOFIS Oleh: Benny Kurniawan Dosen Fakultas
Tarbiyah IAINU Kebumen Jawa Tengah Abstrak,” Saintifika Islamica 2, no. 2 (2015): 53.
6
Azis Masang, “Kedudukan Filsafat Dalam Islam,” Jurnal Pilar: Jurnal Kajian Islam Kontemporer 11, no. 1
(2020): 33–34.
6
5. Oleh karena itu, filsafat tidak harus dianggap sebagai sesuatu yang mengerikan, tetapi
harus mempelajarinya dengan baik. Jadi dapat dimanfaatkan yang positif dan
menghindari yang tidak ada manfaat bagi Islam.
6. Filosofis bisa membantu agama untuk menghadapi masalah-masalah baru dan
masalah-masalah yang tidak ada ketika Al-Qur'an diturunkan.
7. Filsafat menyokong perumusan pertanyaan-pertanyaan penting yang mengilhami
agama dengan mengacu pada penemuan-penemuan ilmu pengetahuan dan ideologi-
ideologi yang ada saat ini. Hal ini diperlukan bagi Islam untuk menanggapi segala
macam pandangan yang menyesatkan.
Sebutan filsafat berawal dari bahasa Yunani filsafat dan dibagi dari 2 kata: filsafat
(cinta) atau Philia (pertemanan, daya tarik) lalu Sophia (pemahaman, kemampuan,
kecerdasan). Oleh karena itu, secara etimologis, filsafat berarti kebijaksanaan dan cinta
akan kebenaran. Perbedaan arti dari filsafat adalah filsafat pada bahasa Asing dan
Farsafa pada bahasa Arab, yang artinya penelitian yang dilaksanakan oleh seorang filsuf.
Plato menamakan Socrates seorang filsuf dapat dikatakan seperti pecinta
pengetahuan. Dalam pengertian bahasa Indonesia, kata filsafat berarti: wawasan dan
penelitian menggunakan alasan tentang dasar sesuatu yang telah ada, asal-usulnya dan
asasnya.
Karena pengaruh filsafat Yunani, umat Islam mempelajari semua aspek pemikiran
Islam, seperti kolom, fikufu, interpretasi, dan ilmu tasawuf, serta bidang filsafat dan ilmu
alam seperti kedokteran, kimia, astronomi, dan matematika. Seperti masuknya pengaruh
filosofis di bidang kolom, muncul pertanyaan tentang posisi akal beserta wahyu dalam
menetapkan kebenaran tentang apakah Tuhan memiliki sifat-sifat. Di bidang Fiqh,
pertanyaan yang sama muncul apakah hukum dapat diberlakukan atas dasar Ijtihad.
Apakah puisi dapat dimaknai atau dimaknai dalam bidang tafsir penggunaan qiyas atau
analogi. Dan dalam bidang tasawuf muncul masalah filsafat nilai, harkat dan martabat
tarekat, yaitu masalah emanasionisme.7
Cabang pendekatan filosofis dibagi menjadi 4 (Muhammad Nur, 2015, p. 9), yaitu :
1. Logika
2. Metafisika
3. Epistemologi
7
Khoiruddin, “Memahami Islam Dalam Perspektif Filosofis.”
7
4. Etika
Yang pertama adalah pemikiran. Pemikiran berasal dari bahasa asing Yunani
logo dan secara harafiah yang artinya “berpikir atau bernalar”. Logika adalah seni
penalaran yang logis dan kompak. Logika meresapi semua cara berdiskusi dengan
seseorang, membuatnya lebih teliti dan meningkatkan prosesnya. Argumen dimulai
dari titik awal dan membutuhkan pernyataan pembuka terlebih dahulu. Pernyataan
pembuka dalam logika ini disebut premis. Itu adalah premis yang memicu diskusi.
Metafisika kedua. Istilah metafisika berawal kali diciptakan pada tahun 60
sebelum masehi. Digunakan oleh filsuf Yunani Andronicas. Metafisika mengacu pada
pertanyaan paling mendasar tentang kehidupan, keberadaan, dan karakter itu sendiri,
dan metafisika secara harfiah berarti kehidupan, alam, dan segalanya.
Ketiga, istilah epistemologi, epistemologi bermula dari bahasa asing Yunani
epistemology, yang memiliki arti pengetahuan, dan logo berarti penjelasan,
pembuktian, atau teori. Epistemologi adalah kajian tentang teori atau asal usul
pengetahuan, asumsi, kepribadian, ruang lingkup, akurasi. Epistemologi berfokus
pada apa yang dapat kita ketahui dan bagaimana kita mengetahuinya. Epistemologi
berkaitan dengan pengetahuan dan cara memperolehnya.
Keempat, etika. Secara harfiah, etika berarti studi tentang "perilaku" atau studi
dan penelitian tentang nilai-nilai yang kita jalani untuk membimbing hidup kita
dengan orang lain dalam komunitas kita, masyarakat dunia domestik dan
internasional. Etika berfokus pada masalah tugas, keadilan, cinta dan kebaikan.
Cara berpikir filosofis yang kritis, analitis, dan sistematis yang banyak
dipraktikkan oleh para ulama tidak dapat dipisahkan dari wahyu Allah, tetapi
menciptakan bidang-bidang baru yang memerlukan penggunaan akal. Misalnya ilmu
ushul fiqh, ilmu tasawuf, ilmu tiang.
Menurut Jamali Sahrodi ada tiga model pendekatan modern atau kontemporer
dalam studi Islam, berikut adalah model pendekatan filsafat modern (kontemporer),
yaitu:
8
memberi pemahaman. Nama hermeneutika ini sering di sangkut pautkan dengan
nama Hermes yaitu salah satu seorang dewa Yunani karena dikenal sebagai
pembawa pesan para dewa untuk manusia. Selain itu Hermes juga dikenal sebagai
dewa petunjuk jalan dan pelindung.
Kajian hermeneutika yang penting adalah kesesuaian antara teks, penulis atau
pengarang dan pembaca atau penafsir dalam dinamika penafsiran atau pemikiran
terhadap teks yang terkandung dalam teks-teks agama Islam. kekuasaan (otoritas)
untuk teks absolut hanya milik Tuhan.
Hanya Tuhan (penulis) yang mengetahui apa yang dia inginkan dalam kata-
kata-Nya seperti yang dikatakan teks. Seorang manusia sebagai pembaca atau penafsir
(reader). Anda hanya bisa menempatkan diri anda sebagai penafsir teks yang
diturunkan oleh Tuhan, dan ada segala kekurangan dan keterbatasannya. Oleh karena
itu, Keinginan dan kehendak si pengarang merupakan penafsiran yang paling tepat
dan benar serta tidak boleh berada di tangan pembaca.
Pertama kali istilah hermeneutika dijelaskan pada teori penafsiran kitab suci
dalam buku yang berjudul “Hermeneutica Siva Methodus Expondarum Sacrarum
Litterarum” oleh J.C Dannhauer. Kata hermeneutika hadir pada era ke 17, walaupun
sebetulnya kegiatan penafsiran tersebut sudah dilakukan sejak lama. Kata
hermeneutika direncanakan untuk kegiatan pemahaman kitab-kitab suci yang
dilaksanakan oleh agamawan.
9
a. Sebuah masalah Hermeneutik telah dialami dan dipelajari berkali-kali,
meskipun belum disajikan secara akurat. Hal ini terlihat dari kajian asbab dalam
nuzul dan nasakh dan mansukh
b. Sejak munculnya penejelasan al-qur’an aktual dan literasi tafsir yang diedit pada
bentuk ilmu tafsir. Telah terjadi perbedaan antara kaidah , teori, atau metode
penafsiran.
c. Tafsir tradisonal selalu masuk dalam kategori seperti penjelasan syi’ah,
penjelasan Mu’tazilah, penjelasan hukum, dan penjelasan filosofis, hal ini
menunjukkan adanya kelompok tertentu, ideologi tertentu, era tertentu, dan
interpretasi dan cakrawala.8
2. Model Pendekatan Teologis-Filosofis.
Penggunaan pendekatan teologi-filosofis dalam Kajian islam berawal dari
munculnya pemahaman rasional pada umat Islam dari kalangan mazhab Mu’tazilah
di bawah naungan mutakallimin (ahli kalam). Madzhab Mu’tazilah memberikan
konsep teologis (ilmu kalam) berdasarkan metodologi dan epistemologi bidang
bahasa Yunani yang meresapi perkembangan psikologis dalam Islam saat itu ( pada
masa pemerintahan Bani Abbasiyah) melalui proyek penerjemahan bahasa Yunani
yang diterbitkan oleh para cendekiawan muslim. Keberadaan sekte Mu’tazilah
dengan pendekatan filosofis berusaha memberikan jawaban atas keyakinan utama
yang dibahas dalam filsafat keislaman.
10
rasional dan sistematis merupakan suatu tuntutan agama, oleh karena itu dibidang
lainnya juga harus menghasilkan pemikiran yang rasionalis dan sistematis pula,
seperti dibidang hukum (syari’ah) yang dirintis oleh Imam Syafi’I (w. 204 H/819
M), perumus pertama prinsip-prinsip jurisprudensi (Ushûl al- fiqh). Kajian Islam
dengan pendekatan teologi-filosofis pada era filsafat Islam kontemporer, banyak
dilakukan oleh beberapa tokoh orientalis (outsider) seperti dilakukan oleh W.
Montgomery Watt melalui karyanya, Free Will and Predestination in Early
Islam(1948), Islamic Theology and Theology (1960), dan The Formative Period of
Islamic Thought(1973).
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Filsafat merupakan cara berfikir kritis analisis dan sistematis. Pendekatan
filsafat dalam ajaran agama Islam mempunyai kedudukan yang sangat penting yaitu
filsafat dapat berupa pelayanan agama yaitu sebagai penjelas terhadap perintah Islam
misalnya mengajarkan agar melaksanakan salat berjamaah. Pendekatan filsafat lebih
menitikberatkan dimensi keberagaman yang paling dalam abstrak.
11
Pendekatan filosofis adalah pendekatan untuk mengkaji, menemukan, dan
mengkaji ajaran dan doktrin agama dengan menggunakan rumusan filosofis. Ketika
filsafat digunakan sebagai metodologi untuk studi Islam, ia memainkan peran penting
dalam studi dan dapat mengungkapkan kebijaksanaan dari setiap keyakinan Islam,
sehingga terlibat dalam praktik buta tanpa memahami esensi dari keyakinan.
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Masang, Azis. “Kedudukan Filsafat Dalam Islam.” Jurnal Pilar: Jurnal Kajian Islam
Kontemporer 11, no. 1 (2020): 33–34.
https://journal.unismuh.ac.id/index.php/pilar/article/view/4910.
Pransiska, Toni. “Meneropong Wajah Studi Islam Dalam Kacamata Filsafat: Sebuah
Pendekatan Alternatif.” Intizar 23, no. 1 (2017): 168.
https://doi.org/10.19109/intizar.v23i1.1270.
Scharfstein, M, and Gaurf. “Pendekatan Studi Islam.” Journal of Chemical Information and
Modeling 53, no. 9 (2013): 219.
Wahid, Abdurrahman. “Eksistensi Dan Metodologi Pendekatan Filosofis Dalam Studi Islam.”
EDISI : Jurnal Edukasi Dan Sains 3, no. 3 (2021): 472–88.
https://ejournal.stitpn.ac.id/index.php/edisi.
13